• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu Narkoba di Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu Narkoba di Surabaya."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA PECANDU NARKOBA DI SURABAYA

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I. Kom)

Oleh :

ELIT PRAWIJAYA NIM. B06210016

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Elit Prawijaya (B06210016), “Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Anak Remaja

Pecandu Narkoba di Surabaya”.

Fokus penelitian ini meliputi : 1) Bagaimana komunikasi interpersonal orang tua pada anak remaja pecandu narkoba di Surabaya. 2) Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Surabaya.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sedangkan dalam pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, analisa dilakukan untuk mengetahui proses serta hasil Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan anak remaja pecandu narkoba dan faktor pendukung dan penghambat dalam pola komunikasi interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba.

Analisa yang dilakukan yakni untuk mengetahui proses dan keberhasilan pelaksanaan dengan menggunakan metode dan teknik analisis data tersebut, maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa Komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba menggunakan komunikasi interpersonal yang bersifat langsung dengan melakukan tatap muka secara langsung untuk member pemahaman, pola pendukung dan penghambat komunikasi interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba adalah penyampaian komunikasi ibu dengan emosi menjadi salah satu penghambat dan pola pendukung komunikasi orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba adalah cara komunikasi ayah kepada anak yang baik membuat anak remaja nyaman berkomunikasi dengan ayah sesuai dengan teori yang telah dipaparkan oleh peneliti.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN HASIL KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESEHAN TIM PENGUJI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 6

C. TujuanPenelitian ... 6

D. Manfaatpenelitian ... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 7

F. Definisi Konsep Penelitian ... 8

G. KerangkaPikirPenelitian ... 11

H. MetodePenelitian ... 13

1. Pendekatan dan JenisPenelitian ... 13

(8)

4. TahapanPenelitian... 15

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

6. Teknik Analisis Data ... 17

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 17

I. SistematikaPembahasan ... 18

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 21

A. KajianPustaka ... 21

1. Komunikasi Interpersonal ... 22

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 22

b. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal……….27

c. Karakteristik Komunikasi Interpersonal……….29

d. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal……….30

2. Komunikasi Verbal ... 31

3. Komunikasi Nonverbal ... 32

4. Pengertian Remaja ... 33

5. Narkoba……….34

B. Kajian Teori ... 35

1. Interaksi Simbolik ... 35

2. Model Peranan ... 39

BAB III PENYAJIAN DATA ... 36

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 42

1. Deskripsi Subyek ... 42

a. Latar Belakang Ayah ... 43

b. Latar Belakang Ibu ... 44

c. Latar Belakang Remaja Pecandu Narkoba ... 45

d. Latar Belakang Significant Other I ... 45

e. Latar Belakang Significant Other II ... 46

2. Deskripsi Obyek ... 46

(9)

B. Penyajian Data ... 48

BAB IV ANALISIS DATA ... 66

A. TemuanPeneliti ... 66

B. KonfirmasiTemuandenganTeori ... 69

BAB V PENUTUP ... 80

A. Simpulan ... 80

B. Rekomendasi ... 83 DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi adalah segala sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia untuk mempertahankan hidup, menurut Dasrun Hidayat yang mengutip dari Mulyana manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk mempertahankan hidupnya. Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak pertama manusia dilahirkan manusia sudah melakukan kegiatan komunikasi.1

Menurut Deddy Mulyana komunikasi dapat diklasifikasikan berdasarkan konteks-konteksnya atau tingkatannya (Jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi). Pengklasifikasian komunikasi yaitu komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antrapribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi publik, komunikasi organisasi, san komunikasi massa.2

Dari judul yang diusung oleh peneliti, komunikasi yang dibahas untuk skripsi ini adalah komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal menurut Mulyana dalam bukunya adalah komunikasi

1

Dasrun Hidayat, 2012, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 24. 2

(11)

2

antara orang-orang secara tatap muka, yang menangkap reaksi secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.3

Bentuk khusus dari komunikasi interpersonal adalah komunikasi diadik. Komunikasi diadik adalah komunikasi yang melibatkan dua orang. Seperti suami dan istri, ibu dan anak, dua sahabat dekat, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak-pihak yang berada dalam jarak dekat baik secara verbal maupun nonverbal.

Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan nampak pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata, dan jarak fisik yang sangat dekat. Meskipun setiap orang dalam komunikasi interpersonal bebas mengubah topik pembicaraan, pada kenyataannya komunikasi interpersonal bisa saja didominasi oleh suatu pihak, misalnya komunikasi suami istri didominasi oleh suami, komunikasi ibu dengan anak didominasi oleh ibu, dan sebagainnya.4

Orang tua pada umumnya memperhatikan perilaku perkembangan anak secara langsung atau pun tidak langsung. Dalam menunjang berperilaku baik para orang tua memilikan lingkungan yang baik terutama dibidang pendidikan. Anggapan orang tua lingkungan pendidikan baik, dan akan menimbulkan kebaikan, akan tetapi bila peranan orang tua berkurang dan sibuk

(12)

3

dengan urusan pekerjaan maka para anak memilih lingkungan kecil yang sesuai dengan kemauannya yang terkesan nyaman.

Permasalahannya remaja ketika memilih lingkungan tersendiri terkandang atas dasar kenyamanan tanpa memperhitungkan apakah itu baik ataupun buruk bagi diri sendiri. Dampaknya rentan remaja coba-coba dalam lingkungannya yang berakhir pada penyimpangan sosial seperti mengkonsumsi minuman keras, pecandu narkoba, bermain judi bahkan melakukan seks bebas. Fenomena tersebut umum tergambar pada masyarakat, walaupun sudah berbagai cara dilakukan guna mencegah fenomena tersebut, namun tetaplah perubahan yang sistemik di masyarakat masih belum membuahkan hasil maksimal, khususnya para remaja pecandu narkoba. pecandu narkoba pada awalnya hanyalah coba-coba dan akhirnya menjadikan pelampiasan dan pelarian ketika para remaja mengalami masalah.

(13)

4

dan salah satu dari mereka membawa narkoba disini jenis ganja maka mau tidak mau mereka semua mengkonsumsinya atas dasar persudaraan. Semua itu berawal ketika remaja mendapatkan masalah di lingkungan keluar dan melampiaskan pada perkumpulannya. Saat penyimpangan tersebut di anggap sebagai titik kenyamanan dan kesenangan maka timbulah kecandungan pada remaja.

(14)

5

cara didiknya terhadap anak remaja pecandu narkoba lebih intens diarahkan dan diberi pemahaman atas nilai-nilai dari kebenaran bagi diri sendiri, orang lain dan Tuhan sehingga membuat remaja berfikir lebih dewasa dan memilih dengan sendirinya akan hidup lebih baik itu seperti apa, dengan tanpa penekanan serta kekerasan fisik atau batin yang dilakukan oleh orang tua.

(15)

6

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Remaja pecandu Narkoba, Peneliti merumuskan berberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana komunikasi interpersonal orang tua pada anak remaja pecandu narkoba di Surabaya.

2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Surabaya. C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian Komunikasi interpersonal Orang Tua dengan Remaja Pecandu Narkoba

1. Untuk mendeskripsikan dan memahami komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba di Surabaya.

2. Untuk mendeskripsikan dan memahami bagaimana faktor pendukung dan penghambat berjalan dalam komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja Pecandu di surabaya.

