• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Algoritma Steganografi echo Data Hiding Dan Low Bit Encoding Dalam Pengamanan File

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Algoritma Steganografi echo Data Hiding Dan Low Bit Encoding Dalam Pengamanan File"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Steganografi

Steganografi adalah sebuah seni menyembunyikan pesan rahasia dengan tujuan agar

keberadaan pesan rahasia tersebut tidak diketahui oleh orang yang tidak

berkepentingan. Ada dua proses utama dalam steganografi yaitu proses penyisipan

dan proses pengekstrakan. Steganografi menggunakan sebuah berkas yang disebut

dengan cover atau biasa disebut dengan carrier, tujuannya sebagai media pembawa

dari pesan rahasia. (Priambadha,2012)

Banyak format carrier yang dapat dijadikan media untuk menyembunyikan pesan,

diantaranya:

1. Format Image (Format Citra)

Format ini cukup sering digunakan karena format merupakan salah satu format file

yang sering dipertukarkan dalam dunia internet. Alasan lainnya adalah banyaknya

tersedia algoritma steganografi untuk carrier yang berupa citra. Contoh : Bitmap

(.bmp), Graphics Interchange Format (.gif), Paintbrush Bitmap Graphic (.pcx), Joint

Photographic Expert Group (.jpeg), dan lain-lain.

2. Format Audio (Format Suara)

Format ini pun dipilih karena biasanya berkas dengan format ini berukuran relatif

besar. Sehingga dapat menampung pesan rahasia dalam jumlah yang besar pula.

Contoh : Wave Audio Format (.wav), Motion Picture Expert Group Audio Stream

(2)

3. Format Lain

Dalam algoritma Steganografi banyak juga carrier yang dapat digunakan. Contoh :

Teks file (.txt) , HyperText Markup Language (.html), Portable Document Format

(.pdf), video, dan lain-lain.

Secara umum teknik steganografi pada media digital menggunakan algoritma

penumpangan data pada byte stream data, byte stream data dapat berbentuk segment,

frames, data grams, dan lainnya. Karena steganografi mempunyai tujuan utama

menghindari deteksi sehingga algoritma penumpangan data pada file dilakukan secara

tak terlihat.

2.1.1 Kriteria Steganografi

Kriteria steganografi yang baik yakni sebagai berikut : (Ariyus, 2009)

1. Impercepbility

Keberadaan pesan tidak dapat dipersepsi oleh indera manusia. Jika pesan

disisipkan ke dalam sebuah citra, citra yang telah disisipi pesan harus tidak dapat

penurunan kualitas warna pada file citra yang telah disisipi pesan rahasia dengan citra

asli oleh mata. Begitu pula dengan suara, seharusnya tidak terdapat

perbedaan antara suara asli dengan suara yang telah disisipi pesan.

2. Fidelity

Mutu media penampung tidak berubah banyak akibat penyisipan Pengamat tidak

mengetahui kalau di dalam file carrier tersebut terdapat data rahasia.

3. Robustness

Pesan atau data yang disembunyikan harus tahan terhadap manipulasi yang dilakukan

kepada file carrier.

4. Recovery

Pesan yang disembunyikan harus dapat diungkap kembali. Tujuan steganografi adalah

menyembunyikan informasi, maka sewaktu- waktu informasi yang disebunyikan ini

(3)

2.1.2 Konsep Steganografi

Konsep dari steganografi adalah menyembunyikan pesan dalam media lain,

sehingga pesan tidak dapat diterjemahkan secara langsung, dalam steganografi dikenal

beberapa istilah yaitu: (Alatas Putri, 2009)

1. Hidden File, merupakan pesan yang disembunyikan.

2. Cover (Carrier), merupakan media yang digunakan untuk menampung pesan.

3. Stego Audio, merupakan media audio yang sudah disisipkan pesan.

4. Stego Key, merupakan kunci yang digunakan untuk menyisipkan pesan

maupun membaca pesan.

Didalam Steganografi audio digital ini, hidden text atau embedded message yang

dimaksudkan adalah teks yang akan disisipkan ke dalam cover atau carrier yaitu file

audio digital yang digunakan sebagai media penampung pesan yang disipkan. Dari

hasil penyisipan pesan kedalam file audio akan dihasilkan Stego Audio yang

merupakan file audio yang berisikan pesan rahasia. Proses penyisipan dan

pengekstrakan ini memerlukan kunci rahasia (stego key) agar hanya pihak yang

berhak saja yang dapat melakukan penyisipan dan ekstraksi pesan.

