• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Elemen Hingga Perilaku Lentur Balok Kayu Jati (Tectonagrandis) Dengan Takikan Pada Tengah Bentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Elemen Hingga Perilaku Lentur Balok Kayu Jati (Tectonagrandis) Dengan Takikan Pada Tengah Bentang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Elemen Hingga Perilaku Lentur Balok Kayu Jati

(Tectonagrandis) Dengan Takikan Pada Tengah Bentang

M Afif Shulhan1,a

1Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Jalan Miliran 16, Umbulharjo, Yogyakarta aE-mail: afifs@ustjogja.ac.id

Abstrak

Kayu Jati (Tectonagrandis) merupakan kayu yang banyak tumbuh di pulau Jawa dan digunakan sebagai material konstruksi bangunan tradisional Joglo. Hingga saat ini tercatat banyak bangunan Joglo dengan kategori bangunan cagar budaya. Seiring bertambahnya usia bangunan Joglo, maka akan semakin rentan terhadap pelapukan yang berakibat menimbulkan pengurangan luas penampang sehingga kapasitas elemen strukturnya akan menurun. Dengan demikian perlu dilakukan usaha untuk memperkirakan penurunan kapasitas dari pelapukan pada elemen struktur. Penelitian ini akan mengamati secara numerik mengenai perilaku lentur dari elemen balok Kayu Jati yang mengalami pelapukan yang disimulasikan dengan takikan pada tengah bentang.

Algoritma MATLAB digunakan dalam penelitian ini untuk memodelkan balok Kayu Jati sebagai material non-linier dan orthotropik. Pelapukan kayu disimulasikan dengan membuat takikan berukuran 40x60x100 mm di tengah bentang. Data mekanik material diperoleh dari studi terdahulu dan eksperimenberdasarkan ASTM D143-94(2000). Model balok Kayu Jati memiliki panjang bentang 990 mm dan dimensi penampang 60 x 80 mm. Balok Kayu Jati dimodelkan dengan elemen

quadrilateral dalam asumsi planestress. Sifat non-linier material mengikuti Hill’s yield function dengan associated flow rule. Selanjutnya, hasil analisis elemen hingga divalidasi menggunakan data pengujian eksperimental pada studi terdahulu.

Hasil analisis numerik memperlihatkan bahwa kurva beban-perpindahan ketiga jenis model balok Kayu Jati memiliki kesesuaian dengan hasil eksperimen uji lentur. Pola kegagalan dari semua jenis balok Kayu Jati menunjukkan bahwa kegagalan terjadi pada fase plastis (fase non-linier).

Kata kunci: Kuat lentur, Balok kayu Jati, takikan, elemen hingga, plane stress

Pendahuluan

Sebagai negara tropis, dengan sumber daya hutan yang melimpah membuat Indonesia memiliki banyak rumah tradisional dari kayu, salah satunya adalah Joglo. Joglo merupakan rumah tradisional masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta yang mudah dikenali dari penggunaan balok kayu Jati masif sebagai elemen strukturnya. Secara umum, Joglo merupakan struktur yang memiliki ketahanan gempa yang baik, sehingga tidak heran jika masih dapat ditemui Joglo yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun. Oleh karena itu, beberapa bangunan Joglo dikategorikan sebagai cagar budaya yang harus dikonservasi.

Meskipun Joglo dapat bertahan selama puluhan tahun, terdapat beberapa kasus dimana Joglo mengalami kegagalan. Beberapa isu dihadapi oleh Joglo diantaranya adalah isu ketahanan material terhadap cuaca dan kerusakan atau cacat pada kayu. Isu-isu tersebut secara mendalam telah diteliti oleh Franke & Franke (2015) untuk menentukan distribusi kegagalan pada elemen kayu (Gambar 1).

(2)

2

Gambar 1. Distribusi kegagalan kayu (Franke & Franke, 2015)

Dalam usaha konservasi bangunan cagar budaya, tantangan yang muncul adalah bagaimana memprediksikan kekuatan elemen struktur eksisting. Terutama ketika elemen struktur tersebut mengalami cacat atau kerusakan parsial. Salah satu upaya untuk memperkirakan kekuatan elemen struktur eksisting adalah dengan menggunakan pendekatan numerik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati hubungan beban-lendutan, pola distribusi tegangan pada penampang, dan prediksi kuat lentur balok Kayu Jati yang mengalami pelapukan. Pelapukan disimulasikan sebagai takikan yang berada pada posisi serat desak atau serat tarik. Output pemodelan numerik kemudian divalidasi menggunakan data eksperimen.