D. Manfaaat Hasil Penelitian

Manfaat hasil dari penelitian ini ditinjau dari segi teoritis dan praktis, sebagi berikut:

1. Secara teoritis

(16)

7

interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba, sehingga penelitian ini bisa bermanfaat untuk penelitian selanjutnya 2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengalaman, pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang proses komunikasi interpersonal orang tua dan anak pecandu narkoba di Surabaya.

E. Penelitian Terdahulu

Melihat dari skripsi yang didselesaikan oleh Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah tahun 2017 tentang “ Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dengan Penderita Lupus”. Penelitian Alfiyatur Rochmah mempunyai tujuan mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus. Persamaan penelitian terdahulu dengan sekarang adalag sama-sama meneliti tentang komunikasi interpersonal. Sedangkan perbedaan dari penelitian terdahulu dengan sekarang adalah komunikasi interpersonal yang diteliti, penelitian terdahulu meneliti tentang komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus, sedangkan penelitian yang sekarang meneliti tentang komunikasi interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba di Surabaya.

(17)

8

Otoriter dengan Anak Kandung (Studi Kasus pada desa Penompo RT12 / RW04 Jetis Mojokerto)”. Persamaan dengan peneliti sekarang adalah sama-sama meneliti tentang komunikasi interpersonal orang tua dengan anak. Sedangkan perbedaan peneliti terdahulu dengan penelitian sekarang adalah konteks obyek yg diteliti. Penelitian terdahulu meneliti orang tua otoriter dengan anak kandung, sedangkan penelitian yang sekarang meneliti tentang orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba.

Yang ketiga adalah skripsi yang disusun oleh Habib Ahmad Sidiq Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2014. Dengan judul Skripsi “Komunikasi Interpersonal anggota SFCK (Slank Fans Club Krian) di kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo”. Persamaan dari penelitian terdahulu dan sekarang adalah sama-sama meneliti tentang komunikasi interpersonal. Perbedaan yang pertama adalah peneliti yang sekarang meneliti tentang komunikasi orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba, sedangkan penelitian terdahulu meneliti tentang komunikasi Slank Fans Club krian. Perbedaan yang kedua adalah lokasi penelitian, dimana peneliti yang sekarang meneliti di Surabaya sedangkan penelitian terdahulu meneliti di Krian Sidoarjo.

F. Definisi Konsep Penelitian

(18)

9

M. Hardjana mengatakan komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.5

Menurut Agus Mulyono, yakni komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal, serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.6

Dalam penelitian ini komunikasi interpersonal diartikan sebagai suatu sarana pendekatan orang tua kepada anak remajanya yang bermasalah dengan perilaku menyimpang oleh si anak, yakni mengkonsumsi narkoba. Dengan komunikasi interpersonal, diharapkan setiap peran komunikasi dapat saling memahami terhadap gagasan, ide dan pesan yang disampaikan, sehingga dapat memunculkan satu solusi yang saling membangun dan saling menerima antara komunikan dan komunikator, antara orang tua dan anak demi kebaikan bersama.

5

Suranto Aw : Komunikasi Interpersonal. (yogyakarta, 2011 GRAHA ILMU) Hlm 3 6

(19)

10

2. Orang Tua

Pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “orang tua artinya ayah dan ibu”. Orang tua dalam keluarga ada sebagai panutan dan pembimbing anaknya.

Penelitian ini orang tua yang dimaksud ialah orang tua yang memiliki remaja pecandu narkoba. Ayah dan ibu bertanggung jawab atas anak, sehingga berperilaku, cara mendidik dan aktifitas orang tua berpengaruh terhadap proses berkembangnya anak.

3. Remaja

Remaja adalah usia muda, mulai dewasa, sudah sampai umur untuk menikah.7 Ditinjau dari umur, menurut World Healt Organization menetapkan bahwa yang disebut remaja adalah manusia yang berusia 12 hingga 24 tahun. Departemen kesehatan Replublik Indonesia menyebutkan angka 10 hingga 19 tahun untuk pelayanan kesehatan remaja.8 Peneliti mengacu pada ketentuan dari WHO, yang menjelaskan usia remaja dimulai dari 12th – 24th.

4. Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya

(20)

11

oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.

Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.9. adapun jenis pemanfaatan narkoba yang ada di Indonesia yakni, Marijuana, Cocaine, Methamphetamine, Heroin, Club Drugs.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir dalam penelitian komunikasi interpersonal orang tua dengan anak remaja pecandu narkoba di Surabaya yakni, pengembangan dari ilmu komunikasi interpersonal dengan beberapa teori komunikasi. Teori komuniksi tersebut adalah interaksi simbolik dan dari pengertian pendukung lainnya yang disesuaikan pada fenomena penyampaian pesan komunikasi interpersonal orang tua dan naka remaja yang bermasalah dengan narkoba.

Bagan. 1. 1

Kerangka pikir penelitian

9

https://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba

(21)

12

Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, dimana merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat “humanis” menurut Ardianto, Innas hasna haiah dkk. Dimana perspektif ini sangat menonjolkan keagungan dan maha karya nilai individu di atas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan makna yang disepakati secara kolektif. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu cirri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionalisme simbolik.10

Komunikasi verbal Komunikasi non verbal

Teori interaksi simbolik

(22)

13

Interaksi simbolik ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna ditengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto dalam Innas Hasna Haifah, Makna tersebut berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.11

Barbara Ballis Lal, mengidentifikasi cara pandang interaksionisme simbolik yakni tiga dari enam yang di identifikasi oleh Barbara yakni:

1. Orang mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan pemahaman subyektif tentang situasi yang dihadapi.

2. Kehidupan sosial lebih merupakan proses-proses interaksi daripada struktur-struktur yang karenanya selalu berubah.

3. Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran-penafsiran dimana objek-objek yang relevan serta tindakan-tindakan tertentu di perhitungkan dan didefinisikan.

Interaksional simbolik, dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan di tas, dapat dikatakan berupaya membahas totalitas perilaku

11

(23)

14

manusia dipahami melalui proses interaksi yang terjadi. Struktur sosial dan makna-makna dicipta dan dipelihara melalui interaksi sosial.12

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif karena metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata penulisan atau lisan dan perilaku orang-orang yang diamati pada latar dan individu secara holic, penelitian kualitatif mempunyai tujuan agar peneliti lebih mengenal lingkungan penelitian dan dapat mengamati langsung di tempat penelitian.13

Jenis penelitian kualitatif ini lebih menekankan makna dari para ahli, orang yang belajar mengenai sesuatu dari subyek penelitian dengan menggunakan jenis penelitian ini, dapat diketahui bagaimana proses fenomena pola komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba.

2. Subyek , Obyek dan Lokasi a. Subyek

Subyek dalam penelitian ini adalah orang yang ada dalam fenomena berlangsung, yang dimana dapat memberikan informasi terhadap obyek penelitian, adapun subyek penelitian dalam hal ini

12

(24)

15

adalah seorang ibu, ayah dan anak remaja pecandu narkoba, yang telah dijelaskan dalam konteks penelitian dalam cara didiknya yang tidak dengan penekanan dan kekerasan yang berarti kepada anak remajanya, dalam penerapan cara didiknya terhadap anak remajanya.

b. Obyek

Obyek dari fenomena ini adalah proses komunikasi interpersonal yang diterapkan orang tua dan anak remaja pecandu narkoba.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi yang diambil peneliti adalah di daerah Surabaya yakni Medokan Gg 3/45 Surabaya Daerah tersebut adalah daerah padat pemukiman yang sedang berkembang secara ekonomi dibantaran sungai.