Pada penelitian ini, dalam proses penyisipan file dokumen menggunakan

media penyisipan berupa file audio yang berformat wave yang akan dikombinasikan

dengan sebuah kunci. Skema penyisipan pesan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(4)

Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa pengirim akan membutuhkan 3 file yaitu file

Carrier atau penampung yaitu file audio dengan format *.wav untuk menampung

pesan rahasia berupa file dokumen dengan format *.txt dan file stego key dengan

format *txt yang akan diinputkan kedalam Aplikasi Steganografi sehingga

menghasilkan file Stego Audio dengan format *.wav yang akan diberikan kepada

penerima.

Sedangkan pada proses pengekstrakan penerima akan memerlukan 2 file yaitu file

Stego key dengan format *.txt yang sama dengan Stego key yang dimiliki oleh

pengirim agar Hidden file dapat dilihat dan Stego Audio dengan format *.wav yang

merupakan audio yang telah disisipi oleh Hidden file. Skema pengekstrakan dapat

dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Skema Pengekstrakan Pesan

Saat ini steganografi dalam dunia digital berkembang ke dalam 2 arah yang berbeda,

satu arah bertujuan untuk melindungi file dokumen rahasia dari deteksi (protection

against detection), yang merupakan tujuan utama dari steganografi. Arah yang lain,

walaupun mengandung tujuan utama dari steganografi (menghindari deteksi), namun

bertujuan untuk melindungi file dokumen rahasia pada media agar tidak dapat

(5)

2.2 Audio

2.2.1 Audio Digital

Audio digital merupakan versi digital dari suara analog yang dapat berasal dari hasil

perekaman atau hasil sintesis dari komputer. Audio digital merupakan representasi

dari suara asli dengan kata lain audio digital merupakan sampel suara. Kualitas

perekaman digital tergantung pada beberapa sering sampel diambil. (Binanto, 2010)

Tiga frekuensi yang paling sering digunakan adalah kualitas CD 44.1 kHz,

22.05 kHz, dan 11.025 kHz dengan ukuran 8 bit – 16 bit. Ukuran sampel 8 bit

menyediakan 256 unit level suara dalam satu waktu. Kualitas perekaman digital

tergantung pada seberapa sering sampel diambil dan berapa banyak angka yang

digunakan untuk merepresentasikan nilai dari tiap sampel, semakin bagus resolusi dan

kualitas suara yang ditangkap ketika diputar. Artinya, kualitas suara kan semakin

tinggi. Semakin tinggi kualias suara, semakin besar pula file yang dihasilkan. Resolusi

audio ( 8 bit atau 16 bit) menentukan akurasi. Penggunaan bit yang lebih besar untuk

ukuran sampel akan menghasilkan hasil rekaman yang menyerupai versi aslinya

(Binanto, 2010).

2.2.2 Proses Penyisipan pada Audio

Proses penyisipan pesan kedalam carrier audio melibatkan konversi sinyal analog ke

dalam rangkaian bit. Sinyal analog yang mulanya direpresentasikan dalam gelombang

sinus dan dengan frekuensi yang beragam akan dikonversi kedalam rangkaian bit

terlebih dahulu. Karena sistem pendengaran manusia yang hanya dapat menangkap

frekuensi dalam rentang 20 – 20.000 Hz dan gelombang suara yang bersifat analog

(sinyalnya bersifat kontinyu) maka gelombang tersebut perlu dibagi terlebih dahulu ke

dalam beberapa set sampel agar dapat direpresentasikan dalam rangkaian biner (1 dan

0).

Konversi dari sinyal analog ke sinyal digital akan dimulai dengan mengambil

sampel dari suatu sinyal analog dan merubah sampel tersebut dalam tingkatan voltase.

