• Tidak ada hasil yang ditemukan

7_Fuel handling.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "7_Fuel handling.pdf"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 SEKILAS TENTANG BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK ... 1

1.1.1 Batubara ... 1

1.2.2 Bahan Bakar Minyak ... 2

1.2 SEKILAS TENTANG MATERIAL HANDLING EQUIPMENT ... 4

BAB II COAL HANDLING SYSTEM ... 8

2.1 INSTALASI PEMBONGKARAN BATUBARA ... 9

2.1.1 Pembongkaran Batubara Melalui Laut ... 9

2.1.2 Pembongkaran Batubara Melalui Darat ... 10

2.1.3 Pemeriksaan Batubara ... 11

2.2 INSTALASI PENIMBUNAN DAN PENGERUKAN BATUBARA ... 13

2.2.1 Metode Penimbunan dan Pengerukan Batubara ... 13

2.2.2 Manajemen Penimbunan Batubara ... 16

2.2.3 Ganggunan dan Pemeliharaan Timbunan ... 17

2.3 INSTALASI PEMINDAHAN BATUBARA ... 19

2.3.1 Belt Conveyor ... 13

2.3.2 Transfer House ... 29

2.3.3 Tripper ... 31

2.3.4 Silor ... 32

2.3.5 Dust Collector & Silo Ventilation ... 32

2.4 COAL HANDLING SEBELUM BATUBARA DIBAKAR PADA FURNACE ... 33

2.4.1 Coal Feeder ... 33

(2)

2.5 PROSEDUR PENGOPERASIAN INSTALASI COAL HANDLING ... 36

2.5.1 Persiapan ... 37

2.5.2 Pemilihan Rute Conveyor ... 37

2.5.3 Start Up ... 37

2.5.4 Menormalkan ... 38

2.5.5 Persiapan Stop ... 38

2.5.6 Stop ... 38

2.6 KONTROL DAN INDIKASI BAHAYA ... 38

2.7 MAINTENANCE PADA COAL HANDLING SYSTEM ... 39

BAB III ASH HANDLING SYSTEM ... 42

3.1 INSTALASI PENANGANAN BOTTOM ASH ... 44

3.1.1 Submerged Scraper Conveyor (SSC) ... 44

3.1.2 Clinker Grinder ... 46

3.1.3 Belt Conveyor ... 46

3.1.4 Bottom Ash Silo ... 47

3.1.5 Dump Truck ... 47

3.1.6 Siklus Air ... 48

3.2 INSTALASI PENANGANAN FLY ASH ... 49

3.2.1 Electrostatic Precipitator ... 50

3.2.2 Electrostatic Precipitator Hopper ... 53

3.2.3 Vacuum Blower ... 55

3.2.4 Fly Ash Silo ... 56

3.2.5 Peralatan Unloading Fly Ash ... 57

3.3 MILL REJECT / PYRITE SYSTEM ... 58

3.4 ECONOMIZER-HOPPER ASH ... 59

3.5 TEMPAT PENIMBUNAN ABU (ASH DISPOSAL AREA) ... 60

(3)

3.7 PROSEDUR OPERASI ... 61

3.8 MAINTENANCE PADA ASH HANDLING SYSTEM ... 62

BAB IV DUST HANDLING SYSTEM ... 63

4.1 DUST COLLECTOR PADA SILO ... 63

4.2 DUST SUPPRESSION PADA BELT CONVEYOR ... 64

4.3 VACUM TRUCK ... 65

BAB V FUEL OIL HANDLING SYSTEM ... 66

5.1 TEORI PEMBAKARAN ... 66

5.1.1 Pembongkaran HSD Oil ... 66

5.1.2 Penyimpanan dan Suplai HSD Oil ... 68

5.2 RESIDUAL OIL (RO) ... 71

5.2.1 Pembongkaran Residual Oil ... 71

5.2.2 Penyimpanan dan Suplai Residual Oil ... 73 LAMPIRAN

(4)

1.1 SEKILAS TENTANG BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK 1.1.1 Batubara

Batu bara atau batubara adalah salah satu

batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik yaitu sisa terbentuk melalui proses pembatubaraan

oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat

kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan ( mengandung antara 86%-98% unsur

Bituminus mengandung 68%

beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.

Sub-bituminus mengandung sedikit

sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35% 75% dari beratnya.

Gambut, berpori dan memiliki kadar a

Gambar 1.1 Jenis

Kelas batubara yang banyak dipakai sebagai bahan bakar adalah kelas Sub Bituminus dan Bituminus. Batubara yang digunakan di PLTU Paiton selama ini semuanya masuk kedalam kategori kelas Sub Bituminus.

BAB I PENDAHULUAN

AHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK

adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan dan

proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon

. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas:

bituminus, lignit dan gambut.

as batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan ( 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%. mengandung 68%-86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8% beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.

mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35%

, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.

Gambar 1.1 Jenis – jenis Batubara

Kelas batubara yang banyak dipakai sebagai bahan bakar adalah kelas Sub Bituminus dan Bituminus. Batubara yang digunakan di PLTU Paiton selama ini semuanya masuk kedalam kategori

AHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK

. Pengertian umumnya adalah sisa tumbuhan dan karbon, hidrogen dan sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas:

as batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, (C) dengan kadar air kurang dari 8%.

(C) dan berkadar air 8%-10% dari

dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi

atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air

35%-ir di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.

Kelas batubara yang banyak dipakai sebagai bahan bakar adalah kelas Sub Bituminus dan Bituminus. Batubara yang digunakan di PLTU Paiton selama ini semuanya masuk kedalam kategori

(5)

Batubara adalah bahan bakar padat yang mengandung abu,

batubara akan melibatkan biaya tinggi untuk alat yang diperlukan bagi penanganan ( dan pembakaran batubara. Itu semua bertujuan untuk mengeliminir debu dan abu.

Penanganan batubara memerlukan pengamanan, karena batubara antara lain:

• Batubara dapat terbakar sendiri.

• Batubara dapat menimbulkan pencemaran, seperti pencemaran udara

1.1.2 Bahan Bakar Minyak

Minyak mentah merupakan campuran yang amat kompleks yang senyawa hidrokarbon. Di dalam kilang minyak,

yang akan memurnikan dan mengubah struktur serta bermanfaat.

Distilasi atau penyulingan adalah sua perbedaan kecepatan atau kemudahan

zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kemb cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih ren

pada kilang minyak ini akan dihasilkan produk • LPG (Liquified Petroleum Gas

Minyak bensin (gasoline) Minyak tanah (kerosene) • Minyak diesel

Minyak residu (residual fuelKokas (coke) dan aspal

adalah bahan bakar padat yang mengandung abu, oleh karena itu pemanfaatan batubara akan melibatkan biaya tinggi untuk alat yang diperlukan bagi penanganan (

dan pembakaran batubara. Itu semua bertujuan untuk mengeliminir debu dan abu.

Penanganan batubara memerlukan pengamanan, karena ada beberapa masalah dalam penanganan

Batubara dapat terbakar sendiri.

Batubara dapat menimbulkan pencemaran, seperti pencemaran udara dan tanah

Minyak mentah merupakan campuran yang amat kompleks yang tersusun da

Di dalam kilang minyak, minyak mentah akan mengalami sejumlah proses rnikan dan mengubah struktur serta komposisinya sehingga diperoleh produk yang

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk

k didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dari proses pada kilang minyak ini akan dihasilkan produk-produk utama berupa :

Liquified Petroleum Gas

fuel)

oleh karena itu pemanfaatan batubara akan melibatkan biaya tinggi untuk alat yang diperlukan bagi penanganan (coal handling)

ada beberapa masalah dalam penanganan

dan tanah.

tersusun dari berbagai minyak mentah akan mengalami sejumlah proses komposisinya sehingga diperoleh produk yang

tu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan Dalam penyulingan, campuran ali ke dalam bentuk Dari proses distilasi

(6)

Gambar 1.2

1. High Speed Diesel (HSD)

High speed diesel atau minyak solar merupakan hasil dari distilasi fraksi minyak

dihasilkan dari distilasi fraksional minyak mentah antara 200 ° C dan

atmosfer Jenis bahan bakar ini banyak digunakan pada kendaraan bermotor di jalan hingga kapal laut yang membutuhkan daya yang besar.

menggunakan minyak solar tidak memerlukan pengapian untuk mem

akan memampatkan udara diruang bakar yang akan menaikkan suhu dan kompresi 14:1-18:1 yang umum di diesel saat ini)

kekentalan akan meningkat dengan cepat seiring menurunnya tersebut, minyak solar akan menjadi gel padat pada suhu

menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah dari pada minyak bensin dan menghasilkan nilai ekonomis bahan bakar yang lebih tinggi dikarena

memiliki kandungan energi yang lebih besar per liternya dari pada minyak bensin.

