• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UANG MUKA KPR OLEH NASABAH DENGAN AKAD WAKALAH: STUDI KASUS DI BMT MANDIRI UKHWAH PERSADA (MUDA) JATIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UANG MUKA KPR OLEH NASABAH DENGAN AKAD WAKALAH: STUDI KASUS DI BMT MANDIRI UKHWAH PERSADA (MUDA) JATIM."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

Fitri Aprilia Nim. C02211023

Universitas Islam NegeriSunanAmpel FakultasSyariahdanHukum JurusanHukumPe rdata Islam Prodi HukumEkonomiSyariah

Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

WAKA>LAH (Studi Kasus di BMT MUDA JATIM Surabaya)”, dengan tujuan menjawab dua permasalahan tentang: Bagaimana aplikasi pemberian uang muka oleh nasabah dengan akad waka@lah ? Bagaimana menurut hukum Islam tentang pemberian uang muka oleh nasabah dengan akad waka@lah ?

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang menggunakan teknik observasi dan wawancara untuk pengumpulan data. Selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif dengan pola fikir deduktif.

Hasil penelitian terhadap pemberian uang muka dengan akad

waka@lah ini terjadi karena adanya pemberian uang muka dalam pembiayaan yang disebabkan untuk mengantisipasi risiko dalam pembiayaan. Selain itu juga dikarenakan terlalu mahalnya uang muka yang harus dibayarkan kepada developer dan hal ini tidak sebanding dengan barang jaminan yang diberikan oleh nasabah. Oleh sebab itu BMT MUDA hanya menerima kesepakatan jika membayarkan atau menghutangkan uang KPR untuk pembayaran setelah uang muka diterima.

(7)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

PENGESAHAN...iv

ABSTRAK...v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TRANSLITERASI ...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Rumusan Masalah ...6

D. Kajian Pustaka ...7

E. Tujuan Penelitian...9

F. Kegunaan Hasil Penelitian ...9

G. Definisi Operasional ...10

H. Metode Penelitian...11

I. Sistematika Pembahasan ...18

BAB II KONSEP MURA>BAH}AH DAN WAKA>LAH A. Pengertian Mura>bah}ah ...20

B. Ketentuan Mura>bah}ah ...23

C. Pengertian waka>lah ...26

D. Dasar Hukum waka>lah ...29

E. Konsekuensi Hukum Waka>lah ...36

F. Tindakan Wakil ...37

G. Akibat Hukum Waka>lah...41

H. Tujuan Adanya Waka>lah ...42

(8)

B. Visi dan Misi BMT-MUDA ...48

C. Struktur Organisasi ...53

D. Produk dan aplikasi ...58

E. Tata Cara Pengajuan Pembiayaan ...61

F. Proses terjadinya Permohonan pengajuan KPR ...62

G. Latar Belakang Pemberian Uang Muka Oleh Nasabah dengan Akad Waka>lah ...64

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN UANG MUKA KPR DENGAN AKAD WAKA>LAH A. Analiasis Terhadap Mekanisme Pembiayaan Uang Muka KPR Dengan Akad Waka>lah...65

B. Analisis Hukum Islam Terhadap uang muka KPR dengan akad waka>lah ...69

BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ...72

B. Saran ...73

(9)

1

MUDA JATIM SURABAYA)

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberikan dampak terhadap

lembaga-lembaga keuangan di Indonesia diantaranya koperasi yaitu

penurunan laba dan bahkan tidak sedikit yang mengalami kebangkrutan.

Keadaan ini ditandai dengan menurunnya aktivitas ekonomi dan sulitnya

likuiditas dana sehingga hal ini tentu mempengaruhi pihak-pihak yang

berkepentingan baik pihak intern maupun pihak ekstern pada suatu

lembaga-lembaga keuangan termasuk koperasi.

Pada dasarnya setiap koperasi selalu menginginkan dapat bekerja

seefektif mungkin sehingga dalam pengelolaannya koperasi-koperasi tersebut

harus optimal. Namun manajemen koperasi tidak cukup puas dengan hanya

mencapai hal itu saja, mereka juga menginginkan koperasi tersebut dapat

bertahan hidup dan sukses1.

Agar koperasi tersebut dapat tetap survive, maka harus berusaha

meningkatkan mutu layanannya dan mengembangkan usahanya serta

menetapkan kebijakan yang terbaik bagi koperasi itu sendiri. Untuk mencapai

hal itu tentu saja dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Di lain sisi seringkali

koperasi dihadapkan pada masalah itu sendiri karena jarang sekali ada

(10)

koperasi yang mampu memenuhi dananya sendiri tanpa adanya bantuan dari

pihak lain misalnya pengelolaan dan penyerapan dana dari masyarakat.

Namun, penyerapan dana dari masyarakat ini tidaklah serta merta dapat

dengan mudah untuk dihimpun. Hal ini disebabkan karena kekhawatiran

masyarakat karena efek krisis ekonomi sebagaimana diatas.

Lebih lanjut terkait kekhawatiran ini masyarakat muslim Indonesia dan

beberapa orang cendekiawan muslim memilih konsep ekonomi Islam untuk

dijadikan salah satu pedoman bagi pengembangan ekonomi bangsa termasuk

didalamnya untuk menarik kepercayaan para pemilik dana. Dengan adanya

konsep ekonomi Islam yang memberikan alternatif baru, yaitu salah satu

permasalahan yang terjadi pada koperasi adalah sistem bunga yang diganti

dengan sistem bagi hasil diharapkan dapat membangkitkan kepercayaan

masyarakat pada proses pengumpulan dana. Mekanisme koperasi bagi hasil

ini biasa disebut koperasi syariah. Lebih lanjut karena sistem koperasi yang

berbasis bunga mengandung banyak kelemahan, maka berdirinya koperasi

syariah ini juga diharapkan mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan

produknya sendiri sesuai dengan syariat Islam baik teori maupun aspek-aspek

manajemennya.

Selain fungsi di atas, keberadaan koperasi syariah di Indonesia

merupakan media bagi umat islam untuk mengamalkan kandungan Q.S

(11)



Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.2

Walaupun umur koperasi syariah relatif muda di banding konvensional,

namun sampai saat ini terbukti tidak sedikit masyarakat yang menaruh

kepercayaannya. Kepercayaan masyarakat ini berpengaruh positif pada pola

dan strategi manajemen operasional koperasi, baik dari sisi aktiva dan pasiva.

Namun permasalahan tentu tidak berhenti sampai disini. Masalah utama yang

semula hanya disebabkan oleh terbatasnya jumlah dan sumber-sumber dana

yang dapat dihimpun oleh koperasi guna menjalankan roda kegiatan ekonomi

koperasi sendiri, seiring berkembangnya persaingan yang cukup tajam kini

masalah yang dialami koperasi menjadi lebih kompleks dan menuntut

koperasi untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola dan

mengembangkan sumber-sumber dana yang baru guna memupuk kepercayaan

masyarakat.

Pengertian lembaga keuangan non bank adalah adalah badan usaha

yang melakukan kegiatan-kegiatan di bidang keuangan, secara langsung atau

(12)

tidak langsung, menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga

dan menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai investasi

perusahaan-perusahaan.3

Produk yang ditawarkan oleh BMT tak kalah dengan perbankan

syariah, meskipun produk perbankan syariah itu lebih lengkap. Tetapi disini

produk yang ditawarkan untuk KPR oleh pihak BMT adalah akad waka>lah

karena banyak orang tidak mempunyai dana sendiri untuk membeli rumah

sehingga menggunakan jasa BMT untuk mewakilkan nasabah dalam

pembelian rumah.

