PENGGUNAAN MODEL “DIRECT INSTRUCTION”
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERUBAHAN PADA MAKHLUK HIDUP KELAS III
MI PERWANIDA MOJOWARNO JOMBANG
SKRIPSI Oleh :
LAILATUN NISFIYAH D07212013
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Lailatun Nisfiyah. 2017. Penggunaan Model “Direct Instruction” Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Ipa Materi Perubahan Pada Makhluk Hidup Kelas Iii Mi Perwanida Mojowarno Jombang.
Tahun 2016/2017. Sekripsi. Program Studi PGMI, Fakultas Tarbiyah, UINSA. Pembimbing Dr, Jauharoti Alfin, S.Pd. M.Si
Kata Kunci: Direct Instruction, Hasil Belajar, Perubahan pada Makhluk hidup proses pembelajaran yang masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Berdasarkan analisis penelitian Dimana Kurangnya minat siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan alam dan rendahnya hasil pemahaman siswa menjadi salah satu hambatan dalam proses belajar mengajar di kelas, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional dan kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Oleh karena itu perlu adanya model pengajaran yang tepat dan dapat mengatasi permasalahan siswa di dalam kelas tersebut.Salah satunya adalah dengan model pengajaran langsung (Direct Instruction).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kemampuan awal siswa kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang dalam memahami materi perubahan pada makhluk hidup. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kelas III MI Mojowarno Jombang pada Pengetahuan Ilmu Pengetahuan Alam.
Penelitian sekripsi ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini terdiri atas siklus I dan siklus II. Pada setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 26 siswa terdiri dari 17 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Data tentang peningkatan hasil belajar siswa materi perubahan pada makhluk hidup diambil dengan mendemonstrasikan tentang penanaman biji kacang hijau pada siklus I dan siklus II.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa kelas III MI Mojowarno Jombang dalam menerapkan model Direct Instrction pada pembelajaran IPA materi perubahan pada makhluk hidup. Terbukti dari hasil observasi dapat dilihat pada siklus I observasi guru adalah 92 dan observasi siswa 93 sedangkan pada siklus II observasi guru adalah 93 dan observasi
AFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
HALAMA MOTTO ... iv
HALAMA PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar belakang ... 1
B.Rumusan masalah ... 4
C.Tujuan penelitian ... 5
D.Tindakan yang dipilih (Hipotesis) ... 5
E.Lingkup penelitian ... 7
F. Manfaat penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 11
A.Tinjauan Tentang Keterampilan Membaca ... 11
2. Bentuk hasil belajar ... 11
3. Teori belajar menurut piaget ... 13
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 15
B.Model pengajaran langsung... ... 18
1. Definisi Model Pengajaran Langsung ... 18
2. Tujuan pengajaran langsung ... 19
3. Ciri-ciri model pengajaran langsung ... 21
4. Sintaks alur kegiatan pembelajaran ... 21
5. Kelebihan dan kekurangan model pengajaran langsung ... 26
C.Mata pelajaran IPA di madrasah ibtidaiyah ... 29
1. Definisi Ilmu Pengetahuan Alam ... 29
2. Hakikat pembelajaran IPA ... 28
3. Materi pembelajaran IPA ... 30
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 35
A.Metode penelitian ... 35
B.Setting dan subjek penelitian ... 38
C.Variabel penelitian... 39
D.Rencana tindakan... 39
E.Data dan cara pengumpulannya... 43
1. Sumber data ... 43
2. Jenis Data ... 44
3. Cara Pengumpulannya ... 45
G.Tim peneliti dan tugasnya ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51 A.Hasil Penelitian ... 51
1. Hasil Pelaksanaan Siklus I ... 52
2. Hasil Pelaksanaan Siklus II ... 73
B.Pembahasan ... 92
1. Siklus I ... 93
3. Siklus II ... 94
BAB V PENUTUP.... ... 96
A.Simpulan ... 96
B.Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1 Tabel Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus 1 ... 58
4.2 Tabel Skor Perolehan Hasil observasi Aktivitas Guru... 60
4.3 Tabel Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 ... 62
4.4 Tabel Skor Perolehan Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 66
4.5 Tabel Hasil Nilai Siswa Pada Peningkatan Hasil Belajar ... 67
4.6 Tabel Data Jumlah Siswa Yang Tuntas dan Tidak Tuntas ... 69
4.7 Tabel Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar ... 70
4.8 Tabel Hasil Observasi Guru Siklus II ... 79
4.9 Tabel Skor Perolehan Hasil Observasi Aktifitas Guru ... 82
4.10 Tabel HasilObservasi Aktifitas Siswa pada Siklus II ... 84
4.11 Tabel Skor Perolehan Hasil Observasi Aktifitas Siswa ... 87
4.12 Tabel Nilai Siswa pada Lembar Kerja ... 88
4.13 Tabel Data Jumlah Siswa yang tuntas dan tidak Tuntas ... 90
4.14 Tabel Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar ... 91
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Gambar Pendekatan Sistem Belajar ... ... 16
2.2 Gambar Perkembang Biakan Biji Kacang Hijau ... ... 33
4.1 Gambar Guru Menjelaskan Materi ... ... 55
4.2 Gambar Siswa Menanam Biji Kacang Hijau ... ... 56
4.3 Gambar Guru Menjelaskan Materi ... ... 76
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Data Siswa Kelas III MI Perswanida Tahun Ajaran 2016/2017
2 Renecana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
3 Materi Pelajaran Siklus I
4 Lembar Kerja Kelompok Siklus I
5 Lembar Kerja Siswa II
6 Renecana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
7 Materi Pelajaran Siklus II
8 Lembar Kerja Kelompok Siklus II
9 Lembar Kerja Siswa II
10 Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I
11 Hasil Observasi Guru Siklus II
12 Dokumentasi Pembelajaran Siklus I
13 Dokumentasi Pembelajaran Siklus II
14 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
15 Kartu Konsultasi Skripsi
16 Surat Permohonan Penelitian
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan
tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah
seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa
depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa
yang akan dihadapi peserta didik di masa akan datang. Bahwa pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para
siswanyauntuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapinya dalam kelas dan kehidupan
sehari-sehari.1
Pendidikan yang baik haruslah bermakna bagi pendidik dan khususnya
bagi peserta didik.Pendidikan bermakna ini dapat diwujudkan dengan adanya
Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga pendidik yang berkualitas sebagai
pendidik untuk peserta didik. Namun hal ini tidak bisa langsung terwujud
dengan mudah karena perlu dukungan dari pihak-pihak dan institusi terkait .
Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia sejak dini. Salah satu
masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) ini
1
Wiryawan, S. A. Strategi belajar mengajar.(Jakarta-Universitas Terbuka 1998) hal, 123.
2
adalah masih rendahnya daya serap peserta didik, penguasaan materi siswa
kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang terhadap pelajaranIPA materi
perubahan pada makhluk hidup masih sangat rendah. Sebagaimana materi
tersebut yang diajarkan oleh ibu Eila Mauliddiyah, S. Pd.I terbukti dari siswa
26 hanya terdapat 9 siswa (30%) yang mampu mencapai KKM, sedangkan
17 siswa (70%) anak belum tuntas atau belum mencapai KKM. Saat
pembelajaran berlangsung di sini guru hanya menjelaskan kepada
siswa-siswanya sehingga siswa tidak termotivasi, merasa jenuh, tidak aktif dan
akhirnya sebagian siswa ada yang memperhatikan dan ada yang asyik
bergurau sesama teman sebangkunya. Pembelajaran pada peserta didik ini
yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya
merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan
tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, inilah hasil
wawancara dengan ibu Eila Mauliddiyah, S. Pd.I di MI Mojowarno Jombang
pada tanggal 27 Januari 2017.2
Dalam arti yang lebih subsitansial, bahwa proses pembelajaran ini
masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak
didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses
berpikirnya. Berdasarkan analisis penelitian Dimana Kurangnya minat siswa
dalam mempelajari ilmu pengetahuan alam dan rendahnya hasil pemahaman
siswa menjadi salah satu hambatan dalam proses belajar mengajar di kelas,
hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh
2
Wawancara ibu Eila Mauliddiyah, tanggal 22 Januari 2015.
3
pembelajaran tradisional dan kelas cenderung teacher-centered sehingga
siswa menjadi pasif. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan metode pengajaran
yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri
sendiri sehingga siswa dapat menuangkan pemikiran-pemikiran yang terkait
dengan materi pembelajaran sesuai dengan pengetahuan yang mereka punya.
Oleh karena itu perlu adanya model pengajaran yang tepat dan dapat
mengatasi permasalahan siswa di dalam kelas tersebut.Salah satunya adalah
dengan model pengajaran langsung (Direct Instruction). Dimana disini
Penggunaan model pengajaran dalam pelaksanaan pembelajaran IPA
diasumsikan dapat meningkatkan motivasi dan perhatian siswa terhadap
materi yang diajarkan. Dengan menggunakanmodel pengajaran langsung
(Direct Instruction) secara khusus untuk membangkitkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur
dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah, dengan demikian
pelajaran tersebut akan terus diingat sehingga nantinya akan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti melakukan tindakan kelas
(PTK) dengan judul “PENGGUNAAN MODEL “DIRECT
INSTRUCTION” DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
4
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan yang terdapat pada latar belakang permasalahan di atas, maka
masalah-masalah yang akan dianalisa adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan model pengajaran langsung (Direct Instruction)
pada materi Perubahan pada makhluk hidup Mata Pelajaran IPA pada
siswa kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi perubahan pada
makhluk hidup pelajaran IPA melalui model pengajaran langsung (Direct
Instruction) pada siswa kelas III di MI Perwanida Mojowarno Jombang?
C.Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui penerapan model pengajaran langsung (Direct
Instruction) pada materi perubahan pada makhluk hidup mata pelajaran
IPA pada siswa kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kelas III di MI
Perwanida Mojowarno Jombang pada pembelajaran ilmu pengetahuan
alam.
D. Tindakan yang Dipilih (Hipotesis)
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian menggunakan
5
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa.Pada fase
pertama ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus, memberi
informasi tentang latar belakang pembelajaran, memberikan informasi
mengapa pembelajaran itu penting, dan mempersiapkan siswa baik secara
fisik maupun mental untuk mulai pembelajaran.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan. Pada fase kedua ini
guru berperan sebagai model dengan mendemonstrasikan pengetahuan
atau keterampilan secara benar, ia harus menyajikan informasi secara
bertahap selangkah demi selangkah sesuai struktur dan urutan yang benar
3. Membimbing pelatihan. Pada fase ketiga guru harus memberikan
bimbingan dan pelatihan awal agar siswa dapat menguasai pengetahuan
dan keterampilan yang sedang di ajarkan.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Pada fase keempat
ini guru melakukan pengecekan apakah siswa dapat melakukan tugas
dengan baik, apakah mereka telah menguasai pengetahuan atau
keterampilan, dan selanjutnya memberi umpan balik yang tepat.
5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Pada
fase terakhir (kelima) ini guru kemudian menyediakan kesempatan kepada
semua siswa untuk melakukan latihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi yang lebih kompleks atau penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk mengatasi masalah dalam kelas, maka diperlukan suatu model
6
Informasi dan Komunikasi siswa, agar dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan permasalahannya. Untuk itu model pengajaran langsung
(Direct Instruction) sangatlah cocok digunakan untuk menunjang
pembelajaran yang diinginkan, karena model pengajaran langsung (Direct
Instruction) dapat membantu siswa menghasilkan pembelajaran bermakna
dalam kelas, membuat siswa lebih aktif dalam menkonstruk atau
membangun pengetahuannya. peta konsep juga menyediakan visual
konkret untuk mengorganisasikan informasi serta membantu menghindari
miskonsepsi.3
E. Lingkup Penelitian
Agar hasil penelitian ini lebih mendalam dan permasalahan yang
dikaji tidak menyimpang dan tujuan penelitian, maka penelitian membatasi
ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Subjek penelitian hanya siswa kelas III MI Perwanida Mojowarno
Jombang semester ganjil tahun ajaran 2016/2017
2. Tindakan yang ambil dalam penelitian ini adalah mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam pada perubahan pada makhluk hidup. Pada SK:
Memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang
mempengaruhi perubahan pada makhluk hidup dan KD:Mengidentifikasi
ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.
3
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), hal 222.
7
3. Model pengajaran langsung (Direct Instruction) adalah salah satu
pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses
belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah. Selain itu, model pembelajaran langsung ditujukan pula untuk
membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
F. Manfaat penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian tersebut di atas, maka penelitian
tindakan kelas ini diharapkan dapat dapat menghasilkan temuan-temuan data
yang bermanfaat :
Manfaat secara umum yaitu:
1. Proses belajar mengajar ilmu pengetahuan alam di MIPerwanida
Mojowarno Jombang akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
2. Ditemukannya model pengajaranlangsung, tepat dan variatif.
Manfaat secara khusus yaitu:
1. Bagi Peserta didik
a. Peserta didik menjadi lebih mudah dalam menerima dan memahami
informasi yang diberikan oleh guru.
b. Meningkatkan keaktifan peserta didik untuk ikut serta dalam
8
2. Bagi Guru
a. Guru mendapatkan variasi baru dalam melaksanakan proses pengajaran
sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
b. Menambah keaktifan guru untuk menerapkan pengajaran yang
bervariasi.
c. Sebagai informasi bagi guru sejauh mana keaktifan dan pemahaman
siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas materi perubahan pada
makhluk hidup.