3. Jenis dan Sumber Data

(25)

16

Data di ambil menggunakan wawancara dengan subyek dan mencari setiap jawaban yang telah diberikan oleh informan, sehingga lebih luas data yang diambil, maka banyak data yang diperoleh. Untuk keabsahan data, peneliti dapat mengkombinaskan pertanyaan yang sama dari obyek ke beberapa keluarga terdekat dan bila perlu ke remajanya. 4. Tahapan-tahapan Penelitian

a. Tahap Pralapangan

Dalam tahapan pralapangan ini peneliti menyelesaikan prosedur perizinan. Perizinan ditujukan untuk kelancaran procedural penelitian dilapangan saat peneliti berada di lapangan dan juga di gunakan untuk identitas resmi sebagai peneliti dilapangan dari lembaga-lembaga perizinan yang terkait seperti, surat perizinan dari kampus yang di tandatngani dari dekan Fakultas Dakwah atau surat perizinan dari kelurahan yang ditandatangani oleh pak lurah dan lain sebagainya.

b. Tahap Penelitian di Lapangan

(26)

17

menyampaikan maksut serta tujuan yang baik sehingga tidak ada kesalahfahaman.

Minggu kedua mencari informasi terhadap penyampaian bentuk komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal kepada subyek. Minggu ketiga mulai mencari informasi pendukung dan penghambat dari subyek untuk mengatasi remaja, minggu keempat menggali informasi lebih dalam dipenguatan data dari subyek lewat keluarga lainnya yang kenal dekat dengan pecandu narkoba

c. Tahap Pasca Lapangan

Minggu kelima yakni pengumpulan data dari data yang diperoleh dilapangan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam peneltian ini dapat menyesuaikan dari tahapan-tahapan peneliti dengan penjelasan disetiap minggunya.

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk memahami kondisi masyarakat. Letak geografis dari rumah yang akan diteliti, sehingga bisa mengembangkan data serta melihat pengaruhnya lingkungan terhadap fenomena yang akan diteliti.

b. Wawancara

(27)

18

dengan remaja pecandu narkoba. Selanjutnya peneliti juga akan mewawancarai anggota keluarga lainnya. Kerabat dekat yang mengetahui fenomena tersebut, guna memperkuat data yang kan didapatkan.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan selama penelitian. Hal ini dimaksudkan agar focus penelitian tetap diberi pemahaman khusus melalui wawancara mendalam, selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Proses analisis data mulai dilakukan ketika peneliti masih berada dilapangan dan seetelah peneliti tidak berada dilapangan. Setelah itu dibuat abstraksi yang merupakan rangkuman inti dari proses wawancara. Hal ini diperlukan untuk menyempurnakan pemhaman terhadap data yang diperoleh, kemudian menyajikan kepada pembaca atau orang lain dengan jelas tentang apa yang ditentukan dan didapat dari lapangan.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

(28)

19

Teknik triangulasi yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Validitas dan objektivitas merupakan persoalan fundamental dalam kegaiatan ilmiah. Suapaya data yang diperoleh peneliti memiliki validitas dan objektivitas yang tinggi, ada beberapa syarat yang diperlukan. Berikut ini akan peneliti kemukakan metode yang digunakan untukmeningkatkan validitas dan objektivitas suatu penelitian, terutama dalam penelitian kualitatif. Robert K. Yin mensyaratka adanya validitas design penelitian. Paton menyarankan diterapkan triangulasi sebagai validitas desgn penelitian. Adapun teknik triangulasi yang peneliti pakai dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Sebagaimana dikemukakan Yin, triangulasi data dimaksudkan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber data.14

I. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yang masing-masing memuat pokok pikiran tersendiri namun saling berkaitan antara satu dengan bab lainnya. Kelima bab tersebut masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang sistematikanya sebagai berikut.

14

(29)

20

a. BAB I :

PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah yang berdasarkan dari judul diambil oleh peneliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, definisi konseptual, kerangka pikir, metode penelitian dan sistematika pembahasan

b. BAB II :

KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini akan diuraikan secara detail tentang teori dan pola pikir yang digunakan peneliti yang berdasarkan dan bersumber dari referensi–referensi yang berkaitan dengan Interpersonal Communication , dan hambatan dalam proses komunikasi.

c. BAB III :

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan diuraikan deskripsi subjek, objek, lokasi dan data penelitian. penjelasan mengenai informan subyek, obyek,dan letak lokasi atau letak geografis diperjelas melalui deskripsi dari lapangan.

d. BAB IV :

(30)

21

Pada bab ini berisikan tentang pembahasan hasil penelitian. Peneliti akan melakukan identifikasi sehingga mampu mengubah data hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dalam suatu penelitian. Dan kemudian temuan yang dipaparkan oleh peneliti harus diseimbangkan dengan analisis dan penafsiran.

e. BAB V : PENUTUP

Pada bab ini berisikan tentang simpulan dan rekomendasi yang diajukan oleh peneliti.

Kesimpulan :

(31)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. KAJIAN PUSTAKA

1.Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang sangat

dominan dalam kehidupan sehari-hari, namun tidaklah mudah

memberikan definisi yang dapat diterima pihak. Sebagaimana layaknya

konsep-konsep dalam ilmu sosial lainnya, komunikasi interpersonal juga

mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi ahli-ahli komunikasi

yang memberikan batasan pengertian. Trenhom dan Jensen

mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua

orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sikap

komunikasi ini adalah spontan dan informal, saling menerima feedback

secara maksimal, dan partisipan bersifat fleksible.

Agus M. Hardjana mengatakan, komunikasi interpersonal adalah

interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim

dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat

menerima dan menanggapi secara lansung pula. Sedangkan menurut

(32)

23

orang dan penerima pesan orang lain atau sekelompok kecil orang,

dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan

umpan balik segera.

Littlejhon memberikan definisi komunikasi interpersonal sebagai

komunikasi antar individu. Deddy Mulyana mengatakan, bahwa

komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah

komunikasi antara orang-orng secara tatap muka, yang memungkinkan

setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung. Baik

secara verbal maupun nonverbal.

Definisi lain dikemukakan oleh Arni Muhammad bahwa

komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara

seseorang dengan seseorang lainnya atau biasanya diantara dua orang

yang dapat langsung diketahui baliknya (komunikasi langsung).

Selanjutnya Indriyono Gitosudarmo dan Agus Mulyono juga

memaparkan komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terbentuk

tatap muka interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan nonverbal, serta

berbagai informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau

antar individu kelompok kecil.1

Tujuan komunikasi interpersonal yang dijelaskan pada bukunya

Sunarto Aw yang mengatakan bahwa komunikasi interpersonal

merupakan ActionOriented, adalah suatu tindakan yang berorientasi pada

1

(33)

24

tujuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal itu bermacam-macam,

beberapa diantaranya dipaparkan oleh Sunarto Aw dalam bukunya antara

lain:

1) Mengungkapkan Perhatian Kepada Orang Lain

Salah satu tujuan komunikasi dengan cara menyapa, tersenyum,

melambaikan tangan, membungkukkan badan, menanyakan kabar

rekan komunikasi, dan sebagainya. Pada prinsipnya komunikasi

interpersonal banyak dimaksudkan untuk menunjukkan adanya

perhatian kepada orang lain, dan untuk menghindari kesan dari orang

lain sebagai pribadi tertutup, dingin dan acuh. Apabila diamati lagi,

orang yang berkomunikasi dengan tujuan sekedar mengunkapkan

perhatian kepada orang lain, bahkan terkesannya “hanya basa-basi”.

