• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sebaik-baiknya. Di samping itu juga Al-Quran tidak hanya diturunkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. yang sebaik-baiknya. Di samping itu juga Al-Quran tidak hanya diturunkan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

Agama Islam merupakan jalan hidup yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Agama Islam mempunyai satu pedoman utama yaitu Al-Quran yang berfungsi memberi petunjuk kejalan yang sebaik-baiknya. Di samping itu juga Al-Quran tidak hanya diturunkan untuk suatu umat ataupun suatu abad tertentu saja tetapi juga untuk seluruh umat manusia dan untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa.

Al-Quran adalah kitab suci yang sempurna dan bersifat universal, sehingga sebagian besar penjelasan al-quran lebih bersifat global dan terbuka bagi siapapun untuk memahaminya. Al-Quran merupakan nikmat besar yang Allah turunkan kepada seluruh manusia untuk menyucikan hati, kebersihan jiwa, menjelaskan aqidah-aqidah, menunjukkan kejalan kebenaran dan keadilan, mengajarkan akhlak yang luhur dan sifat-sifat terpuji, memperingatkan mereka agar tidak berbuat kemungkaran dan amal-amal buruk lainnya.

Al-quran tidak hanya menyebutkan dasar-dasar dan ketentuan-ketentuan kehidupan manusia, akan tetapi lebih jauh lagi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk memahami berbagai petunjuk dalam al-quran digunakanlah penafsiran.

(2)

Termasuk dalam hal ini adalah penafsiran terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan pendidikan.

Pendidikan adalah sarana untuk mebentuk, dan mengembangkan karakteristik manusia yang tangguh dan unggul dalam ilmu pengetahuan (intelektualitas), amal, ibadah , harta kekayaan, sikap dan terlebih prilaku sopan santun kepada diri, keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar. Tanpa pendidikan yang memadai, manusia akan jatuh harkat dan martabatnya dihadapan manusia lain, karena pendidikan adalah upaya untuk mewujudkan eksistensi diri dan menumbuh kembangkan kedewasaan melalui penanaman pengetahuan, nilai-nilai kebudayaan dan keagamaan serta sebagai bekal untuk hidup di masa yang akan datang dibawah bimbingan seorang pendidik.

Pengertian pendidikan adalah usaha sadar maupun tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam rangka untuk membina dan mengarahkan peserta didik guna menjadikan peserta didik menjadi manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, berkrakter,bertanggung jawab, bijak, dan berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan orang lain.

Pengertian pendidikan jika disempitkan dalam pengertian pengajaran, adalah suatu usaha yang bersifat sadar tujuan dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku. Dengan adanya tujuan perubahan tersebut menunjukkan pada suatu proses yang harus dilalui. Tanpa adanya suatu proses, maka perubahan tidak akan terjadi dan tujuanpun tidak akan tercapai. Dan proses yang dimaksud di sini adalah proses pendidikan.

(3)

Proses pendidikan berlangsung tidak tanpa alasan dan tujuan. Pengajaran merupakan proses yang bertujuan untuk membimbing pelajar dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap pelajar. Tugas perkembangan tersebut mencakup bebutuhan hidup baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.

Dapat disadari bahwa perubahan yang tidak disadari oleh bimbingan, maka perubahan tersebut tidak akan terarah dalam perkembangannya. Oleh karena itu, setiap pelajar membutuhkan bimbingan dalam mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya. Di sinilah guru dibutuhkan untuk memberikan bekal hidup yang berguna. Sehingga guru harus mampu dan menciptakan situasi yang kondusif dan interaksi yang baik antara pendidik dengan peserta didik dalam proses pembelajaran.1

Akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia. Berakhlak mulia merupakan salah satu tujuan pendidikan juga sebagai refleksi kehidupan bermasyarakat yang berperadaban. Maka sandaran umat Islam dalam mengambil contoh figur yang terbaik dalam akhlak adalah Rasulullah saw. Beliau adalah sebaik-baiknya manusia yang pernah hidup di dunia karena akhlaknya beliau adalah akhlak al-quran dan langsung dididik oleh Sang Maha Pendidik. Sebagaimana firman Allah dalam Al-quran surat Al-Ahzab ayat 21:















