• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Gresik."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Mariyatul Hifdhiyah, B36211089, 2017. Komunikasi Interpersonal Orang Tua

dan Anak Remaja Pecandu Narkoba di Gresik. Skripsi Program

Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Komunikasi interpersonal, narkoba, orang tua, dan remaja.

Dalam penelitian ini, ada tiga persoalan yang hendak dikaji, yaitu (1) Bagaimana komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Gresik. (2) Apa yang menyebabkan anak remaja sampai terjerumus ke dalam dunia narkoba. (3) Apa faktor penghambat dan pendukung dalam pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Gresik.

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata penulisan, atau lisan dan perilaku orang-orang yang diamati pada latar individu subyek yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Remaja Pecandu Narkoba di Gresik.

Penelitian ini terfokus pada : (1) Bagaimana komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Gresik. Dari penelitian ini ditemukan bahwa dengan pola komunikasi interpersonal orang tua terhadap anak remajanya yang bermasalah dengan perilaku penyalahgunaan narkoba. Bagaimana bentuk komunikasi agar tidak mengakibatkan kesalahan interpretasi dalam

berkomunikasi ataupun menjadi miscommunication dalam interaksi antara orang

tua dan anak bila tidak diperhatikan dengan baik dan supaya mengakibatkan dampak yang baik serta, dengan komunikasi interpersonal dapat membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, sebagai mahluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain, apalagi dengan keluarganya. Oleh karena itulah setiap orang telah menggunakan banyak waktu untuk komunikasi interpersonal yang diabdikan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain yang ada didekatnya. (2) Apa faktor penyebab remaja terjerumus ke dunia

(7)

orang tua dan anak remaja yang bermaslah dengan penyalahgunaan narkoba yang diantaranya yakni:

Interaksi yang efektif sebagai pendukung dalam penyelesaian masalah salah satunya dengan digunakannya komunikasi antar pribadi, sehingga dapat membantu mengetahui masalah dan memberi solusi dan juga dapat memantau dengan baik atas perkembangan buah hati dengan masalahnya.

Sikap yang ramah menjadikan kemudahan ayah dalam menyampaikan pesan terhadap anak dapat tersampaikan maksud dan tujuannya dengan baik. Tujuan komunikasi interpersonal yang dijelaskan pada bukunya Suranto Aw

(2011), komunikasi interpersonal merupakan suatu Action Orientet, ialah suatu

tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Dan bila penghambat ketidak efektifan komunikasi adalah sebaliknya pernyataan dalam pembahasan keefktifan komunikasi.

Dari hasil penelitian Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Remaja Pecandu Narkoba di Gresik, yang kemudian data tersebut dianalisis dengan teori Interaksi Simbolik dari George Herbert Mead. ini ditemukan bahwa (1) Komunikasi interpersonal keluarga dapat membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, sebagai makhluk sosial. (2) Interaksionisme simbolik merupakan gejala komunikasi sebagai konsekuensi dari prinsip berpikir sistemik, sehingga menempatkan komunikasi sebagai suatu proses menuju kondisi-kondisi interaksional yang bersifat konvergensif untuk mencapai pengertian bersama (mutual understanding) di antara para partisipan komunikasi seperti remaja yang terjerumus ke dunia narkoba salah satunya karena kurangnya situasi dan lingkungan sekitar yang nyaman. (3) Faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba yaitu situasi dan kondisi dimana komunikator harus memahami situasi di lingkungan hidupnya, apabila lingkungan sedang sibuk, maka komunikator perlu mencari waktu lain yang lebih tepat untuk menyampaikan suatu informasi.

(8)

DAFTAR ISI

COVER ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI...viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

F. Definisi Konsep ... 9

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 14

H. Metode Penelitian ... 17

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 19

3. Jenis dan Sumber Data ... 20

4. Tahap-tahap Penelitian... 24

5. Teknik Analisis Data... 27

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 27

I. Sistematika Pembahasan ... 29

BAB II : KAJIAN TEORITIS ... 31

A. Kajian Pustaka ... 31

(9)

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 31

b. Proses Komunikasi Interpersonal ... 36

c. Fungsi Komunikasi Interpersonal ... 38

2. Komunikasi Verbal ... 39

3. Komunikasi Nonverbal ... 39

B. Kajian Teori ... 40

BAB III : PENYAJIAN DATA ... 45

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 45

a. Deskripsi Subyek ... 45

b. Deskripsi Obyek... 51

c. Lokasi Penelitian ... 52

B. Deskrpisi Data Penelitian ... 53

1. Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Pecandu Narkoba di Gresik ... 54

2. Faktor Penyebab Remaja Terjerumus ke Dunia Narkoba ... 66

3. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Remaja Pecandu Narkoba di Gresik... 68

BAB IV : ANALISIS DATA ... 75

A. Temuan Penelitian ... 75

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 81

BAB V : PENUTUP ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Rekomendasi ... 97

Daftar Pustaka

Biodata Penulis

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang sangat

dominan dalam kehidupan sehari-hari, namun tidaklah mudah memberikan

definisi yang dapat diterima semua pihak. Sebagaimana konsep-konsep

dalam ilmu sosial lainnya, komunikasi interpersonal juga mempunyai

banyak definisi sesuai dengan persepsi-persepsi ahli komunikasi yang

memberikan batasan pengertian. Menurut Trenholm dan Jensen (1995:26)

dalam bukunya Suranto AW, mendefinisikan komunikasi interpersonal

sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka

(komunikasi duadik). Sifat komunikasi ini adalah spontan dan informan,

saling menerima feedback secara maksimal, partisipan berperan fleksibel.1

Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya

kegiatan komunikasi. Memang dalam kenyataanya, masyarakat tidak

berpikir terlalu detil mengenai proses komunikasi. Hal ini disebabkan,

kegiatan komunikasi sudah terjadi secara rutin dalam kehidupan

sehari-hari, sehingga tidak perlu lagi menyusun langkah-langkah tertentu secara

sengaja ketika akan berkomunikasi.2

Fakta kehidupan dewasa ini, dimana teknologi komunikasi sudah

menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, semakin menegaskan

bahwa manusia senantiasa berinteraksi dengan orang lain. Meskipun di

1

Suranto AW, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: penerbit graha ilmu 2011), hlm. 3.

2

(11)

tempat tertentu seseorang duduk sendirian, tetapi dengan media

komunikasi yang dimilikinya dia dengan mudah berinteraksi dengan

siapapun yang diingkannya.3

Orang tua pada umumnya sangat memperhatikan tindak tanduk

perkembangan anak remajanya baik secara langsung maupun tidak

langsung. Sebagian orang tua menganggap didikannya lebih baik karena

menyesuaikan dengan pengalaman terdahulu yang dialami orang tua pada

masa remajanya padahal disisi lain remaja saat itu berbeda dengan masa

remaja saat ini. Mereka sering menjadi korban dari keadaan dan kondisi

lingkungan sekitarnya.

