• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan model Direct Instruction dalam meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA materi perubahan pada makhluk hidup kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan model Direct Instruction dalam meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA materi perubahan pada makhluk hidup kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL “DIRECT INSTRUCTION”

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PERUBAHAN PADA MAKHLUK HIDUP KELAS III

MI PERWANIDA MOJOWARNO JOMBANG

SKRIPSI Oleh :

LAILATUN NISFIYAH D07212013

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Lailatun Nisfiyah. 2017. Penggunaan Model “Direct Instruction” Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Ipa Materi Perubahan Pada Makhluk Hidup Kelas Iii Mi Perwanida Mojowarno Jombang.

Tahun 2016/2017. Sekripsi. Program Studi PGMI, Fakultas Tarbiyah, UINSA. Pembimbing Dr, Jauharoti Alfin, S.Pd. M.Si

Kata Kunci: Direct Instruction, Hasil Belajar, Perubahan pada Makhluk hidup proses pembelajaran yang masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Berdasarkan analisis penelitian Dimana Kurangnya minat siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan alam dan rendahnya hasil pemahaman siswa menjadi salah satu hambatan dalam proses belajar mengajar di kelas, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional dan kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Oleh karena itu perlu adanya model pengajaran yang tepat dan dapat mengatasi permasalahan siswa di dalam kelas tersebut.Salah satunya adalah dengan model pengajaran langsung (Direct Instruction).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kemampuan awal siswa kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang dalam memahami materi perubahan pada makhluk hidup. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kelas III MI Mojowarno Jombang pada Pengetahuan Ilmu Pengetahuan Alam.

Penelitian sekripsi ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini terdiri atas siklus I dan siklus II. Pada setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 26 siswa terdiri dari 17 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Data tentang peningkatan hasil belajar siswa materi perubahan pada makhluk hidup diambil dengan mendemonstrasikan tentang penanaman biji kacang hijau pada siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa kelas III MI Mojowarno Jombang dalam menerapkan model Direct Instrction pada pembelajaran IPA materi perubahan pada makhluk hidup. Terbukti dari hasil observasi dapat dilihat pada siklus I observasi guru adalah 92 dan observasi siswa 93 sedangkan pada siklus II observasi guru adalah 93 dan observasi

(7)
(8)

AFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

HALAMA MOTTO ... iv

HALAMA PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar belakang ... 1

B.Rumusan masalah ... 4

C.Tujuan penelitian ... 5

D.Tindakan yang dipilih (Hipotesis) ... 5

E.Lingkup penelitian ... 7

F. Manfaat penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A.Tinjauan Tentang Keterampilan Membaca ... 11

(9)

2. Bentuk hasil belajar ... 11

3. Teori belajar menurut piaget ... 13

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 15

B.Model pengajaran langsung... ... 18

1. Definisi Model Pengajaran Langsung ... 18

2. Tujuan pengajaran langsung ... 19

3. Ciri-ciri model pengajaran langsung ... 21

4. Sintaks alur kegiatan pembelajaran ... 21

5. Kelebihan dan kekurangan model pengajaran langsung ... 26

C.Mata pelajaran IPA di madrasah ibtidaiyah ... 29

1. Definisi Ilmu Pengetahuan Alam ... 29

2. Hakikat pembelajaran IPA ... 28

3. Materi pembelajaran IPA ... 30

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 35

A.Metode penelitian ... 35

B.Setting dan subjek penelitian ... 38

C.Variabel penelitian... 39

D.Rencana tindakan... 39

E.Data dan cara pengumpulannya... 43

1. Sumber data ... 43

2. Jenis Data ... 44

3. Cara Pengumpulannya ... 45

(10)

G.Tim peneliti dan tugasnya ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51 A.Hasil Penelitian ... 51

1. Hasil Pelaksanaan Siklus I ... 52

2. Hasil Pelaksanaan Siklus II ... 73

B.Pembahasan ... 92

1. Siklus I ... 93

3. Siklus II ... 94

BAB V PENUTUP.... ... 96

A.Simpulan ... 96

B.Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

RIWAYAT HIDUP

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel

4.1 Tabel Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus 1 ... 58

4.2 Tabel Skor Perolehan Hasil observasi Aktivitas Guru... 60

4.3 Tabel Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 ... 62

4.4 Tabel Skor Perolehan Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 66

4.5 Tabel Hasil Nilai Siswa Pada Peningkatan Hasil Belajar ... 67

4.6 Tabel Data Jumlah Siswa Yang Tuntas dan Tidak Tuntas ... 69

4.7 Tabel Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar ... 70

4.8 Tabel Hasil Observasi Guru Siklus II ... 79

4.9 Tabel Skor Perolehan Hasil Observasi Aktifitas Guru ... 82

4.10 Tabel HasilObservasi Aktifitas Siswa pada Siklus II ... 84

4.11 Tabel Skor Perolehan Hasil Observasi Aktifitas Siswa ... 87

4.12 Tabel Nilai Siswa pada Lembar Kerja ... 88

4.13 Tabel Data Jumlah Siswa yang tuntas dan tidak Tuntas ... 90

4.14 Tabel Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar ... 91

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Gambar Pendekatan Sistem Belajar ... ... 16

2.2 Gambar Perkembang Biakan Biji Kacang Hijau ... ... 33

4.1 Gambar Guru Menjelaskan Materi ... ... 55

4.2 Gambar Siswa Menanam Biji Kacang Hijau ... ... 56

4.3 Gambar Guru Menjelaskan Materi ... ... 76

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Data Siswa Kelas III MI Perswanida Tahun Ajaran 2016/2017

2 Renecana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

3 Materi Pelajaran Siklus I

4 Lembar Kerja Kelompok Siklus I

5 Lembar Kerja Siswa II

6 Renecana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

7 Materi Pelajaran Siklus II

8 Lembar Kerja Kelompok Siklus II

9 Lembar Kerja Siswa II

10 Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I

11 Hasil Observasi Guru Siklus II

12 Dokumentasi Pembelajaran Siklus I

13 Dokumentasi Pembelajaran Siklus II

14 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

15 Kartu Konsultasi Skripsi

16 Surat Permohonan Penelitian

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan

tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah

seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa

depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa

yang akan dihadapi peserta didik di masa akan datang. Bahwa pendidikan

yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para

siswanyauntuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan

masalah-masalah yang dihadapinya dalam kelas dan kehidupan

sehari-sehari.1

Pendidikan yang baik haruslah bermakna bagi pendidik dan khususnya

bagi peserta didik.Pendidikan bermakna ini dapat diwujudkan dengan adanya

Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga pendidik yang berkualitas sebagai

pendidik untuk peserta didik. Namun hal ini tidak bisa langsung terwujud

dengan mudah karena perlu dukungan dari pihak-pihak dan institusi terkait .

Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam

berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia sejak dini. Salah satu

masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) ini

1

Wiryawan, S. A. Strategi belajar mengajar.(Jakarta-Universitas Terbuka 1998) hal, 123.