2. Residual Oil (RO)

Residu minyak bumi merupakan produk samping kil

dimanfaatkan secara maksimal. Pada pengilangan minyak mentah

kolom distilasi atmosferik, sehingga menghasilkan beberapa fraksi minyak dengan rentang titik didih yang berbeda. Fraksi ringan dimanfaatkan untuk bahan bakar, sementara fraksi berat (aliran bottom) yang berupa residu, biasanya dijual

Komposisi residu dipengaruhi oleh jenis minyak dan jenis proses pemurnian (

digunakan. Jumlah dan sifat residu yang dihasilkan dari tiap minyak mentah akan berbeda.. Gambar 1.2 Produk dari pengolahan minyak

atau minyak solar merupakan hasil dari distilasi fraksi minyak dihasilkan dari distilasi fraksional minyak mentah antara 200 ° C dan 350 ° C pada tekanan

Jenis bahan bakar ini banyak digunakan pada kendaraan bermotor di jalan hingga kapal laut yang membutuhkan daya yang besar. Berbeda dengan minyak bensin, mesin yang menggunakan minyak solar tidak memerlukan pengapian untuk membakarnya. Mesin diesel akan memampatkan udara diruang bakar yang akan menaikkan suhu dan

1 yang umum di diesel saat ini). Karakteristik dari minyak solar adalah kekentalan akan meningkat dengan cepat seiring menurunnya temperatur dari bahan bakar

inyak solar akan menjadi gel padat pada suhu -190C atau -150

menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah dari pada minyak bensin dan menghasilkan nilai ekonomis bahan bakar yang lebih tinggi dikarenakan minyak solar memiliki kandungan energi yang lebih besar per liternya dari pada minyak bensin.

Residu minyak bumi merupakan produk samping kilang minyak yang murah dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada pengilangan minyak mentah diumpankan ke dalam kolom distilasi atmosferik, sehingga menghasilkan beberapa fraksi minyak dengan rentang titik didih yang berbeda. Fraksi ringan dimanfaatkan untuk bahan bakar, sementara fraksi berat (aliran bottom) yang berupa residu, biasanya dijual dengan harga yang sangat murah. Komposisi residu dipengaruhi oleh jenis minyak dan jenis proses pemurnian (

digunakan. Jumlah dan sifat residu yang dihasilkan dari tiap minyak mentah akan berbeda.. atau minyak solar merupakan hasil dari distilasi fraksi minyak bumi. 350 ° C pada tekanan Jenis bahan bakar ini banyak digunakan pada kendaraan bermotor di jalan hingga Berbeda dengan minyak bensin, mesin yang bakarnya. Mesin diesel akan memampatkan udara diruang bakar yang akan menaikkan suhu dan tekanan (rasio Karakteristik dari minyak solar adalah temperatur dari bahan bakar

0

C. Minyak solar menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah dari pada minyak bensin dan kan minyak solar memiliki kandungan energi yang lebih besar per liternya dari pada minyak bensin.

ang minyak yang murah dan belum diumpankan ke dalam kolom distilasi atmosferik, sehingga menghasilkan beberapa fraksi minyak dengan rentang titik didih yang berbeda. Fraksi ringan dimanfaatkan untuk bahan bakar, sementara fraksi dengan harga yang sangat murah. Komposisi residu dipengaruhi oleh jenis minyak dan jenis proses pemurnian (refinery) yang digunakan. Jumlah dan sifat residu yang dihasilkan dari tiap minyak mentah akan berbeda..

(7)

Berdasarkan strukturnya, senyawa hidrokarbon

kategori utama, yaitu parafinik, naphtenik, aromatik dan olefin. Ikatan parafin dominan terdapat dalam gasoline dan kerosene (

dominan terdapat dalam gas oil

mengandung komponen naftenik, aromatik, dan hidrokarbon tak jenuh.

1.2 SEKILAS TENTANG MATERIAL HANDLING EQUIPMENT Peralatan Penanganan Material

yang berhubungan langsung dengan bahan, barang dan produk selama proses

Penanganan material dalam jumlah yang tepat dari material yang sesuai, dalam kondisi yang baik, pada tempat yang cocok, pada waktu yang tepat, pada posisi yang benar, dalam urutan yang sesuai, dengan biaya yang murah dan menggunakan metode yang benar.

handling equipment adalah :

• Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, perlindungan terhdap material.

• Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja • Meningkatkan produktivitas

• Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas • Mengurangi bobot mati

• Sebagai pengawasan persediaan

Peralatan Penanganan Material adalah peralatan mekanik yang terlibat dalam sistem keseluruhan. Peralatan penanganan material umumnya dipisahkan ke dalam empat kategori utama: penyimpanan dan perlakuan, sistem rekayasa, truk industri, dan

Storage & handling equipment

Peralatan penyimpanan dan pe

untuk industry. Peralatan yang termsauk didalamnya seperti rak Pallet, rak, kereta dorong (

standar yang berlaku secara global untuk tiap peralatan dan penggunaannya.

Berdasarkan strukturnya, senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi terbagi atas empat kategori utama, yaitu parafinik, naphtenik, aromatik dan olefin. Ikatan parafin dominan terdapat dalam gasoline dan kerosene (mixed-base petroleum) sedangkan ikatan naftenik

gas oil dan lubricating oil. Sementara itu residu sendiri

mengandung komponen naftenik, aromatik, dan hidrokarbon tak jenuh.

MATERIAL HANDLING EQUIPMENT

Material atau material handling equipment adalah semua peralatan dengan perpindahan, penyimpanan, pengendalikan

bahan, barang dan produk selama proses berlangsung, distribusi, konsumsi dan pembuangan. enanganan material dalam jumlah yang tepat dari material yang sesuai, dalam kondisi yang baik, ada tempat yang cocok, pada waktu yang tepat, pada posisi yang benar, dalam urutan yang sesuai, dengan biaya yang murah dan menggunakan metode yang benar. Beberapa tujuan dari

Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan perlindungan terhdap material.

Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja eningkatkan produktivitas

Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas

ebagai pengawasan persediaan

enanganan Material adalah peralatan mekanik yang terlibat dalam sistem Peralatan penanganan material umumnya dipisahkan ke dalam empat kategori utama:

, sistem rekayasa, truk industri, dan bulk material handling

penyimpanan dan perlakuan termasuk kedalam material handling equipment termsauk didalamnya biasanya alat penyimpanan non

kereta dorong (shelving), dan sebagainya. Peralatan ini umumnya memiliki untuk tiap peralatan dan penggunaannya.

dalam minyak bumi terbagi atas empat kategori utama, yaitu parafinik, naphtenik, aromatik dan olefin. Ikatan parafin dominan ) sedangkan ikatan naftenik . Sementara itu residu sendiri

adalah semua peralatan engendalikan, perlindungan dan pembuangan. enanganan material dalam jumlah yang tepat dari material yang sesuai, dalam kondisi yang baik, ada tempat yang cocok, pada waktu yang tepat, pada posisi yang benar, dalam urutan yang sesuai, Beberapa tujuan dari material

mengurangi kerusakan dan memberikan

enanganan Material adalah peralatan mekanik yang terlibat dalam sistem secara Peralatan penanganan material umumnya dipisahkan ke dalam empat kategori utama:

l handling.

material handling equipment

biasanya alat penyimpanan non-otomatis, ini umumnya memiliki

(8)

Gambar 1.

Engineered systems

Sistem rekayasa adalah sistem penanganan

kebutuhan dari industri tersebut. Peralatan yang termasuk adalah AGV dan sistem penanganan material

beberapa peralatan yang terintegrasi d

Gambar 1.

Industrial trucks

Truk Industri biasanya me

proses produksi suatu industry menggunakan bahan bakar Industri membantu sistem material handling

contoh yang paling umum dari truk industri.

Gambar 1.3 Storage & Handling Equipment

istem rekayasa adalah sistem penanganan material yang direkayasa kebutuhan dari industri tersebut. Peralatan yang termasuk adalah conveyor, handling r AGV dan sistem penanganan material otomatis lainnya. Sistem rekayasa merupakan

terintegrasi dalam satu sistem.

Gambar 1.4 Engineered systems

biasanya merujuk kendaraan bermotor yang digunakan untuk membantu proses produksi suatu industry menggunakan bahan bakar bensin, propane atau energi

material handling dengan fleksibilitas yang cukup tinggi

contoh yang paling umum dari truk industri.

direkayasa sesuai dengan

handling robot, AS/RS,

merupakan kombinasi dari

yang digunakan untuk membantu energi listrik. Truk yang cukup tinggi. Forklift adalah

(9)

Gambar

Bulk material handling

Bulk material handling adalah bidang teknik

digunakan untuk pengangkutan bahan dalam bentuk curah. Hal ini juga dapat berhubungan dengan penanganan limbah campuran. Bulk sistem penanganan material biasanya terdiri

stackers, reclaimers, bucket lift, shiploaders, unloaders

dengan fasilitas penyimpanan seperti tempat penyimpanan

dari fasilitas penanganan material curah umumnya untuk mengangkut tujuan akhir dimana material itu akan digunakan

tambang, pelabuhan (untuk memuat atau (seperti besi dan baja, pembangkit lis

Gambar 1.

