• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI GAYA PACARAN PADA SISWA : STUDI PADA SISWA/SISWI SMK BARUNAWATI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI GAYA PACARAN PADA SISWA : STUDI PADA SISWA/SISWI SMK BARUNAWATI SURABAYA."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI GAYA PACARAN PADA SISWA (Studi pada Siswa/Siswi SMK Barunawati Surabaya)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

RIFATUL AMALIA NIM. B76212108

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Rifatul Amalia, B76212108, 2016. Komunikasi Gaya Pacaran pada Siswa (Studi pada Siswa/Siswi SMK Barunawati Surabaya). Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Kata Kunci : Komunikasi, Gaya pacaran, Siswa

Fokus masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah komunikasi gaya pacaran pada siswa?

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui komunikasi gaya pacaran pada siswa.

Pacaran adalah masa pendekatan yang ditandai dengan adanya saling pengenalan pribadi baik kekurangan atau kelebihan masing-masing individu dari kedua lawan jenis. Bila masa pacaran berlanjut, maka dianggap sebagai masa persiapan individu untuk dapat memasuki masa pertunangan atau masa pernikahan.

Dari hasil yang penelitian yang ditemukan dalam penelitian ini adalah (1) Adanya komunikasi verbal yang biasa dipakai oleh siswa ketika berpacaran seperti panggilan sayang antar pasangan, tempat curhat antar pasangan, komunikasi verbal yang dilakukan lewat social media. (2) Adanya komunikasi Non-verbal yang digunakan dalam gaya pacaran siswa seperti mengungkapkan perasaannya lewat sebuah perhatian yang lebih dan melakukan aktifitas fisik bersama pasangan (3) kebanyakan siswa ingin merasakan menjalin cinta dan juga ingin merasakan apa yang dirasakan oleh teman-teman mereka yang sudah pernah menjalin cinta sebelumnya. (4) Tidak melakukan hal-hal yang dapat melanggar hukum atau dapat menyebabkan pengaruh buruk ketika berpacaran.

(7)
(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBIING ... ....iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ...vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Fokus penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 4

F. Definisi Konsep ... 7

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 11

G. Metode Penelitian ... 12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 12

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 13

3. Jenis Data ... 14

4. Sumber Data ... 15

5. Tahap-tahap Penelitian ... 16

6. Teknik Pengumpulan Data ... 17

7. Teknik Analisis Data ... 18

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 18

H. Sistematika Pembahasan ... 21

BABII KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi ... 22

a. Pengertian Komunikasi... 22

b. Sejarah Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan ... 23

c. Tujuan dan Fungsi Komunikasi...24

d. Unsur-Unsur Komunikasi...25

2. Pacaran ... 28

1)Pengertian Pacaran ... 28

2)Faktor-faktor Pacaran...29

3)Pacaran dari sudut pandang biopsikologis...31

4)Fungsi Pacaran...33

5)Perilaku yang mencemari masa pacaran...34

3. Gaya Pacaran...37

(9)

2) Gaya pacaran tidak sehat...39

4. Remaja ... 41

B. Kajian Teori Teori Interaksi Simbolik ... 44

BABIII PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek Penelitian ... 49

1. Profil Tempat Penelitian ... 49

2. Profil Informan ... 54

B. Deskripsi Data Penelitian... 55

a. Komunikasi Verbal yang ditunjukan para siswa remaja ketika bersama kekasihnya. ... 58

b. Komunikasi non-verbal yang ditunjukan para siswa remaja ketika bersama kekasihnya. ... 61

BABIV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian ... 68

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 73

BABV PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA

BIODATA PENULIS

(10)

[image:10.595.136.481.225.562.2]

DAFTAR TABEL

(11)

[image:11.595.136.480.225.557.2]

DAFTAR GAMBAR

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja selalu indentik dengan siswa atau pelajar yang masih

dalam tingkat SMK/SMA. Siswa juga merupakan remaja yang masih

berkembang dan selalu dipenuhi dengan rasa keingintahuan yang tinggi.

Secara definisi, Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke

masa dewasa. Menurut WHO Remaja adalah suatu masa dimana Individu

berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual

sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.1 Banyak orang

yang mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang paling indah.

Karena pada masa remaja, banyak hal-hal baru yang sepertinya sangat ingin

dilakukan ketika masa remaja seperti bergaul dengan teman, menjalin

persahabatan, melakukan kenakalan-kenakalan yang masih dibawah norma

hingga merasakan jatuh cinta atau menyukai lawan jenis. Biasanya hal

pertama yang ingin dirasakan oleh kebanyakan remaja adalah merasakan jatuh

cinta dan memiliki suatu hubungan spesial dengan lawan jenis yang mereka

sukai. Hal ini biasa di sebut juga dengan pacaran.

Pacaran adalah masa pendekatan yang ditandai dengan adanya saling

pengenalan pribadi baik kekurangan atau kelebihan masing-masing individu

dari kedua lawan jenis. Bila masa pacaran berlanjut, maka dianggap sebagai

masa persiapan individu untuk dapat memasuki masa pertunangan atau masa

(13)

2

pernikahan.2 Dalam kehidupan remaja, status ”berpacaran” atau ”memiliki

pacar” adalah suatu hal yang biasa yang bahkan tidak sedikit remaja yang

sudah merasakan pacaran.

Setiap individu mempunyai sikap yang berbeda begitu pula dengan

gaya pacaran yang dilakukan oleh setiap individu juga berbeda. Banyak sekali

gaya-gaya pacaran yang di lakukan oleh siswa. Semakin berkembangnya

teknologi maka juga semakin berkembang pula gaya pacaran siswa remaja

saat ini. Tak hayal banyak siswa remaja saat ini memilih menggunakan gaya

pacaran yang tidak sehat seperti mengumbar kemesraan pada publik,

berciuman, bahkan hingga melakukan seks bebas.

Menurut hasil survey kesehatan reproduksi remaja yang

diselenggarakan BKKBN3, banyak remaja pacaran pertama kali pada usia 12

tahun. Perilaku pacaran remaja juga semakin permisif. Sebanyak 92% remaja

berpegangan tangan saat pacaran, 82% berciuman, 63%

rabaan petting. Perilaku-perilaku tersebut kemudian memicu remaja

melakukan hubungan seksual. Perilaku seksual di usia belia itu menyebabkan

jumlah anak yang menderita HIV/AIDS terus meningkat dalam lima tahun

terakhir. Tahun 2004 kasus HIV/AIDS sebanyak 154 kasus dan pada 2010

angkanya melonjak menjadi 1.119 kasus. Menurut Maria, seks bebas ini

membuat angka penderita HIV/AIDS di kalangan remaja meningkat tajam.

Ada peningkatan 700 persen dari jumlah antara tahun 2004 hingga 2010, dari

2

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja. (Bogor : Ghalia Indonesia : 2004) 3 Ika Ningtyas, KPAI: Pacaran Pertama Anak Indonesia Umur 12 Tahun, dalam

(14)

3

awalnya 154 kasus menjadi 1.119 kasus. Diperkirakan, penyebab utama

remaja mengenal pornografi adalah dari teve, internet, dan kebebasan

berlebihan yang diberikan pada anak di lingkungan keluarga.4

Namun tak semua remaja melakukan hal buruk tersebut. Ada juga yang

lebih memilih berpacaran secara sehat seperti contohnya adalah berpacaran

hanya untuk berbagi rasa dan sebagai teman spesial saja, tidak pernah

melakukan hal-hal buruk hanya sebatas pegangan tangan dan berpelukan saja.

tergantung oleh individu itu sendiri. Apakah ingin melakukan hal buruk

tersebut atau ingin melakukan hanya karena rasa keingintahuan saja.

