SKRIPSI
Oleh:
ROBBY REZA ZULFIKRI
NIM. C04212037
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
untuk mengetahui
ui apakah pelatihan dan pendampingan berpe dap peningkatan pendapatan mustahiq Bunda stiqomah Sidoarjo dan seberapa besar pengaruh erhadap peningkatan pendapatanmustahiq Bunda
iqomah Sidoarjo.
n ini menggunakan metode deskriptif kuant penelitian ini sebanyak 30 responden. Adapun r
dalah anggota Bunda Yatim LAZ Rumah A knik pengumpulan data dengan memberi kue
wancara dan dokumentasi. Dalam mem l tersebut, maka digunakan uji validitas dan uji regresi linier berganda serta uji f (simu ngujian menunjukkan bahwa pelatihan dan oleh LAZ Rumah Amal Istiqomah kepada rupa pelatihan wirausaha dengan membuat mbuatan kue kering berpengaruh secara sigini ndapatanmustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah A
pengujian tersebut diperoleh dari uji F yaitu dan uji T yang menunjukkan nilai signifikansi 0.049 dan pada variabel pendampingan (X2) 0.025
han (X1) dan pendampingan (X2) berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan (Y) mustahi
al Istiqomah Sidoarjo dengan besar R square 0,500 a ng dapat penulis berikan bagi LAZ Rumah A agar lebih fokus dan konsisten dalam hal upay yang diberikan kepada para mustahiq pada
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...37
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ...38
C. Jenis dan Sumber Data ...38
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling...39
1. Populasi ...39
2. Sampel ...39
E. Definisi Operasional...40
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ...43
G. Teknik Pengumpulan Data...47
H. Teknik Analisis Data...48
1. Uji Asumsi Klasik ...48
2. Analisis Regresi Linier Berganda...50
BAB IV HASIL PENELITIAN ...52
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ...52
1. Lokasi Penelitian...52
2. Profil LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo ...52
3. Profil Program Bunda Yatim LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo ...56
2. Analisis Persamaan Regresi Linier Berganda ...67
3. Uji Hipotesis ...69
BAB V PEMBAHASAN ...74
A. Analisis Data Penelitian ...74
C. Besar Pengaruh Pelatihan dan Pendampinga terhadap Peningkatan Pendapatan Mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah
Amal Istiqomah ...91
BAB VI PENUTUP ...98
A. Kesimpulan ...98
B. Saran ...99 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ...31
3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pelatihan ...44
3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Pendampingan ...44
3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Pendapatan...44
3.4 Hasil Uji Reliabilitas ...46
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ...59
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...60
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...61
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ...62
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Anggota...63
4.6 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ...64
4.7 Hasil Uji Multikolonieritas ...66
4.8 Hasil Uji Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda ...68
4.9 Hasil Uji F (Simultan)...69
4.10 Hasil Uji T (Parsial) ...70
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Konseptual...34
4.1 Struktur Organisasi ...53
4.2 Hasil Uji Normalitas P-Plot ...65
DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahsa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fonem konsonan Arab, yang dalam sistem tulisan Arab seluruhnya dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasinya ke tulisan Latin sebagian dilambangkan dengan lambang huruf, sebagian dengan tanda, dan sebagian lainnya dengan huruf dan tanda sekaligus sebagai berikut:
ARAB LATIN
ص Sad s} Es (dengan titik di bawah)
ض Dad d} De (dengan titik di bawah)
ط Ta t} Te (dengan titik di bawah)
ظ Za z} Zet (dengan titik di bawah)
ع Ain ‘ Koma terbalik (di atas)
2. Vokal
a. Vokal Tunggal (monoftong)
Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia
________ َ◌________
Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika hamzah berh}arakat sukun atau didahului oleh huruf yang berh}arakat sukun. Contoh:iqtid}a>’(ء ﺎﺿ ﺗﻗا)
b. Vokal Rangkap (diftong)
Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia Ket.
ﻲ ــــَـــــــ
Transliterasi untukta>’ marbut}ahada dua:
a. Jika hidup (menjadimud}a>f) transliterasinya adalaht. b. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalahh. Contoh :shari>’at al-Isla>m (مﻼ ﺳ ﻻ اﺔﻌﯾرﺷ)
Shari>’ah isla>mi>yah (ﺔﯾﻣﻼﺳا ﺔﻌﯾرﺷ)
4. Penulisan Huruf Kapital
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak
sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran, seperti sabda
Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada kekufuran.1 Ajaran Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk memilih dua hal
penting dalam sebuah pedoman hidup, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia serta kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di akhirat. Firman
Allah di beberapa ayat dalam al-Quran mengingatkan agar harta kekayaan
tidak hanya terbatas sirkulasinya pada sekelompok orang kaya saja.
Orang-orang bertakwa adalah mereka yang menyadari bahwa dalam
harta kekayaan yang mereka miliki terdapat hak-hak orang lain di dalamnya.
Perhatian penuh seharusnya diberikan kepada lapisan masyarakat yang belum
mampu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang
yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana zakat
kepada mereka yang kekurangan. Zakat merupakan salah satu dari lima nilai
instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku
ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya.2
Kesadaran untuk menunaikan kewajiban zakat bagi setiap muslim
merupakan kata kunci bagi terciptanya umat yang sejahtera. Hal ini karena
kewajiban membayar zakat merupakan poros utama dalam sistem keuangan
Islam (fiskal), dan sejalan dengan prinsip distribusi dalam Islam agar harta
tersebar pada seluruh rakyat. Zakat juga memiliki dimensi sosial, moral, dan
ekonomi, serta merupakan jaminan sosial pertama dari semua peradaban yang
ada.3
Untuk memaksimalkan potensi zakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pengelolaan zakat sekarang ini dilakukan dengan
dua cara yaitu pengelolaan zakat secara konsumtif dan produktif.
Pengelolaan zakat secara konsumtif yaitu pengumpulan dan pendistribusian
yang dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan dasar ekonomi para
mustahiq berupa pemberian bahan makanan dan lain-lain serta bersifat
pemberian untuk dikonsumsi secara langsung, sedangkan pengelolaan zakat
secara produktif yaitu pengelolaan zakat dengan tujuan pemberdayaan dan
biasa dilakukan dengan cara bantuan modal pengusaha lemah, pembinaan,
pendidikan gratis dan lain-lain.4
2 Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam (Jakarta: CV Rajawali, 1987), 71.
3 Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 90.
Abdurrachman Qadir dalam bukunya yang berjudul Zakat (Dalam
Dimensi Mahdah dan Sosial) bahwasannya tujuan zakat tidak sekedar
menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang
lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan.5 Dimana orang tersebut sudah berkecukupan dan memiliki kelebihan harta serta memenuhi syarat
dikenai kewajiban zakat. Karena zakat merupakan instrumen dalam
mensucikan harta dengan membayarkan hak orang lain. Selain itu, zakat
merupakan mediator dalam mensucikan diri dan hati dari sifat bakhil dan
cinta harta serta merupakan instrumen sosial yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dasar fakir miskin.6
Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya
pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan
sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki
dampak balik apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari Allah semata.
Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada sistem
kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui: Pertama, zakat
merupakan panggilan agama, yaitu cerminan dari keimanan seseorang.
Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya orang
yang membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar
setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga,
5 Abdurrachman Qadir, Zakat..., 83.
zakat secara empiris dapat menghapus kesenjangan sosial dan sebaliknya
dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan.7
Adanya zakat yang merupakan kewajiban setiap muslim sangat
membantu dan bisa membangun perekonomian masyarakat. Karena zakat
sebagai salah satu stimulus atau sumber dana sosial ekonomi bagi umat Islam
yang secara perekonomian kurang dari cukup. Artinya keberadaan
lembaga-lembaga pendayagunaan zakat dalam hal ini yang dikelola Badan Amil Zakat
(BAZ) milik pemerintah maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) sangat
penting, karena bertindak sebagai organisasi pengelola zakat dan penghimpun
dana zakat dari masyarakat.
Mengikuti era globalisasi ini menuntut kita sebagai lembaga pengelola
zakat untuk membuat suatu pola distibusi yang baik dan tepat sasaran,
dimana dana zakat harus dialokasikan dalam sebuah penyaluran yang terukur
dan bisa menghasilkan sehingga dana zakat menjadi produktif. Pengertian
harta zakat produktif artinya harta zakat yang dikumpulkan dari muzakki
tidak habis dibagikan sesaat begitu saja untuk memenuhi kebutuhan yang
bersifat konsumtif, melainkan harta zakat itu sebagian ada yang diserahkan
untuk hal yang bersifat produktif. Dalam arti, harta zakat itu didayagunakan
(dikelola) dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga bisa mendatangkan
manfaat yang akan digunakan dalam memenuhi kebutuhan orang yang tidak
mampu (terutama fakir miskin) tersebut dalam jangka panjang. Dengan
harapan, secara bertahap ia akan beralih dari kelompok mustahiq zakat
menjadi muzakki.8
Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung
peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan
produktif. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep
perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab
kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja.
Dengan adanya masalah tersebut, maka perlu adanya perencanaan yang dapat
mengembangkan zakat bersifat produktif.
Di Indonesia organisasi pengelolaan dan peghimpunan zakat dibagi
menjadi dua, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) sebagai organisasi yang
dibentuk oleh pemerintah di bawah naungan Kementerian Agama Republik
Indonesia dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu organisasi pengelolaan dan
penghimpunan zakat yang dibentuk sepenuhmya atas pemikiran dan rumusan
masyarakat dan berbadan hukum sendiri serta dikukuhkan oleh pemerintah.
Pengembangan zakat agar bersifat produktif, salah satunya yaitu dengan
cara menjadikan dana zakat sebagai perencanaan program pelatihan
keterampilan dan pendampingan usaha untuk para mustahiq. Adanya
perencanaan pelatihan dan pendampingan usaha untuk para mustahiq
bertujuan agar para mustahiq dapat membuat/mengembangkan usahanya,
sehingga mereka akan mendapatkan penghasilan tetap dan dapat menjalankan
atau membiayai kehidupannya secara konsisten, serta dapat menyisihkan
sebagian penghasilannya untuk menabung.
Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal apabila
dilaksanakan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) karena LAZ sebagai
organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan
pendistribusian dana zakat. LAZ tidak hanya memberikan dana zakat begitu
saja kepada para mustahiq, melainkan mereka akan memberikan pengarahan,
pelatihan serta pendampingan kepada para mustahiq agar dana zakat tersebut
benar-benar dijadikan modal kerja, sehingga penerima zakat (mustahiq) dapat
memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri.
Menurut Soeratno, bahwa ukuran pendapatan yang digunakan untuk
tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang
diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga
akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi
menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah
penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga
maupun mencari nafkah.9
Paul dan William mengatakan, bahwa pendapatan dalam ilmu ekonomi
didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai
dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan
rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga
dalam bentuk uang yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah
tangga atau sumber lain.10 Kondisi ekonomi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang
yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu
tertentu.11
Sedangkan menurut Muhlisin Muzarie, peningkatan pendapatan berawal
dari tahapan-tahapan kesejahteraan yang ditentukan dengan teori need milik
Abraham Maslow yang menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial meliputi
beberapa aspek yang diperoleh secara bertahap dimana tahap pertama adalah
terpenuhinya kebutuhan fisik (physioligical needs) atau kebutuhan pokok
(basic needs) seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan,
kedua adalah kebutuhan akan rasa aman (safety needs), diikuti oleh
kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan pengakuan (esteem needs)
dan tahap terahir adalah terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri (self
actualization needs) dimana Maslow memandang bahwa tingkat
kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan ditempuh secara bertahap dan
berurutan.12
Lembaga Amil Zakat menggunakan pola penyaluran serta pendistribusian
yang sudah terencana dengan baik dari beberapa pertimbangan yang
sebelumnya telah dirumuskan, yaitu terbagi dalam beberapa tahap. Tahap
pertama LAZ memberikan dana yang sudah dihimpun dari para donatur untuk
10 Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Mikro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 1995), 255. 11 Ibid., 258.
dialokasikan kepada beberapa mustahiq dalam bentuk pelatihan keterampilan
atau pelatihan usaha produktif.
Menurut Mathis, pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang
mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.
Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi,
pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas,
pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan
dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka
saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan
pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam
cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru
yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang. 13 Tahap kedua, LAZ melakukan pendampingan kepada para mustahiq yang
sudah diberikan pelatihan atau keterampilan usaha produktif dengan
memberikan masukan ataupun arahan sehingga perencanaan pemberdayaan
yang dirumuskan oleh LAZ dapat berjalan dengan baik yang berimplikasi
terhadap pendapatan mustahiq, dari yang semula tidak memiliki pendapatan
yang pasti dan selalu kekurangan, tetapi setelah adanya pemberdayaan yang
dilakukan LAZ tentunya bisa merubah pendapatan ekonomi mustahiq. Tahap
ketiga, LAZ membantu para mustahiq dalam hal pemasaran produk yang
dihasilkan dan berkaitan dengan langkah sebelumnya, sehingga mustahiq
diberikan kemudahan agar lebih fokus pada usaha yang dijalankan. Adanya
tahap ketiga yakni pemasaran produk hasil olahan merupakan suatu wujud
pendampingan yang dilakukan Lembaga Amil Zakat terhadap mustahiq.14
Kata pendampingan lebih bermakna pada kebersamaan, kesejajaran,
samping menyamping, dan karenanya kedudukan antar keduanya
(pendamping dan yang didampingi) sederajat, sehingga tidak ada dikotomi
antara atasan dan bawahan. Hal ini membawa implikasi bahwa peran
pendamping hanya sebatas pada memberikan alternatif, saran, dan bantuan
konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan.15
LAZ dalam melakukan kegiatan pengumpulan, pengalokasian, dan
pendistribusian zakat, infaq, sodaqah harus sesuai dengan ketentuan.
