• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Orang Tua Terhadap Anak Incest Menurut Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Orang Tua Terhadap Anak Incest Menurut Hukum Islam"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERTANGGUNGJAWABAN ORANG TUA TERHADAP ANAK

INCEST

MENURUT HUKUM ISLAM

TESIS

OLEH

KHAIRI AYUMI HASAN 137011081/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERTANGGUNGJAWABAN ORANG TUA TERHADAP ANAK

INCEST

MENURUT HUKUM ISLAM

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada

Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

TESIS

OLEH

KHAIRI AYUMI HASAN 137011081/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Telah diuji pada

Tanggal : 12 Februari 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

(4)

ABSTRAK

Islam meletakkan tanggung jawab membesarkan anak sepenuhnya di atas bahu kedua orang tuanya mengasuh dan merawat anak hukumnya wajib, sama seperti wajibnya orangtua memberikan nafkah yang layak kepadanya. Semua ini harus dilaksanakan demi kemaslahatan dan keberlangsungan hidup anak, hal ini sesuai yang disebutkan di dalam Pasal 45 Undang-undang No. 1 Tahun 1974. Akhir-akhir ini banyak sekali hal yang dapat mengakibatkan status seorang anak tidak jelas, permasalahan yang tengah muncul di tengah-tengah masyarakat pada saat ini adalah anak yang lahir akibat hubungan sedarah atau yang dikenal dengan incest. Kelahiran anak incest mengakibatkan status seorang anak tidak jelas, baik mengenai pertanggung jawaban pelaku incest, tanggung jawab orang tua, dan kewarisan anak incest.

Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pertanggungjawaban pelaku incest menurut hukum pidana Islam, bagaimana tanggungjawab orang tua terhadap hak pengasuhan anak incest berdasarkan hukum Islam, dan bagaimana akibat hukum terhadap hak kewarisan anak incest atas harta yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Dalam penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif dan sifatnya deskriptif analisis dengan mengunakan bahan-bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang akan dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pertanggungjawaban pelaku incest menurut hukum pidana Islam adalah di ancam dengan hukuman mati hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah Bin Abbas, telah bersabda

Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa “siapa saja yang menyetubuhi

mahramnya maka bunuhlah dia” maka berdasarkan hadist tersebut menurut hukum pidana Islam setiap pelaku incest dapat dijatuhkan hukuman mati. Orang tua bertanggung jawab kepada setiap anaknya hal ini sesuai yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al- Baqarah: 233, salah satu tanggung jawab orang tua kepada anak incest adalah memberikan hak asuh, dalam hukum Islam yang berhak mengasuh anak incest adalah ibunya apabila ibunya tidak memungkinkan disebabkan tidak memenuhi syarat-syarat sebagai orang yang berhak mengasuh menurut hukum Islam, maka hak asuh di ambil alih oleh keluarga ibunya. Pemberian warisan kepada anak incest sangat bertentangan dengan syarat dan rukun kewarisan waris Islam, dalam hukum kewarisan Islam ada faktor yang menyebabkan adanya pewarisan yaitu adanya hubungan kekerabatan (Nasab) dan adanya perkawinan yang sah sedangkan anak incest tidak mempunyai hubungan nasab dan bukan anak dari hasil perkawinan yang sah oleh karena itu menurut hukum kewarisan Islam anak incest tidak berhak atas harta yang ditinggalkan oleh ayahnya, namun menurut Iman syafi’i dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 186 bahwa anak incest mempunyai hubungan saling mewarisi dengan ibunya dan keluarga dari pihak ibunya.

(5)

ABSTRACT

Parents are responsible completely for raising their children. To raise and take care of children as well as to give a good livelihood is parents’ obligation according to the Islamic teachings. All is done for the children’s welfare and survival as stipulated in Article 45 of Law No.1/1974. Many things cause a child to have an unclear status lately. One of the problems found in society is a child born from an incestuous sexual intercourse called incest. Birth of incestuous child causes him/her an unclear status on the incest performer’s responsibilities,

parents’responsibilities, and the incestuous child’s inheritance.

