SYARAT BELAJAR MENURUT SHAIKH AZ-ZARNUJI DAN
MENURUT HADITS NABI MUHAMMAD SAW
SKRIPSI
Oleh:
KHORIAL ROBANY NIM. D01212022
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Khorial Robany (D01212022), Syarat Belajar Menurut Shaikh Az-Zarnuji Dan Menurut Hadits Nabi Muhammad SAW, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Keyword: Syarat Belajar, Shaikh Az-Zarnuji, Hadits Nabi Muhammad SAW.
Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah bagaimana syarat belajar menurut shaikh az-Zarnuji dan menurut hadits nabi Muhammad SAW, bagaimana pendapat shaikh az-Zarnuji tentang syarat belajar dan bagaimana hadits nabi Muhammad SAW dalam mengiringi syarat belajar.
Pelaksanaan penelitian pada skripsi ini dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research), sedangkan fokus penelitiannya adalah syarat belajar menurut shaikh az-Zarnuji dan menurut hadits nabi Muhammad SAW yang membahas tentang enam syarat peserta didik dalam mencari ilmu dan hadits-hadits yang mengiringi syarat-syarat tersebut. Dalam pengolahan data, penulis menggunakan metode tematik (maudhu’i).
Hasil analisis tentang syarat belajar menurut shaikh az-Zarnuji dan menurut hadits nabi Muhammad SAW setelah diadakan kajian penelitian menunjukkan bahwa enam syarat peserta didik dalam mencari ilmu, meliputi: Cerdas; peserta didik dianjurkan mengasah kecerdasan di bidang intelektual, emosional dan spiritual. Semangat; peserta didik tidak kenal sifat putus asa, menyerah dan goyah dalam mencari ilmu. Sabar; peserta didik dalam menuntut ilmu harus bisa menghadapi segala cobaan. Biaya; para peserta didik harus mengeluarkan harta untuk memenuhi kebutuhannya dalam mencari ilmu. Petunjuk guru; dalam menuntut ilmu diperlukan guru yang mendampingi peserta didik agar berhasil dalam mencari ilmu. Waktu yang lama; peserta didik dalam mencari ilmu harus secara bertahap, karena ilmu tidak bisa didapatkan secara mudah dan cepat.
Berdasarkan dari hasil analisis kajian skripsi ini, maka dapat penulis simpulkan bahwa peserta didik harus menempuh enam persyaratan tersebut dalam mencari ilmu. Sebab enam syarat tersebut saling berkaitan dan harus dipenuhi semuanya. Jika memiliki sifat cerdas namun tidak semangat, maka peserta didik tergolong pemalas dalam mencari ilmu. Jika mampu memiliki kecerdasan dan semangat, namun tidak memiliki sifat sabar, maka akan mudah marah dalam menghadapi segala ujian. Jika memiliki kecerdasan, semangat dan sabar, namun tidak memiliki biaya, maka tidak akan dapat menempuh pendidikan. dan proses pendidikan membutuhkan waktu yang lama, yakni secara bertahap. Sedangkan hadits yang mengiringi enam syarat tersebut guna sebagai landasan dan menjadi sumber hukum agar peserta didik tidak perlu merasa ragu dan bimbang dalam menjalani enam syarat yang telah dianjurkan shaikh az-Zarnuji dalam kitab
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 10
C.Tujuan Penelitian ... 10
D.Kegunaan Penelitian ... 11
E. Penelitian Terdahulu ... 11
F. Definisi Operasional ... 12
G.Metodologi Penelitian ... 18
BAB II PEMIKIRAN SHAIKH AZ-ZARNUJI
A.Biografi Shaikh Az-Zarnuji ... 23
B.Latar Belakang Pendidikan Az-Zarnuji ... 26
C.Hasil Karya Shaikh Az-Zarnuji ... 30
D.Konsep Pendidikan Menurut Shaikh Az-Zarnuji ... 33
E. Syarat Belajar Menurut Shaikh Az-Zarnuji ... 37
1. Cerdas ... 39
2. Semangat ... 44
3. Sabar ... 51
4. Biaya ... 57
5. Petunjuk Guru ... 61
6. Waktu Yang Lama ... 67
BAB III HADITS-HADITS YANG MENGIRINGI PEMIKIRAN SHAIKH AZ-ZARNUJI TENTANG SYARAT BELAJAR A. Hadits Pertama Yang Mengiringi Syarat Pertama (Cerdas) ... 71
B. Hadits Kedua Yang Mengiringi Syarat Kedua (Semangat) ... 79
C. Hadits Ketiga Yang Mengiringi Syarat Ketiga (Sabar) ... 88
D. Hadits Keempat Yang Mengiringi Syarat Keempat (Biaya) ... 97
F. Hadits Keenam Yang Mengiringi Syarat Keenam (Waktu Yang Lama) ... 113
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
A. Hubungan Syarat Pertama (Cerdas) Dengan Hadits Yang Mengiringinya ... 125 B. Hubungan Syarat Kedua (Semangat) Dengan Hadits Yang
Mengiringinya ... 132 C. Hubungan Syarat Ketiga (Sabar) Dengan Hadits Yang Mengiringinya
... 139 D. Hubungan Syarat Keempat (Biaya) Dengan Hadits Yang
Mengiringinya ... 147
E. Hubungan Syarat Kelima (Petunjuk Guru) Dengan Hadits Yang Mengiringinya ... 153 F. Hubungan Syarat Keenam (Waktu Yang Panjang) Dengan Hadits
Yang Mengiringinya ... 161
BAB V PENUTUP
Kesimpulan ... 167
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PERNYATAAN KEABSAHAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk
ciptaan Allah yang lain. Kesempurnaan manusia dibandingkan dengan
makhluk lainnya tersebut adalah dengan dengan pemberian akal pikiran
dalam penciptaannya. Akal inilah yang dapat membedakan manusia dari
makhluk lainnya.
Dengan akal itu Allah SWT telah memuliakan manusia, mengangkat
derajatnya dengan derajat yang tinggi. Akal adalah alat untuk berpikir, Allah
SWT menjadikan akal sebagai sumber tempat bermula dan dasar dari ilmu
pengetahuan. Imam Ghazali mengatakan sebagaimana dikutip oleh Wahbah
Az-Zuhaili, penyebutan kata yang terkait dengan “al-„aqlu” dalam Al-Qur‟an
sedikitnya ada lima puluh kali dan penyebutan „Uulin-nuhaa‟ sebanyak dua
kali.1
Allah SWT berfirman dalam al-Quran surat al-Jatsiyah ayat 3-5:
1
2
3. Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman.
4. dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini,
5. dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal..2
Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam setiap ciptaan Allah
terdapat ilmu pengetahuan yang akan menunjukkan tanda-tanda Kebesaran
Allah kepada manusia. Untuk menggali dan mendapatkan pengetahuan itu
manusia harus menggunakan akal pikiran yang telah dianugerahkan
kepadanya. Dalam hal ini wahyu dan akal saling mendukung dan melengkapi
untuk mendapatkan tanda-tanda Kekuasaan Allah.
Agama Islam datang dengan memuliakan sekaligus mengaktifkan
kerja akal serta menuntutnya kearah pemikiran Islam yang rahmatun
lil’alamin.3
Manusia harus dapat menggunakan kecerdasan yang dimilikinya
untuk kesejahteraan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.
Akal sebagai dasar dari ilmu pengetahuan memberikan kemampuan
kepada manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk dan
dapat memberikan argumen tentang kepercayaan dan keberagamaannya.
2
Al-Qur‟an Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), h.1004
3
3
Dengan kemampuan akal untuk berpikir ini manusia mampu menentukan
pilihan yang terbaik untuk dirinya dan agamanya.
