• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA TIN DAN ZAYTUN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP AQSAM AL-QUR'AN DALAM SURAH AL-TIN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA TIN DAN ZAYTUN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP AQSAM AL-QUR'AN DALAM SURAH AL-TIN."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA TI

>

N DAN

ZAYTU>

>

N

SERTA IMPLIKASINYA

TERHADAP AQSA

>

M AL-QUR’AN DALAM SURAH AL-TI

>

N

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

IRUM MIRFATUR ROYANI

E03212057

JURUSAN TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Irum Mirfatur Royani

NIM : E03212057

Fakultas/Jurusan : Ushuluddin dan Filsafat/Tafsir Hadis

E-mail address : irumcute83@yahoo.com

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :

skripsi Tesis Desertasi Lain-lain (………)

yang berjudul :

Makna Ti>n dan Zaytu>n serta Implikasinya terhadap Aqsa>m al-Qur’an dalam Surah al-Ti>n

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltext untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 21 Februari 2017 Penulis

(Irum Mirfatur Royani)

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

PERPUSTAKAAN

(6)

ABSTRAK

Irum Mirfatur Royani. Makna Tin dan Zaytun serta Implikasinya terhadap Aqsa>m

al-Qur’an dalam Surah al-Ti>n

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana kolerasi muqsam bih dan muqsam alaih. 2) Bagaimana implikasi qasam dalam tafsir surat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi muqsam bih dan muqsam alaih. Untuk mengetahui implikasi qasam dalam tafsir surat.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui surah at-tin ayat 1-4 teori aqsamul qur’an. Dan disamping itu untuk mengetahui hubungan antara muqsam bih dan muqsam alaihnya,

Penelitian ini berdasarkan metode tafsir diantaranya metode tahlili (analisis), maudu’i, muqarain (perbandingan), ijmali (global). Untuk memahami ayat-ayat alquran bisa menggunakan salah satu metode tersebut.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) jadi, pengumpulan data diperoleh dengan meneliti kitab tafsir dan dibantu dengan kitab standart lainnya, kemudian dianalisa dengan metode tahlili. Yaitu suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat alquran dari berbagai aspek. Dalam metode ini, biasanya penafsir mengikuti urutan ayat sebagaimana yang telah tersusun dalam mushaf, mengawali uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata, mengemukakan munasabah (korelasi antar ayat atau surat) serta menjelaskan sabab al-nuzul (yang melatarbelakangi turunnya ayat) dan dalil-dalil yang berasal dari nabi, sahabat ataupun tabi’in.

Aqsa>m al-Qur’an adalah salah satu aspek kajian al-Qur’an yang penting, tujuan diungkapkannya sumpah dalam mengiringi suatu berita adalah untuk mempertegas bahwa berita itu benar. Data yang ditemukan bahwa ada adanya perbedaan mufassir dalam hal memaknai surah at-tiin ayat 1-4. Menurut pendapat ulama tafsir yang mendefinisikan surah at-tiin ayat 1-4, terdapat dua golongan. Golongan pertama mengartikan tin sebagai buah tiin yang kalian makan dan buah zaitun yang di peras menjadi minyak. Golongan kedua mengartikan sebagai nama tempat tin bukit di damaskus (Syria) tempat nabi isa berlindung, zaitun tempat beliau menerima wahyu dan ada yang mengatakan zaitun di yerussalem (alqudus) tempat nabi isa diselamatkan dari pembunuhan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik tin dan zaitun dalam arti buah-buahan maupun arti tempat keduanya saling berkaitan pada ayat keempat yang menjadi muqsam alaihnya. Tampak dengan jelas pada ayat ke empat menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh allah dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, ini menggambarkan hubungan manusia dimuka bumi ini dengan alquran yakni ingin membimbing mereka kejalan yang benar.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM……….ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………...iii

ABSTRAK……….…iv

PENGESAHAN SKRIPSI………...v

PERNYATAAN KEASLIAN………vi

MOTTO………vii

PERSEMBAHAN………...viii

KATA PENGANTAR………...ix

DAFTAR ISI………..xi

TRANSLITERASI………..xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……..………..….1

B. Identifikasi Masalah………...5

C. Rumusan Masalah………..5

D. Tujuan Penelitian………6

E. Kegunaan Penelitian………...6

F. Telaah Pustaka………6

G. Metode Penelitian………...7

H. Sistematika Pembahasan………9

BAB II TEORI AQSA>M AL-QUR’AN A. Pengertian Qasam………...….11

(8)

C. Macam-macam Muqsam Bih………..15

D. Hal Ihwal Muqsam ‘Alaih………...18

E. Hikmah Qasam didalam al-Qur’an……….22

BAB III PENAFSIRAN SURAH AL-TI>N AYAT 1-4

A. Ayat dan Terjemah...28

B. Munasabah...28

C. Penafsiran surah al-Ti>n menurut ulama...28

BAB IV ANALISIS

A. Analisia Data………...……54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………..………60

B. Saran-saran………..………63

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang diturunkan kepada Nabi dan

Rasul terakhir melalui malaikat jibril yang tertulis dalam mushaf dan sampai

kepada kita dengan jalan mutawatir, membacanya merupakan ibadah yang

diawali dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.1

al-Qur’an diturunkan untuk seluruh manusia dengan berbeda-beda

sikap. Di antaranya ada yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula

yang amat memusuhi. Karena itu dipakailah qasam untuk menghilangkan

keraguan, melenyapkan kesalahfahaman, menguatkan kabar dan menetapkan

hukum dengan cara paling sempurna.2

Aqsa>m al-Qur’an adalah salah satu aspek kajian al-Qur’an yang

penting, cabang dari ulum al-Qur’an yang membahas ayat-ayat al-Qur’an yang

mengandung sumpah dan bagaimana faedahnya. Tujuan diungkapkannya

sumpah dalam mengiringi suatu berita adalah untuk mempertegas bahwa berita

itu benar.Qasam ialah mengucapkan kalimat sumpah. Bersumpah merupakan

salah satu upaya yang dilakukan manusia dalam rangka meyakinkan orang lain,

arti>nya bersungguh-sungguh, serius, tidak berbohong atau bergurau dan

sebagainya. Dengan diucapkan sumpah oleh seseorang maka orang lain yang

1

Sauqiya>h Musyafa’ah, Amir Malik, Studi al-Qur’an, cetakan kedua, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel), 3.

2

Acep Herma>wan, Ulumul Qur’an ,cetakan pertama, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 110.

(10)

2

pada mulanya ragu atau tidak percaya tentang informasi yang disampaikan,

maka menjadi percaya dan meyakini kebenaran berita yang dibawanya. Jadi

bersumpah boleh disebut suatu mekanisme yang teramat penting dalam

berkomukasi antar sesama manusia sebab kepercayaan orang lain sangat

diperlukan. Manusia dengan segala kekurangan dan keterbatasannya sulit

sekali membebaskan dirinya secara penuh dari kesalahan. Dalam upaya

membela dirinya dari kesalahan itu, maka salah satu mekanisme yang harus

ditempunya ialah bersumpah atas nama Allah.3

Jadi manusia bersumpah untuk membuktikan bahwa mereka benar,

sehingga orang lain mempercayai berita yang dibawanya. Permasalahan akan

segera timbul apabila sumpah itu datang dari Allah, karena manusia

mempercayai sepenuh hati, bahwa Allah maha sempurna, maha besar dan

sekali-sekali tidak pernah curang apalagi berbohong. Dalam kondisi yang

begitu mengagumkan tentu tidak perlu memakai kalimat sumpah untuk

meyakinkan orang lain, baik mukmin maupun kafir. Bagi seorang mukmin ada

atau tidak ada sumpah sama saja, dia akan tetap mempercayai informasi

al-Qur’an, begitu sebaliknya seorang kafir juga demikian. Artinya tidak akan

berguna baginya kalimat sumpah itu sebab dia akan kufur jika hidayah tidak

masuk didalam hatinya.4

Sumpah di dalam al-Qur’an berbeda sama sekali dari sumpah yang

dilakukan manusia. Perbedaan yang demikian maka Allah dapat memakai apa

dan siapa saja yang dikehendakiNya dalam bersumpah. Dan sebaliknya,

3

Nashru>ddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, cetakan kedua, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 203.

4

Baidan.., Wawasan Baru.., 204.

(11)

3

manusia tidak boleh bersumpah kecuali atas nama Allah, jika mereka

bersumpah atas nama selain Allah maka itu dianggap syirik, dosa besar, suatu

kekufuran, yang tidak diampuni oleh Allah. Sebagaimana ditegaskan Nabi saw

dalam sebuah hadisnya yang diriwayatkan oleh al-Hakim dari al-Hasan:

ﷲﺎﻻا ﻘ نأ ﺪﺣ و ﻘ ﺧ ءﺎﺷﺎﲟ ﻘ ﷲ نا

Sesungguhnya Allah bersumpah dengan apa aja yang dikehendakiNya

diantara makhluk-makhluknya dan tidak boleh bagi seseorang

bersumpah kecuali atas nama Allah.

Keistimewaan dalam bahasa arab ialah halus ungkapannya, berbeda

metode dengan bermacam-macam tujuan. Lawan bicara (mukhathab)

mempunyai beberapa keadaan yang dinamakan dalam ilmu ma’ani dengan

mencontohkan berita itu ada tiga yaitu ibtida’i, thalabiy dan inkariy.5

Terkadang perasaan si mukhatab itu kosong dari hukum dan tidak

teringat olehnya hukum yang berlaku. Maka perkataan yang d`I>sa>mpaikan

tidak perlu memakai penguat (ta’kid). Perumpamaan ini dinamai ibtida’i.

Terkadang pula ia ragu-ragu terhadap kebenaran pernyataan yang

d`I>sa>mpaikan kepadanya. Maka perkataan semacam ini diperkuat dengan suatu

penguat untuk menghilangkan keraguan. Perkataan demikian dinamai talabi.

