• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA PANDAI BESI DI DUSUN GAMAN DESA SIHASTORUAN KECAMATAN TARABINTANG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 1970-2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "USAHA PANDAI BESI DI DUSUN GAMAN DESA SIHASTORUAN KECAMATAN TARABINTANG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 1970-2009"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DUSUN GAMAN DESA SIHASTORUAN

KECAMATAN TARABINTANG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

2.1 Letak geogrfafis Dusun Gaman Desa Sihastoruan

Desa Sihastoruan terbagi menjadi 4 dusun yaitu, Dusun Gaman, Dusun

Gaman Toruan, Dusun Situmeang dan Dusun Onggol, termasuk Kecamatan

Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan. Desa ini merupakan salah satu desa

dari 10 desa yang terdapat di Kecamatan Tarabintang. Sihastoruan merupakan

kepanjangan dari Sihotang Hasugian Toruan, disebut sebagai Desa Sihotang

Hasugian Toruan karena penduduk desa ini kebanyakan marga Sihotang dan

Hasugian.

Terletak pada ketinggian 700-1000 m diatas permukaan laut, dengan topografi

berbukit-bukit atau pengunungan, banyaknya curah hujan pertahun 2000 mm, dan

suhu udara rata-rata 280 C. Desa Sihastoruan berbatasan dengan Kecamatan Parlilitan di sebelah Utara, Desa Marpadan di sebelah Timur, Desa Sihombu di sebelah Selatan,

dan Desa Tarabintang di sebelah Barat. Jarak kota Medan sebagai ibukota provinsi

adalah 400 Km, Doloksanggul sebagai ibukota kabupaten adalah 50 Km, jarak

Tarabintang sebagai ibukota kecamatan adalah 12 Km. Luas Desa Sihastoruan adalah

sekitar 46 Km2. wilayahnya merupakan pedesaan yang masih dikelilingi hutan yang ditumbuhi tanaman keras, sedangkan pada lahan yang datar dijadikan persawahan dan

(2)

mengalir beberapa sungai kecil yang mengelilingi Desa Sihastoruan, sungai inilah

yang dimanfaatkan penduduk desa untuk keperluan sehari-hari, seperti memasak,

mandi, mencuci, menjala, dan juga untuk mengairi sawah. Pola pemukiman didesa ini

adalah pola berbanjar dengan posisi rumah berhadap-hadapan satu dengan

lainnya,lantai dan dinding terbuat dari papan dan seng.

Hanya sebagian kecil saja rumah penduduk yang terbuat dari keramik dan

beton. Jalan yang terbentang dihadapan rumah merupakan halaman bersama seluruh

warga desa, pada umumnya halaman warga desa masih luas, sehingga halaman ini

biasa digunakan sebagai tempat untuk bermain anak-anak, melaksanakan upacara

adat dan tempat para pengrajin melaksanakan kegiatannya. Pada bagian belakang,

biasanya terdapat kandang ternak babi atau ayam, diantara kandang ternak tersebut

biasanya ditanami kopi, rambutan, langsat, sirsak dan lain-lain.

2.2 Komposisi Penduduk

Mata pencaharian di kecamatan Tarabintang pada umumnya adalah bertani.

Hal ini terjadi karena wilayah pertanian yang masih luas. Mayoritas penduduk adalah

petani padi yang kemudian merangkap menjadi petani karet, di Desa Sihastoruan

tepatnya di Dusun Gaman sebagian masyarakat juga bekerja sebagai pengrajin.

Dalam hal pekerjaan, terdapat pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan.

Biasanya laki-laki akan turun tangan menangani pohon karet mereka sedangkan

(3)

Data-Data Penduduk Desa Sihas Toruan

NO KETERANGAN JUMLAH ( JIWA )

1 Jumlah Laki-Laki 436

2 Jumlah Perempuan 404

3 Pendidikan SD 345

4 Pendidikan SLTA 169

5 Pendidikan D3/S1 13

Sumber: Data Umum Desa Sihas Toruan, Kantor Kepala Desa Sihas Toruan

Tahun 2009.