Conveyor

Sistem conveyor adalah bagian dari

dari satu lokasi ke lokasi lain yang paling sering digunakan pengangkutan bahan berat atau besar.

Gambar 1.5 Industrial truck

adalah bidang teknik yang menangani desain peralatan yang digunakan untuk pengangkutan bahan dalam bentuk curah. Hal ini juga dapat berhubungan dengan

Bulk sistem penanganan material biasanya terdiri dari

lift, shiploaders, unloaders dan hopper & diverters

dengan fasilitas penyimpanan seperti tempat penyimpanan coalyard atau stock pile dari fasilitas penanganan material curah umumnya untuk mengangkut material dari s

dimana material itu akan digunakan. Bulk material handling dapat ditemukan di lokasi tambang, pelabuhan (untuk memuat atau membongkar material curah) dan fasilitas pengolahan (seperti besi dan baja, pembangkit listrik berbahan bakar batubara).

Gambar 1.6 Bulk material handling

adalah bagian dari material handling equipment yang memindahkan yang paling sering digunakan. Conveyor sangat berguna pengangkutan bahan berat atau besar. Conveyor memungkinkan sistem transportasi cepat dan

desain peralatan yang digunakan untuk pengangkutan bahan dalam bentuk curah. Hal ini juga dapat berhubungan dengan dari belt conveyor, dikombinasikan

dan silo. Tujuan

dari suatu sumber ke dapat ditemukan di lokasi ) dan fasilitas pengolahan

memindahkan bahan sangat berguna untuk memungkinkan sistem transportasi cepat dan

(10)

efisien untuk berbagai bahan, yang membuat material dan industri kemasan. Terdapat b

digunakan sesuai dengan berbagai kebutuhan industri yang berbeda.

Pada buku ini akan dijelaskan penanganan batubara, debu dan abu

bakar minyak yang berlaku pada PT Pembangkitan Jawa Bali. Penanganan batubara dimulai pada saat batubara yang telah dipesan datang dilokasi pembongkaran yang ditentukan sebelumnya hingga batubara digunakan pada proses produksi dan d

Pada buku ini juga akan dijelaskan penanganan bahan bakar minyak. Gambar 1.7 Overhead conveyor

Gambar 1.10 Bucket conveyor

Gambar 1.13 Flight conveyor Gambar 1.1

efisien untuk berbagai bahan, yang membuatnya sangat banyak digunakan dalam penanganan Terdapat banyak jenis dari conveyor system yang tersedia, dan digunakan sesuai dengan berbagai kebutuhan industri yang berbeda.

Pada buku ini akan dijelaskan penanganan batubara, debu dan abu serta penanganan bahan yang berlaku pada PT Pembangkitan Jawa Bali. Penanganan batubara dimulai pada saat batubara yang telah dipesan datang dilokasi pembongkaran yang ditentukan sebelumnya hingga batubara digunakan pada proses produksi dan dihasilkan produk samping berupa debu dan abu. Pada buku ini juga akan dijelaskan penanganan bahan bakar minyak.

Gambar 1. Gambar 1.8 Apron conveyor

Gambar 1.11 Pneumatic conveyor

Gambar 1.1

Gambar 1.14 Chain Conveyor Gambar 1.15

dalam penanganan yang tersedia, dan

serta penanganan bahan yang berlaku pada PT Pembangkitan Jawa Bali. Penanganan batubara dimulai pada saat batubara yang telah dipesan datang dilokasi pembongkaran yang ditentukan sebelumnya hingga ihasilkan produk samping berupa debu dan abu.

Gambar 1.9 Screw conveyor

Gambar 1.12 Roller conveyor

(11)

COAL HANDLING SYSTEM

Proses produksi listrik tergantung pada operasional instalasi

satunya yaitu instalasi penanganan batubara sebagai penyuplai batubara untuk kegiatan pembakaran pada furnace. Coal handling system

mulai dari pembongkaran hingga batubara siap digunakan pada Paiton 1 dan 2, semua aktivitas dikontrol dari CHCB (

ship unloader.

Gambar 2.1 Ilustrasi Sistem Penanganan Batubara

Secara umum penanganan batubara melalui tahapan berikut ini. Setelah batubara dari sistem pengiriman yang digunakan dengan menggunakan

ditimbun pada stock pile melalui serangkaian

melalui telescopic chute atau bucket wheel / stacker reclaimer

bulldozer batubara ditata saat penimbunan. Ketika akan digunakan batubara akan diarahkan bulldozer ke reclaimer hopper atau bucket wheel akan mengeruk batubara untuk selanjutnya

ditransfer dengan menggunakan belt conveyor batubara akan dihancurkan pada mill/pulveriser Penjelasan mengenai peralatan coal handling system berikutnya.

BAB II

COAL HANDLING SYSTEM

produksi listrik tergantung pada operasional instalasi-instalasi yang ada, salah satunya yaitu instalasi penanganan batubara sebagai penyuplai batubara untuk kegiatan pembakaran

Coal handling system adalah sistem penanganan batubara sebagai bahan bakar PLTU

mulai dari pembongkaran hingga batubara siap digunakan pada furnace. Pada unit pembangkitan emua aktivitas dikontrol dari CHCB (coal handling control board

Ilustrasi Sistem Penanganan Batubara di UP Paiton 1 dan 2

Secara umum penanganan batubara melalui tahapan berikut ini. Setelah batubara

dari sistem pengiriman yang digunakan dengan menggunakan ship unloader, batubara akan melalui serangkaian belt conveyor dan selanjutnya akan dicurahkan

bucket wheel / stacker reclaimer. Dengan bantuan alat berat seperti

batubara ditata saat penimbunan. Ketika akan digunakan batubara akan diarahkan atau bucket wheel akan mengeruk batubara untuk selanjutnya

belt conveyor ke silo penampungan pada furnace mill/pulveriser sebelum digunakan sebagai bahan bakar

coal handling system akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab

instalasi yang ada, salah satunya yaitu instalasi penanganan batubara sebagai penyuplai batubara untuk kegiatan pembakaran bahan bakar PLTU Pada unit pembangkitan

coal handling control board) kecuali sistem

di UP Paiton 1 dan 2

Secara umum penanganan batubara melalui tahapan berikut ini. Setelah batubara unloading , batubara akan dan selanjutnya akan dicurahkan . Dengan bantuan alat berat seperti batubara ditata saat penimbunan. Ketika akan digunakan batubara akan diarahkan oleh atau bucket wheel akan mengeruk batubara untuk selanjutnya

furnace. Selanjutnya

sebelum digunakan sebagai bahan bakar furnace. akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab

(12)

Secara umum instalasi penanganan bahan bakar batubara bagian utama yaitu :

1. Sarana pembongkaran batubara

2. Sarana penimbunan dan pengerukan batubara 3. Sarana pemindahan batubara

4. Sarana penampungan sementara

Masing-masing bagian ini memiliki peranan yang saling berkaitan dan akan saling mempengaruhi satu sama lain apabila terganggu.

2.1 INSTALASI PEMBONGKARAN BATUBARA

Untuk memenuhi kebutuhan batubara untuk proses produksi, maka pengiriman batubara ke lokasi PLTU dilakukan dengan tiga cara yaitu :

a. Melalui angkutan laut : Tongkang, Kapal laut b. Melalui angkutan darat : Kereta api

c. Langsung melalui rangkaian lokasi sumber batubara.

Untuk memenuhi kebutuhan batubara dalam jumlah besar, maka pengiriman dengan kapal laut merupakan pilihan utama. Meskipun

kombinasi dari cara-cara tersebut.