Tinjauan Pustaka

Pemodelan elemen hingga merupakan metoda yang lazim digunakan untuk memodelkan elemen struktur pada kondisi pembebanan tertentu. Meskipun demikian, akurasi dari pemodelan numerik tergantung dari seberapa realistik pemodelan perilaku material melalui konstitutif model dan model kegagalan (failure model) yang digunakan (Vaziri dkk., 1992).

Upaya untuk mensimulasikan kayu secara realistis adalah dengan memodelkan kayu dengan sifat plastisitasnya. Pemodelan plastisitas merupakan prosedur penyusunan konstitutif dari data tegangan-regangan uniaksial yang kemudian diselesaikan dengan kriteria leleh (yield criterion),

flow rule, dan hardening rule (Chen dan Han, 1988).

Beberapa program finite element komersial telah mampu mengakomodir pemodelan material orthotropik. Namun, konstitutif material dalam kondisi desak dan tarik belum dapat dimodelkan secara terpisah. Vaziri dkk.(1992) telah menyusun sebuah algoritma pemrograman elemen hingga dalam bahasa FORTRAN untuk memodelkan fibre reinforce composite dengan konstitutif desak dan tarik yang berbeda.

Guan dkk. (2009) telah melakukan pemodelan plastisitas pada konstitutif desak balok I (I-beam) komposit OSB (flange) dan kayu (web) menggunakan sub-rutin program ABAQUS. Pemodelan sifat desak menggunakan asumsi elastoplastik tanpa hardening yang mengikuti Hill’s yield function dan diselesaikan menggunakan associated flow rule menghasilkan perilaku lentur yang sesuai dengan eksperimen.

Secara khusus, Eratodi dan Awaludin (2016) menyimpulkan bahwa penggunaan model plastis dalam pemodelan sifat desak pada balok kayu LVL sengon menghasilkan prediksi perilaku lentur balok prismatis yang lebih mendekati hasil eksperimen. Kondisi plastis pada balok non-prismatis telah tercapai yang ditunjukkan dari diagram tegangan pada penampang.

Metode Penelitian

Sifat Mekanik Kayu Jati

Data mekanik Kayu Jati diperoleh dari studi-studi terdahulu dan data tarik sejajar serat diperoleh dari pengujian tarik mengacu pada ASTM-D149-93(2000). Data mekanik kayu Jati disajikan dalam Tabel 1. Sifat material Kayu Jati dalam penelitian ini dimodelkan sebagai material elastoplastik

(3)

dengan kelelehan material mengikuti Hill’s yield function dengan associated flow rule. Sifat tersebut diilustrasikan melalui grafik konstitutif material pada Gambar 2.

Pemodelan Elemen Hingga

Penelitian ini mengembangkan algoritma elemen hingga dalam program MATLAB 2012b (trial version). Algoritma tersebut merupakan modifikasi dari algoritma yang disusun oleh Khennane (2013). Pemodelan geometri balok Kayu Jati diilustrasikan melalui Gambar 3.

Tabel 1. Data Mekanik Kayu Jati (dalam N/mm2)

Sifat mekanik tarik Sumber

MoE tarik // E1 17392,3 Shulhan dkk.(2018) Poisson ratio sb. 1-2 12 0,225 asumsi Poisson ratio sb. 2-1 21 0,005 asumsi Tegangan runtuh tarik // σ1 ult 200,3 Shulhan dkk.(2018)

Sifat mekanik desak

MoE desak // E1 6611,7 Nugroho dkk.(2018)

MoE desak  E2 500,7 Nugroho dkk.(2018)

Modulus geser G12 2698,6 Shulhan dkk.(2018) Tegangan runtuh desak// σ1 ult 25,03 Nugroho dkk.(2018) Tegangan leleh desak // σ1 y 28,0 Nugroho dkk.(2018) Tegangan geser τ12 5,66 Shulhan dkk.(2018)

Gambar 2. Grafik konstitutif elastoplastik Kayu Jati arah longitudinal

Gambar 3. Benda uji lentur Kayu Jati (Shulhan dkk., 2018)

Balok kayu Jati memiliki penampang sebesar 80x60 mm dengan panjang bentang 990 mm. Balok tersebut dimodelkan sebagai simple beam menggunakan elemen 4 node quadrilateral dengan

approximate function bilinier. Hasil tes konvergensi menunjukkan bahwa meshing elemen sebanyak 672 elemen telah menghasilkan pembacaan perpindahan yang konvergen dengan error dibawah 5%. Hasil tes konvergensi model elemen hingga balok disajikan melalui Gambar 3.