(15)

2

adalah masih rendahnya daya serap peserta didik, penguasaan materi siswa

kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang terhadap pelajaranIPA materi

perubahan pada makhluk hidup masih sangat rendah. Sebagaimana materi

tersebut yang diajarkan oleh ibu Eila Mauliddiyah, S. Pd.I terbukti dari siswa

26 hanya terdapat 9 siswa (30%) yang mampu mencapai KKM, sedangkan

17 siswa (70%) anak belum tuntas atau belum mencapai KKM. Saat

pembelajaran berlangsung di sini guru hanya menjelaskan kepada

siswa-siswanya sehingga siswa tidak termotivasi, merasa jenuh, tidak aktif dan

akhirnya sebagian siswa ada yang memperhatikan dan ada yang asyik

bergurau sesama teman sebangkunya. Pembelajaran pada peserta didik ini

yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya

merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan

tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, inilah hasil

wawancara dengan ibu Eila Mauliddiyah, S. Pd.I di MI Mojowarno Jombang

pada tanggal 27 Januari 2017.2

Dalam arti yang lebih subsitansial, bahwa proses pembelajaran ini

masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak

didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses

berpikirnya. Berdasarkan analisis penelitian Dimana Kurangnya minat siswa

dalam mempelajari ilmu pengetahuan alam dan rendahnya hasil pemahaman

siswa menjadi salah satu hambatan dalam proses belajar mengajar di kelas,

hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh

2

Wawancara ibu Eila Mauliddiyah, tanggal 22 Januari 2015.

(16)

3

pembelajaran tradisional dan kelas cenderung teacher-centered sehingga

siswa menjadi pasif. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan metode pengajaran

yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri

sendiri sehingga siswa dapat menuangkan pemikiran-pemikiran yang terkait

dengan materi pembelajaran sesuai dengan pengetahuan yang mereka punya.

Oleh karena itu perlu adanya model pengajaran yang tepat dan dapat

mengatasi permasalahan siswa di dalam kelas tersebut.Salah satunya adalah

dengan model pengajaran langsung (Direct Instruction). Dimana disini

Penggunaan model pengajaran dalam pelaksanaan pembelajaran IPA

diasumsikan dapat meningkatkan motivasi dan perhatian siswa terhadap

materi yang diajarkan. Dengan menggunakanmodel pengajaran langsung

(Direct Instruction) secara khusus untuk membangkitkan belajar siswa

tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur

dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah, dengan demikian

pelajaran tersebut akan terus diingat sehingga nantinya akan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti melakukan tindakan kelas

(PTK) dengan judul “PENGGUNAAN MODEL DIRECT

INSTRUCTION” DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

(17)

4

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan yang terdapat pada latar belakang permasalahan di atas, maka

masalah-masalah yang akan dianalisa adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan model pengajaran langsung (Direct Instruction)

pada materi Perubahan pada makhluk hidup Mata Pelajaran IPA pada

siswa kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi perubahan pada

makhluk hidup pelajaran IPA melalui model pengajaran langsung (Direct

Instruction) pada siswa kelas III di MI Perwanida Mojowarno Jombang?

C.Tujuan Pembelajaran

1. Untuk mengetahui penerapan model pengajaran langsung (Direct

Instruction) pada materi perubahan pada makhluk hidup mata pelajaran

IPA pada siswa kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kelas III di MI

Perwanida Mojowarno Jombang pada pembelajaran ilmu pengetahuan

alam.

D. Tindakan yang Dipilih (Hipotesis)

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian menggunakan

(18)

5

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa.Pada fase

pertama ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus, memberi

informasi tentang latar belakang pembelajaran, memberikan informasi

mengapa pembelajaran itu penting, dan mempersiapkan siswa baik secara

fisik maupun mental untuk mulai pembelajaran.

2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan. Pada fase kedua ini

guru berperan sebagai model dengan mendemonstrasikan pengetahuan

atau keterampilan secara benar, ia harus menyajikan informasi secara

bertahap selangkah demi selangkah sesuai struktur dan urutan yang benar

3. Membimbing pelatihan. Pada fase ketiga guru harus memberikan

bimbingan dan pelatihan awal agar siswa dapat menguasai pengetahuan

dan keterampilan yang sedang di ajarkan.

4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Pada fase keempat

ini guru melakukan pengecekan apakah siswa dapat melakukan tugas

dengan baik, apakah mereka telah menguasai pengetahuan atau

keterampilan, dan selanjutnya memberi umpan balik yang tepat.

5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Pada

fase terakhir (kelima) ini guru kemudian menyediakan kesempatan kepada

semua siswa untuk melakukan latihan lanjutan, dengan perhatian khusus

pada penerapan kepada situasi yang lebih kompleks atau penerapan dalam

kehidupan sehari-hari.

Untuk mengatasi masalah dalam kelas, maka diperlukan suatu model

(19)

6

Informasi dan Komunikasi siswa, agar dapat membantu siswa dalam

menyelesaikan permasalahannya. Untuk itu model pengajaran langsung

(Direct Instruction) sangatlah cocok digunakan untuk menunjang

pembelajaran yang diinginkan, karena model pengajaran langsung (Direct

Instruction) dapat membantu siswa menghasilkan pembelajaran bermakna

dalam kelas, membuat siswa lebih aktif dalam menkonstruk atau

membangun pengetahuannya. peta konsep juga menyediakan visual

konkret untuk mengorganisasikan informasi serta membantu menghindari

miskonsepsi.3

E. Lingkup Penelitian

Agar hasil penelitian ini lebih mendalam dan permasalahan yang

dikaji tidak menyimpang dan tujuan penelitian, maka penelitian membatasi

ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Subjek penelitian hanya siswa kelas III MI Perwanida Mojowarno

Jombang semester ganjil tahun ajaran 2016/2017

2. Tindakan yang ambil dalam penelitian ini adalah mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam pada perubahan pada makhluk hidup. Pada SK:

Memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang

mempengaruhi perubahan pada makhluk hidup dan KD:Mengidentifikasi

ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.

3

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), hal 222.

(20)

7

3. Model pengajaran langsung (Direct Instruction) adalah salah satu

pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses

belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat

diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi

selangkah. Selain itu, model pembelajaran langsung ditujukan pula untuk

membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh

informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

F. Manfaat penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian tersebut di atas, maka penelitian

tindakan kelas ini diharapkan dapat dapat menghasilkan temuan-temuan data

yang bermanfaat :

Manfaat secara umum yaitu:

1. Proses belajar mengajar ilmu pengetahuan alam di MIPerwanida

Mojowarno Jombang akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

2. Ditemukannya model pengajaranlangsung, tepat dan variatif.

Manfaat secara khusus yaitu:

1. Bagi Peserta didik

a. Peserta didik menjadi lebih mudah dalam menerima dan memahami

informasi yang diberikan oleh guru.

b. Meningkatkan keaktifan peserta didik untuk ikut serta dalam

(21)

8

2. Bagi Guru

a. Guru mendapatkan variasi baru dalam melaksanakan proses pengajaran

sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran.

b. Menambah keaktifan guru untuk menerapkan pengajaran yang

bervariasi.

c. Sebagai informasi bagi guru sejauh mana keaktifan dan pemahaman

siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas materi perubahan pada

makhluk hidup.