Sehingga\ dalam rukunnya terdapat ketentuan bahwa zakat, infaq, dan
shodaqah tidak dapat diberikan kepada mereka yang mampu atau kurang
membutuhkan. Oleh karena itu al-Qur’an memberi rambu-rambu agar zakat,
infaq, dan shodaqoh yang dihimpun dapat disalurkan pada fakir miskin (orang
yang benar-benar membutuhkan).16
Salah satu LAZ yang ada di Indonesia adalah LAZ Rumah Amal
Istiqomah yang terletak di Jalan Buncitan no. 1 Buncitan Sedati Sidoarjo.
Organisasi zakat dituntut mampu untuk melaksanakan fungsi LAZ di
Indonesia, diantaranya menjadi penghimpun dana Zakat, Infaq, Shodaqoh
maupun Wakaf dari masyarakat yang kemudian di distribusikan dan
14
M. Abdul Ghani, Manajer Dept Penyaluran LAZ Rumah Amal Istiqomah, Wawancara, LAZ Rumah Amal Istiqomah, 22 Mei 2016.
15 BPKB Jawa Timur, Modul Pendampingan, (Surabaya: 2001)
disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan, baik berupa modal usaha,
memberikan pelatihan softskill, maupun pendampingan usaha yang bertujuan
untuk mengubah seorang mustahiq menjadi seorang muzakki.
LAZ Rumah Amal Istiqomah memiliki yayasan panti asuhan yang
menampung serta menyantuni anak yatim maupun piatu dari pendidikan
dasar hingga memiliki keterampilan usaha mandiri. Selain itu, ada beberapa
program yang dimiliki LAZ Rumah Amal Istiqomah dalam hal
pendayagunaan zakat produktif diantaranya KOMBES (Komunitas Becak
Sedati) dan BUNDA YATIM atau ENFAQI (Entrepreneur Fakir Miskin).
Penulis memilih program BUNDA YATIM atau ENFAQI (Entrepreneur
Fakir Miskin) karena dari beberapa program yang ada di LAZ Rumah Amal
Istiqomah yang berada di bawah yayasan Dompet Amanah Ummah,
BUNDA YATIM adalah program yang sudah berjalan dan sudah memiliki
banyak anggota serta sudah memiliki usaha dan pendapatan sendiri. BUNDA
YATIM yang merupakan salah satu program dari LAZ Rumah Amal
Istiqomah yang terdiri dari SENJA (Senyum Janda dan Manula) dan
termasuk dalam ENFAQI (Entrepreneur Fakir Miskin) yakni berupa
pelatihan kepada para janda fakir miskin dan ibu-ibu yang berada di sekitar
Sedati untuk diberi pelatihan kewirausahaan, bimbingan, mengarahkan sesuai
bakat dan keinginan dalam pembuatan Abon Duri Bandeng dan aneka olahan
Bandeng lainnya. Selain itu juga ada program pendampingan yang dilakukan
LAZ Rumah Amal Istiqomah dalam mengatur manajemen usaha, baik dari
kawasan Sedati merupakan kawasan sentralisasi wisata pemancingan yang
digagas pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Sehingga jenis usaha yang demikan
sangat mendukung keberadaan wisata pemancingan yang ada di Sedati. Oleh
karena itu, pemberian pelatihan pendampingan dan pemasaran produk yang
dihasilkan bagi masyarakat miskin sangatlah penting agar program ini
berjalan dengan baik.
Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
“Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan terhadap Peningkatan Pendapatan
Mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka untuk
memberikan arah yang jelas dalam penelitian ini penulis membatasi pada
masalah-masalah berikut:
1. Apakah pelatihan dan pendampingan berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan pendapatan mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah
Amal Istiqomah Sidoarjo?
2. Seberapa besar pengaruh pelatihan dan pendampingan terhadap
peningkatan pendapatan mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah Amal
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan
yang ingin dicapai oleh penulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan dan pendampingan terhadap
peningkatan pendapatan mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah Amal
Istiqomah.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan dan pendampingan
terhadap peningkatan pendapatan mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah
Amal Istiqomah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang akan penulis lakukan ini, diharapkan memiliki
manfaat dan berguna untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Secara Teoretis
Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan seputar permasalahan yang diteliti, baik bagi
peneliti maupun untuk pihak lain, sebagai bahan referensi untuk meneliti
dan mengkaji secara mendalam tentang pengaruh pelatihan dan
pendampingan terhadap peningkatan pendapatan mustahiq Bunda Yatim
2. Secara Praktis
a) Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau
landasan serta tambahan pemahaman dan kelimuan tentang program
pendayagunaan zakat produktif yang berupa pelatihan dan
pendampingan kepada para mustahiq Bunda Yatim.
b) Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan atau
referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ada kaitannya dengan
14 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini menggunakan teori tentang keterkaitan antara
peningkatan pendapatan yang dipengaruhi oleh kegiatan pelatihan dan
pendampingan yang diberikan LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo kepada
mustahiqBunda Yatim.
A. Landasan Teori
1. Zakat
a) Pengertian zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar
(masdar) dari zakat yang berarti suci, berkah, tumbuh dan terpuji, yang
semua arti ini digunakan di dalama menerjemahkan al-Quran dan
Hadits.1
Menurut istilah, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu
yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk
dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
persyaratan tertentu pula.2
Sedangkan dalam istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan
pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak
1
Muhammad Ridwan dan Mas’ud,Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat
(Yogyakarta: UII Press, 2005), 33-34.
2
punya. Transfer kekayaan berarti transfer sumber-sumber ekonomi.
Tindakan ini tentu saja akan mengakibatkan perubahan tertentu yang
bersifat ekonomi seumpamanya saja, seorang yang menerima zakat bisa
mempergunakannya untuk berkonsumsi atau berproduksi. Dengan
demikian, zakat walaupun pada dasarnya merupakan ibadah kepada
Allah, bisa mempunyai arti ekonomi.3
b) Tujuan zakat
Tujuan zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial ekonomi.
Para cendekiawan muslim banyak yang menerangkan tentang
tujuan-tujuan zakat, baik secara umum yang menyangkut tatanan ekonomi,
sosial, dan kenegaraan maupun secara khusus yang ditinjau dari
tujuan-tujuan nash secara eksplisit.
1) Menyucikan harta dan jiwa muzakki.
