KONTRUKSI PESAN KEHIDUPAN DALAM SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI EPISODE 1861-1865
(Studi Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki)
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh :
Tri Oktaviyani
NIM. B76212113
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Tri Oktaviyani, B76212113, 2016. Kontruksi Pesan Kehidupan Dalam Sinetron Tukang
Bubur Naik Haji Episode 1861-1865 (Studi Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki). Skripsi Program Studi ilmu Komunikasi Fakultas dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Kontruksi, Pesan Kehidupan , Studi Analisis Framing Model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosichi
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah Bagaimana struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris tentang pesan kehidupan yang disampaikan penulis skenario Imam Tantowi dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris tentang pesan kehidupan yang disampaikan penulis skenario Imam Tantowi dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865.
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan jenis penelitian
Analisis Teks Media. Dengan Studi Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosichi. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan cara menonton dan mengamati teliti dialog-dialog serta adegan-adegan dalam sinetron tukang bubur naik haji episode 1861-1865, kemudian mencatat, memilih dan menganalisisnya sesuai dengan model penelitian yang digunakan.
Menurut penelitian ini ditemukan pesan pesan yang mengandung unsur kehidupan (pesan sosial kehidupan) yang dapat di temukan Dalam sinetron digambarkan mengenai kehidupan bertetangga, dan kehidupan rumah tangga. Sehingga dalam sinetron ini sutradara ingin mengontruksikan kepada khalayak bahwa dalam kehidupan nyata yang ada di
masyarakat tak semuanya terlihat baik, pasti disisi lain ada yang berperilaku buruk. Dalam kehidupan nyata pasti ada permasalahan setiap orang memiliki bentuk masalah yang berbeda dan jalan hidup yang berbeda, maka itu perlu adanya kesabaran dan berfikir secara bijaksana untuk menyikapi dan menyelesaikan masalah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti mengenai struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris tentang Konstruksi Pesan Kehidupan dalam Sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865, maka dapat disimpulkan bahwa: Pada struktur sintaksis, dimana dijelaskan tempat, menjelaskan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... .... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ... v
KATA PENGANTAR ... ... vi
C. Tujuaan Penelitian ... ... 6
D. Manfaat Penelitian ... ... 6
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... ... 6
F. Definisi Konsep ... ... 8
G. Kerangka Pikir Penelitian ... ... 13
H. Metode Penelitian ... ... 16
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... ... 16
2. Unit Analisis ... ... 17
3. Jenis Dan Sumber Data... ... 17
4. Tahapan Penelitian... ... 18
5. Teknik Pengumpulan Data... ... 20
6. Teknik Analisis Data... ... 21
I. Sistematika Pembahasan ... ... 23
BAB II : KAJIAN TEORETIS A. Kajian Pustaka ... ... 25
1. Kontruksi Pesan ... 25
2. Kehidupan ... 30
4. Media Televisi ... 41
5. Sinetron ... .... 43
B. Kajian Teori ... .... 46
1. Teori Kontruktivisme ... 46
2. Teori Agenda Setting ... 50
BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subjek, Objek Dan Wilayah Penelitian ... ... 54
1. Deskripsi Sinetron Tukang Bubur Naik Haji ... 54
2. Sinopsis Sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865... 57
B. Deskripsi Data Penelitian... ... 62
BAB IV : ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian ... ... 89
B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori ... ... 106
C. Temuan Teori dengan Ayat Al-Qur’an ... 111
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... .. 113
B. Rekomendasi... 114
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Di dunia yang semakin maju ini, diiringi pula pesatnya perkembangan
teknologi komunikasi, media massa merupakan salah satu sarana yang sangat
efektif dalam mempengaruhi pola pikir manusia. Dengan adanya media massa,
manusia memperoleh tambahan ilmu pengetahuan, memperoleh berbagai
informasi dengan begitu cepat, serta inspirasi. Media massa adalah alat yang
biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak
(penerima)1 dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, seperti surat kabar, film, radio dan televisi. Hingga detik ini media massa masih menjadi
penentu atau pencetus sebuah opini publik yang ada di masyarakat. Media mampu
menjangkau masyarakat luas (khalayak) untuk menikmati sajian pesan/berita atau
program yang ditampilkan.
Pada tahun 1928, seorang asal Amerika Serikat menemukan tabung kamera
atau iconscope yang dapat menangkap dan mengirim gambar ke kotak yang bernama televisi. Vladimir Zworkyn dengan bantuan Philo Farnsworth berhasil
menciptakan pesawat televisi pertama yang dipertunjukkan kepada umum.2
1
Hafied Cangara,Pengantar Ilmu Komunikasi(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 137.
2
2
Dalam perkembangan televisi, ialah ketatnya peraturan pemberian izin yang
dilakukan pihak penguasa.
Menurut Dennis Mcquail, televisi yang mulanya dipandang sebagai barang
mainan atau suatu penemuan serius atau sesuatu yang memberikan sumbangan
terhadap kehidupan sosial, kemudian berperan sebagai alat pelayanan. Intinya,
televisi lahir dengan memanfaatkan semua media yang sudah ada sebelumnya.3 Akibat dari perkembangan televisi, akan memberikan pengaruh banyak terhadap
kehidupan manusia, seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hingga pertahanan
dan keamanan.
Tahun 1962 awal mula perkembangan pertelevisian di Indonesia di awali
dengan adanya TVRI, yang merupakan stasiun televisi tingkat nasional.
Kemudian tahun 1989 lahir RCTI televisi swasta yang ada di Indonesia, lalu di
susul SCTV, TPI, ANTV, dan Indosiar. Tahun 2000 secara serentak muncul lima
televisi swasta secara serentak yaitu: Metro TV, Trans TV, Trans7, Global TV,
dan Lativi. Dan beberapa televisi daerah, serta televisi komunitas, dan televisi
berlangganan.4 Dalam kondisi tersebut, memicu dan mendorong media televisi untuk memiliki daya tarik audiens dengan membuat program yang inovatif dan
kreatif. Dengan program yang menarik, maka rating program yang tinggi
menentukan jumlah iklan yang masuk. Karena, semakin banyak iklan yang masuk
akan semakin banyak keuntungan yang didapatkan.
3
Dennis Mcquil,Teori Komunikasi Massa(Jakarta: Salemba Humanika, 2011).
4
3
Orang Indonesia sendiri memiliki budaya menonton yang sangat kuat,
sehingga menjadikan televisi sebagai yang paling diminati. Ini terbukti karena
hampir setiap rumah memiliki televisi, dengan harga yang terjangkau, channel
yang mudah ditangkap dengan antena sederhana, dan program acara yang
disajikan menarik membuat alasan tersendiri menjadikan televisi sebagai media
elektronik utama di masyarakat Indonesia. Menurut Wriston yang dikutip oleh
Amar Ahmad, televisi telah menjadi sarana utama pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan hiburan (entertainment). Jika di Amerika Serikat televisi dijadikan tuhan kedua oleh manusia, maka saat ini mulai berkembang menjadi
tuhan pertama bagi manusia.