Tingkata voltase tersebut akan dikonversikan terlebih dahulu ke dalam format

numerik menggunakan skema yang disebut Pulse Code Modulation yang alat

(6)

Pulse Code Modulation akan dipengaruhi oleh level sinyal dan waktu. Untuk

tampilan Pulse Code Modulation dapat dillihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Pulse Code Modulation (Karina, 2014)

Tetapi Pulse Code Modulation (PCM) hanya dapat menyediakan perkiraan dari sinyal

analog yang asli dan akan mengambil nilai yang mendekati. Misalnya sinyal analog

diukur pada level 6.93 akan dikonversikan ke 7 pada PCM. Hal ini dapat disebut

dengan quantization error. Aplikasi-aplikasi audio dapat mendefinisikan level-level

yang berbeda pada PCM. Sinyal analog yang akan dikonversi perlu disampel dengan

rate dua kali lebih tinggi dari frekuensi tertinggi yang berada pada sinyal tersebut agar

hasil yang asli dapat direproduksi dari sampel. Sebagai contoh pada sebuah jaringan,

suara manusia dengan rentang frekuensi 0-4000Hz (walaupun pada kenyataannya

hanya 500 – 3500 Hz yang membawa suara), disampel dengan rate 8000 Hz. Aplikasi

audio musik yang menangani spektrum penuh dari pendengaran manusia pada

umumnya menggunakan sampling rate 44.1 kHz, dimana pada 1 detik musik digital

terdapat 44100 sampel. (Kessler, 2004).

Sedangkan besar dari ukuran file musik yang tidak dikompresi dapat

dikalkulasikan dengan persamaan sebagai berikut:

(7)

Dimana:

S = Sampling rate

R = Resolusi Pulse Code Modulation (16 bit)

C = Jumlah channel (mono = 1, stereo = 2)

2.2.3 File Wave

Wave adalah bentuk format file audio yang fleksibel untuk menyimpan semua

kombinasi audio. Hal ini menyebabkan format file audio dalam bentuk wave sangat

layak untuk menyimpan dan mengarsipkan rekaman asli. Wave merupakan format

file yang tidak dikompres sehingga akan mengenkodingkan semua suara baik suara

yang kompleks maupun tanpa suara dengan jumlah bit yang sama setiap satuan

waktunya. Contohnya: sebuah file menyimpan rekaman dari sebuah lagu selama

tiga menit akan sama besarnya dengan file yang hanya berada dalam keadaan

tanpa suara selama tiga menit apabila keduanya disimpan dalam bentuk format file

wave. (Sugeng, 2014)

2.2.3.1 Struktur Wave

File Wave menggunakan struktur standar RIFF (Resource Interchange File Format)

dengan mengelompokan isi file ke dalam bagian-bagian seperti format Wave dan data

digital audio. Setiap bagian akan memiliki header beserta ukurannya sendiri-sendiri.

Struktur RIFF sendiri merupakan struktur yang biasa digunakan untuk menyimpan

data multimedia dalam Windows. Struktur ini akan mengatur semua data yang

berada di dalam file ke dalam bagian-bagian yang masing-masing memiliki header

dan ukurannya sendiri yang biasa disebut sebagai chunk. Struktur ini akan

memudahkan jika terdapat bagian yang tidak dikenali oleh sistem akan dilakukan

pelompatan dan terus memproses bagian yang dikenal. Contoh file yang

menggunakan struktur RIFF adalah file WAV dan AVI. (Sugeng, 2014)

Sesuai dengan struktur file RIFF file Wave akan diawali dengan 4 byte yang

berisi „RIFF‟ kemudian 4 byte beriktunya yang menyatakan akan menyatakan ukuran

dari file tersebut kemudia 4 byte berikutnynya berisi „WAVE‟ yang menyatakan

bahwa file tersebut adalah file Wave. Kemudian adalah informasi dari format sampel

(8)

Struktur data pada file audio berbeda-beda tergantung format audionya. Struktur file

wave dapat dilihat seperti pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Struktur File Wave (Kamred, 2014)

File dengan format wave akan menggunakan Pulse Code Modulation (PCM) untuk

menyimpan suara yang bersifat analog agar dapat menjadi data digital pada komputer

dimana data sinyal analog tersebut akan diambil sampelnya pada setiap selang periode

tertentu kemudian dijadikan nilai pada sistem digital. Selang waktu yang digunakan

untuk mengambil sampel pada sinyal analog tersebut menentukan kualitas suara yang

dihasilkan. Semakin banyak sampel sinyal analog yang diambil dalam selang waktu

tertentu maka semakin baik pula kualitas suara yang dihasilkan (hasil suara akan

mendekati dengan suara aslinya). Data mentah hasil PCM ini kemudian disimpan

(9)