3. Manfaat bagi mahasiswa
a. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut terhadap penelitian tentang model
pengajaran langsung (Direct Instruction).
b. Menambah wawasan dan pengetahuan lebih dalam bentuk karya ilmiah
yang berupa tulisan serta landasan dalam mengajar ilmu pengetahuan
alam melaluli konsep pemikiran dari siswanya.
4. Manfaat bagi sekolah
Sebagai bahan rujukan bagi sekolah untuk mengadakan bimbingan
dan pelatihan bagi guru-guru agar menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction) untuk diterapkan saat pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
9
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar
1. Hasil Belajar
Belajar adalah menguasai atau memperoleh informasi dan
mengingatnya. Belajar terjadi karena perubahan dari tingkah laku anak,
mulai dari yang disengaja dan tidak disengaja. Perubahan yang di maksud
adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi, dan keterampilan.4Hasil belajar pada diri siswa atau peserta didik sering tidak langsung tanpa siswa atau peserta didik itu melakukan tindakan
untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar.
Namun demikian hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan
siswa atau peserta didik berubah dalam perilaku, sikap, dan
kemampuannya. hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui
penampilan siswa.5Kualitas hasil belajar (prestasi belajar) diduga dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya motivasi berprestasi yang dapat
dilihat dari nilai rapor. Untuk menunjukkan tinggi rendahnya atau baik
4
Muhammad Thobroni& Arif Mustfa, Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), hal 22
5
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), hal 37
11
buruknya hasil belajar yang dicapai siswa yakni dengan memberikan skor
terhadap kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa setelah
mengikuti proses belajar tersebut.
2. Bentuk Hasil Belajar
Taksonomi (pengelompokkan) tujuan pendidikan itu harus
senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain yang melekat pada diri
peserta didik. Disini hanya membahas Domain Kognitif tersebut adalah
sebagai berikut: 6
Domain Kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam
jenjang kemampuan, yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali. Pengetahuan atau ingatan ini adalah
merupakan proses berpikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil
belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah peserta didik dapat
menghafal pembelajaran ilmu pengetahuan alam dalam perubahan
pada makhluk hidup.
b. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan di
ingat. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci
tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
6
AnasSudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal 49-52
12
c. Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.
d. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang
lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian
atau faktor-faktor lainnya.
e. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan
kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu
proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,
sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk
pola baru.
f. Evaluasi (evaluation) adalah jenjang berpikir paling tinggi menurut
Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai
atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan,
maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan
patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Dalam pelaksanaan penelitian peneliti menggunakan Domain
Kognitif level C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4 (analisis). Alasan
13
a. C2 (pemahaman), siswa dapat memahami cara menghitung operasi
hitung campuran bilangan bulat dengan menggunakan tanda positif
dan negatif.
b. C3 (penerapan), siswa dapat mengoperasikan hitung campuran
bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif menggunakan media
garis bilangan kayu. Cara penerapannya dilakukan dengan
menggunakan gambar garis bilangan kayu di soal latihan siswa.
c. C4 (analisis), siswa dapat memecahkan masalah operasi hitung
campuran bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif yang ada di
soal cerita. Siswa menganalisis apakah di dalam soal cerita tersebut
menggunakan penjumlahan atau pengurangan.
3. Teori Belajar Menurut Piaget
Menurut Piaget, salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat,
proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi,
akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbang).
a. Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi
baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
b. Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi yang baru.
c. Proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi.
Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan
14
menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motor, tahap pra-operasional,
tahap operasional konkret dan tahap operasional formal.7
a. Tahap Sensori Motor
Pada tahap sensori motor (0-2 tahun), seorang anak belajar
mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi
rangkaian perbuatan yang bermakna.
b. Tahap Pra-operasional
Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat
dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman
menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk melihat
hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten.
c. Tahap Operasional Konkret
Pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), seorang anak dapat
membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan
menggunakan benda konkret dan mampu mempertimbangkan dua
aspek dari situasi nyata secara bersama-sama (misalnya, antara bentuk
dan ukuran).
d. Tahap Operasional Formal
Pada tahap operasional formal (11 tahun ke atas), kegiatan kognitif
seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini
kemampuan menalar secara abstrak meningkat sehingga seseorang
mampu untuk berpikir secara deduktif. Pada tahap ini pula, seorang
7
Ibid, hlm 96-97
15
mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara
bersama-sama.
Penelitian ini ditujukan pada siswa kelas III, siswa kelas III masih
pada tahap operasional konkret (7-11 tahun). Anak pada umur ini proses
berpikirnya masih sulit apabila tidak adanya pada sesuatu situasi nyata atau
benda konkret. Benda konkret yang di butuhkan atau media sebagai
penunjang saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan adanya media
atau benda konkret siswa dapat lebih memahami materi yang di ajarkan dan
dapat membuat kesimpulan.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi hasil belajar
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu
perubahan dalam tingkah laku. Apakah perubahan itu baik atau buruk
semua bisa terlihat pada faktor-fakor yang ada. Adapun faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi sebagai berikut8.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yakni:
1) Faktor yang ada pada diri itu sendiri yang di sebut faktor
individual. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain:
faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan
faktor pribadi.
2) Faktor yang ada di luar individu yang di sebut faktor sosial. Yang
termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluarga, guru dan cara
8
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1988), hlm 106-112
16
mengajarnya, alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar,
lingkungan dan motivasi sosial.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses yang harus di proses (masukan atau
input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). Dalam hal ini
dapat menganalisis kegiatan belajar menggunakan pendekatan analisis
sistem. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus dapat melihat adanya
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Dapat di gambarkan kegiatan belajar dengan pendekatan sistem
sebagai berikut:9
Gambar 2.1
Pendekatan Sistem Kegiatan Belajar
9
Nur M, Wikandari, Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam pengajaran, (Surabaya: psms, 2000), hal 164
INSTRUMENT AL INPUT
TEACHING - LEARNING
PROCESS OUTPU
RAW
ENVIRONMENTAL INPUT
[image:30.595.137.515.242.559.2]
17
Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw
input) merupakan bahan baku yang perlu di olah, kemudian di beri
pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar (teaching–
learning–process). Di dalam proses belajar-mengajar, turut
berpengaruh sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan
lingkungan (environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang
sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) guna
menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai
faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan
keluaran tertentu atau yang di sebut sebagai hasil belajar siswa.
