BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah model yang menerangkan bagaimana hubungan
suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah
tertentu. Kerangka konseptual dibuat untuk memperlihatkan pengaruh antara
masing-masing variabel. Kerangka konsep akan menghubungkan secara teoritis
antara variabel-variabel penelitian yaitu antara variabel independen dengan
variabel dependen, begitu juga bila ada variabel lain mengikutinya maka peran
variabel tersebut harus dijelaskan (Erlina, 2011).
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti
mengidentifikasi lima variabel independen yaitu kapasitas sumber daya manusia
(X1), pemanfaatan teknologi informasi (X2), penerapan standar akuntansi
pemerintahan (X3), audit internal (X4) dan pengelolaan aset tetap milik daerah
(X5), satu variabel moderating yaitu sistem pengendalian intern pemerintah (Z)
dan satu variabel dependen yaitu kualitas informasi laporan keuangan pemerintah
daerah (Y), dimana diperkirakan variabel independen berpengaruh simultan
maupun parsial terhadap variabel dependen.
Kerangka konsep ini dibangun berdasarkan masalah penelitian dan
landasan teori yang ada. Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah
penelitian sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, kerangka konseptual
Variabel Independen Variabel Moderating Variabel Dependen
GGH Q
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan gambaran analisis pengaruh
masing-masing variabel dalam suatu penelitian. Hubungan antar variabel diuraikan
sebagai berikut:
1. Kapasitas sumber daya manusia dinilai dari kemampuan seseorang atau
pribadi dalam suatu organisasi maupun kelembagaan dalam suatu sistem
untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Pelaksanaan tugas dan
fungsi penyusunan laporan keuangan diperlukan kapasitas sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi dalam bidang ilmu akuntansi, sehingga
semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia dalam penyusunan
laporan keuangan maka informasi yang terdapat dalam laporan keuangan
akan lebih berkualitas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Indriasari dan PENERAPAN STANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAHAN (X3)
KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Y)
AUDIT INTERNAL (X4) PEMANFAATAN TEKNOLOGI
INFORMASI (X2) KAPASITAS SUMBER DAYA
MANUSIA (X1)
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (Z) PENGELOLAAN ASET TETAP
Nahartyo (2008) yang menyebutkan kapasitas sumber daya manusia
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatwaktuan nilai informasi
pelaporan keuangan.
2. Pemanfaatan teknologi informasi terdiri dari bagian yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk dalam memproses data, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai hal untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas. Dalam artian informasi yang berkualitas adalah
informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu dan dapat digunakan untuk
keperluan pribadi, bisnis maupun pemerintahan yang berguna dalam
pengambilan keputusan. Teknologi informasi yang berkualitas akan
membuat kualitas informasi laporan keuangan semakin berkualitas. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winidyaningrum (2010) yang
menyebutkan variabel pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif
signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
3. Penerapan standar akuntansi pemerintahan harus diterapkan secara
konsisten dalam penyusunan laporan keuangan untuk meningkatkan kualitas
informasi laporan keuangan daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam Pasal 6 Ayat 3
memuat bahwa pemerintah menyusun sistem akuntansi pemerintahaan
mengacu pada standar akuntansi dimana pemerintah pusat mengacu pada
peraturan menteri keuangan sedangkan pada pemerintah daerah diatur
dengan peraturan gubernur/bupati/walikota. Ini artinya semakin baik
penerapan standar akuntansi pemerintahan maka kualitas informasi laporan
penelitian Mahaputra (2014) yang menyebutkan variabel implementasi
standar akuntansi pemerintahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas informasi pelaporan keuangan SKPD.
4. Audit internal merupakan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, dalam Pasal 1 Ayat 4 menyebutkan bahwa
pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan
secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Artinya semakin baik audit internal maka kualitas
informasi laporan keuangan yang dihasilkan akan menjamin semakin lebih
baik. Sejalan dengan penelitian Yuliani, dkk (2010) yang hasil penelitiannya
menyebutkan peran internal audit berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan.
5. Pengelolaan aset tetap milik daerah, barang milik daerah dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dalam Pasal 1 adalah segala barang yang dibeli atau
diperoleh dari beban APBD atau yang diperoleh dengan cara lainnya dengan
cara yang sah. Pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi kegiatan
perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan,
pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan
laporan keuangan, sehingga semakin baik pengelolaan aset tetap maka
kualitas informasi laporan keuangan yang dihasilkan akan semakin baik.
6. Sistem pengendalian intern pemerintah yang diduga dapat memoderasi
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen terhadap
kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 dalam Pasal 1 sistem
pengendalian intern adalah proses yang menyeluruh pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan baik pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan agar tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Menurut tujuannya, pengendalian intern dapat dibagi menjadi
dua yaitu pengendalian intern akuntansi dan pengendalian intern
administratif. Ini dapat diartikan sistem pengendalian intern pemerintah
dapat memoderasi hubungan antara kualitas informasi laporan keuangan
dengan kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
penerapan standar akuntansi pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan
aset tetap milik daerah dimana semakin baik sistem pengendalian intern
pemerintah maka diharapkan semakin baik kualitas informasi laporan
keuangan pemerintah daerah.
Setiap variabel terdiri dari beberapa indikator masing-masing sehingga
dapat diukur dengan skala interval. Variabel kapasitas sumber daya manusia
memiliki indikator yang terdiri dari latar belakang pendidikan akuntansi, uraian
teknis akuntansi. Variabel pemanfaatan teknologi informasi memiliki indikator
yang terdiri dari pemanfaatan komputer dan jaringan internet, pengolahan data
yang terintegrasi, pemeliharaan komputer.
Variabel penerapan standar akuntansi pemerintahan memiliki indikator
yang terdiri dari laporan keuangan disusun secara periodik, evaluasi atas laporan
keuangan, keterbukaan dan kejujuran dari laporan keuangan. Variabel audit
internal memiliki indikator yang terdiri dari pemeriksaan berkala, pemeriksaan
terpadu, pemeriksaan tindak lanjut, penilaian atas kinerja SKPD, monitoring atas
program kegiatan SKPD, evaluasi atas program dan kegiatan SKPD.
Variabel pengelolaan aset tetap milik daerah memiliki indikator yang
terdiri dari pengadaan aset daerah, pemanfaatan aset tetap daerah, penatausahaan
aset tetap daerah, pemeliharaan aset tetap daerah, pengawasan aset tetap daerah,
dan penghapusan aset tetap daerah. Variabel sistem pengendalian intern
pemerintah memiliki indikator yang terdiri dari pelaksanaan sistem akuntansi,
tersedia dan digunakannya daftar rekening, otorisasi atas setiap transaksi, bukti
transaksi yang valid dan sah, setiap transaksi dicatat dalam buku catatan
akuntansi. Catatan akuntansi yang up to date, laporan keuangan direview, sistem
akuntansi yang mudah diperiksa, dan pemisahan tugas. Variabel kualitas
informasi laporan keuangan pemerintah daerah memiliki indikator yang terdiri
dari relevan, andal, lengkap/sempurna, tepat pada waktunya, dapat dipahami,
dapat dibuktikan, mudah diakses dan dapat dibandingkan.