2) Menemukan Diri Sendiri

Seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin

mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan

informasi dari orang lain. Pribahasa mengatakan “Gajah dipelupuk

mata tidak tampak”, artinya seseorang tidak mudah melihat kesalahan

dan kekurangan pada diri sendiri, namun mudah menemukan pada

orang lain. Bila seseorang terlibat komunikasi interpersonal dengan

orang lain, maka terjadi proses belajar tentang diri maupun orang lain.

(34)

25

belah pihak untuk berbicara tentang apa yang disukai dan apa yang

dibenci.

3) Menemukan Dunia Luar

Dengan komuikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk

mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi

penting dan actual. Misalnya komunikasi interpersonal dengan seorang

dokter mengantarkan seseorang untuk mendapatkan informasi tentang

penyakit dan penanganananya. Sehingga dengan komunikasi

interpersonal diperoleh informasi. Informasi tersebut dapat dikenali

dan ditemukan keadaan dunia luar yang sebelumnya belum diketahui.

4) Membangun dan Memelihara Hubungan yang Harmonis

Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang

paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik

dengan orang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri, perlu bekerja

sama dengan orang lain. Semakin banyak teman yang dapat diajak

bekerjasama, maka semakin lancer pelaksanaan kegiatan dalam hidup

sehari-hari. Sebaliknya apabila ada seorang saja sebagai musuh,

kemungkinan akan menjadi kendala. Oleh karena itu setiap orang telah

menggunakan banyak waktu untuk komunikasi interpersonal yang

diabdikan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan

(35)

26

5) Mempengaruhi Sikap dan Tingkah Laku

Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian suatu

pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau

mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung maupun

tidak langsung (dengan menggunakan media) dalam prinsip

komunikasi, setiap pihak komunikan menerima pesan atau informasi,

berarti komunikan mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab

komunikasi pada dasarnya adalah sebuah fenomena atau sebuah

pengalaman. Setiap pengalaman akan member makna tertentu terhadap

kemungkinan terjadi perubahan sikap.

6) Mencari Kesenangan atau sekedar Menghabiskan Waktu

Ada kalanya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal

hanya sekedar mencari kesenangan atau hiburan. Berbicara dengan

teman mengenai acara perayaan ulang tahun, berdiskusi mengenai

olahraga, bertukar cerita-cerita lucu merupakan pembicaraan untuk

mengisi dan menghabiskan waktu. Disamping itu juga dapat

mendatangkan kesenangan.

7) Menghilangkan Kerugian Akibat Salah Komunikasi

Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian

akibat salah komunikasi (mis Communication) dan salah

(36)

27

8) Memberi Bantuan (konseling)

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi

menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesi mereka

untuk mengarahkan kliennya. Dalam kehidupan sehari-hari,

dikalangan masyarakat dengan mudah diperoleh contoh yang

menunjukkan fakta bahwa komunikasi interpersonal dapat dipakai

sebagai pemberian bantuan bagi orang lain yang memerlukan.2 b. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Menurut Alo Liliweri, terdapat delapan ciri spesifikasi yang

membedakan komunikasi interpersonal dengan komunikasi yang lain,

yaitu :

1) Terjadi secara spontan dan sambil lalu.

2) Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3) Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang tidak mempunyai

identitas yang jelas.

4) Mempunyai akibat yang disengaja maupun tidak disengaja.

5) Seringkali berlangsung berbalas-balasan.

6) Menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan

suasana yang bebas bervariasu, dan adanya keterpengaruhan.

7) Tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil.

2

(37)

28

8) Menggunakan lambang-lambang bermakna.3

Hubungan interpersonal bukan suatu keadaan yang pasif,

melainkan suatu aktivitas, melainkan aktivitas yang dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu. Menurut Suranto hubungan interpersonal adalah

suatu action oriented.4 Untuk mengetahui lebih lanjut tentang karakteristik hubungan interpersonal, Suranto dalam bukunya

mengemukakan beberapa ciri-ciri hubungan interpersonal, sebagai

berikut:

1) Mengenal Secara Dekat

Pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan interpersonal saling

mengenal secara dekat. Ia tidak hanya mengenal identitas pokok seperti

nama, status perkawinan, dan pekerjaan. Kedua belah pihak saling

mengenal dari berbagai sisi kehidupan lainnya, seperti mengetahui

nomor handphone, makanan kesukaannya, hari ulang tahunnya,

teman-teman dekatnya, dan sebagainya. Pada prinsipnya semakin banyak

mengenal sisi-sisi latar belakang diri pribadi orang lain, hal itu

menunjukkan kadar kedekatan hubungan interpersonal.

2) Saling Memerlukan

Hubungan interpersonal diwarnai oleh pola hubungan saling

menguntungkan secara dua arah dan saling memerlukan.

3

(38)

29

kurangnya kedua belah pihak saling memerlukan kehadiran seorang

teman untuk berinteraksi bekerjasama, saling memberi dan menerima. Ia

akan menemukan rasa saling memerlukan dan saling mendapatkan.

Manfaat saling memerlukan dan mendapatkan akan menjadi tali pengikat

kelangsungan hubungan interpersonal.

3) Pola Hubungan Antarpribadi; yang ditunjukkan oleh adanya sikap

keterbukaan diantara keduanya

Hubungan interpersonal ditandai dengan pemahaman sifat-sifat

pribadi di antara kedua belah pihak. Mereka akan saling terbuka

sehingga dapat menerima perbedaan sifat pribadi tersebut. Perbedaan

sifat pribadi bukan menjadi penghalang untuk membina hubungan baik,

justru menjadi peluang untuk dapat saling mengisi kelebihan dan

kekurangan.

4) Kerjasama

Kerjasama akan tumbuh apabila mereka menyadari bahwa

mereka mempunyai kepentingan-kepentingan. Hubungan interpersonal

yang dikategorikan memiliki kadar atau kualitas yang baik, tidak saja

menunjukkan adanya interaksi harmonis yang bertahan lama, namun

juga mengarah tercapainya kerjasama.

c. Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Menurut Richard L. Wheaver terdapat delapan karakteristik

(39)

30

1) Melibtakan paling sedikit dua orang.

2) Adanya umpan balik.

3) Tidak harus tatap muka.

4) Tidak harus bertujuan

5) Menghasilkan beberapa pengaruh.

6) Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata.

7) Dipengaruhi oleh konteks.

8) Dipengaruhi kegaduhan.5

d. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal

Redding yang dikutip Muhammad mengembangkan klasifikasi

komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial,

interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.6

1) Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota

famili, dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang

kuat.

2) Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang

secara sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi

pengembangan hubungan informal dalam organisasi. Misalnya dua

orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat

di luar organisasi seperti isu politik, teknologi dan lain sebagainya.

5

(40)

31

3) Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada

dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari

yang lain. Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil

barang-barang organisasi maka atasannya akan menginterogasinya untuk

mengetahui kebenarannya.

4) Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana

dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab.

Misalnya atasan yang mewawancarai bawahannya untuk mencari

informasi mengenai suatu pekerjaannya.

2.Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal menghasilkan suatu simbol atau pesan verbal,

sehingga akan menjadi sistem kode verbal untuk kesempurnaan dalam

berkomnikai, yang disebut dengan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai

seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol

tersebut, yang digunakan sehingga dapat dipahami. Bahasa verbal adalah

sarana utama menyatakan pikiran, perasaan dan maksud yang diinginkan. 7

fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki

orang, objek dan peristiwa. Fungsi yang kedua adalah sebagai sarana untuk

berubungan dengan orang lain , bahasa sebenarnya banyak berkaitan dengan

fungsi-fungsi komunikasi, khususnya fungsi sosial dan fungsi instrumental.