2.1.1 Pembongkaran Batubara Melalui Laut

Gambar 2.2 Kapal tongkang batubara

Untuk batubara yang dikirim dilengkapi dengan ship unloader. Bucket

hopper akan menampung sementara

umum instalasi penanganan bahan bakar batubara dapat dibagi menjadi

Sarana pembongkaran batubara

Sarana penimbunan dan pengerukan batubara Sarana pemindahan batubara

Sarana penampungan sementara batubara sebelum dibakar

masing bagian ini memiliki peranan yang saling berkaitan dan akan saling mempengaruhi

PEMBONGKARAN BATUBARA

Untuk memenuhi kebutuhan batubara untuk proses produksi, maka pengiriman batubara ke lokasi PLTU dilakukan dengan tiga cara yaitu :

Melalui angkutan laut : Tongkang, Kapal laut darat : Kereta api

Langsung melalui rangkaian conveyor, cara ini dilakukan apabila lokasi PLTU dekat dengan

Untuk memenuhi kebutuhan batubara dalam jumlah besar, maka pengiriman dengan kapal laut merupakan pilihan utama. Meskipun demikian pengiriman batubara dapat dilakukan dengan

2.1.1 Pembongkaran Batubara Melalui Laut

batubara dan ship unloader di pelabuhan di UP Paiton 1 dan 2

Untuk batubara yang dikirim melalui laut instalasi pembongkaran terdiri dari dermaga yang

Bucket berfungsi untuk mengeruk batubara dari lambung kap

sementara batubara dari penangkap/bucket. Dari hopper

dapat dibagi menjadi beberapa

masing bagian ini memiliki peranan yang saling berkaitan dan akan saling mempengaruhi

Untuk memenuhi kebutuhan batubara untuk proses produksi, maka pengiriman batubara ke

cara ini dilakukan apabila lokasi PLTU dekat dengan

Untuk memenuhi kebutuhan batubara dalam jumlah besar, maka pengiriman dengan kapal laut demikian pengiriman batubara dapat dilakukan dengan

di UP Paiton 1 dan 2

melalui laut instalasi pembongkaran terdiri dari dermaga yang berfungsi untuk mengeruk batubara dari lambung kapal,

(13)

digetarkan oleh vibrating feeder dan akan diteruskan ke

agar batubara dari hopper tidak menyumbat dan dapat berjalan dengan lancar, konstan dan merata tidak menumpuk saat menuju belt conveyor.

lokasi penimbunan atau ke silo.

Gambar 2.3 Bucket, hopper dan

Bagian-bagian pada ship unloader 1. Gantry system:

Sistem penggerak Ship unloader rail claim untuk mengunci posisi

Control)

2. Trolley system:

Sistem penggerak bucket ke arah kanan dan kiri (arah utara 3. Close home position system:

Sistem untuk mengatur membuka/ menutupnya 4. Boom system:

Sistem untuk mengatur posisi kemiringan boom (konstruksi tempat bergantungnya kabin operator).

5. Hold home position system:

Sistem penggerak bucket dalam arah vertikal (ke atas

Apabila kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan pembongkaran batubara (

unloader) maka coal jetty crane hanya berfungsi sebagai peralatan cadangan.

2.1.2 Pembongkaran Batubara Melalui Darat Selain melalui laut, batubara juga

kereta api ataupun dengan menggunakan truk. PT. PJB tidak menggunakan pengangkutan batubara menggunakan transportasi darat, dikarenakan kebutuhan batubara yang cukup banyak serta lokasi

dan akan diteruskan ke belt conveyor. Vibrating feeder

tidak menyumbat dan dapat berjalan dengan lancar, konstan dan merata

belt conveyor. Melalui belt conveyor batubara akan d

dan vibrating feeder pada ship unloader di UP Paiton 1 dan 2

Ship unloader ke arah depan dan belakang sepanjang rel. Dilengkapai 2

rail claim untuk mengunci posisi Ship unloader. Dikontrol oleh GMFC (Gantry Motor Field

ke arah kanan dan kiri (arah utara-selatan) :

Sistem untuk mengatur membuka/ menutupnya bucket.

Sistem untuk mengatur posisi kemiringan boom (konstruksi tempat bergantungnya

dalam arah vertikal (ke atas & bawah).

Apabila kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan pembongkaran batubara ( hanya berfungsi sebagai peralatan cadangan.

Pembongkaran Batubara Melalui Darat

batubara juga didistribusikan melalui jalur darat dengan menggunakan ataupun dengan menggunakan truk. PT. PJB tidak menggunakan pengangkutan batubara menggunakan transportasi darat, dikarenakan kebutuhan batubara yang cukup banyak serta lokasi

belt conveyor. Vibrating feeder berguna

tidak menyumbat dan dapat berjalan dengan lancar, konstan dan merata batubara akan dipindahkan ke

di UP Paiton 1 dan 2

ke arah depan dan belakang sepanjang rel. Dilengkapai 2

Gantry Motor Field

Sistem untuk mengatur posisi kemiringan boom (konstruksi tempat bergantungnya bucket &

Apabila kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan pembongkaran batubara (continous ship

didistribusikan melalui jalur darat dengan menggunakan ataupun dengan menggunakan truk. PT. PJB tidak menggunakan pengangkutan batubara menggunakan transportasi darat, dikarenakan kebutuhan batubara yang cukup banyak serta lokasi

(14)

pembangkit listrik yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar terletak pada daerah pesisir/pantai.

Gambar 2.4 Pengangkutan batubara dengan Kereta api

Untuk batubara yang dikirim menggunakan kereta api, instalasi pembongkaran terdiri dari stasiun pembongkaran yang memiliki fasilitas antara lain :

 Hopper sebagai tempat penampungan batubara sementara.

 Tonggak pengait berfungsi untuk membuka pintu deretan hopper.

 Peralatan penimbang batubara yang ada dalam gerbong. Terdapat dua ti mekanik dan tipe electromagnet

2.1.3 Pemeriksaan Batubara

Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaa dilakukan analisa laboratorium.

Gambar 2.5 Tempat pengambilan sampel pada

rik yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar terletak pada daerah

Pengangkutan batubara dengan Kereta api

Untuk batubara yang dikirim menggunakan kereta api, instalasi pembongkaran terdiri dari yang memiliki fasilitas antara lain :

sebagai tempat penampungan batubara sementara.

Tonggak pengait berfungsi untuk membuka pintu-pintu gerbong, diletakkan diujung

Peralatan penimbang batubara yang ada dalam gerbong. Terdapat dua ti

electromagnet.

Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan terhadap batubara yang datang untuk selanjunya

Gambar 2.5 Tempat pengambilan sampel pada hopper ship unloader di UP Paiton 1 dan 2 rik yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar terletak pada daerah

Untuk batubara yang dikirim menggunakan kereta api, instalasi pembongkaran terdiri dari

pintu gerbong, diletakkan diujung

Peralatan penimbang batubara yang ada dalam gerbong. Terdapat dua tipe yaitu tipe

untuk selanjunya

(15)

Pemeriksaan batubara ini meliputi : 1. Pemeriksaan kuantitas batubara (

belt weigher/belt scale pada fasilitas penimbangan batubara di pelabuhan untuk setiap

pengiriman.

2. Apabila conveyor belt weigher

maka pemeriksaan kuantitas dilakukan di pelabuhan bongkar dengan

pengangkut dengan catatan kapal yang bersangkutan harus dilengkapi dengan

particular dan hydrostatic curves

3. Pemeriksaan kualitas batubara meliputi : a. Mengambil contoh (sampling

b. Preparasi batubara dengan metode ASTM D 2013 analisa lanjutan, sekaligus menghitung kadar c. Melaksanakan sizing

d. Melakukan analisa sampel batubara  Total moisture

 Air dryed moisture

 Ash content

 Volatile matter

 Fixed carbon

 Total sulphur

 Calorific value

 Hardgrove grandibility index

4. Melakukan analisa atas composite sample penambangan terdiri dari pekerjaan :

 Ultimate analysis

 Ash analysis

 Fusibility temperatures

 Hardgrove grandibility index

 Relative density

ini meliputi :

Pemeriksaan kuantitas batubara (supervision of weighing) dengan menggunakan

pada fasilitas penimbangan batubara di pelabuhan untuk setiap

conveyor belt weigher di pelabuhan bongkar belum atau tidak dapat digunakan,

maka pemeriksaan kuantitas dilakukan di pelabuhan bongkar dengan draught survey pengangkut dengan catatan kapal yang bersangkutan harus dilengkapi dengan

hydrostatic curves.

Pemeriksaan kualitas batubara meliputi :

sampling) sesuai dengan metode ASTM D 2234

Preparasi batubara dengan metode ASTM D 2013, yaitu menyiapkan batubara untuk analisa lanjutan, sekaligus menghitung kadar air batubara (air dried loss).

sizing ASTM D 4749

Melakukan analisa sampel batubara

Total moisture ASTM D 3302 Air dryed moisture ASTM D 3302

ASTM D 3174 Volatile matter ASTM D 3175 Fixed carbon ASTM D 3172

Total sulphur ASTM D 4239/D 3177 Calorific value ASTM D 5865

Hardgrove grandibility index ASTM D 409

composite sample yang diambil dari setiap 250.000 ton

terdiri dari pekerjaan :

temperatures Hardgrove grandibility index

) dengan menggunakan conveyor pada fasilitas penimbangan batubara di pelabuhan untuk setiap

di pelabuhan bongkar belum atau tidak dapat digunakan,

draught survey kapal

pengangkut dengan catatan kapal yang bersangkutan harus dilengkapi dengan ship’s

) sesuai dengan metode ASTM D 2234

yaitu menyiapkan batubara untuk air batubara (air dried loss).