3.2. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2004) hipotesis merupakan jawaban sementara
biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Jadi hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum
jawaban yang empirik. Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu dan kerangka konseptual,
maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
penerapan standar akuntansi pemerintahan, audit internal, dan
pengelolaan aset tetap milik daerah secara simultan dan parsial
berpengaruh positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan
Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
H2: Sistem pengendalian intern pemerintah mampu memoderasi hubungan
antara kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
penerapan standar akuntansi pemerintahan, audit internal, dan
pengelolaan aset tetap milik daerah dengan kualitas informasi laporan
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif yang bersifat kausal (Causal
Research) yang bertujuan untuk mengidentifikasi/menguji hubungan sebab akibat
antara variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan
penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antarvariabel
(Erlina, 2011). Hasil pengujian akan digunakan sebagai dasar untuk menarik
kesimpulan dalam penelitian, mendukung atau menolak hipotesis yang
dikembangkan dari telaah teoritis. Penelitian ini akan mengidentifikasi bagaimana
variabel independen mempengaruhi variabel dependen, serta variabel moderating
mampu memoderasi hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Objek
penelitian adalah para kepala SKPD dan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK).
Waktu penelitian dimulai pada bulan Februari 2016 sampai dengan Agustus 2016,
dengan jadwal penelitian yang tercantum pada lampiran 1.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pegawai negeri sipil di Pemerintah Kota
Tebing Tinggi yang terlibat dalam pengelolaan keuangan pada 31 SKPD, yang
terdiri dari 1 sekretariat daerah, 1 sekretariat DPRD, 5 badan, 11 dinas, dan 13
Pada masing-masing SKPD akan diberikan 2 (dua) kuesioner yang akan
diisi oleh:
1. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran/barang sebagai pelaksanaan tugas,
pokok dan fungsi SKPD;
2. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) adalah pejabat yang melakukan
fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.
Oleh karena itu, total populasi yang akan diberikan kuesioner sebanyak 76 populasi.
Seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 76 sampel karena dilakukan
dengan menggunakan metode sensus. Lebih lengkap daftar populasi dan sampel
penelitian dapat dilihat pada lampiran 2.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data
dalam penelitian ini adalah data primer. Prosedur pengambilan data dalam
penelitian ini menggunakan metode sensus/survei di Pemerintah Kota Tebing
Tinggi. Untuk mendapatkan data dari responden digunakan instrumen penelitian
berupa kuesioner (lampiran 3) yang akan diantar sendiri oleh penulis sebanyak 76
kuesioner dan ditunggu selama 5 hari kerja, setelah waktu yang ditentukan selesai
maka peneliti mulai melakukan pengolahan data.
4.5. Definisi Operasional Variabel dan Metode Pengukuran Variabel
Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh
peneliti dalam mengoperasionalisasikan konstruk, sehingga memungkinkan bagi
peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama
variabel dalam penelitian ini menggunakan skala interval. Menurut Erlina (2011)
skala interval adalah skala pengukuran terhadap variabel yang menyatakan
kategori, peringkat dan jarak konstruk yang diukur dari masing-masing variabel,
variabel yang diukur dengan skala interval ini disebut dengan variabel metric.
Skala interval ini biasanya diukur dengan suatu metode pengukuran yang disebut
dengan metode likert.
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan
penelitian ini, maka perlu diberikan definisi operasional atas variabel-variabel
yang akan diteliti. Definisi operasional atas setiap variabel dalam penelitian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
4.5.1. Variabel Dependen
Kualitas informasi laporan keuangan (Y) yang merupakan variabel
dependen adalah kualitas informasi yang memiliki tingkat keterandalan dimana
informasi yang dihasilkan dapat memberi keyakinan bahwa informasi tersebut
benar atau valid, dan memiliki tingkat ketepatwaktuan dimana tersedianya
informasi pada saat dibutuhkan, dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya, dan dapat dipahami oleh pengguna sebagai evaluasi bagi
pemerintah. Indikator variabel ini adalah pelaporan keuangan pemerintah daerah
yang relevan, andal, lengkap/sempurna, tepat pada waktunya, dapat dipahami,
dapat dibuktikan, mudah diakses dan dapat dibandingkan. Skala pengukuran yang
digunakan adalah metode likert dengan menghasilkan data skala interval dengan
skor 5 (SS = sangat setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (N = ragu-ragu), skor 2 (TS
= tidak setuju) dan skor 1 (STS = sangat tidak setuju). Variabel dependen ini
4.5.2. Variabel Independen
1. Kapasitas sumber daya manusia (X1) yang merupakan variabel independen
dinilai dari kemampuan seseorang atau pribadi suatu organisasi maupun
kelembagaan dalam suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau
kewenangan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien. Indikator variabel ini adalah latar belakang pendidikan akuntansi,
uraian pekerjaan, pedoman kerja bidang akuntansi, pelaksanaan pekerjaan,
pelatihan teknis akuntansiyang diadopsi dari kuesioner yang dibuat oleh
Indriasari (2008). Skala pengukuran yang digunakan adalah metode likert
dengan menghasilkan data skala interval dengan skor 5 (SS = sangat setuju),
skor 4 (S = setuju), skor 3 (N = ragu-ragu), skor 2 (TS = tidak setuju) dan
skor 1 (STS = sangat tidak setuju). Variabel ini diukur dengan 10
pertanyaan.
2. Pemanfaatan teknologi informasi (X2) yang merupakan variabel independen
yang meliputi komputer, perangkat lunak, database, jaringan, electronic
commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi. Indikator
variabel ini adalah pemanfaatan komputer dan jaringan internet, pengolahan
data yang terintegrasi, pemeliharaan komputer yang diadopsi dari Indriasari
(2008). Skala pengukuran yang digunakan adalah metode likert dengan
menghasilkan data skala interval dengan skor 5 (SS = sangat setuju), skor 4
(S = setuju), skor 3 (N = ragu-ragu), skor 2 (TS = tidak setuju) dan skor 1
(STS = sangat tidak setuju). Variabel ini diukur dengan 8 pertanyaan.
3. Penerapan standar akuntansi pemerintahan (X3) merupakan variabel
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Indikator variabel
ini adalah laporan keuangan disusun secara periodik, evaluasi atas laporan
keuangan, keterbukaan dan kejujuran dari laporan keuanganyang diadopsi
dari kuesioner yang dibuat oleh Aryani (2013). Skala pengukuran yang
digunakan adalah metode likert dengan menghasilkan data skala interval
dengan skor 5 (SS = sangat setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (N =
ragu-ragu), skor 2 (TS = tidak setuju) dan skor 1 (STS = sangat tidak setuju).