Islam juga meluaskan cakrawala manusia mengenai potensi
intelektual, psikologis dan unsur-unsur penting penghidupan lainnya.4 Islam
mengajarkan manusia untuk menggunakan kemampuan berpikirnya untuk
menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan menggunakan
akal yang dimilikinya manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan.
Manusia harus terus menimba ilmu karena ilmu terus berkembang
mengikuti zaman. Apabila manusia tidak mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, niscaya pandangannya akan sempit yang berakibat lemahnya
daya juang menghadapi jalan kehidupan yang cepat ini.
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap Ilmu (sains). Al-Qur‟an dan al-Sunah mengajak
kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta
menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.5
Allah SWT telah menjanjikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan.
Allah SWT berfirman di dalam al-Qur‟an surat al-Mujadalah ayat 11:
4
Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif, Pendekatan al-Qur’an &Sains, (Jakarta: Gema Insani Press , 1997), h.36
5
4
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. .(al-Mujadalah 11)6
Menurut al-Maraghi, tafsir dari ayat ini adalah bahwa Allah meninggikan orang-orang yang mukmin dengan mengikuti perintah-Nya dan
perintah Rosul, khususnya orang-orang yang berilmu di antara mereka
beberapa derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat keridlaan.7 Ayat
tersebut menunjukkan betapa Allah SWT sangat memuliakan orang-orang
yang berilmu pengetahuan. Ayat tersebut juga memberikan gambaran kepada
manusia mengenai kedudukan ilmu pengetahuan, sebagai bekal baik dalam
kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Belajar dari penjelasan dan uraian dari beberapa ayat diatas, mengenai
tentang tingginya kedudukan ilmu pengetahuan. Bahwa untuk memperoleh
ilmu pengetahuan tersebut tentunya diperlukan jalan bagi setiap penuntut
ilmu atau peserta didik. Dikarenakan proses pendidikan seseorang
menentukan banyak terhadap hasil yang diperoleh, untuk mencapai sesuatu
6
Al-Qur’an Terjemah, Ibid., h.1112
7
5
yang baik serta memperoleh sesuatu tujuan yang diinginkan, tentulah harus
dengan jalan yang tepat serta terarah.
Dalam hal ini, penulis ingin mengkaji kitab ta‟lim al-muta‟allim karya
syekh az-zarnuji yang sampai saat ini masih berpengaruh di pondok pesantren
salafiyah dan masih dijadikan rujukan dalam menuntut ilmu. Karya shaikh
az-zarnuji ini ditulis berdasarkan atas keprihatinan terhadap banyak peserta
didik yang telah berupaya belajar tetapi tidak mendapatkan hasil yang
maksimal. Yang akan dikaji oleh penulis dalam kitab ini mengenai syarat
belajar.
Hal ini tertuang dalam sebuah syair arab yang terdapat pada kitab
ta‟lim al-muta‟allim, yang berbunyi:
ََ ت ََ َََأ
ٍناَيَ بِب اَهِعْوُمْجَم ْنَع َكْيِبْنُأَس ٍةتِسِبَِإ َمْلِعلْا ُلا
ٍناَمَز ِلْوُطَو ٍذاَتْسُأ ِداَشْرِإَو ٍةَغْلُ بَو ٍراَبِطْصاَو ٍصْرِحَو ٍءاَكُذ
Pendapat syekh az-zarnuji menyatakan bahwa seorang murid dalam
menuntut ilmu hendaknya memiliki 6 persyaratan:
1. Memiliki sikap cerdas.
2. Semangat.
3. Sabar.
4. Biaya.
5. Mendapatkan petunjuk dari guru.
6
Untuk selanjutnya, penulis juga mengkaji hadits-hadits Nabi
Muhammad SAW mengenai syarat belajar yang mengiringi setiap
persyaratan seorang murid dalam mencari ilmu yang telah tertuang dalam
sebuah syair arab yang terdapat pada kitab ta‟lim al-muta‟allim tersebut.
Hadits pertama yang mengiringi syarat pertama (cerdas) untuk peserta didik dalam menuntut ilmu adalah sebagai berikut:8
اََ ثدَحَو
ُدْبَع
ِللا
ُنْب
ِدْبَع
ِنَمْحرلا
اَنَرَ بْخَأ
وُرْمَع
ُنْب
ٍنْوَع
اَنَرَ بْخَأ
ُنْبا
ِكَراَبُمْلا
ْنَع
ىِبَأ
ِرْكَب
ِنْب
ىِبَأ
َمَيْرَم
ْنَع
َةَرْمَض
ِنْب
ٍبيِبَح
ْنَع
ِدادَش
ِنْب
ٍسْوَأ
ِنَع
ىِب لا
ىلص
ها
يلع
ملسو
َلاَق
:
ُس يَكْلا
ْنَم
َناَد
َُسْفَ ن
َلِمَعَو
اَمِل
َدْعَ ب
ِتْوَمْلا
ُزِجاَعْلاَو
ْنَم
َعَبْ تَأ
َُسْفَ ن
اَاَوَ
ى َمَتَو
ىَلَع
ِللا
.
َيذمرتلا : اورُ
Artinya:
Abdullah bin Abdurrahman telah menceritakan kepada kami, „Amru
bin „Aun telah mengkhabari kepada kami, ibnu Al-Mubarok telah
mengkhabari kepada kami dari Abi Bakr bin Abi Maryam dari Dhamrah bin Habib dari Syaddad bin Aus dari Nabi Muhammad SAW. Bersabda: Orang yang cerdas adalah orang yang menahan dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya, tetapi ia mengharapkan berbagai harapan kepada Allah.
Hadits kedua yang mengiringi syarat kedua (semangat) untuk peserta didik dalam menuntut ilmu adalah sebagai berikut:9
ىَِثدَح
ىَيْحَي
ُنْب
َبويَأ
ُةَبْيَ تُ قَو
ُنْباَو
ٍرْجُح
اًعيِمَج
ْنَع
َليِعاَمْسِإ
ِنْب
ٍرَفْعَج
َلاَق
ُنْبا
َبويَأ
اََ ثدَح
ُليِعاَمْسِإ
َلاَق
ىِنَرَ بْخَأ
ُءَاَعْلا
ْنَع
ِيِبَأ
ْنَع
ىِبَأ
َةَرْ يَرُ
نَأ
َلوُسَر
8Muhammad Bin „Isa Bin Saurah Bin Musa Bin Al
-Dhahak, Sunan At-Tirmidzi, (Beirut:
Dar Ihya‟ al-Turats al-Arabi)., jus 9 h. 337. CD Shoftware Maktabah Shamilah.
9
7
ِللا
ىلص
ها
يلع
ملسو
َلاَق
اوُرِداَب
ِلاَمْعَأاِب
اًَ تِف
ِعَطِقَك
ِلْيللا
ِمِلْظُمْلا
ُحِبْصُي
ُلُجرلا
اًِمْؤُم
ىِسْمُيَو
اًرِفاَك
ْوَأ
ىِسْمُي
اًِمْؤُم
ُحِبْصُيَو
اًرِفاَك
ُعيِبَي
َُيِد
ٍضَرَعِب
َنِم
اَيْ ندلا
.
: اورُ
ملسم
َ
Artinya:Telah menceritakan kepada saya Yahya bin Ayyub dan Qutaibah dan
Ibnu Hajar yang semuanya dari Isma‟il bin Ja‟far. Ibnu Ayyub berkata Isma‟il
telah menceritakan kepada kami, Isma‟il berkata Al-„Alaa‟ telah mengkhabari
kepada saya dari bapaknya dari Abi Hurairah bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Bersegeralah kalian untuk mengerjakan amal-amal karena akan terjadi bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita, yaitu seseorang pada waktu pagi dia beriman, tetapi pada waktu sore dia kafir, atau sebaliknya, dia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.
