• Tidak ada hasil yang ditemukan

CINTA: ASAL DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA (Sebuah Tinjauan Filosofis-Teologis) Part 1 of 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CINTA: ASAL DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA (Sebuah Tinjauan Filosofis-Teologis) Part 1 of 3"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

CINTA: ASAL DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA (Sebuah

Tinjauan Filosofis-Teologis) – Part 1 of 3

Date : December 20, 2019

Penulis: Romanus Piter (STFT Widya Sasana Malang)

Pendahuluan

Salah satu kata di dunia ini yang sampai sekarang masih menjadi misteri adalah Cinta. Orang sangat kerap menyebut kata Cinta dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam relasi dengan sesama, relasi dengan Allah, dalam dunia kerja dan lain sebagainya. Misalnya seorang lelaki mengatakan kesungguhannya dalam berrelasi dengan pasangannya, “aku mencintaimu dengan

segenap jiwa dan ragaku,” atau seseorang yang mensyukuri hidupnya dalam doanya mengatakan,

“terima kasih Engkau telah mencintaiku sehingga aku senantiasa luput dari marabahaya,” dan yang lain lagi tentang pekerjaannya berkata, “aku sangat mencintai pekerjaanku, maka aku akan

setia melaksanakannya.” Bahkan belakangan ini muncul istilah Bucin (budak cinta) untuk menjuluki

(2)

Orang-orang di atas menyebut kata Cinta untuk situasi yang berbeda-beda. Bila dikaji secara teliti, ungkapan-ungkapan tersebut – yang menyertakan kata Cinta – tampaknya adalah suatu perkara serius. Dalam hal ini kemudian kita dapat bertanya, apa sebetulnya Cinta itu? mengapa ada Cinta di dunia ini? dari mana Cinta berasal? mengapa Cinta begitu populer dalam kompleksitas hidup manusia? apa sebetulnya peranan Cinta dalam hidup manusia? haruskah ada Cinta di dunia ini? Dalam karya tulis ini saya akan memberikan penjelasan mengenai Cinta dan sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Di sini saya ingin menjelaskan Cinta secara lebih kompleks yakni,

Cinta itu sebagai Asal dan Tujuan Hidup Manusia. Dalam pembahasan ini saya akan lebih

menonjolkan peran dan eksistensi manusia, karena dari manusialah lahir konsep tentang Cinta. Selain itu, hanya manusialah – oleh karena akal budinya – yang dapat memikirkan Cinta secara lebih baik dari semua makhluk hidup yang ada di dunia ini. Penjelasan tentang Cinta yang saya sajikan dalam karya tulis ini menggunakan telaah dalam sudut pandang filosofis teologis.

Kodrat dan Karakter Cinta

Cinta adalah perkara hidup. Hanya orang yang hidup dapat mencintai dan memiliki Cinta sejati. Ungkapan aku mencintaimu adalah suatu ungkapan kepenuhan atau tingkat tertinggi dari jiwa manusia. Ungkapan semacam itu atau sejenisnya – menyertakan kata Cinta – semestinya adalah perkara serius. Karena ini perkara serius, maka dengan sendirinya kata Cinta memiliki tingkat yang paling tinggi dalam hidup manusia. Dalam hal semacam ini saya ingin menolak suatu ungkapan

cinta itu buta.

Dalam hemat saya, Cinta itu tidak buta, justru ia melihat dengan sangat tajam sampai ke bagian terdalam dari diri manusia. Cinta itu melihat dengan jelas dan mampu menembus sekat-sekat kebebalan hati manusia. Gabriel Marcel menyebut Cinta adalah itu yang dikatakan sebagai Allah. Ia adalah puncak atau kepenuhan dari relasi intersubyektif manusia. Dalam relasi semacam itu tidak ada kecurangan dan penipuan, melainkan hanyalah semata kebaikkan dan keindahan. Hanya oleh karena Cinta, menurut Marcel, manusia dapat menjadi manusia sejati.[1] Marcel juga menegaskan bahwa Cinta itu memiliki kodrat yang mutlak dan absolut. Mengapa Ia mutlak dan absolut? Karena Cinta adalah asal dan tujuan segala sesuatu yang ada di dunia ini, termasuk manusia. Cinta itu sekaligus juga mampu melampaui ruang dan waktu, menurutnya, bahkan kematian sekalipun.