2) Mengangkat derajat fakir miskin.
3) Membantu memecahkan masalah para gharimin, ibnu sabil, dan
mustahiqlainnya.
4) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesame umat
islam dan manusia pada umumnya.
5) Menghilangkan sifat kikir bagi pemilik harta.
3
6) Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan social) dari hati
orang-orang miskin.
7) Menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di dalam
masyarakat agar tidak ada kesenjangan diantara keduanya.
8) Mengembangkan rasa tanggung jawab social pada diri seseorang,
terutama yang memiliki harta.
9) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyrahkan hak orang lain padanya.
10) Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah.
11) Berakhlak dengan akhlak Allah.
12) Mengobati hati dari cinta dunia.
13) Mengembangkan kekayaan bathin.
14) Mengembangkan dan memberkahkan harta.
15) Membebaskan si penerima (mustahiq) dari kebutuhan, sehingga
dapat merasa hidup tenteram dan dapat meningkat kan
kekhusyukan ibadah kepada Allah SWT.
16) Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.
17) Tujuan yang meliputi bidang moral, sosial, dan ekonomi. Dalam
bidang moral, zakat mengikis ketamakan dan keserakahan hati si
kaya. Sedangkan dalam bidang sosial, zakat berfungsi untuk
ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan di tangan
sebagian kecil manusia dan merupakan sumbangan wajib bagi
kaum muslimin untuk perbendaharaan negara.4
c) Golongan yang berhak menerima zakat
Golongan yang berhak menerima zakat sebagaimana yang
tercantum dalam al-Quran surat at-Taubat ayat 60 adalah:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. At-Taubah: 60)5
1) Fakir, yaitu orang tidak berharta dan tidak pula mempunyai
pekerjaan atau usaha tetap guna mencukupi kebutuhan hidupnya
(nafkah), sedang orang yang menanggung hidupnya tidak ada.
2) Miskin, yaitu orang-orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya, meskipun ia mempunyai pekerjaan atau usaha tetap,
tetapi hasilnya belum mencukupi kebutuhannya dan orang yang
menannggungnya tidak ada.
4
Muhammad Ridwan dan Mas’ud,Zakat dan Kemiskinan...,43.
5
3) Amil, yaitu panitia atau organisasi yang melaksanakan segala
kegiatan urusan zakat, baik mengumpulkan, membagikan maupun
mengelolanya.
4) Muallaf, yaitu orang yang masih lemah imannya karena baru
memeluk agama islam atau orang yang ada keinginan masuk islam
tetapi masih ragu-ragu. Dengan diberi zakat akan memantabkan
hatinya dalam memeluk islam.
5) Riqab, yaitu hamba sahaya yang perlu diberikan bagian zakat agar
mereka dapat melepaskan diri dari belenggu perbudakan.
6) Gharim, yaitu orang yang punya hutang karena suatu kepentingan
yang bukan untuk perbuatan maksiat dan ia tidak mampu atau
melunasinya. Serta orang yang berhutang untuk kemaslahatan umum
seperti orang yang berhutang untuk menyantuni anak yatim.
7) Sabilillah, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan
dengan maksud baik atau musafir yang memerlukan bantuan.6
d) Zakat untuk usaha produktif
Zakat untuk usaha produktif adalah zakat yang diberikan kepada
mustahiq sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi,
6
sehingga dapat menumbuh kembangkan tingkat ekonomi dan potensi
produktifitasmustahiq.7
2. Pelatihan
a. Pengertian Pelatihan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo pelatihan adalah bagian dari suatu
proses pendidikan. Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan atau
memperoleh keterampilan khusus bagi seseorang atau sekelompok orang,
misalnya latihan memasak, latihan beternak, latihan menjahit dan
sebagainya.8
Pelatihan (training) adalah proses sistematik pengubahan perilaku
para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan
organisasi.9 Menurut Raymond Noe dan Bernardin yang dikutip oleh
Sudarmanto. Pelatihan merupakan usaha yang direncanakan oleh
perusahaan untuk memfasilitasi pembelajaran kompetensi karyawan
yang berhubungan dengan pekerjaan. Sedangkan menurut Bernardin
mendefinisikan pelatihan (training) merupkan segala kegiatan untuk
meningkatkan kinerja individu/pegawai sesuai dengan pekerjaan atau
jabatan yang dipengangnya atau berhubungan dengan tugas saat ini.10
7
Abduracchman Qadir, Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial)(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 165.
8
Soekidjo Notoatmodjo,Pengembangan Sumber Daya Manusia(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 17.
9
Henry Simamora,Manajemen Sumber Daya Manusia(Yogyakarta: BPFE, 1997), 342.
10
Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai
kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh
karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan
dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan
menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat
diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka
saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan
pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam
cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan
baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa
mendatang.11
Mustofa Kamil mengartikan pelatihan sebagai proses pemberdayaan
dan pembelajaran, artinya individu (anggota masyarakat) harus
mempelajari sesuatu (materi) guna meningkatkan kemampuan,
keterampilan dan tingkah laku dalam pekerjaan dan kehidupan
sehari-hari dalam menopang ekonominya (pendapatan).12
11
Mathis R.L dan Jackson J.H,Manajemen Sumber Daya Manusia(Jakarta: Salemba Empat, 2002), 65.
12
b. Indikator Pelatihan
Indikator keberhasilan suatu pelatihan dan pengembangan menurut
Edy Sutrisno adalah sebagai berikut:13
1) Meningkatnya produktivitas
Pelatihan dapat meningkatkan performance kerja pada posisi
jabatan yang sekarang. Kalau level of performance-nya naik, maka
berakibat pada peningkatan produktivitas atau bisa diartikan sebuah
pelatihan akan meningkatkan produktivitas yang dihasilkan peserta
atas kegiatan usaha yang dilakukannya.
2) Meningkatnya mutu kerja
Pelatihan yang baik dan tepat bisa meningkatkan kualitas
maupun kuantitas mutu kerja. Tenaga kerja yang berpengetahuan
jelas akan lebih baik dan akan lebih sedikit berbuat kesalahan dalam
organisasi atau bisa diartikan pelatihan dapat meningkatkan
pengetahuan serta mutu kerja sehingga bisa meminimalisir
kesalahan dalam proses kegiatan usaha.
3) Meningkatnya ketepatan dalam perencanaan SDM
Pelatihan yang baik bisa mempersiapkan tenaga kerja untuk
keperluan di masa yang akan datang. Apabila ada
lowongan-lowongan, maka akan mudah diisi oleh tenaga-tenaga dari dalam
13
perusahaan atau dapat diartikan sebuah pelatihan akan
meningkatkan skill peserta dalam hal ketepatan dan perencanaan
manajerial yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan usaha sehari-hari.
