• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gereja dan Politik Studi Mengenai Sikap Politik Gereja Toraja terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Tana Toraja T2 752011031 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gereja dan Politik Studi Mengenai Sikap Politik Gereja Toraja terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Tana Toraja T2 752011031 BAB I"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Politik adalah sebuah bidang kehidupan di mana gereja dapat memperjuangkan terwujudnya

tanda-tanda kerajaan Allah dalam Yesus Kristus: keadilan, kebenaran, HAM dan damai

sejahtera bagi semua orang tanpa membeda-bedakan latar belakang, suku, agama, ras, dan

sebagainya.

Dalam perspektif sosiologis dapat dikatakan bahwa, gereja sebagai suatu institusi sosial,

selain dipengaruhi oleh lingkungannya, juga diharapkan mempengaruhi lingkunganya.

Karena itu dalam konteks bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,gereja diharapkan

mampu memberi kontribusi demi mencapai masyarakat adil dan makmur.

Salah satu kenyataan sosial yang dihadapi oleh gereja sekarang ini, sebagai bagian dari

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah otonomi daerah. Otonomi daerah

merupakan agenda reformasi karena pemerintahan orde baru dinilai sangat sentralistik,

sehingga hanya menguntungkan pemerintah pusat dan kurang memperhatikan pemerintah di

daerah-daerah.1 Oleh karena itu, agar agenda reformasi tersebut dapat mencapai sasaran yang

diinginkan, maka dibutuhkan partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak termasuk gereja.

Sikap politik gereja dibutuhkan terhadap penyelenggaraan otonomi daerah karena gereja

sebagai salah institusi sosial dapat berfungsi sebagai wadah untuk pendidikan politik,

mengemban peran profetis dan meletakkan nilai-nilai etika politik. Gereja dapat

mendampingi dan memberdayakan warga masyarakat supaya mengetahui dan mengerti

1

(2)

secara luas dan benar tentang pelaksanaan otonomi daerah. Jadi dapat dikatakan bahwa

pelaksanaan otonomi daerah memerlukan keyakinan dan komitmen akan pentingnya etika

politik.

Dalam konteks Sulawesi Selatan pada umumnya, pelaksanaan tentang otonomi daerah

dari berbagai kalangan yang mulai diberlakukan sejak tahun 2001, pada umumnya masih

kurang memadai. Hal ini antara lain nampak dari implementasinya yang bervariasi di

Daerah-daerah, sebagaimana tercermin melalui kebijakan eksekutif dan Peraturan Daerah.

Berbagai peraturan cenderung tumpang tindih atau bertentangan, baik secara vertikal maupun

horizontal. Belum lagi adanya egoisme kedaerahan yang berlebihan serta berbagai bentuk

kesalahan manajemen dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah, tidak terlepas dari adanya

pemahaman yang kurang atau salah tentang otonomi daerah. Hal ini dibuktikan dengan

munculnya “Perda-perda syariah”.

Secara khusus di kabupaten Tana Toraja, otonomi daerah belum dilaksanakan dalam

rangka menciptakan pemerintahan yang bersih, demokratis, dan pendekatan kepada

masyarakat secara holistik. Hal tersebut tampak dalam: pertama dalam bidang birokrasi.

Yang tergambar melalui pendekatan pelayanan kepada masyarakat yang masih dipahami

sebatas pemekaran kecamatan, desa dan berakibat pada terbentuknya kabupaten yang baru

yakni kabupaten Toraja Utara, bukan orientasi peningkatan kesejateraan masyarakat dengan

berupaya memaksimalkan potensi daerah. Kedua, dalam bidang politik. Kedudukan legislatif

(DPRD) sebagai lembaga pengontrol/atau pengawasan terhadap kinerja eksekutif belum

terlaksana sesuai dengan harapan, bahkan diduga terjadinya kolusi antara legislatif dan

eksekutif dalam hal penyusunan anggaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam anggaran