3. Manfaat bagi mahasiswa

a. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut terhadap penelitian tentang model

pengajaran langsung (Direct Instruction).

b. Menambah wawasan dan pengetahuan lebih dalam bentuk karya ilmiah

yang berupa tulisan serta landasan dalam mengajar ilmu pengetahuan

alam melaluli konsep pemikiran dari siswanya.

4. Manfaat bagi sekolah

Sebagai bahan rujukan bagi sekolah untuk mengadakan bimbingan

dan pelatihan bagi guru-guru agar menggunakan model pengajaran

langsung (Direct Instruction) untuk diterapkan saat pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam.

(22)

9

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

(23)

10

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

1. Hasil Belajar

Belajar adalah menguasai atau memperoleh informasi dan

mengingatnya. Belajar terjadi karena perubahan dari tingkah laku anak,

mulai dari yang disengaja dan tidak disengaja. Perubahan yang di maksud

adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. hasil belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi, dan keterampilan.4Hasil belajar pada diri siswa atau peserta didik sering tidak langsung tanpa siswa atau peserta didik itu melakukan tindakan

untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar.

Namun demikian hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan

siswa atau peserta didik berubah dalam perilaku, sikap, dan

kemampuannya. hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui

penampilan siswa.5Kualitas hasil belajar (prestasi belajar) diduga dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya motivasi berprestasi yang dapat

dilihat dari nilai rapor. Untuk menunjukkan tinggi rendahnya atau baik

4

Muhammad Thobroni& Arif Mustfa, Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), hal 22

5

Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), hal 37

(24)

11

buruknya hasil belajar yang dicapai siswa yakni dengan memberikan skor

terhadap kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa setelah

mengikuti proses belajar tersebut.

2. Bentuk Hasil Belajar

Taksonomi (pengelompokkan) tujuan pendidikan itu harus

senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain yang melekat pada diri

peserta didik. Disini hanya membahas Domain Kognitif tersebut adalah

sebagai berikut: 6

Domain Kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam

jenjang kemampuan, yaitu:

a. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk

mengingat-ingat kembali. Pengetahuan atau ingatan ini adalah

merupakan proses berpikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil

belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah peserta didik dapat

menghafal pembelajaran ilmu pengetahuan alam dalam perubahan

pada makhluk hidup.

b. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk

mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan di

ingat. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia

dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci

tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

6

AnasSudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal 49-52

(25)

12

c. Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk

menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun

metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan

sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.

d. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang

lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian

atau faktor-faktor lainnya.

e. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan

kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu

proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,

sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk

pola baru.

f. Evaluasi (evaluation) adalah jenjang berpikir paling tinggi menurut

Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi merupakan kemampuan

seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai

atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan,

maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan

patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Dalam pelaksanaan penelitian peneliti menggunakan Domain

Kognitif level C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4 (analisis). Alasan

(26)

13

a. C2 (pemahaman), siswa dapat memahami cara menghitung operasi

hitung campuran bilangan bulat dengan menggunakan tanda positif

dan negatif.

b. C3 (penerapan), siswa dapat mengoperasikan hitung campuran

bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif menggunakan media

garis bilangan kayu. Cara penerapannya dilakukan dengan

menggunakan gambar garis bilangan kayu di soal latihan siswa.

c. C4 (analisis), siswa dapat memecahkan masalah operasi hitung

campuran bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif yang ada di

soal cerita. Siswa menganalisis apakah di dalam soal cerita tersebut

menggunakan penjumlahan atau pengurangan.

3. Teori Belajar Menurut Piaget

Menurut Piaget, salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat,

proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi,

akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbang).

a. Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi

baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.

b. Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam

situasi yang baru.

c. Proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara

asimilasi dan akomodasi.

Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan

(27)

14

menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motor, tahap pra-operasional,

tahap operasional konkret dan tahap operasional formal.7

a. Tahap Sensori Motor

Pada tahap sensori motor (0-2 tahun), seorang anak belajar

mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi

rangkaian perbuatan yang bermakna.

b. Tahap Pra-operasional

Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat

dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman

menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk melihat

hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten.

c. Tahap Operasional Konkret

Pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), seorang anak dapat

membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan

menggunakan benda konkret dan mampu mempertimbangkan dua

aspek dari situasi nyata secara bersama-sama (misalnya, antara bentuk

dan ukuran).

d. Tahap Operasional Formal

Pada tahap operasional formal (11 tahun ke atas), kegiatan kognitif

seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini

kemampuan menalar secara abstrak meningkat sehingga seseorang

mampu untuk berpikir secara deduktif. Pada tahap ini pula, seorang

7

Ibid, hlm 96-97

(28)

15

mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara

bersama-sama.

Penelitian ini ditujukan pada siswa kelas III, siswa kelas III masih

pada tahap operasional konkret (7-11 tahun). Anak pada umur ini proses

berpikirnya masih sulit apabila tidak adanya pada sesuatu situasi nyata atau

benda konkret. Benda konkret yang di butuhkan atau media sebagai

penunjang saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan adanya media

atau benda konkret siswa dapat lebih memahami materi yang di ajarkan dan

dapat membuat kesimpulan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi hasil belajar

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu

perubahan dalam tingkah laku. Apakah perubahan itu baik atau buruk

semua bisa terlihat pada faktor-fakor yang ada. Adapun faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi sebagai berikut8.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yakni:

1) Faktor yang ada pada diri itu sendiri yang di sebut faktor

individual. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain:

faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan

faktor pribadi.

2) Faktor yang ada di luar individu yang di sebut faktor sosial. Yang

termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluarga, guru dan cara

8

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1988), hlm 106-112

(29)

16

mengajarnya, alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar,

lingkungan dan motivasi sosial.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses yang harus di proses (masukan atau

input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). Dalam hal ini

dapat menganalisis kegiatan belajar menggunakan pendekatan analisis

sistem. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus dapat melihat adanya

berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Dapat di gambarkan kegiatan belajar dengan pendekatan sistem

sebagai berikut:9

Gambar 2.1

Pendekatan Sistem Kegiatan Belajar

9

Nur M, Wikandari, Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam pengajaran, (Surabaya: psms, 2000), hal 164

INSTRUMENT AL INPUT

TEACHING - LEARNING

PROCESS OUTPU

RAW

ENVIRONMENTAL INPUT

(30)

[image:30.595.137.515.242.559.2]

17

Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw

input) merupakan bahan baku yang perlu di olah, kemudian di beri

pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar (teaching–

learning–process). Di dalam proses belajar-mengajar, turut

berpengaruh sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan

lingkungan (environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang

sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) guna

menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai

faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan

keluaran tertentu atau yang di sebut sebagai hasil belajar siswa.