Variabel ini diukur dengan tiga pertanyaan.
4. Audit internal (X4) adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif
yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang
berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan
dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi
perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal
serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4)
kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah
digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah
dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan
dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan
tanggung jawabnya secara efektif. Indikator variabel ini adalah pemeriksaan
berkala, pemeriksaan terpadu, pemeriksaan tindak lanjut, penilaian atas
kinerja SKPD, monitoring atas program kegiatan SKPD, evaluasi atas
program dan kegiatan SKPD. Skala pengukuran yang digunakan adalah
metode likert dengan menghasilkan data skala interval dengan skor 5 (SS =
tidak setuju) dan skor 1 (STS = sangat tidak setuju). Variabel ini diukur
dengan menggunakan enam pertanyaan yang dikembangkan dari Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005.
5. Pengelolaan aset tetap milik daerah (X5) yang merupakan variabel
independen. Barang milik daerah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dalam Pasal
1 adalah segala barang yang dibeli atau diperoleh dari beban APBD atau
yang diperoleh dengan cara lainnya dengan cara yang sah. Pengelolaan
barang milik negara/daerah meliputi meliputi kegiatan perencanaan
kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan,
pemusnahaan, penghapusan, penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan
serta pengendalian yang merupakan indikator dari variabel ini. Skala
pengukuran yang digunakan adalah metode likert dengan menghasilkan data
skala interval dengan skor 5 (SS = sangat setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3
(N = ragu-ragu), skor 2 (TS = tidak setuju) dan skor 1 (STS = sangat tidak
setuju). Variabel ini diukur dengan menggunakan enam pertanyaan yang
dikembangkan dari Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014.
4.5.3. Variabel Moderating
Sistem pengendalian intern pemerintah (Z) yang merupakan variabel
moderating. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 dalam
Pasal 1 sistem pengendalian intern adalah proses yang menyeluruh pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan baik pimpinan dan seluruh
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Indikator variabel
ini adalah pelaksanaan sistem akuntansi, tersedia dan digunakannya daftar
rekening, otorisasi atas setiap transaksi, bukti transaksi yang valid dan sah, setiap
transaksi dicatat dalam buku catatan akuntansi, catatan akuntansi yang up to date,
laporan keuangan direview, sistem akuntansi yang mudah diperiksa, dan
pemisahan tugas yang diadopsi dari Indriasari (2008). Skala pengukuran yang
digunakan adalah metode likert dengan menghasilkan data skala interval dengan
skor 5 (SS = sangat setuju), skor 4 (S = setuju), skor 3 (N = ragu-ragu), skor 2 (TS
= tidak setuju) dan skor 1 (STS = sangat tidak setuju). Variabel ini diukur dengan
sembilan pertanyaan.
Dalam penelitian ini terdapat 5 (lima) variabel independen, 1 (satu)
variabel moderating dan 1 (satu) variabel dependen. Ringkasan definisi
operasional dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Jenis Variabel
Kualitas Informasi yang memiliki tingkat keterandalan dimana informasi yang dihasilkan dapat memberi keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid, dan memiliki tingkat ketepatwaktuan dimana tersedianya informasi pada saat dibutuhkan. Dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dan dapat dipahami oleh pengguna sebagai evaluasi dan dasar pengambilan keputusan bagi pemerintah untuk perbaikan di masa depan. (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan).
Kemampuan baik secara individu, organisasi/kelembagaan, maupun sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
4. Pelaksanaan
Teknologi informasi meliputi komputer, perangkat lunak, database, jaringan, electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi untuk pelaksanaan tugas-tugas akuntansi.
Standar Akuntasi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. (Sawyer, 2005)
Pengelolaan Aset Tetap Milik Daerah meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pengendalian. (Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah).
4. Bukti transaksi yang valid dan sah 5. Transaksi dicatat
dalam buku catatan akuntansi
6. Catatan akuntansi yang up to date 7. Laporan keuangan
direview
8. Sistem akuntansi yang mudah diperiksa
9. Pemisahan tugas.
4.6. Metode Analisis Data
Metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi linear berganda (multiple regression analysis). Model penelitian yang
digunakan adalah dengan menggunakan model statistik yang berfungsi untuk
menguji hipotesis dalam penelitian ini. Analisis regresi linear berganda
bermaksud untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen bila
dihubungkan dengan dua atau lebih variabel independen.
4.6.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari
rata-rata, standar deviasi, varian, nilai maksimum, nilai minimum, sum, puncak
distribusi data (kurtosis) dan homogenal distribusi (skewness). Data yang
terdistribusi secara normal mempunyai nilai skewness dan kurtosis mendekati nol
(Ghozali, 2013:21).
4.6.2. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dilakukan untuk mengetahui kualitas dari konsistensi dan
akurasi data yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian, pengujian dilakukan
1. Uji validitas bertujuan untuk mendeteksi apakah ada pertanyaan-pertanyaan
pada kuesioner yang harus dibuang/ditukar karena dianggap tidak relevan
(Umar, 2008). Pengujian ini juga untuk mengetahui dan mengukur apakah
pertanyaan pada kuesioner sudah valid atau tidak, disusun dengan akurat
atau tidak, sehingga dapat mengukur apa yang seharusnya diukur oleh
kuesioner tersebut. Pengujian dilakukan dengan membandingkan r hitung
untuk r tiap butir yang dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total
Correlation (Korelasi Product Moment dari Karl Pearson) lebih besar dari r
tabel dan nilai positif, maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut
dikatakan valid (Ghozali, 2013).
2. Uji reliabilitas, bertujuan untuk mengukur seberapa jauh hasil pengukuran
tetap konsisten walaupun dilakukan berulang kali. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden atas pertanyaan akan
tetap konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Nunnally
dalam Ghozali, 2013).
4.6.3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi berganda, terlebih dahulu diuji ada tidaknya pelanggaran terhadap
asumsi-asumsi klasik agar data dapat digunakan, sebaiknya tidak ada pelanggaran.
Pengujian ini terdiri dari:
1. Uji Normalitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi
Sebaiknya data yang digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2013). Distribusi normal akan membentuk satu
garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya
(Ghozali, 2013). Cara untuk menguji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan
normalitas distribusi residual. Jika sig atau p-value > 0,05 maka data
berdistribusi normal (Ghozali, 2013).
1. Bila nilai signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data
adalah tidak normal.
2. Bila nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data
adalah normal.