Pengaruh terhadap penelitian ini yakni; 1) faktor individual,
setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda dari cara
berfikirnya, butuhnya motivasi dari orang yang terdekat sebagai
pendorong untuk belajar sangat penting, sifat-sifat pribadi anak sangat
mempengaruhi dalam pembelajaran dan jika anak tidak berminat untuk
belajar maka hasil belajar juga akan turun; 2) faktor sosial,
berpengaruh dalam keadaan anak saat belajar seperti keadaan keluarga
yang buruk dapat mempengaruhi kondisi mental anak dalam belajar,
dari sekolah guru juga berpengaruh dalam belajar, alat-alat yang di
gunakan apakah memenuhi proses pembelajaran atau tidak, lingkungan
dan motivasi sosial juga dapat mempengaruhi keadaan anak di setiap
pembelajaran; 3) proses dan hasil belajar, siswa memiliki karakteristik
18
proses belajar contohnya fisik dan kemampuan kognitif siswa
kemudian dapat pengaruh dari sejumlah faktor lingkungan
(environmental input) apakah lingkungan tersebut baik atau tidak yang
akan menentukan hasil belajar dari siswa.
B. Model Pengajaran Langsung
1. Definisi Model Pengajaran Langsung
Model pengajaran langsung atau (Direct Instruction), juga dikenal
dengan istilah strategi belajar ekspositori dan whole class teaching.
Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang
terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru
terhadap siswa.10Model pengajaran langsung (Direct Instruction)
dilandasi oleh teori belajar perilaku yang berpandangan bahwa belajar
bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Satu
penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan.
Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran merupakan penguatan
yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut.
Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar
yang dirancang khusus untuuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural
yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
yang bertahap, selangkah demi selangkah.
10
Iskandar Wassid,dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Rosdakarya, 2011), hal. 2
19
Model pengajaran langsung (Direct Instruction) secara empirik
dilandasi oleh teori belajar yang berasal dari rumpun perilaku (behavior
family). Teori belajar perilaku menekankan pada perubahan perilaku
sebagai hasil belajar yang dapat diobservasi. Menurut teori ini, belajar
bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik dari
lingkungan. Prinsip penggunaan teori perilaku ini dalam belajar adalah
pemberian penguatan yang akan meningkatkan perilaku yang diharapkan.
Penguatan melalui umpan balik kepada siswa merupakan dasar praktis
penggunaan teori ini dalam pembelajaran.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa
siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan
tingkah laku gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal penting yang
harus diingat dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah
menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks.
Model pengajaran Direct Instruction mengutamakan pendekatan
deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan
motorik. Model pengajaran direct instruction menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih terstruktur.11.
2. Tujuan pengajaran langsung
Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam
pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Pengetahuan deklararif (dapat diungkap dengan kata-kata) adalah
11
Hasibuan, J.J, Proses Blajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hal 157
20
pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Suatu contoh
pengetahuan deklaratif misalnya konsep tekanan, yaitu hasil bagi antara
gaya (F) dan luas bidang benda yang dikenai gaya (A). Jadi, dapat ditulis
secara matematis p=f/a. Pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif di atas adalah bagaimana memperoleh rumus atau
persamaan tentang konsep tekanan tersebut.
Menghafal hukum dan rumus tertentu dalam bidang studi fisika,
kimia, matematika merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana
atau informasi faktual, yaitu pengetahuan deklaratif sederhana yang
diperoleh seseorang, namun dapat atau tidak dapat digunakan. Berbeda
dengan informasi faktual, pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya
memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya
membandingkan dua rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan
lain-lain. Sering kali penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan
penguasaan pengetahuan prasarat yang berupa pengetahuan deklaratif.
Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswi memperoleh kedua macam
pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan
21
3. Ciri-ciri model pengajaran langsung
Ciri-ciri model pengajaran langsung
1). Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk
prosedur penilaian belajar.
2). Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3). Sistem pengolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar
kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan berhasil.12
Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demontrasi, pelatihan atau
praktek dan kerja kelompok. Selain itu, juga dalam pengajaran langsung
harus memenuhi suatu persyaratan, yakni:
1) Ada alat yang akan di demonstrasikan
2) Harus mengikuti tingkah laku mengajar (sintaks).
4. Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan Pembelajaran
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat
penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan
latar belakang pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk menerima
penjelasan guru.
Pengajaran langsung menurut Kardi dapat berbentuk ceramah,
demonstrasi, pelatihan atau praktik dan kerja kelompok. Pengajaran
langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang
ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu
12
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, (Padang: Quantum Teaching, 2005), hal. 1
22
yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien
mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu.
Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural.
a. Sintaks model pengajaran laungsung tersebut disajikan dalam 5 tahap13
yakni:
FASE PERAN GURU
FASE 1
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan TPK, informasi
latar belakang pelajaran, pentingnya
pengajaran, mempersiapkan siswa
untuk belajar.
FASE 2
Mendemonstrasikan
pengetahuan
Guru mendemontrasikan penampilan
dengan benar atau menyajikan
informasi tahap demi tahap.
FASE 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal
FASE 4
Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik
Mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan baik dan
memberi umpan balik.
FASE 5
Memberikan kesempatan
Guru mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan lanjutan, dengan
13
Trianto, S. Pada., m. Pd, Model Pembelajaran Inovatif, (Jakarta : 2007) hal 31
23
untuk pelatihan lanjutan dan
penerapan
perhatian khusus pada penerapan
kepada situasi lebih kompleks dalam
kehidupan sehari-hari
Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima
presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tetang
keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian umpan
balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian
umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan
pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang
dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.14
b. Lingkungan Belajar dan sistem pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan
pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif,
pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi di
definisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan
direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Menurut Kardi dan Nur, meskipun tujuan pembelajaran dapat
direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama
berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama
melalui memerhatikan, mendengarkan dan resitasi yang terencana. Ini
tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa
14
Ibrahim, M., Pengajarn Berdasarkan masalah, (Surabaya: University press, 2000), hal 158
24
humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan
memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan
baik.
c. Tugas-Tugas Pengajaran Langsung
1) Merumuskan tujuan
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat digunakan model
Mager dalam Kardi dan Nur. Mager mengemukakan bahwa
tujuan pembelajaran khusus harus sangat spesifik. Tujuan yang
ditulis dalam formatnya yang dikenal dengan tujuan perilaku yang
terdiri dari tiga bagian:
a) Perilaku siswa
b) Situasi pengtesan
c) Kriteria kinerja
2) Memilih isi
Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun
mengajar, tidak dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya
materi pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih dalam
proses mengusai sepenuhnya materi ajar maka disarankan untuk
memilih materi yang akan disampaikannya mengacu pada GBPP
kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu.