2.3 Penyisipan Data

Untuk melakukan penyisipan data dengan menggunakan media audio akan

membutuhkan dua file. File pertama adalah media audio digital asli yang belum

dimodifikasi yang akan menangani informasi tersembunyi yang akan disebut dengan

carrier audio. File kedua adalah pesan yang akan disisipkan yang hal ini merupakan

file dokumen. Suatu file dokumen dapat berupa plaintext, chipertext, gambar lain, atau

apapun yang dapat ditempelkan ke dalam bit-stream. Ketika dikombinasikan carrier

audio dan file dokumen yang ditempelkan membuat Stego Audio. Suatu Stego Key

(suatu password khusus) juga dapat digunakan secara tersembunyi pada saat decode

selanjutnya dari file dokumen (Munir, R. 2004).

2.3.1 Algoritma Penyisipan Data dalam Media Audio

Ada tiga algoritma yang sering digunakan untuk melakukan penyisipan data dalam

media audio yaitu Algoritma Spread Spectrum, Algoritma Echo Data Hiding, serta

Algoritma Low Bit Encoding, (Vico, Jes´us d´iaz. 2010).

2.3.1.1 Spread Spectrum

Algoritma Spread spectrum akan bekerja dengan cara menyembunyikan pesan di

dalam sinyal lain yang area sebarnya lebih besar. Oleh karena itu pesan yang akan

disisipkan terlebih dulu dibagi ke dalam beberapa blok dengan ukuran tertentu yang

sesaui dengan ukuran carrier audio. Setiap blok tersebut nantinya akan ditempatkan

secara acak di dalam sinyal lain yang areanya lebih besar tadi. Langkah pertamanya

adalah dengan cara membuat noise dari suatu sinyal menggunakan noise generator.

Kemudian pesan yang telah dipecah ke dalam beberapa blok tersebut akan

disembunyikan pada noise yang telah terbentuk dan akan disebarkan ke berbagai

spectrum dengan frekuensi sinyal yang berbeda-beda dan kemudian akan membuat

sebuah file baru yang disebut dengan Stego Audio yang telah berisi pesan dan audio.

File Stego Audio yang telah dibentuk juga dapat berisi Stego Key yang akan

(10)

a

a

u

n 2.3.1.2 Echo Data Hiding (EDH)

Algoritma Echo Data Hiding bekerja dengan cara menyisipkan pesan pada file carrier

dengan menggunakan sebuah “echo”. Telinga manusia tidak dapat membedakan

sinyal asli dan echo secara bersamaan melainkan hanya berupa sinyal distorsi tunggal.

Untuk membentuk echo dibutuhkan impuls yang disebut dengan kernel. Kernel “satu”

dibuat dengan delay 1 detik sedangkan kernel “nol” dibuat dengan delay 0 detik

seperti yang terlihat pada Gambar 2.5. (Sugiono, 2008)

Gambar 2.5 Kernel (Sugiono, 2008)

Proses Pembentukan echo dimulai dari sinyal suara asli yang kem

kernel dan hasil akhirnya berupa sinyal asli yang telah digabu

dian akan dibentuk

gkan dengan echo

seperti yang terlihat p

Gamb

da Gambar 2.6.

r 2.6 Proses Pembentukan Echo (Sugiono, 2008)

Pertama-tama carrier audio harus dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil.

Setelah dilakukan pembagian, maka setiap bagian dapat di-echo-kan sesuai dengan bit

(11)

Gambar 2.7 Proses Penyisipan (Sugiono, 2008)

Dua buah mixer sinyal akan dibuat untuk menggabungkan kedua sinyal hasil encode

tadi. Mixer sinyal akan mewakili masing-masing bit biner baik bit biner satu maupun

bit biner nol (tergantung pada bit yang akan disembunyikan pada bagian tersebut) atau

pada tahap transisi antara bagian–bagian yang berisi bit biner yang berbeda seperti

yang terlihat pada Gambar 2.8.

(12)

Sedangkan untuk proses ekstraksi input yang dibutuhkan hanya carrier audio atau

sinyal suara yang asli saja (apabila stego key sudah disisipkan pada sinyal terlebih

dahulu) atau carrier audio beserta stego key yang harus diinputkan. Pada proses

ekstraski ini secara keseluruhan proses yang terjadi merupakan kebalikan dari proses

penyisipan, akan tetapi proses yang dilakukan tetap berdasarkan stego key yang

diinputkan. Apabila stego key yang diinputkan salah maka proses ekstraksi akan

gagal. Output dari proses ekstraksi ini adalah kode unik yang telah disisipkan

sebelumnya. Data hasil ekstraksi ini nantinya akan berupa sekumpulan bilangan biner

yang harus dikonversi terlebih dahulu agar dapat digunakan untuk penjelasan lebih

lanjut dapat dilihat pada Gambar 2.9

.