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian

Adapun rumusan masalah yang akan diusung dalam penelitian ini

adalah

Bagaimanakah komunikasi gaya pacaran siswa?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah peneliti susun maka tujuan

dari penelitian ini adalah

Ingin mengetahui Bagaimanakah komunikasi gaya pacaran siswa?

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu

Manfaat Teoritis, yaitu

4

Ika Ningtyas, KPAI: Pacaran Pertama Anak Indonesia Umur 12 Tahun, dalam

(15)

4

Diharapkan penelitian ini dapat memperdalam dan memperluas

wawasan tentang penelitian kualitatif dalam suatu penelitian dan

mempelajari tentang komunikasi dan fenomena yang ada masyarakat

Manfaat Praktisi,

a. Bagi Peneliti,

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memperluas

wawasan tentang komunikasi dan teori-teori komunikasi dan

fenomena yang muncul dimasyarakat.

b. Bagi akademik,

Digunakan menjadi sumber informasi untuk pembuatan penelitian

selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini bisa berguna untuk khalayak agar

memperhatikan fenomena-fenomena yang muncul khususnya pada

siswa remaja.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam sebuah penelitian, harus memiliki referensi yang banyak yang

dapat diambil dari buku, Jurnal, hingga kajian terdahulu yang disusun oleh

peneliti-peneliti sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki beberapa

referensi kajian terdahulu yang dapat menjadi perbandingan dan referensi dari

penelitian.

1. Studi Diskriptif Tentang Gaya Pacaran Siswa SMA Kota Semarang

(16)

5

termasuk penelitian kolerasi dan penelitian dilakukan di SMA Teuku

Umar Semarang. Hasil penelitian dari 40 responden yang terdiri dari

terdiri dari 29 (72,5%) laki-laki dan 11 (27,5%) perempuan, jumlah

responden berdasarkan umur yang terbanyak adalah berusia 17 tahun

yaitu 24 (60 %) responden, umur 15 tahun sebanyak 1 (2,5%)

responden, umur 16 tahun sebanyak 10 (25%) responden, umur 18

tahun sebanyak 1 (2,5%) responden, dan umur 19 tahun sebanyak 4

(10%) responden. Responden yang memiliki gaya pacaran wajar

sebanyak 36 responden (90%), dan 4 responden (10%) memiliki gaya

pacaran yang tidak wajar. Kesimpulan dapat diambil dari penelitian ini

adalah pada remaja kelas XI IPS SMA Teuku Umar Semarang memiliki

gaya pacaran yang wajar. Perbedaan penelitian asih adalah

menggunakan metode kuantitatif kolerasi sedangkan dengan penelitian

ini menggunukan metode kualitatif.

2. Hubungan Antara Penalaran Moral Dan Gaya Pacaran Dengan

Kecenderungan Membeli Kondom Pada Remaja disusun oleh Rita

Sugiharto Putri tahun 2009. Penelitian ini memakai metode kuantitatif

dengan pendekatan Survey. Subjek penelitian ini yaitu remaja di desa

Singonegaran 50 orang dan desa Pakunden sebanyak 50 orang. Jadi

total keseluruhan 100 orang. Berdasarkan hasil analisis penelitian ini

adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara penalaran moral dan

gaya pacaran dengan kecenderungan membeli kondom pada remaja.

(17)

6

prediktor (variabel bebas) untuk memprediksikan variabel

kecenderungan membeli kondom pada remaja. Dalam penelitian

hubungan antara penalaran moral dan gaya pacaran dengan

kecenderungan membeli kondom pada remaja. Perbedaan penelitian

hubungan antara penalaran moral dan gaya pacaran dengan

kecenderungan membeli kondom pada remaja dengan penelitin ini

adalah menggunakan metode yang berbeda yaitu metode kuantitatif.

Sedangkan penelitian ini menggunakan kualitatif.

3. Gaya Pacaran Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Kelas

XI Di SMA Panca Marga 1 Lamongan disusun oleh Amirul Amalia

Desain penelitian ini menggunakan analitik dengan metode cross

sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswi kelas

XI SMA Panca Marga 1 Lamongan sebanyak 307 orang. Hasil

penelitian menunjukkan ada hubungan pola asuh orang tua dengan gaya

pacaran pada remaja (kelas XI) di SMA Panca Marga 1 Lamongan.

Upaya yang dapat dilakukan agar guru BK memberikan penyuluhan

kepada siswa-siswi mengenai pergaulan yang benar dengan sesama

teman. Perbedaannya dengan penelitian Gaya Pacaran Ditinjau Dari

Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Kelas XI Di SMA Panca Marga 1

Lamongan dengan penelitian ini adalah juga dari metode yang

(18)

7

F. Definisi Konsep Penelitian

a) Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh

semua orang namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara

memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang tidak terhingga

seperti; saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya

rambut kita, kritik sastra, dan masih banyak lagi.

Komunikasi juga dapat dinamakan dengan system informasi, yaitu

segenap unsure yang saling berhubungan dan dan tidak dapat dipisahkan

dalam upaya membuat, menerima dan memberikan sesuatu pada orang lain

dengan maksud tertentu.5 Dari segi bahasa, Istilah komunikasi atau dalam

bahasa inggris nya communication, berasal dari bahasa latin communication

dan bersumber dari kata communis yang berarti: sama; sama disini maksudnya

adalah: sama makna6

Menurut Onong Uchjana Effendi, komunikasi adalah proses penyampaian

suatu pernyataan yang di lakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai

konsekuensi dari hubungan social.7

b) Pacaran

Pacaran adalah masa pendekatan yang ditandai dengan adanya

saling pengenalan pribadi baik kekurangan atau kelebihan masing-masing

5Yoyon Mudjiono, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Surabaya:Jaudar Press, 2012) hlm. 3

-4 6

Onong Uchjana Effendi,Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung:Remaja Karya, 1985) hlm. 11

(19)

8

individu dari kedua lawan jenis. Bila masa pacaran berlanjut, maka

dianggap sebagai masa persiapan individu untuk dapat memasuki masa

pertunangan atau masa pernikahan.8 Selain itu ada juga yang meyebutkan

bahwa Pacaran (dating) adalah salah satu aktivitas yang banyak dijalani

oleh remaja. Perkembangan psikologis pada masa remaja memungkinkan

adanya ketertarikan terhadap lawan jenis dan keingin untuk membentuk

hubungan yang lebih dari sekedar teman atau sahabat9.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pacar adalah kekasih

atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan

cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan

(dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; (atau) menjadikan dia

sebagai pacar 10

Ada 2 aspek yang mempengaruhi ketertarikan antar remaja yang

berpacaran yaitu: intimasi dan passion.11

c) Gaya Pacaran

Banyak yang mengatakan bahwa gaya pacaran remaja saat ini

sudah sangat mengkhawatirkan. Karena remaja saat ini sudah tidak bisa

dikendalikan dan tidak sama dengan pemikiran oranng-orang tua dahulu.

Namun, Sebenarnya ada dua gaya dalam pacaran yaitu 1) pacaran sehat 2)

pacaran tidak sehat. definisi gaya pacaran sehat menurut Iwan dapat

8

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja. (Bogor : Ghalia Indonesia : 2004)

9Pritha Khalida, “Buku Cinta: Agar Kamu Lebih Tahu Apa Itu Cinta”,

(Jakarta : Bukune , 2010) hlm. 31

10

http://kbbi.web.id/pacar diakses tanggal 14 agustus 2016, 9:12 AM WIB 11

(20)

9

dijelaskan sebagai berikut 12 Pacaran yang sehat adalah pacaran yang baik

serta dapat dipengaruhi oleh 4 faktor antara lain sehat secara fisik, sehat

secara psikis, sehat secara sosial, dan sehat secara seksual. Sedangkan

Gaya pacaran tidak sehat (KNPI) merupakan singkatan dari kissing,

necking, petting, intercourse. Tujuan para remaja melakukan KNPI yaitu

untuk menunjukan rasa cinta, yang sebenarnya dapat ditunjukan dengan

beragam cara dan tidak harus dengan aktifitas seksual.13

d) Remaja

Banyak yang mengatakan bahwa masa Remaja adalah masa-masa

yang paling indah, masa-masa dimana seorang anak mulai belajar

berkembang serta belajar betapa bahayanya kehidupan. Istilah asing yang

menunjukan masa remaja antara lain Preberteit, Adolescentia dan Youth.