2.3 Kehidupan Ekonomi

Kehidupan ekonomi masyarakat Desa Sihastoruan didominasi kehidupan

sebagai petani, karyawan baik negri/swasta dan pedagang. Kehidupan ekonomi ini

tampak dalam hal pemilikan rumah tempat tinggal, kelengkapan rumah tangga,

makanan, pendidikan dan juga pakaian. Sebagian besar rumah tempat tinggal

penduduk terbuat dari bahan baku kayu baik untuk lantai maupun dindingnya, atap

rumah umumnya telah menggunakan seng ada juga rumah yang sudah berlantaikan

semen, sebagian masyarakat juga sudah berlantai keramik dan berdinding beton.

Begitu pula pemilikan dalam kelengkapan rumah tangga masih tampak jelas,

belum semua warga yang mempunyai TV dirumahnya, akan tetapi baik di kedai kopi

maupun kedai tuak televisi dapat kita temukan. Sebagaiman biasanya masyarakat

(4)

nasi tiga kali satu hari, yakni pagi, siang, dan malam. Dalam bersantap makanan tidak

ketinggalan lauk dan sambal, lauk yang biasa dimakan warga adalah ikan asin, dan

kadang-kadang ikan yang dipancing dan di jala dari sungai seperti ikan haporas, ikan

gaman, dan ikan anak garing dan juga lauk dari hewan buruan atau yang didapat

warga dari jorat atau perangkap yang dipasang warga di kebun karet mereka, seperti

kancil, monyet, dan babi hutan. Biasanya jika warga mendapatkan hasil

perangkapnya maka akan dimakan bersama oleh warga dan dibuat tambul9oleh

laki-laki yang minum tuak, sedangkan sayur-sayuran biasanya langsung dari ladang warga

dipetik dan dimasak menunggu hari pekan yang ada sekali seminggu di ibukota

kecamatan. Kebiasaan lain yang dikenal warga Desa Sihastoruan adalah

manggadong10

Masyarakat Desa Sihastoruan sebagian besar belum memiliki kamar mandi,

sehingga untuk mandi, mencuci, dan mengangkat air semua dari sungai yang

mengalir berada dekat rumah penduduk. Sarana penerangan sudah menjangkau

sampai ke desa-desa sehingga sebagian besar penduduk sudah memanfaatkan fasilitas

penerangan berupa listrik tersebut. Masih sedikit masyarakat yang memiliki

kendaraan roda dua apalagi memiliki mobil masih bisa dihitung jari. Untuk bepergian

ke kota Medan hanya ada satu bus yaitu Sampri yang sejak dulu sampai saat ini

masih beroperasi.

,akan tetapi sekarang telah berkembang dan bervariasi jenis

makananya, seperti goreng pisang, lepat, mi sop, mi ayam dan bakso.

9

Tambul sejenis makanan yang diminum bersama tuak atau nira .

10

Manggadong adalah sejenis makanan pengganti nasi pada zaman dulu yang artinya

(5)

Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahkan anak-anak kaum ibu

bekerja di ladang dan sawah mereka, sedangkan kaum ayah bekerja dikebun karet dan

diusaha pandai besi bagi yang memiliki usaha pandai besi, anak-anak biasanya

membantu orangtua setelah pulang sekolah. Kebutuhan warga desa ini agaknya masih

tergolong sederhana apabila ditinjau dari segi pemilikan barang-barang serta menu

makanan serta pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

2.4. Kehidupan Sosial Budaya

Penduduk Desa Sihastoruan mengikuti garis keturunan Patrilineal, yakni

sistem penarikan garis keturunan mengikuti pihak laki-laki, oleh karena itu, bapak

adalah sumber keturunan dan kekuasaan maka garis keturuna patrilineal berlaku

sampai saat ini di Desa tersebut. Satu keturunan kelompok yang mempunyai garis

keturunan yang sama berdasarkan nenek moyang yang sama dinamakan marga.Suatu

kelompok kekerabatan didesa ini dihitung berdasarkan satu bapak atau ayah (sa

ama)satu kakek atau nenek moyang(sa ompu). Warga desa ini masih menunjukkan

garis hubungan kekerabatan terhadap kaum kerabatnya sampai beberapa generasi

sebelumnya. Satuan kekerabatan yang paling kecil adalah keluarga batin yang disebut

ripe yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah. Satuan

kekerabatan yang lebih besar adalah marga yang dapat berarti klen. Bagi mereka

kesamaan marga sangat penting karena orang yang satu marga masih merasa satu

keturunan yang sangat dekat. Hal ini menimbulkan adanya rasa persaudaraan yang

bertanggungjawab satu sama lain, meskipun telah dipisahkan oleh garis keturunan

(6)