3) Melaksanakan analisis tugas
Analisis tugas adalah alat yang digunakan oleh guru untuk
25
setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang
terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru. Ide yang
melatar belakangi tugas adalah bahwa informasi dan keterampilan
yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurun
waktu tertentu. Untuk memehami pemahaman yang mudah dan
pada akhirnya penguasaan, keterampilan dan pengertian kompleks
itu lebih dahulu harus dibagi menjadi komponen bagian, sehingga
dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap.
4) Merencanakan waktu dan ruang
Pada suatu pengajaran langsung, merencanakan dan mengelola
waktu merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang
harus diperhatikan oleh guru: (1) memastikan bahwa waktu yang
disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa. (2)
memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya
dengan perhatian yang optimal. Mengenal dengan baik
siswa-siswa yang akan belajar, sangat bermanfaat untuk menentukan
alokasi waktu pembelajaran. Merencanakan dan mengelola ruang
pengajaran langsung juga sama pentingnya.15
15
Ibrahim, M., Pengajarn Berdasarkan masalah, (Surabaya: University press, 2000), hal 159
26
5. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pengajaran Langsung a. Kelebihan model pengajaran langsung
1) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi
materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga
dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai
oleh siswa.
2) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun
kecil.
3) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau
kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal
tersebut dapat diungkapkan.
4) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
5) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep
dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang
berprestasi rendah.
b. Kekurangan model pengajaran langsung
1) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan
siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan
mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua
siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih
27
2) Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi
perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat
pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan
siswa.
3) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat
secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
4) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini,
kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image
guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri,
antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan
perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
5) Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan
kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang
menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat
berdampak negatif terhadapkemampuan penyelesaian masalah,
kemandirian, dan keingintahuan siswa.
C. Mata Pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah 1. Definisi Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu
pengetahuanatau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris
‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin
28
(ilmu pengetahuan social) dan natural science (ilmu pengetahuan alam).
Namun, dalam perkembnaganya science yang diterjemahkan sebagai
sains yang berartiIlmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun
pengertian ini kurang sesuai dan bertentangan dengan etimologi. Untuk
itu, dalam hal ini tetap menggunakan istilah IPA menunjuk pada
pengertian sains yang kaprah yang berarti natural science.16
Sains atau IPA adalah suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek
tertentu dari alam secara terorganir, sistematik, dan melalui
metode-metode saintifikyang terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada
hal-hal yang dapat dipahami oleh indra (penglihatan, sentuhan,
pendengaran, rabaan,dan pengecapan). Sedangkan, yang disebut metode
saintifik adalah langkah-langkah yang tersusun secara sistematik untuk
memperoleh suatu kesimpulan ilmiah.17
2. Hakikat Penbelajaran IPA a. Belajar Mengajar IPA
Pendekatan belajar mengajar yang paling cocok dan paling
efektif untuk pembelajara IPA adalah pendekatan yang mencakup
kesesuaian antara situasi belajar anak dengan situasi kehidupan
yang nyata di masyarakat. Selanjutnya menemukan ciri-ciri
esensial dari situasi kehidupan yang berbeda-beda akan
meningkatkan kemampuan menalar, dan berpikir kreatif pada anak
didik.
16
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu…., hal.136
17
Sitiatava Rizema Putra, Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains, ( Jogjakarta:Diva Preaa,2013), hal.41
29
Model belajar yang cocok untuk anak Indonesia adalah
belajar melalui pengalaman langsung (Learning by doing). Model
belajar ini memperkuat daya ingat anak dan biayanya sangat murah
sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di
lingkungan anak sendiri.
Dikutip oleh Tisno Hadisubroto dalam bukunya
Pembelajaran IPA Sekolah Dasar, Piaget mengatakan bahwa
pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai
pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman
langsung anak secara spontan dari kecil (sejaklahir) sampai
berumur 12 tahun. Efesiensi pengalaman langsung pada anak
tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek
yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap
untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila ia telah
memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi prasyaratnya
yakni perkembangan kognitif yang bersifat hirarkhis dan
integrative.
3. Materi pembelajaran IPA
a. Pengertian tanaman
Tumbuhan merupakan salah satu dari klasifikasi makhluk hidup.
Tumbuhan memiliki klorofil atau zat hijau daun yang berfungsi sebagai
media penciptaan makanan dan untuk proses fotosintesis. Dalam ilmu
30
merupakan organisme multiseluler atau terdiri atas banyak sel. Tercatat
sekitar 350.000 spesies tumbuhan, dari jumlah tersebut 258.650 jenis
merupakan tumbuhan berbunga dan 18.000 jenis termasuk tumbuhan
lumut. Hampir semua anggota tumbuhan bersifat autotrof dan
mendapatkan energi langsung dari cahaya matahari melalui proses
fotosintesis.
Ciri yang sangat mudah dikenali pada tumbuhan adalah warna hijau yang
dominan akibat kandungan pigmen klorofil yang berperan vital dalam
proses penangkapan energi melalui fotosintesis sehingga tumbuhan secara
umum bersifat autotrof. Beberapa perkecualian, seperti pada sejumlah
tumbuhan parasit. Hal ini terjadi karena akibat adaptasi terhadap cara
hidup dan lingkungan yang unik. Sifatnya yang autotrof, membuat
tumbuhan selalu menempati posisi pertama dalam rantai aliran energi
melalui organisme hidup (rantai makanan).