Waka>lah adalah perwakilan berarti al-Tah}wi>d (penyerahan,

pendelegasian, atau pemberian mandat). Sedangkan menurut istilah, waka>lah

adalah akad pemberian kuasa kepada penerima kuasa untuk melaksanakan

suatu tugas atas nama pemberian kuasa. Dari definisi diatas, dapat

dikemukakan bahwa waka>lah merupakan pelimpahan kewenangan untuk

melakukan tindakan kepada orang lain yang sesuai dengan syari’ah dan

ketentuan yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak untuk melakukan

sesuatu tindakan tertentu.4

BMT merupakan kependekan dari bait al-Ma@l wa at-Tamwi>l. Secara

harfiah bait al-Ma@l berarti rumah dana dan bait at-Tamwi>l berarti rumah

usaha. Sedangkan bait al-Ma@l dilihat dari segi istilah fikih adalah suatu

3 Iman Munandar, “Kedudukan BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) Dalam Lembaga Keuangan Di Indonesia”, http://Imannumberone.Wordpress.Com/2013/04/16/Kedudukan-Bmt-Baitul-Maal-Wat-Tamwil-Dalam-Lembaga-Keuangan-Di-Indonesia/, diakses pada 16 September 2014

(13)

lembaga atau badan yang bertugas untuk mengurus kekayaan Negara

terutama keuangan, baik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan

pengelola, maupun yang berhubungan dengan masalah pengeluaran.

Sedangkan bait al-Tamwil berarti rumah penyimpanan harta milik pribadi

yang dikelola oleh suatu lembaga. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial.5

BMT Muda adalah salah satu lembaga keuangan syari’ah non bank

yang akan memberikan pembiayaan, mengecek atau mensurvei nasabah yang

telah mengajukan pembiayaan untuk mengetahui uji kelayakan terhadap

nasabah atas kekayaan sebagai jaminannya. Ini harus benar-benar dilakukan

agar terjalin saling percaya nasabah dengan BMT.

BMT Muda dalam melakukan KPR dengan akad waka>lah tidak

sepenuhnya dana dari BMT tersebut akan tetapi untuk uang muka pihak

BMT menangguhkan pembayarannya terhadap nasabah dan BMT hanya

melanjutkan pembayaran sisa dari uang muka sedangkan seharusnya dalam

melakukan pembiayaan KPR pembelian rumah seharusnya jika menggunakan

akad wakalah semua dana termasuk uang muka dibayarkan oleh BMT tetapi

di sini uang muka yang seharusnya dibayarkan oleh BMT dibayarkan oleh

nasaba jadi BMT hanya membayarkan sisa pembayaran dari harga rumah

tersebut.6

Bertitik tolak pada penjelasan di atas, maka penulis akan mengadakan

penelitian dengan mengambil judul “Analisis Hukum Islam Terhadap

(14)

Pemberian Uang Muka KPR Oleh Nasabah Dengan Akad Waka>lah (Studi

Kasus di BMT MUDA JATIM SURABAYA)”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalahnya dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Perbedaan pengaplikasian akad waka@lah

2. Kesulitan pihak nasabah dalam menggunakan akad waka@lah

3. Aplikasi akad pembiayaan waka@lah

4. Syarat-syarat waka@lah

5. Kegunaan akad waka@lah

6. Pemberian uang muka oleh nasabah dengan akad waka@lah

7. Analisis hukum islam tentang pemberian uang muka oleh nasabah dengan

akad waka@lah

Supaya tidak terjadi kesalah pahaman terhadap penulisan proposal ini,

maka penulis perlu membatasi permasalahannya sebagai berikut:

1. Pemberian uang muka oleh nasabah dengan akad waka@lah.

2. Analisis hukum islam tentang pemberian uang muka oleh nasabah dengan

akad waka@lah.

C. Rumusan Masalah

Dari berbagai pertimbangan dan analisis di atas, maka permasalahan

(15)

Muka Oleh Nasabah dengan Akad waka@lah (Studi Kasus Di Bmt Muda Jatim

Surabaya) yang berupa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aplikasi pemberian uang muka KPR oleh nasabah dengan akad

waka@lah ?

2. Bagaimana menurut hukum Islam pemberian uang muka KPR oleh

nasabah dengan akad waka@lah ?

D. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian

yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga

terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan

pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada. Berdasarkan

deskripsi tersebut, posisi penelitian yang akan dilakukan harus dijelaskan7.

1. Haritz Rabbani dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Ketentuan dan Penerapan Produk Mura@bahah dengan Akad waka@lah Pada

PT. BPR Syari’ah Untung Surapati Bangil Pasuruan” yaitu tidak

diperbolehkn karena selama ini dana yang diberikan oleh bank tidak

digunakan sebagaimana perjanjian awal akad anatara pihak bank dengan

nasabah dan wakil. Dana yang diberikan kepada wakil ternayata diberikan

lagi kepada nasabah dan digunakan untuk keperluan lain seperti:

7 Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan

(16)

membayar sekolah, membayar hutang dan membeli pakaian saat hari raya

idul fitri.8

2. Syamsudin dengan judul skripsi “Penerapan Pembiayaan Mura@bah}ah

dengan Akad Kuasa : Studi Analisis PT. BPR Syari’ah Amanah Sejahtera

Kecamatan Ceremih Kabupaten Gresik” membahas tentang aplikasi

pembiayaan mura>bah}ah dan penerapan akad kuasa yang dihubungkan

dengan hukum Islam. Penerapan pembiayaan murabahah dengan akad

kuasa pada PT. BPR Syari’ah Amanah Sejahtera tidak boleh karena

dilihat dari penerapan kuasanya pihak nasabah disini bertindak sebagai

penjual sekaligus pembeli sehingga syarat dan rukun jual belinya tidak

terpenuhi.9

3. Anas Misbahudin dengan judul “Analisis Hukum Islam Terhadap

Implementasi akad waka@lah bil Ujrah Pada Produk Jasa Surat Kredit

Berdokumen dalam Negeri (SKBDN) Studi kasus Bank Syari’ah Mandiri

Surabaya” dalam praktek ini pihak bank menetukan sepihak pada nasabah

sedangkan salah satu syarat penentuan ujrah harus disepakati kedua belah

pihak. dalam penentuan ujrah pada produk ini, Bank syari’ah mandiri

8 Harrits rabbani, “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ketentuan Dan Penerapan Produk Murabahah Dengan Akad Wakalah Pada PT. BPR Syariah Untung Surapati Bangil Pasuruan” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, 2008), 74.

(17)

Surabaya kurang sesuai dengan hukum islam bank syari’ah mandiri

menggunakan prosenatase untuk menentukan fee atau ujrah.10

Dari ketiga kajian tersebut menunjukan bahwa tidak satupun yang

sama dengan penelitian yang akan saya teliti namun justru

penelitian-penelitian tersebut memperkuat penelitian-penelitian yang akan saya pakai dalam

mengkaji hukum Islam.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang tertera di atas, maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemberian uang muka oleh nasabah dengan akad

waka@lah.

2. Untuk mengetahui analisis hukum islam tentang pemberian uang muka

oleh nasabah dengan akad waka@lah.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, penulis

membagi manfaat penelitian ini ke dalam dua poin, yaitu:

1. Secara Teoritis, kajian tentang Analisis Hukum Islam Terhadap

Pemberian Uang Muka Oleh Nasabah dengan Akad waka@lah (Studi Kasus

di BMT MUDA Kedinding Surabaya) adalah sebagai berikut:

(18)

a. Memberikan sumbangan pemikiran yang bernuansa islami terhadap

pemberian pembiayaan oleh lembaga keuangan syariah, khusunya

lembaga keuangan seperti BMT.

b. Sebagai acuan atau refrensi untuk mahasiswa jika hendak meneliti

judul yang sama.