4) Meningkatnya moral kerja
Apabila perusahaan menyelenggarakan program pelatihan
yang tepat, maka iklim dan suasana organisasi pada umumnya akan
menjadi lebih baik, maka moral kerja juga akan meningkat atau bisa
diartikan setelah mengikuti pelatihan peserta lebih bisa bertanggung
jawab terhadap pekerjaannya sehari-hari sehingga bisa
meningkatkan jumlah produksi.
5) Menjaga kesehatan dan keselamatan
Suatu pelatihan yang tepat dapat membantu menghindari
timbulnya kecelakaan-kecelakaan akibat kerja. Selain itu lingkungan
kerja akan menjadi lebih aman dan tentram atau bisa diartikan
bahwa setelah mengikuti pelatihan peserta lebih bisa memperhatikan
kesehatan dan keselamatan dalam lingkungan kerja atau dalam
kegiatan usaha yang dilakukan sehari-hari.
6) Menunjang pertumbuhan pribadi
Dimaksudkan bahwa program pelatihan yang tepat sebenarnya
memberikan keuntungan pada kedua belah pihak dan tenaga kerja
peserta mengalami peningkatan pada potensi diri atau kemampuan
diri dari sebelumnya.
Adapun yang dimaksud pelatihan dalam skripsi ini adalah pelatihan
yang diberikan oleh pihak LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo kepada
penerima program Bunda Yatim melalui pelatih yang berkompeten dalam
bidangnya dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama, yang bertujuan
dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya.
3. Pendampingan
a. Pengertian Pendampingan
Pendampingan adalah suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat
bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok yang
lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan, dan mengontrol. Kata
pendampingan lebih bermakna pada kebersamaan, kesejajaran, samping
menyamping, dan karenanya kedudukan antara keduanya (pendamping
dan yang didampingi) sederajat, sehingga tidak ada dikotomi antara
atasan dan bawahan. Hal ini membawa implikasi bahwa peran
pendamping hanya sebatas pada memberikan alternatif, saran, dan
bantuan konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan.14
Pendampingan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang
bersifat konsultatif yaitu menciptakan suat u kondisi sehingga
14
pendamping maupun yang didampingi bisa berkonsultasi memecahkan
masalah bersama-sama, interaktif yaitu antara pendamping dengan yang
didampingi dapat dipahami bersama (persamaan pemahaman), motivatif
yaitu pendamping harus dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan dapat
memberikan semangat atau motivasi, dan negosiatif yaitu pendamping
dan yang didampingi mudah melakukan penyesuaian.15
Di dalam firman Allah dijelaskan tentang pendampingan yang harus
diberikan kepada saudara sesama muslim yang terdapat pada surah
at-Taubah ayat 71:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.16
b. Indikator Pendampingan
Pendampingan merupakan suatu strategi dalam menetukan
keberhasilan sebuah usaha dalam pmberdayaan masyarakat. Kelompok
perlu didampingi karena mereka merasa tidak mampu mengatsi
15
Mustofa Kamil,Model pendidikan dan pelatihan ,169.
16
permasalahan secara sendirian dan pendamping diharapkan bisa
memberikan solusi atas beberapa permasalahan tersebut.edi Suharto
menjelaskan bahwa indikator pendampingan yakni berupa pemungkinan
(enabling) fasilitator, penguatan (empowering), perlindungan
(protecting), dan pendukungan (supporting).17
1) Pemungkinan (enabling)
Merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi
dan kesempatan bagi masyarakat. Dengan kata lain Lembaga
memberikan pendampingan secara rutin kepada masyarakat
mengenai usaha yang dijalankan.
2) Penguatan (empowering)
Merupakan fungsi yang berkaitan dengan pendidikan dan
pelatihan guna memperkuat kapasitas masyarakat. Pendamping
diharapkan memberikan sebuah penguatan yang berupa pengawasan
kepada usaha yang diajalankan masyarakat.
3) Perlindungan (protecting)
Merupakan fungsi yang berkaitan dengan interaksi antara
pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi
kepentingan masyarakat dampingannya. Pendamping diharapkan
juga memberikan arahan serta solusi atau sebagai konsultan bagi
17
masyarakat, yakni orang yang bisa diajak bicara dan memberikan
solusi dalam pemecahan masalah.
4) Pendukungan (supporting)
Fungsi pendukungan mengacu pada aplikasi keterampilan yang
bersifat praktis yang dapat mendukung terjadinya perubahan positif
pada masyarakat. Pendamping tidak hanya dituntut menjadi manajer
perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan juga
melaksanakan tugas dalam berbagai keterampilan dasar, mengelola
keuangan kelompok, menjalin relasi bernegosiasi dan membantu
pemasaran produk yang dihasilkan.
Dalam rangka pendampingan ini, hubungan yang dibangun oleh
pendamping adalah hubungan konsultatif dan partisipatif. Dengan
adanya hubungan itu, maka peran yang dapat dimainkan oleh
pendamping dalam melaksanakan fungsi pendampingan adalah:
1) Peran Motivator
Upaya yang dilakukan pendamping adalah menyadarkan dan
mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan masalah agar
dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan
2) Peran Fasilitator
Pendamping mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan,
mengkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi
terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.
3) Peran Katalisator
Pendamping dalam hal ini dapat melakukan aktivitas sebagai
penghubung antara kelompok pendampingan dengan lembaga di luar
kelompok maupun lembaga teknis lainnya, baik lembaga teknis
pelayanan permodalan maupun pelayanan keterampilan berusaha
dalam rangka pengembangan jaringan. Dalam menjalankan suatu
usaha tidak cukup dengan modal, akan tetapi dibutuhkan pendukung
lainnya seperti halnya pelatihan usaha, dan pendampingan usaha.
Dalam menjalankan suatu usaha perlu adanya pendampingan agar
usaha yang dikelola mustahiq dapat berjalan dengan baik dan dapat
berkembang dengan baik. Dengan perkembangan usaha yang baik
akan berdampak pada peningkatan pendapatan yang diperoleh
mustahiq.
4. Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam
dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas
lain yang bertujuan meraih keuntungan.18
Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil yang
berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan
kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga
adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk
uang atau natural yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha
rumah tangga atau sumber lain.19Kondisi seseorang dapat diukur dengan
menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh
uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka
waktu tertentu.20
Dalam hal ini pendapatan juga bisa diartikan sebagai pendapatan
bersih seseorang baik berupa uang. Secara umum pendapatan dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu:
1) Gaji dan upah
Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan
suatu pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau
pemerintah. “Apabila salah seorang di antara kalian mengontrak
(tenaga) seorang aji@r, hendaknya dia memberitahukan tentang
18
Moh. Syafi’i Antonio,op. cit.hal 204.
19
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus,Mikro Ekonomi(Jakarta: Erlangga, 1995), 255.