Dan terkadang ada pula orang yang mengingkari hukum, diwajibkan

mentakkidkan atau penguat sesuai kadar keingkarannya, kuat atau lemah.

Perumpamaan ini dinamakan inkariyah.

5

Mana’ul Qutha>n, Pembahasan Ilmu al-Qur’an 2, (Jakarta: PT Rineka Cipta), 119

(12)

4

Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk

menetapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa. Alqura>n

diturunkan untuk seluruh manusia, manusia mempunyai sikap

bermacam-macam. Diantaranya ada yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula

yang memusuhi. Karena itu dipakailah qasam dalam al-Qur’an untuk

menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahfahaman, menegakkan hujjah,

menguatkan berita dan menetapkan hukum dengan cara yang paling

sempurna.6

Surah al-Ti>n adalah pohon dan buah ti>n. Allah bersumpah demi pohon

ti>n, pohon zaytu>n, bukit tursina, dan negeri mekkah yang aman. Bahwa Allah

telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik ciptaan.7

ِنﻮُْـﱠﺰاﺴو ِﲔِّاﺴو

)

١

(

ﺴﲔِ ِ ِرﻮُﻃﺴو

)

٢

(

ِﲔِﻷا ِﺪﺴﺴـﺒْا اﺴﺬﺴﺴو

)

٣

(

ﺳﱘِﻮْﻘﺴـ ِ ﺴ ْﺣﺴأ ِﰲ ﺴنﺎﺴ ْﻹا ﺎﺴْﻘﺴﺴﺧ ْﺪﺴﻘﺴ

)

٤

(

Demi buah ti>n dan buah zaytu>n, dan demi bukit sinai, dan demi kota

mekkah ini yang aman, sesungguhnya kami telah menciptakan manusia

dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Allah bersumpah dengan ti>n dan zaytu>n. Ada yang berpendapat bahwa

ti>n dan zaytu>n adalah nama buah-buahan, ada pula yang berpendapat bahwa ti>n

dan zaytu>n adalah nama tempat. Yakni al-Ti>n bukit di damaskus (syiria) tempat

Nabi `I>sa> berlindung dan al-Zaytu>n di yerussalem tempat menerima wahyu.

Kemudian Allah bersumpah dengan gunung sinai, tempat Nabi Mu>sa>

6

Manna’ Khalil alKhatta>n, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, cetakan keenam, (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa), 415.

7

Muhammad Chirzin, Tafsir al-Fatihah dan Juz Amma, (Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama), 73.

(13)

5

menerima wahyu (taurat). Dan Allah bersumpah dengan negeri yang damai ini

maksudnya tempat Nabi Muhammad lahir dan menerima wahyu.8

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat difahami bahwa penyebutan

term ‘sumpah’ dalam al-Qur’an mengacu pada bentuk susunan kalimat yang

mengandung kata-kata dan rukun sumpah yang dilakukan manusia dalam

bersumpah, jadi tidak mempunyai konotasi atau maksud seperti yang terdapat

dalam sumpah manusia itu dan tujuannya sumpah Allah jauh berbeda dari

sumpah manusia.9Allah bersumpah dengan buah-buahan atau tempat-tempat

penting yang besar. Maka akan dilakukan penelitian dalam karya tulis ilmiah

berbentuk skripsi yang diberi judul Makna Ti>n dan Zaytu>n serta Implikasinya

terhadapAqsa>m al-Qur’an dalam Surah al-Ti>n.

B. Identifikasi Masalah

Dengan mencermati latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan

beberapa masalah yang timbul, diantaranya adalah:

1. Bagaimana Tafsir Surat al-Ti>n.

2. Bagaimana Teori Aqsa>m dalam Ulum al-Qur’an

3. Apaaja Macam-macam Qasam

4. Bagaimana Pandangan Ulama tentang Qasam dalam al-Qur’an

5. Bagaimana Pandangan Ulama tentang Qasam dalam Surahal-Ti>n

6. Bagaimana Teori Qasam dalam Ulum al-Qur’an

8

Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta : Widya Cahaya).710.

9

Baidan.., Wawasan Baru.., 207.

(14)

6

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakorelasi muqsam bih dan muqsam alaih dalam surah al-Ti>n?

2. Bagaimana implikasiqasam terhadap ti>n dan zaytu>n?

D.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahuikorelai muqsambih dan muqsam alaih dalam surah al-ti>n.

2. Untuk mengetahui implikasi qasam terhadap ti>n dan zaytu>n.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal sebagai

berikut:

Secara teoritis penelitian ini dapat memperkaya wawasan khazanah

keilmuan tafsir hadis. Juga dapat memberi manfaat bagi perkembangan

penelitian yang sejenis.

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan pengetahuan serta pemahaman masyarakat islam dan segenap pembaca

tentangMakna Ti>n dan Zaytu>n serta Implikasinya terhadapAqsa>m al-Qur’an

dalam Surah al-Ti>n, khususnya dalil-dalil yang termuat didalam al-Qur’an .

F. Telaah Pustaka

Ada beberapa literatur yang membahas tentang Qasam atau Aqsa>m dalam

(15)

7

a. Muh taqiyudin yang berjudul Qasam dalam al-Qur’an (studi komparasi

pemikiran ibn alqoyyim al-jauziyyah dan aisyiah abdurrahman bint al-syati

terhadap ayat-ayat sumpah), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mengatakan

bahwa gagasan yang berkembang dikalangan ulama adalah Qasam haruslah

berupa suatu yang agung(diagungkan). Tujuan dari Qasam adalah

mengungkapkan kemuliaan Muqsam bih.

b. Arif rijalul fikry yang berjudul Qasam menurut hamid al-din al-farahi (studi

atas kitab im’an fi Aqsa>mAl-Qur’an ), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

alfarahi mengatakan bahwa fungsi dasar dari sebuah sumpah untuk

memberikan bukti dan kesaksian. Begitu pula sumpah-sumpah Allah

dengan makhluknya dalam al-Qur’an tidak lain hanyalah sebagai bukti dan

kesaksian terhadap Muqsam ‘alaih.

Sejauh penelusuran telaah penulis tentangMakna Ti>n dan Zaytu>n serta

Implikasinya dengan Aqsa>m al-Qur’an dalam Surah al-Ti>ntidak ditemukan

literatur yang membahas tentang hal tersebut.

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Library Research (penelitian kepustakaan)

penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil data yang bersumber dari

buku-buku pustaka yang memiliki relevansi dengan judul tersebut,

kemudian diteliti supaya menemukan maksud dari pembahasan tersebut.

(16)

8

penafsiran yang berkaitan dengan qasam maupun sumber lainnya yang

dapat membantu terselesaikannya skripsi ini

2. Metode Penelitian

Penelitian ini membutuhkan metode yang dapat digunakan untuk mengupas

segala segi dari kandungan suatu ayat al-Qur’an . Metode tafsir yang

digunkan dalam penelitian ini adalah tahlili (analitis) yaitu metode

mengkaji suatu ayat al-Qur’an dari segala segi dan maknanya.

Dalam uraian tafsir metode analitis ini meliputi berbagai aspek kandungan

ayat yang ditafsirkan. Yakni kosakata, munasabah, sabab al-nuzul dan

dalil-dalil yang berasal dari Nabi, sahabat ataupun tabi’in.10

3. Sumber Data

Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka

digunakan sumber data sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sebagai data primer dalam penelitian ini satu-satunya adalah al-Qur’an

Alkarim, sebab objek utama dalam penelitian ini adalah teks al-Qur’an

yakni surah al-Ti>n ayat 1-4.

b. Sumber Data Sekunder

Selain data primer ada data sekunder yang dapat membantu dalam

penelitian ini. Data-data sekunder tersebut antara lain sebagai berikut:

a) Tafsir Al Misbah karya M Quraish Shihab.

b) Tafsir Al Azhar karya Prof Dr Hamka.

10

Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, cetakan pertama (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) 208.

(17)

9

c) Tafsir Al Maraghi karya Ahmad Musthafa Al-Maraghiy.

d) Tafsir Ibnu Kathir karya Ibnu Kathir.

e) Tafsir fi Zhilalil Quran karya Sayyid Qutub.

4. Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data digunakan metode dokumentasi. Metode

ini diterapkan terbatas pada benda-benda tertulis seperti buku, jurnal

ilmiah atau dokumentasi tertulis lainnya.

5. Metode Analisa Data

a. Dekriptif

Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif. Dengan tujuan melukiskan secara sistematis

fakta atau karakteristik populasi atau bidang tertentu secara faktual

dan cermat.

b. Analitis Tahlili

Metode tafsir yang digunakan untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an

dari berbagai aspeknya yakni mulai dari uraian kosa kata, makna

ijmali (global), munasabah, sabab al nuzul, hujjah dari nabi, sahabat,

tabi’in dan terkadang ditambahi dengan pendapat para mufassir

sendiri berdasarkan latar belakang pendidikannya.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pemahaman terhadap skripsi ini, maka penulisan ini

(18)

10

BAB I : Pendahuluan yang merupakan peta bagi penelitian ini, bab ini

terdiridari latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah,

tujuan, kegunaan penelitian, penegasan judul, telaah pustaka,

metodelogi penelitian, sistematika pembahasan.

BAB II : Teori Aqsa>mal-Qur’an . Bab kedua ini memaparkan pengertian

Qasam, unsur-unsur Qasam, macam-macam muqsam bih, hal

ihwal muqsam alaih, hikmah Qasam, `

BAB III : Penafsiran surah al-Ti>n ayat 1-4 menurut para mufassir.

BAB IV : Analisis.