(16)

2.2 INSTALASI PENIMBUNAN DAN PENGERUKAN BATUBARA

Batubara yang telah melalui proses pembongkaran dengan menggunakan dapat dipindahkan dari lokasi pembongkaran langsung ke

digunakan atau disimpan di lokasi penimbunan atau batubara akan dibahas pada sub bab selanjutnya.

Penimbunan dilakukan terkait dengan ketersediaan minimum batubara yang telah ditetapk agar produksi listrik tetap berjalan lancar tidak terganggu dengan kurangnya bahan bakar. Lokasi penimbunan biasanya berupa lahan terbuka yang cukup luas, terbagi menjadi dua yaitu timbunan untuk batubara high rank dan low rank.

dengan ketinggian maksimum sekitar 12 meter.

Ketika batubara akan digunakan sebagai bahan bakar maka akan dilakukan pengerukan batubara dari stock pile/coal yard untuk kemudian ditransfer dengan insta

Berdasarkan peralatan yang digunakan, instalasi penimbunan dan pengerukan batubara dibagi menjadi dua metode, yaitu :

1. Telescopic chute, bulldozer, reclaimer hopper

2. Bucket Wheel

Gambar 2.6 Timbunan batubara

2.2.1 Metode Penimbunan dan Pengerukan Batubara a. Telescopic Chute, Bulldozer, Reclaimer hopper

Pada metode ini masing-masing peralatan memiliki fungsi yang berbeda tetapi akan saling mempengaruhi apabila masing

Penimbunan dengan cara ini dilakukan dengan mengangkut batubara melalui INSTALASI PENIMBUNAN DAN PENGERUKAN BATUBARA

Batubara yang telah melalui proses pembongkaran dengan menggunakan

dapat dipindahkan dari lokasi pembongkaran langsung ke silo untuk langsung diproses untuk digunakan atau disimpan di lokasi penimbunan atau stock pile/coal yard. Instalasi pemindahan batubara akan dibahas pada sub bab selanjutnya.

Penimbunan dilakukan terkait dengan ketersediaan minimum batubara yang telah ditetapk agar produksi listrik tetap berjalan lancar tidak terganggu dengan kurangnya bahan bakar. Lokasi penimbunan biasanya berupa lahan terbuka yang cukup luas, terbagi menjadi dua yaitu timbunan

low rank. Batubara ditimbun dengan penampang berbentuk trapesium

dengan ketinggian maksimum sekitar 12 meter.

Ketika batubara akan digunakan sebagai bahan bakar maka akan dilakukan pengerukan untuk kemudian ditransfer dengan instalasi pemindahan batubara. Berdasarkan peralatan yang digunakan, instalasi penimbunan dan pengerukan batubara dibagi

Telescopic chute, bulldozer, reclaimer hopper

Gambar 2.6 Timbunan batubara di UP Paiton 1 dan 2

2.2.1 Metode Penimbunan dan Pengerukan Batubara , Bulldozer, Reclaimer hopper

masing peralatan memiliki fungsi yang berbeda tetapi akan saling mempengaruhi apabila masing-masing peralatan tersebut tidak berfungsi secara optimal. Penimbunan dengan cara ini dilakukan dengan mengangkut batubara melalui

Batubara yang telah melalui proses pembongkaran dengan menggunakan ship unloader untuk langsung diproses untuk . Instalasi pemindahan

Penimbunan dilakukan terkait dengan ketersediaan minimum batubara yang telah ditetapkan agar produksi listrik tetap berjalan lancar tidak terganggu dengan kurangnya bahan bakar. Lokasi penimbunan biasanya berupa lahan terbuka yang cukup luas, terbagi menjadi dua yaitu timbunan Batubara ditimbun dengan penampang berbentuk trapesium

Ketika batubara akan digunakan sebagai bahan bakar maka akan dilakukan pengerukan lasi pemindahan batubara. Berdasarkan peralatan yang digunakan, instalasi penimbunan dan pengerukan batubara dibagi

masing peralatan memiliki fungsi yang berbeda tetapi akan saling masing peralatan tersebut tidak berfungsi secara optimal. Penimbunan dengan cara ini dilakukan dengan mengangkut batubara melalui belt conveyor

(17)

yang memiliki sudut kemiringan ( ditentukan.

Gambar 2.7 Pencurah batubara

Pada bagian ujung

telescopic chute merupakan

akan mencurahkan batubara dari atas ke bawah, peralatan ini berfungsi untuk mengurangi terbentuknya debu akibat dari pencurahan batubara dari ketinggian. Diujung silinder teleskopik ini dipasang sen

batubara maka akan memicu motor listrik bergerak memutar kawat sling sehingga

chute akan bergerak seperti menggulung keatas.

Gambar 2.8 Motor Listrik,

yang memiliki sudut kemiringan (inclined) sehingga dapat mencapai ketinggian yang sudah

Gambar 2.7 Pencurah batubara dengan telescopic chute

Pada bagian ujung belt conveyor ini dipasang telescopic chute, konstruksi dari merupakan chute yang memiliki saluran berbentuk silinder teleskopik yang akan mencurahkan batubara dari atas ke bawah, peralatan ini berfungsi untuk mengurangi terbentuknya debu akibat dari pencurahan batubara dari ketinggian. Diujung silinder teleskopik ini dipasang sensor seperti limit switch, apabila sensor mengenai timbunan batubara maka akan memicu motor listrik bergerak memutar kawat sling sehingga

akan bergerak seperti menggulung keatas.

Motor Listrik, Drum, Telescopic Chute di UP Paiton 1 dan 2

) sehingga dapat mencapai ketinggian yang sudah

, konstruksi dari yang memiliki saluran berbentuk silinder teleskopik yang akan mencurahkan batubara dari atas ke bawah, peralatan ini berfungsi untuk mengurangi terbentuknya debu akibat dari pencurahan batubara dari ketinggian. Diujung silinder , apabila sensor mengenai timbunan batubara maka akan memicu motor listrik bergerak memutar kawat sling sehingga telescopic

(18)

Setelah telescopic chute

meratakan dan menyebarkan batubara ini menjadi sebuah timbunan yang bentuknya sudah ditetapkan. Selain itu bulldozer

hopper pada saat pengerukan batubara yang akan digunakan sebagai bahan bakar pada furnace. Pada unit pembangkitan Paiton, terdapat 6 buah

bersama-sama. Sebagai contoh pada PLTU Pai

Dua unit bulldozer merk Caterpillar kapasitas 16 TonDua unit bulldozer merk Dresser kapasitas 16 TonDua unit bulldozer merk Dresser kapasitas 8 Ton

1. Untuk keperluan pengerukan, batubara akan diarahkan oleh yang berada dibawah dari timbunan batubara.

Stock Pile di atasnya sehingga hanya batubara dengan ukuran tertentu saja yang dapat jatuh menuju conveyor dibawahnya

yang berguna agar batubara tidak menyumbat. selanjutnya diangkut oleh berbagai peralatan instalasi pemindahan batubara ke lokasi dimana batubara tersebut akan dibakar.

Gambar 2.9

b. Penimbunan dan Pengerukan dengan Penimbunan dengan

dibanding dengan telescopic chute

telescopic chute mencurahkan batubara maka dibutuhkan

meratakan dan menyebarkan batubara ini menjadi sebuah timbunan yang bentuknya sudah

bulldozer digunakan untuk mengarahkan batubara masuk ke

pada saat pengerukan batubara yang akan digunakan sebagai bahan bakar pada . Pada unit pembangkitan Paiton, terdapat 6 buah bulldozer yang bekerja secara

sama. Sebagai contoh pada PLTU Paiton terdapat beberapa jenis bulldozer merk Caterpillar kapasitas 16 Ton

merk Dresser kapasitas 16 Ton merk Dresser kapasitas 8 Ton

Untuk keperluan pengerukan, batubara akan diarahkan oleh bulldozer ke reclaimer hopper yang berada dibawah dari timbunan batubara. Screen hopper akan menyaring batubara dari Stock Pile di atasnya sehingga hanya batubara dengan ukuran tertentu saja yang dapat jatuh menuju conveyor dibawahnya. Pada bagian bawah hopper juga terdapat

yang berguna agar batubara tidak menyumbat. selanjutnya diangkut oleh berbagai peralatan instalasi pemindahan batubara ke lokasi dimana batubara tersebut akan dibakar.