Pengaruh terhadap penelitian ini yakni; 1) faktor individual,

setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda dari cara

berfikirnya, butuhnya motivasi dari orang yang terdekat sebagai

pendorong untuk belajar sangat penting, sifat-sifat pribadi anak sangat

mempengaruhi dalam pembelajaran dan jika anak tidak berminat untuk

belajar maka hasil belajar juga akan turun; 2) faktor sosial,

berpengaruh dalam keadaan anak saat belajar seperti keadaan keluarga

yang buruk dapat mempengaruhi kondisi mental anak dalam belajar,

dari sekolah guru juga berpengaruh dalam belajar, alat-alat yang di

gunakan apakah memenuhi proses pembelajaran atau tidak, lingkungan

dan motivasi sosial juga dapat mempengaruhi keadaan anak di setiap

pembelajaran; 3) proses dan hasil belajar, siswa memiliki karakteristik

(31)

18

proses belajar contohnya fisik dan kemampuan kognitif siswa

kemudian dapat pengaruh dari sejumlah faktor lingkungan

(environmental input) apakah lingkungan tersebut baik atau tidak yang

akan menentukan hasil belajar dari siswa.

B. Model Pengajaran Langsung

1. Definisi Model Pengajaran Langsung

Model pengajaran langsung atau (Direct Instruction), juga dikenal

dengan istilah strategi belajar ekspositori dan whole class teaching.

Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang

terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru

terhadap siswa.10Model pengajaran langsung (Direct Instruction)

dilandasi oleh teori belajar perilaku yang berpandangan bahwa belajar

bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Satu

penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan.

Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran merupakan penguatan

yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut.

Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar

yang dirancang khusus untuuk menunjang proses belajar siswa yang

berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural

yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan

yang bertahap, selangkah demi selangkah.

10

Iskandar Wassid,dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Rosdakarya, 2011), hal. 2

(32)

19

Model pengajaran langsung (Direct Instruction) secara empirik

dilandasi oleh teori belajar yang berasal dari rumpun perilaku (behavior

family). Teori belajar perilaku menekankan pada perubahan perilaku

sebagai hasil belajar yang dapat diobservasi. Menurut teori ini, belajar

bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik dari

lingkungan. Prinsip penggunaan teori perilaku ini dalam belajar adalah

pemberian penguatan yang akan meningkatkan perilaku yang diharapkan.

Penguatan melalui umpan balik kepada siswa merupakan dasar praktis

penggunaan teori ini dalam pembelajaran.

Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa

siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan

tingkah laku gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal penting yang

harus diingat dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah

menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks.

Model pengajaran Direct Instruction mengutamakan pendekatan

deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan

motorik. Model pengajaran direct instruction menciptakan suasana

pembelajaran yang lebih terstruktur.11.

2. Tujuan pengajaran langsung

Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam

pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.

Pengetahuan deklararif (dapat diungkap dengan kata-kata) adalah

11

Hasibuan, J.J, Proses Blajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hal 157

(33)

20

pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah

pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Suatu contoh

pengetahuan deklaratif misalnya konsep tekanan, yaitu hasil bagi antara

gaya (F) dan luas bidang benda yang dikenai gaya (A). Jadi, dapat ditulis

secara matematis p=f/a. Pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan

pengetahuan deklaratif di atas adalah bagaimana memperoleh rumus atau

persamaan tentang konsep tekanan tersebut.

Menghafal hukum dan rumus tertentu dalam bidang studi fisika,

kimia, matematika merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana

atau informasi faktual, yaitu pengetahuan deklaratif sederhana yang

diperoleh seseorang, namun dapat atau tidak dapat digunakan. Berbeda

dengan informasi faktual, pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya

memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya

membandingkan dua rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan

lain-lain. Sering kali penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan

penguasaan pengetahuan prasarat yang berupa pengetahuan deklaratif.

Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswi memperoleh kedua macam

pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan

(34)

21

3. Ciri-ciri model pengajaran langsung

Ciri-ciri model pengajaran langsung

1). Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk

prosedur penilaian belajar.

2). Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

3). Sistem pengolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar

kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan berhasil.12

Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demontrasi, pelatihan atau

praktek dan kerja kelompok. Selain itu, juga dalam pengajaran langsung

harus memenuhi suatu persyaratan, yakni:

1) Ada alat yang akan di demonstrasikan

2) Harus mengikuti tingkah laku mengajar (sintaks).

4. Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan Pembelajaran

Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat

penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan

latar belakang pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk menerima

penjelasan guru.

Pengajaran langsung menurut Kardi dapat berbentuk ceramah,

demonstrasi, pelatihan atau praktik dan kerja kelompok. Pengajaran

langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang

ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu

12

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, (Padang: Quantum Teaching, 2005), hal. 1

(35)

22

yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien

mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu.

Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar

yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang

berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural.

a. Sintaks model pengajaran laungsung tersebut disajikan dalam 5 tahap13

yakni:

FASE PERAN GURU

FASE 1

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan TPK, informasi

latar belakang pelajaran, pentingnya

pengajaran, mempersiapkan siswa

untuk belajar.

FASE 2

Mendemonstrasikan

pengetahuan

Guru mendemontrasikan penampilan

dengan benar atau menyajikan

informasi tahap demi tahap.

FASE 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi

bimbingan pelatihan awal

FASE 4

Mengecek pemahaman dan

memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil

melakukan tugas dengan baik dan

memberi umpan balik.

FASE 5

Memberikan kesempatan

Guru mempersiapkan kesempatan

melakukan pelatihan lanjutan, dengan

13

Trianto, S. Pada., m. Pd, Model Pembelajaran Inovatif, (Jakarta : 2007) hal 31

(36)

23

untuk pelatihan lanjutan dan

penerapan

perhatian khusus pada penerapan

kepada situasi lebih kompleks dalam

kehidupan sehari-hari

Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima

presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tetang

keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian umpan

balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian

umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan

pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang

dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.14

b. Lingkungan Belajar dan sistem pengelolaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan

pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif,

pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi di

definisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan

direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.

Menurut Kardi dan Nur, meskipun tujuan pembelajaran dapat

direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama

berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan

oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama

melalui memerhatikan, mendengarkan dan resitasi yang terencana. Ini

tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa

14

Ibrahim, M., Pengajarn Berdasarkan masalah, (Surabaya: University press, 2000), hal 158

(37)

24

humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan

memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan

baik.

c. Tugas-Tugas Pengajaran Langsung

1) Merumuskan tujuan

Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat digunakan model

Mager dalam Kardi dan Nur. Mager mengemukakan bahwa

tujuan pembelajaran khusus harus sangat spesifik. Tujuan yang

ditulis dalam formatnya yang dikenal dengan tujuan perilaku yang

terdiri dari tiga bagian:

a) Perilaku siswa

b) Situasi pengtesan

c) Kriteria kinerja

2) Memilih isi

Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun

mengajar, tidak dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya

materi pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih dalam

proses mengusai sepenuhnya materi ajar maka disarankan untuk

memilih materi yang akan disampaikannya mengacu pada GBPP

kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu.