(19)

BAB II

TEORI AQSA

>

M AL-QUR’AN

A. Pengertian Qasam

Kata (مﺎﺴ أ) aqsa>m adalah bentuk jamak dari qasam yang bersinonim

dengan kata (ﻒ ا) al-hilf dan al-yamin yang berarti sumpah. Menurut

az-zarkashi, qasam adalah kalimat yang digunakan untuk menguatkan isi informasi.

Ibnul qayyim al-jauziyah (W. 751 H), penyusun ilmu aqsa>mil quran yang

pertama, menulis kitab dengan judul at-tibyan fi aqsa>mil quran memberikan

definisi qasam dengan menguatkan isi informasi dan memastikannya.P0F

1

Penjelasan di atas memberikan gambaran pada kita bahwa tujuan orang

bersumpah adalah untuk meyakinkan kepada para pendengar bahwa apa yang

dikatakan adalah benar atau mereka berada didalam kebenaran, sehingga

seseorang atau pendengar yang pada awalnya ragu atau tidak percaya terhadap

informasi yang disampaikan menjadi percaya dan yakin. Hal ini dikarenakan

manusia memiliki sifat Allah dan tidak bersih dari suatu kebohongan.

Dalam keyakinan umat islam Allah adalah maha sempurna, maha besar,

maha suci dari sifat bohong. Dengan demikan, apapun yang disampaikan oleh

Allah dengan segera umat islam mempercayainya, walaupun tanpa disertai

sumpah. Namun dalam kenyataannya dalam al-Qur’an Allah masih bersumpah.

Hal itu berarti sumpah manusia dengan sumpah Allah berbeda. Allah dapat

bersumpah dengan apa dan siapa saja sesuai yang dikehendakinya, tetapi manusia

1

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi al-Qur’an, Cetakan kedua, (Surabaya: IAIN SA Press, 2012), 258.

(20)

12

tidak boleh bersumpah kecuali atas nama Allah. Jika manusia bersumpah selain

Allah maka ia dianggap kafir atau syirik yang merupakan dosa besar yang tidak

diampuni.

B. Unsur-unsur atau Rukun Qasam

Ada empat unsur yang terlibat dalam pelaksanaan suatu sumpah. Keempat

unsur itulah yang disebut dengan rukun sumpah yaitu:2

1. Si pelaku sumpah disebut muqsim.

2. Benda atau sesuatu yang digunakan dalam bersumapah, ini disebut muqsam

bih. Jika yang bersumpah itu manusia, maka muqsam bihnya harus senantiasa

nama Allah, tidak sebaliknya. Artinya jika Allah si pelaku sumpah, maka

tidak terlibat oleh aturan itu, sebagaimana telah disebutkan.

3. Kata kerja yang mengandung arti sumpah seperti ( أ) dengan menggunakan

kata bantu (harf al-jar), al-ba’ (ءﺎ ﺒ). Kemudian karena pemakaian qasam

terlalu sering dalam berkomukasi, maka untuk memudahkan kata kerja ( أ)

dihilangkan dan cukup membaca dengan ba’ saja. Namun menurut

al-qaththan dalam al-Qur’an pemakaian al-ba’ selalu bersama-sama dengan kata

kerja seperti dalam ayat 53 dari surat al-Nu>r: (

ﺸِِ�ﺎﺴﺸﳝﺴأ

ﺴﺪﺸﻬﺴ ِﻪِﺎ ﺒﻮُﺴ ﺸﺴأﺴو

)

kemudian

nuruf al-ba’ boleh pula diganti dengan huruf waw و dimuka kata-kata benda

yang zhahirat seperti (

ﻰﺴ ﺸﻐﺴـ ﺒﺴذِﺐ ِﺸ ﺒﺴو

). Selain و huruf ت pun boleh pula

2

Nashruddin Baida>n, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, cetakan kedua, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 207.

(21)

13

menggantikan kedudukan ب. al-Qur’an memakai huruf dimuka lafal mulia

seperti dalam ayat 57 dari surat al-anbiya’(

ﺴ ِﺮِﺸﺪُ ﺒﻮ ﺴﻮُـ ﺸنﺴأ ﺴﺪﺸﺴـ ﺸُ ﺴﺎﺴﺸ ﺴأ نﺴﺪِ ﻷ ِﻪﺴﺎﺴو

).

Jadi ada tiga huruf yang bisa dipakai dalam bersumpah yaitu ب , و dan ت.

Apabila diamati kalimat-kalimaat sumpah dalam al-Qur’an maka dijumpai

tiga kategori. Pertama dihilangkan fi’ilnya, ini pada kalimat sumpah yang

memakai huruf وseperti ,

ﻰﺴ ﺒﺴو

dan lain-lain. Sebaliknya, pemakaian huruf ب

selalu bersamaan kata kerja (ﻢﺴ ﯾ,ﻢﺴ أ) seperti contoh diatas. Sementara hanya

dipakai pada lafal Allah seperti dicontohkan.

4. Informasi atau pesan yang akan disampaikan. Ini disebut muqsam’alaih.

Apabila dikaji secara mendalam, sebenarnya yang dituju dengan

mengungkapkan kalimat sumpah ialah untuk menyampaikan pesan yang

terkandung dalam lafal muqsam ‘alaih.

Qasam itu adakalanya zahir (jelas, tegas) dan adakalanya mudmar (tidak jelas,

tersirat):3

1. Zahir ialah sumpah yang didalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih.

Dan diantaranya ada yang dihilangkan fi’il qasam Nya, sebagaimana pada

umumnya, karena dicukupkan dengan huruf jarr berupa ba’, wawu, dan ta’.

Dibeberapa tempat, fi’il qasam terkadang didahului (dimasuki) LA nafy

seperti:

3

Manna Khalil al-Qatta>n, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, cetakan keenam, (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2001), 417.

(22)

14

4

(

)

ِﺔﺴﺒﻮ ﺒ ِ ﺸـ ِﺎ ُ ِﺸُأ ﺴو

(

١

)

ِﺔﺴﺎﺴِﺸﺒ ِمﺸﻮﺴـِ ُ ِﺸُأ

Tidak, aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan tidak, aku

bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).

Dikatakan LA di dua tempat ini adalah LA nafy yang berarti tidak,

untuk menafikan sesuatu yang tidak disebutkan yang sesuai dengan konteks

sumpah. Dan taqdir (perkiraan artinya) adalah tidak benar apa yang kamu

sangka, bahwa hisab dan siksa itu tidak ada. Kemudian dilanjutkan dengan

kalimat berikutnya: aku bersumpah dengan hari kiamat dan dengan nafsu

lawwamah, bahwa kamu tidak akan dibangkitkan. Dikatakan pula bahwa LA

tersebut untuk menafikan qasam, seakan akan ia mengatakan: aku tidak

bersumpah kepadamu dengan hari itu dan nafsu itu. Tetapi aku bertanya

kepadamu tanpa sumpah, apakah kamu mengira bahwa kami tidak akan

mengumpulkan tulang belulangmu setelah hancur berantakan karena

kematian? Sungguh masalahnya teramat jelas, sehingga tidak lagi

memerlukan sumpah. Tetapi dikatakan pula LA tersebut zaidah (tambahan).

Pernyataan jawab qasam dalam ayat diatas tidak disebutkan tetapi telah

ditunjukkan oleh perkataan sesudahnya dalam surah al-qiyamah ayat 3

“apakah manusia mengira..”. Taqdirnya ialah sungguh kamu akan

dibangkitkan dan akan dihisab.5

4

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta Cahaya Qur’an, 2011), 577.

5

al-Qatta>n.., Studi Ilmu-Ilmu Qur’an..,418.

(23)

15

2. Mudmar yaitu yang didalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak pula

muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh Lam taukid yang masuk kedalam

jawab qasam sepertzi firman Allah:6

ﺸُ ِ ُﺸـﺴأﺴو ﺸُ ِﺒﺴﻮﺸﺴأ ِﰲ نُﻮﺴﺸـُـﺴ

7

Kamu sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.

Maksudnya, Demi Allah, kamu sungguh-sungguh akan diuji.

C. Macam-macam Muqsam Bih

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Allah dapat bersumpah dengan

macam-macam muqsam bih. Secara garis besar ada dua macam muqsam bih yang

digunakan didalam al-Qur’an.8

1. Allah telah bersumpah dengan zatnya sendiri yang terdapat pada tujuh tempat

dalam al-Qur’an. Tiga ayat pertama berupa perintah Allah kepada nabinya

supaya bersumpah dengan zatnya:

ُﺜﺴﺸـُـﺴ ﺷِﰊﺴرﺴو ﻰﺴﺴـ ﺸ ُ ﺒﻮُﺜﺴﺸـُـ ﺸﺴ ﺸنﺴأ ﺒوُﺮﺴﺴ ﺴ ِﺬﺒ ﺴﺴﺴز

ﺲﲑِﺴ ِﻪﺒ ﻰﺴﺴ ﺴ ِﺴذﺴو ﺸُﺸِﺴ ﺎﺴِﲟ نُﺆـ ﺴـُـﺴ ُﰒ

9

Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

6

al-Qatta>n.., Studi Ilmu-Ilmu Quran.., 418.

7

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 74.

8

Tim Penyusun MKD.., Studi Al-Qur’an.., 263.

9

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 556.