Perkawinan yang semarga tidak diperbolehkan dan dianggap tabu oleh warga

Desa.Suatu perkawinan mengakibatkan terjadinya hubungan antar

kelompok-kelompok kerabat dari seseorang dengan kelompok-kelompok kerabat tempat istrinya berasal

dan kelompok kerabat suaminya. Kelompok pemberi anak disebut dengan hula-hula,

kelompok penerima anak disebut dengan boru, sedangkan kelompoknya sendiri

disebut dengan dongan sabutuha. Secara keseluruhan ketiga kelompok ini dinamakan

Dalihan Na Tolu dan merupakan prinsip dasar yang menjadi landasan dan ukuran

dalam tata hubungan sosial orang Batak Toba. Dalihan Na Tolu tidak hanya sekedar

menetapkan struktur sosial dan fungsi sosial masyarakat Toba, tetapi juga

menetapkan sikap dan perilaku yang patut ditampilkan oleh setiap kelompok. Manat

atau berhati-hati merupakan sikap terhadap dongan sabutuha (marga yang sama).

Somba atau hormat merupakan sikap yang patut ditampilkan terhadap hula-hula dan

elek atau lemah lembut merupakan sikap yang patut ditampilkan terhadap boru.

Hubungan tersebut digambarkan dalam suatu kalimat yang bersifat hipotesis dan

selalu diucapkan oleh orang Batak Toba pada umumnya yakni “somba

marhula-hula”, “elek marboru”, dan “manat mardongan tubu” yang kira-kira berarti sembah

sujud kepada hula-hula, bersifat membujuk pada boru, dan berhati-hati terhadap

kerabat semarga.11

Disamping kelompok kekerabatan dalam masyarakat Desa Sihastoruan

terdapat pengelompokan sosial seperti dongan sahuta, yaitu( kerabat satu kampung

/desa) yang merupakan kesatuan yang didasarkan atas kesamaan tempat tinggal,

11

(7)

dongan saparadaton yaitu (pengelompokan sosial yang didasarkan atas kesatuan

dalam kerja adat). Biasanya kelompok ini adalah gabungan dari beberapa desa yang

masih mempunyai hubungan kekerabatan walaupun sudah agak jauh. Biasanya

ibu-ibu yang masih semarga atau semarga suaminya mempunyai kumpulan yang disebut

dengan arisan yang dilakukan sekali sebulan secara bergilir dirumah masing-masing

anggota. Selain untuk menjalin kekeluargaan ibu-ibu ini juga membuat kumpulan

uang khas guna menambah simpanan untuk keperluan mendadak dan keperluan

lainya.

Dalam adat-istiadat penduduk desa ini sangat ditekankan menghormati

orangtua dan orang yang lebih tua. Hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari

dan dalam kerja adat di desa ini. Selain itu terdapat pula pantangan terhadap anak

untuk menyebutkan nama orang tua, biasanya mempunyai panggilan berdasarkan

nama anaknya yang tertua.

Di desa Sihastoruan masih sering diselenggarakan upacara-upacara adat terutama

upacara dalam daur hidup atau mangukkal holi,12

12

Mangungkkal holi adalah upacara atau pesta menggali tulang tulang nenek moyang yang

telah lama meninggal dan menyatukan nya dengan keluarganya yang sudah meninggal juga dalam suatu tugu yang telah dibangun, acara mangukkal holi adalah salah satu pesta besar bagi orang Batak Toba

meskipun dalam pelaksanaanya

telah diwarnai oleh upacara keagamaan khususnya agama Kristen. Dengan masuk dan

berkembangnya kehidupan beragama di Desa Sihastoruan sangat berpengaruh dalam

kehidupan seluruh warga desa khusunya bagi keluarga inti, hal ini dapat dilihat dari

(8)

lebih dari satu, selain itu sangat jarang ditemukan kasus perceraian suami-istri di

Desa Sihastoruan.

Disamping satuan sosial yang didasarkan atas kesatuan geneologis dan

kesatuan teritorial, terdapat pula kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan

agama, satuan sosial yang didasarkan atas agama dibedakan berdasarkan sektenya,

yaitu sekte HKBP, sekte GKLI, dan Katolik. Setiap sekte memiliki perkumpulan

kaum ibu, perkumpulan bapak-bapak, dan perkumpulan remaja atau muda-mudi.