1

Winarno surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung,jemmars,1986), h.13-14

(4)

“Sesengguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”(QS.Al-ahzab ayat 21)2

Akhlak menurut Imam Al-ghazali merupakan perbuatan yang lahir secara reflek dan tiba-tiba dari seseorang tanpa pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu.3 Mempunyai peran yang sangat signifikan dalam mencapai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, dan menggapai kebahagiaan baik sebagai individu maupun masyarakat.

Sejalan dengan pernyataan diatas, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kepada pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.4

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan. Pendidik dengan peserta didik dalam saling mempengaruhi. Peran pendidik lebih besar dari peserta didik karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan.

2

Al-Quran terjemah surah Al-ahzab ayat 21 3

Ahmad mustafa.Akhlak tasawuf,(Bandung:pustaka setia.2008),h.11-12 4

Departemen Agama RI,Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan ,(Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI,2016),h.3-4

(5)

Hidup bersama antara manusia yang satu dengan yang lain berlangsung di dalam berbagai bentuk hubungan dan di dalam berbagai jenis situasi. Sehingga tanpa adanya sebuah interaksi dalam hidup, tidak mungkin manusia dapat hidup bersama. Pada kenyataannya bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki sifat sosial yang besar. Sehingga setiap manusia sangat membutuhkan interaksi antara individu yang satu dengan yang lain. Setiap proses interaksi terjadi dalam suatu situasi, bukan dalam situasi yang hampa. Salah satunya interaksi terjadi dalam situasi pendidikan, yang bisa disebut dengan interaksi pendidikan.5

Proses pendidikan berlangsung tidak tanpa alasan atau tujuan. Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing peserta didik didalam kehidupan, yakni membimbing perkembangan diri sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh peserta didik. Tugas perkembangan tersebut mencakup kebutuhan hidup baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Di sinilah pendidik dibutuhkan untuk memberi bekal hidup yang berguna dan harus menciptakan situasi dan interaksi edukatif.

Interaksi edukatif guru dengan siswa merupakan suatu proses hubungan timbal balik (feed-back) yang sifatnya komunikatif antara guru dengan siswa yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan, dan bersifat

5

(6)

edukatif, dilakukan dengan sengaja, direncanakan serta memiliki tujuan tertentu.6

Pendidik adalah seorang yang memegang peranan utama dalam proses belajar mengajar. Inti dari pendidikan adalah proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan tersebut. Berhasil tidaknya atau efektif dan efisiennya suatu proses belajar mengajar salah satunya bergantung pada keprofesionalan seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya.7

Al-Quran menyebutkan bahwa Allah akan meninggikan derajat dan memuliakan pendidik dari pada orang Islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan pendidik. Firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadillah ayat 11:

































































Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

6

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta:P.T.Rineka Cipta,2005),h.11

7

(7)

beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Al-Mujadilah ayat:11)8

Hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh komponen-komponen belajar mengajar, sebagai contoh bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang diterapkan, media yang digunakan, dan lain-lain. Tetapi disamping komponen-komponen tersebut, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, yaitu soal hubungan antara pendidik dengan peserta didik.

Hubungan Pendidik dan peserta didik di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan dan sempurnanya metode yang digunakan, namun jika interaksi pendidik dengan peserta didik tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan.9

Untuk menjalin hubungan tersebut, seorang pendidik harus memahami bahwa dalam suatu kelas ada yang tidak dapat dielakkan yaitu, adanya perbedaan individu baik dari aspek biologis, intelektual, maupun psikologis. Interaksi yang akan terjadi juga dipengaruhi oleh cara pendidik dengan peserta didik ketika pelajaran berlangsung.