(24)

16

ُﺸﺴ ُبُﺰﺸﺴـ ِ ﺸﺴﻐﺸﺒ ِِﱂﺎﺴ ﺸُ ﺴـِﺸﺄﺴﺴ ﺷِﰊﺴرﺴو ﻰﺴﺴـ ﺸ ُ ُﺔﺴﺎ ﺒ ﺎﺴِﺸﺴﺄ ﺒوُﺮﺴﺴ ﺴ ِﺬﺒ ﺴلﺎﺴﺴو

ﺳةرﺴذ ُلﺎﺴﺸـﺜِ

ُ ﺳبﺎﺴِ ِﰲ ِﺐ ُﺮﺴـﺸﺴأ ﺴو ﺴ ِﺴذ ﺸ ِ ُﺮﺴﻐﺸ ﺴأ ﺴو ِضﺸرﻷﺒ ِﰲ ﺴو ِتﺒﺴوﺎﺴ ﺒ ِﰲ

ﺳﲔِ

10

Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami". Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku Yang mengetahui yang gaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada tersembunyi daripada-Nya seberat zarrah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lohmahfuz)",

ﺸـﺴأ ﺎﺴﺴو ﱞﺴﺴ ُ ِﺐ ﺷِﰊﺴرﺴو يِﺐ ﺸ ُ ﺴﻮُ ﱞ ﺴﺴأ ﺴ ﺴﻮُﺌِﺸﺴـﺸ ﺴﺴو

ﺴ ِﺰِ ﺸُِﲟ ﺸُ

11

Dan mereka menanyakan kepadamu: "Benarkah (azab yang dijanjikan)

itu?" Katakanlah: "Ya, demi Tuhan-ku, sesungguhnya azab itu adalah

benar dan kamu sekali-kali tidak bisa luput (daripadanya)".

Adapun empat yang lainnya merupakan sumpah Allah secara langsung,

diantaranya:12

ﺎًِﺜ ِ ﺴ ﺴﻬﺴ ﺴلﺸﻮﺴ ﺸُﻬـﺴﺮِ ﺸ ُﺴ ُﰒ ﺴﲔِ ﺎﺴ ﺒﺴو ﺸُﻬـﺴﺮُ ﺸ ﺴﺴ ﺴ ﺷِﺴرﺴﻮﺴـ

13

Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka

bersama setan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling

Jahanam dengan berlutut.

ﺴﲔِﺴﺸﲨﺴأ ﺸُﻬـﺴﺴﺄﺸ ﺴﺴ ﺴ ﺷِﺴرﺴﻮﺴـ

14

Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua.

10

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 428.

11

Ibid., 214.

12

Tim Penyusun MKD.., Studi Al-Qur’an.., 263.

13

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 310.

14

Ibid., 267.

(25)

17

ﺎً ﺴﺮﺴ ﺸِﻬِ ُﺸـﺴأ ِﰲ ﺒوُﺪِﺴ ُﰒ ﺸُﻬﺴـﺸـﺴـ ﺴﺮﺴ ﺴ ﺎﺴ ِ ﺴكﻮُ ﺷِ ﺴُ ﱴﺴ ﺴنﻮُِﺸﺆُـ ﺴ ﺷِﺴرﺴو ﺴ

ﺸﺴ ﺴ ﺎ ِ

ﺎً ِﺸ ﺴ ﺒﻮُﺷِﺴ ُﺴو ﺴ

15

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

ﺴنوُرِدﺎﺴﺴ �ِﺐ ِبِرﺎﺴﻐﺴﺸﺒﺴو ِقِرﺎﺴ ﺴﺸﺒ ﺷِبﺴﺮِ ُ ِﺸُأ ﺴ

16

Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit

dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami

benar-benar Maha Kuasa.

2. Dengan makhluknya yang memberi pemahaman bahwa

makhluk-makhluk tersebut termasuk Allah satu ayatnya yang besar, menunjukkan

kelebihan kegunaannya, seperti: bersumpah dengan matahari, binatang,

langit, malam, masa, pohon-pohonan dan sebagainya. Sumpah dengan

makhluknya inilah yang paling banyak dalam al-Qur’an.

(

٤

)

ﺎﺴﺎﺴ ﺸﻐﺴـ ﺒﺴذِﺐ ِﺸ ﺒﺴو

(

)

ﺎﺴ ﺴ ﺒﺴذِﺐ ِرﺎﺴﻬـ ﺒﺴو

(

)

ﺎﺴ ﺴ ﺒﺴذِﺐ ِﺮﺴﺴﺸﺒﺴو

(

١

)

ﺎﺴﺎﺴ ُ ﺴو ِ ﺸ ﺒﺴو

17

(

)

ﺎﺴﺒﻮﺴ ﺎﺴﺴو ﺳ ﺸﺴـﺴو

(

ﺿ

)

ﺎﺴﺎﺴ ﺴ ﺎﺴﺴو ِضﺸرﻷﺒﺴو

(

٥

)

ﺎﺴﺎﺴﺴـ ﺎﺴﺴو ِءﺎﺴ ﺒﺴو

Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya).

15

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 88.

16

Ibid., 570.

17

Ibid., 595.

(26)

18

18

(

)

ﺴﲔِ ِ ِرﻮُ ﺴو

(

١

)

ِنﻮُﺸـﺰﺒﺴو ِﲔﺷِﺒﺴو

Demi buah ti>n dan buah zaytu>n, dan demi bukit sinai.

D. Hal Ihwal Muqsam ‘Alaih

1. Tujuan qasam adalah untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam ‘alaih

(jawab qasam). Karena itu muqsam ‘alaih haruslah berupa hal-hal yang layak

didatangkan qasam baginya, seperti hal-hal gaib dan tersembunyi jika qasam

itu dimaksudkan untuk menetapkan keberadaannya.19

2. Jawab qasam itu pada umumnya disebutkan. Namun terkadang ada juga yang

dihilangkan, sebagaimana jawab " ﻮ " (jika), maka muqsam ‘alaih sering

dibuang. Seperti firman Allah:

ِﲔِﺴﺸﺒ ﺴﺸِ ﺴنﻮُﺴﺸﺴـ ﺸﻮﺴ ﺴ

20

Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang

yakin.

Penghilang seperti ini merupakan salah satu uslub paling baik sebab

menunjukkan kebesaran dan keagungan. Dan taqdir ayat ini adalah

seandainya kamu mengetahui apa yang akan kamu hadapi secara yakin,

tentulah kamu akan melakukan kebaikan yang tidak telukiskan banyaknya.

18

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 587.

19

al-Qattan.., Studi Ilmu-Ilmu Quran.., 418.

20

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 600.

(27)

19

Muqsam alaih atau jawab qasam dihilangkan atau tidak disebutkan

karena sudah ditunjukkan oleh kalimat yang disebutkan sesudahnya, seperti

dalam surah al-qiyamah ayat 1-2:

21

(

)

ِﺔﺴﺒﻮ ﺒ ِ ﺸـ ِﺎ ُ ِﺸُأ ﺴو

(

١

)

ِﺔﺴﺎﺴِﺸﺒ ِمﺸﻮﺴـِ ُ ِﺸُأ

Aku bersumpah dengan hari kiamat dan aku bersumpah dengan jiwa

yang banyak mencela.

Jawab qasam disini dihilangkan karena sudah ditunjukkan oleh firman

Allah sesudahnya yaitu:

ُﺴﺎﺴﻈِ ﺴ ﺴﺸﺴ ﺸ ﺴأ ُنﺎﺴ ﺸﻹﺒ ُ ﺴ ﺸﺴﺴأ

22

Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan

(kembali) tulang belulangnya?

Taqdirnya ialah sungguh kamu akan dibangkitkan dan dihisab.

3. `Fi’il ma>di musbat mutasarrif yang tidak didahului ma’mulnya apabila

menjadi jawab qasam, harus disertai dengan lam dan qad. Dan salah satu

keduanya ini tidak boleh dihilangkan kecuali jika kalimat terlalu panjang,

seperti:23

ﺎﺴﺎﺴ ُ ﺴو ِ ﺸ ﺒﺴو

)

١

(

ﺎﺴ ﺴ ﺒﺴذِﺐ ِﺮﺴﺴﺸﺒﺴو

)

(

ﺎﺴ ﺴ ﺒﺴذِﺐ ِرﺎﺴﻬـ ﺒﺴو

)

(

ﺎﺴﺎﺴ ﺸﻐﺴـ ﺒﺴذِﺐ ِﺸ ﺒﺴو

)

٤

(

ﺎﺴﺎﺴﺴـ ﺎﺴﺴو ِءﺎﺴ ﺒﺴو

)

٥

(

ﺎﺴﺎﺴ ﺴ ﺎﺴﺴو ِضﺸرﻷﺒﺴو

)

ﺿ

(

ﺎﺴﺒﻮﺴ ﺎﺴﺴو ﺳ ﺸﺴـﺴو

)

(

ﺎﺴﺴرﻮُ ُ ﺎﺴﻬﺴﺴﺸﳍﺴﺄﺴ

ﺎﺴﺒﺴﻮﺸﺴـﺴو

)

٨

(

ﺎﺴﺎ ﺴز ﺸ ﺴ ﺴ ﺴﺸـﺴأ ﺸﺪﺴ

)

٩

(

24 21

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 577.

22

Ibid., 577.

23

al-Qatta>n.., Studi Ilmu-Ilmu Qur’an.., 419.

24

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 595.

(28)

20

Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta pengharapannya, dan jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.

Jawab qasamnya ialah pada ayat sembilan (

ﺎﺴﺎ ﺴز ﺸ ﺴ ﺴ ﺴﺸـﺴأ ﺸﺪﺴ

). Lam pada

ayat ini dihilangkan karena kalam terlalu panjang. Atas dasar itu para ulama

berpendapat tentang firman Allah:

25

(

٤

)

ِدوُﺪﺸﺧﻷﺒ ُبﺎﺴ ﺸ ﺴأ ﺴ ُِ

(

)

ﺳدﻮُﻬﺸ ﺴﺴو ﺳﺪِﺎﺴ ﺴو

(

)

ِدﻮُ ﺸﻮﺴﺸﺒ ِمﺸﻮﺴـﺸﺒﺴو

(

١

)

ِﺗوُﺮُـﺸﺒ ِتﺒﺴذ ِءﺎﺴ ﺒﺴو

Demi langit yang mempunyai gugusan bintang dan hari yang

dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Telah

dibinasakan orang-orang yang membuat parit.