Dalam bahasa indonesia sering disebut Pubertas atau Remaja.14

Masa remaja dapat ditinjau sejak mulainya seseorang menunjukan

tanda – tanda pubertas dan berlanjut hingga dicapainya tinggi badan secara

maksimal, dan pertumbuhan mentalnya secara penuh yang dapat

diramalkan melalui pengukuran tes-tes intelegensi.

Menurut para ahli menyimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris

dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun

sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.15

12

Iwan, “Boleh Nggak Sih, Masturbasi ?”.(Yogyakarta : CV Andi Offset, 2010) 13

Widya T. Mira, It’s All About A-Z Tentang Sex. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010) 14

Panut Panuju, Psikologi Remaja, (Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1999) hlm 1

15Ibid,

(21)

10

e) Teori Interaksi Simbolik

Konsep Teori interaksi simbolik pertama kali dicetuskan oleh

George Herbert Mead. Mead menyatakan bahwa orang bertindak

berdasarkan makna simbolik yang muncul dalam sebuah situasi tertentu.16

Sebagaimana dinyatakan oleh namanya, Teori Interkasi Simbolik

menekankan pada hubungan antara symbol dan inteaksi. Sebenarnya nama

“Interaksi simbolik” bukanlah merupakan ciptaan mead namun Herbert

Blumer lah yang menciptakan nama tersebut dan mempublikasikannya.

Karya tunggal mead yang amat penting tertulis jelas di bukunya

yang berjudul Mind, Self, dan society. Mead mengambil tiga konsep kritis

yang diperlukan dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk menyusun

sebuah teori interaksionisme simbolik. Tiga konsep itu dan hubungan

diantara ketiganya merupakan inti pemikiran mead, sekaligus khusus

menjelaskan tentang bahasa, interaksi social dan refleksivitas.

16Richard West and Lynn H. Turner, “Pengantar Teori Komunikasi : Analisis Dan Aplikasi”

(22)

11

G. Kerangka Pikir Peneltian

1. Kerangka Pikir

Ilustrasi kerangka pikir penelitian ”Komunikasi Gaya Pacaran pada

Siswa”

Bagan 1.1

Kerangka pikir ”Komunikasi Gaya Pacaran pada Siswa”

Setiap individu mempunyai sikap yang berbeda begitu pula dengan

gaya pacaran yang dilakukan oleh setiap individu juga berbeda. Banyak

sekali gaya-gaya pacaran yang di lakukan oleh siswa. Semakin

berkembangnya teknologi maka juga semakin berkembang pula gaya

pacaran siswa remaja. Gaya-gaya yang dilakukan oleh para siswa ini ada

banyak kategori yaitu kategori gaya pacaran yang sehat dan gaya pacaran

yang tidak sehat. Gaya pacaran yang sehat seperti tidak mengumbar

kemesraan di depan dan melakukan hanya sebatas pegangan tangan tidak

lebih dari itu. Sedangkan gaya pacaran yang tidak sehat contohnya adalah Siswa

Gaya Pacaran

Interaksi Simbolik

(23)

12

selalu mengumbar kemesraan di publik dan melakukan hal-hal buruk

seperti ciuman hingga seks bebas. Dalam penelitian ini menggunakan

teori interaksi simbolik dikarenakan teori ini membahas tentang

H. Metode Penelitian

a) Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah proses, prinsip, dan prosedur yang

kita gunakan untuk mendekati problem dan untuk mencari jawaban

dari problem yang ingin kita teliti.17 Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Secara harfiah

metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran

mengenai situasi atau kejadian, sehingga berkehendak mengadakan

akumulasi data dasar.18 Deskriptif adalah bagian terpanjang yang berisi

semua peristiwa dan pengalaman yang didengar dan yang dilihat serta

dicatat selengkap dan seobyektif mungkin. Dengan sendirinya uraian

dalam bagian ini harus sangat rinci19

Ciri-ciri penelitian kualitatif:

1. Penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi

di lapangan dan datanya dianalisis dengan cara non-statistik

meskipun tidak selalu harus menabuhkan penggunaan angka.

2. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si

peneliti sebagai alat. Peneliti harus mampu mengungkap gejala

17

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm. 145

18Mahi M. Hikmat, “Metode Penelitian dalm Perspekstif Ilmu Komunikasi dan sastra”,

(Yogyakarta: Graha ilmu, 2011) hlm. 44 19

(24)

13

sosial di lapangan dengan mengarahkan segenap fungsi

indrawinya.

3. Penelitian kualitatif menggali nilai yang terkandung dari suatu

perilaku.

4. Penelitian kualitatif bersifat fleksibel, tidak terpaku pada konsep,

fokus, teknik pengumpulan data yang direncanakan pada awal

penelitian dapat berubah di lapangan mengikuti situasi dan

perkembangan penelitian.

b) Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa remaja yang pernah

merasakan pacaran.

Obyek dalam penelitian ini adalah komunikasi gaya pacaran yang

dilakukan oleh siswa remaja

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMK Barunawati yang

bertempat di jalan Perak Barat no 173 surabaya.

c) Jenis Data

Ada dua macam jenis data yang digunakan yaitu;

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung

dari sumber asli dan tidak melalui media perantara. Data primer

dapat berupa opini subjek secara individual atau secara kelompok,

(25)

14

dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan

data primer yaitu melalui metode wawancara dan observasi.

Data primer ini diambil oleh peneliti dari siswa remaja di SMK

Barunawati dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap

pengalaman gaya pacaran yang mereka alami serta di lingkungan

sekitar SMK Barunawati. Peneliti juga akan mengamati

komunikasi verbal dan non verbal ketika mewawancarai para siswa

tersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari peneliti secara tidak langsung

dan melalui media perantara atau bisa dikatakan dan dicatat oleh

pihak lain.

Data sekunder merupakan data pendamping dari data

primer yang telah di dapat di lapangan. Data sekunder dari

penelitian ini diambil dari catatan dan laporan penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya.

d) Sumber Data

Menurut Suharmi Arikunto, yang dimaksud dalam sumber data

dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.20

Ada beberapa sumber data yang bisa digunakan peneliti diantaranya

a. Informan

20

(26)

15

Informan adalah orang yang berpengaruh dalam proses

pengumpulan data dan bisa juga disebut sebagai narasumber atau

key member, yaitu orang yang memegang kunci utama sumber

data dalam penelitian ini.

Informan haruslah orang yang benar-benar mengetahui

permasalahan yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah siswa

remaja.

b. Tempat atau lokasi

Yaitu dari memahami kondisi lokal penelitian, dengan secara

tidak langsung peneliti bisa cermat mencoba untuk mengkaji dan

secara praktis menarik kemungkinan kesimpulan.

c. Dokumen dan arsip

Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam

mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca

surat-surat, pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan

tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Metode pencarian data

ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa

mengganggu obyek atau suasana penelitian. Peneliti dengan

mempelajari dokumen tersebut dapat mengenal budaya dan

nilai-nilai yang dianut oleh obyek yang diteliti.21 Dokumen dan arsip

merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu

peristiwa atau aktifitas tertentu.