Salah satu program yang banyak diminati audiens ialah program hiburan,
sehingga tidak mengherankan jika program hiburan selalu menjadi hal utama bagi
stasiun televisi swasta. Banyak jenis program hiburan yang disajikan oleh media
pertelevisian seperti program kuis, film, dan sinetron yang banyak digemari
audiens. Mayoritas masyarakat Indonesia menyukai sinetron dari sekian macam
program yang ada di televisi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinetron merupakan film yang
dibuat khusus untuk penayangan di media elektronik seperti televisi.5 Sinetron merupakan penggabungan kata sinema dan elektronika. Elektronika pada sinetron
mengacu pada mediumnya yaitu televisi atau visual, yang merupakan medium
5
4
elektronik selain siaran radion.6 Salah satu sinetron Indonesia yang memiliki
rating tertinggi sekarang ini adalah sinetron “Tukang Bubur Naik Haji”. Dalam kutipan Dela Erzakia, sinetron “Tukang Bubur Naik Haji” merupakan FTV yang
ditayangkan di stasiun televisi swasta MNCTV, yang hanya tayang satu kali
dengan durasi 120 menit. Karena ratingnya yang semakin tinggi, Sinemart
memproduksinya kembali menjadi serial sinetron yang bermuatan pesan dakwah
Islam.7
Salah satu sinetron yang menarik untuk diamati adalah sinetron Tukang
Bubur Naik Haji episode 1861-1865, karena merupakan sinetron yang alur
ceritanya mempresentasikan adanya nilai kehidupan, sehingga dapat digunakan
sebagai cerminan dalam bersikap, bertutur, dan berperilaku. Sinetron ini juga
berisi pesan kebaikan serta kerukunan rumah tangga, dan menjalani hubungan
yang baik dengan lingkungan sekitar. Sinetron ini menarik untuk diteliti karena
sinetron ini mengupas tentang berbagai perilaku manusia yang ada di kehidupan
nyata. Bahwa kehidupan itu tidak sebaik yang orang fikirkan. Dalam kehidupan
nyata yang ada di masyarakat yang terlihat baik, sibuk, terlihat suci, dan
dermawan padahal di sisi lain kita juga berperilaku keji, ingin pamer, dan hal
buruk lainnya.
6
Veven Sp Wardhana, Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya Massa (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hal. 1.
7
5
Sinetron yang di tulis oleh Haji Imam Tantowi ini pada episode 1861-1865
menceritakan tentang berbagai tingkah pola manusia yang ada di kehidupan
masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat mereka harus memecahkan persoalan
urusan rumah tangga mereka. Dalam permasalahan di keluarga, membuat seisi
keluarga merasa terbebani dan mencari jalan keluar untuk menyelesaikan
persoalan tersebut. Dengan do’a, ikhtiar, dan sabar untuk menghadapi
permasalahan yang ada di kehidupan rumah tangga. Robby harus sabar atas
masalah perusahaannya yang dikabarkan bangkrut, keluarga Togu harus mencari
jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan rumah tangganya, dan keluarga
Laila harus mencari bukti untuk mengungkap perilaku babby sisternya yang
mencurigakan. Cerita keseluruhan Tukang Bubur Naik Haji seperti menonton
kehidupan masyarakat sehari-hari, yang di dalamnya termasuk perilaku kita
sendiri. Kita yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya kita
sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin
pamer. Bagaimana kita selalu berpenampilan suci, padahal apa yang kita lakukan
seringkali keji. Bahkan kepada orang yang pernah menolong kita sekalipun.
Kepalsuan-kepalsuan yang hanya kita sendiri yang tahu, selalu membuat kita
tersenyum jengah.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat
sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865 menjadi bahan penelitian.
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode Analisis Framing
6
B. Fokus Penelitian
Berpijak pada uraian diatas, maka permasalahan yang menjadi fokus
penelitian ini yaitu: bagaimana struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik,
dan struktur retoris tentang pesan kehidupan dalam sinetron Tukang Bubur Naik
Haji episode 1861-1865 ?.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian konteks penelitian dan fokus penelitian diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur sintaksis, struktur skrip,
struktur tematik, dan struktur retoris tentang pesan kehidupan dalam sinetron
Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
perkembangan ilmu komunikasi, khususnya komunikasi massa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain yang
akan melakukan telaah tentang sinetron, terutama dilihat dari analisis framing.
E. Kajian Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti merujuk pada hasil penelitian terdahulu yang
7
- “Representasi Ghibah dalam Sinetron Tukang Bubur Naik Haji” oleh Dela
Erzakia tahun 2012, mahasiswa program studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Perbedaan dari penelitian ini adalah pada objek yang
diteliti, dan perbedaan model analisis dengan yang peneliti gunakan.
Penelitian tersebut menggunakan model analisis Charles Sanders Pierce
Triangle Meaning, sedangkan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut ialah terdapat enam bentuk tanda
ghibah yang direpresentasikan, yaitu: mengumpat dengan lugas, mengumpat
dengan isyarat, mengumpat dengan do’a, mengumpat dengan pujian,
mengumpat dengan kekaguman, dan mengumpat dengan mendengarkan.
Pesan tentang ghibah yang disampaikan melalui tokoh-tokoh dalam sinetron
“Tukang Bubur Naik Haji” berbeda persepsi dengan masyarakat yang
mayoritas hanya mengetahui ghibah yang berarti membicarakan keburukan
orang lain.
- “Analisis Framing tentang Isu Gender dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita”
oleh Falisianus Syamsu Ismanto tahun 2012, mahasiswa program studi Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga. Persamaan dari penelitian ini adalah pada objek yang
digunakan yaitu film. Tetapi ada perbedaan model analisis dengan yang
peneliti gunakan. Penelitian tersebut menggunakan model William A.
Gamson dan Andre Modigliani, sedangkan penelitian ini menggunakan
8
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembingkaian yang digunakan oleh
sutradara dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, bersifat kontra karena sutradara
sangat menentang pandangan budaya patriarki yang kini dianut oleh
masyarakat.
F. Definisi Konsep
1. Kontruksi Pesan Kehidupan
Konstruksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai
susunan (model, tata letak) suatu bangunan atau susunan dan hubungan kata
dalam kalimat atau kelompok kata.8 Sedangkan menurut kamus komunikasi, definisi konstruksi adalah suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi
dari hal-hal yang khusus, yang dapat diamati dan diukur.9Dan yang dimaksud konstruksi sendiri merupakan pembuatan, rancangan bangunan, penyusunan,
pembangunan (bangunan), susunan bangunan, atau aktifitas untuk
membangun suatu sistem.