2. Secara Praksis

a. Peneliti, memberikan pengetahuan lebih jauh, karena yang diteliti

merupakan hal yang baru untuk pengkajian keislaman.

b. BMT, dapat digunakan sebagai acuan atau pengetahaun bagaimana

praktek penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan yang islami.

c. Nasabah, dengan sistem yang islami, tidak ada yang merasa dirugikan.

d. Masyarakat, dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

mensosialisasikan terhadap masyarakat, bahwa lembaga keuangan

syariah seperti BMT yang memberikan pembiayaan kepada masyarakt

adalah untuk membantu masyarakat yang kurang mampu untuk

melakukan pembelian maupun untuk modal usaha.

G. Definisi Operasional

Dalam definisi operasional ini, peneliti berusaha menjelaskan apa

makna yang terkandung dalam variabel-variabel pada judul yang telah

(19)

1. Hukum Islam

Adalah pendapat para ulama tentang waka@lah serta pemberian

uang muka oleh nasabah dengan akad waka@lah.

2. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

Pasal 461 “Transaksi pemberian kuasa sah jika kekuasaannya

dilaksanakan oleh penerima kuasa dan hasilnya diteruskan kepada

pemberian kuasa”.

3. Uang Muka

Adalah pembayaran dana pembelian yang dilakukan diawal yang

kemudian diselesaikan dengan sistem kredit atau diangsur.

4. Akad waka@lah.

Adalah perwakilan yang dilakukan oleh nasabah kepada pihak

BMT Untuk pembayaran KPR rumah dengan pemberian uang muka oleh

nasabah.

5. BMT-Muda (Bait al-ma@l wa al-Tamwil Muda)

Adalah lembaga keuangan yang menjalankan usahanya

berdasarkan prinsip Syariah yang terdapat di Kedinding Surabaya.

H. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian di perlukan metode sebagai cara untuk

mencapai tujuan. Metode adalah cara ilmiah yang digunakan dalam suatu

penelitian untuk mencari suatu kebenaran secara objektif, empirik dan

(20)

usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu

pengetahuan usaha dimana dilakukan dengan menggunakan metode-metode

penelitian11.

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan judul yang dikemukakan, maka jenis penelitian

yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian lapangan dengan

pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan oleh

Bogdan & Taylor dalam Moleong adalah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.12 Dalam penelitian ini

peneliti mendeskripsikan tentang prosedural peralihan akad, penerapan

sistem bagi hasil, serta faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap besar

kecilnya bagi hasil di BMT MUDA JATIM Kedinding Surabaya.

2. Data Yang Dikumpulkan

a. Data tentang perjanjian yang tertuang dalam kontrak pembiayaan

waka@lah antara BMT-Muda dengan nasabah yang mengajukan

pembiayaan

b. Proses terjadinya pemberian uang muka oelh nasabah dengan akad

waka@lah di BMT MUDA Surabaya.

(21)

3. Sumber Data

Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.13 Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan

peneliti adalah pertanyaan yang disampaikan kepada informan sesuai

dengan perangkat pertanyaan yang diajukan oleh peneliti yang

berpedoman pada fokus penelitian dengan tujuan mendapatkan informasi

sebanyak mungkin.

Sumber data primer merupakan sumber data yang pokok/utama

dari pihak yang bersangkutan di lapangan yakni:

a. Data dari manager BMT-Muda

b. Data dari nasabah

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber

yang telah ada baik dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian

terdahulu.14 Data ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang umumnya

berupa bukti transaksi, laporan nasabah yang melakukan perlihan akad di

BMT MUDA JATIM Kenjeran Surabaya pada bulan januari Tahun 2015,

catatan atau laporan histories BMT MUDA JATIM Kenjeran Surabya

yang telah tersusun dalam arsip.

13 Ibid, 157.

(22)

4. Teknik Pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini dilandaskan pada aturan yang baku yang telah menjadi

bahan didalam penelitian kualitatif yang mana pengumpulan datanya

dengan cara pengamatan atau observasi dan interview atau wawancara15.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam melakukan kajian

penelitian, maka penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan

menggunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah suatu cara mengadakan penyelidikan dengan

menggunakan pengalaman terhadap suatu objek dari suatu peristiwa

atau kejadian yang akan diteliti. Dalam penelitian ini di gunakan

observasi sistematis, dimana peneliti melakukan langkah sistematis

dalam mengamati objek penelitian dengan mengikuti latihan-latihan

yang memadai disertai dengan persiapan yang teliti dan lengkap,

sehingga dapat menghasilkan data yang sesuai dengan fokus masalah

yang telah ditetapkan.16

Adapun data yang ingin diperoleh dengan menggunakan

metode observasi ini adalah:

1) Kondisi objek penelitian.

2) Prosedur atau tata cara bertransaksi (berakad).

(23)

3) Pemberian uang muka oleh nasabah dengan menggunakan akad

waka@lah.

b. Interview (wawancara)

Interview (wawancara) adalah teknik mendapatkan informasi

dengan cara bertnya langsung kepada responden, percakapan itu

dilakukan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara yang bertugas sebagai orang yang

mengajukan pertanyaan dan yang dikenai pertanyaan atau orang yang

menjawab dari pertanyaan tersebut.17 Peneliti melakukan wawancara

dengan pihak-pihak terkait yaitu kepada Staf Manager, Costumer

Service, Teller, serta sebagian nasabah tabungan dengan maksud

untuk melengkapi data yang diperoleh. Data ini berupa: data tentang

prosedur peralihan akad di BMT MUDA JATIM Kenjeraan Surabaya

penerapan sistem penggunaan akad waka@lah, serta pemberian uang

muka oleh nasabah dengan akad waka@lah.

Adapun data yang ingin diperoleh adalah sebagai berikut :

1) Seberapa besar kepercayaan nasabah terhadap BMT-Muda dalam

mengajukan pembiayaan waka@lah.

2) Pemberian uang muka oleh nasabah dengan akad waka@lah.

(24)

c. Dokumentasi

Menurut Indriantoro data ini berupa: faktur, jurnal surat-surat,

notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program.18

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi sebagai

sarana untuk mendapatkan data tentang: sejarah berdirinya BMT

MUDA JATIM Kenjeran Surabya, struktur organisasi, visi dan misi,

kegiatan operasionalnya, bukti-bukti transaksi pendanaan tabungan di

BMT MUDA JATIM Kenjeran Surabaya pada bulan januari tahun

2015.

5. Teknik Pengolahan Data

Dilakukan sebuah mengelola data dalam penelitian ini dengan

menggunakan teknik pengeditan data dan pengorganisasian data. Setelah

penelitian selesai atau telah terkumpul, maka diperlukan sebuah

pengelolaan data-data yang terkumpul dengan mengadakan beberapa

proses, antara lain:

a. Pengeditan data atau editing adalah pengecekan atau pengoreksian

data yang telah dikumpulkan atau memeriksa kembali informasi yang

telah diterima peneliti.19 Yakni memeriksa data yang terkumpul baik

melalui observasi maupun wawancara terhadap para pialang saham,

calon investor maupun pemilik perusahaan yang menerbitkan saham

dari segi kelengkapan yang perlu di koreksi saja.

18 Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan

(25)

b. Pengorganisasian data dalam hal ini mendapatkan data-data yang jelas

dan terorganisir dengan baik, sehingga dapat di analisis lebih lanjut

guna perumusan deskriptif.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah sebagai bagian dari proses pengujian data

yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik

kesimpulan penelitian.20 Analisis data dapat dilakukan setelah

memperoleh data, baik dengan wawancara dan dokumentasi. Kemudian

data tersebut diolah dan dianalisis untuk mencapai tujuan akhir

penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis Kualitatif. Analisis kualitatif dalam hal ini dilakukan terhadap

data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian

dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap

suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru

ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya.21

Analisis datanya menggunakan metode deduktif yaitu untuk

mengetahui tentang kasus diatas yang menjadi permulaan pembahasan

untuk mengemukakan dalil-dalil yang bersifat umum dalam perkara

waka>lah. sedangkan yang bersifat induktif adalah hasil penemuan studi

kasus yang terjadi di BMT MUDA kedingding Surabaya tentang realisasi

20 Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis..., 11.