Salah satu komponen yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan sebagaimana dikatakan di atas adalah ke profesionalan pendidik. Mereka dituntut untuk membawa peserta didik mencapai tujuan pendidikan

8

Al-qur‟an terjemah surah Al-mujadillah ayat 11 9

(8)

melalui interaksi belajar mengajar. Oleh sebab itu, para guru dituntut untuk dapat menjalankan interaksi belajar mengajar yang dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga terjadi hubungan timbal balik yang harmonis. Dalam hal ini menyangkut pola interaksi pedidik dengan peserta didik yang sesuai dengan ajaran Al-quran yaitu, prilaku atau moral yang berdasarkan al-Quran.

Dalam perspektif khazanah intelektual Islam klasik banyak sekali yang memuat aturan-aturan etis (adab) yang mengatur relasi antara guru dan anak didik. Malahan dalam al-Qur‟an terdapat ilustrasi yang sangat gamblang dalam menggambarkan interaksi edukatif guru dan anak didik yang terwakili dalam relasi antara Musa dan Khidir dalam Al-quran surah Al-kahfi ayat 65-70, Yang mana ayatnya berbunyi :























































































































Artinya :

65.Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba kami, yang Telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang Telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

66.Musa Berkata kepada Khidhr: "Bolehkah Aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang Telah diajarkan kepadamu?"

(9)

67.Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama Aku.

68.Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"

69.Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati Aku sebagai orang yang sabar, dan Aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".

70.Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai Aku sendiri menerangkannya kepadamu".10

Ayat 65-70 ini menjelaskan tentang betapa kuat tekad Musa untuk bertemu dengan khidir. Dengan bekal kemauan kerasnya, akhirnya Musa dapat bertemu dengan orang yang dicarinya.

Dari rangkaian kisah tersebut bila dikaitkan dengan pendidikan dapat kita pahami yaitu, kode etik yang berhubungan dengan permohonan menjadi murid. Dalam hal ini, hendaknya seorang calon murid memperlihatkan keseriusannya dengan ungkapan sopan dan tawadhu. Dalam hal ini, seorang calom murid dituntut memosisikan diri sebagai orang yang butuh, bukan sebaliknya. Lebih lanjut, seorang murid harus menyadari bahwa ia tidak mungkin mampu menyerap semua ilmu gurunya. Di sampaing itu, seorang calon guru pun harus melakukan tes awal guna melacak minat dan bakat yang dimiliki calon muridnya. Sebab, tanpa adanya tes minat dan bakat akan menyebabkan seorang murid tidak belajar sungguh-sungguh.

Kenyataan ini bisa ditarik dari tes yang diajukan Khidir kepada Musa dengan pernyataan, “Sesungguhnya engkau tidak akan bersabar bersamaku.”Kalimat inilah yang menjadi petunjuk agar guru melakukan tes

1010

(10)

minat dan bakat. Dan khidir pun baru menerima Musa sebagai murid setelah ia mendengar keseriusan Musa, walaupun ia memprediksi, musa tidak mempunyai bakat dalam bidang ilmu yang dimilikinya. Dari sini pula dapat ditarik satu kesimpulan: yang harus menjadi prioritas seorang guru dalam menerima calon muridnya itu bukan bakat dulu, tetapi minat. Sebab, bisa jadi walaupun seseorang tidak mempunyai bakat, tetapi karena ia mempunyai minat yang tinggi, akhirnya ia akan berhasil menguasai ilmu tersebut.

Setelah seorang guru mengetahui minat dan bakat calon muridnya, ia pun harus segera melakukan kontrak belajar dengannya. Kontrak belajar ini dilihat dari ungkapan,”jika kamu mengikutiku, janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya.”

Kontrak belajar ini pada proses pembelajaran selanjutnya akan menjadi peraturan yang mengikat antara guru dan muridnya. Jika dalam proses pembelajaran tanpa ada kontrak belajar, bisa jadi akan menjadi penyabab ketidakseriusan, baik di pihak guru ataupun di pihak murid.11

Jadi ayat tersebut menjelaskan bagaimana kriteria seorang guru yang diharapkan dan bisa diimplementasikan dalam dunia pendidikan, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Mengacu pada surat Al-kahfi 65-70 ini, bahwa pola hubungan pendidik dan peserta didik itu mendasarkan pada dua hal, yaitu: relasi persahabatan antara

11

Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Bandung:Vijaya kusuma,2007) ,h.184-185.