Dalam komunikasi, pesan merupakan salah satu unsur yang sangat
penting. Proses komunikasi terjadi dikarenakan adanya pesan yang ingin
disampaikan kepada orang lain. Pesan tersebut dapat tertulis maupun lisan,
yang di dalamnya terdapat simbol-simbol yang bermakna yang telah
disepakati antar pelaku komunikasi. Message merupakan seperangkat
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 590.
9
9
lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.10 Dalam ilmu komunikasi, pesan merupakan suatu makna yang ingin disampaikan oleh
seorang komunikator kepada komunikan. Pesan dimaksudkan agar terjadi
kesamaan maksud antara komunikator dan komunikan. Jadi yang dimaksud
dengan konstruksi pesan adalah aktifitas untuk membangun suatu makna
dengan orang lain.
Kehidupan adalah hal yang sulit, karena hidup adalah sebuah proses,
bukan substansi murni. Definisi apapun harus cukup luas untuk mencakup
seluruh kehidupan yang dikenal, dan definisi tersebut harus cukup umum,
sehingga, dengan itu, ilmuwan tidak akan melewatkan kehidupan yang
mungkin secara mendasar berbeda dari kehidupan di bumi.11
Adapun definisi kehidupan menurut Suhairi Awang merupakan suatu
kisah yang penuh berliku. Kelangsungannya senantiasa berputar-putar diruang
lingkup yang serupa dari satu generasi sejak awal manusia diciptakan hingga
kisahnya selalu berulang-ulang. Sedangkan menurut J. C. Michaels,
kehidupan adalah perjalanan luar biasa menuju wilayah yang tidak dikenal,
sebuah jalur penuh tipu daya melalui hutan-hutan gelap, sebuah tirai gantung
diatas kulit pohon yang bercabang-cabang.12
10
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 18.
11
file:///C:/Users/acer/Downloads/kehidupan/Pengertian%20Kehidupan%20_%20Rumah%20Makna.ht ml. Di akses pada bulan Maret 2016.
12
10
Jadi, konstruksi pesan kehidupan adalah aktifitas untuk membangun
suatu makna dengan orang lain yang mengandung konsep kehidupan, dimana
dalam kehidupan terdapatnya sisi positif dan negatif.
2. Sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865
Keluarga Robby dan Rumana sedang ada masalah dengan
perusahaannya yang diberitakan akan bangkrut, mendengar berita itu H.
Muhidin dan istrinya merasa resah, dan memikirkan nasib anaknya tersebut.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, H. Muhidin harus bertanya langsung
dengan Robby, akan tetapi Robby sulit sekali untuk ditemui. Saat H. Muhidin
dan istrinya ke rumah Roby hanya bertemu Rumanah istrinya, Rumanah
menceritakan bahwa masalah ini tidak boleh di ceritakan oleh siapa-siapa.
Saat H. Muhidin bertemu Roby ia menceritakan bahwa perusahaannya tidak
bangkrut, hanya permasalahan dan yang di PHK hanya sementara.
Di keluarga Tulang Togu ada permasalahan baru, keluarganya
kedatangan seorang pemuda bernama Rudi yang mengaku anak Togu dengan
wanita di masa lalu. Permasalahan ini membuat istrinya Riamah resah dan
merasa curiga dengan pemuda tersebut, Rudi meminta haknya sebagai anak
yang di tinggalkan ayahnya sejak kecil. Riamah menceritakan semua
permasalahan keluarganya dengan sahabatnya Romlah, Romlah selalu
menyuruh Riamah tenang dan ia akan membantu keluarga Togu, Romlah
11
Dan di keluarga Laila, ada keganjalan dengan kondisi anaknya. Anaknya
yang mudah tidur, dan apabila tidur lebih lama dari pada biasanya. Laila
merasa curiga dengan baby sisternya yang bertingkah laku aneh. Untuk
membuktikan rasa curiganya, ia harus mencari bukti. Bukti-bukti telah
terkumpul, bahwa dalam kamar baby sisternya terdapat obat alergi. Tak lama
kemudian, suami Laila melihat bahwa baby sisternya menambahkan obat di
susu anak Laila agar cepat tidur, sehingga Maulana tidak rewel dan tidak
mengganggu aktivitasnya.
3. Analisis Framing
Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Pada awalnya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan
wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk
mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh
Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas.13 Dalam perkembangan terakhir, konsep ini digunakan untuk menggambarkan proses
penyeleksian dan penyorotan tentang aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh
media.
13
12
Dalam perspektif komunikasi, analisisframingdipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini
mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita
agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk
menggiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya. Dengan kata
lain, framing adalah pendekatan yang digunakan untuk mengetahui tentang bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menyeleksi isu dan menulis berita.14
Framing, seperti yang dikatakan oleh Todd Gitlin, adalah sebuah strategi tentang bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan
sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca.
Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik
perhatian khalayak pembaca.
Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita atau cerita, “cara melihat” ini
berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas.15 Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki mendefinisikanframingsebagai strategi komunikasi dalam memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode
informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan
14
Ibid., hal. 162.
15
13
konvensi pembentukan berita.16 Perangkat framing atau struktur analisis tersebut adalah sintaksis, skrip, tematik dan retoris.
G. Kerangka Pikir Penelitian
Pan dan Kosicki membagi perangkatframing ke dalam 4 struktur golongan besar, yaitu: Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris. Keempat struktur tersebut
merupakan rangkaianframingdi suatu media.
Pada tahap pertama, berisi tentang bagaimana cara seorang sutradara dalam
menyusun fakta, Pan dan Kosicki menyebutnya sebagai Sintaksis. Perangkat yang
digunakan adalah Skema cerita–Skematik, dan unit yang diamati meliputi: judul,
latar informasi, pelaku, dan dialog.
Tahap kedua, berisi tentang bagaimana seorang sutradara dalam
mengisahkan fakta. Pan dan Kosicki menyebutnya sebagai Skrip. Perangkat yang
digunakan adalah kelengkapan cerita (unsur-unsur skenario sinetron), dan unit
yang diamati meliputi: kontruksi dramatik, narasi, danscene.
Tahap ketiga, berisi tentang bagaimana seorang sutradara dalam menulis
cerita, Pan dan Kosicki menyebutnya sebagai Tematik. Perangkat yang digunakan
adalah detail, koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti. Unit yang diamati
meliputi tema yang digunakan, yaitu proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat.
16
14
Tahap terakhir, berisi tentang cara seorang sutradara dalam menekankan
cerita. Pan dan Kosicki menyebutnya sebagai Retoris. Perangkat yang digunakan
adalah laksikon dan metafora. Sedangkan unit yang diamati meliputi: kata, idiom,
dan citra.