Yang paling baik qasam disini tidak memerlukan jawab, sebab

maksudnya adalah mengigatkan akan muqsam bih karena ia termasuk

ayat-ayat Allah yang besar. Ada yang berpendapat, jawab qasam tersebut

dihilangkan dan ditunjukkan oleh ayat ke empat. Maksudnya mereka itu

yakin orang kafir makkah terkutuk sebagaimana ashabul ukhdud terkutuk.

Juga ada yang mengatakan, yang dihilangkan itu hanyalah permulaannya saja

dan taqdirnya ialah (

), sebab fi’il ma>di jadi menjadi jawab qasam harus

disertai lam dan qad, dan tidak boleh dihilangkan salah satunya kecuali jika

kalam terlalu panjang sebagaimana telah dikemukakan di atas, berkenaan

dengan firmanNya surah as-syams ayat 1-9.

25

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 590.

(29)

21

4. Allah bersumpah untuk menetapkan pokok-pokok keimanan yang wajib

diketahui makhluk. Dalam hal ini terkadang ia bersumpah untuk menjelaskan

tauhid, seperti firmanNya:26

27

(

٤

)

ﺲﺪِ ﺒﺴﻮﺴ ﺸُﺴﺴﳍِﺐ نِﺐ

(

)

ﺒًﺮﺸِذ ِتﺎﺴِﺎ ﺎﺴ

(

)

ﺒًﺮﺸ ﺴز ِتﺒﺴﺮِﺒﺰﺎﺴ

(

١

)

ﺎًﺴ ِتﺎ ﺎ ﺒﺴو

Demi (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya, dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari

perbuatan-perbuatan maksiat), dan demi (rombongan) yang

membacakan pelajaran, Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa.

Kalimat (

ﺲﺪِ ﺒﺴﻮﺴ ﺸُﺴﺴﳍِﺐ نِﺐ

) pada ayat keempat adalah jawab qasam yang

berisi penegasan tentang keesaan Allah. Jadi jelas itu merupakan pokok

keimanan.P27F

28

Terkadang untuk menegaskan bahwa al-Qur’an itu hak, seperti

firmanNya:

ِمﻮُ ﺒ ِِﺒﺴﻮﺴِﲟ ُ ِﺸُأ ﺴ

)

ﻀ٥

(

ﺲ ِﻈﺴ ﺴنﻮُﺴﺸﺴـ ﺸﻮﺴ ﺲﺴ ﺴﺴ ُ ِﺐﺴو

)

ﻀﺿ

(

ُ ِﺐ

ﺲﱘِﺮﺴ ﺲنآﺸﺮُﺴ

)

ﻀﻀ

(

29

Maka aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, sesungguhnya al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia.

Penegasan Allah (

ﺲﱘِﺮﺴ

ﺲنآﺸﺮُﺴ ُ ِﺐ

) dapat menjadi landasan yang kuat

untuk meyakini bahwa al-Qur’an betul-brtul sebuah kitab yang maha mulia

dan hak(benar).P29 F

30

26

al-Qattan.., Studi Ilmu-Ilmu Quran.., 420.

27

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 446.

28

Baidan.., Wawasan Baru.., 212.

29

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 536

(30)

22

Terkadang untuk menjelaskan bahwa Rasul itu benar, seperti

firmanNya:

)

١

(

ِ ِ ﺴﺸ ﺒ ِنآﺸﺮُﺸﺒﺴو

)

(

ﺴ ِﺴ ﺴ ِﺐ

ﺴﲔِﺴ ﺸﺮُﺸﺒ

)

(

31

Ya>sin. Demi qur’an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu adalah

salah seorang dari Rasul-Rasul.

Dengan adanya penegasan Allah (

ﺴﲔِﺴ ﺸﺮُﺸﺒ ﺴ ِﺴ ﺴ ِﺐ

) itu maka makin

kokoh keyakinan kita bahwa Muhammad saw betul-betul salah seorang

diantara rasul yang pernah di utus Allah untuk menunjukkan umat ke jalan

yang benar.P31 F

32

Terkadang untuk menjelaskan balasan, janji dan ancaman, seperti:

ﺒًوﺸرﺴذ ِتﺴ�ِرﺒﺬﺒﺴو

)

١

(

ﺒًﺮﺸـِو ِت ِﺎﺴﺸ ﺎﺴ

)

(

ﺒًﺮﺸ ُ ِتﺴ�ِرﺎﺴﺸ ﺎﺴ

)

(

ِتﺎﺴﺷِ ﺴُﺸﺎﺴ

ﺒًﺮﺸﺴأ

)

٤

(

ﺲقِدﺎﺴ ﺴ ﺴنوُﺪﺴﻮُ ﺎﺴﳕِﺐ

)

٥

(

ﺲِﺒﺴﻮﺴ ﺴ ﺷِﺪﺒ نِﺐﺴو

)

ﺿ

(

33

Demi angin yang menebarkan debu dengan sekuat-kuatnya, dan awan yang mengandung hujan, dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah, dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan, sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan sesungguhnya hari pembalasan pasti terjadi.

Balasan amal diakhirat kelak seperti dalam ayat ke 5 sesungguhnya

apa yang dijanjkan kepadamu pasti benar. Kalimat ini berfungsi sebagai

jawab qasam dalam kalimat sumpah yang disebutkan sebelumnya. Dengan

demikian tidak ada alasan untuk meyakini balasan amal kelak diakhirat, jika

30

Baida>n.., Wawasan Baru.., 213.

31

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 440.

32

Baida>n.., Wawasan Baru.., 213.

33

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 520.

(31)

23

baik amal seseorang pasti dibalas dengan baik, dan sebaliknya jika buruk

amalnya maka balasannya tentu buruk pula.34

Dan terkadang juga untuk menerangkan keadaan manusia seperti:

ﻰﺴ ﺸﻐﺴـ ﺒﺴذِﺐ ِﺸ ﺒﺴو

)

١

(

ﺴﺴﲡ ﺒﺴذِﺐ ِرﺎﺴﻬـ ﺒﺴو

)

(

ﻰﺴﺜﺸـﻷﺒﺴو ﺴﺮﺴﺬﺒ ﺴﺴﺴﺧ ﺎﺴﺴو

)

(

ﱴﺴ ﺴ ﺸُ ﺴﺸﺴ نِﺐ

)

٤

(

35

Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila

terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan,

sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.

Pada ayat ke 4 (

ﱴﺴ ﺴ ﺸُ ﺴﺸﺴ نِﺐ

) sesungguhnya usaha kamu

berbeda-beda. Kalimat itu merupakan jawaban dari kalimat sumpah sebelumnya.

Tampak dengan jelas dalam ayat keempat itu, Allah menyatakan dengan jelas

usaha manusia tidak semacam saja melainkan beragam dan berbeda-beda.P35F

36

Siapa saja yang meneliti dengan cermat qasam-qasam dalam qur’an,

tentu ia akan memperoleh berbagai macam pengetahuan yang tidak sedikit.

5. Qasam itu adakalanya atas jumlah khabriyah dan inilah yang paling banyak,

seperti firmanNya:37

ﺷِبﺴرﺴﻮﺴـ

ﺴنﻮُِ ﺸﺴـ ﺸُ ﺴأ ﺎﺴ ﺴ ﺸﺜِ ﱞﺴﺴ ُ ِﺐ ِضﺸرﻷﺒﺴو ِءﺎﺴ ﺒ

)

ﺻﺼ

(

Maka demi Allah langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu

adalah benar-benar akan terjadi.38 Dan adakalanya dengan jumlah

talabiyah secara maknawi, seperti:

34

Baidan.., Wawasan Baru.., 213.

35

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 595.

36

Baida>n.., Wawasan Baru.., 214.

37

al-Qatta>n.., Studi Ilmu-Ilmu Qur’an.., 421.

(32)

24

ﺴ ﺷِﺴرﺴﻮﺴـ

ﺴﲔِﺴﺸﲨﺴأ ﺸُﻬـﺴﺴﺄﺸ ﺴﺴ

)

٩ﺻ

(

ﺴنﻮُﺴﺸﺴـ ﺒﻮُﺎﺴ ﺎ ﺴ

)

٩ﺼ

(

Maka demi tuhanmu, kami pasti akan menanyai mereka semua,

tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.39 Yang dimaksud ayat

ini ialah ancaman dan peringatan.

E. Hikmah Qasam di dalam Al-Qur’an

Tujuan bersumpah adalah untuk memperkuat pembicaraan yang akan

disampaikan supaya dapat diterima atau dipercayai. Karena pendengar berita itu

berbeda-beda tingkat kepercayaan atau ketidakpercayaannya, maka qasam itu

disampaikan sesuai kondisi para pendengar berita.40

Sebelum menguraikan hikmah sumpah dalam al-Qur’an perlu dicatat

bahwa Allah dalam bersumpah tidak pernah memakai lafal ﻒ , melainkan

senantiasa memakai lafal atau kata kerja ﻢﺴ أ atau cukup dengan adat qasam tanpa

menyebut lafal ﻢﺴ أ.P40F

41

Jika diamati lebih jauh, ternyata lafal ﻒ berbeda konotasinya dari ﻢﺴ أ

sebab lafal ﻒ tidak menjamin bahwa si pelaku sumpah (muqsim) berada diatas

kebenaran, boleh jadi ia berbohong seperti diisyaratkan Allah dalam ayat 56 surah

al-Tauba>h:

ﺴنﻮُِﺸﺴﺴو

ﺴنﻮُﺴﺮﺸﺴـ ﺲمﺸﻮﺴـ ﺸُﻬـ ِ ﺴﺴو ﺸُ ﺸِ ﺸُ ﺎﺴﺴو ﺸُ ﺸِﺴ ﺸُﻬـِﺐ ِﻪِﺎ

42

38

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 521.

39

Ibid., 267.