(4)

4 Tabel 2. Variasi benda uji lentur Kayu Jati

(Shulhan dkk., 2018)

Gambar 4. Uji konvergensi elemen

(a) Balok solid/utuh (S)

(b) Balok dengan takikan pada serat tarik (TD)

(c) Balok dengan takikan pada serat desak (CD) Gambar 5. Model elemen hingga balok kayu Jati

Plane Stress

Kondisi plane stress adalah kondisi dimana sebuah pelat tipis dibebani oleh suatu gaya sejajar terhadap pelat tipis tersebut dan terdistribusi secara merata atas ketebalannya (Gere dan Timoshenko, 1990). Dalam kasus ini semua tegangan pada arah sumbu 3 (tebal) selalu nol. Namun regangan pada arah tersebut tidak nol. Bentuk persamaan stiffness untuk kondisi plane stress tersaji pada Persamaan 1.

                               12 2 1 12 21 12 2 2 12 2 12 1 21 12 12 2 1 1 0 0 0 0 1 1             G E E E E (1)

Yield Function dan Flow Rule

Zienkiewicz & Taylor (2005) menyatakan bahwa kelelehan (yielding) dapat terjadi jika tegangan memenuhi kriteria leleh (F) bernilai nol. Secara matematis, pernyataan tersebut dapat dituliskan menjadi Persamaan 2. 0 ) , , (    F (2) 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0 250 500 750 1000 p er p in d ah an ∑ elemen Kode Tipe S

Balok solid / utuh

TD

Balok dengan takikan pada serat tarik

CD

(5)

Kriteria leleh (F) merupakan fungsi dari tegangan (), kinematic hardening, dan isotropic hardening().

Perilaku dasar dari plastic strainincrement umumnya dikorelasikan dengan yieldsuface pada Persamaan 2. Plasticstrain dapat diturunkan dari plasticpotential (g) dan secara matematis dituliskan sebagai Persamaan 3 berikut.

g d g d d p          (3)

Parameterdmerupakanproportionalityconstant. Secara umum parameter g dapat didekati

menggunakan asumsi g=f sehingga Persamaan 3 menjadi bentuk Persamaan 4. Proses pendekatan ini disebut sebagai associated flow rule.

f d f d d p          (4)

Hill’s Yield Function

Hill’s yield function merupakan pengembangan dari kriteria leleh Von Misses. Bentuk umum

yield function ini tercantum pada Persamaan 5 (ADINA R&D Inc, 2012).

2 2 2 232 1 0 2 13 2 12 2 22 11 2 11 33 2 33 22                 G H L M N F (5)

Konstitutif Inkremental Elastoplastik

Total strain merupakan penjumlahan dari komponen elasticstrain dan plasticstrain. Secara umum stiffnessmatrix material elastoplastik [Dep] dituliskan dalam Persamaan 6.

                          g D f D f g D D D T T ep (6)

Hasil Dan Pembahasan

Analisis Elemen Hingga Balok Kayu Jati Solid

Gambar 6. Bentuk deformasi model balok Kayu Jati solid (S)

Gambar 7. Kontur tegangan longitudinal (σx) balok solid

Hasil analisis elemen hingga yang tercantum pada Gambar 6, menujukkan bahwa pola deformasi pada balok kayu jati solid memiliki pola yang identik dengan hasil eksperimen. Secara lebih detail dapat diamati dalam kurva hubungan beban dan perpindahan pada Gambar 8. Secara umum kurva

(6)

6

beban-perpindahan analisis numerik memiliki kemiringan garis yang identik dengan eksperimen. Namun demikian, dalam prediksi beban lentur maksimal dari analisis numerik masih relatif dibawah hasil eksperimen. Dengan kata lain, pemodelan elemen hingga memberikan nilai prediksi beban lentur yang under estimate.

