• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MUSTAHIQ BUNDA YATIM LAZ RUMAH AMAL ISTIQOMAH SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MUSTAHIQ BUNDA YATIM LAZ RUMAH AMAL ISTIQOMAH SIDOARJO."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

ROBBY REZA ZULFIKRI

NIM. C04212037

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

untuk mengetahui

ui apakah pelatihan dan pendampingan berpe dap peningkatan pendapatan mustahiq Bunda stiqomah Sidoarjo dan seberapa besar pengaruh erhadap peningkatan pendapatanmustahiq Bunda

iqomah Sidoarjo.

n ini menggunakan metode deskriptif kuant penelitian ini sebanyak 30 responden. Adapun r

dalah anggota Bunda Yatim LAZ Rumah A knik pengumpulan data dengan memberi kue

wancara dan dokumentasi. Dalam mem l tersebut, maka digunakan uji validitas dan uji regresi linier berganda serta uji f (simu ngujian menunjukkan bahwa pelatihan dan oleh LAZ Rumah Amal Istiqomah kepada rupa pelatihan wirausaha dengan membuat mbuatan kue kering berpengaruh secara sigini ndapatanmustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah A

pengujian tersebut diperoleh dari uji F yaitu dan uji T yang menunjukkan nilai signifikansi 0.049 dan pada variabel pendampingan (X2) 0.025

han (X1) dan pendampingan (X2) berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan (Y) mustahi

al Istiqomah Sidoarjo dengan besar R square 0,500 a ng dapat penulis berikan bagi LAZ Rumah A agar lebih fokus dan konsisten dalam hal upay yang diberikan kepada para mustahiq pada

(7)
(8)

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...37

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ...38

C. Jenis dan Sumber Data ...38

D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling...39

1. Populasi ...39

2. Sampel ...39

E. Definisi Operasional...40

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ...43

G. Teknik Pengumpulan Data...47

H. Teknik Analisis Data...48

1. Uji Asumsi Klasik ...48

2. Analisis Regresi Linier Berganda...50

BAB IV HASIL PENELITIAN ...52

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ...52

1. Lokasi Penelitian...52

2. Profil LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo ...52

3. Profil Program Bunda Yatim LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo ...56

2. Analisis Persamaan Regresi Linier Berganda ...67

3. Uji Hipotesis ...69

BAB V PEMBAHASAN ...74

A. Analisis Data Penelitian ...74

(9)

C. Besar Pengaruh Pelatihan dan Pendampinga terhadap Peningkatan Pendapatan Mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah

Amal Istiqomah ...91

BAB VI PENUTUP ...98

A. Kesimpulan ...98

B. Saran ...99 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ...31

3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pelatihan ...44

3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Pendampingan ...44

3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Pendapatan...44

3.4 Hasil Uji Reliabilitas ...46

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ...59

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...60

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...61

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ...62

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Anggota...63

4.6 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ...64

4.7 Hasil Uji Multikolonieritas ...66

4.8 Hasil Uji Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda ...68

4.9 Hasil Uji F (Simultan)...69

4.10 Hasil Uji T (Parsial) ...70

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konseptual...34

4.1 Struktur Organisasi ...53

4.2 Hasil Uji Normalitas P-Plot ...65

(12)

DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahsa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fonem konsonan Arab, yang dalam sistem tulisan Arab seluruhnya dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasinya ke tulisan Latin sebagian dilambangkan dengan lambang huruf, sebagian dengan tanda, dan sebagian lainnya dengan huruf dan tanda sekaligus sebagai berikut:

ARAB LATIN

ص Sad s} Es (dengan titik di bawah)

ض Dad d} De (dengan titik di bawah)

ط Ta t} Te (dengan titik di bawah)

ظ Za z} Zet (dengan titik di bawah)

ع Ain ‘ Koma terbalik (di atas)

(13)

2. Vokal

a. Vokal Tunggal (monoftong)

Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia

________ َ◌________

Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika hamzah berh}arakat sukun atau didahului oleh huruf yang berh}arakat sukun. Contoh:iqtid}a>’(ء ﺎﺿ ﺗﻗا)

b. Vokal Rangkap (diftong)

Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia Ket.

ﻲ ــــَـــــــ

Transliterasi untukta>’ marbut}ahada dua:

a. Jika hidup (menjadimud}a>f) transliterasinya adalaht. b. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalahh. Contoh :shari>’at al-Isla>m (مﻼ ﺳ ﻻ اﺔﻌﯾرﺷ)

Shari>’ah isla>mi>yah (ﺔﯾﻣﻼﺳا ﺔﻌﯾرﺷ)

4. Penulisan Huruf Kapital

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran, seperti sabda

Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada kekufuran.1 Ajaran Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk memilih dua hal

penting dalam sebuah pedoman hidup, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan

hidup di dunia serta kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di akhirat. Firman

Allah di beberapa ayat dalam al-Quran mengingatkan agar harta kekayaan

tidak hanya terbatas sirkulasinya pada sekelompok orang kaya saja.

Orang-orang bertakwa adalah mereka yang menyadari bahwa dalam

harta kekayaan yang mereka miliki terdapat hak-hak orang lain di dalamnya.

Perhatian penuh seharusnya diberikan kepada lapisan masyarakat yang belum

mampu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang

yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana zakat

kepada mereka yang kekurangan. Zakat merupakan salah satu dari lima nilai

(15)

instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku

ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya.2

Kesadaran untuk menunaikan kewajiban zakat bagi setiap muslim

merupakan kata kunci bagi terciptanya umat yang sejahtera. Hal ini karena

kewajiban membayar zakat merupakan poros utama dalam sistem keuangan

Islam (fiskal), dan sejalan dengan prinsip distribusi dalam Islam agar harta

tersebar pada seluruh rakyat. Zakat juga memiliki dimensi sosial, moral, dan

ekonomi, serta merupakan jaminan sosial pertama dari semua peradaban yang

ada.3

Untuk memaksimalkan potensi zakat dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, pengelolaan zakat sekarang ini dilakukan dengan

dua cara yaitu pengelolaan zakat secara konsumtif dan produktif.

Pengelolaan zakat secara konsumtif yaitu pengumpulan dan pendistribusian

yang dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan dasar ekonomi para

mustahiq berupa pemberian bahan makanan dan lain-lain serta bersifat

pemberian untuk dikonsumsi secara langsung, sedangkan pengelolaan zakat

secara produktif yaitu pengelolaan zakat dengan tujuan pemberdayaan dan

biasa dilakukan dengan cara bantuan modal pengusaha lemah, pembinaan,

pendidikan gratis dan lain-lain.4

2 Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam (Jakarta: CV Rajawali, 1987), 71.

3 Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 90.

(16)

Abdurrachman Qadir dalam bukunya yang berjudul Zakat (Dalam

Dimensi Mahdah dan Sosial) bahwasannya tujuan zakat tidak sekedar

menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang

lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan.5 Dimana orang tersebut sudah berkecukupan dan memiliki kelebihan harta serta memenuhi syarat

dikenai kewajiban zakat. Karena zakat merupakan instrumen dalam

mensucikan harta dengan membayarkan hak orang lain. Selain itu, zakat

merupakan mediator dalam mensucikan diri dan hati dari sifat bakhil dan

cinta harta serta merupakan instrumen sosial yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan dasar fakir miskin.6

Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya

pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan

sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki

dampak balik apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari Allah semata.

Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada sistem

kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui: Pertama, zakat

merupakan panggilan agama, yaitu cerminan dari keimanan seseorang.

Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya orang

yang membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar

setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga,

5 Abdurrachman Qadir, Zakat..., 83.

(17)

zakat secara empiris dapat menghapus kesenjangan sosial dan sebaliknya

dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan.7

Adanya zakat yang merupakan kewajiban setiap muslim sangat

membantu dan bisa membangun perekonomian masyarakat. Karena zakat

sebagai salah satu stimulus atau sumber dana sosial ekonomi bagi umat Islam

yang secara perekonomian kurang dari cukup. Artinya keberadaan

lembaga-lembaga pendayagunaan zakat dalam hal ini yang dikelola Badan Amil Zakat

(BAZ) milik pemerintah maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) sangat

penting, karena bertindak sebagai organisasi pengelola zakat dan penghimpun

dana zakat dari masyarakat.

Mengikuti era globalisasi ini menuntut kita sebagai lembaga pengelola

zakat untuk membuat suatu pola distibusi yang baik dan tepat sasaran,

dimana dana zakat harus dialokasikan dalam sebuah penyaluran yang terukur

dan bisa menghasilkan sehingga dana zakat menjadi produktif. Pengertian

harta zakat produktif artinya harta zakat yang dikumpulkan dari muzakki

tidak habis dibagikan sesaat begitu saja untuk memenuhi kebutuhan yang

bersifat konsumtif, melainkan harta zakat itu sebagian ada yang diserahkan

untuk hal yang bersifat produktif. Dalam arti, harta zakat itu didayagunakan

(dikelola) dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga bisa mendatangkan

manfaat yang akan digunakan dalam memenuhi kebutuhan orang yang tidak

mampu (terutama fakir miskin) tersebut dalam jangka panjang. Dengan

(18)

harapan, secara bertahap ia akan beralih dari kelompok mustahiq zakat

menjadi muzakki.8

Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung

peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan

produktif. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep

perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab

kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja.

Dengan adanya masalah tersebut, maka perlu adanya perencanaan yang dapat

mengembangkan zakat bersifat produktif.

Di Indonesia organisasi pengelolaan dan peghimpunan zakat dibagi

menjadi dua, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) sebagai organisasi yang

dibentuk oleh pemerintah di bawah naungan Kementerian Agama Republik

Indonesia dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu organisasi pengelolaan dan

penghimpunan zakat yang dibentuk sepenuhmya atas pemikiran dan rumusan

masyarakat dan berbadan hukum sendiri serta dikukuhkan oleh pemerintah.

Pengembangan zakat agar bersifat produktif, salah satunya yaitu dengan

cara menjadikan dana zakat sebagai perencanaan program pelatihan

keterampilan dan pendampingan usaha untuk para mustahiq. Adanya

perencanaan pelatihan dan pendampingan usaha untuk para mustahiq

bertujuan agar para mustahiq dapat membuat/mengembangkan usahanya,

sehingga mereka akan mendapatkan penghasilan tetap dan dapat menjalankan

(19)

atau membiayai kehidupannya secara konsisten, serta dapat menyisihkan

sebagian penghasilannya untuk menabung.

Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal apabila

dilaksanakan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) karena LAZ sebagai

organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan

pendistribusian dana zakat. LAZ tidak hanya memberikan dana zakat begitu

saja kepada para mustahiq, melainkan mereka akan memberikan pengarahan,

pelatihan serta pendampingan kepada para mustahiq agar dana zakat tersebut

benar-benar dijadikan modal kerja, sehingga penerima zakat (mustahiq) dapat

memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri.

Menurut Soeratno, bahwa ukuran pendapatan yang digunakan untuk

tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang

diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga

akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi

menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah

penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga

maupun mencari nafkah.9

Paul dan William mengatakan, bahwa pendapatan dalam ilmu ekonomi

didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai

dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan

rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga

dalam bentuk uang yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah

(20)

tangga atau sumber lain.10 Kondisi ekonomi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang

yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu

tertentu.11

Sedangkan menurut Muhlisin Muzarie, peningkatan pendapatan berawal

dari tahapan-tahapan kesejahteraan yang ditentukan dengan teori need milik

Abraham Maslow yang menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial meliputi

beberapa aspek yang diperoleh secara bertahap dimana tahap pertama adalah

terpenuhinya kebutuhan fisik (physioligical needs) atau kebutuhan pokok

(basic needs) seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan,

kedua adalah kebutuhan akan rasa aman (safety needs), diikuti oleh

kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan pengakuan (esteem needs)

dan tahap terahir adalah terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri (self

actualization needs) dimana Maslow memandang bahwa tingkat

kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan ditempuh secara bertahap dan

berurutan.12

Lembaga Amil Zakat menggunakan pola penyaluran serta pendistribusian

yang sudah terencana dengan baik dari beberapa pertimbangan yang

sebelumnya telah dirumuskan, yaitu terbagi dalam beberapa tahap. Tahap

pertama LAZ memberikan dana yang sudah dihimpun dari para donatur untuk

10 Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Mikro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 1995), 255. 11 Ibid., 258.

(21)

dialokasikan kepada beberapa mustahiq dalam bentuk pelatihan keterampilan

atau pelatihan usaha produktif.

Menurut Mathis, pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang

mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.

Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi,

pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas,

pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan

dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka

saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan

pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam

cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru

yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang. 13 Tahap kedua, LAZ melakukan pendampingan kepada para mustahiq yang

sudah diberikan pelatihan atau keterampilan usaha produktif dengan

memberikan masukan ataupun arahan sehingga perencanaan pemberdayaan

yang dirumuskan oleh LAZ dapat berjalan dengan baik yang berimplikasi

terhadap pendapatan mustahiq, dari yang semula tidak memiliki pendapatan

yang pasti dan selalu kekurangan, tetapi setelah adanya pemberdayaan yang

dilakukan LAZ tentunya bisa merubah pendapatan ekonomi mustahiq. Tahap

ketiga, LAZ membantu para mustahiq dalam hal pemasaran produk yang

dihasilkan dan berkaitan dengan langkah sebelumnya, sehingga mustahiq

diberikan kemudahan agar lebih fokus pada usaha yang dijalankan. Adanya

(22)

tahap ketiga yakni pemasaran produk hasil olahan merupakan suatu wujud

pendampingan yang dilakukan Lembaga Amil Zakat terhadap mustahiq.14

Kata pendampingan lebih bermakna pada kebersamaan, kesejajaran,

samping menyamping, dan karenanya kedudukan antar keduanya

(pendamping dan yang didampingi) sederajat, sehingga tidak ada dikotomi

antara atasan dan bawahan. Hal ini membawa implikasi bahwa peran

pendamping hanya sebatas pada memberikan alternatif, saran, dan bantuan

konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan.15

LAZ dalam melakukan kegiatan pengumpulan, pengalokasian, dan

pendistribusian zakat, infaq, sodaqah harus sesuai dengan ketentuan.