40

MKD IAIN.., Studi alQur’an.., 273.

41

Nashruddin Baida>n, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, cetakan kedua, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 219.

42

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya.., 196.

(33)

25

Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu).

Contoh lain seperti terdapat pada ayat 89 surah al-Maidah:

ﺸُﺸﺴﺴ ﺒﺴذِﺐ ﺸُِﺎﺴﺸﳝﺴأ ُةﺴرﺎ ﺴ ﺴ ِﺴذ

43

Itulah kafarat (tebusan) sumpahmu apabila kamu bersumpah

kemudian kamu langgar.

Tampak dengan jelas dalam kedua ayat itu lafal ﻒ dipakai untuk

menggambarkan suatu sumpah yang boleh jadi si pelakunya (muqsim) berbohong

seperti ayat pertama atau sumpah tersebut dilanggarnya sperti pada ayat kedua.44

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bersumpah dengan ﻒ belum

tentu si pelakunya (muqsim) berada di atas kebenaran, tidak mustahil dia

berpura-pura supaya orang lain percaya maka dia bersumpah. Disinah terletak perbedaan

konotasi dua lafal sumpah itu, tidak salah bila dikatakan bahwa tidak

digunakannya lafal ﻒ itu untuk bersumpah oleh Allah dalam al-Qur’an menjadi

salah satu indikasi bahwa semua sumpah yang terdapat dalam kitab suci itu adalah

benar, tidak berpura-pura apalagi berbohong, maha suci Allah dari semua itu.P44F

45

Dari uraian-uraian yang dikemukakan dibagian terdahulu, tampak ada dua

hal yang dijadikan Allah untuk bersumpah yaitu dirinya sendiri dan makhluknya.

Apabila Allah bersumpah dengan dirinya, maka itu adalah untuk menunjukkan

keagungan dan kekuasaannya sementara jika dia bersumpah dengan sebagian

43

Depag RI.., al-Qur’an dan Terjemahnya..,122.

44

Baidan.., Wawasan Baru Ilmu Tafsir.., 219.

45

Ibid., 220.

(34)

26

makhluknya, tulis ibnu qayyim itu menunjukkan bahwa makhluk tersebut

merupakan salah satu diantara ayat-ayat (tanda) kebesarannya.46

Apa yang dikatakan ibnu qayyim itu ada benarnya karena jika diamati

benda-benda atau sesuatu yang dijadikan media untuk bersumpah oleh Allah

adalah yang mempunyai peranan yang amat besar dalam kehidupan. Dengan

demikian terasa sekali bahwa Allah maha besar dan maha tahu segala sesuatu

serta maha kuasa. Contoh-contoh yang telah dikemukakan diatas seperti Allah

besumpah dengan masa pohon ti>n, zaytu>n, bukit thursinina, al-Qur’an, dan

lain-lain, dapat dijadikan bukti atas kebenarannya.

Juga dijumpai, Allah bersumpah dengan memakai kata ﻻ yang berarti tidak

sebagaimana telah disebutkan dimuka. Mengapa Allah memakai kata tersebut?

Jika diamati dengan seksama, ternyata pemakaiaan kata itu mengandung makna

yang mendalam seperti dalam surah al-Balad ayat pertama (

ِﺪﺴﺴـﺸﺒ ﺒﺴﺬﺴِﻬ ُ ِﺸُأ

).

Menurut Quraish Shihab ada tiga kemungkinan terjemahan ayat tersebut:

1. Tidak.. aku bersumpah dengan negeri atau kota ini.

2. Aku tidak bersumpah dengan negeri atau kota ini.

3. Aku benar-benar bersumpah dengan negeri atau kota ini.

Apabila diamati lebih jauh perbedaan terjemahan itu, maka tampak kepada

kita bahwa terjemah pertama mengisyaratkan bahwa lafal ﻻ dalam kalimat itu

mengandung arti nafi (menidakkan) berita sebelumnya dalam surah al-Fajar

tentang azhab yang akan ditimpakan kepada orang kafir pada hari kiamat,

46

Baida>n.., Wawasan Baru Ilmu Tafsir.., 220

(35)

27

sehingga seakan-akan ayat tersebut mengandung makna: tidak, bukan

sebagaimana yang kalian anggap bahwa azab pada hari kiamat itu tidak akan

datang, tidak, aku bersumpah dengan menyebut negeri ini. Sedangkan pada

terjemah kedua, lafal ﻻ dipahami sebagai menafikan kalimat sesudahnya. Dalam

hal ini, tulis Quraish Shihab sama halnya dengan seseorang menasehati anaknya

dengan berkata: rasanya saya tidak perlu berpesan kepadamu untuk

memperhatikan orang tuamu.P46F

47

P

Apabila terjemah ketiga berangkat dari prinsip bahwa lafal ﻻ tersebut ialah

zaidah (tambahan) untuk penguat arti karenanya lafal ﻻ itu tidak diterjemahkan,

tetapi cukup diberi penekanan arti seperti “aku benar-benar bersumpah..”

sebagaimana telah disebutkan. Pendapat ketiga ini terlihat lebih dekat kepada

maksud ayat pertama dari surat itu karena didukung oleh ayat ketiga dari surah

al-Ti>n yang berbunyi (

ﲔِﻷﺒ ِﺪﺴﺴـﺸﺒ ﺒﺴﺬﺴﺴو

) demi negeri yang aman (makkah).

Dari uraian diatas tampak bahwa pemakaian lafal ﻻ dalam kalimat sumpah

dalam ayat itu mempunyai arti penting, bukan secara kebetulan, melainkan

benar-benar mengandung maksud tertentu yang tidak ada dalam ayat lain yang

membawa kata yang sama.

47

Baida>n.., Wawasan Baru Ilmu Tafsir.., 221.

(36)

BAB III

PENAFSIRAN SURAH AL-TI

>

N AYAT 1-4

A. Ayat dan Terjemah

ِنﻮُْـﱠﺰاﺴو ِﲔِّاﺴو

)

١

(

ﺴﲔِ ِ ِرﻮُﻃﺴو

)

٢

(

ِﲔِﻣﻷا ِﺪﺴﺴـﺒْا اﺴﺬﺴﺴو

)

٣

(

ﺳﱘِﻮْﻘﺴـ ِ ﺴ ْﺣﺴأ ِﰲ ﺴنﺎﺴ ْﻹا ﺎﺴْﻘﺴﺴﺧ ْﺪﺴﻘﺴ

)

٤

(

1

Demi buah ti>n dan buah zaytu>n, dan demi bukit sinai, dan demi kota

mekkah ini yang aman, sesungguhnya kami telah menciptakan manusia

dalam bentuk yang sebaik-baiknya.2

B. Munasabah

Pada ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan tentang manusia agung yaitu

Nabi Muhammad saw dengan berbagai keistimewaannya seperti keimanan yang

kokoh, kesucian diri dari dosa-dosa, dan kemuliaan namanya. Dalam ayat-ayat

berikutnya Allah bersumpah untuk menegaskan bahwa manusia pun telah Allah

ciptakan sebagai makhluk terbaik dan termulia. Oleh karena itu, jangan diubah

menjadi rendah derajatnya dan hina.3

C. Penafsiran al-ti>n menurut Ulama’

Kata al-Ti>n dan al-zaytu>n diperselisihkan maksudnya oleh ulama. Para ahli

tafsir yang mengarahkan pandangan kepada makna ayat dua dan tiga di atas, yang

1

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Cahaya Qur’an, 2011) ,597.

2

Al-Qur’an Terjemah

3

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 709.

28

(37)

29

menunjuk kepada dua tempat dimana Nabi Mu>sa> as dan Nabi Muhammad saw

menerima wahyu, berpendapat bahwa al-Ti>n dan al-zaytu>n juga merupakan

nama-nama tempat. al-Ti>n adalah tempat bukit tertentu di damaskus, syria, sementara

az-zaytu>n adalah tempat Nabi `I>sa> as menerima wahyu.4

Pendapat lain menyatakan bahwa az-zaytu>n adalah sebuah gunung di

yerussalem (al-Quds), tempat Nabi `I>sa> as diselamatkan dari usaha pembunuhan.

Jika demikian, maka ayat pertama berkaitan dengan Nabi `I>sa> as, ayat kedua

berkaitan dengan Nabi Mu>sa> as dan ayat ketiga berkaitan dengan Nabi

Muhammad as. Bahkan al-Qa>simi dalam tafsirnya mahasin at-ta’wil,

mengemukakan bahwa al-Ti>n adalah nama pohon tempat pendiri agama budha

mendapat bimbingan ilahi. Oleh orang-orang budha pohon ini dinamai pohon

bodhi (Ficus religiosa) atau pohon ara suci, yang terdapat dikota kecil gaya, di

daerah bihar. Budha menurut al-qa>simi adalah seorang Nabi walaupun beliau

tidak termasuk dalam kelompok 25 Nabi yang nama-namanya secara jelas dan

pasti disebutkan dalam al-Qur’an, sehingga menjadi kewajiban setiap muslim

untuk mengakui keNabian mereka, sambil meyakini bahwa masih banyak lagi

Nabi-Nabi lain yang tidak disebut dalam al-Qur’an.

Kalau pendapat terakhir ini diterima, maka dapat dikatakan bahwa melalui

ayat pertama sampai dengan ayat ketiga, Allah swt bersumpah dengan

tempat-tempat para Nabi menerima tuntutan ilahi yakni para Nabi yang hingga kini

mempunyai pengaruh dan pengikut terbesar dalam masyarakat, yakni pengikut

agama islam, kristen, yahudi dan budha.

4

M.Quraish Shiha>b, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 373.