21

(27)

16

d. Catatan lapangan

Yaitu catatan yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti

yang berkaitan dengan gaya pacaran yang dilakukan informan,

kemudian hasilnya dijadikan suatu catatan.

e) Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian kualitatif, perlu mengetahui

tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian ini. Adapun

tahap penelitian secara umum terdiri dari tiga tahap,22 yaitu

a. Tahap Pra Lapangan

1) Menyusun rancangan untuk mempermudah jalannya penelitian

sesuai dengan judul yang telah dibuat.

2) Mengurus perizinan, peneliti mengurus perizinan dibagian

Prodi Ilmu Komunikasi yang akan diajukan kepada informan.

Tahap pekerjaan lapangan

3) Memilih lapangan penelitian, berguna untuk mempermudah

peneliti dalam proses penelitian untuk mengetahui lebih pasti

gambaran umum tentang kondisi lapangan.

4) Memilih informan dan memanfaatkannya sebagai sumber data

yang dibutuhkan yang sesuai dengan penelitian.

5) Menyiapkan perlengkapan penelitian secara teknis maupun

non-teknis guna memperlancar jalannya penelitian.

22

(28)

17

b. Tahap Lapangan

1) Peneliti memahami situasi dan kondisi lapangan penelitian.

Menyesuaikan penampilan fisik serta cara berperilaku

peneliti dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan, dan

adat-istiadat tempat penelitian.

2) Peneliti menerapkan teknik pengamatan (observasi)

terhadap lingkungan serta komunikasi gaya pacaran siswa

sebagai data laporan dengan membuat catatan lapangan saat

observasi.

3) Melakukan wawancara (interview) kepada informan

dengan mengikuti pedoman wawancara dan dibantu dengan

menggunakan alat bantu seperti tape recorder, foto, dan

sebagainya.

f) Teknik Pengumpulan data

1) Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah suatu cara

mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung

bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data

lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan

frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif.

(29)

18

Pengamatan dilakukan dengan meneliti secara langsung

Komunikasi verbal dan Non-verbal ketika mewawancarai

informan.

2) Dokumentasi

Dokumentasi sangat diperlukan sebagai memperkuat

fakta yang ditemukan dari penelitian yang dilakukan.

Dokumentasi yang diambil berupa foto hasil wawancara

tertulis.

g) Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan

sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau

menguji hipotesis yang telah di rumuskan dalam proposal. Dalam

penelitian kualitatif, data yang di peroleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam

(Trianggulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya

jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut

mengakibatkan variasi dara tinggi sekali. Data yang diperoleh pada

umumnya adalah data kualitatif.23

h) Teknik Pemeriksaa Keabsahan Data

Menurut Moleong untuk menetapkan keabsahan data diperlukan

teknik pemeriksaan. Dalam hal ini digunakan teknik:

23Sugiyono., Memahami Penlitian Kualitatif…

(30)

19

a. Keikutsertaan di lapangan dalam rentang waktu yang panjang

dalam penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data yang

telah dikumpulkan dari informan utama, maka perlu mengadakan

keikutsertaan dalam rentang waktu yang panjang. Adapun

maksudnya adalah untuk mengecek kebenaran data yang diberikan

baik dari informan utama maupun informan penunjang.

Karena teknik ini menghendaki pengenalan secara mendalam,

maka waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan data atau

informasi menjadi lama. Semakin lama peneliti berbaur dengan

yang diteliti, maka peneliti akan dapat mempelajarai pola dan

perilaku hidup obyek yang diteliti.24

b. Triangulasi untuk pemeriksaan keabsahan data yang telah

dikumpulkan agar memperoleh kepercayaan dan kepastian data,

maka peneliti melaksanakan pemeriksaan dengan teknik mencari

informasi dari sumber lain. Menurut Patton dan Moleong tiangulasi

dengan sumber lain berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat

dilakukan dengan; (1) membandingkan data hasil dari informan

utama dengan informasi yang diperoleh dari informan lainnya. (2)

membandingkan data informasi hasil observasi dengan informasi

24

(31)

20

dari hasil wawancara kemudian menyimpulkan hasilnya. (3)

membandingkan hasil wawancara dengan didukung dokumentasi.

Triangulasi sumber adalah langkah pengecekan kembali data-data

yang diperoleh dari informan dengan cara menanyakan kebenaran

data atau informasi kepada informan yang satu dengan informan

yang lainnya antara siswa remaja yang merupakan informan dalam

(32)

21

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini membahas konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi

konsep, kerangka berfikir penelitian, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan.

Bab II Kajian Teoritis

Pada bab ini dijelaskan tentang teori komunikasi serta kamunikasi gaya

pacaran siswa

Bab III Penyajian Data

Pada bab ini membahas tentang penyajikan data penelitian, berupa

deskripsi subyek penelitian dan deskripsi data peneliti.

Bab IV Analisis Data

Bab ini berisi tentang pengumpulan data-data yang diperoleh dalam

penelitian sehingga didapat hasilnya, yang kemudian dilakukan

pembahasan dan penganalisisan terhadap hasil yang didapat guna

mendapatkan kesimpulan.

Bab V Penutup

Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian

(33)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

Pada bab ini peneliti menerangkan tentang pengertian serta konsep dari judul

penelitian yang peneliti lakukan.

1. Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali

oleh semua orang namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya

secara memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang tidak

terhingga seperti; saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran

informasi, gaya rambut kita, kritik sastra, dan masih banyak lagi.

Komunikasi juga dapat dinamakan dengan system informasi, yaitu

segenap unsure yang saling berhubungan dan dan tidak dapat dipisahkan

dalam upaya membuat, menerima dan memberikan sesuatu pada orang

lain dengan maksud tertentu.1 Dari segi bahasa, Istilah komunikasi atau

dalam bahasa inggrisnya communication, berasal dari bahasa latin

communication dan bersumber dari kata communis yang berarti: sama;

sama disini maksudnya adalah: sama makna2

1Yoyon Mudjiono, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Surabaya:Jaudar Press, 2012) hlm. 3

-4 2

(34)

23

Menurut Onong Uchjana Effendi, komunikasi adalah proses

penyampaian suatu pernyataan yang di lakukan oleh seseorang kepada

orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan social.3

b. Sejarah Komunikasi Sebagai Ilmu Pengetahuan

Sejarah publistik atau ilmu publisistik pertama kali muncul dengan

nama Zaitungskunde yang diajarkan pada Universitas Bazel di Swiss,

yakni pada tahun 1884 dengan tokohnya Karl Bucher, seorang ekonom

dari madzhab historis dijerman (1847-1930), yang sangat berpengaruh

sekali di lapangan kernyanya sebahai wartawan dan redaktur ekonomi

pada surat kabar Frankfrutszaitung; namun selanjutnnya ia bergerak di

bidang pendidikan tentang hai itu di beberapa universitas.

Pada sejarah publistik ini terbagi menjadi beberapa fase. fase

pertama, zaitungskunde belum menjadi Wissenscaft lantaran kondisi saat

ini kunde adalah pengetahuan yang ditunjukan kepada pengumuman

dalam praktek. Jadi tidak menitik beratkan pada teori-teori, data-data dan

sebagainya sesuai dengan prosedur ilmu pengetahuan, sebagai suatu

dislipin ilmu.4 Namun identifikasi dengan Volkenskunde, yakni

penerangan apa yang diketahui. Maka publisistik pada saat ini hanya

merupakan keterampilan saja.

Fase kedua, Zaitungskunde menjadi Zaitungswissenschaft. Sudah

mampu meningkatkan kualitas keterampilan itu dengan melihat

3Onong Uchjana Effendi, “Dinamika Komunikasi”, (Remaja karya:Bandung, 1986) hlm. 17

(35)

24

aspek yang melingkupi terhadap efektifitas mengumumkan dan

menginformasikan sesuatu pada khalayak ramai.