Gambar 2.9 Reclaimer hopper di UP Paiton 1 dan 2

Penimbunan dan Pengerukan dengan Bucket Wheel/Stacker Reclaimer

Penimbunan dengan bucket wheel/stacker reclaimer lebih praktis dan efisien

telescopic chute. Bucket wheel/stacker reclaimer disamping dapat

hopper

Vibrating feeder

mencurahkan batubara maka dibutuhkan bulldozer untuk meratakan dan menyebarkan batubara ini menjadi sebuah timbunan yang bentuknya sudah untuk mengarahkan batubara masuk ke reclaimer pada saat pengerukan batubara yang akan digunakan sebagai bahan bakar pada yang bekerja secara

bulldozer yaitu :

reclaimer hopper

menyaring batubara dari Stock Pile di atasnya sehingga hanya batubara dengan ukuran tertentu saja yang dapat jatuh juga terdapat vibrating feeder yang berguna agar batubara tidak menyumbat. selanjutnya diangkut oleh berbagai peralatan instalasi pemindahan batubara ke lokasi dimana batubara tersebut akan dibakar.

lebih praktis dan efisien disamping dapat

(19)

menimbun batubara juga dapat dipakai untuk pengerukan batubara. Terdiri dari roda pengeruk dan saluran pencurah yang dipasang pada suatu lengan yang cukup panjang.

Bucket wheel/stacker reclaimer

penimbunan. Selain itu bucket wheel

200o dan roda pengeruk serta roda pencurah dapat digerakkan naik

Gambar 2.10

Bucket wheel / stacker reclaimer

dengan telescopic chute, antara lain:

1. Seluruh peralatan menggunakan listrik sehingga mengurangi faktor pemeliharaan.

2. Dapat melakukan pengerukan secara vertikal 3. Tidak ada waktu yang terbuang

2.2.2 Manajemen Penimbunan Batubara

Penimbunan batubara memerlukan manajemen yang baik, terutama dalam hal menentukan jumlah stok penimpunan batubara. Stockpile m

1. Penyangga antara penerimaan batubara dan proses pembaka

2. Persediaan strategis dan meminimalkan gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang.

3. Proses homogenisasi atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan untuk menyiapkan produk satu tipe material dimana f

kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan. 4. Identifikasi kualitas dan kuantitas batubara.

Dalam menentukan stok penimbunan harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti : 1. Metode pengiriman batubara ke lokasi PLTU

menimbun batubara juga dapat dipakai untuk pengerukan batubara. Terdiri dari roda pengeruk dan saluran pencurah yang dipasang pada suatu lengan yang cukup panjang.

eclaimer dapat berjalan diatas rel yang dipasang di se

bucket wheel/stacker reclaimer juga dapat berputar sampai lebih dari

dan roda pengeruk serta roda pencurah dapat digerakkan naik-turun.

Gambar 2.10 Bucket wheel / stacker reclaimer

stacker reclaimer memiliki beberapa keuntungan bila dibandingkan

antara lain:

Seluruh peralatan menggunakan listrik sehingga mengurangi faktor

Dapat melakukan pengerukan secara vertikal Tidak ada waktu yang terbuang untuk manuver

Manajemen Penimbunan Batubara

Penimbunan batubara memerlukan manajemen yang baik, terutama dalam hal menentukan

Stockpile management berfungsi sebagai :

Penyangga antara penerimaan batubara dan proses pembakaran bahan bakar.

Persediaan strategis dan meminimalkan gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka

Proses homogenisasi atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan untuk menyiapkan produk satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan.

antitas batubara.

Dalam menentukan stok penimbunan harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti : Metode pengiriman batubara ke lokasi PLTU

menimbun batubara juga dapat dipakai untuk pengerukan batubara. Terdiri dari roda pengeruk dan saluran pencurah yang dipasang pada suatu lengan yang cukup panjang. dapat berjalan diatas rel yang dipasang di sepanjang area juga dapat berputar sampai lebih dari

memiliki beberapa keuntungan bila dibandingkan

Seluruh peralatan menggunakan listrik sehingga mengurangi faktor

Penimbunan batubara memerlukan manajemen yang baik, terutama dalam hal menentukan

Persediaan strategis dan meminimalkan gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka

Proses homogenisasi atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang luktuasi di dalam

(20)

2. Frekuensi Kedatangan dan jumlah muatan 3. Metode penimbunan dan pengerukan 4. Waktu pembongkaran

Selain faktor-faktor diatas harus pula diperhatikan kapasitas pemakaian batubara untuk seluruh unit pada operasi beban normal setiap harinya. Setelah jumlah stok batubara yang harus

ditentukan selanjutnya stok tersebut diklasifikasikan. Pengklasifikasian stok penimbunan batubara adalah sebagai berikut :

a. Penimbunan Sementara (Live Stock

Yaitu timbunan batubara yang diprioritaskan untuk segera dikeruk kembali bagi keper unit. Jadi batubara ini hanya ditimbun untuk jangka pendek.

b. Penimbunan Jangka Lama (Dead Stock

Batubara ini hanya akan dikeruk untuk dipergunakan bila memang diperlukan setelah

Stock habis. Jadi ini merupakan prioritas kedua setelah

Menimbun batubara baik dengan telescopic chute

Batubara sebaiknya ditimbun dengan penampang timbunan berbentuk trapesium dengan ketinggian sekitar 12 meter. Disekeliling timbunan harus disediakan saluran air yang memadai. kantong udara diantara batubara. Pemeriksaan secara p

karena timbunan batubara mudah terbakar.

2.2.3 Gangguan dan Pemeliharaan Timbunan

Pemanasan dengan sendirinya dari batubara akibat dari oksidasi dengan oksigen adalah gejala yang umum dan sudah menjadi konsek

tumpukan yang besar walaupun tindakan pencegahan telah dilakukan. Oleh karena itu pemadatan dan perataan diseluruh areal penimbunan perlu sekali diperhatikan. Bila kepadatan batubara dalam timbunan menurun maka bahaya kebakaran akan timbul. Dalam keadaan seperti ini timbunan perlu dipadatkan kembali. Kerusakan permukaan akibat erosi angin juga akan menimbulkan panas setempat dan penyalaan sendiri. Kelembaban dan kandungan air akan mempengaruhi derajat oksidasi dan pembakaran.

Pengalaman telah menunjukan bahwa resiko terbesar kerusakan penyimpanan batubara terjadi pada bulan-bulan dari waktu penimbunan. Bila pemanasan tidak terjadi pada periode ini pada umumnya timbunan akan aman dari api, tetapi pengawasan yan

dilakukan. Pemeriksaan harus meliputi : 1) Mengenali daerah yang panas.

2) Daerah batubara yang berkurang atau diambil. ngan dan jumlah muatan Metode penimbunan dan pengerukan

faktor diatas harus pula diperhatikan kapasitas pemakaian batubara untuk seluruh unit pada operasi beban normal setiap harinya. Setelah jumlah stok batubara yang harus

ditentukan selanjutnya stok tersebut diklasifikasikan. Pengklasifikasian stok penimbunan batubara

Live Stock)

Yaitu timbunan batubara yang diprioritaskan untuk segera dikeruk kembali bagi keper unit. Jadi batubara ini hanya ditimbun untuk jangka pendek.

Dead Stock)

Batubara ini hanya akan dikeruk untuk dipergunakan bila memang diperlukan setelah habis. Jadi ini merupakan prioritas kedua setelah Live Stock.

telescopic chute atau bucket wheel memiliki prosedur tertentu.

Batubara sebaiknya ditimbun dengan penampang timbunan berbentuk trapesium dengan ketinggian sekitar 12 meter. Disekeliling timbunan harus disediakan saluran air yang memadai. kantong udara diantara batubara. Pemeriksaan secara periodik harus dilakukan terutama pada musim kemarau karena timbunan batubara mudah terbakar.

Gangguan dan Pemeliharaan Timbunan

Pemanasan dengan sendirinya dari batubara akibat dari oksidasi dengan oksigen adalah gejala yang umum dan sudah menjadi konsekuensinya. Pembakaran spontan sering terjadi pada tumpukan yang besar walaupun tindakan pencegahan telah dilakukan. Oleh karena itu pemadatan dan perataan diseluruh areal penimbunan perlu sekali diperhatikan. Bila kepadatan batubara dalam aka bahaya kebakaran akan timbul. Dalam keadaan seperti ini timbunan perlu dipadatkan kembali. Kerusakan permukaan akibat erosi angin juga akan menimbulkan panas setempat dan penyalaan sendiri. Kelembaban dan kandungan air akan mempengaruhi derajat

Pengalaman telah menunjukan bahwa resiko terbesar kerusakan penyimpanan batubara bulan dari waktu penimbunan. Bila pemanasan tidak terjadi pada periode ini pada umumnya timbunan akan aman dari api, tetapi pengawasan yang terus-menerus harus tetap dilakukan. Pemeriksaan harus meliputi :

Mengenali daerah yang panas.