(38)

30

Ada juga yang memahami kata al-Ti>n dan al-zaytu>n sebagai jenis

buah-buahan. Buah tiin adalah sejenis buah yang banyak terdapat di timur tengah. Bila

telah matang, ia berwarna coklat, berbiji seperti tomat, rasanya manis dan dinilai

mempunyai kadar gizi yang tiinggi serta mudah dicerna. Bahkan secara

tradisional ia digunakan sebagai obat penghancur batu-batuan pada saluran

kencing dan penyembuh anemia (wasir). Dalam sebuah riwayat yang dinisbahkan

kepada Nabi saw, beliau bersabda makanlah buah tiin karena ia menyembuhkan

wasir.5

Zaytu>n yang disebut empat kali dalam al-Qur’an adalah tumbuhan perdu,

pohonnya tetap berwarna hijau, banyak tumbuh dilaut tengah. Tumbuhan ini

dinamai dalam al-Qur’an syajarah mubarakah (pohon yang mengandung banyak

manfaat). Buahnya ada yang hijau ada pula hitam pekat berbentuk seperti anggur,

dimakan sebagai asinan dan dibuat minyak yang sangat jernih untuk berbagai

manfaat.

At-thabari berpendapat bahwa orang-orang arab tidak mengenal kata

zaytu>n sebagai nama tempat tetapi mereka mengenalnya sebagai sejenis tumbuhan

atau buah-buahan. Pendapat ath-thabari ini disanggah dengan menyatakan bahwa

walaupun orang arab mengenal nama itu sebagai nama tumbuhan atau

buah-buahan, namaun nama buah dijadikan nama tempat di mana buah itu tumbuh

dalam jumlah yang banyak. Masyarakat arab mengenal suatau tempat yang

dinamai bukit zaytu>n. Menurut tafsir al-maraghi, al-Ti>n adalah masa Nabi Adam,

ketika Adam memakan pohon terlarang, beliau telanjang sampai akhirnya beliau

5

Shiha>b.., Tafsir al-Misbah.., 374.

(39)

31

menenukan daun tiin yang dijadikan sebagai penutup auratnya. Sedangkan

al-Zaytu>n melambangkan masa Nabi Nu>h{, mengatakan beberapa saat sebelum

perahu yang ditumpanginya berlabuh beliau melihat burung-burung membawa

daun zaytu>n pertanda keamanan dan keselamatan.6

Mereka yang berpendapat bahwa ayat pertama bermakna tumbuhan atau

buah tertentu, cenderung mengaitkan sumpah ini dengan ayat ke empat yang

menyatakan bahwa manusia telah diciptakan Allah dalam bentuk yang

sebaik-baiknya. Menurut mereka Allah bersumpah dengan menggunakan nama

tumbuhan atau buah yang memiliki banyak manfaat sebagai isyarat bahwa

manusia yang diciptakan Allah juga memiliki potensi untuk dapat memberi

manfaat sebagaimana halnya dengan tumbuhan atau buah tersebut. Jika ia

memanfaatkan potensinya maka tentulah ia akan memburikan banyak manfaat

sebagaimana pohon tiin dan zaytu>n.

Hubungan ayat pertama dengan ayat keempat seperti dikemukakan diatas,

walau kelihatannya dapat diterima tetapi tidak dapat memuaskan banyak pakar.

Karena kata mereka, apa hubungan antara ayat pertama, kedua dan ketiga? Apa

hubungan antara buah ti>n dan zaytu>n dengan sinai dan mekkah? Hubungan

tersebut baru nyata apabila kata tiin dan zaytu>n dipahami sebagai tempat-tempat

suci dimana para utusan Allah memperoleh petunjuknya.

Para ulama hampir tidak berbeda pendapat tentang arti ath-thur sebagai

tempat Nabi Mu>sa> as menerima wahyu ilahi. Kata (رﻮﻄ ا) ath-thu>r dipahami oleh

ulama dalam arti gunung, di mana Nabi Mu>sa as menerima wahyu ilahi yaitu yang

6

Shiha>b.., Tafsir al-Misbah.., 375.

(40)

32

berlokasi disinai, mesir. T{a>hir bin `Ashu>r berpendapat bahwa firman-firman Allah

yang diturunkan kepada Nabi Mu>sa> itu populer dengan nama tempat ia turun

yakni thur dan yang diucapkan dalam bahasa arab dengan taurat.7

Dengan bersumpah menyebut tempat-tempat suci, tempat memancarnya

cahaya Allah yang benerang, ayat-ayat ini seakan-akan menyampaikan pesan

bahwa manusia yang diciptakan Allah dalam bentuk fisik dan psikis yang

sebaik-baiknya akan bertahan dalam keadaan seperti itu, selama mereka mengikuti

petunjuk-petunjuk yang disampaikan kepada para Nabi di tempat-tempat suci itu.

Pada ayat keempat menjelaskan sungguh kami telah menciptakan manusia

dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kata (ﺎ ﺧ) khalaqna> kami telah menciptakan

terdiri atas kata ( ﺧ) khalaqna> dan (ﺎ) na> yang berfungsi sebagai kata ganti nama.

Kata na yang menjadi kata ganti nana itu menunjuk kata jamak (banyak) tetapi

b`I>sa> juga digunakan untuk menunjuk satu pelaku saja dengan maksud

mengagungkan pelaku tersebut. Para raja biasa menunjuk dirinya dengan

menggunakan kata kami. Allah juga sering kali menggunakan kata tersebut untuk

menunjuk dirinya. Dari sisi lain, penggunaan kata ganti bentuk jamak itu (kami)

yang menunjuk kepada Allah mengisyaratkan adanya keterlibatan selainnya

dalam perbuatan yang ditunjuk oleh kata yang dirangkaikan dengan kata ganti

tersebut. Jadi kata khalaqna> mengisyaratkan keterlibatan selain Allah dalam

pencintaan manusia. Dalam hal ini adalah ibu bapak manusia. Ditempat lain Allah

menegaskan bahwa dia adalah ahsan al-khaliqin sebaik-baik pencipta. Ini

menunjukkan bahwa ada pencipta lain, namun tidak sebaik Allah. Peranan

7

Shiha>b.., Tafsir al-Misbah.., 376.

(41)

33

pencipta sama sekali tidak seperti Allah, melainkan hanya sebagai alat atau

perantara. Ibu bapak mempunyai peranan yang cukup berarti dalam penciptaan

anak-anaknya, termasuk dalam penyempurnaan keadaan fisik dan psikisnya. Para

ilmuwan mengakui bahwa keturunan bersama dengan pendidikan merupakan dua

faktor yang sangat dominan dalam pembentukan fisik dan kepribadian anak.8

Kata (نﺎ ﻷا) al-insa>n atau manusia, menurut al-quthubi adalah

manusia-manusia yang durhaka kepada Allah. Pendapat ini ditolak oleh pakar tafsir dengan

alasan antara lain adanya pengecualian yang ditegaskan oleh ayat berikutnya

kecuali orang-orang yang beriman. Ini menunjukkan bahwa manusia adalah jenis

manusia secara umum, mencakup yang mukmin maupun yang kafir. Bahkan bint

asy-syathi’ merumuskan bahwa semua kata al-insan dalam al-Qur’an yaitu

menggunakan kata (لا) al berarti menegaskan jenis manusia secara umum

mencakup siapa saja.

Kata ( ﻮ ) taqwi>m berakat dari kata (مﻮ) qawama yan terbentuk kata

(ﺔ ﺋﺎ) qa’imah, (ﺔ ﺎ ا) istiqamah> , (اﻮ ا) aqi>mu> dan sebagainya, yang

keseluruhannya menggambarkan kesempurnaan sesuatu sesuai dengan objeknya.

Kata (اﻮ ا) aqi>mu> yang digunakan untuk perintah melaksanakan salat, berarti

bahwa shalat itu harus dilaksanakan dengan sempurna sesuai dengan syarat, rukun

dan sunah-sunahnya.

Kata ( ﻮ ) taqwi>m diartikan sebagai menjadikan sesuatu memiliki (ماﻮ)

qiwa>m yakni bentuk fisik yang pas dengan fungsinya. Ar-raghib al-ashfahani,

pakar bahasa al-Qur’an memandang kata taqwim disini sebagai isyarat tentang

8

Shiha>b.., Tafsir al-Misbah.., 377.

(42)

34

keistimewaan manusia dibanding binatang yaitu akal, pemahaman, dan bentuk

fisiknyayang tegak dan lurus. Jadi kalimat ahsan taqwim berarti bentuk fisik dan

psikis yang sebaik-baiknya yang menyebabkan manusia dapat melaksanakan

fungsinya sebaik mungkin. Jika demikian tidaklah tepat memahami ungkapan

sebaik-baik bentuk terbatas dalam pengertian fisik semata. Ayat ini dikemukakan

dalam konteks penggambaran anugrah Allah kepada manusia dan tentu tidak

mungkin anugrah tersebut terbatas pada bentuk fisik. Secara tegas Allah

mengecam orang-orang yang berbuat fisiknya baik namun jiwa dan akalnya

kosong dari nilai-nilai agama, etika dan pengetahuan.9

Aku bersumpah dengan buah ti>n Nabi Adam bapak manusia. Yaitu zaman

ketika Nabi Adam dan istrinya menutupi tubuhnya dengan pohon tiin. Aku

bersumpah dengan masa zaytu>n yaitu zaman Nabi Nu>h{ as dan anak cucunya.

Ketika itu Allah menghukum kaumnya yang ingkar dengan di datangkannya

banjir bandang dan diselamatkannya oleh Nabi Nu>h{ dan perahunya. Sedang

beberapa masa kemudian datanglah seekor burung membawa daun pohon zaytu>n

yang membuat Nabi Nu>h{ merasa gembira. Sebab hal ini menunjukkan redanya

kemurkaan Allah dengan mengizinkan bumi menelan air bah, supaya bumi b`I>sa>

di huni kembali oleh umat manusia. Kemudian perahu Nabi Nu>h{ mendarat dan

turunlah beliau berserta anak cucunya untuk menghuni dan membangun kembali

bumi Allah.10

Bukit ini mengigatkan pada peristiwa diturunkannya ayat-ayat ilahiyah

yang ditampakkan secara jelas kepada Nabi Mu>sa> as dan kaumnya. Serta

9

Shiha>b.., Tafsir al-Misbah.., 378.