Kegiatan kelompok tersebut diutamakan untuk tujuan pengembangan kerohanian dan

mengisi sebagian dari acara kebaktian setiapa hari minggu di gereja.

Di Desa Sihastoruan terdapat lembaga PKK, Poskesdes dan Posyandu,

disamping itu terdapat pula lembaga sosial dibidang pendidikan formal seperti PAUD

dan SD. Untuk menciptakan lingkungan yang bersih warga desa melaksanakan

gotong royong sekali dalam dua bulan, belum terdapat balai desa sebagai tempat rapat

atau pertemuan warga, dinas dan pejabat yang mengadakan pertemuan. Jika ingin

diadakan rapat atau pertemuan maka akan diadakan di rumah kepala desa dan rumah

raja huta.

Penduduk Desa Sihastoruan terdiri dari etnis Batak Toba dan Etnis Pakpak.

Ini terlihat dari daftar marga-marga di buku data penduduk Desa Sihastoruan, terdiri

dari marga: Hasugian, Sihotang, Tumanggor, Meka, Nahampun, Tinambunan,

(9)

Simbolon, Purba dan lain-lain.13

Saat ini akibat terjadinya migrasi dan tingginya mobilitas, kelompok

masyarakat yang mengaku etnis Pakpak sudah menyebar hampir keseluruh wilayah

nusantara, walaupun dibandingkan dengan sub etnis Batak lainnya jumlahnya

termasuk minoritas dan tertinggal ditinjau dari aspek sosial ekonomi. Berdasarkan Meskipun terdapat dua etnik yang mendominasi

akan tetapi masyarakat Desa Sihastoruan hidup rukun dan hampir tidak pernah ada

kesenjangan sosial diantara mereka. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa

Sihastoruan menggunakan Bahasa Pakpak atau lazimnya disebut Bahasa Dairi,

meskipun menggunakan bahasa Dairi dalam bahasa sehari-hari mereka juga mengerti

dan mahir berbahasa Batak Toba. Adat yang dipakai dalam pesta adalah adat Batak

Toba dan ibadah gerja juga menggunakan Bahasa Batak Toba.

Bayak kalangan yang mengelompokkan pakpak sebagai bagian dari sub etnis

Batak, pendapat ini bisa saja bila ditinjau dari berbagai unsur kebudayaan yang

dimiliki, seperti adanya kesamaan struktur sosial, bahasa, dan sistem kekerabatan

yaitu menganut prinsip patrilineal. Secara geografis sub etnis Pakpak berbatasan

langsung dengan sub etnis Batak lainnya, malah beberapa nama marga dari

masing-masing sub etnis hampir sama sebutannya dan bahkan diakui berasal dari nenek

moyang yang sama. Contohnya marga Manik Siketang (Sihotang),

Lembeng(Limbong), Kebeaken (Habeahan) dan marga-marga lainya. Secara teoritis

kesamaan dapat terjadi karena faktor intensitas dan intervensi dari proses difusi,

akulturasi, dan asimilasi, disamping didukung oleh faktor geografi.

13

(10)

dialek dan daerah asalnya, wilayah Pakpak dapat dikategorikan menjadi 5 sub yang

dalam bahasa Pakpak disebut Pakpak silima suak, yakni: Pakpak Simsim, Pakpak

Keppas, Pakpak Pegagan, Pakpak Kelasen Dan Pakpak Boang.

Dusun Gaman Desa Sihastoruan termasuk kategori Suak Pakpak Kelasen.

Pakpak Kelasen berarti orang Pakpak yang berasal dari wilayah Kelasen, yang berada

diwilayah pemerintahan Tapanuli Utara (khusunya kecamatan Parlilitan) dan

Tapanuli Tengah (khususnya Kecamatan Manduamas).14

Aktifitas gotong royong yang bersifat ekonomi di Dusun Gaman akan terlihat dalam

kehidupan masyarakat petani. Dalam masyarakat Toba kegiatan gotong royong yang

dilakukan untuk kegiatan pertanian disebut marsiadapari

Hal ini yang menjadi alasan

mengapa masyarakat Desa Sihastoruan menggunakan Bahasa Pakpak atau Bahasa

Dairi dalam percakapan sehari-hari, walaupun demikian mereka juga memahami

Bahasa Batak Toba.

Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup bermasyarakat sehingga dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus hidup saling tolong menolong sesama

manusia dalam masyarakat. Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia.

15

14

Lister Berutu, Aspek-aspek kultural etnis Pakpak suatu eksplorasi tentang potensi lokal, Medan: Monora, 2002, hal. 23.

15

Marsiadapari adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara berkemlompok dan saling

membatu dalam pekerjaan baik di sawah, ladang, maupun dalam lingkungan sehari-hari.

.Kelompok ini pada

dasarnya berasaskan kekeluargaan.Kelompok marsiadapari biasanya bekerja di

ladang ataupun di sawah secara berkelompok. Mereka terlebih dahulu mengerjakan

sawah yang perlu dikerjakan lalu kemudian sawah berikutnya hingga seluruh sawah

(11)

teknologi dan dorongan ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan rasa

kebersaman antara mereka semakin berkurang sehingga aktifitas marsiadapari sudah

mulai hilang.

Aktifitas gotong royong yang dilakukan masyarakat secara spontanitas yang

bersifat kekeluargaan terlihat apabila ada masyarakat yang mengalami musibah

kemalangan ataupun ketika ada acara-acara adat. Masyarakat akan memberikan

bantuan berupa materi ataupun tenaga. Dalam hal ini masyarakat tidak pernah

memandang agama, suku maupun status sosialnya. Masyarakat menganggap bahwa

mereka adalah satu keluarga yang seharusnya saling membantu. Hal seperti ini

menyebabkan masyarakat dapat hidup berdampingan secara rukun, meskipun

konflik-konflik kecil ada juga terjadi antar sesama tetangga.

Demikian juga apabila salah satu dari warganya yang baru mendapatkan

kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluargannya, maka etnik Toba khususnya

dan masyarakat pakpak umumnya, terutama kaum ibu akan datang ke rumah tersebut

untuk memberikan ucapan selamat. Biasanya pada waktu berkunjung mereka

membawa beras dan telur yang dimasukan ke dalam sebuah wadah yang lajim disebut

dengan Tandok16

Selain itu apabila salah satu masyarakat mengadakan upacara pernikahan,

maka semua tetangga akan menghadiri pesta tersebut untuk menghadiri dan

memberikan ucapan selamat. Masyarakat juga akan membantu si penyelenggara pesta . Beras ini ditujukan untuk anak yang dilahirkan dengan harapan

anak tersebut cepat besar.

16

Tandok adalah wadah seperti karung yang dianyam dari pandan yang biasa dipakai sebagai

(12)

dalam hal tenaga untuk mempersiapkan acara tersebut dan juga dalam hal materi

karena biasanya pada saat pesta diadakan setiap keluarga akan memberikan

sumbangan sukarela yang lajim disebut oleh orang Toba yaitu Papungu Tuppak17

17

Papungu Tuppak adalah istilah mengumpulkan uang dalam etnik Toba ketika hendak

melakukan acara pesta.

.

Masyarakat Desa Sihastoruan yang dihuni oleh etnik pakpak dan etnik Toba

dapat hidup berdampingan secara damai dengan etnik pendatang lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat terbuka dan memiliki rasa toleransi yang cukup

tinggi. Hubungan yang erat dan saling memiliki antara masyaraka tercermin dalam

kehidupan sehari-hari. Keberadaan suatu etnik di suatu wilayah memiliki sejarah dan

latar belakang tersendiri, khususnya menyangkut status yang dimiliki oleh suatu etnik

dalam hubungannya dengan etnik lainnya. Sebagai suatu etnik yang merupakan

kelompok etnik pendatang dan berinteraksi dengan etnik asli dalam suatu wilayah,

maka secara alami akan menempatkan etnik pendatang tersebut dalam posisi yang

lemah. Ruang sosial merupakan ruang publik serta wadah dimana berbagai perbedaan

etnik dipertemukan. Suatu etnik dengan etnik yang lain memiliki titik pertemuan

yang memungkinkan mereka untuk memperkenalkan nilai-nilai etniknya sehingga

rasa menghargai antar etnik dapat tercapai. Interaksi yang terjadi di dalam ruang

publik tersebut akan memberikan ruang gerak untuk belajar berkomunikasi dengan

etnik lain dan juga belajar untuk menghargai perbedaan-perbedaan yang ada diantara

berbagai etnik. Hal tersebut memungkinkan terciptanya kedamaian dan hubungan

(13)