Perjalan hidup manusia dalam menjalani kehidupannya, pasti akan

mengalami masa-masa rawan. Masa yang paling rawan yaitu masa-masa

transisi, ketika mereka tumbuh dari satu tahap perkembangan ketahap

perkembangan berikutnya. Transisi paling besar terjadi ketika anak

meninggalkan suasana aman di dalam rumah, dan keluarga kemudian

memasuki masa sekolah.

Pada saat mereka meninggalkan sekolah dasar dan akan masuk ke

sekolah lanjutan pertama. Mereka akan berhadapan dengan masalah dan

tantangan-tantangan baru dalam pergaulan yang berbeda serta lingkungan

dan suasana baru. Pada usia ini, merupakan usia yang sangat rawan,

dimana pengaruh dan keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru

mendorong anak untuk melakukan uji coba. Selanjutnya, yang paling

membahayakan yaitu banyak anak mulai berkenalan dengan narkoba

3

(12)

untuk pertama kalinya, baik melalui penawaran teman sebayanya ataupun

penawaran dari para pengedar narkoba.

Selanjutnya ketika mereka memasuki sekolah kejenjang

selanjutnya, remaja berhadapan dengan tantangan sosial, psikologis, dan

pendidikan untuk menghadapi masa depan. Tantangan ini dapat

mengakibatkan remaja stres dan dapat memicu penggunaan

penyalahgunaan rokok, alkohol dan jenis obat lainya terutama narkoba.

Dengan demikian juga ketika anak muda memasuki perguruan tinggi atau

lingkungan kerja dimana mereka berhadapan dengan tantangan baru,

resiko penggunaan dan penyalahgunaan narkoba semakin terbuka lebar.

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa

anak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa

anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut

dimasa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak

karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya.

Permasalahan remaja semakin hari semakin memperihatinkan,

apalagi di era globalisasi saat ini, mereka dapat mengakses sesuka hatinya

dan condong ke perilaku yang negatif bila tidak ada arahan dari orang tua.

Dampak yang lain di kalangan remaja berperilaku berani melakukan

penyimpangan sosial, seperti mabuk-mabukan, seks bebas, judi, pesta

narkoba, dan lain sebagainya. Fenomena ini sudah umum terlihat,

walaupun sudah banyak cara dilakukan untuk menanggulangi fenomena

tersebut, namun tetap tidak menghasilkan perubahan yang berarti,

(13)

menyukai narkoba karena menawarkan pelarian dari masalahnya, yang

dimana perilaku seperti ini mengakibatkan dampak yang lebih buruk lagi.

Remaja saat ini memiliki paradigma sendiri tentang dunianya dan

memiliki fenomena permasalahan di setiap pergaulannya. Sebagian remaja

menganggap dunia remaja adalah masa yang paling indah dan

menyenangkan dalam perjalanan hidupnya baik dilihat menurut orang lain

yang sulit mencari kerja ataupun menurut anggapan tentang orang

dewasa. Pada masa ini mulai tumbuh dalam remaja dorongan untuk hidup,

kebutuhan untuk adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya,

teman yang merasakan suka dan dukanya.4

Kebanyakan anak remaja sangat sensitif ketika apa yang di

inginkannya tidak mendapat dukungan dari orang tuanya. Apalagi remaja

yang bersifat aktif, ketika remaja memiliki kesalah fahaman komunikasi

dengan orang tua maka teman dapat menjadi titik nyaman untuk mencari

kesenangan. Beberapa cerita dari lima remaja di Gresik, ketika mereka

mandapatkan masalah dalam hidupnya maka tiga dari mereka mencoba

untuk menenangkan diri dengan mencoba mengkonsumsi narkoba.

Berawal dari teman yang simpati dengan masalah kawannya maka ia

mencoba memberi solusi, karena maslah sesama remaja yang kemudian

diberi solusi dari teman remajanya sendiri sehingga muncul ide yang

akhirnya membawa mereka untuk mengkonsumsi narkoba bersama-sama

demi menghormati kawan sependeritaan dan seperjuangan.

4

(14)

Pada masa remaja, mencoba-coba mengikuti trend dan gaya hidup,

serta bersenang-senang justru menjadi keinginan yang besar sekali.

Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa

juga memudahkan remaja terdorong untuk menyalahgunakan narkoba.

Data menunjukan bahwa jumlah penggunaan narkoba paling banyak yaitu

kelompok usia remaja.

Bila narkoba digunakan secara terus menerus dan berlebihan akan

mengakibatkan ketergantungan atau kecanduan. Kecanduan inilah yang

mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan

pada Sistem Syaraf Pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung,

paru-paru, hati, dan ginjal.

Berdasarkan semakin maraknya penyalahgunaan narkoba pada

kalangan remaja, membuat peneliti tertarik mengetahui tentang apa

penyebab dan pemicu para remaja sehingga bisa sampai mengkonsumsi

barang haram tersebut dan bagaimana komunikasi interpersonal yang

terjalin antara orang tua dan anak remaja pecandu narkoba.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak remaja

pecandu narkoba di Gresik?

2. Apa yang menyebabkan anak remaja sampai terjerumus ke dalam dunia

narkoba?

3. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam pola komunikasi

(15)

C. Tujuan Penelitian

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan

generasi muda dewasa ini kian meningkat.Maraknya penyimpangan

perilaku generasi muda tersebut dapat membahayakan keberlangsungan

hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang

diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh

digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut

tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang

tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari penyebaran

narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Peneliti bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan dan memahami komunikasi interpersonal orang tua

dan anak remaja pecandu narkoba di Gresik.

2. Mendeskripsikan dan memahami apa saja yang menjadi penyebab

remaja terjerumus pada dunia narkoba di Gresik.

3. Mendeskripsikan dan memahami faktor penghambat dan pendukung

dalam komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak remaja

pecandu narkoba di Gresik.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan gambaran tentang komunikasi interpersonal orang

tua dan anak remaja pecandu narkoba di Gresik dan memberikan

informasi kepada pembaca tentang narkoba dan bahayanya bagi

(16)

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam

rangka mengembangkan pengetahuan dibidang ilmu komunikasi

terutama kaitannya dengan komunikasi interpersonal.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan

pemahaman kepada publik agar memahami komunikasi interpersonal

orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Gresik dan memahami

lebih dalam tentang bagaimana harus menyikapi anak remaja yang

sudah terlanjur mengenal bahkan yang sudah terlanjur masuk ke dalam

dunia narkoba dan berharap agar supaya bisa menolong dan

mengarahkan remaja pecandu narkoba tersebut untuk bisa lepas dari

jeratan narkoba yang hanya akan merugikan dirinya.

