TAHAP BERPIKIR KREATIF …
TAHAP BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENGAJUKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN INFORMASI GAMBAR DAN VERBAL
Novita Tarbiatin Niswah
Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya e-mail: [email protected]
Tatag Yuli Eko Siswono
Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya e-mail: [email protected]
Abstrak
Pengajuan masalah menunjang berpikir kreatif. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan tahap berpikir kreatif situasi semi terstruktur dalam mengajukan masalah matematika berdasarkan informasi gambar dan verbal. Tahap berpikir kreatif meliputi mensintesis ide, membangun ide, merencanakan ide, dan menerapkan ide. Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini menggunakan subjek sebanyak 4 siswa kelas VII SMP dengan kriteria masing-masing pada TBK 3 untuk informasi gambar dan informasi verbal serta TBK 4 untuk informasi gambar dan informasi verbal. Instrumen penelitian meliputi lembar tes pengajuan masalah matematika dan pedoman wawancara. Teknik analisis data dengan cara mereduksi data, menyajikan data, serta penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa subjek mengajukan masalah berdasarkan informasi gambar dan informasi verbal pada tahap mensistesis ide dapat membuat soal dengan memperhatikan situasi yang diberikan dengan lancar dan tidak ada kendala. Tahap membangun ide, subjek tidak menggunakan lebih dari satu materi dalam membuat soal. Tahap merencanakan penerapan ide, subjek memilih suatu ide dengan mempertimbangkan angka yang dianggap mudah dalam perhitungan. Tahap menerapkan ide, subjek mempertimbangkan kembali situasi yang diberikan sehingga subjek menghasilkan beberapa soal. Kata kunci: Tahap berpikir kreatif, Pengajuan masalah, Gambar, Verbal
Abstract
Problems posing support creative thinking. This study is describe to creative thinking phase of semi structured situation in proposing mathematical problems based on picture and verbal information. Creative thinking process which include synthesis of ideas, generation of ideas, planning to apply the ideas, and the application of the ideas. Descriptive research with this qualitative approach using 4 students grade VII with each criteria on TBK 3 for picture and verbal information and TBK 4 for image and verbal information. This instrumen is consist of math problem posing test and interview guides. The ways of data analysis technique are reducting data, presenting data, and making conclusion.
The result of this research showed that the subject posed problems according to the picture and verbal based information on synthesis of ideas created the tasks by considering the given situation without any constraint. Generation of ideas phase, subject did not use more than one kind of material to produce the tasks. Planning to apply the ideas phase, subject chose an idea by considering the number which was easy to be calculated. The subject applied the idea by considering back the given situation so that the subject was able to produce several tests.
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin kompleks, menuntut sumber daya berkualitas yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan dan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Melalui pendidikan dapat mempersiapkan siswa memiliki keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir menjadi tuntutan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu keterampilan berpikir adalah berpikir kreatif.
Silver (1997) menjelaskan untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan “The Torrance Test of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu kepada banyaknya ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah. Fleksibilitas mengacu pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah.
Kebaruan mengacu pada keaslian ide yang dibuat dalam merespon perintah. Kemampuan berpikir kreatif merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia, namun yang membedakan adalah tingkatannya. Cara yang diperlukan untuk mengembangkan
kemampuan tersebut salah satunya adalah dengan mengajukan masalah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif salah satunya adalah melalui pengajuan masalah, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
pengetahuan yang sedang dipelajari dan memahami soal yang sedang dikerjakan. Pengajuan masalah dalam hal ini intinya meminta siswa untuk mengajukan soal yang dibuatnya berdasarkan situasi atau informasi yang diadakan kemudian mengerjakan soal tersebut dan mendiskusikannya dalam kelas.