7

(41)

32

Fungsi yang ketiga adalah bagaimana dapat memungkinkan seseorang untuk

hidup lebih teratur, saling memahami mengenai diri,

kepercayaan-kepercayaan diri, dan tujuan-tujuan kebaikan terhadap diri masing-masing

pribadi8

3.Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal akan menghasilkan simbol yang berupa pesan

secara sederhana, pesan nonverbal adalah isyarat yang bukan kata-kata.

Menurut Larry A, Samovan dan Richard E Porter, komunikasi nonverbal

mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu seting

komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan

individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.

Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh dalam berkomunikasi.

Salah satunya dalam berkomunikasi manusia tidak cukup

mempresentasikannya dengan bahasa verbal saja. Karena dalam komunikasi

nonverbal digambarkan dalam buku ilmu komunikasi karya Deddy Mulyana

dijelaskan bahwa bukan apa yang dikatakan melainkan bagaimana cara

mengatakannya. Lewat perilaku nonverbal dapat diketahui suasana emosional

seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung atau sedih. Kesan awal pada

seseorang sering didasarkan perilaku nonverbal, yang mendorong orang

mengenal lebih jauh dan dapat dengan mudahnya untuk mengidentifikasi

(42)

33

suatu maksud serta tujuan ataupun merangsang suatu kedekatan yang lebih

baik.9

4.Pengertian Remaja

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa

remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula

disebut anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari

anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak

dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Ada

beberapa definisi tentang remaja salah satunya adalah Menurut psikologi,

remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa

awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan

berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada

perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang

dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual

seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan

dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan

identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis)

dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.10

9

Ibid Hlm. 342 10

(43)

34

5. Narkoba

Undang-Undang Narkotik No. 22/1997 dan Undang-Undang

Psikotropika No. 5/1997 mendefinisikan penyalah guna narkoba adalah

seseorang yang menggunakan narkoba (narkotik, psikotropika, dan bahan

adiktif lain) di luar dari kepentingan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan.

Dan pecandu narkoba adalah seorang penyalahguna narkoba yang telah

mengalami ketergantungan terhadap satu atau lebih narkotik, psikotropika,

dan bahan adiktif lain (narkoba), baik secara fisik maupun psikis.

Ketergantungan narkoba adalah dorongan untuk menggunakan

narkoba terus-menerus, dan apabila pemakaiannya dihentikan gejala putus zat.

Berat ringannya gejala putus zat bergantung pada jenis narkoba, dosis yang

digunakan, serta lama pemakaian. Makin tinggi dosis yang digunakan dan

makin lama pemakaiannya, makin hebat gejala sakitnya.

Selain mengatur sangsi hukum, undang-undang itu juga menyebutkan

adanya kewajiban bagi pecandu narkoba untuk menjalani pengobatan dan

perawatan. Proses terapi dan rehabilitasi yang dilakukan dapat dilakukan

lembaga pemerintah. Tidak hanya perawatan dan pengobatan, pecandu

narkoba pun mempunyai kewajiban melaporkan statusnya sebagai pecandu

narkoba kepada instansi terkait. Tujuan pelaporan ini sebagai usaha

memberikan hak perawatan dan pengobatan yang harus diberikan kepada

pecandu narkoba.

(44)

35

Dalam buku, Apakah Saya Pecandu Narkoba, dr. Lydia Harlina

Martono dan Satya Joewana menyebutkan ketergantungan atau kecanduan

narkoba dapat dikatakan sebagai penyakit, lebih tepatnya disebut penyakit

adiksi, dan kronis. Berbagai tanda mengikuti penyakit kronis ini, seperti

gangguan fisik, psikologis, dan sosial akibat dari pemakaian narkoba secara

terus-menerus dan berlebihan. Gangguan medis atau fisik berarti terjadi

gangguan fungsi atau penyakit pada organ-organ tubuh.

Gangguan ini tergantung dari jenis narkoba yang digunakan dan cara

menggunakannya, seperti penyakit hati, jantung, dan HIV/AIDS. Gangguan

psikologis meliputi rasa cemas, sulit tidur, depresi, dan paranoia. Biasanya,

wujud gangguan fisik dan psikologis bergantung pada jenis narkoba yang

digunakan. Dan kemudian, gangguan sosial meliputi kesulitan dengan orang

tua, teman, sekolah, pekerjaan, keuangan, dan berurusan dengan pihak

berwenang.

B. Kajian Teori

1. Interaksi Simbolik

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas

manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.11 Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis

interaksionime simbolik, diantaranya James Mark Baldwin, William

11

(45)

36

James,Charles H, Cooley, John Dewey, William I. Thomas, dan George

Herbert Mead-lah yang paling popular sebagai perintis dasar teori

tersebut. Mead mengembangkan teori interaksionisme simboli pada tahun

1920-an dan 1930-an ketika ia menjadi professor filsafat di Universitas

Chicago. Namun gagasan-gagasannya mengenai interaksionisme simbolik

berkembang pesat setelah para mahasiswanya menerbitkan catatan dan

kuliah-kuliahnya, terutama melalui buku yang menjadi rujukan utama

teori interaksi simbolik, yakni : Mind Self, and Society (1934) yang

diterbitkan tak lama setelah Mead juga berlangsung melalui interpretasi

dan penjabaran lebih lanjut yang dilakukan para mahasiswanya, terutama

Herbert Blummer. Justru Blummer-lah yang menciptakan istilah “interaksi

simbolik” pada tahun (1937) dan mempopulerkannya dikalangan

komunitas akademis.12

Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blummer mengacu pada

tiga premis utama, yaitu :

a. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang

ada pada sesuatu itu bagi mereka.

b. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh

orang lain, dan

(46)

37

c. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial

sedang berlangsung.13

Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua perilaku

manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif

terhadap perilaku tersebut. Tindakan disini bisa terbuka atau tersembunyi,

bisa merupakan intervensi positif dalam suatu situasi atau sengaja

berdiam diri sebagai tanda setuju dalam situasi tersebut. Menurut Weber,

tindakan bermakna sosial sejauh berdasarkan makna subjektifnya yang

diberikan individual atau individu-individu, tindakan itu

mempertimbangkan perilaku orang lain dan karenanya diorientasiakan

dalam penampilannya.14

Perpektif interaksi simbolik sebenarnya berada dibawah

payung perspektif yang lebih besar lagi, yakni perpektif fenomeologi

merupakan studi tentang pengetahuan yang berasal dari kesadaran atau

cara kita sampai pada pemahaman tentang objek-objek atau

kejadian-kejadian yang secara sadar telah dialamai. Fenomenologi melihat

objek-objek dan peristiwa-peristiwa dari perspektif seseorang sebagai perceiver.

13

Engkus Kuswarno, Etnografi Komunikasi, (Bandung Widya Padjadjaran, 2008) Hlm, 22 14

(47)

38

Sebuah fenomena adalah penampakan sebuah objek, peristiwa atau

kondisi dalam perpektif individu.15

Perspetif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku

manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa

perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan

manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan

mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi

mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek

dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka.

Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan

implus, tuntutan budaya atau tuntutan peran. Manusia bertindak hanyalah

berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek di sekeliling

mereka. Tidak mengherankan bila frase-frase “definisi situasi”, “realitas

terletak pada mata yang melihatnya” dan “bila manusia Mendefinisikan

situasi sebagai riil, situasi tersebut riil dalam konsekuensinya” sering

dihubungkan dengan interaksionisme simbolik.16

Interaksionise simbolik mempelajari sifat interaksi yang

merupakan kegiatan sosial dinamis manusia. Bagi perspektif ini, individu

itu bukanlah seseorang yang bersifat pasif, yang keseluruhan perilakunya

15

Rahardjo Satjipto, Sosiologi Hukum: Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah, (surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004), Hlm 44.

16

(48)

39

ditentukan oleh kekuatan-kekuatan atau struktur-struktur lain yang ada di

luar dirinya, melainkan bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menampilkan

perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Oleh karena individu akan terus

berubah melalui interaksi itu. Struktur itu tercipta dan berubah karena

interaksi manusia, yakni ketika individu-individu berpikir dan bertindak

secara stabil terhadap seperangkat objek yang sama.17

Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan

Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan

dan menegaskan aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang menciptakan

dan menegakkan kehidupan kelompok. Dalam konteks ini, maka

dikonstruksikan dalam proses interaksi, dan proses tersebut bukanlah

suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial

memankan perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenranya

dari organisasi sosial dan kekuatan sosial.18 2. Model Peranan

Berdasarkan teori dari Coleman dan Hammen, Jalaluddin

Rakhmat menyebutkan empat buah teori atau model hubungan

interpersonal, yaitu: model pertukaran sosial, model peranan, model

permainan, dan model interaksional.

17

Ibid. Hlm 59 18

(49)

40

Jalaluddin Rahmat mengatakan, apabila model pertukaran sosial

memandang hubungan internasional sebagai transaksi dagang, model

peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang

harus memainkan peranannya sesuai dengan “scenario” yang dibuat oleh

masyarakat. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi scenario, maka

hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi scenario, maka ia akan

dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara.

Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan)

apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan

status yang dimilikinya dalam masyarakat, maka ia akan menjalankan

peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang yang

memiliki kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada

peranan dalam kedudukan tidak berfungsi tanpa peranan.

Asumsi teori peranan mengatakan bahwa hubungan

interpersonal akan berjalan harmonis mencapai kadar hubungan yang baik,

ditandai adanya kebersamaan, apabila setiap individu bertindak sesuai

dengan ekspektasi peranan, tuntutan peranan, dan terhindar dari konflik

peranan. Ekspektasi peranan atau peranan yang diharapkan, artinya

hubungan interpersonal berjalan lebih baik apabila masing-masing

individu dapat memainkan peranan sebagaimana diharapkan.

(50)

41

Dalam hubungan interpersonal, kadang – kadang seorang dipaksa untuk

memainkan peranan tertentu, meskipun peranan itu tidak diharapkan.

Konfik peranan terjadi apabila individu tidak sanggup untuk

mempertemukan berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif. Dala

hubungan interpersonal, kadang – kadang seorang dipaksa untuk

memainkan peranan tertentu, meskipun peranan itu tidak diharapkan.

Apabila tuntutan peranan tersebut dapat dilaksanakan, maka hubungan

interpersonal masih terjaga.19

19

(51)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih informasi yang sesuai dengan

fokus penelitian sebagai sumber data penelitian.

1. Deskripsi Subyek.

Subyek dalam penelitian ini adalah personil keluarga dari fenomena yang

terjadi, yang akan memungkinkan dapat memberi informasi atas pola

komunikasi interpersonal yang digunakan dalam penyampaain pesannya

sehingga dapat menyelesaikan permasalahan fenomena orang tua dan anak

[image:51.612.116.534.256.703.2]

remaja pecandu narkoba. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 1.4 Daftar Informan 1

No. Nama Umur Pendidikan

Terakhir

Keterangan Kategori

subyek

1. Pak Is 51 thn S1 Bekerja Sebagai Pegawai Swasta

Ayah

2. Bu Nik 47 thn SMA Bekerja Sebagai Pegawai Swasta

Ibu

3. Mas Bin 25 thn S1 Anak Pertama Remaja

Pecandu Narkoba 4. Mbak tari 24 thn S1 Anak Kedua Significant

(52)

43

Tambahan) I 5. Mas Alam 23 thn SMA Teman Mas Bin

(saksi)

Significant other (Informan Tambahan) II

a. Latar belakang Ayah

Informan yang pertama dalam pola komunikasi interpersonal orang

tua dan anak remaja pecandu narkoba adalah seorang Ayah. Dalam

penelitian ini informan tidak mengizinkan bahwa namanya disebut

melainkan inisial saja. Lulusan dari perguruan Tinggi sebagai modal utama

untuk mengembangkan proses perjalannnya dalam menghidupi

keluarganya, dengan ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan ia

berprofesi sebagai guru ngaji dilingkungannya. Ia juga adalah guru di

SMA Swasta di Surabaya.

Ia juga pernah belajar ilmu tasawuf kejawen (untuk mendekatkan

diri kepada Allah yang Maha Esa) waktu dia remaja. Menurutnya, dengan

pembelajaran dalam ilmu tasawufnya beliau lebih memaknai kehidupan

dengan baik dan objektif. Sehingga secara hakekat ia memberi pendekatan

kepada anak-anaknya, dengan bahasa yang halus dalam

penyampaian-penyampaian komunikasi oleh seorang Ayah membuat warana harmoni

yang nyaman terhadap anak-anaknya. Beberapa wejangen-wejangen sering

disampaikan oleh seorang Ayah dan beberapa pendekatan-pendekatan

(53)

44

permasalah, seorang Ayahlah yang menjadi rujukan sering dalam

pengetahuan dan pemahaman, dengan penyampaian yang luwes dan

memberi tuntunan islami dalam perbicangannya dan campuran esensi ilmu

jawa dikemas menjadi sebuah paradigma yang membangun seorang anak

dalam berfikir. Dengan pendekatan yang halus doktrinasi seorang Ayah

kepada anaknya tersampaikan. Keterbukaan Bapak Is dalam berbagai hal

fenomena dalam keluarga sangat di senangi oleh anak-anaknya, karena

dengan terbukanya pemikiran seorang Ayah mampu mendorong sebagai

motifasi dan arahan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

b. Latar Belakang Nik (ibu)

Bu Nik berumur 47 tahun adalah inisial dari informan seorang ibu

dari fenomena dengan judul penelitian pola komunikasi interpersonal orang

tua dan anak remaja pecandu narkoba, ia adalah seorang ibu rumah tangga

sekaligus bekerja dibidang properti. Ibu Nik adalah orang yang

komunikatif, tapi memiliki temperatur emosional yang belum bisa stabil

sehingga terkadang membuat anak-anaknya tidak bisa nyaman dalam

perbincangannya. Ia juga menerapkan cara didik yang tak jauh beda

dengan suminya yakni keterbukaan terhadap anak-anaknya dalam hal

apapun hingga pembahasan inti mapun bisa menjadi sebuah perbincangan,

maksud dan tujuannya hanya satu, ia ingin memberi pembelajaran serta

(54)

45

c. Latar Belakang Remaja Pecandu Narkoba (Mas Bin)