b. Ciri-ciri tanaman
Tumbuhan bersifat stasioner atau tidak bisa berpindah atas kehendak
sendiri, meskipun beberapa alga hijau bersifat motil (mampu berpindah)
karena memiliki flagelum. Akibat sifatnya yang pasif ini tumbuhan harus
beradaptasi secara fisik atas perubahan lingkungan dan gangguan yang
diterimanya. Variasi morfologi tumbuhan jauh lebih besar daripada
anggota kerajaan lainnya. Selain itu, tumbuhan menghasilkan banyak
sekali metabolit sekunder sebagai mekanisme pertahanan hidup atas
31
dinding sel yang tersusun dari selulosa, hemiselulosa, dan pektin menjadi
ciri khasnya, meskipun pada tumbuhan tingkat sederhana kadang-kadang
hanya tersusun dari pektin. Hanya sel tumbuhan yang memiliki plastida
dan vakuola yang besar serta seringkali mendominasi volume sel. Supaya
[image:44.595.140.514.244.562.2]lebih memahami ciri-ciri dari tumbuhan secara rinci dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Ciri-ciri dari Tumbuhan
1). Eukariotik (organisme dengan sel yang kompleks yang terdiri atas
bahan bahan genetika disusun menjadi nuklei yang terikat membran)
2). Terdiri atas banyak sel (multiseluler)
3). Memiliki dinding sel tersusun dari selulosa
4). Memiliki klorofil (zat hijau daun) dan menyimpan cadangan makanan
dalam bentuk amilum (pati)
5). Mengalami pergiliran keturunan dalam siklus hidupnya, memiliki alat
reproduksi multiseluler, dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual
6). Tumbuhan bersifat stasioner atau tidak bisa berpindah atas kehendak
sendiri, kecuali beberapa alga hijau bersifat motil (mampu berpindah)
karena memiliki flagellum18
c. Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman/tumbuhan
Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversibel
(tidak dapat balik), dan terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel dan
pembesaran dari tiap-tiap sel. Pada proses pertumbuhan biasa disertai
18
http://ilmuhutan.com/pengertian-tumbuhan-dan-ciri-ciri-tumbuhan/ diakses tanggal 2 Januari
pukul 04.00
32
dengan terjadinya perubahan bentuk. Pertumbuhan dapat diukur dan
dinyatakan secara kuantitatif.Perkembangan adalah proses menuju dewasa.
Proses perkembangan berjalan sejajar dengan pertumbuhan. Berbeda
dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan proses yang tidak dapat
diukur. Dengan kata lain, perkembangan bersifat kualitatif, tidak dapat
dinyatakan dengan angka.
Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan pada tanaman,
pertumbuhan dimulai dari proses perkecambahan biji. Perkecambahan
dapat terjadi apabila kandungan air dalam biji semakin tinggi karena
masuknya air ke dalam biji melalui proses imbibisi. Apabila proses
imbibisi sudah optimal, dimulailah perkecambahan.
Struktur yang pertama muncul, yang menyobek selaput biji
adalah radikula yang merupakan calon akar primer. Radikula adalah
bagian dari hipokotil. Pada bagian ujung sebelah atas
terdapat epikotil (calon batang). Berdasar letak kotiledonnya, ada dua
jenis perkecambahan yaitu tipe epigeal, dan tipe hipogeal.
33
Biji yang sudah berkecambah akan segera diikuti oleh
pertumbuhan primer karena pada pucuk dan ujung akar terdapat jaringan
yang bersifat meristematik (selalu membelah). Pemanjangan ujung akar
34
dikotil terdapat jaringan kambium yang merupakan meristem sekunder
akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan sekunder (membesar).
Kambium akan membelah ke arah luar membentuk kulit kayu (floem), dan
membelah ke arah dalam membentuk kayu (xilem). Pada monokotil tidak
terdapat kambium sehingga hanya mengalami pertumbuhan primer saja.
Pertumbuhan primer dan sekunder berlangsung terus menerus selama
tumbuhan tersebut hidup.
d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan pada tumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1) Faktor luar
Faktor luar adalah materi atau hal-hal yang terdapat diluar tanaman
yang berdampak pada tanaman itu, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Termasuk ke dalam faktor luar adalah cahaya, temperatur,
air, garam-garam mineral, iklim, gravitasi bumi, dan lain-lain.
a) Nutrisi
Tumbuhan memerlukan unsur mineral dengan jumlah tertentu.
Unsur yang diperlukan dalam jumlah banyak disebut unsur
makro, sedangkan unsur yang diperlukan dalam jumlah sedikit
disebut unsur mikro.
b) Cahaya
Cahaya mutlak diperlukan oleh semua tumbuhan hijau untuk
melakukan fotosintesis, tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan
35
dapat menyebabkan terurainya auxin sehingga dapat menghambat
pertumbuhan. Hal ini dapat dibuktikan apabila kita meletakkan
dua kecambah, yang satu di tempat gelap dan yang lain di tempat
terang. Dalam jangka waktu yang sama, kecambah di tempat
gelap tumbuh lebih cepat tetapi tidak normal. Pertumbuhan yang
amat cepat di dalam gelap ini disebut etiolasi.
Pada tumbuhan terdapat pigmen yang disebut fitokrom,
yang berfungsi mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
kloroplas, sintesis klorofil, pembentukan hormon tumbuhan
(misalnya giberelin), dan pengaturan posisi daun terhadap sinar
matahari. Selain itu, fitokrom berpengaruh juga
terhadap fotoperiodisme, yaitu pengaruh lamanya pengaruh
pencahayaan terhadap pertumbuhan dan pembentukan bunga.
Berdasarkan panjang dan intensitas penyinaran, tumbuhan
dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
(1) Tumbuhan berhari pendek (shortday plant) : Berbunga dan
berbuah bila periode penyinaran lebih pendek daripada
periode kritis. Contohnya: strawberry, dahlia, aster, dan
krisatinum.
(2) Tumbuhan berhari panjang (longday plant) : berbunga dan
berbuah bila periode penyinaran lebih panjang daripada
periode kritis. Contohnya: bayam selada, gandum, dan
36
(3) Tumbuhan netral (dayneutral plant) : Tidak dipengaruhi oleh
lamanya periode penyinaran. Contoh: mawar, anyer, dan
bunga matahari.
c) Suhu
Secara umum, suhu akan berpengaruh terhadap kerja enzim. Bila
suhu terlalu tinggi, enzim akan rusak, dan bila suhu terlalu
rendah enzim menjadi tidak aktif.
d) Kelembaban atau kadar air
Sampai pada batas-batas tertentu, makin tinggi kadar air,
pertumbuhan akan makin cepat. Karena lebih banyak kadar air
yang diserap dan lebih sedikit yang diuapkan, akan menyebabkan
pembentangan sel-sel, dengan demikian sel-sel lebih cepat
mencapai ukuran maksimalnya.
2) Faktor dalam
Selain faktor genetik, yang termasuk faktor-faktor dalam
adalah hormon-hormon yang terlibat dalam pertumbuhan tanaman.