The research problems are as follows: how about the incest performer’s responsibilities are based on the Islamic criminal law, how about the parents’ responsibilities for the incestuous child’s custody based on the Islamic law, and how about the legal consequence of the incestuous child’s inheritance rights on the property left by his/her parents. The research applies judicial normative and analytical desriptive method using the primary, secondary, and tertiary legal materials which are analyzed qualitatively.

The research results show that, based on the Islamic criminal law, the incest performer is handed down a death sentence as referred to Prophet Muhammad’s words retold by Abdullah Bin Abbas ‘whoever has a sexual

intercourse with his mahram (immediate/close relative), kill him”. Consequently, every incest performer can be handed down a death sentence according to the Islamic criminal law. The parents are responsible for their children in line with Al-Quran Surah i.e. Al-Baqarah, verse 233. One of the parents’ responsibilities for their incestuous child’s is to provide the custody. Based on the Islamic law, the custody of the incestuous child is given to his/her mother. In case she cannot take care of the child because she is not eligible for the custody; according to the Islamic law, it is transferred to his/her mother’s relatives. Providing inheritance to incestuous child is very contradictory with the terms and principles of the Islamic inheritance law. In the Islamic inheritance law, there are some factors about providing inheritance, namely a kinship (Nasab) and a legal marriage. An incestuous child does not have a kinship (nasab) and he/she is not a child from a legal marriage. Consequently, based on the Islamic inheritance law, an

incestuous child does not have any rights on the inheritance left by his/her father. However, according to Imam Syafi’i in the Compilation of the Islamic Laws Article 186, an incestuous child has the inheritance relationship from his/her mother and relatives from his/her mother side.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas karunia kesehatan,

kekuatan, dan kemudahan yang diberikan hingga dapat menyelesaikan penulisan

tesis ini dengan judul “Pertanggungjawaban Orang Tua Terhadap Anak

Incest Menurut Hukum Islam”. Juga tidak lupa Shalawat dan salam penulis

hadiahkan kepada Rasulullah SAW yang selalu menjadi suri tauladan dan telah

membawa umatnya ke alam yang terang benderang.

Penulisan tesis ini dilakukan sebagai suatu persyaratan yang harus

dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Ilmu Kenotariatan

(M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis telah melalui

berbagai tahap dan proses dalam menyelesaikan tesis ini, dan dalam penyelesaian

tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan

morilberupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan

tepat pada waktunya. Untuk itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis

sampaikan secara khusus kepada bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN., Ibu Dr. Utary Maharany Barus, SH, M.Hum., dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum., selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas dan sabar meluangkan waktu dan memberikan bimbingan demi

(7)

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum., atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister

Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

2. Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara Medan, Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN.,

dan Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Medan Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum atas segala dedikasi dan pengarahan serta masukan yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu pengetahuan di Program

Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Medan;

3. Keluarga besar Magister Kenotariatan Angkatan 2013 Grup B,

khususnya sahabat-sahabat seperjuangan Ira Quwaity Saragih, Elvira Lieshanty Febryza, Soraya Novia, Riska, Ratna Purnamasari, Fitri Kesuma Zebua, Novi Fajar Setiawan, Fitriani, Putri Hasiani, Framita Utami, terima kasih atas bantuan, kebersamaan dan kekeluargaan selama ini, semoga dengan selesainya studi ini persahabatan tetap dapat terjalin

dengan baik;

4. Seluruh Staf Pegawai di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas

(8)

administrasi selama penulis menjadi mahasiswa di Program Studi Magister

Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Kedua orang tua terbaik, Ayahanda Hasanuddin, SP dan Ibunda Irlina Aida, SH, MM, terimakasih atas doa yang tidak pernah putus serta dukungan moril dan materil yang tidak mungkin dapat terbalas yang selalu diberikan kepada

penulis selama ini.

Suami tercinta Indra Noviandi, SE, terimakasih atas dukungan moril dan materil serta doa selama ini, serta anakku tersayang Sezha Nadhif Khumaira

yang selalu menjadi semangat dalam menyelesaikan studi ini.