(17)

Dalam kajian hasil penelitian terdahulu yang saya paparkan diatas,

dari masing-masing penelitian mengangkat tema yang berbeda baik dari

segi subyek, obyek, dan lokasi. Sehingga teori yang digunakan juga

(18)

komunikasi interpersonal antara beberapa orang dengan latar belakang

kepribadian yang menonjol dalam satu segi sisi tertentu.

F. Definisi Konsep

Konsep merupakan unsur pokok dari satu penelitian. Penentuan

dan perincian konsep sangat penting supaya persoalannya tidak menjadi

melebar dan kabur. Penegasan dari konsep yang terpilih perlu untuk

menghindarkan dari salah pengertian tentang arti konsep yang digunakan.

Karena konsep masih bersifat abstrak maka perlu upaya penerjemahan

atau penjelasan dalam bentuk kata-kata sedemikian rupa sehingga dapat

diukur secara empiris. Agar tidak terjadi kerancuan dalam memahami

judul skripsi “Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Remja

Pecandu Narkoba di Gresik”. Maka perlu dijelaskan beberapa istilah

(konsep) yang terdapat dalam redaksi judul.

Beberapa istilah yang di maksud dalam judul tersebut adalah:

1. Komunikasi Interpersonal

Menurut Hardjana (2003) dalam bukunya Suranto AW,

komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan

diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim

pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan secara suka

rela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas hubungan

antar pribadi, dan tidak ada hambatan.5 Berdasakan definisi

tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal

dikatakan efektif, apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu:

5

(19)

(1) pesan yang dapat diterima dan dipahami oleh komunikannya

sebagaimana dimaksud oleh komunikator, (2) ditindak-lanjuti

dengan perbuatan secara suka rela, (3) meningkatkan kualitas

hubungan antar pribadi.6

Komunikasi interpersonal yang efektif, akan membantu

seseorang dan mengantarkan kepada tercapainya tujuan tertentu.

Kita harus menyadari, bahwa komunikasi interpersonal merupakan

jalan menuju sukses.7

Komunikasi interpersonal yang dimaksud disini adalah

ketika subyek yang diteliti melakukan interaksi sosial dengan

orang-orang sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Baik di dalam

lingkungan keluarga, teman maupun lembaga sosial masyakat.

2. Orang Tua

Dalam kamus besar bahasa Indenesia disebut bahwa orang

tua artinya ayah dan ibu kandung. Orang tua didalam kehidupan

keluarga mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin

rumah tangga, sebagai pembentuk pribadi pertama dalam

kehidupan anak.8

Dalam penelitin ini orang tua yang dimaksudkan adalah

ayah dan ibu yang memiliki anak remaja yang bermasalah dengan

narkoba. Ayah dan ibu sebagai orang yang bertanggung jawab

penuh terhadap perkembangan seorang anak remajanya, sehingga

perilaku, cara mendidik dan aktifitas orang tua akan menjadi

(20)

dampak dalam proses perkembangan anak. Orang tua akan menjadi

orang pertama yang didekati seorang anak ketika sedang

menghadapi masalah, dan akan menjadi proses yang baik bila itu

terjadi, karena batasan-batasan nilai terbaik bagi anak yang

dimiliki setiap orang tua akan diterapkan demi kebaikan sianak dan

keluarga kecilnya, dan akan menjadi berbeda ketika seorang anak

akan lebih dekat dengan orang lain dibanding dengan orang tuanya,

maka orang tua akan sulit mengontrol aktifitas, pemahaman dan

perilaku yang bisa sesuai dengan keinginan orang tua

sesungguhnya.

3. Remaja.

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun.Pada

masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak

dapat pula disebut anak-anak.Masa remaja adalah masa peralihan

manusia dari anak-anak menuju dewasa.Remaja merupakan masa

peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara

usia 11 tahun sampai dengan usia 21 tahun.

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa.

Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai

kanak-kanak, namun ia masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan

dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya

dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun

melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering

(21)

menyenangkan bagi lingkungan, maupun orang tuanya. Kesalahan

yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman

sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama

masih dalam masa mencari identitas dan jati diri.

Remaja merupakan pemimpin masa depan suatu bangsa.

Disamping hal-hal yang menggembirakan dengan kegiatan

remaja-remaja akhir-akhir ini seperti semakin aktif mengikuti organisasi

antar pelajar dan peningkatan prestasi, kita melihat pula arus

kemerosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian

pemuda-pemuda kita, yang lebih terkenal dengan sebutan

kenakalan remaja. Dalam surat kabar sering kali kita membaca

berita tentang perkelahian pelajar, penyebaran narkotika,

pemakaian obat bius, minuman keras, penjambret yang dilakukan

oleh anak-anak yang berusia belasan tahun, meningkatnya

kasus-kasus kehamilan di luar nikah yang terjadi di kalangan remaja putri

dan lain sebagainya.

Hal tersebut adalah suatu masalah yang dihadapi

masyarakat yang kini semakin marak, oleh karena itu masalah

kenakalan remaja di Gresik mendapatkan perhatian yang serius dan

terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif,

yang titik beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam

(22)

4. Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat atau

bahan berbahaya. Selain narkoba, istilah yang di perkenalkan

khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(DKRI) adalah NAPZA yang merupakan singkatan dari Narkotika

Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau

NAPZA mengacu pada sekelompok zat yang umumnya

mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut para

ahli kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa

di pakai untuk membius pasien saat hendak di operasi atau

obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu

disalahgunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis.

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir seluruh penduduk

dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum

yang tidak bertanggung jawab.

Misalnya dari bandar narkoba yang sedang mencari mangsa

didaerah sekolah, lingkungan masyarakat, diskotik, dan

tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para

orang tua, masyarakat, bahkan pemerintah juga akan khawatir akan

penyebaran narkoba yang begitu merajalela.

Upaya pemberantasan narkoba pun sudah sering dilakukan,

namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba

dari kalangan anak-anak, remaja, maupun dewasa. Hingga saat ini

(23)

remaja yaitu dari pendidikan, pergaulan, dan keluarga. Orang tua

diharapkan mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu

menjauhi narkoba. Dan hingga kini narkoba pun telah merajalela di

kalangan siswa-siswa SMP maupun SMA. Hal tersebut bisa saja

mengganggu prestasi belajar siswa yang mengkonsumsi narkoba

tersebut. Jika siswa mengkonsumsi narkoba tanpa henti (ketagihan)

akan merusak beberapa jaringan di tubuh pecandu yang

mengakibatkan tidak konsen dalam pelajaran, selalu gelisah, tidak

fokus pada pelajaran sehingga prestasi siswa pecandu akan

menurun. Jika siswa banyak yang mengkonsumsi narkoba maka

akan banyak pula siswa yang akan kehilangan prestasi belajarnya.