2. Uji Multikolinieritas, adalah kolerasi sempurna (100%) diantara variabel
yang digunakan dalam model. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi dikatakan baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas. Bila variabel independen saling berkolerasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah independen
yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol
(Ghozali, 2013). Salah satu untuk mendeteksi apakah model regresi yang
dipakai bebas dari permasalahan multikolinieritas dapat dilihat dari besaran
Variance Inflation Factor (VIF). Pedoman pengambilan keputusan pada
1. Jika Variance Inflation Faktor (VIF) > 10 maka artinya terdapat
persoalan multikolinieritas diantara variabel bebas.
2. Jika Variance Inflation Faktor (VIF) <10 maka artinya tidak terdapat
persoalan multikolinieritas diantara variabel bebas. VIF =
1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1.
Selain itu deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan untuk
menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai
pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen.
3. Uji Heteroskedastisitas, menurut Ghozali, (2013) uji heteroskedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat perbedaan
variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Bila
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah:
1. Dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat
(dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu
X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
2. Dengan melakukan Uji Glejser, Glejser mengusulkan untuk meregres
nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarti dalam
Ghozali, 2003). Menurut Ghozali, (2013) jika variabel independen
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada
indikasi terjadi heteroskedastisitas. Bila probabilitas sigifikansinya
diatas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
4.6.4.Pengujian Hipotesis
1. Model Pengujian Hipotesis Pertama
Pengujian hipotesis pada penelitian ini variabel independen yang
digunakan yaitu kapasitas sumber daya manusia (X1), pemanfaatan teknologi
informasi (X2), penerapan standar akuntansi pemerintahan (X3), audit internal
(X4), dan pengelolaan aset tetap milik daerah (X5) terhadap variabel dependen
yaitu kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah (Y), yaitu model
regresi multivariat yang bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu variabel
dengan variabel lain. Metode ini akan menguji tingkat signifikansi dari pengaruh
Y = a + b1X1 +b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ e Dimana:
Y : Kualitas Informasi Laporan Keuangan
a : Koefisien Konstanta
b1– b5 : Koefisien Regresi Variabel Independen
X1 : Kapasitas Sumber Daya Manusia
X2 : Pemanfaatan Teknologi Informasi
X3 : Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
X4 : Audit Internal
X5 : Pengelolaan Aset Tetap Milik Daerah
e : error
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5%.
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka dapat
dilakukan 2 (dua) pengujian terhadap variabel-variabel penelitian dengan cara:
1. Uji Statistik F
Menguji secara simultan dengan uji signifikansi simultan (uji statistik F)
yang bermaksud untuk dapat menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara simultan. Hipotesis untuk uji statistik F pada penelitian
ini dinyatakan sebagai berikut:
1. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0
artinya: kapasitas sumber daya manusia (X1), pemanfaatan teknologi
informasi (X2), penerapan standar akuntansi pemerintahan (X3), audit internal
berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah (Y) sebagai variabel independen.
2. Ha : b1≠ b2≠ b3≠ b4≠ b5≠ 0
artinya: kapasitas sumber daya manusia (X1), pemanfaatan teknologi
informasi (X2), penerapan standar akuntansi pemerintahan (X3), audit internal
(X4), dan pengelolaan aset tetap milik daerah (X5) secara simultan berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah (Y) sebagai variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan:
Jika F hitung > F tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ho ditolak
atau hipotesis yang diajukan diterima (berpengaruh).
Jika F hitung < F tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ho diterima
atau hipotesis yang diajukan ditolak (tidak berpengaruh).
2. Uji Statistik t
Dilakukan untuk menguji seberapa jauh pengaruh dari variabel independen
secara parsial terhadap variabel dependen atau untuk melihat variabel apa yang
memberikan pengaruh secara dominan diantara variabel yang ada. Hipotesis untuk
uji statistik t adalah sebagai berikut :
Ho : b = 0, kapasitas sumber daya manusia (X1), pemanfaatan teknologi
informasi (X2), penerapan standar akuntansi pemerintahan (X3),
audit internal (X4), dan pengelolaan aset tetap milik daerah (X5)
secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah (Y) sebagai variabel
Ha : b ≠ 0, kapasitas sumber daya manusia (X1), pemanfaatan teknologi
informasi (X2), penerapan standar akuntansi pemerintahan (X3),
audit internal (X4), dan pengelolaan aset tetap milik daerah (X5)
secara parsial berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah (Y) sebagai variabel independen.
Kriteria pengambilan keputusan:
Jika t hitung > t tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ho
ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima (berpengaruh).
Jika t hitung < t tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ho
diterima atau hipotesis yang diajukan ditolak (tidak berpengaruh).
3. Koefisien Determinasi (R2)
Uji R2 atau uji determinasi untuk mengukur seberapa jauh model dapat menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003:220). Nilai koefisien
determinasi berada diantara nol dan satu (0 ≤ R 2 ≤ 1). Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksikan variasi variabel dependen, jika nilai R2 semakin kecil atau mendekati nol, artinya variabel-variabel independen hampir
tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Terdapat kelemahan dalam pemakaian koefisien determinasi
yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dipakai pada model.
Beberapa peneliti menyarankan untuk memakai nilai Adjusted R2 ketika melakukan evaluasi model regresi terbaik. Berbeda dengan R2, nilai Adjusted R2 memiliki fluaktasi/naik atau turun jika satu variabel independen ditambahkan pada
4. Model Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua untuk menganalisis interaksi sistem
pengendalian intern pemerintah terhadap variabel independen berbeda dalam
mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan. Pengujian ini untuk
membuktikan hipotesis bahwa sistem pengendalian intern pemerintah merupakan
variabel moderating yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan
variabel independen terhadap variabel dependen melalui uji residual. Agar
multikolinieritas tidak terjadi maka pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
metode uji residual (Ghozali, 2013). Seluruh variabel independen harus
diregresikan dengan variabel moderating. Agar diketahui pengaruhnya, dapat
dilakukan persamaan regresi dengan model berikut ini:
Z = a + b
1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + e
Setelah menghasilkan persamaan diatas, maka akan terbentuk nilai
residual, yang akan ditransformasikan untuk menghasilkan nilai absolut residual.