(11)

pendidik dengan peserta didik, dan rasa saling pengertian antara pendidik dan peserta didik yang tergambar dalam ayat tersebut.

Dalam ayat ini juga digambarkan bagaimana Musa AS sebagai seorang murid berlaku tawadhu terhadap gurunya ia termasuk orang yang pandai dan berilmu tinggi. Sampai-sampai di saat khidir mensyaratkan supaya ia jangan bertanya apapun dia menurutinya.

Jadi di lihat dari kisah surat Al-kahfi tersebut terdapat interaksi yang baik antara pendidik dengan peserta didik, apabila interaksi pendidik dengan peserta didik berjalan dengan baik maka tujuan pembelajaranpun akan tercapai. Berbeda dengan surat „ Abasa ayat 1-10, yang mana di sana menjelaskan interaksi yang kurang baik antara pendidik dengan peserta didik.

Berkaitan dengan itu penulis ingin mengkaji tentang ayat yang berkaitan dengan hubungan pendidik dengan peserta didik dalam Al-quran surat „Abasa ayat 1-10.

Allah berfirman yang berbunyi :















































































































Artinya:

(12)

2. Karena Telah datang seorang buta kepadanya.

3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),

4. Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?

5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, 6. Maka kamu melayaninya.

7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).

8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),

9. Sedang ia takut kepada (Allah), SWT 10.Maka kamu mengabaikannya.

.

Orang buta itu bernama Abdullah bin ummi Maktum. dia datang kepada Rasulullah saw. meminta ajaran-ajaran tentang Islam. Lalu Rasulullah saw. bermuka masam dan berpaling dari padanya. Karena beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat Ini sebagi teguran kepada Rasulullah saw.12

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkajinya dan menjadikannya sebagai judul skripsi yaitu “Pola Interaksi Edukatif Pendidik dan Peserta didik Dalam Al-Quran Surat ‘Abasa Ayat 1-10”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

12

(13)

Berdasarkan Latar belakang diatas,maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana pola interaksi Edukatif Pendidik dan Peserta didik yang terkandung dalam surat „Abasa ayat 1-10. 2. Batasan Masalah

Agar permasalahan tidak meluas,maka penulis membatasi permasalahan:

a. Sikap Pendidik Terhadap Peserta Didik Dalam Al-Quran Surat „Abasa Ayat 1-10?

b. Sikap Peserta Didik Terhadap Pendidik Dalam Al-Quran Surat „Abasa Ayat 1-10?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sikap pendidik terhadap peserta didik dalam Al-Quran surat „Abasa ayat 1-10.

2. Untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap pendidik dalam Al-Quran surat „Abasa ayat 1-10 terhadap pendidikan.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan secara mendalam tentang pola interaksi edukatif yang tergambar antara Pendidik dan Peserta didik yang diceritakan dalam Al-quran surah „abasa ayat 1-10

(14)

2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, masukan dan pengetahuan tentang kisah interaksi edukatif yang terdapat dalam Al-quran surat „abasa ayat 1-10.

3. Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang surah „abasa ayat 1-10 dan dapat dijadikan pelajaran dalam etika dan sopan santun seorang pendidik terhadap peserta didik.

D. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran terhadap istilah yangdigunakan, maka diberikan batasan istilah sebagai berikut:

1. Pola

Pengertian pola dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah bentuk; model; sistem atau cara kerja.13 Pola yang dimaksud disini berarti model atau bentuk pendekatan yang digambarkan dalam surat „Abasa ayat 1-10

2. Interaksi Edukatif

Menurut Syaiful Bahri Djamarah Interaksi Edukatif adalah hubungan dua arah antara guru dan Murid dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan.14

3. Pendidik (Guru)

Guru adalah Orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.15 Maksudnya adalah guru orang yang membimbing,

13

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 778

14

Syaiful Bahri Djamarah, op cit , h. 11 15

(15)

mengarahkan,mengajarkan serta memiliki tanggung jawab dalam pendewasaan anakdidik.