Apabila meninjau dari beberapa definisi di atas maka dapat diambil

suatu pemahaman bahwa judul skripsi ini adalah sebuah konsep tentang

komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak remaja yang terjerat

narkoba. Sehingga akan ada feedback yang didapat antara komunikasi

interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Gresik. Serta

komunikasi verbal dan nonverbal yang terjadi diantara orang tua dan anak

remaja pecandu narkoba di Gresik. Karena di era globalisasi saat ini

narkoba sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan bisa saja orang

terdekat kita mengkonsumsi narkoba.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Demikian peneliti akan memaparkan secara definitif dan skematik

teoritis yang akan digunakan oleh peneliti di dalam melakukan sebuah

(24)

sebagai kerangka pemikiran Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan

Anak Remaja Pecandu Narkoba di Gresik yakni pengembangan dari ilmu

komunikasi interpersonal dengan beberapa teori komunikasi yakni teori

interaksi simbolik dan dari pengertian pendukung lainnya yang

disesuaikan pada fenomena penyampaian pesan komunikasi interpersonal

orang tua dan anak remaja yang bermasalah dengan narkoba.

Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, dimana

merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang

barangkali paling bersifat “humanis” dalam Ardianto, dalam Innas Hasna

Orang Tua

Feedback

Remaja Pecandu

Narkoba

Penghambat dan

Pendukung

Faktor Penyebab

Pesan

Verbal/Nonverbal

(25)

Haifa dkk.9 Dimana perspektif ini menonjolkan keagungan dan mahakarya

sangat menonjolkan keagungan dan mahakarya nilai individu diatas

pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap

individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudyaan, berinteraksi di

tengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan kebudayaan, berinteraksi

di tengah sosial masyarakatnya dan menghasilkan makna “buah pikiran”

yang disepakati secara kolektif. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa

setiap bentuk interaksi sosial yang di lakukan oleh setiap individu akan

mempertimbangkan sisi individu tersebut. Inilah salah satu ciri dari

perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk

makna yang berasal dari pikiran manusia (mind), menenai diri (self),dan

hubungannya di tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk

memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (society)

dimana individu tersebut menetap, seperti yang dicatat oleh Douglas

(1970) dalam Ardianto dalam Innas Haifah.10 Makna itu berasal dari

interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan

membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

Barbara Balqis Lal, mengidentifikasi cara pandang interaksionisme

simbolik yakni tiga (3) dari enam (6) yang di identifikasi oleh Barbara

yakni:

1. Orang mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan

pemahaman subyektif tentang situasi yang dihadapi.

9

Innas Hasna Haifah dkk, Teori Komunikasi Interpersonal (Humas 2009) hlm.8

10

(26)

2. Kehidupan sosial lebih merupakan proses-proses interaksi dari

pada struktur-struktur yang karenanya senantiasa berubah.

3. Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran-penafsiran dimana

objek-objek yang releven serta tindakan-tindakan tertentu

diperhitungkan dan didefinisikan.

Interaksional simbolik, dengan memperhatikan

kecenderungan-kecenderungan di atas, dapat dikatakan berupaya membahas totalitas

pelaku menusia dipahami melalui proses interaksi yang terjadi. Struktur

sosial dan makna yang dicipta dan dipelihara melalui interaksi sosial.11

H. Metode Penelitian

Secara umum, komunikator yang merencanakan membuat

penelitian untuk membantu mengembangkan strategi komunikasi harus

pertama-tama harus menyatakan secara jelas tujuan-tujuan program

berkenaan dengan perilaku-perilaku yang diinginkan.12 Penelitian ilmiah

banyak bergantung dengan cara penelitian dengan menyimpulkan fakta,

sehingga peneliti dapat melakukan penelitiannya dan memerlukan metode

penelitian agar dapat memperoleh data yang valid. Metode penelitian

merupakan elemen penting untuk menjaga rehabilitas dan bagaimana data

yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian

mampu menyajikan informasi yang valid. Disini akan dijelaskan hal-hal

yang berkaitan dengan metode penelitian yang meliputi:

11

Pawito, Ph D. Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta, 2007. PT, LKS Pelangi Aksara) hlm.66-68

12

(27)

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam tradisi penilitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu

pengetahuan tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian

kuantitatif, karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi

sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif

melampaui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana orang

peneliti memulai berfikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai

fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan dilapangan,

kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan

teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu. Peneliti diarahkan oleh

produk berfikir induktif untuk menemukan jawaban logis terhadap apa

yang sedang menjadi pusat perhatian dalam penelitian, dan akhirnya

produk berpikir induktif menjadi jawaban sementara terhadap apa yang

di pertanyakan dalam penelitian dan menjadi perhatian itu, jawaban

tersebut dinamakan dengan berpikir induktif-analitis.13 Dalam

penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif, peneliti

tidak mengambil jarak dengan obyek yang diteliti sehingga peneliti

melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif, sehingga

peneliti langsung terjun ke lapangan.

Adapun penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian

metode deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian

ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis

atau membuat prediksi. Ciri lain metode deskriptif ialah titik berat

13

(28)

pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti

bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat kategori prilaku,

mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasinya. Dengan

suasana alamiah dimaksudkan bahwa peneliti terjun ke lapangan. Ia

tidak berusaha untuk memanipulasikan variabel. Karena kehadirannya

mungkin memperanguhi perilaku gejala (reactive measures), peneliti

berusaha memperkecil pengaruh ini. Penelitian sosial telah

menghasilkan beberapa pengakuan yang tidak terlalu banyak

“merusak” kenormalan (unobstrusive measures).14

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

a. Subyek

Subyek dalam penelitian ini adalah orang yang ada dalam

fenomena langsung, yang dimana dapat memberikan informasi

terhadap obyek penelitian. Adapun informan yang ditunjuk oleh

peneliti dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Yang

menjadi subyek dalam penelitian ini adalah keluarga dari anak

remaja pecandu narkoba.

Tabel 1.2 Nama-nama informan

No. Nama Usia Alasandijadikan informan

1. yang mempunyai usaha konveksi busana muslim.

(29)

Kakak kandung remaja pecandu narkoba.

Remaja pecandu narkoba

b. Obyek

Adalah aspek keilmuan komunikasi yang menjadi kajian

penelitian. Obyek dalam penelitian ini adalah Komunikasi

Interpersonal Orang Tua dan Anak Remaja Pecandu Narkoba di

Gresik.

c. Lokasi Penelitian

Adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan. Peneliti

mengambil lokasi penelitian di tempat tinggal remaja pecandu

narkoba, dan di kalangan masyarakat sekitar remaja pecandu

narkoba.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Peneliti menggali data dengan melihat fenomena yang

terjadi dilapangan, data akan digali malalui informasi dari

subyek penelitian dan data dikembangkan melalui informasi

yang terdekat dari subyek. Penelitian fenomena komunikasi

interpersonal antara orang tua dan anak remaja pecandu

narkoba di Gresik yang akan di teliti ini tergolong kebiasaan

yang tidak baik di kehidupan remaja yang juga sangat

(30)

Data diambil menggunakan wawancara dengan subyek,

dan menggali setiap jawaban yang telah diberi oleh informan,

sehingga lebih luas data yang diperoleh, untuk keabsahan data.