Nilai absolut tersebut akan diregresikan dengan variabel kualitas informasi
laporan keuangan pemerintah daerah, sehingga akan menghasilkan persamaan
dengan model berikut:
│e│ = a + b6Y
Dimana:
Z = Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Y = Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
a = Koefisien Konstanta
b
1 – b5 = Koefisien Regresi Variabel Independen
b
Uji residual dapat memperlihatkan apakah suatu variabel dapat disebutkan
sebagai variabel moderating, apabila suatu variabel setelah dilakukan uji residual
diperoleh nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti signifikan dan
koefisien regresi bernilai negatif maka variabel tersebut merupakan variabel
moderating. Pada penelitian ini diharapkan variabel sistem pengendalian intern
pemerintah sebagai variabel moderating yang memperkuat hubungan antara
variabel kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
penerapan standar akuntansi pemerinthan, audit internal dan pengelolaan aset
tetap milik daerah dengan kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah
BAB V
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Statistik Deskriptif
Gambaran yang diperoleh dari jawaban atas kuesioner yang kembali
mengenai variabel penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kapasitas SDM (X1) 76 3,40 5,00 4,1553 ,41518
Pemanfaatan TI (X2) 76 2,60 5,00 4,1250 ,47837
Penerapan SAP (X3) 76 3,70 5,00 4,4250 ,46993
Audit Internal (X4) 76 2,20 4,70 3,7092 ,61670
Pengelolaan ATMD (X5) 76 3,50 5,00 4,3671 ,47760
Sistem PIP (Z) 76 3,00 5,00 3,9789 ,43706
Kualitas Informasi LKPD (Y) 76 3,90 5,00 4,3618 ,30549
Valid N (listwise) 76
Pada tabel di atas diketahui bahwa skor terendah dari jawaban responden
untuk variabel kapasitas sumber daya manusia adalah 3,40 dan skor tertinggi dari
jawaban responden adalah 5,00, sehingga rata-rata (mean) jumlah skor jawaban
kapasitas sumber daya manusia adalah 4,155, hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata kapasitas sumber daya manusia responden memiliki latar belakang
pendidikan, uraian pekerjaan, pedoman pekerjaan akuntansi, pelaksanaan
pekerjaan dan pelatihan teknis akuntansi sudah baik.
Skor terendah dari jawaban responden untuk variabel pemanfaatan
teknologi informasi adalah 2,60 dan skor tertinggi dari jawaban responden adalah
5,00, sehingga rata-rata (mean) total jumlah skor jawaban pemanfaatan teknologi
memanfaatkan komputer dan jaringan internet, pengelolaan data yang
terintegerasi, dan pemeliharaan komputer dengan baik di SKPD masing-masing.
Pada tabel di atas diketahui juga bahwa skor terendah dari jawaban
responden untuk variabel penerapan standar akuntansi pemerintahan adalah 3,70
dan skor tertinggi dari jawaban responden adalah 5,00, sehingga rata-rata (mean)
total jumlah skor jawaban penerapan standar akuntansi pemerintahan adalah
4,425, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden telah melakukan
pencatatan laporan keuangan secara periodik, evaluasi atas laporan keuangan, dan
pencatatan secara jujur dan terbuka dari laporan keuangan di SKPD
masing-masing.
Pelaksanaan audit internal diketahui memiliki skor terendah 2,20 dan skor
tertinggi dari jawaban responden 4,70, sehingga rata-rata (mean) total jumlah skor
jawaban audit internal adalah 3,709, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
responden telah cukup melakukan pemeriksaan berkala, pemeriksaan terpadu,
pemeriksaan tindak lanjut, penilaian atas kinerja SKPD, monitoring atas program
kegiatan SKPD, dan evaluasi atas program dan kegiatan SKPD masing-masing.
Variabel pengelolaan aset tetap milik daerah memiliki skor terendah dari
jawaban responden yaitu 3,50 dan skor tertinggi dari jawaban responden adalah
5,00, sehingga rata-rata (mean) total jumlah skor jawaban pengelolaan aset tetap
milik daerah adalah 4,367, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pengelolaan aset
tetap milik daerah (pengadaan, pemanfaatan, penatausahaan, pemeliharaan,
pengawasan, dan penghapusan) terhadap aset tetap milik daerah telah dilakukan
Variabel sistem pengendalian intern pemerintah memiliki skor terendah
atas jawaban responden yaitu sebesar 3,00 dan skor tertinggi dari jawaban
responden adalah 5,00, sehingga rata-rata (mean) total jumlah skor jawaban
sistem pengendalian intern pemerintah adalah 3,978, hal ini menunjukkan bahwa
variabel sistem pengendalian intern pemerintah telah dilakukan dengan baik
(meliputi kegiatan rencana organisasi, prosedur, dan catatan yang dirancang untuk
menjaga keterandalan data akuntansi) dan terkait dengan meningkatkan kualitas
informasi laporan keuangan pemerintah daerah.
Sedangkan untuk variabel kualitas informasi laporan keuangan pemerintah
daerah diketahui bahwa skor terendah dari jawaban responden adalah 3,90 dan
skor tertinggi dari jawaban responden adalah 5,00, sehingga rata-rata (mean) total
jumlah skor jawaban kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah
adalah 4,361, hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kualitas informasi laporan
keuangan pemerintah daerah berupa relevan, andal, lengkap/sempurna, tepat
waktu, dapat dipahami, dapat dibuktikan, mudah diakses, dan dapat dibandingkan
telah dilaksanakan dengan baik.
5.2 Deskripsi Data Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini telah dilakukan melalui beberapa
tahap, yakni dengan menyebarkan 76 kuesioner kepada responden yang berada
pada SKPD di Pemerintah Kota Tebing Tinggi sebanyak 31 SKPD yang terdiri
dari 1 Sekretariat Daerah, 1 Sekretariat DPRD, 5 Badan, 11 Dinas dan 13 Kantor.
Setiap SKPD diberikan 2 (dua) kuesioner yaitu kepada kepala SKPD dan Pejabat
ditentukan, kuesioner dikutip kembali. Total 76 kuesioner yang dibagikan
seluruhnya kembali dengan baik, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Tingkat Pengembalian Kuesioner
No Uraian Instansi Sebar Kembali
1 Sekretariat Daerah Kota 1 16 16
2 Sekretariat DPRD 1 2 2
3 Badan 5 10 10
4 Dinas 11 22 20
5 Kantor 13 26 26
Jumlah 31 76 76
5.2.1 Deskripsi Lokasi
Lokasi pada penelitian ini adalah setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Kota Tebing Tinggi dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 DRT Tahun 1956 dengan luas wilayah
38.438 km2 dimana secara geografis sebelah utara berbatasan dengan PTPN III Kebun Rambutan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai, sebelah
selatan dengan PTPN IV Kebun Pabatu dan Perkebunan Paya Pinang Kecamatan
Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai, sebelah timur dengan PT. Socfindo
Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Serdang Bedagai dan sebelah barat dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai (BPS Tebing Tinggi,
2013).
5.2.2 Karakteristik Responden
Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, dapat dilihat demografi
responden penelitian yang terdiri dari:
(2) Pangkat dan golongan, klasifikasinya: Golongan II, III, dan IV.