3) Melaksanakan analisis tugas

Analisis tugas adalah alat yang digunakan oleh guru untuk

(38)

25

setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang

terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru. Ide yang

melatar belakangi tugas adalah bahwa informasi dan keterampilan

yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurun

waktu tertentu. Untuk memehami pemahaman yang mudah dan

pada akhirnya penguasaan, keterampilan dan pengertian kompleks

itu lebih dahulu harus dibagi menjadi komponen bagian, sehingga

dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap.

4) Merencanakan waktu dan ruang

Pada suatu pengajaran langsung, merencanakan dan mengelola

waktu merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang

harus diperhatikan oleh guru: (1) memastikan bahwa waktu yang

disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa. (2)

memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya

dengan perhatian yang optimal. Mengenal dengan baik

siswa-siswa yang akan belajar, sangat bermanfaat untuk menentukan

alokasi waktu pembelajaran. Merencanakan dan mengelola ruang

pengajaran langsung juga sama pentingnya.15

15

Ibrahim, M., Pengajarn Berdasarkan masalah, (Surabaya: University press, 2000), hal 159

(39)

26

5. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pengajaran Langsung a. Kelebihan model pengajaran langsung

1) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi

materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga

dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai

oleh siswa.

2) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun

kecil.

3) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau

kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal

tersebut dapat diungkapkan.

4) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan

pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.

5) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep

dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang

berprestasi rendah.

b. Kekurangan model pengajaran langsung

1) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan

siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan

mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua

siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih

(40)

27

2) Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi

perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat

pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan

siswa.

3) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat

secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan

keterampilan sosial dan interpersonal mereka.

4) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini,

kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image

guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri,

antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan

perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.

5) Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan

kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang

menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat

berdampak negatif terhadapkemampuan penyelesaian masalah,

kemandirian, dan keingintahuan siswa.

C. Mata Pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah 1. Definisi Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu

pengetahuanatau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris

‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin

(41)

28

(ilmu pengetahuan social) dan natural science (ilmu pengetahuan alam).

Namun, dalam perkembnaganya science yang diterjemahkan sebagai

sains yang berartiIlmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun

pengertian ini kurang sesuai dan bertentangan dengan etimologi. Untuk

itu, dalam hal ini tetap menggunakan istilah IPA menunjuk pada

pengertian sains yang kaprah yang berarti natural science.16

Sains atau IPA adalah suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek

tertentu dari alam secara terorganir, sistematik, dan melalui

metode-metode saintifikyang terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada

hal-hal yang dapat dipahami oleh indra (penglihatan, sentuhan,

pendengaran, rabaan,dan pengecapan). Sedangkan, yang disebut metode

saintifik adalah langkah-langkah yang tersusun secara sistematik untuk

memperoleh suatu kesimpulan ilmiah.17

2. Hakikat Penbelajaran IPA a. Belajar Mengajar IPA

Pendekatan belajar mengajar yang paling cocok dan paling

efektif untuk pembelajara IPA adalah pendekatan yang mencakup

kesesuaian antara situasi belajar anak dengan situasi kehidupan

yang nyata di masyarakat. Selanjutnya menemukan ciri-ciri

esensial dari situasi kehidupan yang berbeda-beda akan

meningkatkan kemampuan menalar, dan berpikir kreatif pada anak

didik.

16

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu…., hal.136

17

Sitiatava Rizema Putra, Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains, ( Jogjakarta:Diva Preaa,2013), hal.41

(42)

29

Model belajar yang cocok untuk anak Indonesia adalah

belajar melalui pengalaman langsung (Learning by doing). Model

belajar ini memperkuat daya ingat anak dan biayanya sangat murah

sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di

lingkungan anak sendiri.

Dikutip oleh Tisno Hadisubroto dalam bukunya

Pembelajaran IPA Sekolah Dasar, Piaget mengatakan bahwa

pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai

pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman

langsung anak secara spontan dari kecil (sejaklahir) sampai

berumur 12 tahun. Efesiensi pengalaman langsung pada anak

tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek

yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap

untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila ia telah

memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi prasyaratnya

yakni perkembangan kognitif yang bersifat hirarkhis dan

integrative.

3. Materi pembelajaran IPA

a. Pengertian tanaman

Tumbuhan merupakan salah satu dari klasifikasi makhluk hidup.

Tumbuhan memiliki klorofil atau zat hijau daun yang berfungsi sebagai

media penciptaan makanan dan untuk proses fotosintesis. Dalam ilmu

(43)

30

merupakan organisme multiseluler atau terdiri atas banyak sel. Tercatat

sekitar 350.000 spesies tumbuhan, dari jumlah tersebut 258.650 jenis

merupakan tumbuhan berbunga dan 18.000 jenis termasuk tumbuhan

lumut. Hampir semua anggota tumbuhan bersifat autotrof dan

mendapatkan energi langsung dari cahaya matahari melalui proses

fotosintesis.

Ciri yang sangat mudah dikenali pada tumbuhan adalah warna hijau yang

dominan akibat kandungan pigmen klorofil yang berperan vital dalam

proses penangkapan energi melalui fotosintesis sehingga tumbuhan secara

umum bersifat autotrof. Beberapa perkecualian, seperti pada sejumlah

tumbuhan parasit. Hal ini terjadi karena akibat adaptasi terhadap cara

hidup dan lingkungan yang unik. Sifatnya yang autotrof, membuat

tumbuhan selalu menempati posisi pertama dalam rantai aliran energi

melalui organisme hidup (rantai makanan).

b. Ciri-ciri tanaman

Tumbuhan bersifat stasioner atau tidak bisa berpindah atas kehendak

sendiri, meskipun beberapa alga hijau bersifat motil (mampu berpindah)

karena memiliki flagelum. Akibat sifatnya yang pasif ini tumbuhan harus

beradaptasi secara fisik atas perubahan lingkungan dan gangguan yang

diterimanya. Variasi morfologi tumbuhan jauh lebih besar daripada

anggota kerajaan lainnya. Selain itu, tumbuhan menghasilkan banyak

sekali metabolit sekunder sebagai mekanisme pertahanan hidup atas

(44)

31

dinding sel yang tersusun dari selulosa, hemiselulosa, dan pektin menjadi

ciri khasnya, meskipun pada tumbuhan tingkat sederhana kadang-kadang

hanya tersusun dari pektin. Hanya sel tumbuhan yang memiliki plastida

dan vakuola yang besar serta seringkali mendominasi volume sel. Supaya

[image:44.595.140.514.244.562.2]

lebih memahami ciri-ciri dari tumbuhan secara rinci dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Ciri-ciri dari Tumbuhan

1). Eukariotik (organisme dengan sel yang kompleks yang terdiri atas

bahan bahan genetika disusun menjadi nuklei yang terikat membran)