Budaya yang dimiliki etnik Toba memiliki kemiripan dengan budaya etnik

Pakpak yang. Toba dan Pakpak memang awalnya satu dalam sub-etnik Batak. Hal

tersebut dibuktikan dengan kesamaan ras dan budaya-budaya yang dimiliki

etnik-etnik tersebut hampir sama. Tetapi akhir-akhir ini etnik-etnik Pakpak tidak lagi ingin

disebut Batak Pakpak. Kemungkinan yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah

penggunaan istilah Batak yang terlalu umum dan pemahamannya lebih mengarah

kepada etnik Toba. Begitu juga dengan sub-etnik Batak lainnya yang juga tidak ingin

disebut Batak seperti Etnik Karo dan Simalungun.

Kemiripan budaya Toba dengan budaya Pakpak sangat terlihat jelas, misalnya

seperti arsitektur bangunan rumah adat, penggunaan ulos, serta menggunakan

identitas marga. Begitu juga dengan rangkaian proses-proses adat diantara kedua

etnik tersebut. Batasan kebudayaan yang paling nyata antara etnik Toba dan etnik

Pakpak hanya pada penggunaan bahasa. Oleh karena itu hubungan interaksi kedua

etnik itu berlangsung dengan mudah.

2.5 Sejarah Dusun Gaman Desa Sihastoruan

2.5.1. Sebelum Penjajahan Belanda

Kehadiran sebuah pemerintahan pada zaman sebelum kedatangan penjajahan

Belanda sudah dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengakuan terhadap

Raja-raja Adat. Pemerintahan masa itu dikendalikan oleh Raja ihutan/Takal

Aur/Kampung/Suak dan Pertaki sebagai raja-raja adat merangkap sebagai kepala

(14)

Adapun struktur Pemerintahan masa itu diuraikan sebagai berikut :

1. Raja ihutan, sebagai pemimpin satu wilayah (suak) atau yang terdiri dari

beberapa suku/kuta/kampong, Raja Ihutan disebut juga Takal Aur, yang

merupakan Kepala Negeri.

2. Pertaki, sebagai pemimpin satu kampung, setingkat dibawah Raja Ihutan.

3. Sulang Silima, sebagai pembantu pertaki pada setiap kuta (Kampung), yang

terdiri dari :

1) Perisang-isang;

2) Perekur-ekur;

3) Pertulan tengah;

4) Perpunca ndiadep;

5) Perbetekken.

2.5.2. Masa Penjajahan Belanda

Pada zaman Belanda Desa Sihotang Hasugian Toruan termasuk Keresidenan

Tapanuli yang berdiri tahun 1842 yang berpusat di Sibolga dan merupakan salah satu

keresidenan dari Gouvernemen van Sumatera Westkust (Provinsi Sumatera Barat).18

18

Lister Berutu, Aspek-aspek kultural etnis pakpak, Medan:Monora, 2002, hal. 4

Keresidenan Tapanuli dibagi menjadi beberapa wilayah/distrik antara lain: Papatar,

Onan ganjang, Barus hulu dll. Suatu distrik dibagi menjadi beberapa daerah dan

dipimpin oleh suatu Raja ihutan(Raja yang harus di ikuti).Raja ihutan dipilih secara

demokratis dari beberapa Raja huta di setiap kampung. Distrik Papatar dibagi

(15)

ihutan marbun, Raja pakkat/doloksanggul. Tahun 1906 Residen Tapanuli terpisah

dari Provinsi Sumatera Barat.

2.5.3. Masa Pemerintahan Penduduk Jepang

Setelah jatuhnya Hindia Belanda atas pendudukan Dai Nippon, maka

pemerintahan Belanda digantikan oleh Militerisme Jepang. Secara umum

pemerintahan Tentara Jepang membagi wilayah Indonesia dalam 3 bagian yaitu

1. Daerah yang meliputi Jawa, berada di bawah kekuasaan Angkatan Darat yang

berkedudukan di Jakarta;

2. Daerah yang meliputi pulau Sumatera, berada di bawah kekuasaan Angkatan

Darat yang berkedudukan di Tebing Tinggi

3. Daerah-daerah selebihnya berada di bawah kekuasaan Angkatan Laut yang

berkedudukan di Makassar.