Sehingga\ dalam rukunnya terdapat ketentuan bahwa zakat, infaq, dan

shodaqah tidak dapat diberikan kepada mereka yang mampu atau kurang

membutuhkan. Oleh karena itu al-Qur’an memberi rambu-rambu agar zakat,

infaq, dan shodaqoh yang dihimpun dapat disalurkan pada fakir miskin (orang

yang benar-benar membutuhkan).16

Salah satu LAZ yang ada di Indonesia adalah LAZ Rumah Amal

Istiqomah yang terletak di Jalan Buncitan no. 1 Buncitan Sedati Sidoarjo.

Organisasi zakat dituntut mampu untuk melaksanakan fungsi LAZ di

Indonesia, diantaranya menjadi penghimpun dana Zakat, Infaq, Shodaqoh

maupun Wakaf dari masyarakat yang kemudian di distribusikan dan

14

M. Abdul Ghani, Manajer Dept Penyaluran LAZ Rumah Amal Istiqomah, Wawancara, LAZ Rumah Amal Istiqomah, 22 Mei 2016.

15 BPKB Jawa Timur, Modul Pendampingan, (Surabaya: 2001)

(23)

disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan, baik berupa modal usaha,

memberikan pelatihan softskill, maupun pendampingan usaha yang bertujuan

untuk mengubah seorang mustahiq menjadi seorang muzakki.

LAZ Rumah Amal Istiqomah memiliki yayasan panti asuhan yang

menampung serta menyantuni anak yatim maupun piatu dari pendidikan

dasar hingga memiliki keterampilan usaha mandiri. Selain itu, ada beberapa

program yang dimiliki LAZ Rumah Amal Istiqomah dalam hal

pendayagunaan zakat produktif diantaranya KOMBES (Komunitas Becak

Sedati) dan BUNDA YATIM atau ENFAQI (Entrepreneur Fakir Miskin).

Penulis memilih program BUNDA YATIM atau ENFAQI (Entrepreneur

Fakir Miskin) karena dari beberapa program yang ada di LAZ Rumah Amal

Istiqomah yang berada di bawah yayasan Dompet Amanah Ummah,

BUNDA YATIM adalah program yang sudah berjalan dan sudah memiliki

banyak anggota serta sudah memiliki usaha dan pendapatan sendiri. BUNDA

YATIM yang merupakan salah satu program dari LAZ Rumah Amal

Istiqomah yang terdiri dari SENJA (Senyum Janda dan Manula) dan

termasuk dalam ENFAQI (Entrepreneur Fakir Miskin) yakni berupa

pelatihan kepada para janda fakir miskin dan ibu-ibu yang berada di sekitar

Sedati untuk diberi pelatihan kewirausahaan, bimbingan, mengarahkan sesuai

bakat dan keinginan dalam pembuatan Abon Duri Bandeng dan aneka olahan

Bandeng lainnya. Selain itu juga ada program pendampingan yang dilakukan

LAZ Rumah Amal Istiqomah dalam mengatur manajemen usaha, baik dari

(24)

kawasan Sedati merupakan kawasan sentralisasi wisata pemancingan yang

digagas pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Sehingga jenis usaha yang demikan

sangat mendukung keberadaan wisata pemancingan yang ada di Sedati. Oleh

karena itu, pemberian pelatihan pendampingan dan pemasaran produk yang

dihasilkan bagi masyarakat miskin sangatlah penting agar program ini

berjalan dengan baik.

Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

“Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan terhadap Peningkatan Pendapatan

Mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka untuk

memberikan arah yang jelas dalam penelitian ini penulis membatasi pada

masalah-masalah berikut:

1. Apakah pelatihan dan pendampingan berpengaruh secara signifikan

terhadap peningkatan pendapatan mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah

Amal Istiqomah Sidoarjo?

2. Seberapa besar pengaruh pelatihan dan pendampingan terhadap

peningkatan pendapatan mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah Amal

(25)

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan

yang ingin dicapai oleh penulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan dan pendampingan terhadap

peningkatan pendapatan mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah Amal

Istiqomah.

b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan dan pendampingan

terhadap peningkatan pendapatan mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah

Amal Istiqomah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian yang akan penulis lakukan ini, diharapkan memiliki

manfaat dan berguna untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Secara Teoretis

Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengetahuan seputar permasalahan yang diteliti, baik bagi

peneliti maupun untuk pihak lain, sebagai bahan referensi untuk meneliti

dan mengkaji secara mendalam tentang pengaruh pelatihan dan

pendampingan terhadap peningkatan pendapatan mustahiq Bunda Yatim

(26)

2. Secara Praktis

a) Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau

landasan serta tambahan pemahaman dan kelimuan tentang program

pendayagunaan zakat produktif yang berupa pelatihan dan

pendampingan kepada para mustahiq Bunda Yatim.

b) Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan atau

referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ada kaitannya dengan

(27)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini menggunakan teori tentang keterkaitan antara

peningkatan pendapatan yang dipengaruhi oleh kegiatan pelatihan dan

pendampingan yang diberikan LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo kepada

mustahiqBunda Yatim.

A. Landasan Teori

1. Zakat

a) Pengertian zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar

(masdar) dari zakat yang berarti suci, berkah, tumbuh dan terpuji, yang

semua arti ini digunakan di dalama menerjemahkan al-Quran dan

Hadits.1

Menurut istilah, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu

yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk

dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan

persyaratan tertentu pula.2

Sedangkan dalam istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan

pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak

1

Muhammad Ridwan dan Mas’ud,Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat

(Yogyakarta: UII Press, 2005), 33-34.

2

(28)

punya. Transfer kekayaan berarti transfer sumber-sumber ekonomi.

Tindakan ini tentu saja akan mengakibatkan perubahan tertentu yang

bersifat ekonomi seumpamanya saja, seorang yang menerima zakat bisa

mempergunakannya untuk berkonsumsi atau berproduksi. Dengan

demikian, zakat walaupun pada dasarnya merupakan ibadah kepada

Allah, bisa mempunyai arti ekonomi.3

b) Tujuan zakat

Tujuan zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial ekonomi.

Para cendekiawan muslim banyak yang menerangkan tentang

tujuan-tujuan zakat, baik secara umum yang menyangkut tatanan ekonomi,

sosial, dan kenegaraan maupun secara khusus yang ditinjau dari

tujuan-tujuan nash secara eksplisit.

1) Menyucikan harta dan jiwa muzakki.

2) Mengangkat derajat fakir miskin.

3) Membantu memecahkan masalah para gharimin, ibnu sabil, dan

mustahiqlainnya.

4) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesame umat

islam dan manusia pada umumnya.

5) Menghilangkan sifat kikir bagi pemilik harta.

3

(29)

6) Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan social) dari hati

orang-orang miskin.

7) Menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di dalam

masyarakat agar tidak ada kesenjangan diantara keduanya.

8) Mengembangkan rasa tanggung jawab social pada diri seseorang,

terutama yang memiliki harta.

9) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan

menyrahkan hak orang lain padanya.

10) Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah.

11) Berakhlak dengan akhlak Allah.

12) Mengobati hati dari cinta dunia.

13) Mengembangkan kekayaan bathin.

14) Mengembangkan dan memberkahkan harta.

15) Membebaskan si penerima (mustahiq) dari kebutuhan, sehingga

dapat merasa hidup tenteram dan dapat meningkat kan

kekhusyukan ibadah kepada Allah SWT.

16) Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.

17) Tujuan yang meliputi bidang moral, sosial, dan ekonomi. Dalam

bidang moral, zakat mengikis ketamakan dan keserakahan hati si

kaya. Sedangkan dalam bidang sosial, zakat berfungsi untuk

(30)

ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan di tangan

sebagian kecil manusia dan merupakan sumbangan wajib bagi

kaum muslimin untuk perbendaharaan negara.4

c) Golongan yang berhak menerima zakat

Golongan yang berhak menerima zakat sebagaimana yang

tercantum dalam al-Quran surat at-Taubat ayat 60 adalah:



“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. At-Taubah: 60)5

1) Fakir, yaitu orang tidak berharta dan tidak pula mempunyai

pekerjaan atau usaha tetap guna mencukupi kebutuhan hidupnya

(nafkah), sedang orang yang menanggung hidupnya tidak ada.

2) Miskin, yaitu orang-orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhan

hidupnya, meskipun ia mempunyai pekerjaan atau usaha tetap,

tetapi hasilnya belum mencukupi kebutuhannya dan orang yang

menannggungnya tidak ada.

4

Muhammad Ridwan dan Mas’ud,Zakat dan Kemiskinan...,43.

5

(31)

3) Amil, yaitu panitia atau organisasi yang melaksanakan segala

kegiatan urusan zakat, baik mengumpulkan, membagikan maupun

mengelolanya.

4) Muallaf, yaitu orang yang masih lemah imannya karena baru

memeluk agama islam atau orang yang ada keinginan masuk islam

tetapi masih ragu-ragu. Dengan diberi zakat akan memantabkan

hatinya dalam memeluk islam.

5) Riqab, yaitu hamba sahaya yang perlu diberikan bagian zakat agar

mereka dapat melepaskan diri dari belenggu perbudakan.

6) Gharim, yaitu orang yang punya hutang karena suatu kepentingan

yang bukan untuk perbuatan maksiat dan ia tidak mampu atau

melunasinya. Serta orang yang berhutang untuk kemaslahatan umum

seperti orang yang berhutang untuk menyantuni anak yatim.

7) Sabilillah, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan

dengan maksud baik atau musafir yang memerlukan bantuan.6

d) Zakat untuk usaha produktif

Zakat untuk usaha produktif adalah zakat yang diberikan kepada

mustahiq sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi,

6

(32)

sehingga dapat menumbuh kembangkan tingkat ekonomi dan potensi

produktifitasmustahiq.7

2. Pelatihan

a. Pengertian Pelatihan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo pelatihan adalah bagian dari suatu

proses pendidikan. Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan atau

memperoleh keterampilan khusus bagi seseorang atau sekelompok orang,

misalnya latihan memasak, latihan beternak, latihan menjahit dan

sebagainya.8

Pelatihan (training) adalah proses sistematik pengubahan perilaku

para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan

organisasi.9 Menurut Raymond Noe dan Bernardin yang dikutip oleh

Sudarmanto. Pelatihan merupakan usaha yang direncanakan oleh

perusahaan untuk memfasilitasi pembelajaran kompetensi karyawan

yang berhubungan dengan pekerjaan. Sedangkan menurut Bernardin

mendefinisikan pelatihan (training) merupkan segala kegiatan untuk

meningkatkan kinerja individu/pegawai sesuai dengan pekerjaan atau

jabatan yang dipengangnya atau berhubungan dengan tugas saat ini.10

7

Abduracchman Qadir, Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial)(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 165.

8

Soekidjo Notoatmodjo,Pengembangan Sumber Daya Manusia(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 17.

9

Henry Simamora,Manajemen Sumber Daya Manusia(Yogyakarta: BPFE, 1997), 342.

10

(33)

Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai

kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh

karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan

dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan

menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat

diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka

saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan

pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam

cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan

baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa

mendatang.11

Mustofa Kamil mengartikan pelatihan sebagai proses pemberdayaan

dan pembelajaran, artinya individu (anggota masyarakat) harus

mempelajari sesuatu (materi) guna meningkatkan kemampuan,

keterampilan dan tingkah laku dalam pekerjaan dan kehidupan

sehari-hari dalam menopang ekonominya (pendapatan).12

11

Mathis R.L dan Jackson J.H,Manajemen Sumber Daya Manusia(Jakarta: Salemba Empat, 2002), 65.

12

(34)

b. Indikator Pelatihan

Indikator keberhasilan suatu pelatihan dan pengembangan menurut

Edy Sutrisno adalah sebagai berikut:13

1) Meningkatnya produktivitas

Pelatihan dapat meningkatkan performance kerja pada posisi

jabatan yang sekarang. Kalau level of performance-nya naik, maka

berakibat pada peningkatan produktivitas atau bisa diartikan sebuah

pelatihan akan meningkatkan produktivitas yang dihasilkan peserta

atas kegiatan usaha yang dilakukannya.

2) Meningkatnya mutu kerja

Pelatihan yang baik dan tepat bisa meningkatkan kualitas

maupun kuantitas mutu kerja. Tenaga kerja yang berpengetahuan

jelas akan lebih baik dan akan lebih sedikit berbuat kesalahan dalam

organisasi atau bisa diartikan pelatihan dapat meningkatkan

pengetahuan serta mutu kerja sehingga bisa meminimalisir

kesalahan dalam proses kegiatan usaha.

3) Meningkatnya ketepatan dalam perencanaan SDM

Pelatihan yang baik bisa mempersiapkan tenaga kerja untuk

keperluan di masa yang akan datang. Apabila ada

lowongan-lowongan, maka akan mudah diisi oleh tenaga-tenaga dari dalam

13

(35)

perusahaan atau dapat diartikan sebuah pelatihan akan

meningkatkan skill peserta dalam hal ketepatan dan perencanaan

manajerial yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan usaha sehari-hari.

4) Meningkatnya moral kerja

Apabila perusahaan menyelenggarakan program pelatihan

yang tepat, maka iklim dan suasana organisasi pada umumnya akan

menjadi lebih baik, maka moral kerja juga akan meningkat atau bisa

diartikan setelah mengikuti pelatihan peserta lebih bisa bertanggung

jawab terhadap pekerjaannya sehari-hari sehingga bisa

meningkatkan jumlah produksi.

5) Menjaga kesehatan dan keselamatan

Suatu pelatihan yang tepat dapat membantu menghindari

timbulnya kecelakaan-kecelakaan akibat kerja. Selain itu lingkungan

kerja akan menjadi lebih aman dan tentram atau bisa diartikan

bahwa setelah mengikuti pelatihan peserta lebih bisa memperhatikan

kesehatan dan keselamatan dalam lingkungan kerja atau dalam

kegiatan usaha yang dilakukan sehari-hari.