Mas Bin adalah pemuda berusia 25 tahun, lahir di Surabaya, terlahir

sebagai anak sulung dengan kondisi keluarga yang sederhana

perekonomiannya dikarenakan orang tua Mas Bin sudah melewati kesulitan

pada masa muda dalam pernikahannya sehingga membuat kehidupannya

lebih mengalir akan kebutuhan-kebutuhannya di banding kakak-kakaknya

pada waktu dulu. Dengan perkembang dan pertumbuhan usia Mas Bin saat

berumur 19 tahun mampu beradaptasi dengan baik bersama

kawan-kawannya dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah, dengan

tipikal orang sosialis dengan kawan-kawan sebayanya membuat ia banyak

mengenal berbagai kategori kawan, baik itu dalam lingkungan pendatang,

sekolah maupun lingkungan masyarakat setempat. Dalam perjalanan hidup

seorang remaja, Mas Bin tergolong anak remaja yang cerdas dan kritis

dalam menanggapi fenomena lingkungan sekitarnya yang terjadi, sehingga

tak heran ia sering bergaul dengan orang-orang yang lebih jauh dibanding

seumurannya, dengan kemudahannya dalam berinteraksi ia tak mendapat

kesulitan sama sekali saat berinteraksi dengan orang dewasa.

d. Latar Belakang Significant Other I (Mbak Tari)

Mbak Tari lahir di Surabaya, saat ini dia sudah berumur 14 tahun.

(55)

46

bersama orangnya. Ia sudah lulus disalah satu perguruaan tinggi negeri di

Surabaya. Dia sudah bekerja disalah satu perusahaan yang teman ibunya.

Saat di rumahnya, Mbak tari kurang bersosialisasi dengan lingkungannya.

Dia lebih memilih diam dirumah, sepulang dari bekerja. Dia beralasan,

bahwa dia terlalu capek setelah bekerja seharian dan akhirnya dia lebih

memilih beristirahat. Dia juga lebih sering mengobrol dengan ibunya

daripada anggota keluarga yang lain. Baginya, ibunya adalah satu-satunya

teman yang bisa diajak mengobrol saat dia sedang dirumah.

e. Latar Belakang Significant Other II (Mas Alam)

Mas Alam adalah seorang remaja yang bekerja di salah satu warung

kopi daerah Medokan daerah sekitar rumahnya mas Bin. Ia sekarang

sudah berumur 23 tahun. Dia tinggal bersama temannya di sebuah

kos-kosan di daerah sekitar Medokan. Ia juga sedang mengenyam pendidikan

di sebuah universitas di Surabaya. Mas Alam sendiri, mempunyai sifat

yang ramah terhadap orang yang dijumpainya. Ia begitu terbuka pada

semua orang, baik itu yang dikenalnya maupun yang baru dikenalnya.

2. Deskripsi Obyek

Obyek dalam penelitian ini adalah fenomena sosial yang terkait

dengan keilmuan penelitian yaitu ilmu komunikasi dengan fokus pola

komunikasi interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba.

(56)

47

penyelesaian study kasus fenomena sosial yang terjadi di keluarga Bapak Is

daerah jln. Medokan Ayu, kota Surabaya. Didalam fenomena komunikasi

terjadi keberhasilan dan kegagalan dalam penyampaian pesan kepada

komunikan. Pendekatan komunikasi interpersonal orang tua terhadap remaja

pecandu narkoba sangat di perhatikan karena pada saat itu remaja semakin lebih

sensitif di banding biasanya apa lagi dengan komunikasi yang bersifat

penekanan terhadap remaja dampaknya terhadap hubungan orang tua dan anak

bisa saja akan terganggu.

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yakni di rumah keluarga Bapak Is yang

terletak di Medokan Gg 3/45, kota Surabaya, propinsi Jawa Timur. Wilayah

lokasi penelitian yakni di bagian Surabaya timur, wilayah ini menjadi titik

temu para urban dari desa atau pendatang, banyak kelur masuk pendatang di

daerah Waru. Daerah yang banyak dengan bangunan-bangunan pabrik

membuat beberapa masyarakat lebih mudah mencari pekerjaan di

pabrik-pabrik tersebut.

Di belakang rumah ada beberapa pemukiman warga, karena

dibelakang rumah sekitar ± 50 meter adalah daerah rawah atau sungai besar

sebagai poros yang mengalirkan airnya ke laut guna meminimalisir banjir

(57)

48

B. Penyajian Data

Dalam sebuah penelitian dilakukan beberapa tahapan yang bertujuan

untuk mendapatkan jawaban atas permasalah dari penelitian yang telah di

fokuskan, tahapan tersebut adalah meliputi pengumpulan data analisi data, dan

penarikan kesimpulan atas data yang telah diperoleh. Peneliti harus benar-benar

memahami tentang fokus penelitihan dan juga hal-hal yang berkaitan dengan data

yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis data-data yang di

peroleh melalui wawancara dan dokumentasi mengenai proses pola komunikasi

interpersonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba dalam Study kasus

fenomena keluarga Bapak Is di medokan ayu kota surabaya.

1. Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Remaja Pecandu

Narkoba di Surabaya.

Dalam penyampaian komunikasi interpersonal ada beberapa teknik

dalam penyampaiannya dimana pendekatan-pendekat sebelum fenomena

terjadi akan menjadi sangat membantu dalam bentuk komunikasi. Unsur

teknik dalam penyampaian komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal yang

baik dengan emosional terkontrol menjadi suasana interaksi lebih terarah dan

pesan tersampaikan dengan baik. Disini peneliti memaparkan proses

komunikasi interpersonal terhadap perilaku interaksi kepada komunikan

(58)

49

nonverbal dalam komunikasi interpersonal untuk menyampaikan pesan yang

diinginkan oleh komunikator.

a. Pemberian Nasehat (konseling)

Pak Is sebagai Ayah sangat terkejut ketika ia mendengar kabar

anaknya memakai narkoba dari istrinya. Setelah mendengarkan penjelasan

dari anaknya, ia hanya bisa menasehatinya dari segi agama.

“Sebenarnya saya kaget dengan pengakuan perilaku anak saya yang menyimpang, tapi saya yakin bahwa ini adalah salah satu ujian dari tuhan kepada saya bagaimana saya bisa membimbing anak saya bisa keluar dari masalah itu dan salah satu proses hidup untuk anak saya. Saya sering memberi wejangen-wejangen keislaman untuk anak saya” 1

. Komunikasi interpersonal yang seringkali dilakukan dalam

pendekatannya terhadap anak laki-lakinya sudah seringkali dilakukan oleh

seorang Ayah.

Pak Is ingin dapat menyampaikan pemahaman pemikirannya

sebagai pembelajaran atas Ayah dan anak sehingga keinginan seorang

Ayah atas kesuksesan anaknya akan dapat terarah dengan baik dalam

proses komunikasi tersebut, sehingga keterangan dalam wawancara

terhadap Ayah, Ayah lebih mudah sepemahaman pemikiran dibanding

ibu.

1

(59)

50

“Yang saya bisa lakukan hanya berbicara dengan anak saya, dengan pembincanganlah saya berharap bisa sebagai pembimbing anak laki-laki saya, karena disetiap saya berbicara pasti saya menceritakan pengalaman dan pemahaman saya setiap apa yang dibahas, dan hal itu sering saya lakukan, sampai-sampai anak saya lebih sering bertanya dengan saya.”2

Begitu juga yang dikemukakan oleh Mas Bin dalam wawancaranya

tentang salah satu cara didikan Ayahnya.