Hadits ketiga yang mengiringi syarat ketiga (sabar) untuk peserta didik dalam menuntut ilmu adalah sebagai berikut:10
اََ ثدَح
ُناَمْيَلُس
اََ ثدَح
ٌتِباَث
ْنَع
ِدْبَع
ِنَمْحرلا
ِنْب
ىِبَأ
ىَلْ يَل
ْنَع
ٍبْيَهُص
َلاَق
َلاَق
ُلوُسَر
ِللا
ىلص
ها
يلع
ملسو
اًبَجَع
ِرْمَأ
ِنِمْؤُمْلا
نِإ
َُرْمَأ
ُلُك
ٌرْ يَخ
َسْيَلَو
َكاَذ
ٍدَحَأ
َِإ
ِنِمْؤُمْلِل
ْنِإ
ُْتَ باَصَأ
ُءارَس
َرَكَش
َناَكَف
اًرْ يَخ
َُل
ْنِإَو
ُْتَ باَصَأ
ُءارَض
َرَ بَص
َناَكَف
اًرْ يَخ
َُل
.
: اورُ
ملسم
َ
Artinya:Sulaiman telah menceritakan kepada kami, Tsabit telah menceritakan kepada kami dari Abdurrahman bin Abi Layla dari Shuhaib. Dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Sangat menakjubkan bagi seorang mukmin, karena segala urusannya adalah sangat baik baginya, dan itu hanya terjadi pada diri orang yang beriman,. Apabila mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka yang demikian itu sangat baik, sangat baik baginya dan apabilaia ditimpa kesusahan ia sabar, maka yang demikian itu sangat baik baginya.
10
8
Hadits keempat yang mengiringi syarat keempat (biaya) untuk peserta didik dalam menuntut ilmu adalah sebagai berikut:11
اََ ثدَح
ىِدْيَمُحْلا
َلاَق
اََ ثدَح
ُناَيْفُس
َلاَق
ىَِثدَح
ُليِعاَمْسِإ
ُنْب
ىِبَأ
ٍدِلاَخ
ىَلَع
ِرْيَغ
اَم
ُاََ ثدَح
ىِرْزلا
َلاَق
ُتْعِمَس
َسْيَ ق
َنْب
ىِبَأ
ٍمِزاَح
َلاَق
ُتْعِمَس
َدْبَع
ِللا
َنْب
ٍدوُعْسَم
َلاَق
َلاَق
ىِب لا
ىلص
ها
يلع
ملسو
ََ
َدَسَح
َِإ
ىِف
ِنْيَ تَْ ثا
ٌلُجَر
ُاَتآ
ُللا
ًَاَم
َط لُسَف
ىَلَع
ِِتَكَلَ
ىِف
قَحْلا
،
ٌلُجَرَو
ُاَتآ
ُللا
َةَمْكِحْلا
،
َوْهَ ف
ىِضْقَ ي
اَهِب
اَهُم لَعُ يَو
.
ُ
اور
:
لا
يراخب
َ
Artinya:AL-Humaidiyyu telah menceritakan kepada kami, dia berkata, Sufyan telah menceritakan kepada kami, dia berkata, Isma‟il bin Abi Khalid telah menceritakan kepada saya atas selian itu, Az-zuhri telah menceritakan kepada kami, dia berkata, aku mendengar Qois bin Abi Hazim, dia berkata, aku
mendengar Abdullah bin Mas‟ud, dia berkata, Nabi Muhammad SAW
bersabda: Tidak ada iri hati (yang diperbolehkan) kecuali terhadap dua perkara, yakni: Seseorang yang diberi Allah berupa harta lalu dibelanjakanannya pada sasaran yang benar, dan seseorang yang diberi Allah berupa ilmu dan kebijaksanaan lalu ia menunaikannya dan mengajarkannya.
Hadits kelima yang mengiringi syarat kelima (petunjuk guru) untuk peserta didik dalam menuntut ilmu adalah sebagai berikut:12
:َاعوفرمُ ع ها يضر ةرير يبأ نع كلام ةاور يف بيطخلا جرخأو
اومد تف وصعتَو اودشرت لقاعلا اودشرتسا
Al-Khatib mentakhrij hadits marfu‟ dalam periwayatan Malik dari Abu Hurairah: Mintalah pentunjuk dari cerdik cendikia, maka kamu akan benar, dan jangan kamu menyelisihi, maka kamu akan menyesal.
11Muhammad Bin Isma‟il Abu „Abdi Allah Al
-Bukhari Al-Ju‟fi, Sahih Bukhari, (Beirut: Dar Ibnu Katsir al-Yamamah, 1987), juz 1 h. 141. CD Shoftware Maktabah Shamilah.
12
Al-Imam Al-Hafidz Zain Al-Din „Abd Al-Rauf Al-Manawi, Al-Taisir bi Syarhi
9
Hadits keenam yang mengiringi syarat keenam (waktu yang panjang) untuk peserta didik dalam menuntut ilmu adalah sebagai berikut:13
اََ ثدَح
ُرَمُع
ُنْب
ٍصْفَح
ىِناَبْيشلا
ىِرْصَبْلا
اََ ثدَح
ُدْبَع
ِللا
ُنْب
ٍبْ َو
ْنَع
وِرْمَع
ِنْب
ِثِراَحْلا
ْنَع
ٍجارَد
ْنَع
ىِبَأ
ِمَثْيَهْلا
ْنَع
ىِبَأ
ٍديِعَس
ىِرْدُخْلا
ْنَع
ِلوُسَر
ِللا
ىلص
ها
يلع
ملسو
َلاَق
ْنَل
َعَبْشَي
ُنِمْؤُمْلا
ْنِم
ٍرْيَخ
ُُعَمْسَي
ىتَح
َنوُكَي
ُاَهَ تُْم
ُة َجْلا
.
: اورُ
يذمرتلا
َ
Artinya:Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafs Asy Syaibani Al Bashri telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahab dari 'Amru bin Al Harits dari Darraj dari Abul Haitsam dari Abu Sa'id Al Khudri dari Rasulullah SAW beliau bersabda: Seorang mukmin tidak akan merasa kenyang dengan kebaikan yang dia dengar sehingga akhir kesudahannya adalah surga.
Oleh karena itu, berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka
merupakan suatu alasan yang mendasar mengapa penulis membahas
permasalahan tersebut dalam penelitian yang berjudul “Syarat Belajar
Menurut Shaikh Az-Zarnuji Dan Menurut Hadits Nabi Muhammad SAW.”
13Muhammad Bin „Isa Bin Saurah Bin Musa Bin Al
-Dhahak, Sunan At-Tirmidzi,Ibid, juz
10
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
penulis mencoba untuk menyajikan rumusan masalah yang dapat mendukung
diangkatnya judul penelitian ini.
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Syarat Belajar Menurut Shaikh az-Zarnuji?
2. Bagaimana Syarat Belajar Menurut Hadits Nabi Muhammad SAW?
3. Bagaimana Syarat Belajar Menurut Shaikh Az-Zarnuji Dan Menurut
Hadits Nabi Muhammad SAW?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan
penyusunan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui Syarat Belajar Menurut Shaikh Az-Zarnuji.
2. Untuk mengetahui Syarat Belajar Menurut Hadits Nabi Muhammad SAW.
3. Untuk mengetahui hubungan Syarat Belajar Menurut Shaikh Az-Zarnuji
11
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari pembahasan skripsi ini diharapkan berguna untuk:
1. Bahan pengalaman bagi penulis dalam penyusunan karya tulis dan
sekaligus sebagai sumbangan pemikiran dalam meningkatkan mutu peserta
didik.
2. Bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengadakan penelitian
yang berkaitan dengan syarat belajar.
3. Informasi bagi pembaca dalam rangka meningkatkan peranannya untuk
memotivasi belajar siswa guna mencapai prestasi yang baik.
E. Penelitian Terdahulu
Beberapa contoh hasil penelitian yang temanya sama atau kemiripan
objek kajian dengan judul skripsi ini, antara lain adalah;
1. Ita‟ Harits Unni‟mah mahasiswa jurusan pendidikan agama islam fakultas
ilmu tarbiyah dan keguruan institut agama islam negeri sunan ampel
surabaya 2014. Skripsinya berjudul Konsep Etika Peserta Didik dalam
Pendidikan Islam Menurut KH. M. Hasyim Asy‟ari (Studi Kitab Adab
Al-„Alim Wa Al-Muta’allim).
2. Dzurrotun Nasicha mahasiswa jurusan pendidikan agama islam fakultas
ilmu tarbiyah dan keguruan institut agama islam negeri sunan ampel
surabaya 2014. Skripsinya berjudul Perkembangan Peserta Didik Dalam
12
Dilihat dari pokok pembahasannya, kedua skripsi diatas memiliki
kajian yang sama yakni terkait dengan peserta didik. Namun, dalam skripsi
penulis ini pembahasan lebih fokus mengkaji tentang syarat belajar yang
berlandaskan pada pandangan Shaikh Az-Zarnuji dan hadits Nabi
Muhammad SAW.
F. Definisi Operasional
Demi mempermudah dalam memahami judul skripsi ini dan
mengetahui arah dan tujuan pembahasan skiripsi ini, maka berikut ini akan
dipaparkan definisi operasional sebagai berikut:
1. Syarat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia–KBBI,14 Syarat mempunyai arti tuntutan atau permintaan yang harus dipenuhi. Sedangkan yang dimaksud
syarat dalam penelitian ini adalah peraturan atau petunjuk yang harus
dilakukan dalam menyampaikan maksud.
2. Belajar
Belajar adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang memerlukan
adanya motivasi untuk mencapai tujuan. Semakin tinggi motivasi yang
didapat siswa maka semakin tinggi pula keberhasilan yang akan dicapai.15
Belajar menurut Effendi secara singkat diartikan sebagai suatu proses
perubahan keseluruhan tingkah laku yang meliputi aspek kognitif, afektif,
psikomotorik, yang terjadi antara integral. Seseorang siswa yanng telah
melakukan kegiatan belajar mengalami perubahan dalam hal ketrampilan,
14
Dinas P& K ,Kams Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta : Balai Pustaka , 2003), h. 959
15
13
pengetahuan, kebiasaan, apresasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis,
(budi pekerti), sikap. Perubahan-perubahan ini diperoleh siswa melalui
interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya.16
Tidak berbeda dengan kegiatan lainnya, kegiatan belajar ini juga
mempunyai tujuan. Adapun tujuan belajar menurut Winama Surakhmad
adalah : (1). Pengumpulan pengetahuan, (2). Penamaan konsep dan
kecekatan, serta (3). Bentuk sikap dan perbuatan. Dari tujuan di atas tampak
dalam belajar tidak hanya mengembangkan aspsek kognitif saja tapi
aspek-aspek lain juga, seperti efektif dan psikomotorik.17
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa syarat belajar adalah
tuntutan yang harus dijalani dalam proses mencari ilmu. Dalam pendidikan,
hak-hak peserta didik haruslah lebih dikedepankan atau diutamakan seperti
hak mereka untuk mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan keinginan
mereka, hak mereka untuk mengembangkan potenti-potensi yang ada pada
mereka, dimana itu semua dalam rangka mempersiapkan mereka menjadi
manusia yang dewasa.
Selain hak-hak tersebut, peserta didik juga memiliki kewajiban yang
harus mereka jalani. Sebagai peserta didik juga harus memahami
kewajibannya. Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau
dilaksanakan oleh peserta didik.
Adapun kewajiban peserta didik yang dimaksud oleh penulis adalah
kajian tentang macam-macam persyaratan dalam mencari ilmu menurut
16
Usman Effendy. Pengantar Psikologi, (Bandung : Angkasa. 1985), h. 43
17
14
pandangan Shaikh Az-Zarnuji dalam kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim dan hadits
Nabi Muhammad SAW.
3. Shaikh Az-Zarnuji
Shaikh az-zarnuji adalah orang yang diyakini sebagai satu-satunya
pengarang kitab ta‟lim al-muta‟allim akan tetapi nama beliau tidak begitu
dikenal dari apa yang ditulisnya. Sedangkan berkaitan pertanyaan dimana
az-zarnuji hidup, Van Grunebaum dan Abel memberikan informasi sebagaimana
dikutip oleh Maemonah dalam tesisnya,18
mereka berpendapat bahwa
az-zarnuji adalah seorang sarjana muslim yang hidup di persia. Lebih lanjut dia
mengatakan bahwa az-zarnuji ahli hukum dari sekolah Imam Hanafi yang ada
di Khurasan dan Transoxiana.
Nama az-zarnuji diambil berdasar pada daerah darimana ia berasal
yaitu daerah Zarand.19
Zarand adalah salah satu daerah di wilayah Persia yang
pernah menjadi ibukota Sidjistan yang terletak di sebelah selatan Heart.
Mengenai kelahiran az-zarnuji hanya dapat diperkirakan lahir pada sekitar
tahun 570 H.20
Sedangkan wafatnya sekitar tahun 620 H.21
Atau dalam kata
lain az-zarnuji hidup pada seperempat akhir abad ke-6 sampai pada dua
pertiga dari abad ke-7 H.
18
Muchtar Affandi dalam Maemonah, Reward And Punishment sebagai Metode
Pendidikan Anak Menurut Ulama’ Klasik (Study Pemikiran Ibnu Maskawaih al-Ghazali dan az-Zarnuji) (Semarang: Tesis program Pasca Sarjana IAIN Walisongo 2009), h. 52
19
Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Seri Kajian Kajian Filsafat Pendidikan Islam), Cet. 2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 104
20
Imam Ghazali Said.. Ta’limul Muta’allim Thariqut Ta’allum, (Surabaya: Diyantama, 1997), h. 19
21
15
4. Hadits
Hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan dari kata al-qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada
orang lain. Kata jamaknya ialah al-ahadits.22
Secara terminologis, menurut para ulama, hadits adalah:23
يب لا يلإ َفْيِضُأ اَم
ىلص
ملسو يلع ها
ٍفْصَو وأ ٍرْيِرْقَ ت وأ ٍلعِف وأ ٍلوَق ْنِم
يِقُلُخ وأ ٍيِقْلَخ وأ
Artinya: segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW baik ucapan, perbuaan ketetapan, sifat diri atau sifat pribadinya.