10

Ahmad Mustafa al-Mara>gi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang:Toha Putra,1993), 339.

(43)

35

peristiwa diturunkannya kitab taurat kepada Nabi Mu>sa> setelah kejadian itu dan

bersinarnya nur tauhid, yang pada masa sebelum itu dikotori oleh aqidah

wasaniyah (keyakinan keberhalaan). Para Nabi setelah Mu>sa> as tetap mengajak

kaumnya supaya berpegang kepada syariat tauhid ini. Namun dengan berlalunya

masa demi masa, ajaran ini telah dikotori dengan berbagai bid’ah, hingga Nabi

`I>sa> as datang menyelamatkan ajaran tauhid ini. Tetapi kaum Nabi `I>sa> pun

tertimpa apa yang menimpa kaum para Nabi sebelumnya yaitu timbulnya

perselisihan dalam agama hingga tiba masanya Allah swt. Menganugrahkan

kepada umat manusia nur Muhammad saw.

Kota makkah yang dimuliakan Allah dengan dilahirkannya Muhammad

saw dengan keberadaan ka’bah (baitullah) padanya. Sesungguhnya Allah

bersumpah memakai nama ke empat masa ini, oleh sebab itu semuanya

mempunyai asar (bekas) yang jelas bagi sejarah umat manusia, bahwa pada

keempat masa tersebut umat manusia diselamatkan dari kegelapan menuju alam

yang terang.

Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang paling

baik. Kami ciptakan dia dengan ukuran tiinggi yang memadai, dan memakan

makanannya dengan tangannya, tidak seperti makhluk lain yang mengambil dan

memakan makanannya dengan mulutnya. Lebih dari itu kami istimewakan

manusia dengan akalnya, supaya bisa berfikir dan menimba berbagai ilmu

(44)

36

berkuasa atas segalah makhluk. Manusia memiliki kekuatan dan pengaruh yang

dengan keduanya bisa menjangkau sesuatu.11

Tetapi manusia itu memang pelupa, ia tidak menyadari keistimewaan yang

ada dalam dirinya. Bahkan ia menyangka dirinya seolah-olah tak ubahnya makluk

jenis lain. Akibatnya dia malang melintang dalam berbagai perbuatan yang

bertentangan dengan akal sehat dan fitrah kejadiannya.

Ia gemar mengumpulakan harta benda dan bersenang-senang memenuhi

kemauan hawa nafsunya. Ia berpaling dari hal-hal yang mndatangkan manfaat

bagi kehidupan akhiratnya, dan hal-hal yang mendatangkan keridhoannya yang>

mengantar kepada perolehan kenikmatan yang abadi.

Demi buah tiin dan buah zaytu>n, ini merupakan kalimat sumpah. Aku

bersumpah demi buah tiin dan buah zaytu>n karena keduanya mengandung berkah

dan banyak manfaatnya. Ibnu abbas berkata, yang dimaksudkan adalah buah tiin

yang kalian makan dan buah zaytu>n yang di peras menjadi minyak. Ikrimah

berkata, Allah bersumpah demi tempat-tempat tumbuhnya buah tiin dan zaytu>n,

sebab tiin banyak di damaskus dan zaytu>n banyak di baitul maqdis. Pendapat ini

lebih kuat. Hal ini karena Allah mengathafkan atau menggandengkan

tempat-tempat pada ayat tersebut.12

Pertama yaitu gunung sinai dan makkah, sehingga menjadi sumpah demi

tempat-tempat suci yang dimuliakan oleh Allah dengan wahyu dan risalah

samawi. Dan demi bukit sinai, dan aku bersumpah demi bukit berkah di mana

11

al-Mara>gi.., Tafsir Al-Mara>gi.., 341.

12

Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafa>sir, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2011), 761.

(45)

37

Allah berfirman secara langsung kepada Mu>sa> as, yaitu bukit sinai yang

mempunyai banyak pohon yang berkah dan indah. Al-khazin berkata, disebut

gunung sinai karena indahnya dan berkahnya. Setiap bukit yang banyak pohon

berbuahnya disebut sinin atau sinai. Dan demi kota makkah yang aman, aku

bersumpah demi negeri aman makkah al-mukaramah tempat aman bagi orang

yang memasukinya, baik dirinya maupun hartanya. Ayat ini semakna dengan ayat,

dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya kami telah

menjadikan negeri mereka tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya

rampok merampok. Al-alusi berkata, ayat-ayat ini adalah sumpah dengan

beberapa tempat yang berkah dan mulia menurut pendapat jumhur. Negeri yang

aman adalah makkah tanpa silang pendapat diantara ulama. Adapun bukit sinai

adalah gunung tempat Allah berfirman kepada Mu>sa> as secara langsung. Adapun

tiin dan zaytu>n ada riwayat dari qatadah bahwa yang dimaksud adalah dua

gunung, satu di damaskus ibu kota suriah sekarang, dan satu di baitul maqdis,

al-quds israel menyebutnya jerusalem. Yang dimaksud tiin dan zaytu>n dan tempat

tumbuhnya. Pendapat lain mengatakan yang dimaksud tiin dan zaytu>n adalah dua

pohon yang sudah dikenal oleh banyak orang. Inilah pendapat ibnu abbas serta

mujahid. Pesan ini sumpah demi beberapa benda tersebut untuk menunjukkan

kemuliaan tempat-tempat yang berkah dan penuh{ kebaikan serta berkah yang ada

d`I>sa>na, yaitu terutusnya para Nabi dan rasul. Ibnu katsir berkata sebagian ulama

berpendapat, bahwa ketiganya merupakan tiga tempat dan di masing-masing

tempat Allah mengutus Nabi dan rasul termasuk ulul azmi yang mempunyai

(46)

38

mengutus `I>sa> as. Kedua bukit sinai tempat Allah berfirman langsung kepada

Mu>sa> as. Ketiga negeri yang aman makkah yaitu tempat di mana Allah mengutus

Muhammad saw. Ketiga tempat tersebut disebutkan di akhir taurat, Allah datang

dari bukit sinai, gunung dimana Allah berfirman langsung kepada Mu>sa>, bersinar

dari sya’ir, gunung baitul maqdis di mana Allah mengutus `I>sa>, dan jelas dari

gunung-gunung faran, yakni gunung-gunung makkah dimana Allah mengutus

Nabi Muhammad. Allah menuturkan ketiga rasul tersebut sesuai urutan periode

mereka. Allah bersumpah demi yang paling mulia, lalu yang lebih mulia, lalu

yang lebih mulia.13

Jawab kalimat sumpah adalah sesungguhnya kami telah menciptakan

manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sungguh kami telah membuat jenis

manusia dalam bentuk paling baik dan bersifat paling sempurna,indah bentuknya,

tegak posturnya, anggota badan yang serasi, dihiasi dengan ilmu dan pengetahuan,

akal dan pikiran, bisa berbicara dan bersusila. Mujahid berkata, bentuk

sebaik-baiknya adalah bentuk paling baik dan penciptaan paling aneh.

Para ahli tafsir masih berbeda pendapat dengan pendapat yang cukup

banyak. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tiin disini adalah

masjid damaskus. Ada juga yang berpendapat, ia adalah buah tiin itu sendiri. Juga

ada yang berpendapat bahwa ia adalah gunung yang terdapat d`I>sa>na,. Sedangkan

al-qurthubi mengatakan al-Ti>n adalah masjid ash-habul kahfi. Dan diriwayatkan

13

Ash-Shabuni.., Shafwatut Tafa>sir.., 762.

(47)

39

oleh aufi dari ibnu abbas bahwa al-Ti>n adalah masjid Nu>h{ yang terdapat di bukit

al-judi. Mujahid mengatakan: ia adalah al-Ti>n kalian ini.14

Dan demi zaytu>n, ka’ab al-ahbar, qatadah, ibnu zaid, dan lain-lain

mengatakan yaitu baitul maqdis. Mujahid dan ikrimah mengatakan yaitu buah

z

Referensi

Dokumen terkait

Ternyata huruf Hal pada surah al-Ghasyiah dan al-Insan menunjukan peringatan kepada manusia tentang dirinya yang pernah tidak berwujud serta kewajibannya mengabdi kepada Allah

Adapun bab empat, yakni inti masalah, penulis akan menjelaskan relasi antara jin dan manusia yang terbagi menjadi dua sub bab, yaitu relasi interaktif antara

Manusia bijaksana, adalah manusia yang dapat mengedepankan akhlaqul karimah dalam menyikapi persoalan kehidupannya, tentunya dengan mengoptimalkan kinerja akal dan hati

Untuk memunculkan fitrah belajar pada anak-anak, hendaklah orang tua memiliki kedekatan baik secara fisik maupun psikis ketika anak-anak belajar bersama orang tua selain itu

Menurut tafsir an-Nasafi, kata ini mengandung arti; Berbantahan dengan baik yaitu dengan jalan yang sebaik-baiknya dalam bermujadalah, antara lain dengan perkataan yang

Agar materi tersebut dapat dicerna oleh anak, maka dibutuhkan metode belajar yang baik, di antaranya al-Qur’an menawarkan beberapa metode pendidikan seperti,

Kalau bencana kita anggap sebagai fenomenon alam atau fisik belaka, maka yang terjadi adalah kondisi yang tidak siap untuk menghadapi ekses atau akibat dari bencana seperti

Seperti itulah gambaran kehancuran umat manusia karena ben- turan komet yang cukup besar pada bumi. Dengan adanya tambahan materi di perut bumi dan terjadinya pergeseran letak