Istilah jurnalistik berkembang di amerika sejak tahun 1690 dengan

munculnya surat kabar yang pertama Public Occerences Both Foreign

and Domestic oleh Benyamin Haris.

Perbedaan dia antara kedua istilah ini adalah jurnalistik merupakan

kepandian prakstis, sedangkan publistik menyangkut kepandaian yang

luas. Jurnalistik berupaya menyajikan berita actual, sedangkan publistik

mengungkapkan bagaimana proses penyampaian itu dapat efektif

berlangsung serta dampaknya atau efek dan feedback.

c. Tujuan dan fungsi komunikasi

1) Tujuan Komunikasi

Menurut Astrid S. Susanto, menegaskan bahwa tujuan akhir

komunikasi adalah pembentukan kepribadian, perlunya pendidikan

untuk penduduk dewasa dan remaja (adult edication atau

non-formal education) adalah tidak lain daripada itu adalah penggunaan

suatu ilmu pengetahuan baru dari orang lain yang akan bertindak

dengan bijaksana, sehingga terbentuklah manusia bijaksana5

Sedangkan menurut Colin Cherry (1964), yang mengatakan

bahwa komunikasi tujuannya pada pembentukan satuan social

yang terdiri dari individu melalui penggunaan bahasa dan tanda.

5Astrid S. Susanto “Filsafat Komunikasi”, (Bulan

(36)

25

Memiliki kebersamaan dalam peraturan-peraturan untuk mencapai

aktifitas pencapaian tujuan.6

2) Fungsi komunikasi

Komunikasi tidak hanya di artikan sebagai pertukaran

berita dan pesan, namun sebagai kegiatan individu dan kelompok

mengenak tukar menukar fakta, data dan ide. maka fungsi

komunikasi dalam sistem sosial adalah sebagai berikut7:

 Informasi: pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan,

penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan

komentar yang membutuhkan agar dapat dimengerti dana

beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan,

masyarakat, nasional, internasioal, dan sebagainya serta

orang lain dan agar dapat di manfaatkan sebagainya serta

orang lain dan agar dapat dimanfaatkan sebagai

pengambilan keputusan yang tepat (decision making)

 Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka

panjang, mendorong menentukan pilihan dan keinginannya,

mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan

tujuan bersama yang akan dikejar.

 Sosialisasi: penyediaan sumber ilmu pengetajuan yang

memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai

6Yoyon Mudjiono, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Surabaya:Jaudar Press, 2012) hlm. 17

-18

7 Ibid

(37)

26

anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan

fungsi sosialnya dan akhirnya ia dapat aktif didalam

masyarakat.

 Perdebatan dan diskusi: menyediakan dan saling bertukar

fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan

atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah

publik; menyediakan bukti-bukti yang relevan yang

diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat

lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut

kepentingan bersama di tingkat internasional mondial,

nasional, dan lokal.

 Pendidikan: pengalihan ilmu pengetahuan sehingga

mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak

dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang

diperlukan pada semua bidang kehidupan.

 Memajukan kebudayaan: penyebarluasan hasil kebudayaan

dan seni dengan maksud melestarikan wawasan masa lalu;

perkembangan kebudayaan dengan memperluas horison

seseorang, membangun imaginasi dan mendorong kreatifitas

dan kebutuhan esensinya.

 Hiburan: penyebarluaskan sinyal, simbol, suara, dan image

(38)

27

raga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan

kesenangan kelompok atau individu.

 Integrasi: menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu

berkesempatan memperoleh berbagai besar yang mereka

perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan

menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain

d. Unsur-Unsur Komunikasi

Salah satu syarat untuk dapat berhasil dalam komunikasi adalah

seberapa jauh adanya suatu kemungkinan berpengaruh yang

dicapai oleh komunikasi. Ada beberapa unsure-unsure yang harus

ada dalam berkomunikasi8 yaitu

1. Komunikator adalah individu ataupun yang mengambil

parakarsa atau sedang mengadakan komunikasi dengan

individu lain (khalayak).

2. Message (Pesan) adalah suatu kumpulan pola-pola dan

isyarat atau symbol-symbol. Di dalam symbol atau

isyarata itu sendiri mempunyai makna. Hanya saja terdapat

kesepakatan antar manusia untuk memberikan makna pada

symbol-simbol yang mereka pakai, hingga dapat

berkomunikasi.

3. Channel (saluran) adalah alat-alat yang secara fisik

menjadi tempat dimana sinyal ditransmisikan.

(39)

28

saluran utama adalah gelombang udara, gelombang radio,

kabel telepon, sistem saraf, dan hal-hal lain yang sejenis.9

4. Komunikan adalah objek sasaran dari kegiatan

komunikasi, yaitu bahwa hasil dari kegiatan itu idea atau

gagasan dan pikiran komunikator akan diterima

Komunikan/sasaran. Komunikan juga sering disebut

“receiver atau Decoder”.

5. Responn atau Feedback adalah transmisi reaksi balik dari

penerima kepada pengirim. Model – model yang

menekankan pada feedback adalah yang dipengaruhi oleh

sibernetik (Cybernetics).10

2. Pacaran

1) Pengertian Pacaran

Bila kita melihat pertumbuhan fisik muda-mudi, maka kita

mendapat kesan bahwa mereka mengalami pertumbuhan tinggi badan

yang hebat. Muda-mudi, tidak hanya menyamai tinggi badan orang tua

mereka, bahkan melebihinya. Kaum remaja secara fisik sudah terlihat

dewasa dan ingin menyamai perbuatan-perbuatan orang dewasa. Pengaruh

bacaan, majalah, Buku roman dan film menyebabkan muda-mudi meniru

tingkah laku dan komunikasi yang di lakukan oleh orang dewasa dengan

mudah. Yang paling mudah ditiru justru berbau dengan “Cinta” yang

9John Fiske, “Pengantar Ilmu Komunikasi”; penerjemah Hapsari Dwiningtyas

(Jakarta:Rajawali Pers, 2012) hlm. 29

10 Ibid

(40)

29

banyak di ambil sebagai inti daripada film. Puncak peniruan ini terlihat

dalam pergaulan antar pemuda-pemudi yakni “Pacaran”.

Pacaran (dating) adalah salah satu aktivitas yang banyak dijalani

oleh remaja. Perkembangan psikologis pada masa remaja memungkinkan

adanya ketertarikan terhadap lawan jenis dan keingin untuk membentuk

hubungan yang lebih dari sekedar teman atau sahabat11.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pacar adalah kekasih

atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan

cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan

(dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; (atau) menjadi dia

sebagai pacar12.

2) Faktor-faktor Pacaran

Ada 2 aspek yang mempengaruhi ketertarikan antar remaja yang

berpacaran yaitu: intimasi dan passion.13

1) Intimasi adalah hubungan yang akrab, intim, menyatu, saling

percaya, dan saling menerima antar individu yang satu dengan

individu yang lain.

2) Passion adalah terjadinya hubungan antar individu tersebut,

lebih dikarenakan oleh unsur-unsur biologis seperti

ketertarikan fisik atau dorongan seksual.

11Pritha Khalida, “Buku Cinta: Agar Kamu Lebih Tahu Apa Itu Cinta”,

(Jakarta : Bukune , 2010) hlm. 31

12

http://kbbi.web.id/pacar diakses tanggal 14 agustus 2016, 9:12 AM WIB

13Agoes Dariyo, “Psikologi Perkembangan Remaja”. (Bogor : Ghalia Indonesia : 2004)

(41)

30

Dengan adanya kedua faktor ini, maka para ahli menyebutnya

sebagai masa percintaan atau pacaran yang romantic.