5. Nabi Muhammad Saw
Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting
dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya
ataupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai
menghubungkan Yaman di Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya
Ka‟bah di tengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Di dalamnya
terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab pada masa itu mencerminkan
realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.24
Nabi Muhammad dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah
pada hari senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari
22
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hadits, Cet. Ke-1, (Surabaya: IAIN sunan Ampel PRESS 2011). h,. 1
23
Nuruddin „Itr, Ulumul Hadits (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2012) h. 14
24
16
Peristiwa Gajah. Maka tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan
demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi
(Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerang Kota Mekah untuk
menghancurkan Ka‟bah. Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April
tahun 571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad
Sulaiman Al-manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud Pasha.25
Nabi Muhammad adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang
kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang
jabatan siqayah. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala
suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab
dari bani Zuhrah. Muhammad SAW. Nabi terakhir ini dilahirkan dalam
keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia tiga bulan setelah dia
menikahi Aminah.26
Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat
ditemukan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur‟an dengan tegas
menyatakan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh
setiap dan semua nabi terdahulu, yang melalui mereka perjanjian telah dibuat
dengan umat mereka masing-masing bahwa mereka harus menerima atas
kerasulan Muhammad SAW nanti.27
Seperti dalam QS. Ali „Imran ayat 81:
25
Nayla Putri, et al., Sirah Nabawiyah. (Bandung: CV. Pustaka Islamika, 2008), h. 71
26
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1990, cet. 12), h. 49
27
17
81. dan (ingatlah), ketika Allah mengambil Perjanjian dari Para nabi: "Sungguh, apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan Hikmah kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai Para Nabi) dan aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".
Jadi, dari definisi hadits, dapat diuraikan menjadi 2 kategori, yaitu:
1. Ucapan Nabi Muhammad SAW dan 2. Perbuatan nabi Muhammad SAW.
1. Ucapan Nabi Muhammad SAW.
Segala bentuk kalimat yang disampaikan Nabi Muhammad SAW adalah
termasuk hadits. Baik berupa sebuah nasihat, perintah dan larangan.
2. Perbuatan Nabi Muhammad SAW.
Ketetapan dan sifat nabi masuk ke dalam kategori perbuatan Nabi
Muhammad SAW. Dikarenakan, ketetapan dan sifat Nabi tidak lepas dari
tindakan-tindakan Nabi yang pernah dilihat oleh para sahabat nabi
kemudian disampaikannya. Sehingga segala bentuk ucapan yang
disampaikan para sahabat mengenai perbuatan, ketetapan dan sifat Nabi
Muhammad SAW maka dinamakan hadits. Jika yang disampaikan para
18
Muhammad SAW maka bukan dinamakan hadits, akan tetapi disebut atsar
sahabat.
G. Metodologi Penelitian
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran.28
Oleh karena itu, untuk
memperoleh hasil penelitian yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, maka seorang peneliti harus dapat memahami dan
menggunakan cara yang benar dalam penelitian tersebut.
Berikut metodologi penelitian yang digunakan penulis yang meliputi
jenis penelitian dan pendekatan penelitian dan jenis penelitian, sumber data,
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah
pendekatan deskriptif karena data yang dihasilkan berupa data deskriptif
dalam bentuk pernyataan-pernyataan atau kata-kata tertulis yang berasal dari
sumber data yang diamati atau diteliti agar lebih mudah dalam memahami.29
a. Mengkaji pemikiran az-Zarnuji secara kritis, evaluatif dan reflektif
yang berkaitan dengan syarat belajar.
b. Mengkaji hadits nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan syarat
belajar.
2. Jenis penelitian.
28
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 49
29
19
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang obyek utamanya adalah buku-buku atau sumber kepustakaan
lain. Maksudnya, data dicari dan ditemukan melalui kajian pustaka dari
buku-buku yang relevan dengan pembahasan.
Kegiatan studi termasuk kategori penelitian kualitatif dengan prosedur
kegiatan dan teknik penyajian finalnya secara deskriptif. Maksudnya,
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran utuh dan jelas tentang
Syarat Belajar Menurut Shaikh Az-Zarnuji Dan Menurut Hadits Nabi
Muhammad SAW.
3. Sumber data.
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah sumber
dari mana data diperoleh.30 Adapun sumber data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder.
a. Sumber data primer yaitu: sumber informasi yang langsung mempunyai
wewenang dan bertanggung jawab terhadap pengumpulan dan
peyimpanan data atau yang sering disebut dengan informasi tangan
pertama.
Dalam hal ini data primer yang digunakan yang menjadi data primer
dalam penelitian ini adalah:
30
20
1) Pemikiran pendidikan islam, yang ditulis oleh Abu Muhammad
Iqbal, diterbitkan di Yogyakarta, penerbit pustaka belajar, cetakan
pertama, pada bulan februari tahun 2015.
2) Hadits tarbawi, yang ditulis oleh DR. H. Hasbiyallah, M.Ag dan
DR. Moh. Sulhan, M.Pd. Diterbitkan oleh PT remaja rosdakarya
di Bandung, cetakan pertama, februari tahun 2015.
3) Ta‟lim al-muta‟allim (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
dengan judul: pedoman belajar pelajar dan santri), al-Hidayah,
surabaya.
4) CD Shoftware Maktabah Shamilah.
5) Hadis Tarbawi, yang ditulis oleh Dr. H. Abdul Majid Khon,
M.Ag, diterbitkan oleh Kencana Prenada Media Group, cetakan
ke-1, September tahun 2012.
6) Tafsir dan Hadis Tarbawi, yang ditulis oleh tim penulis Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M.Ag, Drs. Damanhuri, MA, Drs. Syamsuddin, M.Ag, Al Qudus Noviandri Eko S. Lc, MHI, diterbitkan oleh CV. MEDIA MITRA NUSANTARA. Cet. 1 – Surabaya: IAIN SA Press, September, tahun 2013.
7) Metodologi Penelitian Hadits, yang ditulis oleh tim penulis Dr. Muhid, M. Ag, Drs. H. Saifullah, M.Ag, H. Muhammad Hadi Sucipto, Lc, MHI
dan H. Atho‟illah Umar, MA. Diterbitkan oleh IAIN Sunan Ampel
Press, cetakan pertama, Surabaya, September, tahun 2013.
b. Sumber data sekunder yaitu sumber data informasi yang secara tidak
21
informasi yang ada padanya. Dalam hal ini adalah data-data yang
bersumber pada penulis itu sendiri maupun karya-karya lain yang
berkaitan dengan penelitian tersebut sebagai tambahan buku primer.
Dalam penelitian ini sumber data sekunder yang akan digunakan adalah
Buku studi hadits karya tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel
Surabaya, Ilmu Pendidikan Islam karya Zakiyah Daradjat, Asas-asas
Pendidikan Islam karya Hasan Langgulung dan buku-buku serta referensi
lain yang masih berkaitan.
4. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang terpenting dalam metode ilmiah,
karena dengan analisislah data tersebut dapat berguna dalam memecahkan
masalah penelitian. Analisis data kualitatif yang digunakan dalam skripsi ini
berupa kata-kata bukan berupa angka-angka yang disusun dalam tema yang
luas.
Dalam menganalisis data setelah terkumpul penulis menggunakan metode
maudu‟i (tematik). Yang akan dijelaskan dibawah ini:
a. Metode maudui (tematik) adalah suatu metode yang menghimpun
hadits-hadits yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama
membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi
serta sebab turunnya hadits-hadits tersebut.31
Sedangkan menurut
Nashiruddin Baidan, metode tematik ialah membahas hadits-hadits nabi
31
22
sesuai dengan tema atau judul yang telah diterapkan. Semua hadits yang
berkaitan dengan topik tertentu dihimpun. Maksud pendekatan maudui
disini, ialah menginterpresentasikan suatu hadits, baik dari sisi sanad
maupun matannya sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan.32
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yaitu rangkaian pembahasan yang tercakup
dalam isi skripsi, dimana yang satu dengan yang lain saling berkaitan sebagai
satu kesatuan yang utuh, yang merupakan urutan-uruatan tiap bab.
Bab satu, memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab dua, memuat biografi az-Zarnuji, karya-karyanya dan pemikiran
az-Zarnuji tentang syarat belajar dalam kitab ta‟lim al-muta‟llim.