Dengan menggunakan teori diatas, maka dapat digunakan sebuah kerangka
15
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865
Pesan kehidupan
Analisis Konstruksi
Kontruksi Pesan Kehidupan dalam Sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865
Analisis Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Skema Cerita Leksigon
Metafora Kelengkapan
Cerita
Detail Koherensi Bentuk Kalimat
16
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah yang berkenaan dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis dan
diambil kesimpulan.17
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan paradigma
kritis, mengingat ilmu komunikasi dapat dikategorikan dalam ilmu
pengetahuan yang mempunyai aktifitas penelitian yang multi paradigma, yang
menampilkan sejumlah paradigma atau perspektif dasar untuk teori dan riset.
Pada umumnya suatu paradigma keilmuan merupakan sistem keseluruhan dari
berfikir. Paradigma terdiri dari asumsi dasar, teknik riset yang digunakan, dan
contoh seperti apa seharusnya teknik riset yang baik, yang berkaitan dengan
konsep dan ide dasar ilmu sosial, atau asumsi-asumsi tentang masyarakat,
manusia, realitas sosial, opsi moral serta keilmuan terhadap nilai-nilai
tertentu. Adapun asumsi realitas yang dikemukakan oleh paradigma adalah
asumsi realitas yang tidak netral namun dipengaruhi dan terikat oleh nilai
serta kekuatan ekonomi, politik, dan sosial. Oleh karena itu, proyek utama
dari paradigma kritis adalah akan mempengaruhi tentang bagaimana
paradigma kritis mencoba untuk membedah realitas dalam penelitian ilmiah,
termasuk di dalamnya penelitian tentang teks media.18
17
Wardi Bachtiar,Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah(Jakarta: Logos, 1999), hal. 1.
18
17
Sedangkan jenis penelitian ini adalah analisis isi dengan menggunakan
model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Framing
sebagai proses membuat suatu pesan yang lebih menonjol, menempatkan
informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan
tersebut. Dan lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses
informasi dalam dirinya. Dan berkaitan dengan struktur dan proses kognitif.
Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ini dibagi ke dalam struktur
besar, yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, struktur
retoris.19 2. Unit Analisis
Unit analisis penelitian ini adalah potongan-potongan gambar atau
visual yang terdapat dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode
1861-1865, juga dari teks (skrip) yang ada pada sinetron yang berkaitan dengan
fokus penelitian.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Pada penelitian ini ada dua macam jenis data yang digunakan oleh
peneliti untuk mendukung penelitian ini, diantaranya adalah sebagai
berikut:
19
18
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data utama
dilapangan. Dalam penelitian ini, data primer berupa dokumentasi
tentang kontruksi realitas kehidupan yang terdapat dalam video
compact disk (VCD) sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Kemudian
dipilih visual atau gambar, dan teks (skrip) dari adegan-adegan
sinetron yang diperlukan untuk penelitian.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perantara atau
sumber kedua. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari
literatur-literatur yang mendukung data primer, seperti kamus,
buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, internet, catatan kuliah,
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian, dan sebagainya.
4. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini terdiri dari:
a) Mencari Topik
Mencari topik merupakan langkah awal yang dilakukan dalam
penelitian. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk mengeksplorasi topik
yang peneliti anggap menarik. Sehingga peneliti memutuskan untuk
19
Naik Haji episode 1861-1865 karya Uci Supra (Analisis Framing Model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki).
b) Menentukan Fokus Penelitian
Mengingat tujuan dari penelitian ini, maka peneliti ingin mengetahui
tentang konsep kehidupan yang dimunculkan pada sinetron Tukang
Bubur Naik Haji episode 1861-1865. Kemudian pada akhirnya peneliti
mencoba untuk menentukan sebuah fokus penelitian, yaitu bagaimana
struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris
tentang pesan kehidupan yang dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji
pada episode 1861-1865.
c) Menentukan Alasan Melakukan Penelitian
Alasan peneliti melakukan telaah pada sinetron Tukang Bubur Naik
Haji episode 1861-1865, karena dalam sinetron ini banyak mengandung
pesan kehidupan serta untuk memperoleh suatu gambaran tentang
bagaimana seorang sutradara dalam mengkonstruksikan suatu cerita
tentang kehidupan yang ada di masyarakat dan pesan apa saja yang ingin
disampaikan dalam sinetron tersebut.
d) Menentukan Metode Pengolahan Data
Untuk mengolah data penelitian ini, peneliti akan mengolahnya
dengan menggunakan empat struktur kategori dari Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki, yaitu dengan struktur sintaksis, struktur skrip, struktur
tematik, dan struktur retoris.
20
1) Mengidentifikasi teks.
2) Memberikan alasan mengapa teks tersebut dipilih dan perlu
diidentifikasi.
3) Menentukan model analisis framing yang digunakan dalam penelitian ini.
f) Menganalisis Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis framing
model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang merupakan hasil
pengembangan dari teori Van Dijk sebagai analisa data.
g) Menarik kesimpulan.20
Menarik kesimpulan dengan membuat laporan penelitian yang sudah
dianalisa dan tersusun secara sistematis.
5. Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi adalah dengan melakukan pengamatan langsung dan bebas
terhadap objek penelitian dan unit analisis dengan cara menonton dan
mengamati dengan teliti dialog-dialog serta adegan-adegan dalam
sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865, kemudian
mencatat, memilih dan menganalisisnya sesuai dengan model penelitian
yang digunakan.
20
21
b) Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dan pencarian informasi
melalui penemuan bukti-bukti, dengan cara mencari data mengenai hal
yang berkaitan dengan sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode
1861-1865 melalui internet dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian
ini.
6. Teknik Analisis Data
Sugiyono menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.21
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis framing.
Framingadalah pendekatan yang digunakan untuk melihat tentang bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan konstruksi
realitas itu hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang
lebih menonjol dan lebih mudah dikenal.22
Analisis framing merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dan lain-lain) yang dilakukan media.
21
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D(Bandung: Alfabeta, 2010), hal.. 244.
22
22
Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi yang artinya realitas
dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing
digunakan oleh media untuk menonjolkan atau memberi penekanan pada
aspek tertentu sesuai dengan kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian
tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting dan
lebih mengena dalam pikiran khalayak.23
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis framing
model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang merupakan hasil
pengembangan dari teori Van Dijk sebagai analisa data. Perangkat framing
yang mereka sajikan dalam meneliti suatu media melalui struktur bahasa yang
digunakan dalam mengkonstruksi suatu realitas. Framing dapat diartikan sebagai cara untuk mengetahui tentang bagaimana media dalam membingkai
atau mengemas isu atau peristiwa melalui teks yang terdapat dalam isi media.
Pan dan Kosicki membagi perangkat framing ke dalam empat struktur golongan besar, yaitu: Sintaksis, struktur ini berhubungan dengan bagaimana
wartawan menyusun peristiwa-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan dan
peristiwa ke dalam bentuk susunan kisah berita. Skrip, struktur ini
berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan
peristiea ke dalam bentuk berita. Tematik, struktur ini berhubungan dengan
cara wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam
23
23
proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks acara
keseluruhan. Dan Retoris, struktur ini berhubungan dengan cara wartawan
menekankan arti tertentu ke dalam berita. Keempat struktur tersebut
merupakan rangkaian yang menunjukkanframingdari suatu media.
I. Sistematika Pembahasan
Dalam suatu penelitian, diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan
untuk memudahkan alur penelitian. Adapun sistematika pembahasan dalam
penelitian ini terdiri dari:
Bab I: Pendahuluan. Pada bab ini terdiri dari sepuluh sub-bab antara lain:
konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian
hasil penelitian terdahulu, definisi konsep, kerangka pikir penelitian, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II: Kajian Teoretis. Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yaitu kajian
pustaka (beberapa referensi yang digunakan untuk menelaah objek kajian), dan
kajian teori (teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian).
Bab III: Penyajian Data. Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yaitu
deskripsi subyek penelitian, dan deskripsi data penelitian.
Bab IV: Analisis Data. Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yaitu temuan
24
dengan masalah penelitian, dan konfirmasi temuan dengan teori, yang
menggambarkan tentang temuan penelitian yang dikaji dengan teori yang ada.
Bab V: Penutup. Pada bab ini terdiri dari simpulan dan rekomendasi, yang
menggambarkan tentang simpulan dari data yang dipaparkan dan rekomendasi
25
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
1. Kontruksi Pesan
a. Kontruksi
Dalam Kamus Ilmiah Populer konstruksi merupakan konsepsi,
bentuk susunan (bangunan), rancang, menyusun, membangun,
melukis, dan memasang. Pengertian Konstruksi dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, diartikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu
bangunan atau susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau
kelompok kata.1 Sedangkan menurut Kamus Komunikasi, definisi konstruksi adalah suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi
dari hal-hal yang khusus, yang dapat diamati dan diukur.2
Dan yang dimaksud konstruksi sendiri merupakan pembuatan,
rancangan bangunan, penyusunan, pembangunan (bangunan), susunan
bangunan. Aktifitas untuk membangun suatu sistem. Dalam kontruksi
terdapat teori kontruksi sosial yang berada di antara teori fakta sosial
dan definisi sosial, dimana melihat realitas kehidupan sehari-hari
memiliki deimensi-dimensi objektif dan subjektif.3
1
Departemen pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: balai pustaka, 2005), hal. 590.
2
Onong uchjana effendi, Kamus Komunikasi (Bandung: mandar maju, 1989), hal. 264.
3
26
b. Pesan
1) Pengertian
Pesan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah berupa
lambang atau tanda seperti kata-kata (tertulis ataupun lisan),
gesture dll. Dalam ilmu komunikasi, pesan merupakan suatu
makna yang ingin disampaikan oleh seorang komunikator kepada
komunikan. Pesan dimaksudkan agar terjadi kesamaan maksud
antara komunikator dan komunikan. Dalam komunikasi pesan
merupakan salah satu unsur sangat penting. Proses komunikasi
terjadi dikarenakan adanya pesan yang ingin disampaikan kepada
orang lain. Pesan tersebut dapat tertulis maupun lisan, yang di
dalamnya terdapat simbol-simbol yang bermakna yang telah
disepakati antara pelaku komunikasi. Message merupakan
seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator.4
Pesan adalah semua bentuk komunikasi baik verbal maupun
nonverbal. Yang dimaksud dengan komunikasi verbal adalah
komunikasi lisan, sedangkan nonverbal adalah komunikasi dengan
simbol, isyarat, sentuhan perasaan dan penciuman5. Menurut Hanafi ada tiga factor yang perlu dipertimbangkan dalam pesan,
yaitu:
4
Effendi, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 18.
5
27
(a) Kode pesan adalah sederetan simbol yang disusun sedemikian
rupa sehingga bermakna bagi orang lain. Contoh bahasa
Indonesia adalah kode yang mencakup unsur bunyi, suara,
huruf dan kata yang disusun sedemikian rupa sehingga
mempunyai arti.
(b) pesan adalah bahan untuk atau materi yang dipilih yang
ditentukan oleh komunikator untuk mengomunikasikan
maksudnya.
(c) Wujud pesan adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu
sendiri, komunikator memberi wujud nyata agar komunikan
tertarik akan isi pesan didalamnya 6.
2) Jenis-jenis Lambang dan Pesan dalam Komunikasi
Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi, kita tidak bisa lepas dari apa yang disebut simbol dan kode, karena
pesan dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkai
simbol dan kode. simbol adalah suatu proses komunikasi yang
dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang berkembang pada
suatu masyarakat. Sebagai makhluk sosial dan makhluk
komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam
simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu maupun yang
6
28
bersifat alami. Secara umum, jenis symbol dan kode pesan terbagi
menjadi dua, yakni:7
(a) Pesan Verbal
Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya
menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh
penerima berdasarkan apa yang didengarnya.
Pesan verbal dalam pemakaiannya, menggunakan bahasa.
Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat kata yang telah
disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat
yang mengandung arti, bahasa menjadi peralatan yang sangat
penting untuk memahami lingkungan. Melalui bahasa, kita
dapat mengetahui sikap, perilaku dan pandangan suatu bangsa,
meski kita belum pernah berkunjung ke negaranya.
(b) Pesan Non-Verbal
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai pesan
verbal (bahasa) juga memakai pesan non-verbal. Pesan
nonverbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak
menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami
isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku,
mimik wajah atau ekspresi muka pengirim pesan. Pada pesan
non-verbal mengandalkan indera penglihatan sebagai
penangkap stimuli yang timbul. pesan nonverbal bisa disebut
7
29
bahasa isyarat atau gesture atau bahasa diam (silent languange)8.
3) Bentuk-bentuk Pesan
Menurut A.W. Widjaja dan M. Arisyk Wahab terdapat tiga
bentuk pesan yaitu:
(a) Informatif. Untuk memberikan keterangan fakta dan data,
kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan
sendiri, dalam situasi tertentu pesan informatif tentu lebih
berhasil dibandingkan persuasif.
(b) Persuasif. Berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian
dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan
memberikan sikap berubah. Tetapi berubahnya atas kehendak
sendiri. Jadi perubahan seperti ini bukan terasa dipaksakan
akan tetapi diterima dengan keterbukaan dari penerima.
(c) Koersif. Menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi-sanksi bentuk yang terkenal dari
penyampaian secara inti adalah agitasi dengan penekanan yang
menumbuhkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik.
Koersif berbentuk perintah-perintah, instruksi untuk penyampaian suatu target.9
8
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, cetakan IV 2004), hal. 99
9
30
Jadi pesan adalah kata-kata baik tulisan maupun lisan yang
akan disampaikan pemberi pesan (komunikator) kepada penerima
pesan (komunikan) untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
Jadi yang dimaksud dengan konstruksi pesan adalah
aktifitas untuk membangun suatu makna kepada orang lain.
2. Kehidupan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kehidupan, diartikan
Kehidupan adalah hal yang sulit, karena hidup adalah sebuah proses,
bukan substansi murni. Definisi apapun harus cukup luas untuk mencakup
seluruh kehidupan yang dikenal, dan definisi tersebut harus cukup umum,
sehingga, dengan itu, ilmuwan tidak akan melewatkan kehidupan yang
mungkin secara mendasar berbeda dari kehidupan di bumi10.
Adapun definisi kehidupan menurut para ahli yaitu: Menurut
Suhairi Awang “Kehidupan merupakan suatu kisah yang penuh berliku.
kelangsungannya senantiasa berputar – putar di ruang lingkup yang serupa
dari satu generasi sejak mula manusia diciptakan hinggalah menjejak
kepada waktu yang paling hampir dan kisahnya selalu berulang – ulang”,
dan menurut J.C. Michaels “kehidupan adalah perjalanan luar biasa
menuju wilayah tak dikenal, sebuah jalur penuh tipu daya melalui hutan –
hutan gelap, sebuha tirai gantung diatas kulit pohon yang bercabang –
cabang”11
10
Carapedia.com (pengertian kehidupan_rumah makna.html) Di akses pada bulan Maret 2016
11
31
Tanda-tanda kehidupan meliputi adanya metabolisme, dan
mempertahankan organisme dalam alam. Dalam kehidupan terdapat
adanya etika, norma, dan nilai sosial. Etika merupakan suatu ilmu yang
mempelajari tentang adat istiadat, serta membahas perbuatan baik dan
buruk di dalam kehidupan manusia yang mencangkup tata sikap, tata tutur,
dan tata pikir. Etika dapat membantu manusia untuk bersikap, bertindak
secara tepat dalam hidup.
Dalam kehidupan juga terdapat norma untuk mengukur tingkah
laku manusia, dimana terdapat jenis-jenis norma yaitu:
a. Norma Agama, norma yang didasarkan pada ajaran agama yang
diciptakan oleh Tuhan untuk hambanya. Sumber norma ini adalah
kitab suci dari agama yang dianutnya. Norma agama ini sifatnya
mutlak yang mengharuskan hambaNya untuk mentaati segala perintah
dan menjauhi segala laranganNya, bagi yang tidak memiliki keyakinan
yang kuat akan lebih cenderung melakukan pelanggaran-pelanggaran
norma agama.
b. Norma Kesusilaan, norma yang didasarkan pada hati nurani manusia.
Merupakan aturan baik buruknya perilaku manusia, dan mengacu pada
keadilan serta kebenaran.
c. Norma Kesopanan, norma yang diatur oleh agama dan adat istiadat.
d. Norma Hukum, norma yang dibuat oleh negara atau lembaga adat
yang berwenang dan sifatnya memaksa dan mengikat.
Nilai sosial merupakan penghargaan yang diberikan masyarakat
32
guna fungsional bagi masyarakat. Adapun fungsi nilai sosial dalam
kehidupan ialah: sebagai alat untuk menentukan harga atau kelas sosial
seseorang dalam struktur stratavikasi soasial, mengarahkan masyarakat
untuk berfikir dan bertingkah laku dengan nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat, dapat memotivasi pada manusia untuk mewujudkan impian,
sebagai alat solidaritas, dan sebagai pengawas, pembatas, pendorong,
penekan individu untuk berbuat baik.
Jadi, kehidupan adalah proses bukan substansi murni, dimana
dalam kehidupan seseorang dengan orang lain berbeda-beda. Dimana
kehidupan berliku-liku tidak ada yang lurus, karena kehidupan itu
bervariasi.
3. Framing
a. Pengertian Framing
Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Pada awalnya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisisr
pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta yang menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini
kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang
mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas.12 Dalam perkembangan terakhir, konsep ini digunakan untuk menggambarkan
12
33
proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah
realitas oleh media.
Framing merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian
realitas (peristiwa, individu, kelompok, dll) yang dilakukan media.
Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi yang artinya
realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu.
Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberi
penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media. Akibatnya, hanya
bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap
penting dan lebih mengena dalam pikiran khalayak.13
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta.
Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan
fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti
atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai
perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan
oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.14 Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin, adalah sebuah strategi bagaimana
realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk
ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa
13
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 256.
14
34
ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik
perhatian khalayak pembaca.
Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita
atau cerita, “cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari
konstruksi realitas.15 Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki mendefinisikan framing sebagai strategi komunikasi dalam memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi,
menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi
pembentukan berita.16 Perangkat framing atau struktur analisis tersebut adalah sintaksis, skrip, tematik dan retoris.
Produksi berita berhubungan dengan bagaimana rutinitas yang
terjadi dalam ruang pemberitaan yang menentukan bagaimana
wartawan didikte/ dikontrol untuk memberitakan peristiwa dalam
perspektif tertentu. Selain praktik organisasi dan ideologi professional
tersebut, ada satu aspek lain yang sangat penting yang berhubungan
dengan bagaimana peristiwa ditempatkan dalam keseluruhan produksi
teks, yakni bagaimana berita itu bisa bermakna dan berarti bagi
khalayak. Stuart Hall (dkk) menyebut aspek ini sebagai konstruksi
berita.17
35
Sebuah peristiwa, menurut Hall (dkk), hanya akan berarti jika ia
ditempatkan dalam identifikasi kultural dimana berita tersebut hadir.
Jika tidak, berita tersebut tidak akan berarti bagi khalayak
pembacanya. Peristiwa yang tidak beraturan dibuat menjadi teratur dan
berarti. Itu artinya, wartawan pada dasarnya menempatkan peristiwa ke
dalam peta makna (maps of meaning). Identifikasi sosial, kategorisasi, dan kontekstualisasi dari peristiwa adalah proses penting dimana
peritiwa itu dibuat berarti dan bermakna bagi khalayak. Proses
membuat peristiwa agar konstektual bagi khalayak ini adalah proses
sosial-menempatkan kerja jurnalistik dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakatnya. Ia menjadi latar asumsi (background assumption) yang dipahami bersama, yang oleh pemahaman wartawan dipandang
bernilai bagi khalayak melalui mana peristiwa bukan hanya dipandang
berarti tetapi juga dimengerti oleh khalayak. Ia menjadi asumsi yang
kira-kira bagi wartawan dan bagi khalayak disepakati bersama
bagaimana peristiwa seharusnya dijelaskan dan dipahami.18
Aspek terpenting dari latar asumsi adalah proses konsensus:
yakni memberi makna bagi sebuah peristiwa yang diaumsikan oleh
khalayak. Konsensus tersebut menjadi sebuah dasar yang dipakai
wartawan dalam melihat peristiwa. Media melihat peristiwa dan
persoalan ke dalam pengertian umum bersama yang ada dalam
masyarakat.
18
36
b. Proses Framing
Proses framing pada umumnya didefinisikan sebagai proses atau
cara pengangkatan sebuah isu yang berkaitan dengan realitas sosial
oleh pekerja media, sehingga disisi lain realitas tersebut ditonjolkan
dan disisi lain lagi dikaburkan bahkan dihilangkan informasi tentang
realitasnya. Ada 3 proses framing dalam konstruksi media:
1) Proses framing sebagai metode penyajian realitas dimana
kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total,
melainkan dibalikan secara halus dengan memberikan sorotan
terhadap aspek-aspek tertentu saja dengan menggunakan
istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu dengan bantuan foto,
karikatur dan alat ilustrasi lainnya.
2) Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian
keredaksian media cetak redaktur, dengan atau tanpa konsultasi
dengan redaktur pelaksana, menentukan apakah laporan reporter
akan dimuat ataukah tidak serta menentukan judul yang akan
diberikan.
3) Proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers tetapi
juga pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu yang
masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin
ditonjolkan, sambil menyembunyikan sisi lain.19
19
37
c. Konsep Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki
merupakan salah satu model yang paling popular dan banyak dipakai.
Model itu sendiri diperkenalkan lewat suatu tulisan di jurnal Politic Communication. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media di
samping analisis isi kuantitatif. Analisis framing dilihat sebagaimana
wacana public tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksikan dan
dinegoisasikan.20
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melalui tulisan mereka
“Framing Analysis: An Approach to News Discourse”
mengopersionalisasikan empat dimensi structural teks berita sebagai
perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat
dimensi structural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan
elemen-elemen semantic narasi berita dalam suatu kohernsi global.
Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang
berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide
yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita-
kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu
ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna,
20
38
bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari
perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.21
Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat
struktur besar, yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik,
dan struktur retoris.
1) Struktur Sintaksis. Struktur ini berhubungan dengan bagaimana
wartawan menyusun peristiwa-pernyataan, opini, kutipan,
pengamatan dan peristiwa ke dalam bentuk susunan kisah berita.
Dengan demikian, struktur sintaksis ini bisa diamati dari bagan
berita (headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi
yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip, pernyataan serta
penutup). Intinya, ia mengamati bagaimana wartawan memahami
peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam
bentuk umum berita.22 Namun, karena pada penelitian ini peneliti hendak menganalisis sinetron, maka yang akan diamati adalah
judul, latar, keadaan, dan akhir cerita yang terdapat dalam sinetron.
2) Struktur Skrip. Struktur ini berhubungan dengan bagaimana
wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam
bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita
atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas
peristiwa ke dalam bentuk berita.23 Sehingga dalam penelitian ini
21
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 175.
22
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2002), hal. 255.
23
39
yang akan diamati adalah bagaimana unsur dari inti cerita yang
terdapat dalam sinetron.
3) Struktur Tematik. Struktur ini berhubungan dengan cara wartawan
mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi,
kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara
keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu
diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil.24 Dalam hal ini, unsur tersebut terletak pada karakter tokoh, dialog, dan
parenthetical.
4) Struktur Retoris. Struktur ini berhubungan dengan cara wartawan
menekankan arti tertentu ke dalam berita. Dengan kata lain,
struktur retoris akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan
kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya
mendukung tulisan, melainkan juga memberi penekanan pada arti
tertentu.25 Maka dalam penelitian ini hal tersebut terletak pada scene atau gambar visualisasi yang menunjukkan pesan kehidupan.
Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang
dapat menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau
kecondongan sutradara dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati
dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat diamati dari
bagaimana sutradara menyusun peristiwa ke dalam cerita, cara
sutradara mengisahkan cerita, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata
atau idiom yang dipilih. Ketika menulis cerita dan menekankan cerita,
24
Ibid., hal. 255-256.
25
40
sutradara akan memakai semua strategi untuk meyakinkan khalayak
penonton. Pendekatan itu dapat di gambar ke dalam bentuk skema
41
4. Media Televisi
a. Pengertian Televisi
Televisi adalah salah satu jenis media massa elektronik yang
bersifat audio visual, direct, dan dapat membentuk sikap. Televisi
berasal dari kata tele dan vision, yang memiliki arti masing-masing jauh (tele) dari bahasa Yunani, dan tampak (vision) dari bahasa Latin. Jadi, televisi berarti tampak atau dapat melihat jarak jauh beragam
tayangan mulai dari hiburan sampai ilmu pengetahuan ada dalam
televisi, adanya beragam channel televisi membuat masyarakat
memiliki banyak pilihan untuk menyaksikan tayangan berkualitas.26
b. Fungsi Televisi
Dalam buku, menurut Dominick bahwa televisi merupakan alat
komunikasi massa yang memiliki fungsi:
1) Pengawasan, terbagimenjadi dua. Pengawasan peringatan ketika
media massa menginformasikan tentang ancaman kondisi efek
yang memperhatinkan, dan Pengawasan instrumental yaitu
penyampaian dan penyebaran informasi memiliki kegunaan dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Penafsiran, televisi tak hanya memasok fakta dan data. Tetapi juga
memberikan penafsiran kejadian-kejadian penting.
3) Petalian, penyatuan anggota masyarakat yang beragam,
membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang
26
Ardianto Elvinaro dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung
42
sama. Individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok yang
mereka saksiakan.
4) Hiburan, televisi memberikan tayangan acara yang bersifat
menghibur yang tujuannya untuk mengurangi ketegangan fikiran
khalayak. 27
Televisi memiliki beberapa fungsi, yakni: informasi,
pendidikan, mennghibur, dan mempengaruhi. Fungsi utama televisi
adalah masyarakat dapat memperoleh berbagai macaminformasi secara
luas dan waktu yang cepat. Namun, yang sering di tonjolkan adalah
sebagai sarana hiburan (entertainment) sehingga televisi merupakan media yang mengutamakan hiburan selanjutnya adalah memperoleh
informasi.28
c. Karakteristik Televisi
Adapun televisi memiliki beberapa karakteristik, yaitu: audio
visual, berfikir dalam gambar, dan pengoperasian lebih kompleks.
Dimana karakterikstik televisi audio visual yang bisa di lihat dan
didengar, maka acaranya harus selalu dilengkapi dengan
gambar-gambar dan lain-lain. Televisi yang menyampaikan informasi,
pendidikan atau persuasi yang dilakukan dengan berfikir dalam
27
Ardianto Elvinaro dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), hal. 15-17.