6) Menunjang pertumbuhan pribadi

Dimaksudkan bahwa program pelatihan yang tepat sebenarnya

memberikan keuntungan pada kedua belah pihak dan tenaga kerja

(36)

peserta mengalami peningkatan pada potensi diri atau kemampuan

diri dari sebelumnya.

Adapun yang dimaksud pelatihan dalam skripsi ini adalah pelatihan

yang diberikan oleh pihak LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo kepada

penerima program Bunda Yatim melalui pelatih yang berkompeten dalam

bidangnya dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama, yang bertujuan

dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya.

3. Pendampingan

a. Pengertian Pendampingan

Pendampingan adalah suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat

bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok yang

lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan, dan mengontrol. Kata

pendampingan lebih bermakna pada kebersamaan, kesejajaran, samping

menyamping, dan karenanya kedudukan antara keduanya (pendamping

dan yang didampingi) sederajat, sehingga tidak ada dikotomi antara

atasan dan bawahan. Hal ini membawa implikasi bahwa peran

pendamping hanya sebatas pada memberikan alternatif, saran, dan

bantuan konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan.14

Pendampingan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang

bersifat konsultatif yaitu menciptakan suat u kondisi sehingga

14

(37)

pendamping maupun yang didampingi bisa berkonsultasi memecahkan

masalah bersama-sama, interaktif yaitu antara pendamping dengan yang

didampingi dapat dipahami bersama (persamaan pemahaman), motivatif

yaitu pendamping harus dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan dapat

memberikan semangat atau motivasi, dan negosiatif yaitu pendamping

dan yang didampingi mudah melakukan penyesuaian.15

Di dalam firman Allah dijelaskan tentang pendampingan yang harus

diberikan kepada saudara sesama muslim yang terdapat pada surah

at-Taubah ayat 71:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.16

b. Indikator Pendampingan

Pendampingan merupakan suatu strategi dalam menetukan

keberhasilan sebuah usaha dalam pmberdayaan masyarakat. Kelompok

perlu didampingi karena mereka merasa tidak mampu mengatsi

15

Mustofa Kamil,Model pendidikan dan pelatihan ,169.

16

(38)

permasalahan secara sendirian dan pendamping diharapkan bisa

memberikan solusi atas beberapa permasalahan tersebut.edi Suharto

menjelaskan bahwa indikator pendampingan yakni berupa pemungkinan

(enabling) fasilitator, penguatan (empowering), perlindungan

(protecting), dan pendukungan (supporting).17

1) Pemungkinan (enabling)

Merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi

dan kesempatan bagi masyarakat. Dengan kata lain Lembaga

memberikan pendampingan secara rutin kepada masyarakat

mengenai usaha yang dijalankan.

2) Penguatan (empowering)

Merupakan fungsi yang berkaitan dengan pendidikan dan

pelatihan guna memperkuat kapasitas masyarakat. Pendamping

diharapkan memberikan sebuah penguatan yang berupa pengawasan

kepada usaha yang diajalankan masyarakat.

3) Perlindungan (protecting)

Merupakan fungsi yang berkaitan dengan interaksi antara

pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi

kepentingan masyarakat dampingannya. Pendamping diharapkan

juga memberikan arahan serta solusi atau sebagai konsultan bagi

17

(39)

masyarakat, yakni orang yang bisa diajak bicara dan memberikan

solusi dalam pemecahan masalah.

4) Pendukungan (supporting)

Fungsi pendukungan mengacu pada aplikasi keterampilan yang

bersifat praktis yang dapat mendukung terjadinya perubahan positif

pada masyarakat. Pendamping tidak hanya dituntut menjadi manajer

perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan juga

melaksanakan tugas dalam berbagai keterampilan dasar, mengelola

keuangan kelompok, menjalin relasi bernegosiasi dan membantu

pemasaran produk yang dihasilkan.

Dalam rangka pendampingan ini, hubungan yang dibangun oleh

pendamping adalah hubungan konsultatif dan partisipatif. Dengan

adanya hubungan itu, maka peran yang dapat dimainkan oleh

pendamping dalam melaksanakan fungsi pendampingan adalah:

1) Peran Motivator

Upaya yang dilakukan pendamping adalah menyadarkan dan

mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan masalah agar

dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan

(40)

2) Peran Fasilitator

Pendamping mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan,

mengkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi

terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.

3) Peran Katalisator

Pendamping dalam hal ini dapat melakukan aktivitas sebagai

penghubung antara kelompok pendampingan dengan lembaga di luar

kelompok maupun lembaga teknis lainnya, baik lembaga teknis

pelayanan permodalan maupun pelayanan keterampilan berusaha

dalam rangka pengembangan jaringan. Dalam menjalankan suatu

usaha tidak cukup dengan modal, akan tetapi dibutuhkan pendukung

lainnya seperti halnya pelatihan usaha, dan pendampingan usaha.

Dalam menjalankan suatu usaha perlu adanya pendampingan agar

usaha yang dikelola mustahiq dapat berjalan dengan baik dan dapat

berkembang dengan baik. Dengan perkembangan usaha yang baik

akan berdampak pada peningkatan pendapatan yang diperoleh

mustahiq.

4. Pendapatan

a. Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam

(41)

dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas

lain yang bertujuan meraih keuntungan.18

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil yang

berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan

kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga

adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk

uang atau natural yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha

rumah tangga atau sumber lain.19Kondisi seseorang dapat diukur dengan

menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh

uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka

waktu tertentu.20

Dalam hal ini pendapatan juga bisa diartikan sebagai pendapatan

bersih seseorang baik berupa uang. Secara umum pendapatan dapat

digolongkan menjadi 3 yaitu:

1) Gaji dan upah

Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan

suatu pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau

pemerintah. “Apabila salah seorang di antara kalian mengontrak

(tenaga) seorang aji@r, hendaknya dia memberitahukan tentang

18

Moh. Syafi’i Antonio,op. cit.hal 204.

19

Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus,Mikro Ekonomi(Jakarta: Erlangga, 1995), 255.

20

(42)

upahnya”. (HR. Ad-Daraquthni). Imam Ahmad juga meriwayatkan

sebuah hadits dari Abu Sa’id “Nabi SAW melarang mengontrakaji@r

sehingga upahnya jelas bagi aji@r tersebut. Dalam hadits lain

Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang beriman kepada Allah

dan hari akhir, janganlah sekali-kali dia mempekerjakan seorang

buruh hingga dia memberitahukan kepadanya akan upahnya.21

2) Pendapatan dari kekayaan

Pendapatan dari usaha sendiri merupakan nilai total produksi

dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang

atau lainnya, tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital untuk

sendiri tidak diperhitungkan.

3) Pendapatan dari sumber lain

Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan

tenaga kerja antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi

pengangguran, menyewa aset, serta sumbangan dalam bentuk lain.