Bab tiga, memuat hadits-hadis yang mengiringi pemikiran az-Zarnuji
beserta kajiannya tentang syarat belajar.
bab empat, membahas tentang hubungan syarat belajar menurut shaikh
az-zarnuji dan hadis Nabi Muhammad SAW.
Bab lima, memuat pembahasan seluruh skripsi ini ditutup dengankesimpulan dan saran-saran dalam bab lima
32
BAB II
PEMIKIRAN SHAIKH AZ-ZARNUJI
A. Biografi Shaikh Az-Zarnuji
Syekh az-Zarnuji adalah orang yang diyakini sebagai satu-satunya
pengarang kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim akan tetapi nama beliau tidak begitu
dikenal dari apa yang ditulisnya. Dalam hal ini terdapat perbedaan pada
beberapa penelitian dengan memberikan nama lengkap (gelar) kepada Syekh
Az-Zarnuji, sebagaimana yang dipaparkan oleh Awaludin Pimay, dalam
tesisnya tentang perbedaan nama lengkap (gelar) dari pengarang kitab Ta‟lim
Muta‟allim ini sebagai berikut:
“Khairudin al-Zarkeli menuliskan nama Syekh Az-Zarnuji dengan
Nu‟man bin Ibrahim bin Khalil Al-Zarnuji Tajuddin. Seperti dikutip oleh Tatang M. Amirin, M. Ali Chasan Umar dalam kulit sampul buku Zarnuji yang diterjemahkannya, menyebutkan nama lengkap Syekh
Az-Zarnuji sebagai Syekh Nu‟man bin Ibrahim bin Al-Khalil Al-Zarnuji, sementara dalam kata Al-Khalil Al-Zarnuji. Busyairi Madjidi yang mengutip dari buku Fuad Al-Ahwani menyebutkan Al-Zarnuji isinya. Nama dengan Burhanuddin Al-Zarnuji. Demikian juga Muchtar Affandi dan beberapa literatur yang dikutip dalam atau Burhan Al-din Al-Zarnuji. Kecuali itu ditemukan pula sebutan lain untuk Al-Zarnuji yaitu Burhan Al-Islam Al-Zarnuji.”33
Sedangkan berkaitan pertanyaan dimana Syekh Az-Zarnuji hidup, Van
Grunebaum dan Abel memberikan informasi sebagaimana dikutip oleh
Maemonah dalam tesisnya,34 mereka berpendapat bahwa az-Zarnuji adalah
33
Awaludin Pimay, Konsep Pendidik Dalam Islam (Studi Komparasi Pandangan Al-Ghozali Dan Al-Zarnuji), Tesis PPS IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 1999), h. 29-30
34
Muchtar Affandi dalam Maemonah, Reward And Punishment sebagai Metode
24
seorang sarjana muslim yang hidup di persia. Lebih lanjut dia mengatakan
bahwa az-zarnuji ahli hukum dari sekolah Imam Hanafi yang ada di Khurasan
dan Transoxiana. Sayangnya tidak tersedia fakta yang mendukung informasi
ini. Meskipun begitu seorang penulis muslim membuat spekulasi bahwa
al-Zarnuji aslinya berasal dari daerah Afghanistan, kemungkinan ini diketahui
dengan adanya nama Burhan al-Din, yang memang disetujui oleh penulis
bahwa hal itu biasanya digunakan di negara ini. Terkait dengan hal tersebut,
beberapa peneliti berpendapat bahwa dilihat dari nisbahnya nama al-Zarnuji
diambil berasal dari daerah ia berasal yaitu “daerah Zarand”.35 Zarand adalah
salah satu daerah di wilayah Persia yang pernah menjadi ibukota Sidjistan
yang terletak di sebelah selatan Heart.
Dalam masalah riwayat hidup penulis kitab Ta’lim ini juga terjadi
ketidak jelasan seperti dikemukakan oleh Abdul Qadiri Ahmad, bahwa sedikit
sekali dan dapat dihitung dengan jari kitab yang menulis riwayat hidup
penulis kitab tersebut.36 Dari beberapa kajian pada kitab Ta’lim, tidak dapat
menunjukkan secara pasti mengenai kehidupan dan karir yang dicapainya.
Sehingga pengetahuan kita mengenai al-Zarnuji sementara ini berdasar pada
studi M. Plessner yang dimuat dalam Encyclopedia of Islam.37
Dalam buku Islam berbagai perspektif, didedikasikan untuk 70 tahun
Prof H. Sadzali, MA., Affandi Muchtar mendapat informasi lain tentang
35 Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Seri Kajian Kajian Filsafat Pendidikan Islam), Cet. 2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 104
36
Awaludin Pimay, Konsep Pendidik, Ibid., h. 30
37
M. Plessner, al-Zarnuji dalam First Encyclopedia of Islam Vol. VIII, (London:New
25
Zarnuji berdasar pada data dari Ibnu Khalikan.38 Yaitu: menurutnya Imam
al-Zarnuji adalah salah seorang guru imam Rukn Addin Imam Zada (wafat
573/1177-1178) dalam bidang fiqh. Imam Zada juga berguru pada Syekh
Ridau al-Din an-Nishapuri (wafat antara tahun 550 dan 600) dalam bidang
mujahadah. Kepopuleran Imam Zada diakui karena prestasinya dalam bidang
ushuludin bersama dengan kepopuleran imam lain yang juga mendapat gelar
rukn (sendi). Mereka antara lain Rukn al-Din al-Amidi (wafat 615) dan Rukn
ad-Din at-Tawusi (wafat 600). Dari data ini dapat dikatakan bahwa al-Zarnuji
hidup sezaman dengan Syekh Ridau al-Din an-Nishapuri.
Sehingga tokoh kelahiran atau masa hidup al-Zarnuji hanya dapat
diperkirakan lahir pada sekitar tahun 570 H.39 Menurut keterangan Plessner,
bahwasanya ia telah menyusun kitab tersebut setelah 593 H (1197), perkiraan
tersebut berdasarkan fakta bahwa al-Zarnuji banyak mengutip pendapat dari
guru beliau dalam kitab Ta‟lim, dan sebagian dari guru beliau yang sebagian
ditulis dalam kitab tersebut meninggal dunia pada akhir abad ke-6 H, dan
beliau menimba ilmu dari gurunya saat masih muda, selain itu ditemukan
bukti yang memperkuat pendapat ini yakni tulisan dalam bukunya al-Jawahir
yang menyebutkan al-Zarnuji merupakan ulama‟ yang hidup satu periode
dengan Nu‟man bin Ibrahim Al-Zarnuji yang meninggal pada tahun yang
sama, beliaupun meninggal tidak jauh dari tahun tersebut karena keduanya
hidup dalam satu periode dan generasi.
38
Sudarnoto Abdul Hakim, et. al., Islam Berbagai Perspektif, (Yogyakarta: LPMII, 1995), h. 20
39
26
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa al-Zarnuji wafat sekitar
tahun 620 H.40 Atau dalam kata lain az-zarnuji hidup pada seperempat akhir
abad ke-6 sampai pada dua pertiga dari abad ke-7 H.
B. Latar Belakang Pendidikan Shaikh Az-Zarnuji
Guru adalah perantara dari seorang murid dalam memiliki ilmu. Dalam
mencari ilmu diwajibkan memiliki seorang guru. Seperti az-Zarnuji dalam
menggapai ilmu yang dicarinya. Adapun guru-gurunya atau yang pernah
berhubungan langsung dengan al-Zarnuji yaitu sebagai berikut: (a). Imam
Burhan al-Din Ali bin Abi Bakr al-Farghinani al-Marghinani (wafat 593
H/1195 M). (b). Imam Fakhr al-Islam Hasan bin Mansur al-Farghani
Khadikan (wafat 592 H/1196 M). (c). Imam Zahir Din Hasan bin Ali
al-Marghinani (wafat 600 H/1204 M). (d). Imam Fakhr al-Din al-Khasani (wafat
587 H/1191 M) dan Imam Rukn al-Din Muhammad bin Abi Bakr Imam
Khwarzade (491-576 H).