Kitab Suci, dalam hemat saya, memberikan gambaran Cinta yang begitu luar biasa. Ini tidak hanya sekadar suatu gambaran tentang Cinta, melainkan kodrat dan hakikat Cinta itu sendiri. Penulis Injil Yohanes menyebutkan bahwa oleh karena Kasih-Nya yang sungguh besar, Allah rela

mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan manusia (bdk. Yoh 3:16). Rasul Paulus dalam suratnya kepada umat di Roma juga berbicara tentang Cinta (bdk. Rm 8:32). Memang ia mengatakannya tidak secara gamblang, namun lagi-lagi Cinta Allah dikatakan di sini

(3)

adalah landasan atau dasar yang menyelamatkan manusia. Makna Cinta yang lebih indah datang dari Yesus sendiri yakni, Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku (Yoh 2:17).

Beberapa filosof dan teolog menyebutkan pula arti Cinta dalam hematnya masing-masing, misalnya Empedokles menyebut Cinta itu menyatukan, Plato menyebut Cinta adalah penuntun manusia pada kebaikan, Aristoteles menyebut Cinta sebagai itu yang menjadi dasar untuk menjalin persahabatan, Martin Buber menyebut Cinta sebagai itu mengenal yang lain dalam dialog,

Agustinus menyebut Cinta adalah segalanya, Thomas Aquinas menyebut Cinta sebagai dasar untuk mencintai sesama, dan Edith Stein menyebut Cinta sebagai itu yang mengantar manusia pada kesempurnaan.[2] Menjadi semakin jelas bahwa Cinta itu memiliki makna yang begitu amat kaya. Yang lebih luar biasa adalah bahwa makna Cinta selalu mengarah pada kebaikan hidup pribadi manusia.

Yang tidak kalah menarik adalah makna dan arti Cinta menurut Armada Riyanto. Ia menyebut Cinta sebagai itu yang mendasari sebuah relasi, yakni relasi antara Aku dan Liyan (yang lain). Relasi yang sempurna dan baik adanya mesti dilandasi dan ditandai oleh Cinta. Cinta di sini memiliki peranan yang sangat vital, karena olehnya manusia dapat menjadi sempurna. Ia melukiskan Cinta itu demikian:

Cinta adalah relasional antara Aku dan Liyan, dalam maksud relasi cinta tidak pernah sepihak, tidak pernah berkisar pada ruang diri sendiri. Cinta adalah pengenalan terus-menerus kesadaran Aku dan kesadaran akan eksistensi Liyan. Cinta tidak mengabdi diri sendiri di satu pihak, dan menghancurkan yang lain (Liyan) di lain pihak. Cinta bukan

sebuah rivalitas kesadaran Aku dan Liyan. Melainkan cinta adalah sebuah perjumpaan Aku dan Liyan. Sebuah perjumpaan artinya: cinta berasal dari penerimaan dan penyambutan. Kehadirannya berhiaskan senyuman dan mimpi-mimpi.[3]

Cinta bukan soal menang-kalah, untung-rugi, melainkan soal bagaimana seorang manusia mampu berrelasi dengan manusia lainnya secara lebih dekat, baik, jujur dan adil. Cinta juga pada

gilirannya mesti memiliki aspek kebahagiaan bersama. Saya menyebutnya aspek kebahagiaan bersama, karena Cinta tidak boleh hanya untuk kenikmatan atau kebaikkan sepihak saja. Seperti yang dikatakan oleh Armada Riyanto di atas bahwa Cinta juga mesti dirasakan dan dinikmati oleh

Liyan, karena – dalam hemat saya – manusia yang bereksistensi di dunia ini dan Cinta yang

dimiliki olehnya berasal dari sumber yang sama yakni, itu yang disebut sebagai Sang Cinta. Masih dalam perspektif Armada Riyanto. Ia juga menyebut Cinta itu sebagai itu yang indah.[4] Cinta dikatakan indah karena ia identik dengan keindahan. Keindahan Cinta tak dapat dan tak mungkin mendapat tandingan dalam semua ciptaan yang ada di dunia ini. Atau, Cinta tak pernah bisa disamakan dengan keindahan apapun yang ada di dunia ini, karena Cinta itu

(4)

Armada Riyanto juga mengatakan bahwa Cinta itu menggerakan dan membaharui.[5] Artinya adalah bahwa Cinta itu menggerakkan hati setiap orang untuk menuju pada kesempurnaan hidup dan Ia sekaligus juga membaharui manusia untuk menjadi semakin sejati dan sempurna. Cinta adalah juga itu yang disebut pemberian.[6] Artinya adalah bahwa Cinta itu berasal dari Sang Cinta atau Allah sendiri. Manusia diberi Cinta oleh Sang Cinta supaya ia juga mau memberi kepada sesamanya sebagaimana ia telah diberi. Hal ini sekaligus menantang manusia untuk mau rendah hati memberi dan membagi Cintanya kepada sesamanya dan terlebih untuk mencintai Sang Pemberi Cinta. Cinta itu juga adalah itu yang disebut membebaskan.[7] Armada Riyanto lagi-lagi mau menegaskan bahwa Cinta itu tidak mengikat, melainkan membebaskan manusia.