Jenis data ada dua macam yaitu jenis data primer dan jenis data

sekunder. Data primer adalah segala informasi yang didapat

dari informan sesuai dengan fokus penelitian. Dalam hal ini

data yang diambil adalah tentang komunikasi interpersonal

antara orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Gresik.

Sedangkan data sekunder adalah data yang berasal dari bahan

bacaan yang berupa dokumen-dokumen baik berupa buku,

surat-surat atau dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan dalam

penelitian untuk melengkapi data primer. Data yang diteliti

adalah tentang Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak

Remaja Pecandu Narkoba di Gresik dilihat dari segi

pencitraannya dan gambaran umum tentang kehidupannya

sehari-hari di kalangan keluarga, serta di lingkungan sekitar.

b. Sumber Data

Sumber data adalah orang-orang yang menjadi

informan dalam penelitian. Untuk melengkapi data primer dan

data sekunder maka sumber data yang dipakai oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Informan

Disini informan adalah yang dimanfaatkan oleh

(31)

situasi dan kondisi latar penelitian. Disini peneliti

mengambil 4 informan. Peneliti menggali data dengan

melihat fenomena yang terjadi. Data akan digali melalui

informasi dari subyek penelitian. Penelitian fenomena

Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Remaja

Pecandu Narkoba di Gresik ini sangat sensitif dengan

masyarakat karena fenomena yang akan diteliti ini

tergolong aib bagi kalangan keluarga sehingga

membutuhkan pendekatan khusus untuk mencari fenomena

dalam keluarga tersebut.

Data diambil menggunakan wawancara dengan

subyek, dan menggali setiap jawaban yang telah diberi oleh

informan, sehingga lebih luas data yang di ambil maka

lebih banyak data yang dapat diperoleh. Untuk keabsahan

data, peneliti dapat mengkombinasikan pertanyaan yang

sama dari obyek ke beberapa keluarga terdekat dan

terutama ke remaja itu sendiri.

c. Teknik Pengumpulan Data

Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk

bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya

dimana individu berasal. Manusia secara aktif dan kreatif

(32)

stimulus dalam dunia kognitifnya.15 Dalam penelitian ini

metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:

a. Observasi

Observasi dibutuhkan untuk memahami proses

terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami

dalam konteksnya. Observasi dilakukan untuk memahami

kondisi masyarakat letak geografis dari rumah yang akan

diteliti sehingga untuk mengembangkan data serta melihat

pengaruhnya dilingkungan terhadap fenomena yang akan

diteliti. Dalam penelitian observasi akan dilakukan dengan

mengunjungi secara langsung kediaman informan.

b. Wawancara mendalam

Wawancara adalah salah satu tipe komunikasi

interpersonal dimana dua orang terlibat dalam percakapan

yang berupa tanya jawab. Dalam komunikasi interpersonal,

tipe wawancara ini, arah distribusi pesan bersifat relatif

cepat. Pewawancara bertindak sebagai perancang dan

pencipta berbagai pertanyaan, sedangkan yang

terwawancara bertindak sebagai penerima pertanyaan, dan

selanjutnya menyampaikan jawaban atau memberikan

umpan balik.

Keefektifan wawancara ditentukan oleh sejauh

mana informasi yang ingin dikumpulkan telah tercapai.

15

(33)

Oleh karena itu agar supaya informasi-informasi penting

yang diinginkan dapat diperoleh dari pihak terwawancara,

maka seorang pewawancara perlu membuat semacam

pedoman wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan

penting yang akan di ajukan.

Wawancara secara mendalam mengenai suatu

kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan tema yang

diteliti. Teknik wawancara ini bertujuan untuk mencari data

yang berkenaan dengan judul.

c. Dokumenter

Metode dokumenter adalah metode yang digunakan

untuk menelusuri data historis. Dengan demikian, pada

penelitian sejarah, maka bahan dokumenter memegang

peranan yang amat penting. Jadi yang dimaksud dengan

metode dokumentasi adalah cara memperoleh,

mengumpulkan data-data, melalui tulisan atau bahkan yang

tidak tertulis yang berhubungan dengan masalah-masalah

penelitian.

4. Tahapan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan sebelum pengambilan data yaitu

dengan prosedur:

a. Tahap pra lapangan

Tahap pra lapangan merupakan tahap perjalanan penelitian

(34)

prosedur perizinan, yang dimana perizinan tersebut ditujukan untuk

kelancaran prosedural penelitian saat peneliti berada di lapangan

dan juga digunakan untuk identitas resmi sebagai peneliti

dilapangan dari lembaga-lembaga perizinan yang terkait seperti,

surat perizinan dari kampus yang di tandatangani dari dekan

fakultas dakwah. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan

oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a) Menyusun rancangan penelitian

Disini peneliti menggunakan metode wawancara

dalam penggalian data, peneliti saat dilapangan

menggunakan beberapa strategi dalam teknis

wawancaranya untuk menggali informasi ke subyek

penelitian. Pada tahapan ini peneliti menyusun usulan

penelitian atau proposal penelitian yang sebelumnya akan

didiskusikan dengan dosen pembimbing. Proposal

penelitian terdiri dari latar belakang masalah, alasan

pelaksanaan penelitian, fokus masalah, pemilihan lapangan

penelitian, rancangan prosedur data dan rancangan

pengecekan keabsahan data.

b) Memilih lapangan penelitian

Peneliti memilih penelitian tentang komunikasi

interpersonal antara orang tua dan anak remaja pecandu

narkoba di tempat tinggal remaja pecandu narkoba yakni di

(35)

c) Membuat pedoman wawancara

Dalam hal ini peneliti membuat beberapa

pertanyaan yang bersangkutan dengan judul yang dibuat

sebagai wawancara dengan informan guna mendapat data

sevalid mungkin.

d) Menentukan informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi

seputar fokus penelitian. Untuk menentukan informan

peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu

dengan memilih informan yang terkait dengan fokus

penelitian.

b. Tahap kerja lapangan

Dalam tahap ini peneliti menggunakan metode wawancara

dalam penggalihan data, peneliti saat di lapangan menggunakan

beberapa strategi dalam teknis wawancaranya untuk menggali

informasi ke subyek peneliti, minggu ke I peneliti menggunakan

teknik pendekatan atau bisa disebut dengan ramah tamah terhadap

keluarga yang akan diteliti, dengan pendekatan dari beberapa

keluarga besar dan menyampaikan maksud serta tujuan yang baik

sehingga tidak ada kesalah fahaman.