Hal yang menarik dalam pengaturan tingkat Pemerintahan pada masa penjajahan

Jepang adalah wilayah/Daerah Propinsi dihapus dan wilayah Keresidenan tingkatan

yang tertinggi. Nama wilayah juga diganti dengan bahasa Jepang yaitu :

• Keresidenan, diganti menjadi Syuu dan residen disebut Syuu-Co

• Kabupaten, diganti menjadi Ken dan Bupati disebut Ken-Co

• Kewedanaan, diganti menjadi Gun dan Wedana disebut Gun-Co

• Kecamatan, diganti menjadi Son dan Camat disebut Son-Co.

Sedangkan untuk Dusun Gaman sendiri Pada zaman Jepang Raja ihutan dihapus dan

(16)

kepala kappung yaitu: Sihotang Hasugian dolok (Parluasan), Sihotang Hasugian

tonga (Parlilitan), Sihotang Hasugian Toruan(Gaman dolok).

2.5.4. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Setelah kemerdekaan diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, maka pasal

18 UUD 1945 menghendaki dibentuknya Undang-Undang yang mengatur tentang

Pemerintahan Daerah, sehingga sebelum Undang-Undang tersebut dibentuk oleh

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam rapatnya tanggal 19 Agustus 1945

menetapkan Daerah Republik Indonesia untuk sementara dibagi atas 8 (delapan)

Propinsi yang masing-masing dikepalai oleh seorang Gubernur. Daerah Propinsi

dibagi dalam Keresidenan yang dikepalai seorang Residen. Gubernur dan Residen

dibantu oleh Komite Nasional Daerah.

Setelah merdeka Desa Sihotang Hasugian Toruan ditetapkan jadi desa yang

terdiri dari beberapa dusun yaitu:Gaman,Gaman Toruan, Situmeang, Onggol,

Napahorsik, Hutabaion. Tahun 2004 Dusun Napahorsik dan Hutabaion mekar

menjadi Desa Marpadan.

Desa Sihastoruan ini merupakan bagian dari Kecamatan Tarabintang,

kecamatan Tarabintang terbentuk dari hasil musyawarah dari elemen masyarakat

yang ingin mempercepat akselerasi pembangunan kecamatan baru dari kecamatan

induk, yang sebelumnya adalah Kecamatan Parlilitan, Kecamatan Tarabintang

dimekarkan dari Kecamatan Parlilitan, kabupaten Tapanuli Utara pada tanggal 01

April 2003 dan menjadi bagian dari Kabupaten Humbang Hasundutan. Tarabintang

(17)

tersebut. Adapun yang desa bagian dari kecamatan Tarabintang adalah: Desa

Sihombu,Laetoras, Tarabintang, Sihastoruan, Sibongkare, Sibongor, Sirpang tellu,

Onggol, Simbara, Siantar-Sitanduk.19

19

Wawancara , Esmar Nahampun (kepala desa Sihastoruan), Dusun Gaman, Rabu, 15

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan siswa dalam menyimak dan mencatat bahan pelajaran yang dijelaskan oleh guru yang kurang membuat banyak siswa kelaskontrolyang hasil belajar nya belum mencapai

Penelitian terkait partisipasi masyarakat diantaranya mulai dilakukan oleh Ebdon (2002), yang mana telah mengeksplorasi dampak dari partisipasi masyarakat dalam anggaran

pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dalam pembelajaran di sekolah. 2) Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau referensi dan kajian untuk. meningkatkan keberhasilan

From the project time management perspective, during project monitoring activity, pro- ject team would need to make up-to-date predictions on the project total duration as

Diharapkan pihak manajemen PT Bank Mandiri (Persero), Tbk mempertahankan atas kemampuan yang dimiliki dalam upaya untuk menjaga kualitas permodalannya, dengan menjalin hubungan

By computing the variance decomposition for the endogenous variables of our model (output, inflation, the interest rate and real money balances) with respect to the exogenous

Sebagai contoh, anak nomal rata-rata mempunyai IQ (Intelligence Quotient) 100, sedangkkan anak tunagrahita memiliki IQ paling tinggi 70. b) Kekurangan dalam tingkah laku

SMP Swasta Katolik Asisi Medan : Lulus Tahun 20101. SMK Negeri 1 Tanjung Pandan : Lulus