Gambar 8. Beban-perpindahan benda uji balok solid

Gambar 7 menyajikan kontur tegangan σx (arah longitudinal) pada model balok kayu Jati solid. Gambar 7 menunjukkan bahwa daerah yang mengalami tegangan desak (warna kontur biru) memiliki luasan yang lebih banyak daripada tegangan tarik (warna kontur merah). Hal ini bersesuaian dengan pembacaan tegangan pada tengah bentang (Gambar 9) yang menunjukkan bahwa garis netral berada pada jarak 45 mm dari serat desak terluar. Terlihat pula pada Gambar 9, diagram tegangan σx memiliki pola yang tidak linier. Pola non-linier telah muncul pada serat desak balok kayu Jati solid. Hal ini menujukkan bahwa balok mengalami kegagalan ketika sudah berada dalam fase plastis.

Gambar 9. Diagram tegangan penampang pada tengah bentang (S)

Analisis Elemen Hingga Balok Kayu dengan Takikan pada Serat Tarik

Hasil analisis elemen hingga pada balok Kayu Jati dengan takikan pada serat tarik menujukkan hasil yang sesuai antara eksperimen dan pemodelan numerik. Hal ini terkonfirmasi melalui Gambar 10 dan Gambar 12 yang menujukkan bahwa antara hasil numerik dan eksperimen memperlihatkan kecenderungan kemiringan kurva beban-perpindahan yang relatif identik. Namun demikian, Gambar 12 memperlihatkan bahwa prediksi beban lentur oleh analisis numerik masih cenderung

under estimate. Selain itu, regangan saat terjadi failure pada balok menunjukkan nilai yang terlalu kecil. 0 5 10 15 20 25 30 0 10 20 30 40 50 B eb an ( k N) Perpindahan (mm) Eksperimen Numerik

(7)

Gambar 10. Bentuk deformasi model balok Kayu Jati dengan takikan pada serat tarik (TD)

Gambar 11. Kontur tegangan longitudinal (σx) balok dengan takikan pada serat tarik

Gambar 12. Beban-perpindahan balok dengan takikan pada serat tarik

Gambar 13. Diagram tegangan penampang pada tengah bentang (TD)

Gambar 11 memperlihatkan bahwa takikan pada serat tarik mengakibatkan adanya pengurangan luas penampang balok sebesar 50%. Oleh karena itu, sisi balok dengan takikan mengalami

0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 10 20 30 40 50 60 B eb an ( k N) Perpindahan (mm) Eksperimen Numerik

(8)

8

konsentrasi tegangan σx (arah longitudinal) yang besar. Secara lebih detail, Gambar 13 memberikan gambaran nilai tegangan tarik pada serat tarik terluar meningkat menjadi 40,3% jika dibandingkan dengan balok Jati solid (Gambar 9).

Pola keruntuhan pada balok terlihat dalam Gambar 13. Diagram tegangan σx memiliki pola yang non-linier pada serat desak balok kayu Jati dengan takikan pada serat tarik. Dengan demikian kegagalan balok terjadi dalam fase plastis.

Analisis Elemen Hingga Balok Kayu dengan Takikan pada Serat Desak

Seperti halnya pada analisis balok solid dan balok dengan takikan pada serat tarik, analisis numerik balok dengan takikan pada serat desak menujukkan kecenderungan yang sama. Dari Gambar 14 dan Gambar 16 terlihat bahwa kecenderungan kemiringan kurva beban-perpindahan cukup memiliki kesesuaian antara analisis numerik dengan eksperimen. Prediksi beban lentur maksimal juga masih under estimate.

Takikan pada serat desak yang dibuat mengakibatkan pengurangan luas penampang yang sama besar dengan takikan pada serat tarik. Namun demikian, perbedaan posisi takikan ini menghasilkan tegangan serat tarik yang berbeda. Tegangan serat tarik yang tercantum pada Gambar 17 menunjukkan bahwa tegangan tarik masih dibawah tegangan yang muncul pada balok dengan takikan pada serat tarik.

Gambar 14. Bentuk deformasi model balok Kayu Jati dengan takikan pada serat desak (CD)

Gambar 15. Kontur tegangan longitudinal (σx) balok dengan takikan pada serat desak

Gambar 16. Beban-perpindahan balok dengan takikan pada serat desak 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 10 20 30 40 50 B eb an ( k N) Perpindahan (mm) Eksperimen Numerik

(9)

Gambar 17. Diagram tegangan penampang pada tengah bentang (CD)

Secara umum, tegangan pada serat desak memperlihatkan bahwa balok dengan takikan pada serat desak sudah menghasilkan perilaku non-linier pada serat desak (Gambar 17).