Al-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Sar Khan, yaitu kota yang
menjadi pusat kegiatan keilmuan, pengajaran dan lain-lainnya. Masjid-masjid
di kedua kota tersebut dijadikan sebagai lembaga pendidikan dan ta‟lim yang
diasuh antara lain Burhanuddin al-Marghinani, Syamsuddin Abd. Al-Wadjdi,
Muhammad bin Muhammad al-Abd as-Sattar al-Amidi dan lain-lainnya.41
Selain itu al-Zarnuji belajar dari ulama‟-ulama‟ lain seperti Ali bin Abi
Bikr bin Abdul Jalil al-Farghani al-Marghinani al-Rustami Ruknul Islam
Muhammad bin Abi Bakar (wafat 573/1177), Hammad bin Ibrahim
40
Ibid., h. 18-19
41
27
(587/1180), Taruddin al-Hasan bin Mansyur atau Qadhikhan (wafat
592/1196), Ruknuddin al-Farghani (wafat 594/1098) dan al-Imam Sadiduddin
al-Shirazi.42
Dengan demikian berdasar keterangan tersebut dapat diidentifikasikan
bahwa pemikiran dan intelektualitas al-Zarnuji sangat banyak dipengaruhi
oleh faham fiqh yang berkembang saat itu, sebagaimana faham
dikembangkan oleh para gurunya, yakni fiqh aliran Hanafiyah.
Sebagaimana dikemukakan oleh Muid Khan, dalam studinya tentang kitab
ta‟lim yang diplubikasikan dalam bahasa Inggris, mengenai karakter
pemikiran al-Zarnuji. Muid Khan memasukkan pemikiran al-Zarnuji ke
dalam garis pemikiran madzhab Hanafiyah, yang dikuatkan dengan bukti
banyaknya ulama‟ Hanafiyah yang dikutip oleh al-Zarnuji, termasuk Imam
Abu Hanifah sendiri. Dari sekitar 50 ulama‟ yang disebutkan al-Zarnuji,
hanya ada 2 saja yang bermadzhab Syafi‟iyah, yakni Imam Syafi‟i sendiri dan
imam Yusuf al-Hamdani (wafat tahun 1140).
Menurut Muid Khan ide-ide madzhab yang dianutnya mempengaruhi
pemikirannya tentang pendidikan.43 Sehingga Mahmud bin Sulaiman
al-Kaffawi yang wafat tahun 990 H/1562 M dalam kitabnya al-Alamul Akhyar
min Fuqaha’i Madzhab al-Nu’man al-Mukhtar, menempatkan al-Zarnuji
dalam peringkat ke-12 dari daftar madzhab Hanafi. Disamping ahli dalam
42
Awaludin Pimay, Konsep Pendidik, Ibid. h. 31
43
28
bidang pendidikan dan tasawuf, sangat dimungkinkan, bahwa al-Zarnuji juga
menguasai bidang sastra, fiqh, ilmu kalam, dan lain-lain.44
Sejarah peradaban Islam terdapat beberapa tahap pertumbuhan dan
perkembangan dalam bidang pendidikan Islam, pertama pendidikan pada
masa Nabi Muhammad SAW (571-632 M); kedua pendidikan pada masa
Khulafaur Rasyidin (632-661 M); ketiga pendidikan pada masa Umayyah di
Damsyik (661-750); dan keempat pada masa jatuhnya khalifah di Baghdad
(1250-sekarang).45
Untuk memahami al-Zarnuji sebagai seorang pemikir, maka harus
dipahami ciri zaman yang menghasilkannya, yaitu zaman Abbasiyyah yang
menghasilkan pemikir ensklopedik yang sukar ditandingi
pemikir-pemikir yang datang kemudian.46 Sebagaimana dijelaskan diatas, al-Zarnuji
hidup pada awal pemerintahan Abbasiyah di Baghdad yang berkuasa selama
lima abad berturut-turut.47
Dengan demikian al-Zarnuji hidup pada masa keempat dari periode
pendidikan dan perkembangan pendidikan Islam, yakni antara tahun
750-1250 H. Sehingga beliau sangat beruntung mewarisi banyak peninggalan
yang ditinggalkan oleh para pendahulunya dari berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Sebab dalam catatan sejarah periode ini merupakan zaman
kejayaan peradaban Islam pada umumnya dan pendidikan Islam pada masa
khususnya.
44
Abudin Nata, Pemikiran Para ibid. h. 105
45
Fazlur Rahman, Islam, terj. Ahsin Muhammad, (Bandung: Pustaka 1997), h. 267 46 Hasan Langgulung, Pendidikan Menghadapi Abad 21, (jakarta; Pustaka al-Husna, 1988), h. 99
47
29
Menurut Hasan Langgulung bahwa, “zaman keemasan tersebut mengenai
dua pusat, yaitu kerajaan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, berlangsung
kurang lebih lima abad (750-1258 M) dan kerajaan Umayyah di Spanyol
kurang lebih delapan abad (711-1492).”48
Abudin Nata dalam bukunya pemikiran para tokoh pendidikan Islam
menggambarkan bahwa dalam masa tersebut, kebudayaan Islam berkembang
dengan pesat yang ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan
mulai dari tingkat perguruan tinggi. Diantara lembaga-lembaga tersebut
adalah madrasah nizamiyah yang didirikan Nizam al-Mulk (457 H/106 M),
madrasah an-Nuriyah al-Kubra yang didirikan oleh Nuruddin Mahmud Zanki
pada tahun 563 H/1167 M. Dengan cabangnya yang amat banyak di kota
Damaskus; madrasah al-Mutansiriyah yang didirikan oleh khalifah
Abassiyah, al-Muntasyir Billah di Baghdad pada tahun 631 H/1234 M.
Sekolah yang disebut terakhir ini dengan berbagai fasilitas yang memadai
seperti gedung berlantai II, aula, perpustakaan dengan kurang lebih 80.000
buku koleksi, halaman dan lapangan yang luas, masjid balai pengobatan dan
lain sebagainya. Keistimewaan lainnya yang disebut madrasah terakhir ini
adalah karena dalam mengajarkan ilmu fiqh dalam empat madzhab (Maliki,
Hanafi, Syafi‟i dan Ahmad Ibnu Hambal).49
Sebagai seorang filosof muslim Zarnuji lebih condong kepada
al-Ghazali, sehingga banyak jejak al-Ghazali dalam bukunya dengan konsep
epistemologi yang tidak lebih dari buku pertama dalam ihya ulum al-din akan
48
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta; Pustaka Utama, 1989), h. 13
49
30
tetapi al-Zarnuji memiliki sistem tersendiri, yang mana pada setiap bab
dengan bab yang lain, atau setiap kalimat dengan kalimat yang lain, bahkan
setiap kata dengan setiap kata yang lain dalam buku tersebut merupakan
sebuah kerikil dan konfigurasi mosaic kepribadian al-Zarnuji sendiri.50
C. Hasil Karya Shaikh Az-Zarnuji
Kita mungkin tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah kitab yang
telah ditulis oleh al-Zarnuji dan hanya mengetahui kitab Ta‟lim al-Muta‟allim
adalah satu-satunya karya Imam al-Zarnuji yang dapat dijumpai sampai
sekarang dan tanpa keterangan tahun penerbitan. Bahwa beberapa sumber
menyebutkan bahwa hanya kitab Ta‟lim al-Muta‟allim karya al-Zarnuji.