Tingkat pendapatan (income level) adalah tingkat hidup yang dapat

dinikmati oleh seorang individu atau keluarga yang didasarkan atas

penghasilan mereka atau sumber-sumber pendapatan lain.22

Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk

tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang

21

M. Ismail. Y, M. Karebet. W, Op. Cit hal 193.

22

(43)

diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah

tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya.

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri

dan anak-anak adalah penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam

pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.23

b. Indikator Pendapatan

Sedangkan menurut Muhlisin Muzarie, sebuah peningkatan

pendapatan berawal dari tahapan-tahapan kesejahteraan yang ditentukan

dengan teori need milik Abraham Maslow yang menyebutkan bahwa

kesejahteraan sosial meliputi beberapa aspek yang diperoleh secara

bertahap, yaitu:

1) Terpenuhinya kebutuhan fisik (physioligical needs) atau kebutuhan

pokok (basic needs) seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan

kesehatan, kebutuhan akan rasa aman (safety needs).

2) Terpenuhinya kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan

pengakuan (esteem needs).

3) Terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).

Dimana maslow memandang bahwa tingkat kesejahteraan dalam

memenuhi kebutuhan ditempuh secara bertahap dan berurutan.24

23

Soeratno,Ekonomi Pertanian(Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), 67.

24

Mukhlisin Muzarie,Hukum Perwakafan dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

(44)

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pendayagunaan zakat

Secara parsial dan simultan

publisitas program-program

distribusi dan kredibilitas lembaga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan minat zakat, infaq, dan shadaqah. program ekonomi (Jatim Makmur) meliputi berbagai kegiatan yaitu: Pelatihan ketrampilan, bantuan alat

Pemasaran zakat dilakukan oleh

BAZ Kota Mojokerto melalui

beberapa kegiatan dan media periklanan. Pemasaran zakat oleh

BAZ Kota Mojokerto dapat

(45)

jumlah muzaki juga berakibat pada

Manajemen zakat produktif LAZ Masjid Al Akbar Surabaya ialah: 1) Perencanaan yang diterapkan oleh LAZ MAS ialah perencanaan program zakat produktif antara 1-3X dalam setahun berdasarkan besar kecilnya dana tahunan yang dialokasikan untuk pendayagunaan zakat prduktif.

2) Pengorganisasian yang diterapkan oleh LAZ MAS adalah Fokormas, remas, takmir masjid, Juru Penerang (Jupen), Juru Pungut, Bendahara, Publikasi.

3) Penggerak bertugas memberikan intruksi kepada pengurus lain untuk pengambil kotak infaq. Intruksi tersebut dengan memerintahkan dan

mengarahkan dana hasil

pengambilan dengan sebaik mungkin dan dibuat untuk biaya program zakat produktif selanjutnya.

4) Bentuk pengawasan LAS MAS meliputi: peninjauan pribadi, pengawasan melalui laporan tertulis, pengawasan melalui laporan lisan.

C. Kerangka Konseptual

Agar penelitian ini terarah sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang

diharapakan serta berdasarkan teoritis, maka perlu terlebih dahulu disusun

kerangka konseptual dalam melaksanakan penelitian ini. Penelitian ini

menganalisa tentang program pelatihan dan pendampingan yang dilakukan,

(46)

pendapatan mustahiq yang tergabung dalam program Bunda Yatim di LAZ

Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo.

Dalam penelitian ini akan membandingkan pendapatan mustahiq bunda

Yatim atau ENFAQI sebelum dan sesudah mengikuti program pelatihan dan

pendampingan oleh LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo, apabila ada

peningkatan pendapatan mustahiq berarti penerima program dapat

memanfaatkan bantuan program yang berupa pendayagunaan dana zakat

produktif yang terdiri dari pelatihan wirausaha, keterampilan, modal usaha dan

pendampingan dengan baik, sehingga pada akhirnya akan menjadi wirausaha

yang mandiri dan mengubah citra dari seorang mustahiqyang produktif menjadi

(47)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

: pengaruh secara parsial

: pengaruh secara simultan

Indikator:

1. Variabel X1

a. Meningkatnya produktivitas

b. Meningkatnya mutu kerja

c. Meningkatnya ketepatan dalam perencanaan SDM

d. Meningkatnya moral kerja

Peningkatan Pendapatan (Y) Pelatihan (X1)

(48)

e. Menjaga kesehatan dan keselamatan

f. Menunjang pertumbuhan pribadi

2. Variabel X2

a. Pemungkinan (enabling)

b. Penguatan (empowering)

c. Perlindungan (protecting)

d. Pendukungan (supporting)

3. Variabel Y

a. Terpenuhinya kebutuhan fisik (physioligical needs) atau kebutuhan

pokok (basic needs) seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan

kesehatan, kebutuhan akan rasa aman (safety needs).

b. Terpenuhinya kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan

pengakuan (esteem needs).

c. Terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian,

yang harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah

(49)

kebenarannya. Hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan antara dua

variabel atau lebih.

Dalam penulisan penelitian ini, hipotesis yang akan diajukan adalah sebagai

berikut:

H0= Pelatihan dan Pendampingan tidak berpengaruh terhadap pendapatan

mustahiq.

H1= Pelatihan dan pendampingan berpengaruh terhadap pendapatan

(50)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan strategi umum yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan guna menjawab

dan memecahkan persoalan yang dihadapi.1

Sehubungan dengan hal tersebut, di dalam metode penelitian ini akan

diuraikan mengenai pendekatan dan jenis penelitian, waktu dan lokasi penelitian,

jenis dan sumber data, populasi, sampel penelitian dan teknik sampling, variabel

dan indikator penelitian, definisi operasional, uji validitas dan reliabilitas, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian lapangan (field

research) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini,

pembahasan akan terfokus pada “Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan

Terhadap Peningkatan Pendapatan Mustahiq Bunda Yatim di LAZ Rumah

Amal Istiqomah Sidoarjo”. Penelitian ini merupakan penelitian laporan

pengamatan lapangan yaitu penelitian terhadap data primer melalui

wawancara dan data sekunder yang didapatkan melalui berbagai sumber

langsung maupun tak langsung.

(51)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan J uni-Juli, yang berlokasi di

LAZ Rumah Amal Istiqomah Jalan Buncitan No. 1 Buncitan Sedati Sidoarjo.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif, yaitu data yang berbentuk bilangan atau angka-angka yang secara

langsung bisa dihitung dengan statistik.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan

sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data

pertama di lokasi penelitian/objek penelitian. Data primer pada penelitian

ini, diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner dan wawancara kepada

mustahiq di LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo sebagai objek yang

terpilih.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari kepustakaan atau sumber yang digunakan

oleh peneliti untuk mendukung dan menunjang pembahasan dalam

penelitian, seperti:

a. Literatur yang berkaitan dengan zakat, pelatihan dan pendampingan

(52)

b. Buku-buku, skripsi, jurnal dan penelitian-penelitian terdahulu.

c. Tulisan ilmiah yang diunduh dari internet.

d. Brosur dan pamflet dari LAZ Rumah Amal Istiqomah.

3. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah mustahiq bunda yatim LAZ

Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo

D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Target

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota yang tergabung

dalam program Bunda Yatim di LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo.