(26)

akad waka>lah serta pemberian uang muka oleh nasabah dengan akad

waka>lah.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas pada proposal penelitian

skripsi ini, penulis akan menggunakan isi uraian pembahasan, adapun

sistematika pembahasan proposal penelitian terdiri dari lima Bab sebagai

berikut :

Bab pertama berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika

pembahasan.

Bab kedua memuat tentang konsep waka@lah menurut Hukum Islam

yakni meliputi pengertian, landasan hukum, rukun-rukundan syarat-syarat.

Bab ketiga membahas tentang temuan studi di BMT-Muda yakni

memncakup, profil, Produk, struktur, tata cara mengajukan pembiayaan, dan

bagaimana latar belakang pemberian uang muka oleh nasabah dengan akad

waka@lah

Bab keempat Merupakan analisis terhadap judul Analisis Hukum Islam

Terhadap Pemberian Uang Muka Oleh Nasabah Dengan Akad Waka@lah

(Studi Kasus Di BMT-MUDA Kedinding Surabaya). Analisis ini meliputi

bagaimana terhadap pemberian uang muka oleh nasabah dengan akad

(27)

Bab kelima merupakan penutup. Pada bab ini berisi kesimpulan yang di

(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 20

BAB II

KONSEP MURA>BAH}AH DAN WAKA>LAH

A. Pengertian Pembiayaan Mura>bah}ah

Secara bahasa, kata mura>bah}ah berasal dari kata ribh yang berarti

saling menguntungkan.1

Dalam kamus istilah fiqih dijelaskan bahwa mura>bah}ah adalah bentuk

jual beli barang dengan tambahan harga, atas harga pembelian yang pertama

secara jujur. Dengan mura>bah}ah ini, orang pada hakikatnya ingin mengubah

bentuk bisnisnya, dari kegiatan pinjam-meminjam menjadi transaksi jual

beli.2

Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli mura>bah}ah adalah jika penjual

menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian

mensyaratkan atasnya laba yang dalam jumlah tertentu dinar atau dirham.

3Adiwarman A. Karim mengartikan mura>bah}ah adalah suatu penjualan

barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang telah disepakati,

misalnya seorang pembeli barang kemudian menjualnya dengan keuntungan

tertentu.

1Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hida Karya Agung, 1990)., 130.

2M. Abdul Majieb, et, al, Kamus Istilah Fiqih,( Jakarta:PT. Pustaka Firdaus, 1994)., Cet. Pertama, 225

(29)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dengan nominal

rupiah atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya, misalnya 10%

atau 20%.4

Menurut Abdullah Saeed, wacana fiqih dalam praktek perbankan,

suatu penjualan mura>bah}ah terdiri dari tiga pihak, yaitu: 1) Suplier. 2)

Nasabah. 3) Bank. 5

Mura>bah}ah dalam pengertian Islam sebenarnya adalah sebuah

penjualan yang sederhana, hanya saja yang membedakan ciri-cirinya dari

macam-macam penjualan yang lain adalah penjualan mura>bah}ah dengan jelas

mengatakan kepada pembeli berapa harga dari barang yang ia adakan dan

berapa keuntungan yang ia peroleh dalam penambahan harga tersebut.

Praktisi perbankan yang selama ini aktif di dunia perbankan Syari’ah,

Muhammad Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa mura>bah}ah adalah jual beli

barang pada harga awal dengan tambahan keuntungan (margin) yang telah

disepakati. Dalam mura>bah}ah, penjual harus memberitahu harga produk yang

ia beli dan menentukan tingkat keuntungan dan tambahannya. 6

Jual beli mura>bah}ah, meliputi pembelian barang oleh bank atas nama

nasabah kemudian dijual kembali dengan harga dasar ditambah keuntungan,

pada prinsipnya mura>bah}ah dalam perbankan Islam didasari pada dua elemen

pokok yaitu harga beli serta biaya yang terkait dan kesepakatan atas laba.

4Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001)., Cet. Pertama, 86

5Abdul Saeed, Menyoal, Bank Islam Kritik Atas Interpretasi, Bunga Bank Kaum Neo Revivalis, (Jakarta: Paramadina, 2004)., Cet. Kedua, 118

(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dengan penetapan ini, bank memperlihatkan harga dan keuntungan (margin)

nya kepada nasabah, dalam transaksi mura>bah}ah, penjual (bank) juga harus

memperlihatkan atau menjelaskan dengan jelas barang yang diperjual belikan

dan tidak termasuk barang haram.

Melalui akad mura>bah}ah, nasabah memenuhi kebutuhan untuk

memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan

uang tunai terlebih dahulu. Dengan kata lain, nasabah memperoleh

pembiayan dari bank untuk pengadaan barang yang dibutuhkan. Pembayaran

mura>bah}ah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Menurut para fuqaha,

mura>bah}ah didefinisikan sebagai penjualan barang seharga biaya atau harga

pokok barang tersebut ditambah laba atau margin keuntungan yang telah

disepakati.

Karakteristik mura>bah}ah adalah bahwa penjual harus membertahu

pembeli mengenai harga pembelian produk dan menyatakan jumlah ke

untungan yang di tambahkan pada jumlah harga perolehan atau harga pokok

tersebut.7

Dalam daftar istilah buku himpunan fatwa DSN di jelaskan bahwa

yang di maksud dengan mura>bah}ah (DSN-MUI/IV/2000) adalah menjual

sesuatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli,dan

pembeli membayarnya dengan harga lebih sebagai laba. Sedangkan dalam

undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan Syari’ah memberikan

definisi tentang mura>bah}ah dalam penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf d

(31)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id tersebut, yang dimaksud dengan akad mura>bah}ah adalah akad pembiayaan

suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli

membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.8

Dari berbagai pengertian mura>bah}ah yang telah di ungkapkan di

atas,dapat di tarik kesimpulan bahwa pengertian mura>bah}ah dapat di lihat

dari dua sudut pandang fiqih,mura>bah}ah merupakan akad jual beli atas barang

tertentu dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada

pembeli kemudian penjual menyerahkan atasnya laba atau keuntungan dalam

jumlah tertentu.

B. Ketentuan Umum Mura>bah}ah

Jual beli dengan sistem mura>bah}ah merupakan jual beli yang

berprinsip kejujuran (transparan) dan kepercayaan (amanah). Kejujuran

penjual menjadi hal penting dalam mura>bah}ah, mengingat keadaan pembeli

yang tidak memiliki pengetahuan tentang harga beli yang pertama dan

biaya-biaya yang dikeluarkan (ditambahkan) penjual ke atas barang. Pembeli

diharapkan percaya terhadap segala pemberian yang datang dari penjual dan

penjual diharapkan pula dapat menjaga kepercayaan tersebut. Untuk itu, ada

beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam transaksi mura>bah}ah yang

meliputi hal-hal berikut:

1. Jual beli mura>bah}ah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki atau

hak kepemilikan telah berada di tangan penjual. Artinya, bahwa

(32)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id keuntungan dan resiko barang tersebut ada pada penjual sebagai

konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari akad yang sah, walaupun

ia belum menerimanya, ketentuan ini sesuai dengan kaidah bahwa

keuntungan itu terkait dengan resiko “al-ghurmu bil ghurmi”, pihak yang

menanggung resiko dapat mengambil keuntungan.

2. Harus ada informasi modal dan biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan

dalam jual beli pada suatu komoditi, semuanya harus diketahui oleh

pembeli saat transaksi, dan ini merupakan salah satu syarat sah

mura>bah}ah.

3. Harus ada informasi keuangan baik nominal maupun persentase sehingga

jelas diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah mura>bah}ah.

4. Dalam sistem mura>bah}ah penjual boleh menetapkan syarat kepada

pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang.