Abang terbaik, Maulana Herdika Hasan, ST., serta adik-adik tersayang

Dina Zuhra Hasan dan Nazila Rahmah Hasan, terima kasih atas dukungan, semangat, serta doa selama ini.

Penulis berharap semoga semua doa, bantuan, dan kebaikan yang telah

diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar

selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, dan rezeki yang melimpah kepada kita

semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari

sempurna, namun tak ada salahnyajika penulis berharap kiranya tesis ini dapat

memberikan manfaat kepada semua pihak.

Medan, Februari 2016

Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Khairi Ayumi Hasan

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh, 12 Januari 1990

Agama : Islam

Status : Sudah Menikah

Alamat : Jl. Merak Komp. Merak Palace Nomor. 15

Sunggal, Medan

Telepon/HP : 08116151808

Email : ayumi.hasan12@gmail.com

II. KELUARGA

Nama Ayah : Hasanuddin, SP

Nama Ibu : Irlina Aida, SH, MM

III. PENDIDIKAN

SD :Tahun 1996 s/d 2002

SD Negeri Buntul Kubu, Takengon, Aceh

Tengah

SMP :Tahun 2002 s/d 2005

SMP Negeri 1 Takengon, Aceh Tengah

(10)

SMA Negeri 1 Bebesen, Takengon, Aceh

Tengah

Perguruan Tinggi/S1 :Tahun 2008 s/d 2012

Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala

Perguruan Tinggi/S2 :Tahun 2013 s/d 2016

Fakultas Hukum Program Studi Magister

Kenotariatan Universitas Sumatera Utara

(11)

DAFTAR ISTILAH

No. Daftar Istilah Artinya

1. Ahli waris ashabah Ahli waris yang menerima bagian sisa setelah harta dibagikan kepada ahli waris ashab al-furud

2. Ahli waris ashab al-furud, Ahli waris yang menerima bagian yang telah ditentukan besar kecilnya dalam nash Al-Qur’an, seperti ½, 1/3, atau 1/6

3. Ahli waris zawi al- arham ahli waris yang mempunyai

hubungan kerabat dengan orang yang meninggal

4. Al-Hawasy waris kelompok saudara

5. Al-Maurus Benda atau hak kepemilikan yang ditinggalkan oleh ahl waris

6. Al-muwarris Orang yang diwarisi harta

peninggalan oleh orang yang meninggal dunia, baik meninggal secara hakiki maupun meninggal melalui putusan hakim

7. Al-waris Orang yang termasuk ahli waris yang berhak menerima warisan

8. Anak Incest Anak dari hasil penodaan darah atau anak yang lahir dari hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dimana diantara keduanya dilarang melangsungkan perkawinan baik karena terikat hubungan darah, hubungan semenda, hubungan sepersusuan.

(12)

suami Istri yang sah, namun sang suami tidak mengakui anak tersebut sebagai keturunannya, dan qadhi (hakim syar’i ) memutuskan bahwa

anak itu bukanlah dari nasab sang suami, setelah suami istri diambil sumpahnya (li’an)

10.Anak mula’anah anak hasil hubungan di luar perkawin nan yang sah

11.Anak syar’i Anak yang mempunyai hubungan nasab (secara hukum) dengan orang tua laki-lakinya.

12. Anak Tabi’i Anak yang tidak mempunyai hubungan nasab dengan orang tua laki-lakinya.

13.Asbab al- ibahah Sebab-sebab dari asal mula hukum adalah mubah

14. Asbab rafi’ al uqubah Sebab hapusnya hukuman

15.Concept on fault Didasarkan pada konsep kesalahan

16.Dalalah iltizam Petunjuk kata yang menunjukan pada konsekuensi logis atau interpretasi rasional dari kata

17.Delict Perbuatan yang dapat dikenakan Hukuman Karena merupakan pelanggaran terhadapUndang-undang tindak pidana