2). Terdiri atas banyak sel (multiseluler)

3). Memiliki dinding sel tersusun dari selulosa

4). Memiliki klorofil (zat hijau daun) dan menyimpan cadangan makanan

dalam bentuk amilum (pati)

5). Mengalami pergiliran keturunan dalam siklus hidupnya, memiliki alat

reproduksi multiseluler, dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual

6). Tumbuhan bersifat stasioner atau tidak bisa berpindah atas kehendak

sendiri, kecuali beberapa alga hijau bersifat motil (mampu berpindah)

karena memiliki flagellum18

c. Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman/tumbuhan

Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversibel

(tidak dapat balik), dan terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel dan

pembesaran dari tiap-tiap sel. Pada proses pertumbuhan biasa disertai

18

http://ilmuhutan.com/pengertian-tumbuhan-dan-ciri-ciri-tumbuhan/ diakses tanggal 2 Januari

pukul 04.00

(45)

32

dengan terjadinya perubahan bentuk. Pertumbuhan dapat diukur dan

dinyatakan secara kuantitatif.Perkembangan adalah proses menuju dewasa.

Proses perkembangan berjalan sejajar dengan pertumbuhan. Berbeda

dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan proses yang tidak dapat

diukur. Dengan kata lain, perkembangan bersifat kualitatif, tidak dapat

dinyatakan dengan angka.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan pada tanaman,

pertumbuhan dimulai dari proses perkecambahan biji. Perkecambahan

dapat terjadi apabila kandungan air dalam biji semakin tinggi karena

masuknya air ke dalam biji melalui proses imbibisi. Apabila proses

imbibisi sudah optimal, dimulailah perkecambahan.

Struktur yang pertama muncul, yang menyobek selaput biji

adalah radikula yang merupakan calon akar primer. Radikula adalah

bagian dari hipokotil. Pada bagian ujung sebelah atas

terdapat epikotil (calon batang). Berdasar letak kotiledonnya, ada dua

jenis perkecambahan yaitu tipe epigeal, dan tipe hipogeal.

(46)

33

Biji yang sudah berkecambah akan segera diikuti oleh

pertumbuhan primer karena pada pucuk dan ujung akar terdapat jaringan

yang bersifat meristematik (selalu membelah). Pemanjangan ujung akar

(47)

34

dikotil terdapat jaringan kambium yang merupakan meristem sekunder

akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan sekunder (membesar).

Kambium akan membelah ke arah luar membentuk kulit kayu (floem), dan

membelah ke arah dalam membentuk kayu (xilem). Pada monokotil tidak

terdapat kambium sehingga hanya mengalami pertumbuhan primer saja.

Pertumbuhan primer dan sekunder berlangsung terus menerus selama

tumbuhan tersebut hidup.

d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan pada tumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

1) Faktor luar

Faktor luar adalah materi atau hal-hal yang terdapat diluar tanaman

yang berdampak pada tanaman itu, baik secara langsung ataupun tidak

langsung. Termasuk ke dalam faktor luar adalah cahaya, temperatur,

air, garam-garam mineral, iklim, gravitasi bumi, dan lain-lain.

a) Nutrisi

Tumbuhan memerlukan unsur mineral dengan jumlah tertentu.

Unsur yang diperlukan dalam jumlah banyak disebut unsur

makro, sedangkan unsur yang diperlukan dalam jumlah sedikit

disebut unsur mikro.

b) Cahaya

Cahaya mutlak diperlukan oleh semua tumbuhan hijau untuk

melakukan fotosintesis, tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan

(48)

35

dapat menyebabkan terurainya auxin sehingga dapat menghambat

pertumbuhan. Hal ini dapat dibuktikan apabila kita meletakkan

dua kecambah, yang satu di tempat gelap dan yang lain di tempat

terang. Dalam jangka waktu yang sama, kecambah di tempat

gelap tumbuh lebih cepat tetapi tidak normal. Pertumbuhan yang

amat cepat di dalam gelap ini disebut etiolasi.

Pada tumbuhan terdapat pigmen yang disebut fitokrom,

yang berfungsi mengontrol pertumbuhan dan perkembangan

kloroplas, sintesis klorofil, pembentukan hormon tumbuhan

(misalnya giberelin), dan pengaturan posisi daun terhadap sinar

matahari. Selain itu, fitokrom berpengaruh juga

terhadap fotoperiodisme, yaitu pengaruh lamanya pengaruh

pencahayaan terhadap pertumbuhan dan pembentukan bunga.

Berdasarkan panjang dan intensitas penyinaran, tumbuhan

dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:

(1) Tumbuhan berhari pendek (shortday plant) : Berbunga dan

berbuah bila periode penyinaran lebih pendek daripada

periode kritis. Contohnya: strawberry, dahlia, aster, dan

krisatinum.

(2) Tumbuhan berhari panjang (longday plant) : berbunga dan

berbuah bila periode penyinaran lebih panjang daripada

periode kritis. Contohnya: bayam selada, gandum, dan

(49)

36

(3) Tumbuhan netral (dayneutral plant) : Tidak dipengaruhi oleh

lamanya periode penyinaran. Contoh: mawar, anyer, dan

bunga matahari.

c) Suhu

Secara umum, suhu akan berpengaruh terhadap kerja enzim. Bila

suhu terlalu tinggi, enzim akan rusak, dan bila suhu terlalu

rendah enzim menjadi tidak aktif.

d) Kelembaban atau kadar air

Sampai pada batas-batas tertentu, makin tinggi kadar air,

pertumbuhan akan makin cepat. Karena lebih banyak kadar air

yang diserap dan lebih sedikit yang diuapkan, akan menyebabkan

pembentangan sel-sel, dengan demikian sel-sel lebih cepat

mencapai ukuran maksimalnya.

2) Faktor dalam

Selain faktor genetik, yang termasuk faktor-faktor dalam

adalah hormon-hormon yang terlibat dalam pertumbuhan tanaman.

Hormon merupakan substansi yang dihasilkan oleh tumbuhan,

biasanya dalam jumlah yang sangat sedikit yang berfungsi secara

fisiologis mengendalikan arah dan kecepatan tumbuh bagian-bagian

dari tumbuhan.

Berikut ini adalah macam-macam hormon pada tumbuhan beserta

(50)

37

a) Auksin : Auksin dibentuk oleh ujung batang dan ujung akar.

Auksin yang dihasilkan oleh ujung batang akan mendominasi

pertumbuhan batang utama, sehingga pertumbuhan cabang

relatif sedikit. Keadaan ini dikenal dengan istilah dominansi

apikal (apical dominance). Dengan memotong ujung batang,

dominansi apikal akan hilang, sehingga pertumbuhan

cabang-cabang batang berjalan dengan baik. Auksin dapat terurai bila

terkena cahaya. Bila suatu koleoptil dikenai cahaya dari

samping, maka bagian koleoptil yang terkena cahaya auksinnya

akan terurai sehingga pertumbuhannya lebih lambat daripada

bagian koleoptil yang tidak terkena cahaya. Akibatnya koleoptil

akan tumbuh membelok ke arah datangnya sinar.

b) Giberelin : Hormon ini berfungsi mengatur pemanjangan batang

(ruas batang), juga pertumbuhan pucuk dan pembentukan buah.

Secara umum fungsi giberelin adalah untuk merangsang

pertumbuhan meraksasa dan terbentuknya buah tanpa biji

(partenokarpi).

c) Sitokinin : Hormon tumbuhan ini mempengaruhi pertumbuhan,

pengaturan pembelahan sel, dan pemanjangan sel. Konsentrasi

sitokinin dan auksin yang seimbang merupakan hal yang sangat

penting dalam pertumbuhan tanaman. Sitokinin sendiri

tampaknya mempunyai peranan dalam memperpanjang usia

(51)

38

d) Asam Absisat (= dormin) : Asam absisat ditemukan pada

umbi-umbian dan biji-biji yang dorman, beberapa jenis buah-buahan,

daun, dan jaringan tumbuhan lain. Secara fungsi asam absisat

adalah mempercepat penuaan daun, merangsang pengguguran

daun, dan memperpanjang masa dormansi (menghambat

perkecambahan biji).

e) Gas etilen : Buah yang sudah tua menghasilkan gas etilen yang

dianggap sebagai hormon yang dapat mempercepat pemasakan

buah yang masih mentah. Gas etilen meningkatkan respirasi

sehingga buah yang asalnya keras dan masam, menjadi empuk

dan berasa manis.

f) Kalin: Kalin adalah hormon yang merangsang pembentukan

organ tubuh. Berdasarkan organ yang dibentuknya, kalin

dibedakan atas:

(1) Kaulokalin : merangsang pembentukan batang

(2) Rhyzokalin : merangsang pembentukan akar. Sekarang telah

diketahui bahwa rhyzokalin identik dengan vitamin B1

(thiamin)

(3) Filokalin : merangsang pembentukan daun

(4) Antokalin : merangsang pembentukan bunga

g) Asam traumalin : Batang atau akar tumbuhan dapat mengalami

luka. Tumbuhan memiliki kemampuan untuk memperbaiki

(52)

39

Peristiwa ini terjadi dengan bantuan hormon luka atau kambium

luka atau asam traumalin. Lukaluka yang terjadi dapat tertutup

kembali dengan membentuk jaringan kalus dan jaringan yang

rusak dapat diganti dengan yang baru. Bahkan dari luka pada

bagian tertentu dari tubuh tumbuhan dapat tumbuh tunas baru.19

19

http://ilmuhutan.com/pengertian-tumbuhan-dan-ciri-ciri-tumbuhan/diakses tanggal Januari

pukul.04.00

(53)

35

BAB III

PROEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah

penelitian tindakan kelas (PTK) yang didesain untuk membantu guru

mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di kelas, informasi ini bermanfaat

untuk mengambil keputusan yang tepat untuk menentukan metode yang

seharusnya digunakan dalam proses pembelajaran, demi peningkatan

profesionalisme guru, prestasi belajar, kelas dan sekolahan.

Menurut Suyanto, PTK adalah suatu bentuk penelitian yang

bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas.1 Karakteristik utama penelitian tindakan adalah bahwa penelitian

dilakukan melalui refleksi diri. Artinya, dalam penelitian tindakan, pelaku

praktik, seperti pendidik, merupakan pelaku utama penelitian. Karakteristik

lainya adalah adanya latar belakang permasalahan praktis dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari pendidik, diselenggarakan secara kolaboratif

antara peneliti, pendidik, kepala sekolah atau ketua penyelenggara, peserta

didik dan orang tua dan adanya peran ganda pendidik sebagai praktisi

sekaligus sebagai peneliti praktisinya sendiri. Selain itu terdapat prinsip

penelitian tindakan yang merujuk pada berbagai ketentuan atau arahan dasar

17

Basrowi dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hal 26.

(54)

36

agar penelitian tindakan dapat berjalan sebagaimana mestinya dan

memberikan hasil yang optimal.2

Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dan

kualitatif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, yang interpretasinya

bergantung pada ketajaman analisis, objektifitas, sistematik dan sistemik.3 Kemudian setelah itu dihitung dengan menggunakan statistik sederhana

yang berupa rumus-rumus sederhana seperti penilaian hasil belajar serta

ketuntasan dalam pembelajaran secara perorangan maupun klasikal.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian dari

teori Kurt Lewin. Karena di dalam model tersebut menyatakan bahwa

didalam satu siklus terdapat empat langkah yaitu planning (perencanaan),

acting (tindakan), observing (observasi), reflecting (refleksi).4

2

Ishak Abdulhak, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non Formal, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal 56.

3

Nana sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Siar Baru, 1989), hal 196.

4

Rido Kurnianto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: Aprinta , 2009), hal 12.

(55)

37

Bagan 3.1

Prosedur PTK Model Kurt Lewin

1. Identifikasi masalah (peneliti menetapkan permasalahan yang akan

dikaji)

2. Perencanaan (peneliti menyusun rencana tindakan atau solusi terhadap

pemecahan masalah dalam bentuk rencana tindakan kelas)

3. Tindakan (peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada

RPP, meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup)

Identifikas i masalah

Perencana an(Planni

Tindakan (Acting) Refleksi

(Reflecting)

Observasi (Observing)

Perencanaan Ulang

Siklus I

Siklus II

(56)

38

4. Observasi (peneliti mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran)

5. Refleksi (peneliti mencatat hasil observasi dan mengevaluasi hasil

observasi)

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

1. Tempat : MI Perwanida Mojowarno Jombang

2. Waktu : Januari-Februari 2017

3. Subyek : Karakteristik Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas III MI Perwanida

Mojowarno Jombang tahun pelajaran 2016-2017. Dengan jumlah siswa

26 siswa dalam satu kelas, yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 17

siswa perempuan. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP dengan

kompetensi dasar (KD)5.3 mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan

makhluk hidup. Objek yang diteliti peneliti adalah hasil belajar

memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup siswa kelas III MI

Perwanida Mojowarno Jombang yang masih jauh dibawah kriteria

ketuntasan minimal (KKM). Untuk melakukan peningkatan KKM maka

(57)

39

C. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan variabel penerapan strategi

Penggunaan Model “Direct Instruction” Dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Pada Pembelajaran Ipa Materi Perubahan Pada Makhluk Hidup

Kelas III MI Perwanida Mojowarno Jombang. Didalam variabel tersebut

terdapat beberapa variabel yakni:

1. Variabel input : Siswa kelas III MI Perwanida Mojowarno

Jombang tahun ajaran 2016 - 2017

2. Variabel proses : Penerapan Model Pengajaran Langsung (Direct

Instruction) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

3. Variabel output : Meningkatkan pemahaman pokok bahasan

perubahan pada makhluk hidup Ilmu Pengetahuan Alam

D. Rencana Tindakan

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman pokok bahasan

perubahan pada makhluk hidup dengan menggunakan strategi direct

instruction (model pengajaran langsung), peneliti memilih model

penelitian siklus Kurt Lewin yang meliputi 4 pokok, yaitu: perencanaan

(Planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), refleksi

(reflecting).