(3)

untuk pembangunan fasilitas umum bagi masyarakat. Hal ini terindikasi lewat hasil analisis

bersama terhadap APBD tahun 2009, yang dilakukan oleh Komite Pemantau Legislatif

Sulawesi, yang dilaksanakan di Hotel Puri Artha, 18-19 Mei 2009. Hal lain yang juga sangat

memprihatinkan adalah di setiap moment pemilihan legislatif ataupun PILKADA, selalu

menjadi ajang pertarungan yang menebarkan bau tak sedap, karena adanya praktek money

politics. Hal ini memuncak ketika terjadi kisruh PILKADA tahun 2010 yang menelan korban

dari masyarakat biasa. Ketiga, dalam bidang penegakan hukum. Kasus korupsi dana APBD

yang diduga dilakukan oleh mantan Bupati dan Sekretaris Daerah perode 2005-2010 belum

secara serius ditangani oleh Kejaksaan Tinggi, bahkan sampai sekarang masih menghirup

udara bebas. Keempat, dalam bidang ekonomi. Pemberdayaan sumber-sumber alam dalam

rangka peningkatan ekonomi masyarakat belum merupakan hal yang prioritas dilakukan oleh

pemerintah daerah. Situs-situs purbakala yang menjadi primadona parawisata di Tana Toraja

diharapkan meningkatkan ekonomi masyarakat setemapat, tetapi belum mendapat perhatian

yang serius. Bahkan yang memprihatinkan adalah penyumbang APBD terbesar pada tahun

2009 yaitu Rumah Sakit. Padahal semestinya APBD diperuntukkan bagi kesehatan

masyarakat.2

Sebagaimana disebutkan di atas, maka dapat diduga bahwa di kabupaten Tana Toraja,

pelaksanaan otonomi daerah masih belum berjalan sesuai dengan harapan. Dalam kenyataan

inilah, maka Gereja Toraja sebagai sebuah denominasi gereja yang besar di Kabupaten Tana

Toraja semestinya memberi kontribusi pemikiran bagi terwujudnya tujuan pelaksanaan

otonomi daerah seperti yang telah diuraikan di atas. Oleh karena itu penulis akan

2

(4)

mengakjinya dengan Judul: Gereja dan Politik; Studi Mengenai Sikap Politik Gereja

Toraja terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Tana Toraja.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menyusun rumusan masalah yaitu

Bagaimana sikap politik Gereja Toraja terhadap pelaksanaan Otonomi Daerah di

kabupaten Tana Toraja?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab persoalan-persoalan yang telah dirumuskan

yaitu: Mengkaji dan mendeskripsikan sikap politis Gereja Toraja terhadap pelaksanaan

otonomi daerah di kabupaten Tana Toraja.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana wawasan ataupun cara pandang tentang otonomi

daerah telah ditumbuhkembangkan (diinternalisasi) di lingkungan Gereja Toraja

sebagai sebuah institusi sosial, dalam arti pelaksanaan fungsi kesaksian dan

pelayanan gereja, sebagai langkah ke arah pendidikan politik.

2. Memberi masukan kepada Pemerintah Daerah agar mengimplementasikan secara

utuh mengenai otonomi daerah dan terus-menerus mengevaluasi pelaksanaannya.

3. Sebagai bahan bagi gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya bagi

(5)

D. Metode Penelitian

1. Jenis dan pendekatan penelitian

- Kualitatif

Untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang penelitian ini, maka

digunakan jenis penelitian kualitatif.

- Pendekatan deskriptif

tujuannya adalah menjelaskan secara sistimatis, faktual, dan akurat mengenai

fakta-fakta atau populasi tertentu.

2. Metode pengumpulan data

a. Data Primer

- Penelitian lapangan (field Research) dengan metode wawancara

- Informan

Untuk mendapatkan informasi terkait dengan penelitian ini, penulis memilih

informan yaitu: Pimpinan Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja, serta beberapa

Pendeta dan warga jemaat yang terlibat dalam politik.