Gambar 2.9 Ekstrasi dalam Echo Data Hiding (Sugiono,2008)

Pada Gambar 2.9 dapat dilihat bahwa sinyal audio dan key mula-mula akan dihitung

terlebih dahulu panjang sinyal yang akan diprosesnya kemudian sinyal tersebut akan

dipecah menjadi beberapa bagian yang disebut kernel. Kemudian dapat digunakan

(13)

2.3.1.3 Low Bit Encoding

Algoritma Low Bit Encoding bekerja dengan cara mengganti Least Significant Bit

(LSB) pada setiap titik sampling. Algoritma ini mirip dengan Algoritma Least

Significant Bit pada citra, bedanya jika pada citra yang diganti adalah bit yang

merepresentasikan warna, maka pada audio bit yang diganti adalah bit sampling dari

file audio itu sendiri. Dengan menggunakan algoritma ini ukuran pesan yang

disisipkan relatif besar, namun akan berdampak pada kualitas audio. Karna akan

terdapat banyak noise. Selain itu, dengan menggunakan algoritma ini lemahnya

kekebalan terhadap manipulasi.( Firmansyah, 2012)

Pada Algoritma Low Bit Encoding dilakukan penyisipan pesan dilakukan

dengan mengganti bit pada Least Significant Bits yang merupakan bagian dari barisan

data biner yang mempunyai nilai paling kecil yang terletak di paling kanan dari

barisan bit. Lalu terdapat Most Significant Bits yang letaknya berada disebelah kiri

barisan data biner. Biasanya bit yang terletak pada LSB merupakan bit yang nilainya

tidak terlalu berarti sehingga jika dilakukan perubahan pada bit-bit tersebut tidak akan

memberikan perbedaan besar terhadap data asli. Untuk penjelasan letak MSB dan

LSB dapat dilihat pada Gambar 2.10. (Chasanah,2009)

Gambar 2.10 Penjelasan LSB dan MSB (Suri, 2013)

Pada Gambar 2.10 dapat dilihat pada bagian bit sebelah kiri yaitu 0110 yang

merupakan Most Significant Bit (MSB) dan bit 1001 yang terletak di sebelah kanan

(14)

2.4 Penelitian yang Relevan

Berikut ini beberapa penelitian yang terkait dengan algoritma Echo Data Hiding dan

Low Bit Encoding:

1. Tirta Priambadha (2012) dalam jurnal internasional ISSN 1693-0533 yang

berjudul Echo Data Hiding Steganography and RSA Cryptography on Audio

Media, beliau menyimpulkan bahwa algoritma tersebut dapat digunakan dalam

penyisipan pesan karena mekanika untuk mengekstraksi bit-bit pesan yang

menggunakan beberapa sampel untuk memeperoleh setiap pesan. Faktor lain yang

mempengaruhi adalah amplitudo. Semakin tinggi amplitude yang dipilih pada

proses penyisipan maka semakin tinggi juga tingkat pemulihannya. Artinya

kualitas audio menurun jika amplitudo meningkat sehingga mempengaruhi

kualitas audio.

2. Susmita Dutta (2013) dalam jurnal internasional ISSN 2321 – 2004 yang berjudul

Echo Hiding Approach in Video Forensic, beliau menyimpulkan bahwa

dibutuhkan algoritma yang dapat mengatasi masalah rendahnya ketahanan

terhadap serangan dan mencegah pengungkapan pesan tersembunyi. Maka

digunakan sebuah algoritma yang dapat menyisipikan pesan dalam bit ke dalam

lapisan sampel yang lebih dalam utnuk mengurangi kesalahan yang terjadi jika

perubahan tidak mungkin terjadi bagi setiap sampel maka perubahan tersebut akan

diabaikan. Dengan mengunakan algoritma ini bit-bit pesan dapat disisipkan

kedalam dalam lapisan untuk meningkatkan tingkat keamanan tadi.