4. Peserta didik

Setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.16 Maksud peserta didik di sini adalah murid yang berada dalam masa pendidikan untukmengembangkan potensi dirinya.

5. Al-Qur‟an

Al-Quran Adalah wahyu Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Mukjizat, yang sudah di bukukan dalam satu mushaf, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas serta membacanya termasuk ibadah. Sedangkan yang diteliti di sini adalah surat „abasa ayat 1-10.17

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.18

Ciri-ciri penelitian kepustakaan adalah sebagai berikut:19

16

Ibid, h. 51 17

Zakiah Daradjad,dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:PT Bumi Aksara,2000).h.19 18

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), h. 3-5

19

(16)

a. Peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan buku dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata (eyewitnes) berupa kejadian, orang atau benda-benda lainnya.

b. Data pustaka bersifat siap pakai (ready made). Artinya peneliti tidak pergi ke mana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan. c. Data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti

bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan.

d. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peneliti berhadapan dengan informasi statis, tetap.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan. Seperti: buku-buku, majalah, dokumen dan catatan kisah-kisah sejarah dan lain-lainnya.20

Penelitian yang penulis lakukan ini, adalah penelitian yang akan menghasilkan sebuah karya ilmiah yang berbentuk buku tentang Interaksi edukatif antara Pendidik dan Peserta didik dalam al-Quran (surat „Abasa ayat 1-10), yang dihasilkan dari penelaahan berbagai sumber buku dan tulisan para ahli yang berkaitan dengan masalah yang penulis angkat.

2. Data dan Sumber Data

20

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2010), h. 28

(17)

Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan. Data bisa berupa angka, huruf, suara maupun gambar.

21

Data yang dikumpulkan adalah bentuk hubungan pendidik dan peserta didik dalam al-Quran surat „Abasa ayat 1-10, untuk mendapatkan data tersebut maka penulis mengambil dari berbagai sumber.

Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh.22 Sumber data pada penelitian library research ini dapat dibagi dua, yakni terdiri atas buku utama atau sumber data primer dan buku penunjang atau sumber data sekunder.23

Buku utama atau sumber data primer adalah data yang menjadi acuan utama yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian, data primer dari penelitian ini adalah al-Qur‟an surat „Abasa ayat 1-10, kitab-kitab tafsir seperti Tafsir Al-Maragi,dan sebagainya yang berkaitan dengan surat surat „Abasa ayat 1-10.

Buku penunjang atau sumber data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah buku-buku yang membahas tentang pendidikan Islam Iteraksi edukatif, Deskripsi guru, deskripsi murid,hubungan pendidik dengan peserta didik, serta buku-buku yang relevan yang berkaitan dengan pola Interaksi Pendidik dengan peserta didik , serta buku-buku lain yang berkaitan dengannya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara Library Resarch yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan berupa buku-buku yang ada di perpustakaan, artikel-artikel, serta

21

Suharto, dkk. Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Penerbit Indah, 1996). 22

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI), (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 129

23

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 109

(18)

tulisan-tulisan yang berkaitan dengan penelitian, kemudian dikumpulkan dan diambillah inti sari yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan melihat realita di lapangan tentang masalah yang dibahas.

Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara:

a. Mengumpulkan ayat. Dalam hal ini penulis mengumpulkan ayat yang berkaitan tentang metode perumpamaan.

b. Menafsirkan ayat. Untuk menafsirkan, penulis menggunakan kaidah-kaidah yang terdapat dalam kajian pendekatan ilmu tafsir, dengan menggunakan kitab-kitab tafsir. Serta menganalisa makna ayat sesuai dengan penafsiran ayat dan kajian ilmu-ilmu pendidikan Islam.

c. Kajian isi ayat dari sisi pendidikan. Dengan menggunakan pendekatan ilmu pendidikan Islam dengan cara menggunakan teori-teori atau kaidah-kaidah yang ada dalam ilmu pendidikan khususnya pendidikan Islam.