Jika sudah dalam tahap stastus berpacaran atau memiliki pasangan

maka, ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam

berpacaran,14 yaitu :

a. Umur

Factor umur sangat penting sekali. Semakin lanjut usia

pemuda-pemudi, maka semakin matang pula cara berfikir dan

bersikap. Taraf kematangan ini perlu supaya mereka dapat

mempertimbangkan dengan baik sifat dan tingkat pacaran dalam

hubungannya dengan batas-batas kesopanan. Semakin muda usianya,

maka semakin sulit mempertimbangkan batas-batas kesopanan dan

pembagian waktu. Umur yang terlalu muda untuk pacaran

menyebabkan para muda-mudi kurang mampu dalam membatasi

kesenangan diri, krang dapat membatasi diri dalam pembagian waktu

belajar dan bermain. Dengan demikian umur yang cukup atau

dewasa bisa mempertimbangkan sesuatu yang sertai kedislipinan diri

dalam hal waktu belajar, bekerja, dan bermain serta dalam

pembagian yang tepat antara tugas dan pergaulan.

b. Sifat Pacaran

Pergaulan bebas, sering dimulai dengan pergaulan yang biasa

di kenal dengan “Pacaran”. Banyak masayarakat yang menilai ketika

14 Singgih D. Gunarsa Y. Singgih D Gunarsa “Psikologi Untuk Muda-Mudi” (Jakarta : BPK

(42)

31

melihat sepasang remaja putra dan putri berjalan bersama,

berboncengan bersama dan belajar bersama maka mereka disebut

pacaran. Padahal sebetulnya ini hanya merupakan persahabatan atau

perkenalan biasa.

Menurut Dr. Singgih Gunarsa dalam bukunya15, pergaulan

demi usaha mengenal lebih mendalam perlu untuk menambah

pengetahuan tentang pribadi-pribadi yang akan dihadapi kelak di

masa dewasa. Dalam pacaran meliputi juga unsure lain, bukan sekar

berkumpul untuk belajar akan tetapi ada unsure rasa senang dari

suasana ketika bersama. Ada perasaan bergelora yang timbul ketika

bertemu. Seolah-olah ada “arus listrik” pada kedua insane yang

berlainan jenis dan keadaan inilah yang disebut “pacaran”. Setiap

sentuhan, seolah-olah menimbulkan aliran listrik

c. Tingkat pacaran

Tidak terlalu banyak penjelasan tentang tingkat pacaran.

Mungkin tingkat pacaran dapat dilihat bagaimana sepasang pemuda

dan pemudi tersebut menjalaninya. Semakin dekat seseorang dengan

lawan jenisnya maka seharusnya semakin waspada pula dengan

tingkat kedekatannya. Seseorang harus memperkuat iman dan hati

nurani ketika sudah menjalani hubungan yang disebut pacaran.

(43)

32

3) Pacaran dari sudut pandang Biopsikologis

Jika melihat pada factor biopsikologis, menurut Dr.Sawitri

Supardi Sdarjoun,16 pacaran dipercaya sebagai manifestasi yang

timbul akibat meningkatnya kebutuhan seksual pada usia remaja

dengan pematangan fungsi seksual, yang ditandai dengan mestruasi

pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki,

kelenjar seks pn memproduksi hormone yang mempengaruhi

munculnya dorongan dan kebutuhan seksual erotis. Kesadaran

akan kebutuhan erotis dan seksual inilah yang kemudian

mendorong rasa ingin tahu para remaja tentang seks dan

seksualitas, yang diwujudkan dalam perilaku seksual yang wajar

hingga menyimpang.

Perilaku yang dianggap wajar secara psikologi adalah pacaran

sebatas dating dan sharing beberapa hal yang umum. Sementara,

tindakan dikategorikan menyimpang apabila perilaku seksual ini

diwujudkan dalam bentuk hubungan seksual pra-nikah. Apapun

alasannya, melakukan hubungan seksual diluar ikatan pernikahan

bisa menjadi indicator bahwa seseorang tergolong impulsive.

Orang tersebut hanya meimikirkan kesenangan dan pemuasan

kebutuhan sesaat, tanpa mempertimbangkan norma ataupun

kesehatan.

16Pritha Khalida, “Buku Cinta: Agar Kamu Lebih Tahu Apa Itu Cinta”,

(44)

33

Dr. Sawitri juga mengemukakan bahwa remaja yang

mengenali seksualitasnya, menerima perilaku seksualnya serta

sadar akan konsekuensinya, merupakan remaja yang mampu

melangkah tangguh dalam proses pencarian identitas diri yang

utuh. Saat ini atau nanti, ia akan mampu menjalin relasi yang intim

dan sehat dengan rekan sejenis atau lawan jenis. Ini lebih baik dari

pada yang mencoba mengabaikan ataupun mengalihkan perhatian

dari masalah seksualitas yang sedang dihadapinya.

3) Fungsi Pacaran

Dari sudut pandang psikologis fungsi pacaran pada remaja

sebagai berikut 17

Mendapatkan teman untuk menceritakan masalah

pribadi

Sadar atau tidak, terkadang ketika kita telah menginjak

masa remaja, jarang sekali kita bercerita tengan masalah

pribadi dengan orang tua kita. Karena ada rasa malu ketika

kita ingin bercerita tentang masalah pribadi. Inilah

mengapa salah satu factor remaja lebih memilih mencari

“seseorang” untuk bisa diajak berkeluh kesah tentang

masalah pribadi yang sedang dialaminya.

17Ibid.

(45)

34

Sebagai Hiburan

Remaja sering sekali disibukkan dengan rutinitas sekolah

yang sangat padat dana terkadang waktu untuk menghibur

diri sangatlah sedikit. Maka tak heran jika ada beberapa

remaja yang mulai mencari pacara atau pasangan hanya

untuk semata.

Meningkatkan Motivasi belajar

Tidak sedikit remaja saat ini yang memiliki hubungan

special dengan lawan jenisnya sering mendapatkan

motivasi belajar. Hal ini dikarenakan banyak remaja yang

berasumsi bahwa ketika kita mempelajari sesuatu atau

sedang belajar sebuah pelajaran yang sangat sulit dan saat

itu disamping kita ada yang menyemangati untuk lebih

maju lagi maka hal itu juga akan menaikkan motivasi

belajar para remaja itu sendiri.

Membuktikan diri cukup menarik

Pernyataan bahwa “kita adalah sosok yang menarik”

adalah sebuah pembuktian bahwa remaja juga suka di beri

pujian oleh orang lain. Maka dari itu banyak remaja sangat

senang jika pasangannya memuji kecantikan atau

(46)

35

4) Perilaku yang mencemari Masa Pacaran

Meskipun masa pacaran merupakan episode yang

sangat menyenangkan dan mungkin paling indah dalam

kehidupan para remaja, namun periode ini juga merupakan

masa paling kritis bagi mereka. Ada beberapa hal yang sering

mencemari masa pacaran para remaja adalah sebagai berikut.18

a. Dorongan seksual

Para remaja umumnya memiliki dorongan seksual yang

dahsyat sehingga perasaan sayang dan cinta dapat berubah

menjadi nafsu birahi yang mendorong mereka melakukan

hubungan seksual sebelum waktunya. Dorongan seksual

sendiri sebenarnya wajar dan tidak perlu ditakuti,

dihindari, atau ditekan sedemikian rupa, namun perlu

pengelolaan yang tepat agar tidak menimbulkan masalah.

b. Kecemaran

Salah satu masalah berat yang sering kali melanda masa

pacaran para remaja adalah perbuatan atau tindakan

berpacaran yang tidak senonoh sehingga melanggar

kesopanan dan kesantunan. Kecemaran adalah mengotori

atau menodai nama baik mereka sendiri oleh karena

perilaku atau tindak-tanduk berpacaran yang tidak terpuji.

c. Hawa nafsu

18

(47)