Yakni berjumlah 170 orang anggota penerima program Bunda Yatim atau

ENFAQI (Entrepreneur Fakir Miskin).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.3 Sehingga

dalam penentuan jumlah sampel haruslah dapat mewakili populasi dengan

menggunakan perhitungan statistik. Teknik pengambilan sampling dengan

menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan

2 Ibid., 115.

(53)

sampel dengan pertimbangan tertentu.4 Pengambilan sampel berdasarkan

karakteristik responden yang diinginkan. Jumlah sampel yang diambil ada

30 orang dari total 170 orang, yang merupakan anggota Bunda Yatim yang

aktif, sudah produksi dan memiliki usaha serta memenuhi karakteristik

yang dibutuhkan untuk penelitian.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah

konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi

(indikator) dari suatu konsep/variabel.5 Pada penelitian yang berjudul

“Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan Terhadap Peningkatan Pendapatan

Mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo”. Untuk lebih

jelasnya, maka dianggap perlu untuk mendefinisikan beberapa pengertian

sebagai berikut:

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen/variabel bebas yaitu variabel yang

mempengaruhi variabel dependen (pendapatan).

a. Pelatihan (X1)

Pelatihan adalah proses pemberdayaan dan pembelajaran, artinya

individu (anggota masyarakat) harus mempelajari sesuatu (materi)

guna meningkatkan kemampuan, keterampilan dan tingkah laku

(54)

dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari dalam menopang

ekonominya (pendapatan).

Indikator keberhasilan suatu pelatihan dan pengembangan

menurut Edy Sutrisno adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya produktivitas

2. Meningkatnya mutu kerja

3. Meningkatnya ketepatan dalam perencanaan SDM

4. Meningkatnya moral kerja

5. Menjaga kesehatan dan keselamatan

6. Menunjang pertumbuhan pribadi

b. Pendampingan (X2)\

Pendampingan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang

bersifat konsultatif yaitu menciptakan suatu kondisi sehingga

pendamping maupun yang didampingi bisa berkonsultasi memecahkan

masalah bersama-sama, interaktif yaitu antara pendamping dengan

yang didampingi dapat dipahami bersama (persamaan pemahaman),

motivatif yaitu pendamping harus dapat menumbuhkan kepercayaan

diri dan dapat memberikan semangat atau motivasi, dan negosiatif

yaitu pendamping dan yang didampingi mudah melakukan

penyesuaian. Menurut Edi Suharto menjelaskan bahwa indikator

pendampingan yakni berupa :

a) Pemungkinan (enabling)

(55)

c) Perlindungan (protecting)

d) Pendukungan (supporting)

c. Variabel Dependen (Y)

Dalam penelitian ini, variabel terikat yang dimaksud adalah

peningkatan pendapatan mustahiq. Pendapatan adalah kenaikan kotor

dalam aset atau penurunan dalam liabilities atau gabungan dari

keduanya selama periode yang berakibat dari investasi halal,

perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan

meraih keuntungan.

Menurut Muhlisin Muzarie, sebuah peningkatan pendapatan

berawal dari tahapan-tahapan kesejahteraan yang ditentukan dengan

teori need milik Abraham Maslow yang menyebutkan bahwa

kesejahteraan sosial meliputi beberapa aspek yang diperoleh secara

bertahap, yaitu:

1) Terpenuhinya kebutuhan fisik (physioligical needs) atau

kebutuhan pokok (basic needs) seperti pangan, sandang, papan,

pendidikan dan kesehatan, kebutuhan akan rasa aman (safety

needs).

2) Terpenuhinya kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan

pengakuan (esteem needs).

3) Terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri (self actualization

(56)

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur kevalidan atau kesahihan

suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel

yang diteliti secara tepat.6 Suatu skala pengukuran dikatakan valid jika ia

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.7

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program IBM Statistical

Packeges for Social Science (SPPS) 20 sebagai alat bantu dalam analisis

pengolahan datanya. Metode yang digunakan dalam uji korelasi ini adalah

menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu

rumus korelasi Product Moment8 sebagai berikut:

r

xy = �∑ −

(∑ )(∑ )

�∑ 2 2 {�∑ 2 ( 2)}

Dimana :

X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item

Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑X2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

∑Y2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

N = Banyaknya responden

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., 168.

(57)

Kriteria penilaian uji validitas adalah:

a. Jika Rhitung > Rtabel (pada taraf signifikasi 5%), maka dapat dikatakan

item kuisioner tersebut valid.

b. Sebaliknya jika Rhitung < Rtabel (pada taraf signifikasi 5%), maka dapat

dikatakan item kuisioner tersebut tidak valid.

Tabel 3.1

Hasil Uji Validitas Variabel Pelatihan

Item rhitung rtabel Kesimpulan

Hasil Uji Validitas Variabel Pendampingan

Item rhitung rtabel Kesimpulan

Hasil Uji Validitas Variabel Pendapatan

Item rhitung rtabel Kesimpulan

Penda1 0,775 0,361 VALID

Penda2 0,854 0,361 VALID

(58)

Penda4 0,822 0,361 VALID

Penda5 0,703 0,361 VALID

Penda6 0,812 0,361 VALID

Penda7 0,541 0,361 VALID

Hasil uji validitas dari variabel pelatihan (X1), pendampingan (X2) dan

pendapatan (Y) pada program IBM Statistical Packeges for Social Science (SPPS)

20 menunjukkan Rhitung > Rtabel. Pada penelitian ini, diketahui Rtabel sebesar 0,361

dengan jumlah responden sebanyak 30 orang, sedangkan Rhitung yang diperoleh>

Rtabel. Jadi disimpulkan semua item pertanyaan dikatakan valid.

1. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas adalah pengujian terhadap kepercayaan suatu

instrumen. Apabila instrumen itu baik dan dapat dipercaya maka responden

tidak akan memilih jawaban-jawaban tertentu sehingga menghasilkan data

yang dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa

kali pengambilan, aspek-aspek yang diukur tidak akan berubah terhadap gejala

yang sama dan alat ukur yang sama. Dalam uji reliabilitas, rumus yang

digunakan adalah menggunakan rumus Alpha Cronbach9. Rumus Alpha

Cronbach digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan

1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.10

Rumus Alpha Cronbach:

(59)

rii = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

∑σ2

= Jumlah butir pertanyaan

σ12 = Varians total

Kriteria penilaian uji reliabilitas :

Jika rhitung ≥ rtabel, maka butir instrumen dikatakan reliabel, tetapi jika rhitung

≤ rtabel maka instrumen dikatakan tidak reliabel.

Menurut Uma Sekaran pengambilan keputusan untuk uji reliabel adalah

sebagai berikut:11

Hasil uji reliabilitas dari variabel pelatihan (X1), pendampingan (X2) dan

pendapatan (Y) pada program IBM Statistical Packeges for Social Science

(SPPS) 20 menunjukkan rhitung ≥ rtabel. Pada penelitian ini, diketahui rtabel sebesar

0,361 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang, sedangkan rhitung yang

diperoleh> rtabel yang artinya lebih dari jadi reliabilitas dapat diterima. Jadi

disimpulkan semua item pertanyaan dikatakan reliabel.