(3) Lama bekerja, klasifikasinya yaitu: 1 – 5 tahun, 6 – 10 tahun, 11 – 15 tahun,
16 – 20 tahun dan > 21 tahun;
(4) Kursus/diklat/bimbingan teknis di bidang akuntansi, pengelolaan keuangan
daerah dan penyusunan laporan keuangan yang diikuti, klasifikasinya: tidak
pernah, 1-2 kali (minim sekali), 3-5 kali (pernah), 6-10 kali (sering) dan
11-20 kali (sangat sering).
(5) Jurusan pendidikan terakhir yang telah diikuti, klasifikasinya yaitu: Ekonomi
dan Non Ekonomi.
(6) Jabatan/tugas pokok di SKPD, klasifikasinya: Kepala SKPD dan Pejabat
Penatausahaan Keuangan (PPK).
Berikut gambaran mengenai demografi responden yang dapat dilihat pada
Tabel 5.3 Demografi Responden sebagai berikut:
Tabel 5.3 Demografi Responden
Nomor Demografi Responden Frekuensi Persentase (%)
1 Pendidikan Terakhir
4 Kursus/Diklat/Bimbingan Yang Pernah Diikuti
1 Minim sekali(1-2 kali) 39 51,3%
2 Pernah (3-5 kali) 30 39,5%
3 Sering (6-10 kali) 7 9,2%
1 Ekonomi 43 56,6%
2 Non Ekonomi 33 43,4%
6 Jabatan
1 Kepala SKPD 38 50%
2 PPK 38 50%
5.3 Uji Kualitas Data
Sebelum dilakukan pengujian data baik untuk deskripsi data penelitian
maupun untuk pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis maka perlu
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas data karena jenis data penelitian adalah
data primer. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan keakuratan
data yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian yaitu kuesioner.
5.3.1. Uji Validitas
Pengujian validitas untuk setiap pertanyaan pada kuesioner dapat dilihat
dari nilai validitas pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika nilai
korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada nilai kritis (r hitung > r tabel) maka
instrumen tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2013).
Dengan menggunakan responden yang diteliti sebanyak 76 orang, nilai
r-tabel dapat diperoleh dari df (degree of freedom) = n-2, n merupakan jumlah
responden. Maka df untuk penelitian ini adalah 74, dengan taraf signifikansi 5 %
maka nilai r tabelnya yaitu 0,226. Berdasarkan hasil uji validitas dapat
disimpulkan bahwa semua item pertanyaan pada variabel independen, variabel
dependen dan variabel moderating adalah valid. Hal ini dapat dilihat dari nilai r
hitung lebih besar dari nilai r tabel yang tercantum dalam lampiran 4 penelitian
5.3.2.Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas, tahap selanjutnya adalah melakukan uji
reliabilitas data yaitu dengan melihat nilai cronbach’s alpha, Apabila nilai
cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7 maka kuesioner penelitian tersebut
dinyatakan reliabel (Ghozali, 2013).
Tabel 5.4 Uji Reliabilitas Variabel
Variabel Cronbach
Alpha
Batas
Reliabilitas Keterangan
Kualitas Informasi LKPD (Y) 0,799 0,7 Reliabel
Kapasitas SDM (X1) 0,735 0,7 Reliabel
Pemanfaatan TI (X2) 0,797 0,7 Reliabel
Penerapan SAP (X3) 0,863 0,7 Reliabel
Audit Internal (X4) 0,758 0,7 Reliabel
Pengelolaan ATMD (X5) 0,919 0,7 Reliabel
SPIP (Z) 0,829 0,7 Reliabel
Hasil pengujian seperti yang terlihat pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa
nilai cronbach’s alpha untuk semua variabel lebih besar dari 0,7 maka dapat
dinyatakan instrumen tersebut reliabel.
5.4. Uji Asumsi Klasik
Pada analisis ini perlu dilihat terlebih dahulu apakah data tersebut bisa
dilakukan pengujian model regresi. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk
menentukan model regresi dapat diterima secara ekonometrik. Pengujian asumsi
klasik terdiri dari pengujian normalitas, pengujian multikolonieritas dan pengujian
heteroskedastisitas. Data yang disajikan pada penelitian ini adalah data cross
5.4.1 Uji Normalitas
Pada uji normalitas dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji
normalitas bertujuan untuk melihat normal tidaknya data yang akan dianalisis.
Ada dua cara yang digunakan yaitu analisis grafik dan uji statistik.
1. Analisis Grafik
pengujian analisis grafik, dilakukan dengan melihat grafik histogram dan
grafik normal p-p plot. Grafik histogram di atas menggambarkan pola distribusi
yang seimbang dan normal. Hasil yang sama ditunjukkan pada grafik normal p-p
plot, dimana terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan
penyebarannya mendekati garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa
model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Ini dapat dilihat dari Lampiran
5 dalam penelitian ini.
2. Analisis Statistik
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov dan dengan melihat uji grafik, maka dapat disimpulkan bahwa data
mempunyai distribusi normal. Jika nilai probabilitas asymp. sig (2-tailed) pada uji
Kolmogorov Smirnov lebih besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa data
berdistribusi normal, sebaliknya jika probabilitas asymp. sig (2-tailed) lebih kecil
dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal (Ghozali,
2013).
Tabel 5.5. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual
N 76
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Most Extreme Differences
Absolute .069
Positive .069
Negatif -.057
Kolmogorov-Smirnov Z .602
Asymp. Sig. (2-tailed) .862
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,602 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,862. Karena nilai asymp. sig
(2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal.
5.4.2 Uji Multikolonieritas
Berdasarkan hasil uji korelasi diantara variabel independen dengan melihat
nilai VIF dan nilai tolerance dapat disimpulkan tidak terjadi masalah
multikolonieritas. Hal ini didukung dengan nilai VIF yang relatif kecil, dan tidak
ada yang lebih besar dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 (Ghozali,
2013).
Tabel 5.6 Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Kualitas Informasi LKPD
Pada Tabel 5.6 terlihat bahwa variabel kapasitas sumber daya manusia,
audit internal, dan pengelolaan aset tetap milik daerah memiliki nilai VIF dibawah
10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini dapat dinyatakan bahwa
diantara variabel independen tidak terjadi masalah multikolonieritas.
5.4.3 Uji Heteroskedastisitas
1. Analisis Grafik
Uji heteroskedastisitas terhadap data menyimpulkan bahwa model regresi
tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari scatterplot dimana
penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola
tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y (Ghozali, 2013). Seperti terlihat pada lampiran 6 dalam penelitian ini.
2. Analisis statistik
Tabel 5.7. Uji Glejser
Coefficientsa a. Dependent Variable: abs
Berdasarkan pada Tabel 5.7, hasil uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan Uji Glejser, maka semua variabel independen mempunyai nilai
probabilitas signifikansinya lebih besar dari α = 0,05 yaitu masing-masing
kapasitas sumber daya manusia (0,668), pemanfaatan teknologi informasi (0,844),
pengelolaan aset tetap milik daerah (0,454), sehingga dapat disimpulkan bahwa
model tidak mengandung heteroskedastisitas.