3. Sounak Lahiri (2016) dalam jurnal yang berjudul IJCA 0975 – 8887 yang berjudul

Audio Steganography using Echo Hiding in Wavelet Domain with Pseudorandom

Sequence, beliau menyimpulkan bahwa dalam karya ilmiah ini menyediakan satu

algoritma dalam penyisipan pesan ke dalam cover file audio. Kebalikan dari

algoritma least significant bit yang sering digunakan pada kasus lainnya. Disini

penulis menggunakan algoritma echo data hiding. Tetapi pada proses ini

menghasilkan noise pada saat transisi. Penerapan Discrete Wavelet Transform

membuat sistem yang lebih efisien dan dinamis sebagaisinyal rekonstruksi

(15)

transformasi lain. Penggunaan pseudorandom urutan ke-encode data pada posisi

yang berbeda meningkatkan efisiensi dan menjaga kerahasiaan dari informasi

yang ditransmisikan dari satu titik ke yang lain, karena urutan pseudorandom yang

dihasilkan unik untuk encoder - decoder pasangan. Oleh karena itu, informasi

dalam sinyal stego tidak dapat diekstraksi dengan mudah tanpa kunci yang sesuai .

Oleh karena itu, sistem secara keseluruhan, memiliki efisiensi yang lebih dan

kebal terhadap kebisingan, sambil menjaga kerahasiaan pesan selama transmisi.

4. Kamred Udham Singh (2014) dalam jurnal internasional ISSN 2250-2459 yang

berjudul LSB Audio Steganography Approach, beliau menyimpulkan bahwa

Teknik yang diusulkan dianggap menjadi algoritma yang efisien untuk

menyimpan teks didalam file audio sehingga informasi dapat dikirim sampai

tujuan dalam cara yang aman tanpa diubah. Audio Steganografi adalah teknik

mengirim informasi rahasia dengan menyembunyikan file pembawa. Hanya

penerima file yang mengetahui adanya informasi. Teknik LSB Steganografi sangat

mudah untuk diterapkan. Penggantian byte terakhir dari audio dengan bit pesan

akan membuat perubahan kecil dalam audio tetapi tidak akan dideteksi oleh

manusia.

5. Namita Verma (2012) dalam jurnal yang berjudul Secure Communication Through

Audio Signals, beliau menyimpulkan bahwa algoritma yang digunakan adalah

Least Significant Bit yang memungkinkan pesan rahasia dikirim secara aman dan

tidak terdeteksi. Ukuran wadah penampung juga tidak mengalami perubahan.

Algoritma LSB dapat digunakan jika wadah penampung merupakan file yang tidak

dikompresi. Sistem tersebut dapat dikembangkan dengan menggunakan enkripsi

Gambar

Gambar 2.1 Skema Penyisipan Pesan
Gambar 2.2 Skema Pengekstrakan Pesan
Gambar 2.3 Pulse Code Modulation (Karina, 2014)
Gambar 2.4 Struktur File Wave (Kamred, 2014)
+4

Referensi

Dokumen terkait

CBT sangat baik dilakukan pada anak-anak dengan self-esteem rendah karena memiliki masalah dalam proses kognitifnya, yaitu terdapat kesalahan dalam pola berpikir

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil usaha Teh Gaharu di Desa Lubuk Pabrik Kecamatan Lubuk Besar Kabupaten Bangka Tengah, menganalisis kelayakan Teh

Faktor risiko lain yang menjadi predisposisi terjadinya preeklampsia meliputi hipertensi kronik, kelainan faktor pembekuan, diabetes, penyakit ginjal, penyakit

volume.Setempel EDM terdiri dari elektroda dan benda kerja yang terendam dalam cairan isolasi seperti, minyak atau, lebih jarang, cairan dielektrik lainnya.Elektroda dan benda

antara kematangan emosi dan kepercayaan diri siswa kelas XI di SMK.. Islam Sudirman

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian asma dan variabel bebasnya adalah status gizi, jumlah saudara, pendidikan ibu, berat badan lahir, faktor diet,

Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswa kelas X PM SMK Negeri 1 Salatiga yang akan menghadapi Ujian Kenaikan Kelas.. yang sesuai dengan

Pengamatan hari ke-7 memperlihatkan jumlah pembentukan pembuluh darah baru lebih banyak pada kelompok perlakuan yang ditandai dengan lebih tingginya skor jumlah