- Dokumuen yang memuat sikap politik Gereja Toraja

- Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Tana Toraja. Dengan memilih

beberapa Jemaat yang berada di kota dan beberapa Jemaat di Desa

b. Data Sekunder

- Pustaka (library research), yaitu meneliti bahan-bahan yang berkaitan dengan

(6)

E. Defenisi Istilah-istilah

1. Gereja

Istilah Gereja berasal dari bahasa portugis igreja dan melalui bahasa latin

ecclesia, yang keduanya berasal dari bahasa Yunani ekklesia. Persekutuan orang

percaya yang dipanggil oleh Kristus. Dalam tulisan ini istilah menunjuk kepada

Gereja Toraja sebagai persekutuan atau lembaga.

2. Politik

Istilah politik berasal dari bahasa Yunani yakni polis yang berarti kota atau suatu

komunitas. Istilah lain dalam bahasa Yunani ialah politeia yang berarti warga Negara,

Negara, kesejahteraan atau way of life. Jadi politik pada mulanya berarti suatu

masyarakat yang berdiam di suatu kota.3 Dalam tulisan ini, istilah politik menunjuk

kepada penataan hidup bersama dalam berbangsa dan bernegara demi tegaknya

kebenaran dan keadilan.

3. Otonomi Daerah

Merujuk pada asal katanya, otonomi berasal dari bahasa Yunani, Auto berarti

sendiri dan nomous berarti hukum atau peraturan. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia terdapat kosa kata otonomi yang diterjemahkan sebagai hak, wewenang

dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai

dengan peraturan yang berlaku.4 Dalam tulisan ini, istilah tersebut menunjuk kepada

pengelolaan potensi-potensi daerah di kabupaten Tana Toraja demi kesejahteraan

masyarakat.

3

Gunche Lugo, Manifesto Politik Yesus, Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2009, hlm. 42 4

(7)

F. Kerangka Penulisan

Berdasarkan hal di atas maka penulis menyusun kerangka penulisan sebagai berikut: Bab

I. tentang pendahuluan yang berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian (rumusan

masalah), Bab II. Memuat kerangka teoritis, yakni teori Hubungan Gereja dengan

Negara. Bab III. Berisi tentang kondisi objektif lokasi penelitian, pemaparan hasil-hasil

penelitian. Bab IV. Berisi analisis hasil penelitian dengan menggunakan teori pada Bab.

Referensi

Dokumen terkait

The variables such as leaflet number and area, stomata size and density, flower length, keel width, flag width and peduncle length, and pollen diameter and

[r]

Bermaksud untuk menguji stabilitas jawaban responden dari suatu waktu ke waku berikutnya dengan cara menghitung koefisien korelasi dan skor jawaban responden yang diukur

Dalam dimensi globalisasi di bidang ekonomi, terdapat dua jenis sistem kelembagaan yang menghambat pertumbuhan berbasis inovasi dengan membuat penghalang insentif..

Telah dilakukan pemantauan korosi pada sistem pendingin Sekunder Reaktor RSG-GAS dengan cara pengamatan terhadap laju korosi dengan menggunakan coupon corrotion yang dipasang

Perlu dipertimbangkan untuk membuat daftar unit kerja yang sudah terfasilitasi dengan sistem aplikasi (sesuai dengan permintaannya) lengkap dengan jenis

Tesis ini berjudul Program Pelatihan Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus UntukMeningkatkan Penerimaan dan Pengasuhan Anaknya yang Bersekolah di SLB Negeri Metro

3.2 Upaya Intervensi Perilaku yang Dilakukan Manajemen pada Pekerja Sabila Craft Upaya intervensi perilaku merupakan usaha yang dilakukan manajemen dalam menciptakan, mengarahkan,