Munggu ke II menggali informasi terhadap penyampaian

bentuk komunikasi verbal dan nonverbal kepada subyek, minggu

ke III mulai menggali informasi pendukung dan penghamabat dari

(36)

lebih dalam di penguatan data dari subyek lewat keluarga lainnya

yang kenal dekat dengan remaja pecandu narkoba.

c. Penulisan laporan

Penulisan laporan akan dilakukan sebagai hasil dari

penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkait tema penelitian yang

disusun secara sistematik dan dapat dipertanggung jawabkan.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Meolong adalah mengorganisasikan dan

mengurutkan data kedalam pola kategori atau susunan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan didata.16 Analisis data dilakukan selama

berjalannya penelitian. Kemudian diberi pemahaman khusus melalui

wawancara mendalam, selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Proses analisis data mulai dilakukan ketika peneliti masih

berada dilapangan. Setelah itu dibuat abstraksi yang merupakan

rangkuman inti dari proses wawancara. Hal ini diperlukan untuk

menyempurnakan pemahaman terhadap data yang diperoleh, kemudian

menyajikan kepada pembaca atau orang lain dengan lebih jelas tentang

apa yang ditentukan dan didapat dari lapangan.

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar data dalam penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan,

maka dalam penelitian ini membutuhkan teknik pengecekan keabsahan

16

(37)

data. Sehingga peneliti mengadakan pemeriksaan keabsahan data

tersebut dengan cara sebagai berikut:

a. Diskusi dengan teman sebaya

Teknik dilakukan dengan cara mengekspose hasil

sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi

analitik dengan rekan-rekan sejawat. Diskusi ini dilakukan untuk

mengetahui hal-hal (data) yang belum diteliti oleh peneliti, bisa

juga dijadikan sebagai tambahan tentang penjabaran data lapangan

dan sebagai pembanding antara data yang satu dengan yang lain.

b. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dilakukan

sebagai upaya untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan

konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan data

tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan,

dengan kata lain peneliti dapat melakukan “chek and richek”

temuan dengan cara membandingkan yaitu:

1) Triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berada dalam

(38)

2) Triangulasi dengan teori, sebagai penjelasan banding (rival

explanations) apakah teori ini juga dapat di ketahui apa

kelebihan dan kekurangannya.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah terdiri dari bab

dan sub bab, kemudian terbagi menjadi bagian-bagian sub bab yang secara

rinci. Untuk mempermudah pembahasan, penulisan dan pemahaman

dalam skripsi nanti, maka disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, bab ini isinya meliputi, konteks penelitian,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi

istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Yang dimana di dalam bab ini menjelaskan mengenai

kronologi fenomena yang terjadi dengan apa yang telah

banyak terjadi di kalangan umum hingga khusus, dimana

juga menggambarkan potret nyata dilapangan serta berisi

data-data yang menunjang tentang Komunikasi

Interpersonal Orang Tua dan Anak Remaja Pecandu

Narkoba Di Gresik.

BAB II : Yakni kajian teoritis meliputi: kajian pustaka dan kajian

teori dimana keterangan dan penunjang dari para ahli pakar

yang terkait dengan fenomena yang diteliti atau dapat

menunjang dalam penelitian Komunikasi Interpersonal

(39)

dari buku, artikel atau tokoh-tokoh terkemuka komunikasi

serta yang lainnya.

BAB III : Penyajian data yang meliputi: deskripsi subyek, obyek dan

lokasi penelitian serta deskripsi penelitian, dalam bab III

penjelasan mengenai informan subyek, obyek, dan letak

lokasi atau letak geografis diperjelas melalui deskripsi dari

lapangan.

BAB IV : Analisis data yang meliputi: temuan penelitian dan

konfirmasi temuan teori. Data yang telah di dapat

diperdalam lagi sesuai teori dan juga ilmu yang mendukung

lainnya. Dimana pada bab ini yakni perpaduan dari bab II

dan bab III.

BAB V : Penutup yang meliputi sub bab: kesimpulan, saran dan

rekomendasi. Kesimpulan dari hasil penelitian akan ditulis

di bab ini dan yang lebih terpenting adalah jawaban dari

(40)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

1. Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber

(source) atau pengirim pesan yaitu dimana gagasan, ide atau

pikiran berasal yang kemudian akan disampaikan pada pihak

lainnya yaitu penerima pesan. Sumber atau pngirim pesan sering

pula disebut dengan “komunikator”. Sumber atau komunikator bisa

jadi adalah individu, kelompok atau bahkan organisasi.

Komunikator mungkin mengetahui atau pihak yang akan menerima

pesannya. Jika anda sedang berbicara dengan seorang teman bisa

jadi anda sudah mengetahui siapa teman anda itu, bagaimana

sifatnya, hal-hal apa saja yang mungkin menyinggung

perasaannya. Anda akan berusaha menghindari untuk

mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan atau

yang dapat membuat teman anda marah.1

Komunikasi adalah proses dimana orang yang bekerja

dalam organisasi saling mentransmisikan informasi dan

menginterpretasikan artinya yang terpenting dalam komunikasi

adalah apabila pengirim berita dan artian yang ditangkap oleh

1

(41)

penerima berita itu sama dan satu. Kehidupan manusia takkan bisa

lepas dari berhubungan dengan manusia lainnya, karena hal itu

merupakan kodrat manusia sebagai mahluk sosial. Dalam

memerankan diri sebagai mahluk sosial, manusia yang normal

tidak akan bisa lepas dari sebuah interaksi terhadap orang lain.

Interaksi tersebut adakalanya berupa sebuah komunikasi.

Komunikasi juga disebut sebagai inti semua hubungan

sosial, apabila orang telah mengadakan hubungan tetap, maka

sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah

sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka,

mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila

muncul. Sehingga apabila kita berkomunikasi dengan orang lain,

brarti kita berusaha agar apa yang disampaikan dapat dimengerti

oleh komunikan.

Ketika kita berbicara maka kata-kata yang kita ucapkan

adalah pesan (massage). Pesan dapat ditujukan pada satu individu

saja atau kepada jutaan individu.2 Dalam pemikiran seseorang ada

suatu bentuk gagasan yang diterjemahkan ke dalam suatu lambang,

misalnya bahasa, dan dikirim melalui ucapan kata-kata, sehingga

diterima oleh orang lain. Sekarang orang yang menerima mulai

menerjemahkan lambang-lambang yang didengarnya itu ke dalam

gagasan kembali. Komunikasi sudah berjalan setidaknya satu

2

(42)

tahapan, dari seseorang tadi kepada orang lain.3 Salah satu bentuk

komunikasi akrab dalam berinteraksi adalah komunikasi

interpersonal atau antar pribadi, adapun beberapa pendapat tersebut

diantaranya sebagai berikut:

Semua secara pribadi punya gaya khas dalam berbicara,

bukan hanya caranya tetapi juga topik-topik yang dibicarakan.