Kesimpulan. Untuk kesimpulan akhir penulis menggunakan pola deduksi yaitu kesimpulan akhir dari hal-hal yang umum menuju hal-hal yang khusus.24

G. Teknik Analisis Data

Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisis mana yang akan

24

Bagong Suyanto, Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan,

(19)

digunakannya, apakah analisis statistik ataukah non-statistik. Pemilihan ini tergantung pada jenis data yang dikumpulkan.25

Dalam menganalisis ayat penulis menggunkan metode Maudhu’i (tematik) dan metode Tahlili. Metode Maudhu’i (tematik) adalah menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu topik masalah.26 Yaitu membahas ayat-ayat Al-Qur‟an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan dihimpun, kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya, seperti asbab al nuzul, kosa kata dan sebagainya. Semua dijelaskan dengan rinci dan tuntas serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik argumen itu berasal dari al-Qur‟an, hadis maupun pemikiran yang rasional.27

Sedangkan metode tahlili adalah menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dari seluruh aspeknya. Dengan pengertian memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosakata diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat, mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain, membahas sabab al-nuzul (latar belakang turunnya ayat) dan dalil-dalil yang berasal dari Rasul, sahabat atau tabi‟in.28

25

Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2006), h. 40 26

Abd Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’y, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 36

27

Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Quran, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000), h. 151.

28

(20)

Surat yang dibahas dalam penelitian ini adalah Q.S surat „Abasa ayat 1-10 dilihat dari sudut pandang pendidikan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh hasil penelitian didapatkan dari bahan-bahan yang ada di pustaka, baik al-Qur‟an, buku-buku tafsir dan buku pendidikan lainnya. Kemudian bahan yang sudah ada dikumpulkan untuk diolah melalui metode yang telah ditetapkan, dan dianalisis serta dikembangkan dengan bahasa penulis, sehingga diharapkan dapat berkesinambungan antara data yang didapatkan dengan tujuan penelitian yang diinginkan semula.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang dijadikan pokok penulisan proposal ini, maka penulis membagi pembahasan sebagai berikut :

Bab I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II berisi tentang pengertian Interaksi Edukatif, Macam-macam pola interaksi Edukatif, Kedudukan Pendidik dalam interaksi edukatif, kedudukan peserta didik dalam interaksi edukatif, sikap pendidik terhadap peserta didik, dan sikap peserta didik terhadap pendidik.

Bab III berisi tentang gambaran umum surat „Abasa ayat 1-10, Latar belakang turunnya ayat, ayat dan terjemah, dan tafsiran surat „Abasa ayat 1-10.

(21)

Bab IV berisi tentang pola interaksi edukatif pendidik dengan peserta didik dalam al-qur‟an surat „Abasa ayat 1-10, sikap pendidik terhadap peserta didik dalam al-qur‟an surat „Abasa ayat 1-10, sikap peserta didik terhadap pendidik dalam al-„quran surat „Abasa ayat 1-10.

Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk berhenti berlangganan saat kita rasa transaksi penyedia sinyal tidak sesuai dengan sistem transaksi yang kita inginkan, kita dapat memilih pilihan “Unsubscribe”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara konsentrat tidak difermentasi dengan yang difermentasi terhadap kandungan energi bruto, serat kasar, dan

Banyak cara yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat limbah minyak bumi, salah satunya adalah dengan melibatkan agen biologis berupa mikroorganisme

sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia baik secara individu maupun secara kelompok dan akibat dari hubungan

[r]

Penanganan yang dilakukan juga terdapat kendala-kendala yang bisa menghambat tujuan tersebut, baik yang berasal dari anak jalanan, orang tuanya, serta dari

Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dan dihubungkan dengan amanat pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 17 tahun 2003, Gubernur juga berwenang mengajukan usul untuk

Belanja Barang dan Jasa Tahun 2009 sampai dengan Tahun Anggaran 2010 mencapai 1,5% dikarenakan Badan Pemberdayaan Perempuan baru berdiri dan membutuhkan masukan dari Kabupaten /