18.di-rajam dilempari batu hingga mati

19.Erkenning Pengakuan

20.Ilmu Faraid Ilmu yang membahas harta pusaka Atau ilmu yang menerangkan perkara pusaka, pusaka merupakan peninggalan orang yang telah meninggal

(13)

22.ghair muhshan Hukuman bagi pelaku zina yang belum menikah

23.ghisyan al-maharim hubungan seksual antara orang yang diharamkan menikah

24.Hadhanah Mengasuh, pengasuhan atau memelihara anak

25.Hadin Orang yang mengasuh

26. Incest Hubungan darah atau hubungan badan atau hubungan seksual yang terjadi di antara dua orang yang mempunyai ikatan pertalian darah

27.Inseminasi Peghamilan buatan yang dilakukan oleh dokter dengan memasukan sperma pria ke rahim wanita dengan bantuan jarum suntik

28.Jarimah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh

syara’ yang diancam dengan hukuman hadd

atau ta’zir

29.jild hukuman cambuk

30.Tort liability Tanggung jawab akibat perbuatan

melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja

31. Khulu’ Melepas, gugatan cerai atas kuasa istri

dengan pembayaran ‘iwadl kepada suami

32. Liability Tanggung jawab hukum Hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman kejahatan atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan Undang-undang

33. Mahram Orang - orang yang haram dinikahi

(14)

indera dan dapat dibuktikan dengan alat bukti yang jelas dan nyata

35.Mati Hukmy Mati menurut putusan hakim atau yuridis maksudnya kematian yang dinyatakan atas dasar putusan hakim karena adanya beberapa pertimbangan

36.Mati Taqdiry Mati menurut dugaan, atau sebuah kematian (muwaris) berdasarkan dugaan keras

37.Mawaris orang yang mewarisi

38. mawani’ul irsi Tidak adanya penghalang-pengahalang

mempusakai

39.Mens rea Kalbu, hati nurani dan pikiran atau Sikap batin pelaku perbuatan pidana

40. Memorie van toelicting Penjelasan yang dijelaskan dalam KUHP

41.muhshan sudah menikah

42. Mumayyzi seseorang yang sudah dapat membedakan hal baik dan buruk atau lebih di khususkan seorang anak yang sudah mencapai usia dimana Seseorang anak sudah mulai bisa membedakan mana hal yang bermanfaat baginya dan mana yang membahayakan bagi dirinya.

43. Muru’ah Kehormatan atau menjaga kepribadian atau akhlak yang paling utama sehingga tidak kelihatan pada diri seseorang sesuatu yang buruk atau hina

44.Negligence tort liability Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan karena kelalaian

45.Overmacht Alasan atau sebab eksternal yang

Tidak dapat dimintai pertanggungjawaban

46.Psycopathic incest Prilaku incest yang dilakukan

seorang penderita sakit jiwa (psycopat)

(15)

48. Qath’i al-dalalah Nas yang jelas dan hanya mempunyai satu makna

49. Qath’i Sesuatu yang pasti, nash yang terdapat

Al-Qur’an semuanya adalah pasti

50.Qath’ al arham Memutuskan hubungan keluarga atau memutuskan rahim

51.Qarînah jâzimah Indikasi yang jelas

52.Rajah Pendapat yang kuat

53.Responsibility Hal yang dapat di pertanggungjawabkan Atas suatu kewajiban, termasuk putusan, Keterampilan, kemampuan dan kecakapan

54.Sharih Terang atau disebutkan juga suatu kalimat Yang langsung dapat dipahami tatkala diucapkan dan tidak mengandung makna lain