Model Kurt Lewin dipilih oleh penulis karena apabila pada awal

pelaksanaan terdapat kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali

(58)

40

diinginkan tercapai. Jika sampai pada siklus pertama dan siklus kedua

belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya.

1. Siklus 1

Dalam siklus 1 dilakukan beberapa kegiatan antara lain :

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyusun RPP siklus 1 yang difokuskan pada perencanaan

langkah-langkah perbaikan atau skenario tindakan yang diharapkan

dapat meningkatkan pemahaman pokok bahasan perubahan pada

makhluk hidup pada siswa. Dalam rencana perbaikan pembelajaran

ini peneliti menggunakan strategi direct instruction (model

pengajaran langsung).

2) Menyiapkan bahan ajar, lembar kerja siswa yang akan digunakan

oleh siswa pada proses pembelajaran.

3) Menyiapkan instrument pengumpulan data yaitu:

a. lembar pengamatan aktifitas siswa selama melaksakan

penugasan.

b. lembar tes akhir pembelajaran

4) Melaksanakan aspek-aspek yang akan diamati dan dinilai dari

pelasanaan perbaikan pembelajaran, yaitu persiapan, kejelasan,

materi, pengorganisasian, latihan dan bimbingann dan penutup.

(59)

41

b. Tindakan (Acting)

6) Tahap ini peneliti (guru) melaksanakan pembelajaran dengan

materi perubahan pada makhluk hidup dengan strategi direct

instruction (model pengajaran langsung)

Adapun kegiatan yang dilakukan guru sebagai berikut:

1) Guru melakukan apersepsi dan motivasi, agar siswa siap menerima

materi yang akan diajarkan dengan penuh semangat.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) strategi direct instruction (model pengajaran langsung)

4) Guru memperkenalkan Strategi direct instruction (model pengajaran

langsung)

5) yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran.

6) Guru melaksanakan skenario pembelajaran seperti yang telah

direncanakan di dalam RPP.

7) Menyiapkan lembar pengumpulan data dengan bantuan guru yang

bertugas selama pembelajaran. Peneliti melakukan penelitian

terhadap semua aktifitas siswa selama proses pembelajaran dengan

menggunakan Strategi direct instruction (model pengajaran

langsung).

c. Observasi

Tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap

berlangsungnya proses perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(60)

42

(model pengajaran langsung) di kelas III MI Perwanida Mojowarno

Jombang Hal yang dilakukan pengamat adalah:

1) Mengamati dan mencatat semua gejala yang muncul selama proses

perbaikan pembelajaran dalam lembar observasi.

2) Menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu:

a) Lembar pengamatan kegiatan siswa

b) Lembar pengamatan kegiatan guru

c) Lembar kerja siswa

d. Refleksi

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah menganalisis

hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Peneliti mengevaluasi

hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, yang mana dapat

diketahui apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus I dapat

meningkatkan meningkatkan pemahaman siswa dalam materi

perubahan pada makhluk hidup pada siswa. Peneliti juga dapat

mencatat kelemahan-kelemahan proses pembelajaran pada siklus I

untuk dijadikan bahan penyusunan perancangan siklus berikutnya

sampai tujuan PTK tercapai.

Setelah pelaksanaan siklus I pertama dengan empat tahapan

tersebut di atas, apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan

(61)

43

kemudian mengidentifikasi permasalahan baru yang menentukan

rancangan siklus berikutnya.

1. Siklus II

Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama

dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk

meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan

yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan

perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukkan untuk mengatasi

berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus

sebelumnya. Pada tahap refleksi, dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan

siklus II yang berdiskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi

membuat kesimpulan atas pelaksanaa pembelajaran.

E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Sumber data

Sumber data dalam PTK ini adalah:

a. Siswa

Sumber data dari siswa berasal dari siswa kelas III MI Perwanida

Mojowarno Jombang. Jumlah siswanya 26 anak

b. Guru

Sumber data dari aktivitas guru berasal dari guru mata pelajaran Ilmu

(62)

44

2. Jenis data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka dan sifat

informasi yang dikandungnya berupa informasi angka-angka.5

Data yang didapatkan adalah nilai meningkatkan pemahaman

pokok bahasan perubahan pada makhluk hidup pada siswa yang

diperoleh dari penilaian perfomans pada akhir siklus.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah jenis data yang mempunyai sifat non-angka

dari informasi yang dikandungnya adalah informasi yang bukan

angka-angka.6

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa kalimat penjelas yang

merupakan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas siswa pada

pembelajaran melalui strategi Direct Instruction (model pengajaran

langsung)

Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi yang berbentuk

kalimat yang memberikan gambaran kenyataan atau fakta sesuai dengan

data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman

perubahan pada makhluk hidup yang dicapai juga untuk mengetahui

respon siswa terhadap kegiatan serta aktifitas siswa dalam proses

pembelajaran berlangsung.7 Data kualitatif dalam penelitian ini, yaitu

5

Santosa dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, (Yogyakarta: ANDI, 2005), hal 2.

6

Ibid hal 3

7

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) hal 128

(63)

45

gambaran tentang kegia

Gambar

 Tabel
 Gambar
  Gambar 2.1      Pendekatan Sistem Kegiatan Belajar
Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw
+7

Referensi

Dokumen terkait

Informasi produk yang frekuensinya sering dibicarakan, terkait pula dengan nilai-nilai positif dan negatif pada perusahaan atau produk tersebut, memancing orang-orang untuk

2). Indeks keanekaragaman mesofauna tanah pada lokasi penelitian berkisar antara 0,9166 – 1,368. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu 1,368. Dari

Tabel 3.11 Persentase Jawaban Persepsi Mahasiswa Terhadap Kualitas Produk Smartphone Android pada Dimensi Kualitas. Kualitas yang Dirasakan (Perceived

informasi yang berbeda mengenai biaya yang akan di keluarkan dari pegawai terkait dengan kenyataan tagihan yang diberikan pada saat pasien ingin keluar dari

(efficacy of grammar, attitude to error correction, important of grammar, importance of grammatical accuracy, attitude to grammar instruction). Faktor- faktor

t = lamanya waktu iradiasi (det) Dari rumus diatas terlihat bahwa konsentrasi phosphor berbanding torus dengan fluks neutron termal dan waktu iradiasi, dengan demikian jika silikon

Jika diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, noda adalah bercak sehingga menjadikan adanya noda. Noda tersebut dapat mengotori, mencemarkan; menjelekan;merusak. 11

Faktor ini secara tidak langsung telah menyebabkan kurangnya penyertaan masyarakat dan latihan seterusnya menolak inovasi (Normah, Ismail & Zaiton, 2017). Secara keseluruhannya,