28
43
gambar. Televisi pengoprasiannya lebih kompleks dan lebih banyak
melibatkan orang, dibandingkan surat kabar, majalah, dan radio.29
d. Kemasan Pesan Televisi
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengemas
pesan dan penyampaiannya, yaitu: pemirsa, waktu, durasi, dan format
(penyajian). Penyajian pesan dalam acara yang ditayangkan kepada
pemirsa berkaitan dengan materi pesan dan jam tayang, pesan harus
disesuaikan dengan sasaran pemirsanya. Kelompok pemirsa
digolongkan menjadi pemirsa anak-anak, remaja, semua umur, dan
dewasa. Waktu juga di sesuaikan dengan minat dan kebiasaan
pemirsanya. 30
5. Sinetron
Dalam media televisi memiliki beragam jenis program yang
jumlahnya sangat banyak, pada dasarnya progrm apa saja bisa
ditayngkan di televisi selama program itu menarik, di sukai audien,
tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan yang
berlaku. Jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
program informasi (berita), dan program hiburan (entertaiment). Dari beragamnya program yang di tayangkan televisi banyak audien yang
menyukai program hiburan (entertainment), program hiburan merupakan segala bentuk siaran yang bertujuan menghibur audien
dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program kategori
hiburan ialah drama, permainan (game), musik, dan pertunjukan.
29
Ardianto Elvinaro dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), hal. 137-140.
30
44
Dalam televisi program drama adalah sinema elektronik
(sinetron), dan film. Sinetron merupakan penggabungan dari kata
sinema dan elektronika. Elektronika di sini tidak semata mengacu pada
pita kaset yang proses perekamannya berdasar pada kaidah-kaidah
elektronik. Elektronika dalam sinetron itu lebih mengacu pada
mediumnya, yaitu televisi atau visual, yang merupakan medium
elektronik selain siaran radion31.
Sinetron disebut juga sama dengan televisi play atau teledrama,
atau sama dengan sandiwara televisi. Inti persamaannya adalah
sama-sama ditayangkan di media audio visual yang disebut dengan televisi.
Oleh sebab itu sinetron dalam penerapannya tidak jauh berbeda dengan
film layar putih (layar lebar). Demikian juga tahapan penulisan dan
format naskah, yang berbeda hanyalah film layar putih menggunakan
kamera optik, bahan soleloid dan medium sajiannya menggunakan
proyektor dan layar putih di gedung bioskop. Sedangkan sinetron
menggunakan kamera elektronik dengan video rekord dan vita di
dalam kaset sebagai bahannya, dan penayangannya melalui medium
televisi.32
Di negara lain disebut dengan opera sabun (soap opera atau daytime serial), namun di Indonesia lebih populer dengan sebutan sinetron. Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari
berbagai tokoh secara bersamaan, masing-masing tokoh memiliki alur
cerita mereka sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu
31
Veven Sp Wardhana, Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya Massa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hal. 01.
32
45
kesimpulan. Akhir cerita sinetron cenderung selalu terbuka dan sering
kali tanpa penyelesaian (open-ended), cerita cenderung dibuat berpanjang-panjang selama masih ada audien yang menyukainya.
Penayangan sinetron biasanya terbagi dalam beberapa episode.
Sinetron yang memiliki episode terbatas disebut miniseri, episode
miniseri merupakan bagian dari cerita keseluruhan 33
Sinetron memiliki berbagai jenis tema cerita yang tayangkan di
televisi, yaitu:
1) Keluarga berada. Tema ini datang dari pandangan, bahwa konflik
yang terjadi dalam suatu keluarga berasal dari kebencian
mendalam yang berlarut-larut.
2) Religius. Biasanya berpusat pada cerita sinetron yang dianggap
terlalu mendogmakan ajaran agama, daripada pesan-pesan moral
yang lebih mengena dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mistis. Memuat cerita kental dengan unsur mistis, dan
mengabaikan logika penonton.
4) Tidak logis. Banyak dijumpai di cerita sinetron yang tidak masuk
akal, baik dari tokoh atau alur cerita.34
33
Morissan, M.A, Manajemen Media Penyiaran (Kencana, 2008), hal. 223-224.
34
46
B. Kajian Teori
1. Teori Konstruktivisme
Dalam sebuah framing yang menganalisa sebuah media dibutuhkan
teori yang berkaitan dengan mengetahui bagaimana realitas yang dibingkai
oleh media. Dalam penelitian ini digunakan teori konstruktivisme dan teori
agenda setting.
Teori konstruktivisme (constructivism) menyatakan bahwa individu melakukann interprestasi dan bertindak menurut berbagai
kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas
tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar tetapi harus
disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu. Teori konstuktivisme dibangun berdasarkan teori yang ada
sebelumnya yaitu: “konstruksi pribadi” atau “konstruksi personal” yang
menyatakan bahwa orang memahami pengalamannya dengan cara
mengelompokkan berbagai peristiwa menurut kesamaannya, dan
membedakan berbagai hal melalui perbedaannya35.
Paradigma ini hampir merupakan antithesis terhadap paham yang
menempatkan pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam menemukan
suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Secara tegas paham ini menyatakan
bahwa positivism dan post positivisme keliru dalam mengungkap realitas
dunia dan harus ditinggalkan dan digantikan oleh paham yang bersifat
konstruktif. Secara ontologi, aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada
35
47
dalam bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman sosial,
bersifat local dan spesifik, serta tergantung pada pihak yang
melakukannya. Karena itu, realitas yang diamati seseorang tidak bisa
digeneralisasikan kepada semua orang sebagaimana yang biasa dilakukan
di golongan positivis atau post positivis. Atas dasar filosofis ini, aliran ini
menyatakan bahwa hubungan epistimologis antara pengamat dan obyek
merupakan satu kesatuan, subyektif dan merupakan hasil perpaduan
interaksi di antara keduanya.
Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode hermeneutika
dan dialektika dalam proses mencapai kebenaran. Metode pertama yang
dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau konstruksi pendapat per
orang, sedangkan metode kedua mencoba untuk membandingkan dan
menyilangkan pendapat orang per orang yang diperoleh melalui metode
pertama, untuk memperoleh suatu kosensus kebenaran yang disepakati
bersama. Dengan demikian, hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan
perpaduan pendapat yang bersifat relative, subyektif dan spesifik
mengenai hal-hal tertentu.36
Kemunculan paradigma konstruktivisme melalui proses yang
cukup lama, setelah sekian generasi ilmuan memegang teguh positivism
selama berabad-abad. Aliran ini muncul setelah sejumlah ilmuan menolak
prinsip dasar positivism, yaitu:
1) ilmu merupakan upaya mengungkap realitas
36