Apakah dia menulis sebuah kitab saja, ataukah juga menulis kitab-kitab yang
lainnya tidak ditemukan laporan catatan hal itu, tetapi ada indikasi bahwa
al-Zarnuji menulis kitab lain namun sudah karena termasuk yang termusnahkan
akibat tragedi sejarah. Sejarah menyebutkan tokoh Jengis Khan dan
pasukannya selama 5 tahun (1220-1225 M/1617-1622 H) menaklukkan dan
menghancurkan Persia Timur. Ada kemungkinan karya al-Zarnuji lainnya
ikut musnah kecuali kitab Ta‟lim al-Muta‟allim sebagai satu-satunya karya
yang terselamatkan.51
Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim merupakan bagian dari karya al-Zarnuji yang
masih ada sampai sekarang ini. Kitab ini diterbitkan pada tahun 996 H. Kitab
ini juga diterbitkan dalam bahasa Turki oleh Abd. Majid bin Nusuh bin Isra‟il
dengan judul Irshad al-Ta’lim fi Ta’lim al-Muta’allim. Menurut informasi
50
Hasan Langgulung, Pendidikan Menghadapi. ibid, h. 59
51
31
dari Gesechiehteder Arabschen Litteratur, yang biasa dikenal dengan singkatan G.A.L karya Cart Brockelmann, menginformasikan berdasarkan
data yang berada di perpustakaan, bahwa kitab Ta‟lim pertama kali
diterbitkan di Mursid abad pada tahun 1265 M, kemudian ditulis tahun 1286,
1873, di Kairo 1281, 1307, 1418, di Istambul 1292, dan di Kasan 1898, selain
itu kitab Ta‟lim menurut G.A.L. telah diberi catatan atau komentar (syarah),
dalam tujuh penerbitan masing-masing atas nama: (a). Nau‟i, tanpa
keterangan tahun penerbitan; (b). Ibrahim bin Isma‟il pada tahun 996 H/1588;
(c). As-sa‟rani 710/711; (d). Ishaq ibn Ar-Rumi Qili‟ 720 dengan judul
Mir’atu Atholibin; (e). Qadi B. Zakariya al-Anshari A‟saf; (f). Otman Pazari
1986 dengan judul Tafhim al-Mutafahhim; dan (g). H.B. al-Faqir, tanpa keterangan tahun penerbitan.52
Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim dikaji dan dipelajari hampir setiap lembaga
pendidikan Islam, terutama lembaga pendidikan tradisional seperti pondok
pesantren, bahkan di pondok pesantren modern, karena pada dasarnya ada
beberapa konsep pendidikan al-Zarnuji yang berpengaruh dan patut
diindahkan, yakni: (a). Motivasi dan penghargaan yang besar terhadap ilmu
pengetahuan dan ulama‟; (b). Konsep filter terhadap ilmu pengetahuan dan
ulama‟; (c). Pendekatan-pendekatan teknis pendayagunaan potensi otak, baik
dalam terapi alamiyah maupun moral psikologis.
52
32
Sedangkan cara berfikir al-Zarnuji, dapat dikatakan bercorak spiritual atau
bersifat metafisis. Hal itu disebabkan pengaruh sosial-politik yang
berlangsung pada saat al-Zarnuji hidup.53
Secara umum dalam kitab tersebut berisi: pertama, Pendahuluan. Pada pendahuluan beliau menuliskan pujian dan rasa syukur kepada Allah yang
telah melimpahkan melebihkan nikmatnya atas ilmu dan amal atas semesta
alam, dan mengucapkan salawat kepada Nabi Muhammad SAW, tokoh arab
dan keluarga, sahabat-sahabat beliau yang merupakan sumber ilmu
pengetahuan dan hikam.
Kemudian al-Zarnuji menuliskan kegelisahan beliau terhadap penuntut
ilmu yang tekun tetapi tidak bisa memetik kemanfaatan dan buahnya. Yaitu
mengamalkan dan menyiarkannya. Karena penuntun tadi salah jalan dan
meninggalkan persyaratan yang menjadi keharusan untuk dilakukan. Manusia
yang salah jalan akan tersesat dan gagal dalam tujuannya baik besar atau
kecil. Maka dengan adanya kitab ini akan memberikan jalan bagi penuntut
ilmu, agar mereka tidak tersesat. Selanjutnya al-Zarnuji mengharapkan doa
dari gurunya yang alim dan arif itu untuk para pencinta ilmu semoga diberi
kebahagiaan di hari kemudian, setelah belajar dari kitab Ta‟lim al-Muta‟allim
tersebut.
Kedua, isi kitab ini terdiri dari 13 bab, yaitu: (a). Fasal tentang pengertian ilmu dan serta fiqh tentang keutamaannya; (b). Fasal tentang niat di waktu
belajar; (c). Fasal tentang memilih ilmu, guru, teman, dan mengenai
53
33
ketabahan; (d). Fasal tentang menghormati ilmu dan ulama‟; (e). Fasal
tentang tekun, kontinuitas dan minat; (f). Fasal tentang permulaan, ukuran
dan tata tertib belajar; (g). Fasal tentang tawakkal; (h). Fasal tentang
pendapatan buah hasil ilmu; (i). Fasal tentang kasih sayang dan nasihat; (j).
Fasal tentang istifadah; (k). Fasal tentang wara‟ di kala belajar; (l). Fasal
tentang penyebab hafal dan lupa; (m). Fasal tentang pendatang dan
penghalang rizki, serta pemanjang dan pengurang ilmu.
Ketiga,Penutup. Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim diakhiri dengan bab yang ke -13 yang berisi tentang pendatang dan penghalang rizki, serta pemanjang dan
pengurang umur. Setelah itu beliau mengucapkan rasa syukur kepada Allah
yang telah mengajarkan manusia sesuatu yang tidak diketahuinya, yang
memberikan nikmat dan kemulyaannya dengan adanya petunjuk. Dengan
adanya kitab Ta‟lim al-Muta‟allim yang ditulis Syekh Ibrahim bin Ismail al
-Zarnuji semoga dapat memberi manfaat kepada para penuntut ilmu.54
D. Konsep Pendidikan Menurut Shaikh Az-Zarnuji
Konsep pendidikan yang dikemukakan al-Zarnuji secara monumental
dituangkan dalam karyanya Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum. Kitab ini banyak diakui sebagai karya yang monumental dan sangat diperhitungkan
keberadaannya. Kitab ini banyak pula dijadikan bahan penelitian dan rujukan
dalam penulisan karya-karya ilmiah, terutama dalam bidang pendidikan.
Kitab ini digunakan tidak terbatas pada ilmuwan muslim, tetapi juga oleh
para orientalis dan para penulis barat. Diantara tulisan yang menyinggung
54
34
kitab ini dapat dikemukakan antara lain: G.E. Van Grunebaum dan T.M. Abel
yang menulis Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum: Instruction of the Students: The Method of Learning; Carl Brockelmann dengan bukunya
GeschicteDerArabschen Litteratur; Mehdi Nakosten dengan tulisannya
History of Islamic Origins of Western Education A.D. 80013500, dan lain sebagainya.55
Keistimewaan lainnya dari buku Ta‟lim al-Muta‟allim tersebut pada
materi yang dikandungnya. Sekalipun kecil dengan judul yang seakan-akan
hanya membicarakan tentang metode belajar, namun sebenarnya membahas
tentang tujuan belajar, prinsip belajar, strategi belajar dan lain sebagainya
yang secara keseluruhan didasarkan pada moral religius.
Keterkenalan kitab Ta‟lim al-Muta‟allim terlihat dari tersebarnya buku ini
hampir ke seluruh penjur