Kekhasan ini umumnya diwarisi seseorang dari budayanya.

Edwerd T, Hall (1973) membedakan budaya konteks rendah

(low-context culture), yang mempunyai beberapa perbedaan penting

dalam cara penyandian pesannya. Budaya konteks rendah ditandai

dengan komunikasi konteks rendah: pesan verbal dan eksplisit,

gaya bicara langsung, lugas, dan berterus terang. Para penganut

budaya konteks rendah ini mengatakan apa yang mereka

maksudkan dan memaksudkan apa yang mereka katakan.4

Sebaliknya budaya konteks tinggi ditandai dengan komunikasi

konteks tinggi, kebanyakan pesan bersifat implisit tidak langsung

dan tidak terus terang. Pesan yang sebenarnya mungkin

bersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara: intonasi suara,

gerakan tangan, gestur tubuh, ekspresi wajah, tatapan mata, atau

bahkan konteks fisik.5

Menurut Johnson, secara luas komunikasi adalah setiap

bentuk tingkah laku seorang baik verbal maupun nonverbal yang

3

A.G.Lunandi,Komunikasi Mengena (Yogyakarta: Penerbit Kanisius 1987), hlm.15

4

Daddy Mulyana,Ilmu Komunikasi (Bandung: penerbit PT Remaja Rosdakarya 2010), hlm.327

5

(43)

ditanggapi oleh orang lain. Setiap bentuk tingkah laku

mengungkapkan pesan tertentu, sehingga juga merupakan bentuk

komunikasi. Sedangkan secara sempit komunikasi diartikan

sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih

penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku

si penerima.6

Komunikasi interpersonal terkait dengan komunikasi antara

orang, biasanya secara tatap muka dalam situasi yang pribadi.

Komunikasi kelompok terkait dengan interaksi manusia dalam

kelompok kecil. Komunikasi kelompok melibatkan juga hubungan

interpersonal. Kebanyakan teori komunikasi interpersonal berlaku

juga pada tingkatan kelompok.

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara

orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

atau nonverbal. Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan

bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri.

Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan

memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri. Komunikasi

intrapersonal bertujuan untuk melakukan prediksi, evaluasi,

penguatan serta pelemahan.

6

(44)

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi

adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian

antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok manusia kecil

dengan berbagai efek dan umpan balik (feedback).7

Everet M. Rogers mengartikan bahwa komunikasi

antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang

terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.8

Bitner (1985) yang menerangkan bahwa komunikasi

antarpribadi berlangsung apabila pengirim menyampaikan

informasi berupa kata-kata kepada penerima, dengan menggunakan

medium suara manusia.9

Barnlund mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai

pertemuan anatara dua, tiga orang atau mungkin empat orang yang

terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur.10

Astrid French, mengatakan “kecakapan interpersonal

adalah segala sesuatu yang kita gunakan ketika kita berkomunikasi

langsung dengan orang lain”.11

Komunikasi interpersonal atau yang disebut dengan

komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar perorangan dan

7

A.W.Widjaja,Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: PT Bumi Aksara 2002).

8

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), hlm.35

9

Ibid., hlm.32

10

Ibid., hlm.32-33

11

(45)

bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium)

ataupun tidak langsung (melalui medium).12

Dalam buku komunikasi interpersonal dan intrapersonal

disebutkan bahwa komunikasi interpersonal atau antarpribadi

adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana

pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan

penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara

langsung.13

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

komunikasi interpersonal atau antarpribadi merupakan proses

penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik dua

orang, tiga orang, atau empat orang dalam suatu kelompok kecil

yang prosesnya cenderung bertatap muka (face to face) sehingga

mendapatkan timbal balik secara langsung.

b. Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator

menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat

menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dan

komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk

menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan

komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui

perkembangan.

12

M.Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), hlm.32

13

(46)

Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada penyampaian

pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. komunikator dan

komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai

dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya

terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun

komunikasi yang efektif, yaitu :

1. Kejelasan

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus

menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas,

sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.

2. Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa

yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.

3. Konteks

Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya

adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan

harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana

komunikasi itu terjadi.

4. Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun

dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak

(47)

5. Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi,

tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika.

Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan

dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik

dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal,

agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.

c. Fungsi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi disebut efektif apabila penerima

menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana

dimaksudkan oleh pengirim. Kenyataannya sering kita gagal saling

memahami. Sumber utama kesalahpahaman dalam komunikasi

adalah cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda dari

yang dimaksud oleh pengirim, karena pengirim gagal

mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat.14 Keefektifan kita

dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan kita

untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang kita inginkan,

atau mempengaruhi orang lain sesuai kehendak kita.15 Komunikasi

interpersonal mempunyai fungsi komunikasi sebagai berikut:

1) Untuk mendapatkan respon atau umpan balik. Hal ini

sebagai salah satu tanda efektivitas proses komunikasi.

14

A.Supratiknya, Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi (Yogyakarta: Kanisius 2009), hlm.34

15

(48)

2) Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon

atau umpan balik.

3) Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial.

2. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal menghasilkan suatu simbol atau pesan

verbal, sehingga akan menjadi sistem kode verbal untuk kesempurnaan

dalam komunikasi yang disebut dengan bahasa. Bahasa dapat

didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk

mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan sehingga

dapat dipahami. Bahasa verbal adalah sarana utama menyatakan

pikiran, perasaan dan maksud yang diinginkan.16

Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau

menjuluki orang, objek dan pariwisata. Fungsi yang kedua, yakni

sebagai sarana untuk berhubungan dengan orang lain, sebenarnya

banyak berkaitan dengan fungsi-fungsi komunikasi, khususnya fungsi

sosial dan fungsi instrumental. Fungsi yang ketiga, yakni bagaimana

dapat memungkinkan seseorang untuk hidup lebih teratur, saling

memahami mengenai diri, kepercayaan-kepercayaan diri, dan

tujuan-tujuan kebaikan terhadap diri masing-masing pribadi.17

3. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal akan menghasilkan simbol yang berupa

pesan. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang

bukan kata-kata. Menurut Larry A, Samovan dan Richard E. Porter,

16

Deddy Mulyana, Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009) hlm. 262

17

(49)

komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali

rancangan verbal) dalam satu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh

individu dan penggunaan lingkungan individu, yang mempunyai nilai

pesan potensial bagi pengirim atau penerima.

Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh dalam komunikasi.

Salah satunya dalam berkomunikasi manusia tidak cukup

mempresentasikannya dengan lewat bahasa verbal saja, karena dalam

komunikasi nonverbal digambarkan dalam buku Ilmu Komunikasi

karya Dedi Mulyana, dijelaskan bahwa “Buku apa yang ia katakan,

melainkan bagaimana mengatakannya. Lewat perilaku nonverbal,

dapat diketahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang

bahagia, bingung atau sedih. Kesan awal pada seseorang sering

didasarkan perilaku nonverbalnya, yang mendorong orang mengenal

lebih jauh dan dapat dengan mudahnya untuk mengidentifikasi suatu

maksud serta tujuan ataupun merangsang suatu kedekatan yang lebih

baik lagi.18

B. Kajian Teori

Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, dimana

merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang

barangkali bersifat “humanis” (dalam Ardianto, dalam Innas Hasna dkk).19

Dimana perspektif ini sangat menonjolkan keagungan dan maha karya

nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif

18

Ibid, hlm.348

19

(50)

ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esesnsi

kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan

menghasilkan makna “buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Dan

pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang

dilakukan oleh setiap individu, akan mempertimbangkan sisi individu

tersebut, inilah salah satu ciri dari perspektif interaksional yang beraliran

interaksionisme simbolik.

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan

ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukukaran simbol yang diberi

makna. Blummer mengintegrasikan gagasan-gagasan dari John Dewey,

William Isaac Thomas, dan Charles Herton Chooley. Selain Blummer,

terdapat ilmuan-ilmuan lain yang memiliki andil dalam pengembangan

teori interaksi simbolik, antara lain: Manford H. Kuhn Howard S. Becker,

Norman K. Denzin, Arnold Rose, Gregory Store, Anselm, seraya

memanfaatkan pemikiran ilmuan lain yang relevan, seperti Geogel Simmel

atau Kanneth Burke. Hal itu mereka lakukan lewat interpretasi dan

penelitian-penelitian untuk menerapkan konsep-konsep dalam teori Mead

tersebut. Perspektif interaksi simbolik pada dasarnya berusaha mamahami

perilaku manusia dari sudut pandangan subjek. Artinya perspektif ini

menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebgai proses yang

memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka

dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra

interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi,

(51)

mereka. Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan,

dorongan implus, tuntutan budaya, atau tuntutan peran. Manusia bertindak

hanya berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek di

sekeliling mereka.20

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan anatara

simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah

individu, dalam Innas Hasna Haifah dkk.21 Banyak ahli di belakang

perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang

paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa

individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis

melalui interasksinya dengan individu lain.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk

makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind), mengenai diri (Self), dan

hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk

memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society)

dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas

(1970) dalam Arianto dalam Innas Hasna, makna itu berasal dari interaksi,

dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan

membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. Definisi

singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain:

1. Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol

yang mempunyai makna sosial sama, dimana tiap individu

20

B. Aubrey Fisher, Teori-teori Komunikasi, terj. Soejono Trimo (Bandung: Remaja Karya, 1986) hlm.231

21

(52)

harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi

dengan individu lain.

2. Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap

individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain,

dan teori interaksionisme simbolik adalah salah satu cabang

dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri

(the-self) dan dunia luarnya.

3. Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang

diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu

ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam

perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada

akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan

peran di tengah masyarakat, “Mind, Self and Society”

merupakan karya George Harbert Mead yang paling terkenal.

Mead 1934 dalam West-Turner. Dalam Innas Hasna Haifa dkk.

Dalam buku tersebut memfokuskan pada tiga tema konsep dan

asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai

teori interaksi simbolik.22

Sebagaimana lazimnya ilmu-ilmu sosial lainnya, teori interaksi

sosial simbolik juga diilhami serangkaian oleh teori-teori sebelumnya.

Banyak pakar bersepakat bahwa pemikiran George Herbert Mead,

sebagai tokoh sentral teori interaksionalisme simbolik memiliki

“keunikan” dan karakteristik tersendiri yang sangat bertolak belakang

22

(53)

dari teori-teori yang menjadi inspirasi dari beberapa ilmuan yang

memiliki andil besar dalam “kemunculan” teori interaksionalisme

simbolik antara lain: James Mark Balwin, William James, Charles

Horton Cooley, John Dewey. William Isaac Thomas dan George

Herberd Mead. Akan tetapi dengan semua itu mead-lah yang paling

populer sebagai peletak dasar teori tersebut. Mead mengembangkan

teori iteraksionalisme simbolik tahun 1920-an dan 1930-an dan saat ini

menjadi profesor filsafat di Universitas Cicago.23

23

(54)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih informasi yang sesuai

dengan fokus penelitian sebagai sumber data penelitian.

a. Deskripsi Subyek

Subyek dalam penelitian ini adalah personil keluarga

dari fenomena yang terjadi, yang akan memungkinkan dapat

memberi informasi atas pola komunikasi interpersonal yang

digunakan dalam penyampaian pesannya sehingga dapat

menyelesaikan permasalahan fenomena orang tua dan anak

remaja pecandu narkoba. Adapun informan dalam penelitian ini

yaitu:

Tabel 1.3 Nama-nama informan

No. Nama Usia Alasandijadikan informan

1. yang mempunyai usaha konveksi busana muslim.

Ibu dari remaja pecandu narkoba memiliki 2 anak yang kedua anaknya laki-laki.

Kakak kandung remaja pecandu narkoba.

Gambar

Tabel 1.1  Matriks penelitian terdahulu
  Tabel 1.2 Nama-nama informan
Tabel 1.3  Nama-nama informan

Referensi

Dokumen terkait

ïò Ì·²¶¿«¿² ¬»²¬¿²¹ Þ¿²µ л®µ®»¼·¬¿² ﵧ¿¬ òòòòòòòòòòòòòòòòòòòò ïê. ¿ò л²¹»®¬·¿²

لولأا بابلا ةمدقم ثحبلا ةيفلخ :لولأا لصفلا وأ يوفش لكش في ءاوس ناسنلإا رهاظم نم رهظم يه ةيبدلأا لامعلأا وك ةغللا مدختسي بوتكم س ق الهو ةمدقم ةلي ىرخأ ةرابعبو .ةنميهم

Hasil dari analisis uji anova menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata diameter zona hambatan pada kesembilan kelompok perlakuan adalah signifikasn dengan α <

Tujuan penelitian ialah untuk Melakukan Analisa untuk mendapatkan informasi ataupun pemahaman tentang kebutuhan sistem yang sedang berjalan dan memberikan usulan

Perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan dipengaruhi berbagai faktor untuk dipertimbangkan oleh konsumen untuk membeli produk sepatu adalah kualitas, referensi, merk,

Kegiatan observasi kelas dilakukan agar mahasiswa memperoleh gambaran pengetahuan dan pengalaman mengenai tugas-tugas seorang guru disekolah serta mengetahui situasi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh orientasi pada kepuasan pelanggan, biaya, infrastruktur serta kesadaran dan pengetahuan terhadap kesuksesan

mengkombinasikan variabel persepsi kualitas dengan variabel lain di luar variabel dalam penelitian ini, karena variabel persepsi kualitas adalah variabel dominan