Daerah batubara yang berkurang atau diambil.

faktor diatas harus pula diperhatikan kapasitas pemakaian batubara untuk seluruh unit pada operasi beban normal setiap harinya. Setelah jumlah stok batubara yang harus ditimbun telah ditentukan selanjutnya stok tersebut diklasifikasikan. Pengklasifikasian stok penimbunan batubara

Yaitu timbunan batubara yang diprioritaskan untuk segera dikeruk kembali bagi keperluan

Batubara ini hanya akan dikeruk untuk dipergunakan bila memang diperlukan setelah Live

memiliki prosedur tertentu. Batubara sebaiknya ditimbun dengan penampang timbunan berbentuk trapesium dengan ketinggian sekitar 12 meter. Disekeliling timbunan harus disediakan saluran air yang memadai. kantong udara eriodik harus dilakukan terutama pada musim kemarau

Pemanasan dengan sendirinya dari batubara akibat dari oksidasi dengan oksigen adalah uensinya. Pembakaran spontan sering terjadi pada tumpukan yang besar walaupun tindakan pencegahan telah dilakukan. Oleh karena itu pemadatan dan perataan diseluruh areal penimbunan perlu sekali diperhatikan. Bila kepadatan batubara dalam aka bahaya kebakaran akan timbul. Dalam keadaan seperti ini timbunan perlu dipadatkan kembali. Kerusakan permukaan akibat erosi angin juga akan menimbulkan panas setempat dan penyalaan sendiri. Kelembaban dan kandungan air akan mempengaruhi derajat

Pengalaman telah menunjukan bahwa resiko terbesar kerusakan penyimpanan batubara bulan dari waktu penimbunan. Bila pemanasan tidak terjadi pada periode ini pada menerus harus tetap

(21)

3) Bentuk timbunan yang jelek dan rusak. 4) Permukaan batubara yang tidak rata 5) Erosi akibat angin dan hujan.

Bila dari pengalaman terlihat bahwa timbunan batubara pernah terbakar maka pengukuran suhu pada beberapa titik di areal penimbunan harus dilakukan setiap minggu. Tempat

mempunyai suhu tinggi (lebih panas) dapat diidentifikasi dan diperlihatkan dengan cer

berarti bahwa timbunan harus dilengkapi dengan peralatan khusus berupa pipa yang ditanam pada beberapa tempat dimana thermometer bisa dipasang.

2.3 INSTALASI PEMINDAHAN BATUBARA

Instalasi pemindahan batubara berfungsi untuk mentransportasikan batubar pembangkit listrik. Pemindahan batubara dimulai dari

penampung batubara sementara sebelum melalui proses untuk dibakar.

Gambar 2.11 Diagram Alir

Instalasi pemindahan batubara secara keseluruhan 1. Belt conveyor

2. Transfer house

3. Tripper

4. Silo

Batubara akan dicurahkan diatas belt conveyor

transfer house maka batubara akan dicurahkan kedalam

Bentuk timbunan yang jelek dan rusak. Permukaan batubara yang tidak rata Erosi akibat angin dan hujan.

pengalaman terlihat bahwa timbunan batubara pernah terbakar maka pengukuran suhu pada beberapa titik di areal penimbunan harus dilakukan setiap minggu. Tempat

mempunyai suhu tinggi (lebih panas) dapat diidentifikasi dan diperlihatkan dengan cer

berarti bahwa timbunan harus dilengkapi dengan peralatan khusus berupa pipa yang ditanam pada beberapa tempat dimana thermometer bisa dipasang.

PEMINDAHAN BATUBARA

Instalasi pemindahan batubara berfungsi untuk mentransportasikan batubar pembangkit listrik. Pemindahan batubara dimulai dari hopper pada ship unloader penampung batubara sementara sebelum melalui proses untuk dibakar.

Gambar 2.11 Diagram Alir Coal Handling System di PLTU Paiton Unit 1&2

secara keseluruhan terdiri dari beberapa peralatan yaitu :

belt conveyor sebagai media pembawa, setelah melewati beberapa

a akan dicurahkan kedalam silo melalui tripper. Untuk selanjunya pengalaman terlihat bahwa timbunan batubara pernah terbakar maka pengukuran suhu pada beberapa titik di areal penimbunan harus dilakukan setiap minggu. Tempat-tempat yang mempunyai suhu tinggi (lebih panas) dapat diidentifikasi dan diperlihatkan dengan cermat. Ini berarti bahwa timbunan harus dilengkapi dengan peralatan khusus berupa pipa yang ditanam pada

Instalasi pemindahan batubara berfungsi untuk mentransportasikan batubara didalam suatu

ship unloader sampai silo

di PLTU Paiton Unit 1&2

beberapa peralatan yaitu :

sebagai media pembawa, setelah melewati beberapa . Untuk selanjunya

(22)

batubara akan diproses sebelum dibakar. Peralatan berikut.

2.3.1 Belt Conveyor

Jenis conveyor yang digunakan pada instalasi pemindahan batubara adalah tipe

conveyor. Belt conveyor adalah ban berjalan yang digunakan untuk mentransfer batubara

tempat ke tempat lain secara kontinyu

digunakan untuk memindahkan batubara dalam jumlah besar, jarak yang jauh dan

Belt conveyor berperan dalam keseluruhan sistem

dari kapal atau kereta api menuju stock pile

pile menuju silo/bunker pada furnace

besar rute dari belt conveyor adalah : Rute 1 : Unloading dari ship Rute 2 : Loading dari stock pile Rute 3 : Loading dari stock pile Rute 4 : Direct unloading dari Rute 5 : Kombinasi direct unloading

Gambar 2.12

batubara akan diproses sebelum dibakar. Peralatan-peralatan diatas akan dijelaskan pada sub bab

yang digunakan pada instalasi pemindahan batubara adalah tipe ban berjalan yang digunakan untuk mentransfer batubara tempat ke tempat lain secara kontinyu. Merupakan peralatan utama pada sistem digunakan untuk memindahkan batubara dalam jumlah besar, jarak yang jauh dan

berperan dalam keseluruhan sistem coal handling. Dimulai saat batubara

stock pile untuk penimbunan dan mentranfer batubara dari furnace untuk digunakan sebagai bahan bakar. Sebagai contoh garis

adalah :

hip unloading 1&2 ke stock pile 1&2. stock pile 2 ke tripper L1&L2.

stock pile 1 ke tripper L1&L2.

dari ship unloading 1&2 ke tripper L1&L2.

direct unloading ke tripper dan stock pile.

2.12 Belt Conveyor di UP Paiton 1 dan 2

peralatan diatas akan dijelaskan pada sub bab

yang digunakan pada instalasi pemindahan batubara adalah tipe belt ban berjalan yang digunakan untuk mentransfer batubara dari suatu . Merupakan peralatan utama pada sistem coal handling, digunakan untuk memindahkan batubara dalam jumlah besar, jarak yang jauh dan rate yang tinggi. saat batubara unloading mentranfer batubara dari stock untuk digunakan sebagai bahan bakar. Sebagai contoh garis

(23)

Gambar

Setiap konstruksi conveyor yang digunakan terdiri dari : 1. Belt

Merupakan ban berjalan yang berfungsi untuk membawa material dan Terbuat dari karet dengan lebar tertentu.

Gambar 2.14 Belt pada 1. Rangka (Frame)

2. Puli penggerak (Drive pulley) 3. Puli yang digerakkan (Tail pulley) 4. Puli pengencang (Snub pulley) 5. Sabuk (Belt)

6. Rol pembawa (Carrying roller idler)

Gambar 2.13 Konstruksi Belt Conveyor

yang digunakan terdiri dari :

Merupakan ban berjalan yang berfungsi untuk membawa material dan meneruskan gaya. Terbuat dari karet dengan lebar tertentu.

Gambar 2.14 Belt pada conveyor (Drive pulley)

(Tail pulley) ub pulley)

(Carrying roller

8. Rol pemuat (impact idler) 9. Motor penggerak 10. Unit pemuat (Chutes)

11. Unit pengeluar (Discharge spout) 12. Pembersih sabuk (Belt cleaner) 13. Pengetat sabuk (Belt take-up)

Belt

meneruskan gaya. (Discharge spout)

(Belt cleaner) up)

(24)

2. Carrying idler

Berfungsi untuk menjaga belt bermuatan material. Posisi dari

terdiri dari 3 buah roll penggerak berbentuk V. 3. Return idler

Berada di bawah belt pada sisi balik penyangga dan berfungsi untuk menyangga

Gambar 2.15

4. Impact idler

Posisinya persis di bawah chute satu sama lain lebih rapat dari

sobek/rusak akibat batubara yang jatuh dari

Gambar 2.1

5. Steering idler

Merupakan idler yang berfungsi untuk menjaga kelurusan kiri/kanan. Posisinya di bagian pinggir

belt pada bagian yang berbeban atau sebagai roll

bermuatan material. Posisi dari Carrying idler berada di atas conveyor table penggerak berbentuk V.

pada sisi balik conveyor. Komposisinya hanya terdiri penyangga dan berfungsi untuk menyangga belt dengan arah putar balik.