55.Strick liability Tanggung jawab mutlak akibat

perbuatan melanggar hukum tanpa mempersoalkan kesalahan

56. Syara’ Ketentuan, aturan berdasarkan syariah atau

Hukum Islam

57. Theoria Pandangan atau Wawasan dan Pengetahuan

(16)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian... 11

D. Manfaat penelitian ... 11

E. Keaslian Penelitian ... 12

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsi ... 13

1. ... K

1. Pengertian, Ruang Lingkup, dan Sejarah Incest ... 29

2. Faktor Penyebab terjadinya Incest dan Dampaknya ... 32

3. Incest dalam Pandangan Hukum Islam... 34

B. Pertanggungjawaban Menurut Hukum Pidana Islam ... 38

1. Pengertian ... 38

2. Kemampuan Bertanggung Jawab ... 38

3. Unsur-Unsur Pertanggungjawaban ... 44

4. Hapusnya Pertanggungjawaban ... 48

5. Analisis Pertanggung Jawaban Pelaku Incest Menurut Hukum Pidana Islam ... 52

BAB III TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP HAK PENGASUHAN ANAK INCEST BERDASARKAN HUKUM ISLAM ... 57

A.Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Incest berdasarkan Hukum Islam ... 57

1. Kewajiban Orang tua terhadap anak incest ... 57

2. Hak-hak Keperdataan Anak incest ... 59

B.Hak Asuh anak sebagai Tanggung Jawab kepada Korban incest ... 61

1. Pengertian, dan Dasar Hukum Hak Asuh anak ... 61

2. Orang Yang Berhak Mengasuh Anak ... 64

(17)

4. Batas atau Jangka Waktu Pengasuhan Anak ... 70

5. Biaya Pengasuhan anak ... 71

6. Analisis Hak Pengasuhan Anak Incest Menurut Hukum Islam ... 72

BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK KEWARISAN ANAK INCEST ATAS HARTA YANG DITINGGALKAN OLEH ORANG TUANYA ... 75

A. Ketentuan Kewarisan Menurut Hukum Islam ... 75

1. Pengertian Hukum Waris ... 75

2. Dasar Hukum Waris ... 76

3. Prinsip-Prinsip Hukum Kewarisan ... 80

4. Rukun dan Syarat Kewarisan ... 83

5. Sebab-sebab Mewarisi ... 87

B. Kewajiban Ahli Waris Kepada Pewaris dan faktor penghalang ahli waris mendapat warisan ... 89

C. Ahli Waris dan Bagian-bagiannya ... 91

1. Ahli Waris ... 91

2. Macam-macam Ahli Waris ... 91

D. Akibat Hukum Terhadap Hak Kewarisan Anak Incest Atas Harta yang Ditinggalkan Orang tuanya ... 95

1. Kedudukan Anak Incest ... 95

2. Hak Waris Anak Incest Atas Harta yang Ditinggalkan Oleh Orang tua dan Akibat Hukumnya ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 112

Referensi

Dokumen terkait

Dengan terciptanya kesadaran hukum maka masyarakat Batak Toba di kota Medan dalam pembagian harta warisan menggunakan Hukum Waris Islam karena pelaksanaan Hukum kewarisan

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa sistem ahli waris pengganti dalam kedua hukum kewarisan, hukum kewarisan Islam dan hukum kewarisan

Perbedaan ahli waris pengganti menurut Hukum Kewarisan Islam dengan Hukum Kewarisan menurut KUHPerdata salah satunya adalah hak yang diperoleh ahli waris pengganti itu belum

Diharamkan atas kalian (mengawini) ibu-ibu kalian; anak-anak perempuan kalian; saudara-saudara perempuan kalian, saudara-saudara perempuan bapak kalian;

Perkembangan hukum waris Islam dalam masyarakat Aceh mempengaruhi status hukum pemberian orang tua kepada anak perempuan secara adat melalui hareuta peunulang dalam waris adat,

Perkembangan hukum waris Islam dalam masyarakat Aceh mempengaruhi status hukum pemberian orang tua kepada anak perempuan secara adat melalui hareuta peunulang dalam waris adat,

Bentuk perlindungan hukum terhadap ahli waris perempuan dalam hukum kewarisan Islam berdasarkan Pasal 176 KHI di atas bahwa anak perempuan itu adalah ahli waris

Berkaitan dengan pelaksanaan hukum kewarisan masyarakat Bima tersebut adalah seorang ahli waris yang posisinya yang digantikan berhak mendapat harta warisan baik