Kesimpulan

Hasil analisis numerik memperlihatkan bahwa balok Kayu Jati solid, dengan takikan serat tarik dan serat desak memberikan kemiringan kurva beban-perpindahan yang relatif identik. Namun demikian, nilai beban maksimum belum dapat diprediksikan dengan akurat. Hasil analisis numerik untuk beban lentur maksimal cenderung under estimate. Lebih lanjut, pada ketiga jenis balok kecenderungan kegagalan terjadi pada fase non-linier (elastoplastik).

Ucapan Terima Kasih

Penghargaan sebesar-besarnya penulis haturkan kepada Bpk. Ali Awaludin., PhD atas bimbingannya dalam pengembangan algoritma. Selanjutnya kepada Bpk. Maris Setyo Nugroho, M.Eng. atas dukungan data-data penelitian yang diberikan kepada penulis.

Daftar Pustaka

ADINA R&D Inc, (2012). Theory and Modelling Guide Volume I. Report ARD 12-8, Watertown, MA

Eratodi, I. B. & Awaludin, A., 2016. Bending Capacity of Non-prismatic LVL Beams Paraserianthes falcataria. Proceedia Engineering 00(2017)

Franke, S. & Franke, B. (2015). Causes, Assesment, and Impact of Cracks in Timber Elements. COST-Workshop FP1101

Gere, J. M. & Timoshenko, S. P., (1990). Mechanics of Material. PWS Publishing Company. Guan, Z. W. & Zhu, E. C., (2009). Finite Element Modelling of Anisotropic Elastoplastic Timber

Composite Beams With Openings. Engineering Structures, Volume 31, pp. 394-403.

Khennane, A., (2013). Introduction to Finite Element Analysis Using MATLAB and Abaqus. CRC Press.

Nugroho, M. S., Awaludin, A., & Supriyadi, B. (2017). Perencanaan Jembatan Pejalan Kaki Menggunakan Kayu Jati Hutan Rakyat Sebagai Material Konstruksi. INERSIA, 13(2)

Shulhan, M. A., Yasin, I., Prasetya, T., Salim, A., & Chan, E. (2018). Experimental Study of Patching Method on Repairment of Partially Decayed Teak (Tectona grandis) Wood Beams.

Proceeding of ICSI UNY. Yogyakarta

Vaziri, R., Olson, M. D. & Anderson, D. L., (1992). Finite Element Analysis of Fibrous Composite Structures : A Plasticity Approach. Computers and Structures, 44(1/2), pp. 103-116.

Zienkiewicz, O. C. & Taylor, R. L., (2005). The Finite Element Method for Solid and Structural Mechanics. 6th ed. Elsevier Butterworth-Heinemann.

Gambar

Gambar 1. Distribusi kegagalan kayu (Franke & Franke, 2015)
Tabel 1. Data Mekanik Kayu Jati (dalam N/mm 2 )
Gambar 4. Uji konvergensi elemen
Gambar 6. Bentuk deformasi model balok Kayu Jati solid (S)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan masing-masing anggota terhadap koperasi, serta digunakan

Secara umum, tujuan penulisan ini adalah untuk membantu masyarakat dalam pengembangan atau membuat energi alternatif yang diolah dari limbah, yang mana dapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur, sebaran, dan tata ruang jenis-jenis anggrek epifit yang ada di hutan pantai Cagar Alam Sempu, Malang, Jawa Timur.. Letak plot

Jenis tanaman yang tergolong dalam Kelas Magnoliopsida lebih banyak ditemukan dibandingkan jenis tanaman pekarangan dari kelas lainnya, baik pada tipe Pekarangan

JENIS TUMBUHAN BAWAH DENGAN NILAI K, KR, F, FR dan INP PADA KAWASAN TAMAN DELENG MACIK HUTAN RAYA BUKIT BARISAN KABUPATEN KARO SUMATERA

Kestabilan titik tetap ( X*, Y*, C *x , C *y) memberikan arti bahwa berapapun tingkat produksi awal dan tingkat kapasitas produksi masing-masing produk, maka dalam jangka

kesejahteraan masyarakat, sehingga perlu meningkatkan metoda penyaluran dana denga cara peningkatan nilai pinjaman dengan mengukur nilai kebutuhan/ volume usaha dalam

Dalam proses perubahan pola perlakuan masyarakat terhadap lingkungan, maka upaya-upaya pendidikan lingkungan yang lebih berorientasi pada pembentukan awareness perlu didukung