5.5. Pengujian Hipotesis Pertama
Setelah diketahui bahwa tidak ada pelanggaran pengujian asumsi klasik
dan model sudah dapat digunakan untuk melakukan analisa regresi berganda,
maka selanjutnya adalah pengujian hipotesis pertama yaitu kapasitas sumber daya
manusia, pemanfaatan teknologi informasi, penerapan standar akuntansi
pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan aset tetap milik daerah berpengaruh
secara simultan dan parsial terhadap kualitas informasi laporan keuangan
pemerintah derah. Untuk melihat pengaruh secara simultan yaitu dengan
menggunakan uji statistik F, sedangkan untuk melihat pengaruh secara parsial
yaitu dengan menggunakan uji statistik t.
5.5.1.Uji Statistik F
Hasil pengujian statistik F (uji simultan) pada kapasitas sumber daya
manusia, pemanfaatan teknologi informasi, penerapan standar akuntansi
pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan aset tetap milik daerah berpengaruh
secara simultan terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah derah
diperoleh hasil sebagai mana terdapat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1464,078 5 292,816 39,920 ,000b
Residual 513,448 70 7,335
Total 1977,526 75
a. Dependent Variable: Kualitas Informasi LKPD
Berdasarkan Tabel 5.8, nilai F hitung 39, 920 lebih besar dari nilai F tabel
2,346 dan nilai signifikansi F sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 maka Ho
ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima. Hal ini berarti semua variabel
independen (kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
penerapan standar akuntansi pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan aset
tetap milik daerah) secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen
(kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah) pada taraf signifikansi α
= 0,05.
5.5.2 Uji Statistik t
Hasil pengujian statistik t (uji parsial) pada kapasitas sumber daya
manusia, pemanfaatan teknologi informasi, penerapan standar akuntansi
pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan aset tetap milik daerah terhadap
kualitas informasi laporan keuangan pemerintah derah diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 5.9 Uji Statistik t
Coefficientsa
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 5.9 kriteria pengambilan
sebesar 1,994 maka secara parsial pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen diuraikan sebagai berikut:
Variabel kapasitas sumber daya manusia memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,058 lebih besar dari α = 0,05, dan nilai t sebesar 1,925 lebih kecil dari t
tabel 1,994 dan koefisien regresi yang bernilai positif sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap variabel kualitas informasi laporan keuangan pemerintah
daerah.
Variabel pemanfaatan teknologi informasi memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05, nilai t sebesar 5,079 lebih besar dari t tabel
1,994 dan koefisien regresi yang bernilai positif, sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif signifikan
terhadap variabel kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah.
Variabel penerapan standar akuntansi pemerintahaan memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05, nilai t sebesar 4,198 lebih
besar dari t tabel 1,994 dan koefisien regresi yang bernilai positif sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel penerapan standar akuntansi pemerintahan
berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kualitas informasi laporan
keuangan pemerintah daerah.
Variabel audit internal memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih
kecil dari α = 0,05, nilai t sebesar 3,888 lebih besar dari t tabel 1,994 dan
koefisien regresi yang bernilai positif sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
audit internal berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kualitas informasi
Variabel pengelolaan aset tetap milik daerah memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,098 lebih besar dari α = 0,05, nilai t sebesar 1,678 lebih kecil dari t tabel
1,994 dan koefisien regresi yang bernilai positif sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel pengelolaan aset tetap milik daerah berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap variabel kualitas informasi laporan keuangan pemerintah
daerah.
Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diformulasikan persamaan regresi berganda
antara variabel independen terhadap variabel dependen berikut ini:
Y = 8,962 + 0,148X1 + 0,664X2 + 1,397X3 + 0,558X4 + 0,191X5
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel
independen kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
penerapan standar akuntansi pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan aset
tetap milik daerah menunjukkan angka positif, hal ini berarti bahwa hubungan
antara kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
penerapan standar akuntansi pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan aset
tetap milik daerah dengan kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah
adalah positif, maka jika semakin tinggi/baik kapasitas sumber daya manusia,
pemanfaatan teknologi informasi, penerapan standar akuntansi pemerintahan,
audit internal, dan pengelolaan aset tetap milik daerah maka semakin tinggi/baik
kualitas informasi laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Dimana
pengaruh yang paling besar adalah variabel penerapan standar akuntansi
pemerintahan sebesar 139,7 % dan diikuti oleh variabel pemanfaatan teknologi
artinya bila variabel independen bernilai nol maka nilai variabel kualitas informasi
laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi akan bertambah sebesar 8,962.
5.5.4. Koefisien Determinasi
Tabel 5.10 Nilai Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,860a ,740 ,722 2,70832
a. Predictors: (Constant), Pengelolaan Aset TMD, Kapasitas SDM, Pemanfaatan TI, Audit Internal, Penerapan SAP
b. Dependent Variable: Kualitas Informasi LKPD
Nilai R square (R2) atau nilai koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai R2 adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel dependen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. (Ghozali, 2013).
Dari Tabel 5.10 diketahui nilai R square (R2) sebesar 74% . Namun jika independen variabel lebih dari satu maka sebaiknya untuk melihat kemampuan
variabel memprediksi variabel dependen, nilai yang digunakan adalah nilai
adjusted R2. Nilai adjusted R2 sebesar 0,722 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 72,2%. Dengan
kata lain 72,2% perubahan dalam kualitas informasi laporan keuangan pemerintah
daerah mampu dijelaskan variabel kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan
dan pengelolaan aset tetap milik daerah dan sisanya sebesar 27,8% dijelaskan oleh
variabel/faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.
5.6 Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua ini menggunakan analisis regresi berganda
dengan uji residual, dan variabel moderating berupa sistem pengendalian intern
pemerintah. Penggunaan variabel moderating ini dimaksudkan untuk
membuktikan hipotesis bahwa variabel sistem pengendalian intern pemerintah
dapat memoderasi yaitu hubungan variabel kapasitas sumber daya manusia,
pemanfaatan teknologi informasi, penerapan standar akuntansi pemerintahan,
audit internal, dan pengelolaan aset tetap milik daerah dengan variabel kualitas
informasi laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil persamaan regresi linear
terhadap variabel moderating sistem pengendalian intern pemerintah dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11 Hasil Pengujian Regresi Hipotesis Kedua Coefficientsa
a. Dependent Variable: Sistem PIP
Model (a) yang dapat dikembangkan dari hasil penelitian hipotesis kedua adalah:
Tabel 5.12 Hasil Uji Residual Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6,380 2,092 3,050 ,003
Kualitas Informasi LKPD -,061 ,028 -,244 -2,166 ,034 a. Dependent Variable: abs_res
Model (a) di atas untuk hipotesis kedua bertujuan untuk mendapatkan
nilai residual dari variabel moderating. Nilai residual dari model (a) digunakan
sebagai variabel independen pada model (b). Dari hasil uji model (b) akan
diperoleh kesimpulan apakah variabel sistem pengendalian intern pemerintah bisa
dikatakan variabel moderating yang memperkuat atau tidak. Sebuah variabel bisa
dikatakan sebagai variabel moderating apabila nilai signifikan < dari nilai α =
0,05 dan memiliki nilai koefisien yang negatif.