Membebaskan dari apa? Membebaskan dari keterikatan dan keterkungkungan diri serta

keterbatasan diri. Hal yang sama juga adalah membebaskan diri manusia dari kepesimisannya. Oleh karena Cinta itu manusia dapat menjadi bebas, mentransendir dirinya sendiri dan

menemukan makna baru dalam hidupnya secara lebih baik. Yang terakhir, ia mengatakan pula bahwa Cinta itu menyelamatkan.[8] Cinta mampu menyelematkan hanya bila manusia mau rendah hati dan melayani sesama. Cinta itu bisa menyelamatkan bila pelayanan terhadap sesama

dilandasi dan didasari oleh Cinta. Persahabatan sejati yang mungkin terus berlanjut, dalam hemat saya, adalah juga hanya karena Cinta. Oleh sebab itu, kekuatan dan kemahakuasaan Cinta pada gilirannya mampu menjadi terang dalam kegelapan dan merombak kematian menjadi kehidupan. Franz Magnis-Suseno pun mengafirmasi bahwa Cinta atau Allah memiliki kekuatan yang besar dan luar biasa. Menurutnya Cinta adalah realitas yang tinggi dan tanpa batas sehingga tidak satu pun hal-hal atau benda-benda di dunia ini yang dapat mencirikan-Nya. Menurutnya semua ciptaan di dunia ini atau alam raya ini tidak sama dengan Allah, namun semua yang ada ini adalah ciptaan Allah. Dengan kasih-Nya yang begitu besar Allah telah menjadikan semua yang ada ini baik

adanya. Demikian Franz Magnis-Suseno menjelaskan hal tersebut:

... di satu pihak Allah tidak dapat ditemukan di mana pun di dunia. Allah bukan bagian dunia dan dunia bukan bagian Allah. Apa pun yang kita temukan di dunia bukan Allah. Tetapi di lain pihak Allah ada di mana-mana karena apa pun yang ada ditunjang dalam eksistensinya oleh Allah dengan cinta-Nya.[9]

Di sini hendak dikatakan bahwa Allah begitu luar biasa agung sehingga apa pun yang ada di dunia ini tak cukup baik dan kuat untuk melukiskannya. Namun, kita tetap bisa mengenal dan memiliki pemahaman tentang Allah yakni, lewat alam raya ciptaan-Nya yang indah dan menakjubkan ini. Dengan kata lain, di sini sekaligus mau dikatakan bahwa Cinta atau Allah itu memiliki kodrat yang sangat luar biasa sempurna. Kesempurnaan kodrat Cinta itu dapat dipahami dalam

ketidakterpahamian seluruh realitas yang ada di alam raya yang indah ini. Cinta itu dengan sendirinya juga dapat dikatakan memiliki kodrat yang mutlak.

Selanjutnya saya akan memberikan karakter Cinta. Menurut Pius Pandor, Cinta adalah sebuah kata yang kaya makna, kompleks, indah dan memesona.[10] Oleh karena kekayaannya, Cinta

(5)

dapat memiliki banyak aspek. Hal demikian dapat dilihat dalam banyak orang yang menggunakan kata Cinta pada situasi yang berbeda-beda. Cinta menjadi kompleks karena Ia memiliki keterikatan atau keterpautan dalam banyak hal, khususnya relasi antarmanusia. Cinta itu sangat nyata dalam kompleksitas hidup manusia dan saya yakin bahwa setiap manusia mengalami Cinta dalam peristiwa atau pengalaman hidupnya. Cinta dikatakannya indah dan memesona karena Ia mampu menghadirkan daya atau energi yang mampu menyatukan perbedaan antar manusia, bahkan mampu membuatnya menjadi sempurna seperti Sang Cinta itu sendiri.