“Saya lebih nyaman berkomunikasi dengan Ayah ketika saya mendapatkan masalah, Ayah lebih sabar dalam menyingkapinya dibanding ibu, dan juga pesan yang disampaikan Ayah ke saya bersifat pelajaran yang mendorong saya supaya bisa menyelesaikan masalah dengan baik.”

Dalam bentuk komunikasi seorang Ayah terhadap anak remajanya

Ayah memberi kebebasan dalam cara berfikirnya asal benar dalam esensi

tujuannya. Yang di jelaskan oleh Mas Bin, Ayahnya mengikuti toriqoh

tasawuf kejawen, sehingga logika ketuhanan dalam penerapan

sehari-harinya, sedikit berbeda pada orang-orang lainnya, dan sedikit sulit untuk

dimengerti bila belum di jelaskan secara detail.

“Ayah adalah salah satu orang pelaku tasawuf kejawen, Ayah pernah bilang ke anaknya, bahwa dalam proses jalan kebenaran tidak harus ditempuh dengan kebaikan untuk menemukannya terkadang dengan melalui jalan keburukan orang itu dapat menemukan jalan kebaikannya.”

2

(60)

51

Pak Is berargumen bahwa, apapun didunia ini adalah kehendak dari

tuhan, ketika ia sudah berusaha menjalankkan perintah-Nya untuk

memberi pembelajaran kepada anaknya, atas apa yang telah

diperintah-Nya dan menyampaikan apa-apa yang dilarangdiperintah-Nya.

Tapi ketika usaha dan ikhtiar tidak berbuah manis seperti apa yang

diinginkan hati, berarti tuhan telah memberi yang terbaik bagi perjalanan

anaknya. Ia juga pernah bilang terhadap anaknya pada saat pengakuan

anak remajanya yang memakai narkoba. satu hal yang saya tanyakan

kepada anak saya bagaimana bisa hal itu terjadi, karena saya sadar bahwa

semua bisa terjadi bila kita sudah ber ikhtiar dan suatu hal tetap terjadi

berarti memang itu proses hidup yang harus dilaluinya. Disisi lain bagi

pemahaman pada umumnya pemikiran Ayah sulit untuk di terima,

bagaimana bisa seorang Ayah dapat menahan emosi dalam didikannya.

“Saya mewajarkan anak saya melakukan kesalahan, karena dengan kesalahan itu anak bisa berfikir mengenai kebenaraan, saya bilang keanak saya, kamu tidak akan menemukan kebenaran yang sesungguhnya apa bila belum mengerti proses dari kesalahan. Tapi saya memiliki batasan tersendiri, ketika anak saya melakukan kesalahan ya... jangan di ulangi lagi, kalau dilanggar itu namanya orang (Fasik) orang yang tidak pandai, sudah tau api kok di terjang. Bila itu menjadi kebiasaan maka saya akan mulai lebih mencega dan mengontrol lagi.”3

Setelah itu, tindakan yang diambil Pak Is adalah mengirimnya ke

tempat rehabilitasi. Menurutnya, menempatkannya ke tempat rehabilitasi

3

(61)

52

bukanlah sebuah hukuman. Namun, lebih kepada tindakan aman untuk

pencegahan.

"Saya taruh ke tempat rehabilitasi, agar ditangani oleh ahlinya. Takutnya ada apa-apa di kondisi fisiknya."4

Tindakan-tindakan yang diambil Pak Is lebih mengarah kepada

keadaan anaknnya saat ini. Dia lebih memilih mendidiknya kembali

setelah pulang dari rehabilitasi.

Setelah di Rehabilitasi beberapa bulan, tepatnya 6 bulan 13 hari.

Pak Is lebih sering memberinya perhatian dan nasehat dari sebelumnya.

Dia juga menawarkan hidup mandiri di Kalimantan dengan ikut salah satu

saudaranya. Awalnya, Mas Bin masih ragu untuk pergi seorang diri. Tapi

setelah Pak Is memberikan penjelasan tentang sisi baik yang didapat

ketika hidup mandiri, Mas Binpun mengiyakan tawaran dari Ayahnya itu.

Terlihat Pak Is senantiasa memberi komunikasi persuasif untuk

anaknya agar dapat mengarahkan anaknya tanpa membuat anaknya

merasa di hakimi oleh keluarganya, bila keluarganya pun bermasalah dan

tidak bisa memberi kenyamanan dalam menentukan solusi yang tepat

maka dengan siapa lagi seorang anak akan dekat, bersandar dan

menceritakan permasalahannya. Dengan bentuk komunikasi interpersonal

yang di terapkan oleh Pak Is, Ia memberi pemahaman kepada anaknya

4

(62)

53

dengan cara pengembangan pemikiran dimana anak dapat belajar berfikir

dalam menyingkapi permasalahan yang telah diberi solusi dan penjelasan

dari Ayah.

b. Mengunkapkan Perhatian Kepada Anak

Salah satu pendekatan Ayah dengan seringnya berinteraksi dapat

menjadikan kedekatan emosional akan lebih erat.

“seringkali saya berbicara dengan anak saya, membahas mengenai apa saja yang di inginkan oleh anaksaya.”5

Kebiasaan yang baik akan membantu dikemudian hari ketika

mendapatkan masalah didalam keluarga, karena dengan kedekatan masalah

disetiap waktu akan mudah untuk diselsaikan karena merasa sepemikiran

dalam hal apa penyelsaiannya. Dalam pendekatan Ayah untuk berinteraksi

dengan remajanya. Begitupula pernyataan yang dikemukaan remajanya

terhadap interaksi yang memiliki kedekatan emosional yang telah

diprakterkkan oleh Ayahnya.

“saya nyaman dengan Ayah karena komunikasinya lebih halus dan cenderung lebih membimbing pemahaman kata hati atau keyakinan saya”6

Penyampaian pesan dengan nada komunikasi yang halus dan

sopan seorang anak di beri kebebasan dalam berfikir, Ayah lebih ingin

mendekat kepada anaknya hingga komunikasi yang penuh dengan muatan

5

Wawancara dengan Pak Is pada hari Mi

Gambar

Tabel 1.4 Daftar Informan 1

Referensi

Dokumen terkait

لولأا بابلا ةمدقم ثحبلا ةيفلخ :لولأا لصفلا وأ يوفش لكش في ءاوس ناسنلإا رهاظم نم رهظم يه ةيبدلأا لامعلأا وك ةغللا مدختسي بوتكم س ق الهو ةمدقم ةلي ىرخأ ةرابعبو .ةنميهم

Hasil dari analisis uji anova menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata diameter zona hambatan pada kesembilan kelompok perlakuan adalah signifikasn dengan α <

Tujuan program pengabdian masyarakat ini yaitu untuk mengolah potensi lokal berupa daging dan telur itik Cihateup menjadi aneka produk olahan yang disukai masyarakat serta

Kemampuan seorang individu untuk melakukan pekerjaan seberat apapun dalam kehidupan sehari-hari dengan tidak mengalami kelelahan yang berlebihan, sehingga masih memiliki

Acara Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor : ll.C.ffi.ZIBAHPIPOKJA.VlPUl2013 tanggal 27 Agustus 2013 untuk paket pekerjaan tersebut di atas, maka selanjutnya Kelompok

Predictors: (Constant), LNEPS, LNNPM, LNROE, LNROA.

Unlike the previous studies which deal with gender identity and androgynous theme in novels which set on Earth, this present study examines the issue of gender

Pada penelitian ini didapatkan bahwa orang tua yang memiliki upaya kurang dalam pencegahan cedera anak balita di rumah adalah 39,5% menyikat lantai kamar mandi agar tidak