(60)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik-teknik yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Dalam mengumpulkan data,

peneliti menggunakan:

1. Kuesioner

Kuisioner/angket adalah teknik pengumpulan data melalui

formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis

pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau

tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.12 Kuesioner

penelitian diberikan kepada para mustahiq yang mendapat pelatihan dan

pendampingan dalam program Bunda Yatim di LAZ Rumah Amal

Istiqomah Sidoarjo.

2. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data berbentuk pertanyaan secara

lisan dan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara telah dipersiapkan

secara tuntas, dilengkapi dengan instrumennya.13 Dalam hal ini peneliti

melakukan wawancara dengan pengurus lembaga, khususnya pihak

manajemen LAZ Rumah Amal Istiqomah yang berkompeten dan

representatif di bidang pengelolaan Bunda Yatim.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data mengenai hal-hal yang berupa

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,

(61)

notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.14 Teknik dokumentasi

digunakan untuk melengkapi data penelitian, yang berupa laporan/data

mengenai struktur pengurus organisasi dan anggota Bunda Yatim yang

aktif mengikuti pelatihan dan pendampingan.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data diartikan sebagai upaya peneliti dalam mengelola data

yang diperoleh menjadi informasi sehingga sifat-sifat data tersebut dapat

dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah

yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Dalam menganalisis data yang

diperoleh, peneliti menggunakan:

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah pengujian pada variabel penelitian dengan

model regresi, apakah dalam variabel dan model regresinya terjadi

kesalahan.15

Di dalam penelitian ini terdapat lebih dari satu variabel bebas (X),

oleh karena itu analisis yang digunakan adalah model Analisis Regresi

Linier Berganda. Tetapi sebelum melakukan analisis data dengan

menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda, peneliti akan

menggunakan uji asumsi klasik yang meliputi sebagai berikut:

14 Suharsimi Arikunto, Prosedur..., 158.

(62)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

diambil berasal dari populasi normal atau tidak.16 Salah satu teknik

yang mudah digunakan dalam pengujian normalitas ini adalah dengan

menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Normalitas terpenuhi jika

nilai signifikasi yang diperoleh adalah > 0.05, itu artinya sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai

signifikasi yang diperoleh adalah < 0.05 maka sampel bukan berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Tujuan dilakukannya uji multikolinearitas adalah untuk

memastikan adanya korelasi yang kuat antar variabel bebasnya. Model

regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi antar

variabel bebasnya. Pengujian pertama, apabila terdapat korelasi yang

tinggi (≤ 0.1) antar variabel bebas, maka data dikatakan terdapat

multikolinier. Namun apabila koefisien korelasinya ≥ 0.1, maka

dikatakan tidak terdapat multikolinier. Pengujian yang kedua selain

dengan melihat koefisien korelasinya, yaitu dengan melihat nilai VIF

(Varian Infloating Factor) yang terdapat pada output SPSS. Apabila

nilai VIF ≤10 maka tidak terjadi multikolinier. Sebaliknya, jika nilai

VIF ≥ 10 maka dikatakan terjadi multikolinier.

(63)

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah pengujian yang dilakukan untuk

melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian

dari residual yang ada.

Dalam penelitian ini, pengujian yang dilakukan untuk memastikan

apakah terdapat heteroskedastisitas atau tidak adalah dengan uji

korelasi Rank-Spearman. Uji korelasi Rank-Spearman dilakukan

dengan cara mengkorelasikan nilai residual dengan variabel bebas

menggunakan Rank-Spearman. Dari data yang diperoleh, dikatakan

tidak terjadi gejala heteroskedastisitas apabila signifikasi > 0.05.

Sebaliknya jika signifikasi < 0.05 maka terjadi gejala

heteroskedastisitas. Ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat

dilihat dari grafik Scatter Plot antar prediksi variabel dependen dengan

residunya. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengalami

heteroskedastisitas.

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Setelah melakukan serangkaian pengujian pada uji asumsi klasik,

selanjutnya dilakukan penganalisisan data menggunakan model analisis

regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda adalah alat untuk

mengukur sejauh mana pengaruh satu atau beberapa variabel bebas

(X1,2,3,...n) terhadap variabel terikatnya (Y), baik parsial mapun simultan.17

(64)

Rumus yang digunakan adalah 18

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana :

Y : Pendapatan Mustahiq

a : Konstanta

X1 : Variabel pelatihan

X2 : Variabel pendampingan

b1 : Koefisien regresi antara X1 dan Y

b2 : Koefisien regresi antara X2 dan Y

e : Error

(65)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah

Amal Istiqomah Sidoarjo di bawah naungan yayasan Dompet Amanah

Ummah (DAU) di Jalan Buncitan No. 1 Buncitan Sedati Sidoarjo pada

bulan Mei s/d Juli 2016.

2. Profil Lembaga Amil Zakat Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo

LAZ Rumah Amal Istiqomah merupakan lembaga yang berada di

bawah naungan Dompet Amanah Umat (DAU) yang memberikan

fasilitas pengumpulan dana baik berupa zakat, infaq, dan shodaqoh untuk

disampaikan kepda yang berhak menerima yaitu fakir miskin, anak yatim,

dan kaum dhuafa.1 Selain itu juga ada keinginan untuk membantu

masyarakat terutama membantu dalam hal perekonomian masyarakat

kurang mampu di daerah sedati dan sekitarnya.

LAZ Rumah Amal Istiqomah didirikan untuk melengkapi panti

asuhan Istiqomah yang sudah ada sebelumnya dan usaha lain yakni

Istiqomah Aqiqah.

(66)

Didirkan pada tahun 2010 dengan SK MENKUMHAM-RI:

AHU.4866.AH.01.04. tahun 2010.2 Dengan struktur organisasi sebagai

Gambar

Tabel 2.1
          Gambar 2.1
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pelatihan
Tabel 3.4  Hasil Uji Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian ujung belt conveyor ini dipasang telescopic chute, konstruksi dari merupakan chute yang memiliki saluran berbentuk silinder teleskopik yang akan mencurahkan

&lt;br /&gt;&lt;br /&gt; Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berpendapat bahwa hadits Ibnu �Umar yang diriwayatkan dalam ash-Shahiihain dan hadits yang menjelaskan bahwa mata

Setelah dilakukan uji pendahuluan dapat diketahui bahwa kandungan pupuk cair dari urin sapi dengan penambahan MOL (mikroorganisme lokal) sebagai bioak- tivator

b) Keterbukaan informasi meliputi pengungkapan yang tidak terbatas pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi Perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi Direksi dan

[r]

Adapun usulan key resource dari peneliti setelah melakukan wawancara dengan pihak Kadatuan Koffie yaitu memeiliki petani sendiri yang bertujuan untuk membantuk dalam

Dalam rangka menganalis peraturan hukum terkait whistleblower system dalam proses pengadaan barang/jasa untuk mencegah persekongkolan tender (bid rigging),

Bentuk pengaruh dari konsentrasi A 20 pada keempat taraf air kelapa adalah linier, berarti semakin tinggi konsentrasi air kelapa yang dikombinasikan dengan konsentrasi