Pius Pandor juga mengatakan bahwa Cinta adalah kodrat manusia itu sendiri. Saya mengafirmasi pendapatnya ini, karena saya mengakui pula bahwa manusia yang ada ini adalah ada karena Cinta Allah. Allah yang telah mencintai dan membagi Cinta-Nya yang membuat manusia menjadi ada. Maka kemudian Pius Pandor juga memberikan sebelas karakter Cinta sejati[11] dan

kesebelas karakter Cinta sejati ini pasti dapat membawa manusia pada taraf kesempurnaan hidup bila ia mengikuti dan melakukannya. Berikut ini sebelas karakter Cinta sejati itu: 1) Cinta sebagai kata kerja dan tanda seru, 2) Indah dan memesona, 3) Niat yang tulus, 4) Terima orang lain ‘apa adanya’ bukan ‘ada apanya’, 5) Pemberian diri, 6) Sabar, 7) Empati dan simpati, 8) Jujur, 9) Afirmatif dan promotif, 10) Tak bersyarat, dan 11) Informatif, formatif dan preformatif.

Kesebelas karakter Cinta tersebut memiliki tendensi yang mengarahkan manusia pada kesempurnaan hidup. Saya kemudian menambahkan karakter Cinta dengan empat aspek transendental yakni, satu (unum), baik (bonum), benar (verum) dan indah (phulcrum). Dalam hemat saya, Cinta itu jelas memiliki keempat aspek transendental tersebut sehingga Ia sanggup membaharui hidup manusia menjadi sungguh sempurna.

[1] Bdk. Dr. Theo Huijbers, Mencari Allah: Pengantar Ke Dalam Filsafat Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 134.

[2] Bdk. Pius Pandor, Seni Merawat Jiwa: Tinjauan Filosofis (Jakarta: Obor, 2014), 90-91. [3] Armada Riyanto, Relasionalitas (Filsafat Fondasi Interpretasi: Aku, Teks, Liyan, Fenomen) (Yogyakarta: Kanisius, 2018), 373.

[4] Bdk. Armada Riyanto, Menjadi-Mencintai: Berfilsafat Teologis Sehari-hari (Yogyakarta: Kanisius, 2016), 161.

[5] Ibid. [6] Ibid., 165. [7] Ibid., 166. [8] Ibid., 167.

(6)

[9] Franz Magnis-Suseno, Katolik Itu Apa?: Sosok – Ajaran – Kesaksiannya (Yogyakarta: Kanisius, 2018) 122.

[10] Pius Pandor, 77. [11] Ibid., 79.

Daftar Pustaka:

Hadiwijono, Dr. Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius, 2012.

Huijbers, Dr. Theo. Mencari Allah: Pengantar Ke Dalam Filsafat Ketuhanan. Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Magnis-Suseno, Franz. Katolik Itu Apa?: Sosok – Ajaran – Kesaksiannya. Yogyakarta: Kanisius, 2018.

Pandor, Pius. Seni Merawat Jiwa: Tinjauan Filosofis. Jakarta: Obor, 2014.

Riyanto, Armada. Relasionalitas (Filsafat Fondasi Interpretasi: Aku, Teks, Liyan, Fenomen). Yogyakarta: Kanisius, 2018.

_______________. Menjadi-Mencintai: Berfilsafat Teologis Sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius, 2016.

Koran Kompas, Sabtu, 27 Oktober 2018.

Sumber gambar featured: https://kumparan.com/kelascinta/cinta-butuh-logika-1rioSik37ac

Referensi

Dokumen terkait

Strategi komunikasi yang dilakukan guru dalam meningkatkan prestasi siswa di sekolah dapat berjalan dengan baik apabila komunikasi berjalan dengan interaktif dan

Hal ini menjadi sebuah bukti dalam penelitian kali ini bahwasanya memang Optimalisasi Strategi Green Product mampu meningkatkan perkembangan UMKM Kripik di Kota

pimpinan dapat memotivasi pegawai dengan motivasi positif yang merupakan pemberian motivasi atau usaha membangkitkan motif, dimana hal ini diarahkan pada usaha

Operator mesin yang merasa puas dengan gaji atau upahnya (pay), dimana operator menilai bahwa jumlah gaji atau upah yang diberikan perusahaan sesuai dengan kinerja yang ia

Efek dari lagu-lagu daerah tidak hanya terbatas pada kecerdasan bagi anak/siswa, kita dapat menemukan bahwa ketangkasan menumbuhkan jati diri yang baik dan berk- arakater

Video game Salah satu bentuk permainan yang sangat sering di mainkan anak khususnya pada anak usia sekolah, akan tetapi Anak yang bermain video game dalam waktu yang lama

Platinum Crop International dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tepat.

Data dikumpulkan dengan menggunakan data primer, kemudian dilakukan pengumpulan data dengan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi