• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN DESA WISATA RUMAH DOME BERBASIS AGROINDUSTRI PANGAN LOKAL (Kajian Diversifikasi Ketela Pohon di Desa Wisata Rumah Dome Prambanan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN DESA WISATA RUMAH DOME BERBASIS AGROINDUSTRI PANGAN LOKAL (Kajian Diversifikasi Ketela Pohon di Desa Wisata Rumah Dome Prambanan)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN DESA WISATA RUMAH DOME BERBASIS

AGROINDUSTRI PANGAN LOKAL (Kajian Diversifikasi Ketela Pohon

di Desa Wisata Rumah Dome Prambanan)

Susi Wuri Ani, Mei Tri Sundari dan Ernoiz Antriyandarti

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret susi_wuri@yahoo.com

ABSTRAK

Pangan merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan pangan baik dari segi jumlah, mutu, gizi maupun keamanan berkaitan dengan Sumberdaya Manusia (SDM). Kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat menentukan SDM masyarakat tersebut. Agroindustri pangan lokal merupakan kegiatan yang memberdayakan sumberdaya lokal (indigenous resources). Seluruh potensi lokal dimanfaatkan untuk menguatkan agroindustri pangan lokal. Penduduk di kawasan wisata Rumah Dome belum mampu mengolah bahan pangan lokal. Kegiatan ini bertujuan membentuk kelompok usaha produktif Ibu-Ibu PKK di Rumah Dome untuk dapat meningkatkan nilai ekonomis pangan lokal (ketela pohon). Hal yang dilakukan adalah memberikan pelatihan pengolahan ketela pohon menjadi ceriping singkong berbagai rasa, keripik belut daun singkong, membuat brownies berbahan tepung ketela, mengemas produk dengan brand Rumah Dome dan memberikan pelatihan pembukuan sederhana. Dengan kegiatan ini diharapkan akan tumbuh kelompok usaha produktif sehingga dapat mengangkat citra wisata Rumah Dome dan meningkatkan pendapatan masyarakat di Rumah Dome.

Kata Kunci: kelompok usaha, brownies singkong, Rumah Dome

DEVELOPMENT OF DOME HOUSE TOUR VILLAGE BASED LOCAL FOOD AGROINDUSTRY

(Cassava Diversification Studies in Tour Village of Prambanan Dome House) ABSTRACT

Food is a major necessity in human life. Food needs are important for human resource (HR) both in terms of quantity and quality. Quality of food consumption and nutrition communities determine the HR community. Local food agroindustry is an activity that empowers local resources (indigenous resources). The whole potential of local food used to strengthen local agroindustry. Residents in the tourist area of Dome House have not been able to process local food. This activity aims to establish productive business of woman group (PKK) in Dome House to increase the economic value of local food (cassava). The activities are training for production process, packaging with Dome House’s brand and simple accounting management. The cassava processing training are: (1) making variety flavors of cassava chips; (2) producing eel chips from cassava leaves and (3) making brownies from cassava flour. These activities are expected to grow productive business groups that can raise the image of Dome House tour and increase the income of Dome House household.

(2)

Keywords: Business of Woman Group (PKK), Cassava, Training, Dome House, Local Food Agroindustry

PENDAHULUAN

Rumah Dome terletak di Dukuh Nglepen, Prambanan, Sleman. Kawasan ini adalah kompleks relokasi korban gempa bumi 27 Mei 2006 yang kemudian dikembangkan menjadi desa wisata karena bentuk bangunan Rumah Dome yang unik. Rumah Dome ini merupakan satu-satunya Rumah Dome di Indonesia bahkan di Asia. Saat ini warga menyebut komplek rumah ini dengan New Nglepen Village. Dalam perjalanan menuju Desa Wisata, Rumah Dome telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti pusat informasi, tempat ibadah, rumah kesehatan, play ground area, MCK komunal, tempat pertemuan (aula) serta warung yang menyediakan makanan dansouvenir.

Rumah Dome dapat terwujud atas prakarsa WANGO (World Association of Non-Govermental Organization) dan DFTW (Domes for The World Foundation). Struktur bangunan Rumah Dome tahan gempa, tahan terpaan angin sampai kecapatan 450 km/jam, dan usia rumah dapat mencapai beberapa abad. Selain itu, bangunan ini dapat mempertahankan suhu yang sejuk didalam yaitu sekitar 27ºC pada lantai bawah dan 33ºC pada lantai atas.

Sebagian besar lahan pertanian disekitar Rumah Dome merupakan lahan kering di wilayah pegunungan yang hanya dapat ditanami tanaman tahan air seperti ketela pohon dan tanam keras lainnya. Sekitar 3 ha lahan kering ditanami ketela pohon (ketela ketan). Selain itu, di setiap pekarangan rumah warga juga ditanami ketela pohon untuk memanfaatkan lahan kosong.

Pangan merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan pangan baik dari segi jumlah, mutu, gizi maupun keamanan berkaitan dengan Sumberdaya Manusia (SDM). Kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat menentukan SDM masyarakat tersebut (Anonim 2005 dalam Tantias, dkk., 2010).

Menurut Hardinsyah (2010), dalam Hanafie (2005), upaya mencapai manusia Indonesia yang berkualitas sangat terkati dengan faktor pangan dan gizi. Hal ini sesuai dengan arah kebijakan pemerintah yang mengembangkan sistem ketahanan pangan berbasis keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal dalam rangka menjamin tersedianya pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau dengan memperhatikan peningkatan pendapatan petani, serta peningkatan produksi.

Agroindustri berasal dari kata agriculturaldanindustry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utama. Agroindustri merupakan bagian (sub-sistem) agribisnis yang memproses dan mentransformasikan bahan-bahan hasil pertanian menjadi barang yang langsung dapat dikonsumsi. Agroindustri merupakan industri yang mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi barang yang mempunyai nilai tambah yang dapat dikonsumsi masyarakat (Kusnandar, dkk., 2010).

Kebijakan pengembangan agroindustri merupakan kebijakan pembangunan ekonomi yang dimulai sejak tahun 1995. Kebijakan ini digunakan untuk mengembangkan secara bersamaan antar sektor pertanian dan sektor industri. Pengembangan agroindustri bukan saja untuk menciptakan kondisi saling dukung antara pertanian dan industri maju sebagaimana syarat yang di kemukanan Rostow, namun agroindustri merupakan keterpaduan antara

(3)

pertanian dan industri yang mampu memberikan peran ganda terhadap pembangunan pedesaan.

Agroindustri perdesaan cenderung memanfaatkan kelebihan tenaga kerja yang ada di pedesaan, sehingga dapat mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan tenaga kerja di pedesaan. Agar diperoleh keterkaitan optimal dari agroindustri di pedesaan, maka ciri agroindustri yang ingin di dorong adalah tumbuh dan berkembangnya spesialisasi usaha industri pengolahan pada setiap rantai agribisnis dan diversifiaksi pengolahan yang menumbuhkan peningkatan nilai tambah industri yang kaya dengan keterkaitan serta perluasan bidang usaha dan lapangan kerja (Baharsjah, 1991, dalam Kusnandar dkk., 2010).

Stiegler dan Thomas (1976), dalam Pakpahan (1995), menyebutkan diversifikasi berarti perluasan dari suatu produk yang diusahakan selama ini ke produk atau industri baru yang sebelumnya tidak diusahakan. Pearce (1983), dalam Pakpahan (1995), menggambarkan diversifiaksi ekonomi wilayah sebagai usaha peningkatan keanekaragaman industri untuk mencapai tujuan tertentu seperti meningkatkan pendapatan, pertumbuhan, kesempatan kerja atau kestabilan ekonomi.

Diversifikasi pertanian harus dilihat tidak saja dari sisi produksi/penawaran tapi juga dari sisi permintaan. Diversifikasi horizontal dan regional menyangkut sisi produksi, sedangkan sisi permintaan berhubungan erat dengan diversifikasi vertical (Hedley, 1988, dalam Hadiwigeno, dkk., 1995). Diversifikasi vertical menyangkut penanganan setelah panen (pasca-panen) seperti pengolahan, perdagangan, penanganan, penyimpanan dan sebagainya. Diversifikasi dari sisi permintaan ini secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi sisi penawaran.

Kecilnya usahatani menyebabkan petani berupaya menambah pendapatan dari kegiatan di luar usahatani, sehingga peranoff farm employment dan off farm income makin besar di daerah padat penduduk. Dengan demikian petani tidak hanya terlibat dalam usaha produksi primer sebagai penghasil bahan baku. Usaha produksi sekunder dalam rumah tangga danoff farm activitiesjuga merupakan peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatannya, bukan hanya dari tambahan pendapatan yang dapat menambah konsumsi melainkan juga meningkatkan kemampuan petani untuk membiayai usahataninya danacces terhadap informasi menjadi lebih luas (Widodo, 2008).

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan diversifikasi pangan vertikal ini dilaksanakan dengan memberikan pelatihan pengolahan bahan pangan lokal (ketela pohon) menjadi beberapa jenis makanan yaitubrowniesketela, keripik ketela berbagai rasa serta keripik belut daun singkong. Berbagai jenis makanan ini menggunakan bahan baku utama ketela pohon yang merupakan komoditas utama di Rumah Dome. Setelah dilakukan pengolahan produk, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan pelatihan packaging produk denganbrandRumah Dome. Produk yang dihasilkan kelompok sasaran dikemas dengan bahan plastik, dengan tambahan tulisan/stiker “Rumah Dome”.

Kegiatan terakhir adalah pelatihan pembukuan praktis terkait usaha diversifikasi pangan berbahan baku ketela. Pembukuan praktis mencakup pencatatan pendapatan dan biaya produksi terkait dengan operasional usaha. Pada pelatihan pembukuan ini, perwakilan peserta mendapatkan materi

(4)

pencatatan sederhana untuk menghasilkan laporan rugi/laba. Pelatihan pembukuan praktis diperlukan supaya mitra dapat menjalankan usaha diversifikasi pangan lokal menjadi suatu bentuk usaha bisnis yang dapat menambah kesejahteraan keluarga.

Rincian prosedur pelatihan, sebagai solusi permasalahan mitra, ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1

Prosedur Kegiatan Pengabdian di Rumah Dome, Prambanan Pelatihan Tahap 1 Pelatihan Tahap 2 1. Pengolahan ketela menjadi

ceriping ketela berbagai rasa 2. Pengolahan daun ketela menjadi

keripik belut daun singkong

1. Pengolahan ketela pohon menjadi brownies

2. Pengemasan produk

3. Pembuatan laporan keuangan Sumber: Data Primer Diolah, 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan agroindustri kecil sangat ditentukan oleh sumberdaya yaitu adanya bahan baku, tenaga kerja terampil, keterampilan, dan entreprenuershipyang menghasilkan produk unik merupakan faktor utama dalam meraih pasar. Pengembangan agroindustri pedesaan berkaitan erat dengan pembangunan masyarakat desa. Menurut Irawan, dkk (1979), pembangunan masyarakat desa meliputi 2 unsur yaitu ikut sertanya penduduk sendiri dalam usaha untuk memperbaiki tingkat hidup dengan inisiatif sendiri yang dibarengi dengan bantuan teknik serta lain-lain bantuan sedemikian rupa sehingga memajukan inisiatif mereka untuk berusaha sendiri dan saling membantu. Pembangunan masyarakat desa diusahakan untuk memajukan perindustrian yang sesuai dengan desa tersebut. Hal ini berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk desa.

Pengembangan diversifikasi vertikal bertujuan untuk memperkenalkan tambahan kegiatan atau perlakuan terhadap komoditas setelah dipanen, sehingga para produsen dapat memperoleh nilai tambah dari komoditas yang dihasilkannya. Melalui kegiatan ini, nilai tambah yang semula dinikmati oleh pihak lain (pengolah, pedagang) sekarang diterima oleh petani produsen yang bersangkutan, sehingga pendapatan petani dapat ditingkatkan. Dukungan teknologi bagi pengembangan diversifikasi vertikal selain metode atau cara pengawetan (time dan place utility) dan teknologi membuat produk baru (form utility) juga tidak kalah pentingnya pengembangan alat atau mesin pengolahan yang disesuaikan pada kemampuan dan kondisi serta skala usaha petani.

Diversifikasi pangan dilakukan dengan mengolah ketela pohon menjadi criping ketela berbagai rasa, keripik belut daun singkong dan brownies ketela. Produk-produk ini dapat dihasilkan karena masyarakat Rumah Dome memiliki pekarangan dan ladang yang ditanami ketela pohon, sehingga ketersediaan bahan baku sangat mendukung pengembangan kegiatan ini.

Sesuai dengan teori Rostow, fase ke empat dari perkembangan ekonomi adalah menuju kematangan (the drive to maturity). Dalam hal ini kematangan ekonomi (economic maturity) diartikan oleh Rostow sebagai suatu periode ketika masyarakat secara efektif mengetrapkan teknologi modern tehadap sumber-sumber ekonomi. Teknologi yang dikembangkan dalam kegiatan ini adalah teknologi yang sesuai dengan keadaan sosial, ekonomi dan sumberdaya yang

(5)

ada dengan potensi produksi dan keuntungan yang lebih tinggi. Teknologi ini sesuai dengan keadaan sumberdaya yang ada, usahatani kecil, kemampuan pengetahuan dan ketrampilan penduduk Rumah Dome yang terbatas. Teknologi yang dikembangkan adalah teknologi mekanis berupa peralatan mekanis pasca panen. Dalam hal ini teknologi yang diterapkan adalah teknologi pengolahan yang meliputi mesin perajang ketela, oven, sealer, mixer dan loyang brownies.

Kemasan dan label mempunyai peranan penting terhadap kesuksesan suatu produk di pasar, sebagaimana yang dinyatakan oleh Kotler dan Armstrong (2008) bahwa setiap produsen atau perusahaan dapat memanfaatkan peluang pasar secara optimal dengan menggunakan kemasan dan label sebagai elemen strategi pemasaran produknya. Kemasan harus dapat memberikan informasi struktur produk, manfaat, dan informasi tambahan, sehingga mendorong konsumen untuk mencoba membeli, mendorong untuk membeli ulang dan menyediakan cara pemakaian produk. Pembentukan kemasan yang baik harus memiliki empat keistimewaan. Untuk mengevaluasi empat keistimewaan kemasan-kemasan tersebut dapat digunakan model Visibility, Information, Emotional appeal, Workability (VIEW). Pada produk makanan dan minuman, label nutrisi dan komposisi bahan pembuat merupakan faktor penting yang mempengaruhi konsumen dalam pembuatan keputusan akan mengkonsumsi produk tersebut atau tidak. Pada kegiatan ini, produk asli diversifiaksi ketela dikemas dengan menggunakan bahan plastik yang diberi stiker brand Rumah Dome.

PENUTUP

Diversifikasi pangan lokal merupakan strategi pengembangan perekonomian pedesaan yang berbasiskan potensi lokal. Pengolahan ketela pohon menjadi ceriping ketela, keripik belut daun singkong serta brownies ketela merupakan altenatif strategi meningkatkan perekonomian masyarakat di Rumah Dome Prambanan. Produk yang dihasilkan dikemas denganbrandRumah Dome untuk mengenalkan kawasan wisata di wilayah timur Yogyakarta tersebut. Berdasarkan kondisi ini maka dapat disarankan perlu adanya pelatihan lebih lanjut terkait pengelolaan usaha atau manajemen bisnis dari agroindustri pangan lokal pedesaan di Rumah Dome Prambanan. Hal ini untuk menjamin keberlangsungan usaha pengolahan pangan lokal tersebut

.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dan apresiasi disampaikan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, DIKTI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah menyetujui dan mendanai kegiatan ini sesuai surat perjanjian pelaksanaan penugasan program pengabdian kepada masyarakat No. 025/ SP2H/ KPM/ DIT.LITABMAS/ V/ 2013 tanggal 13 Mei 2013.

DAFTAR PUSTAKA

Arumsari V dan Syamsiar S. 2011. Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan Berbasis Agroindustri Pangan Lokal.Jurnal SEPA 8(1): 35-41

Hadiwigeno, S dan Sawit H. 1995.Pengembangan Teknologi dalam Mendukung Diversifikasi Pertanian. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

(6)

Hanafie, R. 2005. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin Perdesaan. Jurnal Agro EKonomi 12(2): 115-124.

Irawan dan Suparmoko. 1979. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta

Kotler, P. dan Armstrong, G. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta

Kusnandar, Mardikanto T. dan Wibowo A. 2010. Manajemen Agroindustri. Sebelas Maret University Press. Surakarta

Pakpahan, Agus. 1995. Refleksi Diversifiaksi dalam Teori Ekonomi. Pustaka Sinar harapan. Jakarta

Tantias, D. Suratiyah K. dan Hardyastuti S. Analisis Ketahanan Pangan dan Kemiskinan TUmah tangga Tani di Desa Tawangharjo, Kecamatan Giriwoyo, kabupaten Wonogiri.Jurnal Agro Ekonomi 17(2): 145-154 Widodo, Sri. 2008.Campursari Agro Ekonomi. Penerbit Liberty. Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Sandingan Aksi , Indikator, Keterlibatan Institusi dan Pagu Indikatif Penanggulangan Bencana Daerah Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Kota Padang 2014 - 2019.. Pengkajian

Motivasi yang menjadi pendorong orang Bali melakukan perjalanan ke luar negeri termasuk ke pemenuhan kebutuhan sosial, pengakuan dan aktualisasi diri antara lain: (1)

ekonomi pada usaha home industri, yaitu jenis observasi partisipatif pasif dan observasi terus terang atau tersamar karena peniliti akan datang di tempat kegiatan orang

Berikut adalah data produksi etilen oksida sebagai salah satu bahan baku pembuatan etilen karbonat di dunia pada tahun 2004 sesuai kebutuhan wilayahnya, dapat dilihat pada tabel

Kegiatan observasi atau pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan sedotan minuman untuk mencari hasil dari perkalian dengan

Setelah melakukan penelitian “Pemanfaatan Sumber Daya Alam Dengan Menggunakan Batang Rotan Sebagai Pengganti Tulangan Beton”diharapkan adanya kepedulian terhadap

Tapubuet suroh peujeuoh teugah Aceh nyang meugah beutatem jaga Pakon lawet nyoe jinoe meu ubah Seuramoe Mekkah tatem peu cama Hana le meuri aneuk ngon ayah Ka le meu ubah agam

Data dalam penelitian ini berupa 62 kata yang mengandung interferensi morfologik bahasa Jawa, yang terdiri dari afiksasi meliputi ater-ater (awalan), seselan