Gambar 2.15 Carrying idler dan Return idler

chute. Pada bagian luarnya dilapisi dengan karet

satu sama lain lebih rapat dari carrying idler. Fungsinya untuk menahan sobek/rusak akibat batubara yang jatuh dari atas.

Gambar 2.16 Impact idler di UP Paiton 1 dan 2

yang berfungsi untuk menjaga kelurusan belt agar tidak . Posisinya di bagian pinggir belt.

Carrying idler

return idler

roll penunjang ban conveyor table. Komposisinya

. Komposisinya hanya terdiri dari 1 buah roll

dan jarak antara untuk menahan belt agar tidak

(25)

6. Motor

Berfungsi sebagai penggerak utama dari dihubungkan dengan gearbox

Gambar 2.17 Motor listrik penggerak

7. Fluid coupling

Kopling fluida sebagai alat transfer daya dari motor listrik penggerak ke

fluida digunakan agar tidak terjadi hentakan saat motor listrik dinyalakan untuk pertama kali (start up) dan juga dapat menyerap serta membuang panas.

Gambar 2.

8. Reducer / gearbox

Peralatan yang menggandengkan sumber daya ke dari motor agar putaran input

Berfungsi sebagai penggerak utama dari Belt Conveyor. Dalam pengoperasiannya

gearbox dan fluid coupling.

Motor listrik penggerak conveyor di UP Paiton 1 dan 2

Kopling fluida sebagai alat transfer daya dari motor listrik penggerak ke

digunakan agar tidak terjadi hentakan saat motor listrik dinyalakan untuk pertama kali ) dan juga dapat menyerap serta membuang panas.

Gambar 2.18 Kopling fluida

Peralatan yang menggandengkan sumber daya ke pulley dan berfungsi mereduksi putaran

input dari motor dapat dikurangi.

pengoperasiannya

di UP Paiton 1 dan 2

Kopling fluida sebagai alat transfer daya dari motor listrik penggerak ke pulley. Kopling digunakan agar tidak terjadi hentakan saat motor listrik dinyalakan untuk pertama kali

(26)

Gambar 2.19 Konstruksi Motor,

9. Drive pulley

Merupakan pulley yang secara langsung atau tidak langsung terhubung dan dikopling dengan gearbox

drive pulley tidak harus selalu di depan,

memungkinkan.

10.Gravity take up / counter weight

Counter weight merupakan bandul yang terhubung dengan take up

untuk memberi/menjaga ketegangan

Gambar 2.20

11.Bend pulley

Pulley yang berfungsi untuk m

dimensi yang lebih besar dari

Konstruksi Motor, Fluid Coupling, dan Reducer

yang secara langsung atau tidak langsung terhubung dengan motor listrik

gearbox. Fungsinya untuk memutar belt menuju ke depan. Posisi

tidak harus selalu di depan, bisa dipasang dimana saja yang dianggap

Gravity take up / counter weight dan Take up pulley

erupakan bandul yang terhubung dengan take up pulley untuk memberi/menjaga ketegangan belt.

Gambar 2.20 Gravity take up pada Conveyor

yang berfungsi untuk menopang belt pada gravity take-up. Biasanya memiliki dimensi yang lebih besar dari snub pulley.

dengan motor listrik menuju ke depan. Posisi bisa dipasang dimana saja yang dianggap

pulley yang berfungsi

(27)

12.Head pulley

Pulley terakhir yang berada pada ujung depan

dipakai sebagai drive pulley. tidak dapat disebut sebagai drive 13. Snub pulley

Pulley yang digunakan untuk memperbesar

agar tidak terjadi slip antara permukaan dekat drive pulley dan tail pulley

14. Tail pulley

Berada di sisi belakang conveyor ke arah drive pulley. Tail pulley mencegah batubara agar tidak masuk ke juga sering dijadikan sebagai

15.Scrapper (pembersih)

Merupakan perangkat yang berfungsi membersihkan material yang menempel

16. Rubber skirt (skirtboard)

Merupakan peralatan yang berfungsi mencegah agar material tidak tumpah pada saat muat.

terakhir yang berada pada ujung depan conveyor. Tidak semua head

. head pulley yang tidak dapat dihubungkan dengan drive

drive pulley.

yang digunakan untuk memperbesar luas bidang kontak antara pulley agar tidak terjadi slip antara permukaan belt dan pulley. Biasanya Snub pulley

ail pulley.

conveyor. Berfungsi untuk memutar kembali Belt Conveyor

Tail pulley dilengkapi dengan belt cleaner yang berfungsi untuk

mencegah batubara agar tidak masuk ke tail pulley. pada conveyor jenis light duty, juga sering dijadikan sebagai take up pulley.

Merupakan perangkat yang berfungsi membersihkan material yang menempel

Gambar 2.21 Scrapper

peralatan yang berfungsi mencegah agar material tidak tumpah

Gambar 2.22 Rubber skirt

head pulley dapat

dihubungkan dengan drive pulley

pulley dengan belt, Snub pulley terletak di

Conveyor menuju

yang berfungsi untuk jenis light duty, tail puley

Merupakan perangkat yang berfungsi membersihkan material yang menempel pada belt.

(28)

17.V-Plough scrapper

Berfungsi untuk membersihkan material yang tertumpah pada arah balik

Gravity take-up pulley, agar tidak ada material atau batubara yang masuk ke up.

Gambar 2.23

18.Rem berfungsi untuk mencegah Terdapat dua jenis rem pada

o Electromagnet Brake, prinsip

melawan pegas dengan menggunakan elektromagnet. Arus listrik yang membangkitkan elektromagnet akan mengalir secara otomatis saat motor penggerak berhenti.

Gambar 2.

o Thrustor Brake, prinsip kerja rem ini adalah

sepatu rem akan menekan secara perlahan karena gaya hidrolik yang melawan gaya pegas akan berkurang.

Gambar 2.

Berfungsi untuk membersihkan material yang tertumpah pada arah balik , agar tidak ada material atau batubara yang masuk ke

Gambar 2.23 V-Plough scrapper

Rem berfungsi untuk mencegah conveyor bergerak saat motor dimatikan. Terdapat dua jenis rem pada conveyor yaitu :

Electromagnet Brake, prinsip kerja rem ini adalah dengan menekan sepatu rem melawan pegas dengan menggunakan elektromagnet. Arus listrik yang membangkitkan elektromagnet akan mengalir secara otomatis saat motor penggerak

Gambar 2.24 Electromagnetic Brake

Thrustor Brake, prinsip kerja rem ini adalah ketika motor penggerak berhenti maka akan menekan secara perlahan karena gaya hidrolik yang melawan gaya

Gambar 2.25 Thrustor Brake

Berfungsi untuk membersihkan material yang tertumpah pada arah balik belt sebelum , agar tidak ada material atau batubara yang masuk ke Gravity

take-kerja rem ini adalah dengan menekan sepatu rem melawan pegas dengan menggunakan elektromagnet. Arus listrik yang membangkitkan elektromagnet akan mengalir secara otomatis saat motor penggerak

ketika motor penggerak berhenti maka akan menekan secara perlahan karena gaya hidrolik yang melawan gaya

Gambar

Gambar 2.1 Ilustrasi Sistem Penanganan Batubara
Gambar 2.2 Kapal tongkang batubara
Gambar 2.3 Bucket, hopper dan
Gambar 2.5 Tempat pengambilan sampel pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gejala kemunculan seni instalasi mulai dikenal di Indonesia paling tidak sejak munculnya apa yang disebut dengan Gerakan Seni Rupa Baru pada tahun 1975- 1979, yang

Pada kondisi sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Nunukan, jumlah pekerjaan masyarakat, tingkat pendidikan, dan pendapatan selalu mengalami peningkatan setiap tahun

011 Tanjung Pinang Timur Tanjung Pinang Timur Kota Tanjung Pinang 1,340..

sinar Baru, 1992),Hal.. Dilihat dari Konteks Internasional Mesir mendapatkan tekanan yang terus muncul dari internal maupun internasional, termasuk dari pemerintah dan rakyat

4. Data retur yang telah disalurkan akan kami laporkan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk disampaikan 3. Kesalahan nomor rekening, kesalahan nama dan kesalahan lainnya

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul

Berdasarkan analisis terhadap dua buku teks ini tentang kerajaan tarumanegara dapat disimpulkan bahwa buku teks Erlangga lebih bagus dibanding dengan Yudisthira,

Dikarenakan pada strategi ini juga akan menggunakan sumber daya alternatif yang akan bergantung pada kondisi alam, maka perlu diperhatikan juga aspek-aspek geografis dari