Tetapi, lebih baik syarat tersebut tidak ditetapkan, karena pengawasan

barang merupakan kewajiban penjual di samping menjaga kepercayaan

sebaik-baiknya. 9

Selain hal tersebut, ada beberapa kaidah dan hal-hal yang

berhubungan dengan mura>bah}ah, antara lain:

1. Digunakan untuk barang-barang yang halal.

2. Biaya aktual dari barang akan diperjual belikan harus diketahui oleh para

pembeli.

(33)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Ada kesepakatan antara kedua belah pihak (penjual dan pembeli) atas

harga jual yang termasuk harga pokok penjualan dan margin keuntungan.

4. Jika ada perselisihan atas harga pokok penjualan, pembeli mempunyai hak

untuk menghentikan dan membatalkan perjanjian.

5. Jika barang yang akan dijual, dibeli dari pihak ketiga, maka perjanjian

jual beli dengan pihak pertama harus sah menurut Syari’ahIslam.

6. Mura>bah}ah memegang kedudukan kunci nomor dua setelah prinsip bagi

hasil dalam bank Islam.

7. Mura>bah}ah akan sangat berguna bagi seseorang yang membutuhkan

barang secara mendesak, bila ia kekurangan dana ia meminjam kepada

bank agar pembiayaan pembelian barang tersebut dipenuhi.

Harga jual pesanan adalah harga beli pokok plus margin keuntungan

yang telah disepakati. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan di antara

kedua belah pihak, mereka harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah

disepakati bersama:

1. Bank harus mendatangkan barang yang benar-benar memenuhi pesanan

nasabah baik jenis, kualitas, atau sifat-sifat yang lainnya.

2. Apabila barang telah memenuhi ketentuan yang diinginkan nasabah dan

ia menolak untuk menebusnya maka bank berhak menuntutnya secara

hukum, hal ini merupakan konsensus para yurisdis muslim karena pesanan

(34)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id C. Pengertian Waka>lah

Perwakilan (waka>lah atau wikalah ) berarti al-tafwidh (penyerahan,

pendelegasian, atau pemberian mandat). Sementara menurut istilah, wakalah

adalah akad pemberian kuasa (muwakkil) kepada penerima kuasa (wakil)

untuk melaksanakan suatu tugas (tawkil) atas nama pemberi kuasa.

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Al-Jazairi, waka>lah ialah

permintaan perwakilan oleh seseorang kepada orang yang bisa menggantikan

dirinya dalam hal-hal yang diperbolehkan di dalamnya, misalnya dalam jual

beli dan sebagainya. Masing-masing dari wakil dan muwakkal (orang yang

diwakili) disyaratkan berakal sempurna.10

Dari sekian banyak akad-akad yang dapat diterapkan dalam kehidupan

manusia. Waka>lah termasuk salah satu akad yang menurut kaidah Fiqh

Muamalah, akad waka>lah dapat diterima. Waka>lah itu berarti perlindungan

(al-hifzh), pencukupan (al-kifayah), tanggungan (al-dhamah), atau

pendelegasian (al-tafwidh), yang diartikan juga dengan memberikan kuasa

atau mewakilkan. Adapula pengertian-pengertian lain dari waka>lah yaitu:

1. Waka>lah atau wikalah yang berarti penyerahan, pendelegasian, atau

pemberian mandat.

2. Waka>lah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak

pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang

diwakilkan (dalam hal ini pihak kedua) hanya melaksanakan sesuatu

sebatas kuasa atau wewenang yang diberikan oleh pihak pertama, namun

(35)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id apabila kuasa itu telah dilaksanakan sesuai yang disyaratkan, maka semua

resiko dan tanggung jawab atas dilaksanakan perintah tersebut

sepenuhnya menjadi pihak pertama atau pemberi kuasa.

Dalam definisi syara, waka>lah menurut para ulama Mazhab Hanafi

adalah tindakan seseorang menempatkan orang lain di tempatnya untuk

melakukan tindakan hukum yang tidak mengikat dan diketahui. Atau

penyerahan tindakan hukum dan penjagaan terhadap sesuatu kepada orang

lain yang menjadi wakil. Tindakan hukum ini mencakup pembelanjaan

terhadap harta, seperti jual beli, juga hal-hal lain yang secara syara bisa

diwakilkan seperti juga memberi izin kepada orang orang lain untuk masuk

rumah.

Para ulama Mazhab Syafi’I mengatakan bahwa waka>lah adalah

penyerahan kewenangan terhadap sesuatu yang boleh dilakukan sendiri dan

bisa diwakilkan kepada orang lain, untuk dilakukan oleh wakil tersebut

selama pemilik kewenangan asli masih hidup. Pembatasan dengan ketika

masih hidup ini adalah untuk membedakanya dengan wasiat.11

Para ulama Malikiyah berpendapat bahwa al-Waka>lah adalah

seseorang menggantikan (menempati) tempat yang lain dalam hak

(kewajiban), dia yang mengelola pada posisi itu.

Para ulama Al-Hanabillah berpendapat bahwa al-Waka>lah ialah

permintaan ganti seseorang yang membolehkan tasharruf yang seimbang pada

(36)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pihak yang lain, yang di dalamnya terdapat penggantian dari hak-hak Allah

SWT dan hak-hak manusia.

Menurut Syayyid al-Bakri Ibnu al-‘Arif billah al-Sayyid Muhammad

Syatha al-Dhimyati al-Waka>lah ialah seseorang menyerahkan urusanya

kepada yang lain yang didalamnya terdapat penggantian.

Menurut Imam Taqy al-Din Abi Bakr Ibn Muhammad al-Husaini

bahwa waka>lah ialah seseorang yang menyerahkan hartanya untuk

dikelolanya yang ada penggantinya kepada yang lain supaya menjaganya

ketika hidupnya.

Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie bahwa al-Waka>lah ialah akad

penyerahan kekuasaan, pada akad itu seseorang menunjuk orang lain sebagai

gantinya dalam bertindak.

Menurut Idris Ahmad al-Waka>lah ialah seseorang yang menyerahkan

suatu urusanya kepada orang lain yang dibolehkan oleh syara’ supaya yang

diwakilkan dapat mengerjakan apa yang harus dilakukan dan berlaku selama

yang diwakilkan masih hidup.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, kiranya dapat dapat diambil

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan al-Waka>lah ialah penyerahan dari

seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu, perwakilan berlaku

selama yang diwakilkan masih hidup.12

Sedangkan dalam kontrak BMT, Waka>lah berarti BMT menerima

amanah dari investor yang akan menanamkan modalnya kepada nasabah.

(37)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Investor menjadi percaya kepada nasabah atau anggota karena adanya BMT

yang akan mewakilinya dalam menanamkan investasi. atas jasa ini, BMT

dapat menerapkan fee managemen. Besarnya fee tergantung dengan

kesepakatan bersama.13

D. Dasar Hukum Wakalah

Islam mensyariatkan waka>lah karena manusia membutuhkannya.

tidak setiap orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk

menyelesaikan segala urusannya sendiri. Pada suatu kesempatan, seseorang

perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang lain untuk mewakili

dirinya. Landasan hukum waka>lah yaitu sebagai berikut :

1. Al Qur’an

Islam mensyariatkan waka>lah karena manusia membutuhkannya.

Manusia tidak mampu untuk mengerjakan segala urusannya secara

pribadi dan membutuhkan orang lain untuk menggantikan yang bertindak

sebagai wakilnya.

Dan Ijma’ para ulama telah sepakat telah membolehkan waka>lah,

karena waka>lah dipandang sebagai bentuk tolong-menolong atas dasar

kebaikan dan takwa yang diperintahkan oleh Allah SWT, dan Rasul-Nya.

Firman Allah QS. Al-Maidah ayat 2 :

اﻮُﻧَوﺎَﻌَـﺗَو

(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id “Dan tolong-menolong lah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan

takwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam mengerjakan

dosa dan permusuhan dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya siksa Allah sangat pedih.