20
upahnya”. (HR. Ad-Daraquthni). Imam Ahmad juga meriwayatkan
sebuah hadits dari Abu Sa’id “Nabi SAW melarang mengontrakaji@r
sehingga upahnya jelas bagi aji@r tersebut. Dalam hadits lain
Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, janganlah sekali-kali dia mempekerjakan seorang
buruh hingga dia memberitahukan kepadanya akan upahnya.21
2) Pendapatan dari kekayaan
Pendapatan dari usaha sendiri merupakan nilai total produksi
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang
atau lainnya, tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital untuk
sendiri tidak diperhitungkan.
3) Pendapatan dari sumber lain
Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan
tenaga kerja antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi
pengangguran, menyewa aset, serta sumbangan dalam bentuk lain.
Tingkat pendapatan (income level) adalah tingkat hidup yang dapat
dinikmati oleh seorang individu atau keluarga yang didasarkan atas
penghasilan mereka atau sumber-sumber pendapatan lain.22
Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk
tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang
21
M. Ismail. Y, M. Karebet. W, Op. Cit hal 193.
22
diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah
tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya.
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri
dan anak-anak adalah penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam
pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.23
b. Indikator Pendapatan
Sedangkan menurut Muhlisin Muzarie, sebuah peningkatan
pendapatan berawal dari tahapan-tahapan kesejahteraan yang ditentukan
dengan teori need milik Abraham Maslow yang menyebutkan bahwa
kesejahteraan sosial meliputi beberapa aspek yang diperoleh secara
bertahap, yaitu:
1) Terpenuhinya kebutuhan fisik (physioligical needs) atau kebutuhan
pokok (basic needs) seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan
kesehatan, kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
2) Terpenuhinya kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan
pengakuan (esteem needs).
3) Terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).
Dimana maslow memandang bahwa tingkat kesejahteraan dalam
memenuhi kebutuhan ditempuh secara bertahap dan berurutan.24
23
Soeratno,Ekonomi Pertanian(Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), 67.
24
Mukhlisin Muzarie,Hukum Perwakafan dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pendayagunaan zakat
Secara parsial dan simultan
publisitas program-program
distribusi dan kredibilitas lembaga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan minat zakat, infaq, dan shadaqah. program ekonomi (Jatim Makmur) meliputi berbagai kegiatan yaitu: Pelatihan ketrampilan, bantuan alat
Pemasaran zakat dilakukan oleh
BAZ Kota Mojokerto melalui
beberapa kegiatan dan media periklanan. Pemasaran zakat oleh
BAZ Kota Mojokerto dapat
jumlah muzaki juga berakibat pada
Manajemen zakat produktif LAZ Masjid Al Akbar Surabaya ialah: 1) Perencanaan yang diterapkan oleh LAZ MAS ialah perencanaan program zakat produktif antara 1-3X dalam setahun berdasarkan besar kecilnya dana tahunan yang dialokasikan untuk pendayagunaan zakat prduktif.
2) Pengorganisasian yang diterapkan oleh LAZ MAS adalah Fokormas, remas, takmir masjid, Juru Penerang (Jupen), Juru Pungut, Bendahara, Publikasi.
3) Penggerak bertugas memberikan intruksi kepada pengurus lain untuk pengambil kotak infaq. Intruksi tersebut dengan memerintahkan dan
mengarahkan dana hasil
pengambilan dengan sebaik mungkin dan dibuat untuk biaya program zakat produktif selanjutnya.
4) Bentuk pengawasan LAS MAS meliputi: peninjauan pribadi, pengawasan melalui laporan tertulis, pengawasan melalui laporan lisan.
C. Kerangka Konseptual
Agar penelitian ini terarah sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang
diharapakan serta berdasarkan teoritis, maka perlu terlebih dahulu disusun
kerangka konseptual dalam melaksanakan penelitian ini. Penelitian ini
menganalisa tentang program pelatihan dan pendampingan yang dilakukan,
pendapatan mustahiq yang tergabung dalam program Bunda Yatim di LAZ
Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo.
Dalam penelitian ini akan membandingkan pendapatan mustahiq bunda
Yatim atau ENFAQI sebelum dan sesudah mengikuti program pelatihan dan
pendampingan oleh LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo, apabila ada
peningkatan pendapatan mustahiq berarti penerima program dapat
memanfaatkan bantuan program yang berupa pendayagunaan dana zakat
produktif yang terdiri dari pelatihan wirausaha, keterampilan, modal usaha dan
pendampingan dengan baik, sehingga pada akhirnya akan menjadi wirausaha
yang mandiri dan mengubah citra dari seorang mustahiqyang produktif menjadi
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: pengaruh secara parsial
: pengaruh secara simultan
Indikator:
1. Variabel X1
a. Meningkatnya produktivitas
b. Meningkatnya mutu kerja
c. Meningkatnya ketepatan dalam perencanaan SDM
d. Meningkatnya moral kerja
Peningkatan Pendapatan (Y) Pelatihan (X1)
e. Menjaga kesehatan dan keselamatan
f. Menunjang pertumbuhan pribadi
2. Variabel X2
a. Pemungkinan (enabling)
b. Penguatan (empowering)
c. Perlindungan (protecting)
d. Pendukungan (supporting)
3. Variabel Y
a. Terpenuhinya kebutuhan fisik (physioligical needs) atau kebutuhan
pokok (basic needs) seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan
kesehatan, kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
b. Terpenuhinya kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan
pengakuan (esteem needs).
c. Terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
yang harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah
kebenarannya. Hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan antara dua
variabel atau lebih.
Dalam penulisan penelitian ini, hipotesis yang akan diajukan adalah sebagai
berikut:
H0= Pelatihan dan Pendampingan tidak berpengaruh terhadap pendapatan
mustahiq.
H1= Pelatihan dan pendampingan berpengaruh terhadap pendapatan
37 BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan strategi umum yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan guna menjawab
dan memecahkan persoalan yang dihadapi.1
Sehubungan dengan hal tersebut, di dalam metode penelitian ini akan
diuraikan mengenai pendekatan dan jenis penelitian, waktu dan lokasi penelitian,
jenis dan sumber data, populasi, sampel penelitian dan teknik sampling, variabel
dan indikator penelitian, definisi operasional, uji validitas dan reliabilitas, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian lapangan (field
research) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini,
pembahasan akan terfokus pada “Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan
Terhadap Peningkatan Pendapatan Mustahiq Bunda Yatim di LAZ Rumah
Amal Istiqomah Sidoarjo”. Penelitian ini merupakan penelitian laporan
pengamatan lapangan yaitu penelitian terhadap data primer melalui
wawancara dan data sekunder yang didapatkan melalui berbagai sumber
langsung maupun tak langsung.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan J uni-Juli, yang berlokasi di
LAZ Rumah Amal Istiqomah Jalan Buncitan No. 1 Buncitan Sedati Sidoarjo.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif, yaitu data yang berbentuk bilangan atau angka-angka yang secara
langsung bisa dihitung dengan statistik.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan
sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data
pertama di lokasi penelitian/objek penelitian. Data primer pada penelitian
ini, diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner dan wawancara kepada
mustahiq di LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo sebagai objek yang
terpilih.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari kepustakaan atau sumber yang digunakan
oleh peneliti untuk mendukung dan menunjang pembahasan dalam
penelitian, seperti:
a. Literatur yang berkaitan dengan zakat, pelatihan dan pendampingan
b. Buku-buku, skripsi, jurnal dan penelitian-penelitian terdahulu.
c. Tulisan ilmiah yang diunduh dari internet.
d. Brosur dan pamflet dari LAZ Rumah Amal Istiqomah.
3. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah mustahiq bunda yatim LAZ
Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Target
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota yang tergabung
dalam program Bunda Yatim di LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo.
Yakni berjumlah 170 orang anggota penerima program Bunda Yatim atau
ENFAQI (Entrepreneur Fakir Miskin).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.3 Sehingga
dalam penentuan jumlah sampel haruslah dapat mewakili populasi dengan
menggunakan perhitungan statistik. Teknik pengambilan sampling dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan
2 Ibid., 115.
sampel dengan pertimbangan tertentu.4 Pengambilan sampel berdasarkan
karakteristik responden yang diinginkan. Jumlah sampel yang diambil ada
30 orang dari total 170 orang, yang merupakan anggota Bunda Yatim yang
aktif, sudah produksi dan memiliki usaha serta memenuhi karakteristik
yang dibutuhkan untuk penelitian.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah
konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi
(indikator) dari suatu konsep/variabel.5 Pada penelitian yang berjudul
“Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan Terhadap Peningkatan Pendapatan
Mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo”. Untuk lebih
jelasnya, maka dianggap perlu untuk mendefinisikan beberapa pengertian
sebagai berikut:
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen/variabel bebas yaitu variabel yang
mempengaruhi variabel dependen (pendapatan).
a. Pelatihan (X1)
Pelatihan adalah proses pemberdayaan dan pembelajaran, artinya
individu (anggota masyarakat) harus mempelajari sesuatu (materi)
guna meningkatkan kemampuan, keterampilan dan tingkah laku
dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari dalam menopang
ekonominya (pendapatan).
Indikator keberhasilan suatu pelatihan dan pengembangan
menurut Edy Sutrisno adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya produktivitas
2. Meningkatnya mutu kerja
3. Meningkatnya ketepatan dalam perencanaan SDM
4. Meningkatnya moral kerja
5. Menjaga kesehatan dan keselamatan
6. Menunjang pertumbuhan pribadi
b. Pendampingan (X2)\
Pendampingan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang
bersifat konsultatif yaitu menciptakan suatu kondisi sehingga
pendamping maupun yang didampingi bisa berkonsultasi memecahkan
masalah bersama-sama, interaktif yaitu antara pendamping dengan
yang didampingi dapat dipahami bersama (persamaan pemahaman),
motivatif yaitu pendamping harus dapat menumbuhkan kepercayaan
diri dan dapat memberikan semangat atau motivasi, dan negosiatif
yaitu pendamping dan yang didampingi mudah melakukan
penyesuaian. Menurut Edi Suharto menjelaskan bahwa indikator
pendampingan yakni berupa :
a) Pemungkinan (enabling)
c) Perlindungan (protecting)
d) Pendukungan (supporting)
c. Variabel Dependen (Y)
Dalam penelitian ini, variabel terikat yang dimaksud adalah
peningkatan pendapatan mustahiq. Pendapatan adalah kenaikan kotor
dalam aset atau penurunan dalam liabilities atau gabungan dari
keduanya selama periode yang berakibat dari investasi halal,
perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan
meraih keuntungan.
Menurut Muhlisin Muzarie, sebuah peningkatan pendapatan
berawal dari tahapan-tahapan kesejahteraan yang ditentukan dengan
teori need milik Abraham Maslow yang menyebutkan bahwa
kesejahteraan sosial meliputi beberapa aspek yang diperoleh secara
bertahap, yaitu:
1) Terpenuhinya kebutuhan fisik (physioligical needs) atau
kebutuhan pokok (basic needs) seperti pangan, sandang, papan,
pendidikan dan kesehatan, kebutuhan akan rasa aman (safety
needs).
2) Terpenuhinya kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan
pengakuan (esteem needs).
3) Terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri (self actualization
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel
yang diteliti secara tepat.6 Suatu skala pengukuran dikatakan valid jika ia
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.7
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program IBM Statistical
Packeges for Social Science (SPPS) 20 sebagai alat bantu dalam analisis
pengolahan datanya. Metode yang digunakan dalam uji korelasi ini adalah
menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu
rumus korelasi Product Moment8 sebagai berikut:
r
xy = �∑ −(∑ )(∑ )
�∑ 2− ∑ 2 {�∑ 2− (∑ 2)}
Dimana :
X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item
∑X = Jumlah skor dalam distribusi X
∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y
∑X2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
∑Y2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
N = Banyaknya responden
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., 168.
Kriteria penilaian uji validitas adalah:
a. Jika Rhitung > Rtabel (pada taraf signifikasi 5%), maka dapat dikatakan
item kuisioner tersebut valid.
b. Sebaliknya jika Rhitung < Rtabel (pada taraf signifikasi 5%), maka dapat
dikatakan item kuisioner tersebut tidak valid.
Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas Variabel Pelatihan
Item rhitung rtabel Kesimpulan
Hasil Uji Validitas Variabel Pendampingan
Item rhitung rtabel Kesimpulan
Hasil Uji Validitas Variabel Pendapatan
Item rhitung rtabel Kesimpulan
Penda1 0,775 0,361 VALID
Penda2 0,854 0,361 VALID
Penda4 0,822 0,361 VALID
Penda5 0,703 0,361 VALID
Penda6 0,812 0,361 VALID
Penda7 0,541 0,361 VALID
Hasil uji validitas dari variabel pelatihan (X1), pendampingan (X2) dan
pendapatan (Y) pada program IBM Statistical Packeges for Social Science (SPPS)
20 menunjukkan Rhitung > Rtabel. Pada penelitian ini, diketahui Rtabel sebesar 0,361
dengan jumlah responden sebanyak 30 orang, sedangkan Rhitung yang diperoleh>
Rtabel. Jadi disimpulkan semua item pertanyaan dikatakan valid.
1. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas adalah pengujian terhadap kepercayaan suatu
instrumen. Apabila instrumen itu baik dan dapat dipercaya maka responden
tidak akan memilih jawaban-jawaban tertentu sehingga menghasilkan data
yang dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa
kali pengambilan, aspek-aspek yang diukur tidak akan berubah terhadap gejala
yang sama dan alat ukur yang sama. Dalam uji reliabilitas, rumus yang
digunakan adalah menggunakan rumus Alpha Cronbach9. Rumus Alpha
Cronbach digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan
1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.10
Rumus Alpha Cronbach:
rii = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
∑σ2
= Jumlah butir pertanyaan
σ12 = Varians total
Kriteria penilaian uji reliabilitas :
Jika rhitung ≥ rtabel, maka butir instrumen dikatakan reliabel, tetapi jika rhitung
≤ rtabel maka instrumen dikatakan tidak reliabel.
Menurut Uma Sekaran pengambilan keputusan untuk uji reliabel adalah
sebagai berikut:11
Hasil uji reliabilitas dari variabel pelatihan (X1), pendampingan (X2) dan
pendapatan (Y) pada program IBM Statistical Packeges for Social Science
(SPPS) 20 menunjukkan rhitung ≥ rtabel. Pada penelitian ini, diketahui rtabel sebesar
0,361 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang, sedangkan rhitung yang
diperoleh> rtabel yang artinya lebih dari jadi reliabilitas dapat diterima. Jadi
disimpulkan semua item pertanyaan dikatakan reliabel.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik-teknik yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Dalam mengumpulkan data,
peneliti menggunakan:
1. Kuesioner
Kuisioner/angket adalah teknik pengumpulan data melalui
formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis
pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau
tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.12 Kuesioner
penelitian diberikan kepada para mustahiq yang mendapat pelatihan dan
pendampingan dalam program Bunda Yatim di LAZ Rumah Amal
Istiqomah Sidoarjo.
2. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data berbentuk pertanyaan secara
lisan dan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara telah dipersiapkan
secara tuntas, dilengkapi dengan instrumennya.13 Dalam hal ini peneliti
melakukan wawancara dengan pengurus lembaga, khususnya pihak
manajemen LAZ Rumah Amal Istiqomah yang berkompeten dan
representatif di bidang pengelolaan Bunda Yatim.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data mengenai hal-hal yang berupa
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.14 Teknik dokumentasi
digunakan untuk melengkapi data penelitian, yang berupa laporan/data
mengenai struktur pengurus organisasi dan anggota Bunda Yatim yang
aktif mengikuti pelatihan dan pendampingan.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data diartikan sebagai upaya peneliti dalam mengelola data
yang diperoleh menjadi informasi sehingga sifat-sifat data tersebut dapat
dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah
yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Dalam menganalisis data yang
diperoleh, peneliti menggunakan:
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah pengujian pada variabel penelitian dengan
model regresi, apakah dalam variabel dan model regresinya terjadi
kesalahan.15
Di dalam penelitian ini terdapat lebih dari satu variabel bebas (X),
oleh karena itu analisis yang digunakan adalah model Analisis Regresi
Linier Berganda. Tetapi sebelum melakukan analisis data dengan
menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda, peneliti akan
menggunakan uji asumsi klasik yang meliputi sebagai berikut:
14 Suharsimi Arikunto, Prosedur..., 158.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diambil berasal dari populasi normal atau tidak.16 Salah satu teknik
yang mudah digunakan dalam pengujian normalitas ini adalah dengan
menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Normalitas terpenuhi jika
nilai signifikasi yang diperoleh adalah > 0.05, itu artinya sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai
signifikasi yang diperoleh adalah < 0.05 maka sampel bukan berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Tujuan dilakukannya uji multikolinearitas adalah untuk
memastikan adanya korelasi yang kuat antar variabel bebasnya. Model
regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi antar
variabel bebasnya. Pengujian pertama, apabila terdapat korelasi yang
tinggi (≤ 0.1) antar variabel bebas, maka data dikatakan terdapat
multikolinier. Namun apabila koefisien korelasinya ≥ 0.1, maka
dikatakan tidak terdapat multikolinier. Pengujian yang kedua selain
dengan melihat koefisien korelasinya, yaitu dengan melihat nilai VIF
(Varian Infloating Factor) yang terdapat pada output SPSS. Apabila
nilai VIF ≤10 maka tidak terjadi multikolinier. Sebaliknya, jika nilai
VIF ≥ 10 maka dikatakan terjadi multikolinier.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah pengujian yang dilakukan untuk
melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian
dari residual yang ada.
Dalam penelitian ini, pengujian yang dilakukan untuk memastikan
apakah terdapat heteroskedastisitas atau tidak adalah dengan uji
korelasi Rank-Spearman. Uji korelasi Rank-Spearman dilakukan
dengan cara mengkorelasikan nilai residual dengan variabel bebas
menggunakan Rank-Spearman. Dari data yang diperoleh, dikatakan
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas apabila signifikasi > 0.05.
Sebaliknya jika signifikasi < 0.05 maka terjadi gejala
heteroskedastisitas. Ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat
dilihat dari grafik Scatter Plot antar prediksi variabel dependen dengan
residunya. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengalami
heteroskedastisitas.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Setelah melakukan serangkaian pengujian pada uji asumsi klasik,
selanjutnya dilakukan penganalisisan data menggunakan model analisis
regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda adalah alat untuk
mengukur sejauh mana pengaruh satu atau beberapa variabel bebas
(X1,2,3,...n) terhadap variabel terikatnya (Y), baik parsial mapun simultan.17
Rumus yang digunakan adalah 18
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana :
Y : Pendapatan Mustahiq
a : Konstanta
X1 : Variabel pelatihan
X2 : Variabel pendampingan
b1 : Koefisien regresi antara X1 dan Y
b2 : Koefisien regresi antara X2 dan Y
e : Error
52 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah
Amal Istiqomah Sidoarjo di bawah naungan yayasan Dompet Amanah
Ummah (DAU) di Jalan Buncitan No. 1 Buncitan Sedati Sidoarjo pada
bulan Mei s/d Juli 2016.
2. Profil Lembaga Amil Zakat Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo
LAZ Rumah Amal Istiqomah merupakan lembaga yang berada di
bawah naungan Dompet Amanah Umat (DAU) yang memberikan
fasilitas pengumpulan dana baik berupa zakat, infaq, dan shodaqoh untuk
disampaikan kepda yang berhak menerima yaitu fakir miskin, anak yatim,
dan kaum dhuafa.1 Selain itu juga ada keinginan untuk membantu
masyarakat terutama membantu dalam hal perekonomian masyarakat
kurang mampu di daerah sedati dan sekitarnya.
LAZ Rumah Amal Istiqomah didirikan untuk melengkapi panti
asuhan Istiqomah yang sudah ada sebelumnya dan usaha lain yakni
Istiqomah Aqiqah.
Didirkan pada tahun 2010 dengan SK MENKUMHAM-RI:
AHU.4866.AH.01.04. tahun 2010.2 Dengan struktur organisasi sebagai