Hasil pengujian model (b) dapat dilihat pada Tabel 5.12 di atas dan
selanjutnya dari tabel tersebut maka model uji residual dapat diformulasikan
dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
|e| = 6,380 – 0,061 Y
Berdasarkan hasil uji residual yang dilakukan diketahui bahwa tingkat
signifikansi kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah sebesar 0,034
lebih kecil dari α = 0,05 dan koefisien regresi yang bernilai -0,061 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel sistem pengendalian intern pemerintah merupakan
variabel moderating yang dapat memperkuat hubungan antara kapasitas sumber
daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, penerapan standar akuntansi
pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan aset tetap milik daerah terhadap
5.7 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian hipotesis pertama menyimpulkan bahwa secara simultan
variabel kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
penerapan standar akuntansi pemerintahan, audit internal, dan pengelolaan aset
tetap milik daerah berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas informasi
laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
Secara parsial variabel pemanfaatan teknologi informasi, penerapan
standar akuntansi pemerintahan, dan audit internal berpengaruh positif signifikan
terhadap kualitas informasi laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi,
sedangkan variabel kapasitas sumber daya manusia dan pengelolaan aset tetap
milik daerah secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kualitas
informasi laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
5.7.1. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Hasil uji atas pengaruh variabel kapasitas sumber daya manusia terhadap
variabel kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah menggunakan uji
t diperoleh hasil tingkat signifikansi variabel kapasitas sumber daya manusia
sebesar 0,058 yang lebih besar dari α = 0,05 dan koefisien regresi 0,148. Hal ini
menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap kualitas informasi laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing
Tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Ali Fikri,
dkk (2015), Winidyaningrum (2009), Sukmaningrum (2012) yang menunjukan
adanya pengaruh positif tidak signifikan antara sumber daya manusia terhadap
kapasitas sumber daya manusia tidak berpengaruh terhadap keterandalan laporan
keuangan. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Mahaputra
(2014), Choirunisah (2008), Wansyah (2012), Yosefrinaldi (2013), Darmayani
(2014), Deni Herdianto (2015) dan Pakong, dkk (2013) yang menyimpulkan
bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas informasi
laporan keuangan pemerintah daerah. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Penelitian Alimbudiono & Fidelis (2004), dalam menilai kinerja dan kualitas
sumber daya manusia untuk melaksanakan fungsi akuntansi, dapat dilihat dari
kompetensi sumber daya dan tingkat tanggung jawabnya. Pelaksanaan tugas dan
fungsi penyusunan laporan keuangan diperlukan kapasitas sumber daya manusia
yang memiliki kompetensi dalam bidang ilmu akuntansi. Kompetensi merupakan
karakteristik dasar seseorang dalam mencapai kinerja yang lebih baik dalam
menjalankan pekerjaannya.
Pemerintah Kota Tebing Tinggi perlu melakukan upaya peningkatan
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang terlibat dalam penyusunan
laporan keuangan, yaitu dilaksanakannya bimbingan teknis secara berkala yang
berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP)
Kota Tebing Tinggi, dilaksanakan pertemuan rutin setiap bulan dan
mengikutsertakan para Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat. Latar
belakang pendidikan akuntansi, uraian pekerjaan, pedoman kerja dalam bidang
akuntansi dan pelaksanaan pekerjaan yang baik akan mempermudah pencapaian
Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap kualitas informasi laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi
diperkirakan oleh kondisi dari sumber daya manusia pengelola keuangan yang ada
belum maksimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Hal ini dapat dilihat
dari kapasitas sumber daya manusia pengelola keuangan dalam menjalankan
standar akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual masih baru dalam
penerapannya. Dilihat dari latar belakang pendidikan responden dalam
demografinya sebesar 43,4% responden berlatar belakang pendidikan non
ekonomi, sehingga memungkinkan responden yang belum menguasai sepenuhnya
tugas dan fungsinya. Dilihat dari kursus/diklat/bimbingan diikuti 51,3% dari
responden minim sekali (1-2 kali) dalam mengikuti diklat, dapat diduga minimnya
mengikuti diklat juga akan sangat kurang dalam memahami pelaksanaan tugas
dan fungsinya.
5.7.2. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Hasil uji atas pengaruh variabel pemanfaatan teknologi informasi terhadap
variabel kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah menggunakan uji
t dan diperoleh hasil tingkat signifikansi variabel pemanfaatan teknologi informasi
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari α = 0,05 dan koefisien regresi 0,664. Hal ini
menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif
signifikan terhadap variabel kualitas informasi laporan keuangan Pemerintah Kota
Tebing Tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Indriasari (2008),
Winidyaningrum (2010), Wansyah, dkk (2012), Yosefrinaldi (2013), Yuliani, dkk
terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah. Namun
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deni Herdianto (2015) yang
menunjukkan pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan.
SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah memanfaatkan
teknologi informasi secara efisien dan efektif untuk kelancaran dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Pemanfaatan komputer dan
jaringannya serta pemeliharaan yang baik akan sangat mempermudah pengolahan
data yang terintegarasi dalam penyusunan laporan keuangan. Fasilitas teknologi
informasi yang baik di setiap SKPD sangat mendukung kelancaran dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah sehingga akan menghasilkan
kualitas informasi laporan keuangan pemerintah yang relevan, andal,
lengkap/sempurna, tepat waktu, dapat dipahami, dapat dibuktikan, mudah diakses
dan dapat dibandingkan. Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Manajemen
Daerah (SIMDA) di Pemerintah Kota Tebing Tinggi menjadi salah satu faktor
yang membuat pengaruh teknologi informasi sangat signifikan, serat didukung
oleh Peraturan Walikota Nomor 38 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Kota Tebing Tinggi dan Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 39 Tahun 2014
Tentang Sistem dan Prosedur Akuntansi Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
Berdasarkan demografi responden 64,5% responden memiliki pendidikan
terakhir adalah sarjana dan selebihnya strata dua, hal ini sangat mempengaruhi
kemampuan responden dalam mengauasi teknologi informasi. Dilihat dari
lamanya bekerja 46,1% lamanya bekerja responden diatas 20 tahun, dimana pada