Waka>lah dipraktekkan berdasarkan beberapa ayat al-Qur’an dan

sunnah Rasulullah SAW.

2. Al-Hadits

Banyak hadist yang dapat dijadikan keabsahan wakalah,

diantaranya:

Artinya : “Bahwasannya Rasulullah Saw., mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang anshar untuk mewakilkannya mengawini Maimunah binti Harits.” (Malik no. 678, kitab al-Muwaththa’, bab Haji)

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf)

Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah SAW telah mewakilkan

kepada orang lain untuk berbagai urusan. Di antaranya adalah membayar

hutang, mewakilkan penetapan had dan membayarnya, mewakilkan

pengurusan unta, membagi kandang hewan, dan lain-lainnya

3. Ijma’

Para ulama pun bersepakat dengan ijma’ atas dibolehkannya

(39)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id alasan bahwa hal tersebut jenis ta’awun atau tolong menolong atas

kebaikan dan taqwa.

Seperti firman Allah SWT “… dan tolong-menolonglah kamu

dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong

dalam berbuat dosa dan pelanggaran…” (Qs. Al-Maidah 2)

Dan Rasulullah bersabda (HR Muslim no 4867) “Dan Allah

menolong hamba selama hamba menolong saudaranya “Dalam

perkembangan fiqih Islam status waka>lah sempat diperdebatkan: apakah

waka>lah masuk dalam nisbah yakni sebatas mewakili atau kategori

wilayah atau wali? hingga kini dua pendapat tersebut terus berkembang.

Pendapat pertama menyatakan bahwa waka>lah adalah niabah atau

mewakili. Menurut pendapat ini, si wakil tidak dapat menggantikan

seluruh fungsi muwakkil. Pendapat kedua menyatakan bahwa wakalah

adalah wilayah karena khilafah (menggantikan) dibolehkan untuk yang

mengarah kepada yang lebih baik, sebagaimana dalam jual beli,

melakukan pembayaran secara tunai lebih baik, walaupun diperkenankan

secara kredit.14

Hukum asal waka>lah adalah dibolehkan. Namun terkadang di

sunahkan jika itu merupakan bantuan untuk sesuatu yang disunnahkan.

Terkadang juga menjadi makruh jika merupakan bantuan terhadap

sesuatu yang dimakruhkan. Hukumnya juga menjadi haram jika

(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id merupakan bantuan terhadap sesuatu yang diharamkan. Dan, hukumnya

adalah wajib jika ia untuk menghindari kerugian dari muwakkil .15

4. Fatwa DSN-MUI

Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI mengeluarkan fatwa

No.10/DSN-MUI/IV/2000 tentang wakalah tertanggal 8 Muharram

1421H/13 April 2000 M. Pertimbangan ekonomis yang diambil dalam

pemutusan fatwa ini adalah bahwa dalam rangka mencapai suatu tujuan

sering diperlukan pihak lain untuk mewakilinya melalui akad wakalah dan

praktik wakalah pada Lembaga Keuangan Syari’ah dilakukan sebagai

salah satu bentuk pelayanan jasa kepada nasabah.16

5. Uang Muka dengan Akad Waka>lah

Dalam modifikasi murabahah dalam bentuk jual beli menjadi jenis

pembiayaan dalam perbankan syari’ah membawa implikasi pada

ketentuan perubahan murabahah, yaitu dengana adanya aturan baru

berupa media akad wakalah dengan memberikan kuasa kepada nasabah

untuk membeli barang, uang muka dan jaminan dalam pembiayaan

murabahah yang sebelumnya tidak dikenal aturan-aturan tersebut dalam

murabahah.

Dalam pandangan ulama perubahan merupakan keniscayaan,

bahkan dalam riwayat abu dawud dikatakan bahwa pada setiap abad akad

diutus seorang mujaddid yang bertugas melakukann modifikasi

paham-paham agama.

15 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu …, 595.

(41)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id “Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini, pada setiap abad,

seorang yang akan memperbaharui agama (H.R Abu Dawud dari Abi

Hurairah)”

Riwayat tersebuut merupakan rujukan bagi ulama yang melakukan

modifikasi ajaran agama yang termasuk wilayah nisbi yaitu

hukum-hukum ijtihadiyah yang bersumber dari Negara, ‘urf, adat, dan khiyal

hukum yang dinilai sudah relevan.

6. Rukun dan Syarat Waka>lah

Rukun Waka>lah

Rukun dari akad waka>lah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada

beberapa hal, yaitu:

a. Pelaku akad, yaitu muwakil (pemberi kuasa) adalah pihak yang

memberikan kuasa kepada pihak lain, dan wakil (penerima kuasa)

adalah pihak yang memberikan kuasa;

b. objek akad, yaitu taukil (objek yang dikuasakan); dan

c. s}ighat}, yaitu Ija>b dan Qabu>l.17

Sedangkan Rukun waka>lah dalam KHES pasal 452 ialah:

a. Wakil (orang yang mewakili)

b. Muwakkil (orang yang mewakilkan)

c. Muakkal fih (sesuatu yang diwakilkan)

d. Sighat} (lafadz ija>b dan qabu>l)

(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Syarat-syarat Waka>lah

Sebuah akad waka>lah dianggap sah apabila memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. al muwakkil ( orang yang mewakilkan) adalah orang yang dianggap

sah oleh syari’at dalam menjalankan apa yang ia wakilkan. Ia harus

sudah dianggap cakap bertindak hukum (telah baligh dan berakal

sehat). Dalam kitab fathul mu.in ini juga di jelaskan bahwasanya

wakalah dikatakan sah apabila muwakkil memiliki kekuasaan

pelaksanaan atas suatu perkara saat diikat akad wakalah.

b. Al wakil dianggap cakap bertindak hukum dan dianggap sah oleh

syari’at dalam menjalankan sesuatu yang diwakilkan kepadanya.

Wakil juga harus ditunjuk secara langsung dan tegas oleh orang yang

mewakilkan untuk menghindari salah pendelegasian tugas.

Penunjukan ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis.

c. Al muwakkal fih ( barang yang diwakilkan), adalah:

1) Milik sah dan milik pribadi orang yang mewakilkan. Barang

tersebut bukan milik umum, bukan barang yang semua orang bisa

memperolehnya. Seperti tidak sah untuk mewakilkan untuk

menggali barang tambang yang belum ada pemiliknya, sebab

barang itu adalah milik umum dan bukan milik pribadi muwakkil.

2) Bukan berbentuk utang kepada orang lain, seperti pernyataan: ”

(43)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kepada Ahmad”. Jika hal tersebut dilakukan, maka hutang menjadi

tanggung jawab wakil, bukan muwakkil.

3) Merupakan sesuatu yang boleh diwakilkan menurut syara’.

4) Menurut jumhur ulama’ boleh perwakilan dalam masalah ibadah

yang bersifat menerima dan menyerahkan kepada yang berhak.

Seperti mewakilkan menerima zakat dan kemudian

menyerahkannya kepada yang berhak.

Dalam waka>lah disyaratkan keadaan muwakkal fih diketahui oleh

wakil walaupun hanya dari satu wajah.

a. Sighat} dari pihak muwakkil harus berupa ucapan yang

mengindikasikan kerelaan. Sedangkan qabu>l dari pihak wakil tidak

harus diucapkan secara lisan, cukup dengan tidak adanya penolakan

darinya.18

7. Macam-macam Waka>lah

Adapun bentuk-bentuknya dalam KHES pasal 456 dijelaskan

bahwa transaksi pemberian kuasa dapat dilakukan dengan mutlak dan/

atau terbatas, ialah:

a. Wakalah Muqayyadah (khusus), yaitu pendelegasian terhadap

pekerjaan tertentu. Dalam hal ini seorang wakil tidak boleh keluar

dari waka>lah yang ditentukan. Maka melakukan perbuatan hukumnya

secara terbatas (pasal 468 KHES)

(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b. Waka>lah Mutlaqah, yaitu pendelegasian secara mutlak, misalnya

sebagai wakil dalam pekerjaan. Maka seorang wakil dapat

melaksanakan secara waka>lah luas. Maka melakukan perbuatan

hukumnya secara mutlak (pasal 467 KHES)

Sedangkan KUHPer pasal 1795 dan 1796 Pemberian kuasa dapat

dilakukan secara khusus, yaitu hanya mengenai satu kepentingan tertentu

atau lebih, atau secara umum, yaitu meliputi segala kepentingan pemberi

kuasa.

Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi

tindakan-tindakan yang menyangkut pengurusan.

Untuk memindahtangankan barang atau meletakkan hipotek di

atasnya, untuk membuat suatu perdamaian, ataupun melakukan tindakan

lain yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik, diperlukan suatu

pemberian kuasa dengan kata-kata yang tegas.19

E. Konsekuensi Hukum Waka>lah

1. Konsekuensi Hukum Waka>lah

Konsekuensi hukum dari akad waka>lah adalah berlakunya

kewenangan wakil untuk melakukan tindakan hukum yang dicakup oleh

pewakilan itu.

Jika waka>lah berlangsung dengan sah, maka ia mempunyai

sejumlah konsekuensi hukum berkaitan dengan hal-hal yang menjadi

(45)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kewenangan wakil, hak dan kewajiban yang harus dia lakukan dalam

perwakilan jual beli serta berkaitan dengan status benda obje waka>lah k

yang ada ditangannya; apakah ia sekedar amanah ataukah harus dujamin

gantinya.20

F. Tindakan Wakil

1. Wakil untuk berpekara

Wakil dalam berperkara di hadapkan hakim, pada zaman ini

menurut jumhur ulama Mazhab Hanafi memiliki kewenangan untuk

mengaku atas nama muwakil-nya tentang adanya hak orang lain pada

muwakil-nya tersebut selain dalam masalah qishash dan hudud.

Zufar, Malik, Syafi’I dan Ahmad mengatakan bahwa jika akad

wakaalah itu bersifat mutlak, maka ia tidak mencakup pengakuan atas

nama muwakil tentang adanya hak orang lain padanya. Karena jika orang

lain mewakilkan kepada orang lain untuk berpekara, maka tidak diterima

pengakuanya atas nama muwakil baik itu pengakuan bahwa muwakil-nya

telah menerima hak orang lain itu maupun yang lainya. Karena akad

wakalah dalam berpekara artinya perwakilan untuk berselisih, sedangkan

pengakuan berarti penyelesaian secara damai.

Adapun yang membedakan pengakuan dengan pengingkaran

adalah pengingkaran tidak menghentikan sengketa.

(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2. Wakil untuk menagih utang

Hukum asal yang dinukil dari para imam Mazhab Hanafi

menetapkah bahwa seorang wakil untuk menagih hutang mempunyai

kewenangan menerima pelunasan utang tersebut. Karena kewenangan

menagih tidak bisa tercapai kecuali dengan diterimanya pelunasan

hutang, sehingga perwakilan dalam hal ini mencakup perwakilan untuk

menerimanya.

Akan tetapi, para ulama kalangan muta’akhiriin dari Mazhab

Hanafi mengatakan bahwa seorang wakil dalam menagih utang,

Berdasarkan kebiasaan (‘urf) yang berlaaku, tidak mempunyai hak untuk

mengambil pelunasan utang dari orang yang berutang.

Wakil dalam menagih hutang tidak memiliki kewenangan untuk

mewakilkanya lagi kepada orang lain. Karena, kondisi orang

berbeda-beda dalam penagihan utang, sehingga terkadang orang berutang merasa

tidak nyaman bila ditagih oleh orang-orang tertentu.

3. Wakil untuk mengambil pelunasan hutang

Para ulama Mazhab Hanafi berbeda pendapat apakah wakil untuk

mengambil pelunasan hutang mempunyai kewenangan untuk

membuktikan dan memastikan adanya hutang itu. Dalil pendapat Abu

Hanifah berpendapat bahwa perwakilan dalam mengambil pelunasan

hutang adalah perwakilan untuk melakukan pertukaran.

Para ulama Mazhab Syafi’I dan Hambali dalam salah satu

(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id atau barang adalah wakil untuk membuktikan dan memastikan adanya

hak muwakil-nya yang menjadi tanggungan orang lain. Karena

pengambilan terhadap pelunasan hutang itu tidak bisa tercapai kecuali

dengan adanya pembuktian dan pemastian, maka izin itu ada berdasarkan

kebiasaan yang berlaku.

Namun, dalam pendapat yang lain, mereka mengatakan bahwa

wakil untuk mengambil pelunasan hutang atau barang bukanlah wakil

untuk mengajukan tuntutan. Hal ini mengingat izin untuk mengambil

pelunasan utang atau barang bukanlah izin untuk memastikanya, baik

berdasarkan kata-kata yang diucapkan muwakil maupun berdasarkan

kebiasaan.

4. Wakil untuk menjual

Wakil untuk menjual mempunyai kewenangan melakukan

tindakan hukum yang mutlak, bisa juga terbatas. Seseorang mewakilkan

orang lain untuk menjual sesuatu tanpa adanya ikatan harga tertentu,

pembayarannya tunai atau berangsur, di kampung atau di kota, maka

wakil tidak boleh menjualnya dengan seenaknya saja.

Dia harus menjual dengan harga pada umumnya sehingga dapat

dihindari ghubun (kecurangan), kecuali penjualan tersebut diridhai oleh

yang mewakilkan.

Jika perwakilan bersifat terikat, wakil berkewajiban mengikuti apa

saja yang telah ditentukan oleh orang yang mewakilkan. Ia tidak boleh

(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dijual dengan harga Rp 10.000,00 maka harus dijual dengan harga Rp

10.000,00.

Bila yang mewakili menyalahi aturan–aturan yang telah

disepakati ketika akad, penyimpangan tersebut dapat merugikan pihak

yang memberi kuasa, maka perbuatan tersebut bathil menurut pandangan

madzhab Syafi’i. Menurut Hanafi tindakan itu tergantung pada kerelaan

orang yang mewakilkan, jika yang mewakilkan membolehkannya maka

menjadi sah, bila tidak, maka menjadi batal.

Jika wakil mempunyai kewenangan melakukan tindakan hukum

secara mutlak, maka menurut Abu Hanifah wakil boleh melakukan sesuai

dengan kemutlakan tersebut. Sehingga dia boleh menjualnya dengan

harga berapa pun, baik sedikit maupun banyak. Juga walaupun dengan

harga yang lebih rendah yang cukup jauh dari harga yang umum. Juga

boleh dengan pembayaran secara kontan ataupun hutang. Dalilnya ada

bahwa secara hukum asalnya, lafal mutlak harus diberlakukan sesuai

dengan kemutlakanya, dan ia tidak boleh dibatasi kecuali dengan dalil.

Dalam masalah perwakilan untuk penjualan yang mutlak ini,

jumhur ulama bependapat sesuai dengan pendapat dua murid Imam

Hanafi, yaitu mereka tidak membolehkan wakil menjual sesuatu yang

diwakilkan dengan harga yang kurang dari harga umum tanpa izin

(49)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kepadanya. Karena wakil dilarang merugikan muwakil-nya dan dia

diperintahkan untuk berusaha memberikan kebaikan kepadanya.21

G. Akibat Hukum Waka>lah

Pemberian kuasa ialah suatu persetujuan yang berisikan pemberian

kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu

atas nama orang yang memberikan kuasa. Kuasa dapat diberikan dan diterima

dengan suatu akta umum, dengan suatu surat di bawah tangan bahkan dengan

sepucuk surat ataupun dengan lisan.