Hormon merupakan substansi yang dihasilkan oleh tumbuhan,
biasanya dalam jumlah yang sangat sedikit yang berfungsi secara
fisiologis mengendalikan arah dan kecepatan tumbuh bagian-bagian
dari tumbuhan.
Berikut ini adalah macam-macam hormon pada tumbuhan beserta
37
a) Auksin : Auksin dibentuk oleh ujung batang dan ujung akar.
Auksin yang dihasilkan oleh ujung batang akan mendominasi
pertumbuhan batang utama, sehingga pertumbuhan cabang
relatif sedikit. Keadaan ini dikenal dengan istilah dominansi
apikal (apical dominance). Dengan memotong ujung batang,
dominansi apikal akan hilang, sehingga pertumbuhan
cabang-cabang batang berjalan dengan baik. Auksin dapat terurai bila
terkena cahaya. Bila suatu koleoptil dikenai cahaya dari
samping, maka bagian koleoptil yang terkena cahaya auksinnya
akan terurai sehingga pertumbuhannya lebih lambat daripada
bagian koleoptil yang tidak terkena cahaya. Akibatnya koleoptil
akan tumbuh membelok ke arah datangnya sinar.
b) Giberelin : Hormon ini berfungsi mengatur pemanjangan batang
(ruas batang), juga pertumbuhan pucuk dan pembentukan buah.
Secara umum fungsi giberelin adalah untuk merangsang
pertumbuhan meraksasa dan terbentuknya buah tanpa biji
(partenokarpi).
c) Sitokinin : Hormon tumbuhan ini mempengaruhi pertumbuhan,
pengaturan pembelahan sel, dan pemanjangan sel. Konsentrasi
sitokinin dan auksin yang seimbang merupakan hal yang sangat
penting dalam pertumbuhan tanaman. Sitokinin sendiri
tampaknya mempunyai peranan dalam memperpanjang usia
38
d) Asam Absisat (= dormin) : Asam absisat ditemukan pada
umbi-umbian dan biji-biji yang dorman, beberapa jenis buah-buahan,
daun, dan jaringan tumbuhan lain. Secara fungsi asam absisat
adalah mempercepat penuaan daun, merangsang pengguguran
daun, dan memperpanjang masa dormansi (menghambat
perkecambahan biji).
e) Gas etilen : Buah yang sudah tua menghasilkan gas etilen yang
dianggap sebagai hormon yang dapat mempercepat pemasakan
buah yang masih mentah. Gas etilen meningkatkan respirasi
sehingga buah yang asalnya keras dan masam, menjadi empuk
dan berasa manis.
f) Kalin: Kalin adalah hormon yang merangsang pembentukan
organ tubuh. Berdasarkan organ yang dibentuknya, kalin
dibedakan atas:
(1) Kaulokalin : merangsang pembentukan batang
(2) Rhyzokalin : merangsang pembentukan akar. Sekarang telah
diketahui bahwa rhyzokalin identik dengan vitamin B1
(thiamin)
(3) Filokalin : merangsang pembentukan daun
(4) Antokalin : merangsang pembentukan bunga
g) Asam traumalin : Batang atau akar tumbuhan dapat mengalami
luka. Tumbuhan memiliki kemampuan untuk memperbaiki
39
Peristiwa ini terjadi dengan bantuan hormon luka atau kambium
luka atau asam traumalin. Lukaluka yang terjadi dapat tertutup
kembali dengan membentuk jaringan kalus dan jaringan yang
rusak dapat diganti dengan yang baru. Bahkan dari luka pada
bagian tertentu dari tubuh tumbuhan dapat tumbuh tunas baru.19
19
http://ilmuhutan.com/pengertian-tumbuhan-dan-ciri-ciri-tumbuhan/diakses tanggal Januari
pukul.04.00
35
BAB III
PROEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian tindakan kelas (PTK) yang didesain untuk membantu guru
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di kelas, informasi ini bermanfaat
untuk mengambil keputusan yang tepat untuk menentukan metode yang
seharusnya digunakan dalam proses pembelajaran, demi peningkatan
profesionalisme guru, prestasi belajar, kelas dan sekolahan.
Menurut Suyanto, PTK adalah suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas.1 Karakteristik utama penelitian tindakan adalah bahwa penelitian
dilakukan melalui refleksi diri. Artinya, dalam penelitian tindakan, pelaku
praktik, seperti pendidik, merupakan pelaku utama penelitian. Karakteristik
lainya adalah adanya latar belakang permasalahan praktis dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari pendidik, diselenggarakan secara kolaboratif
antara peneliti, pendidik, kepala sekolah atau ketua penyelenggara, peserta
didik dan orang tua dan adanya peran ganda pendidik sebagai praktisi
sekaligus sebagai peneliti praktisinya sendiri. Selain itu terdapat prinsip
penelitian tindakan yang merujuk pada berbagai ketentuan atau arahan dasar
17
Basrowi dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hal 26.
36
agar penelitian tindakan dapat berjalan sebagaimana mestinya dan
memberikan hasil yang optimal.2
Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dan
kualitatif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, yang interpretasinya
bergantung pada ketajaman analisis, objektifitas, sistematik dan sistemik.3 Kemudian setelah itu dihitung dengan menggunakan statistik sederhana
yang berupa rumus-rumus sederhana seperti penilaian hasil belajar serta
ketuntasan dalam pembelajaran secara perorangan maupun klasikal.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian dari
teori Kurt Lewin. Karena di dalam model tersebut menyatakan bahwa
didalam satu siklus terdapat empat langkah yaitu planning (perencanaan),
acting (tindakan), observing (observasi), reflecting (refleksi).4
2
Ishak Abdulhak, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non Formal, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal 56.
3
Nana sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Siar Baru, 1989), hal 196.
4
Rido Kurnianto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: Aprinta , 2009), hal 12.
37
Bagan 3.1
Prosedur PTK Model Kurt Lewin
1. Identifikasi masalah (peneliti menetapkan permasalahan yang akan
dikaji)
2. Perencanaan (peneliti menyusun rencana tindakan atau solusi terhadap
pemecahan masalah dalam bentuk rencana tindakan kelas)
3. Tindakan (peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada
RPP, meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup)
Identifikas i masalah
Perencana an(Planni
Tindakan (Acting) Refleksi
(Reflecting)
Observasi (Observing)
Perencanaan Ulang
Siklus I
Siklus II
38
4. Observasi (peneliti mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran)
5. Refleksi (peneliti mencatat hasil observasi dan mengevaluasi hasil
observasi)
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
1. Tempat : MI Perwanida Mojowarno Jombang
2. Waktu : Januari-Februari 2017
3. Subyek : Karakteristik Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas III MI Perwanida
Mojowarno Jombang tahun pelajaran 2016-2017. Dengan jumlah siswa
26 siswa dalam satu kelas, yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 17
siswa perempuan. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP dengan
kompetensi dasar (KD)5.3 mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan
makhluk hidup. Objek yang diteliti peneliti adalah hasil belajar
memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup siswa kelas III MI
Perwanida Mojowarno Jombang yang masih jauh dibawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Untuk melakukan peningkatan KKM maka
39
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan variabel penerapan strategi
Penggunaan Model “Direct Instruction” Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Pada Pembelajaran Ipa Materi Perubahan Pada Makhluk Hidup
Kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang. Didalam variabel tersebut
terdapat beberapa variabel yakni:
1. Variabel input : Siswa kelas III MI Perwanida Mojowarno
Jombang tahun ajaran 2016 - 2017
2. Variabel proses : Penerapan Model Pengajaran Langsung (Direct
Instruction) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
3. Variabel output : Meningkatkan pemahaman pokok bahasan
perubahan pada makhluk hidup Ilmu Pengetahuan Alam
D. Rencana Tindakan
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman pokok bahasan
perubahan pada makhluk hidup dengan menggunakan strategi direct
instruction (model pengajaran langsung), peneliti memilih model
penelitian siklus Kurt Lewin yang meliputi 4 pokok, yaitu: perencanaan
(Planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), refleksi
(reflecting).
Model Kurt Lewin dipilih oleh penulis karena apabila pada awal
pelaksanaan terdapat kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali
40
diinginkan tercapai. Jika sampai pada siklus pertama dan siklus kedua
belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya.
1. Siklus 1
Dalam siklus 1 dilakukan beberapa kegiatan antara lain :
a. Perencanaan (Planning)
1) Menyusun RPP siklus 1 yang difokuskan pada perencanaan
langkah-langkah perbaikan atau skenario tindakan yang diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman pokok bahasan perubahan pada
makhluk hidup pada siswa. Dalam rencana perbaikan pembelajaran
ini peneliti menggunakan strategi direct instruction (model
pengajaran langsung).
2) Menyiapkan bahan ajar, lembar kerja siswa yang akan digunakan
oleh siswa pada proses pembelajaran.
3) Menyiapkan instrument pengumpulan data yaitu:
a. lembar pengamatan aktifitas siswa selama melaksakan
penugasan.
b. lembar tes akhir pembelajaran
4) Melaksanakan aspek-aspek yang akan diamati dan dinilai dari
pelasanaan perbaikan pembelajaran, yaitu persiapan, kejelasan,
materi, pengorganisasian, latihan dan bimbingann dan penutup.
41
b. Tindakan (Acting)
6) Tahap ini peneliti (guru) melaksanakan pembelajaran dengan
materi perubahan pada makhluk hidup dengan strategi direct
instruction (model pengajaran langsung)
Adapun kegiatan yang dilakukan guru sebagai berikut:
1) Guru melakukan apersepsi dan motivasi, agar siswa siap menerima
materi yang akan diajarkan dengan penuh semangat.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3) strategi direct instruction (model pengajaran langsung)
4) Guru memperkenalkan Strategi direct instruction (model pengajaran
langsung)
5) yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran.
6) Guru melaksanakan skenario pembelajaran seperti yang telah
direncanakan di dalam RPP.
7) Menyiapkan lembar pengumpulan data dengan bantuan guru yang
bertugas selama pembelajaran. Peneliti melakukan penelitian
terhadap semua aktifitas siswa selama proses pembelajaran dengan
menggunakan Strategi direct instruction (model pengajaran
langsung).
c. Observasi
Tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya proses perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
42
(model pengajaran langsung) di kelas III MI Perwanida Mojowarno
Jombang Hal yang dilakukan pengamat adalah:
1) Mengamati dan mencatat semua gejala yang muncul selama proses
perbaikan pembelajaran dalam lembar observasi.
2) Menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu:
a) Lembar pengamatan kegiatan siswa
b) Lembar pengamatan kegiatan guru
c) Lembar kerja siswa
d. Refleksi
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah menganalisis
hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Peneliti mengevaluasi
hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, yang mana dapat
diketahui apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus I dapat
meningkatkan meningkatkan pemahaman siswa dalam materi
perubahan pada makhluk hidup pada siswa. Peneliti juga dapat
mencatat kelemahan-kelemahan proses pembelajaran pada siklus I
untuk dijadikan bahan penyusunan perancangan siklus berikutnya
sampai tujuan PTK tercapai.
Setelah pelaksanaan siklus I pertama dengan empat tahapan
tersebut di atas, apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan
43
kemudian mengidentifikasi permasalahan baru yang menentukan
rancangan siklus berikutnya.
1. Siklus II
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama
dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk
meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan
yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan
perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukkan untuk mengatasi
berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus
sebelumnya. Pada tahap refleksi, dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan
siklus II yang berdiskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi
membuat kesimpulan atas pelaksanaa pembelajaran.
E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Sumber data
Sumber data dalam PTK ini adalah:
a. Siswa
Sumber data dari siswa berasal dari siswa kelas III MI Perwanida
Mojowarno Jombang. Jumlah siswanya 26 anak
b. Guru
Sumber data dari aktivitas guru berasal dari guru mata pelajaran Ilmu
44
2. Jenis data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka dan sifat
informasi yang dikandungnya berupa informasi angka-angka.5
Data yang didapatkan adalah nilai meningkatkan pemahaman
pokok bahasan perubahan pada makhluk hidup pada siswa yang
diperoleh dari penilaian perfomans pada akhir siklus.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah jenis data yang mempunyai sifat non-angka
dari informasi yang dikandungnya adalah informasi yang bukan
angka-angka.6
Data kualitatif dalam penelitian ini berupa kalimat penjelas yang
merupakan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas siswa pada
pembelajaran melalui strategi Direct Instruction (model pengajaran
langsung)
Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi yang berbentuk
kalimat yang memberikan gambaran kenyataan atau fakta sesuai dengan
data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman
perubahan pada makhluk hidup yang dicapai juga untuk mengetahui
respon siswa terhadap kegiatan serta aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung.7 Data kualitatif dalam penelitian ini, yaitu
5
Santosa dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, (Yogyakarta: ANDI, 2005), hal 2.
6
Ibid hal 3
7
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) hal 128
45
gambaran tentang kegia