36

Banyak remaja yang tidak mampu mengekan desakan

dorongan seksual mereka yang dahsyat dengan

mengumbarnya setiap ada kesempatan. Akibatnya,

sungguh mencengangkan, semakin banyak remaja yang

harus berurusan dengan klinik-klinik aborsi untuk

menggugurkan kandungan. Selain itu, longgarnya

pengendalian hawa nafsu menyebabkan semakin banyak

remaja yang telah terlibat hubungan seksual sebelum

waktunya.

d. Mabuk-mabukan

Banyak remaja yang terlibat mabuk-mabukan ketika

berpacaran. Dalam keadaan fly karena pengaruh alcohol,

mereka tidak lagi memiliki moral yang jelas sehingga

mendorong mereka bebas melakukan apa saja tenpa

kendali. Mabuk-mabukkan merupakan perilaku

memperhatikan yang semakin banyak melanda kaum

remaja dewasa ini.

e. Pesta pora

Tidak kalah memperhatikan adalah perilaku sebagian

remaja yang senang pesta pora menghambur-hamburkan

(48)

37

f. Narkoba

Salah satu aspek yang sering mencemari pola berpacaran

para remaja adalah narkoba. Dewasa ini kalangan remaja

merupakan sasaran terbesar penggunaan narkoba. Berbagai

dampak negative muncul akibat penggunaan narkoba oleh

para remaja. Selian menjadi sumber berbagai penyakit,

penggunaan narkoba di kalangan remaja juga

menghancurkan masa depan mereka.

3. Gaya Pacaran

Banyak yang mengatakan bahwa gaya pacaran remaja saat ini

sudah sangat mengkhawatirkan. Karena remaja saat ini sudah tidak bisa

dikendalikan dan tidak sama dengan pemikiran oranng-orang tua dahulu.

Namun, Sebenarnya ada dua gaya dalam pacaran yaitu 1) pacaran sehat 2)

pacaran tidak sehat.

1) Gaya Pacaran Sehat

definisi gaya pacaran sehat menurut Iwan dapat dijelaskan sebagai

berikut 19 Pacaran yang sehat adalah pacaran yang baik serta dapat

dipengaruhi oleh 4 faktor antara lain sehat secara fisik, sehat secara psikis,

sehat secara sosial, dan sehat secara seksual.

19

(49)

38

a. Sehat secara fisik.

Pasangan yang memiliki rasa sayang terlalu berlebihan

terhadap kekasihnya justru dapat memicu hubungan tesebut

menjadi tidak sehat. Karena terlalu sayang, terkadang

seseorang bisa bersikap terlalu mudah cemburu terhadap

pasangannya. Misalnya, apabila pasangannya memiliki

hubungan pertemanan dengan lawan jenis lain, hal ini dapat

membuatnya cemburu dan bisa saja terjadi suatu kekerasan

terhadap pasangannya. Bisa hanya dicubit, tetapi bisa juga

ditampar maupun dipukuli. Gaya pacaran seperti ini sudah bisa

dikatakan tidak sehat karena telah menyakiti fisik pasangan.

b. Sehat secara psikis.

Setiap hubungan tentu harus disepakati oleh kedua pihak tanpa

adanya pemaksaan kehendak satu sama lain sehingga dalam

hubungan tersebut seseorang benar-benar bisa mendapatkan

kenyamanan dan dapat membangun komitmen dengan baik,

jangan sampai ada rasa keterpaksaan dalam membangun

hubungan, misalnya karena rasa kasihan, rasa tidak tega, dan

lain-lain. Rasa keterpaksaan tersebut tentu telah masuk ke

(50)

39

c. Pacaran sehat secara sosial.

Sikap-sikap yang dilakukan dalam proses pacaran yang dapat

dilihat masyarakat dengan baik disebut dengan pacaran sehat

secara sosial. Sekarang ini banyak remaja yang tidak mengenal

waktu dalam berpacaran, misalnya berkunjung kerumah pacar

sampai larut malam. Hal tersebut tentu akan membuat

pandangan masyarakat terhadap pasangan yang terpaut terlalu

jauh juga sudah dapat dikategorikan sebagai gaya pacaran tidak

sehat secara sosial.

d. Pacaran sehat secara seksual.

Dengan aktifitas seksual banyak remaja yang beranggapan

bahwa untuk mengungkapkan rasa cinta dan rasa sayang harus

dilakukan dengan aktifitas tersebut. Biasanya aktifitas seksual

ini dimulai dari hal-hal kecil, tetapi lama-lama bisa merembet

ke hal-hal yang lebih berbahaya secara seksual. Kalangan

remaja biasa menyebut gaya pacaran yang tidak sehat secara

seksual ini dengan kissing, necking, petting dan intercourse

atau disingkat dengan istilah KNPI.

2) Gaya pacaran tidak sehat

Gaya pacaran tidak sehat (KNPI) merupakan singkatan

(51)

40

melakukan KNPI yaitu untuk menunjukan rasa cinta, yang

sebenarnya dapat ditunjukan dengan beragam cara dan tidak

harus dengan aktifitas seksual.20 Biasanya perilaku

mencemaskan ini dimulai dengan berciuman (kissing) dengan

pasangan, kemudian lama-lama berlanjut ke necking (mencium

leher sampai meraba-raba tubuh). Jika sudah sampai ke tahap

necking maka sangat mungkin untuk berlanjut ke petting

(saling menggosok-gosokkan alat kelamin). Apabila telah

melakukan petting maka biasanya aktivitas ini berlanjut pada

tahap intercourse. Rangsangan yang dihasilkan oleh petting

dapat menyebabkan motivasi yang sangat besar bagi pasangan

untuk melakukan intercourse atau hubungan seksual. Dengan

terjadinya intercourse, maka resiko terjadinya kehamilan akan

sangat besar.21

a. Kissing

Ciuman adalah hal yang sudah umum dilakukan.

Berciuman dengan bibir serta mulut yang terbuka dan termasuk

menggunakan lidah itulah yang dimaksud dengan French kiss.

b. Necking

20

Widya T. Mira, It’s All About A-Z Tentang Sex. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010)

21Iwan, “Boleh Nggak Sih, Masturbasi ?”.

(52)

41

Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher.

Necking adalah istilah yang pada umumnya digunakan untuk

menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam.

c. Petting

Petting adalah merasakan dan mengusap-ngusap tubuh

pasangannya meskipun diluar atau di dalam pakaian termasuk

lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang sampai ke

daerah kemaluan.

d. Intercourse

Aktifitas seksual dengan cara memasukkan alat kelamin

laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan. Aktifitas ini yang

paling membahayakan dan merugikan bagi yang

melakukannya.

4. Remaja

Setiap orang pasti akan merasakan atau melewati masa remaja.

Masa dimana kita akan merasakan banyak perubahan-perubahan dalam

diri kita seperti perubahan bentuk tubuh dan perubahan emosi psikologi

kita. Banyak yang mengatakan bahwa masa Remaja adalah masa-masa

yang paling indah, masa-masa dimana seorang anak mulai belajar

berkembang serta belajar betapa bahayanya kehidupan. Masa Remaja

adalah masa transisi dimana seseorang akan mengalami perubahan dari

(53)

42

lain Preberteit, Adolescentia dan Youth. Dalam bahasa indonesia sering

disebut Pubertas atau Remaja.22

Masa remaja dapat ditinjau sejak mulainya seoerang menunjukan

tanda – tanda pubertas dan berlanjut hingga dicapainya tinggi badan secara

maksimal, dan pertumbuhan mentalnya secara penuh yang dapat

diramalkan melalui pengukuran tes-tes intelegensi.

Menurut WHO, definisi remaja di bagi mejadi 3 kriteria yaitu

sebagai berikut :23

Remaja adalah suatu masa dimana :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relative lebih mandiri.

Menurut para ahli menyimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris

dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun

sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.24

Dr.Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya menerangkan

tahap-tahap perkembangan dalam kurun usia remaja menurut Petro Blos

22

Panut Panuju, Psikologi Remaja, (Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1999) hlm 1

23Sarlito Wirawan Sarwono, “Psikologi Remaja”, (Jakarta : Rajawali Pers, 2003) hlm 9

24

(54)

43

(1962).25 Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap

perkembangan remaja :

1. Remaja Awal (early adolescence) seorang remaja pada tahap ini

masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya

sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai

perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, ceat

tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang.

2. Remaja madya (middle adolescence) pada tahap ini remaja sangat

membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang

menyukainya. Ada kecenderungan "naratic", yaitu mencintai diri

sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang

sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi

kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka

atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis dan

sebagainya.

3. Remaja akhir (late adolescence) tahap ini adalah masa konsolidasi

nenuju periode dewasa dan ditanqi dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidal akan berubah lagi

25Sarlito Wirawan Sarwono, “Psikologi Remaja”, (Jakart

(55)

44

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingam

diri sendiri dengan orang lain.

e) Tumbuh "dinding" yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan masyarakat umum (the public)

B. Kajian Teori

1. Teori Interaksi Simbolik

Konsep Teori interaksi simbolik pertama kali dicetuskan oleh

George Herbert Mead. Mead menyatakan bahwa orang bertindak

berdasarkan makna simbolik yang muncul dalam sebuah situasi tertentu.26

Sebagaimana dinyatakan oleh namanya, Teori Interkasi Simbolik

menekankan pada hubungan antara symbol dan inteaksi. Sebenarnya nama

“Interaksi simbolik” bukanlah merupakan ciptaan mead namun Herbert

Blumer lah yang menciptakan nama tersebut dan mempublikasikannya.

Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan

interaksinya dengan masyarakat. Esensi Interaksi Simbolik adalah suatu

aktivitas yang merupakan ciri manusia, yakni komunikasi atau pertukaran

symbol yang diberi makna. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku

manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia

membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangan

ekpetasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang

26Richard West and Lynn H. Turner, “Pengantar Teori Komunikasi : Analisis Dan Aplikasi”

(56)

45

mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka

sendiri yang menentukan perilaku manusia. Dalam konteks ini, makna

dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu

medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan social memainkan

perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari

organisasi social dan kekuatan social.

Menurut teori interaksi simbolik, kehidupan social pada dasarnya

adalah interaksi manusia yang menggunakan symbol-simbol, mereka

tertarik pada cara manusia menggunakan symbol-simbol yang

merepresentasikan apa yang meraka maksudkan untuk berkomunikasi

dengan sesamanya. Dan juga pengaruh yang timbul dari penafsiran

simbol-simbol tersebut terhadap perilaku pihak-pihak yang terlihat dalan

interaksi social.27 Itulah mengapa Mead tertarik pada interaksi, dimana

isyarat nonverbal dan makna dari suatu pesan verbal, akan mempengaruhi

pikiran orang yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi yang

dipikirkan Mead, setiap isyarat nonverbal (seperti body language, gerak

fisik, baju, status, dll) dan pesan verbal (seperti kata-kata, suara, dll) yang

dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat

dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti

yang sangat penting (a significant symbol).

Karya tunggal mead yang amat penting tertulis jelas di bukunya

yang berjudul Mind, Self, dan society. Mead mengambil tiga konsep kritis

27Artur Asa Berger, “Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer”,

(57)

46

yang diperlukan dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk menyusun

sebuah teori interaksionisme simbolik. Tiga konsep itu dan hubungan

diantara ketiganya merupakan inti pemikiran mead, sekaligus khusus

menjelaskan tentang bahasa, interaksi social dan refleksivitas.

a) Mind (pikiran)

Mead mendefinisikan pikiran (mind) sebagai kemampuan untuk

menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama,

dan Mead percaya bahwa manusia harus mengembangkan pikiran

melalui interaksi dengan orang lain. Bayi tidak dapat benar-benar

berinteraksi dengan orang lainnya sampai ia mempelajari bahasa

(language), atau sebuah sistem simbol verbal dan nonverbal yang

diatur dalam pola-pola untuk mengekspresikan pemikiran dan

perasaan dan dimiliki bersama. Bahasa tergantung pada apa yang

disebut Mead segabai simbol signifikan (significant symbol), atau

simbol-simbol yang memunculkan makna yang sama bagi banyak

orang.28

b) Diri (self)

Mead mendefinisikan diri (self) sebagai kemampuan untuk

merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang lain. Mead

tidak percaya bahwa diri berasal dari introspeksi atau dari

pemikiran sendiri yang sederhana. Bagi Mead, diri berkembang

dari sebuah jenis pengambilan peran yang khusus-maksudnya,

28Richard West and Lynn H. Turner, “Pengantar Teori Komunikasi : Analisis Dan Aplikasi”

(58)

47

membayangkan bagaimana kita dilihat oleh orang lain. Meminjam

konsep yag berasal dari seorang sosiologis Charles Cooley pada

tahun 1912, Mead menyebut hal tersebut sebagai cermin diri

(looking-glass self), atau kemampuan kita untuk melihat diri kita

sendiri dalam pantulan dari pandangan orang lain. Pemikiran Mead

mengenai cermin diri mengimplikasikan kekuasaan yang dimiliki

oleh label terhadap konsep diri dan perilaku

c) Society (masyarakat)

Masyarakat, karenanya terdiri atas individu-individu, dan Mead

berbicara mengenai dua bagian penting masyarakat yang

memengaruhi pikiran dan diri. Pemikiran Mead mengenai orang

lain secara khusus (particular others) merujuk pada

individu-individu dalam masyarakat yang signifikan bagi kita. Orang-orang

ini biasanya adalah anggota keluarga, teman, dan kolega di tempat

kerja serta supervisor. Kita melihat orang lain secara khusus

Gambar

Tabel 3.1 Data Siswa Pertingkat Tahun Ajaran 2015/2016…………......... 52 Tabel 3.2 Data Siswa Menurut Agama Tahun Ajaran 2015/2016………… 53 Tabel 3.3 Data Latar Belakang Ekonomi Siswa SMK Barunawati......…..
Gambar 3.1 Logo Sekolah SMK Barunawati...........................................
Gambar 3.1 Logo Sekolah SMK Barunawati
Tabel 3.3 Data Latar Belakang Ekonomi Siswa SMK Barunawati

Referensi

Dokumen terkait

4.23 Perbedaan Skor RULA pada Posisi Berdiri sebelum dan sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol ... 79 4.25 Perbedaan Skor Kelelahan Sesudah Kerja sebelum

Materi tersebut diatas adalah sebuah paket pembelajaran foniks sebagai bagian dari mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah yang diperuntukkan bagi siswa-siswi kelas 1 dan 2

Koperasi Jasa Keuangan Shari>’ah Arjuna dalam proses pelaksanaan usaha nasabah berfungsi sebagai penyedia dana yaitu menyediakan kebutuhan para anggota yaitu penyediaan barang

Menurut Asnawi (2004), e-commerce merupakan suatu transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam hubungan perjanjian yang

kedua, pasal 82A Peraturan Pemerintah Penganti Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Organisasi kemasyarakatan (ormas) menjelaskan

Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kabupaten/Kota yang tidak menindaklanjuti temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan/atau Bawaslu Kabupaten/ Kota dalam

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan aktivitas siswa kelas XI SMAN 2 Sungai Ambawang pada materi laju reaksi antara yang

Abstrak : Proses pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan harus dilakukan bank untuk mendapatkan sisa pelunasan utang debitur. Hak Tanggungan tersebut menjadi