Penerimaan suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dan

disimpulkan dari pelaksanaan kuasa itu oleh yang diberi kuasa.Pemberian

kuasa terjadi dengan cuma-cuma, kecuali jika diperjanjikan sebaliknya.

Jika dalam hal yang terakhir upahnya tidak ditentukan dengan tegas,

maka penerima kuasa tidak boleh meminta upah yang lebih daripada yang

ditentukan dalam Pasal 411 untuk wali. Pemberian kuasa dapat dilakukan

secara khusus, yaitu hanya mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih,

atau secara umum, yaitu meliputi segala kepentingan pemberi

kuasa.Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi

tindakan- tindakan yang menyangkut pengurusan.

Untuk memindahtangankan barang atau meletakkan hipotek di

atasnya, untuk membuat suatu perdamaian, ataupun melakukan tindakan lain

yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik, diperlukan suatu

pemberian kuasa dengan kata-kata yang tegas. Penerima kuasa tidak boleh

(50)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id melakukan apa pun yang melampaui kuasanya, kekuasaan yang diberikan

untuk menyelesaikan suatu perkara secara damai, tidak mengandung hak

untuk menggantungkan penyelesaian perkara pada keputusan wasit.

Orang-orang perempuan dan anak yang belum dewasa dapat ditunjuk

kuasa tetapi pemberi kuasa tidaklah berwenang untuk mengajukan suatu

tuntutan hukum terhadap anak yang belum dewasa, selain menurut

ketentuan-ketentuan umum mengenai perikatan-perikatan yang dibuat oleh

anak yang belum dewasa, dan terhadap orang-orang perempuan bersuami

yang menerima kuasa tanpa bantuan suami pun ia tak berwenang untuk

mengadakan tuntutan hukum selain menurut ketentuan-ketentuan Bab 5 dan

7 Buku Kesatu dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata ini. Pemberi kuasa

dapat menggugat secara langsung orang yang dengannya penerima kuasa

telah melakukan perbuatan hukum dalam kedudukannya dan pula dapat

mengajukan tuntutan kepadanya untuk memenuhi persetujuan yang telah

dibuat.22

H. Tujuan Adanya Waka>lah

Pada hakikatnya waka>lah merupakan pemberian dan pemeliharaan

amanat. Oleh karena itu, baik muwakkil (orang yang mewakilkan) dan wakil

(orang yang mewakili) yang telah bekerja sama/kontrak, wajib bagi keduanya

untuk menjalankan hak dan kewajibannya, saling percaya, dan

menghilangkan sifat curiga dan beburuk sangka.

(51)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dan sisi lainnya waka>lah terdapat pembagian tugas, karena tidak

semua orang memiliki kesempatan untuk menjalankan pekerjaannya dengan

dirinya sendiri. Dengan mewakilkan kepada orang lain, maka munculah sikap

saling tolong menolong dan memberikan pekerjaan bagi orang yang sedang

menganggur. Dengan demikian, si muwakkil akan terbantu dalam

pekerjaanya, dan si wakil tidak kehilangan pekerjaanya.23

I. Berakhirnya Akad Waka>lah

Para ahli fiqih sepakat bahwa akad waka>lah tanpa upah adalah akad

yang tidak mengikat bagi kedua pelaku akad.

Adapun akad wakalah dengan upah, maka jika dia ji’alah (sayembara)

yaitu didalamnya akad tidak ditentukan waktu atau pekerjaanya, maka

menurut kesepakatan para ulama, akad tersebut tidaklah mengikat juga.

Akad waka>lah ini berakhir karena banyak hal:

1. Muwakkil memberhentikan wakilnya

Para ulama sepakat bahwa akad waka>lah berakhir dengan

penghentian yang dilakukan oleh muwakkil terhadap wakilnya. Karena

sebagaimana diketahuai, waka>lah adalah akad yang tidak mengikat,

sehingga secara otomatis dapat dihentikan dengan penghentian muwakil

terhadap wakilnya.

(52)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Muwakil melakukan sendiri perkara yang diwakilkan

Jika muwakkil (pemilik kewenangan yang asli) melakukan sendiri

perkara yang dia wakilkan kepada orang lain, maka akad waka>lah itu pun

berakhir sebagaimana menurut kesepakatan para ulama.

3. Selesainya tujuan dari akad wakalah

Jika perkara yang diwakilkan selesai dilaksanakan oleh wakil,

maka akad wakalah itu pun berakhir, karena ketika itu akad waka>lah

menjadi tanpa objek.

4. Muwakkil atau wakil kehilangan kecakapan untuk melakukan tindakan

hukum

Ulama sepakat bahwa kondisi ini terjadi karena kematian, atau

menurut jumhur ulama juga karena gila yang terus-menerus.

5. Muwakkil menghentikan wakil atau wakil mundur dari akad waka>lah

Jika wakil berkata, “saya berhenti dari waka>lah ini”, “saya

mengembalikan waka>lah ini”, atau “saya keluar dari waka>lah ini”. Maka,

dia pun keluar dari akad waka>lah tersebut, karena perkataan itu

menunjukkan pengunduran dirinya. Dalam hal ini, para ahli fiqih

mensyaratkan muwakkil mengetahui pengunduran diri wakil, hingga dia

tidak dirugikan oleh tindakan wakil itu.

6. Keluarnya sesuatu yang diwakilkan dari kepemilikan muwakkil

7. Bangkrut

8. Pengingkaran

(53)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 10.Kefasikan

11.Perceraian

(54)

46

A. Profil Umum BMT MUDA

1. Sejarah berdirinya BMT MUDA Kedinding Surabaya

Gagasan pendirian BMT MUDA diawali dari ide salah seorang

alumnus Master of economics International Islamic University Malaysia

(IIUM), yakni Shochrul Rohmatul Ajija. Dengan mengajak beberapa

kolega yang sama-sama alumni Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

bisnis Universitas Airlangga, yakni Suhardianti Endi Akhsani dan Yusifa

Nur Aulia, akhirnya mereka bisa merumuskan pendirian sebuah BMT

dengan nama Mandiri Ukhuwah Persada atau yang disingkat dengan

BMT MUDA. Semangat yang pantang menyerah mendorong ketiga

perempuan tersebut berhasil meyakinkan para pendiri awal.

Desember 2011 menjadi bulan bersejarah bagi rintisan pendirian

BMT MUDA. Pada waktu itu telah mampu terhimpun 48 pendiri BMT

MUDA, dengan berkumpulnya pendiri tersebut, mereka sepakat untuk

segera mengadakan grand launching pada tanggal 7 januari 2012 sebagai

awal kegiatan pra operasional BMT. Bapak H. Karjadi Mintaroem, selaku

pembina BMT MUDA yang meresmikan dibukanya operasional BMT

MUDA yang diselenggarakan di depan kantor BMT MUDA, Jalan

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk membentuk agregat dari LKP sehingga menghasilkan kekuatan tekan yang maksimum namun mempunyai berat yang minimum, sehingga

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat-Nya, dan diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Selama kegiatan pembinaan mulai dari siklus I sampai siklus II, peneliti berusaha melaksanakan bimbingan serta arahan secara adil, dan menyeluruh pada setiap

Sebagai sebuah tradisi tentulah yatiman memiliki wujud baik yang bersifat ideal dan perilaku yang berpola masyarakat pendukungnya. 32 Hasil wawancara dengan Ninik Hidayati

Kedua , model pembelajaran blended learning (tatap muka diiringi dengan e-learning, ketiga pembelajaran e-learning. Dan pada masa covid ini pembelajaran secara mutlak

Angka tersebut jauh lebih rendah dari dampak komponen pertumbuhan agregat Provinsi Aceh yang mampu mempengaruhi peningkatan kinerja perekonomian Kabupaten

Tujuan kegiatan ini adalah untuk membantu guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum saat ini, yang bermuara