Pengajuan masalah menurut Stoyanova dan Ellerton (1996) ada 3 macam yaitu situasi bebas, situasi semi terstruktur, dan situasi terstruktur. Pada penelitian ini, peneliti memilih menggunakan situasi semi terstruktur karena siswa akan diberikan situasi terbuka untuk mengeksplorasi
dalam situasi tersebut kemudian menggunakan pengetahuan,
keterampilan, konsep, dan pengalaman matematika terdahulu untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Adapun hal yang ingin dilihat dalam penelitian ini, adalah bagaimana tahap berpikir kreatif siswa dalam mengajukan masalah berdasarkan informasi gambar dan verbal. Tahap berpikir kreatif siswa merupakan tahapan/langkah yang dilalui dalam pengajuan masalah matematika. Siswono (2008:61), menyebutkan bahwa tahap berpikir kreatif meliputi tahap mensintesis ide-ide, membangkitkan/membang un (generating) ide-ide, merancang penerapan ide, dan menerapkan ide-ide tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan dari penelitian ini adalah
1. Bagaimana tahap berpikir kreatif siswa dalam mengajukan masalah matematika situasi semi terstruktur berdasarkan informasi gambar?
2. Bagaimana tahap berpikir kreatif siswa dalam mengajukan masalah matematika situasi semi terstruktur berdasarkan informasi verbal?
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan
1. Mendeskripsikan tahap berpikir kreatif siswa dalam mengajukan masalah
matematika situasi semi terstruktur berdasarkan informasi gambar.
2. Mendeskripsikan tahap berpikir kreatif siswa dalam mengajukan masalah matematika situasi semi terstruktur berdasarkan informasi verbal.
Munandar (dalam Komarudin, 2014) mendefinisikan bahwa berpikir kreatif sebagai kemampuan seseorang dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban. Kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Volume 3 No. 6 Tahun 2017. Hal 14-20
mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam merespon perintah.
Berikut adalah penjenjangan kemampuan berpikir kreatif menurut Siswono (2008) yang disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel
1.
Penjenjangan
Kemampuan
Berpikir Kreatif
Tingkat
Tingkat 4 (Sangat Kreatif)
Siswa
kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan atau kebaruan dan fleksibilitas dalam mengajukan masalah.
Tingkat 3 (Kreatif)
Siswa
kefasihan dan kebaruan atau kefasihan dan fleksibilitas dalam mengajukan masalah.
Tingkat 2 (Cukup Kreatif)
Siswa
kebaruan atau fleksibilitas dalam mengajukan masalah.
Tingkat 1 (Kurang Kreatif)
Siswa
kefasihan dalam mengajukan masalah.
Tingkat 1 (Tidak Kreatif)
Siswa tidak mampu menunjukkan ketiga aspek indikator berpikir kreatif
(Siswono, 2008) Siswono (2008) mengemukakan bahwa tahap berpikir kreatif meliputi tahap mensintesis ide, membangun ide, merancang penerapan, dan menerapkan ide. Mensintesis ide berarti menjalin atau memadukan ide-ide (gagasan) yang dimiliki baik bersumber dari pembelajaran di dalam kelas maupun
berasal dari kehidupan sehari-hari. Membangun ide berarti memunculkan ide yang berkaitan dengan masalah yang diberikan. Merencanakan penerapan ide berarti memilih beberapa ide tertentu untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan atau yang ingin diselesaikan. Menerapkan ide berarti mengimplementasikan atau menggunakan ide yang direncanakan untuk menyelesaikan masalah matematika.
Pengajuan masalah dengan situasi semi terstruktur merupakan tugas yang diberikan kepada siswa membuat soal dari situasi atau informasi yang terbuka. Siswa diminta menyelidiki informasi tersebut dengan pengetahuan yang dimiliki. Selain itu siswa harus mengaitkan apa yang ada dalam informasi tersebut dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika yang telah diketahuinya untuk membuat soal. Brown dan Walter (dalam Haji, 2011:57) mengatakan bahwa informasi atau situasi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal, atau selesaian dari suatu soal. English (dalam Siswono 2004:2) menunjukkan bahwa siswa tampak lebih mudah dan produktif dalam membuat soal dalam konteks informal (berupa
gambar atau cerita) daripada konteks formal. Informasi yang digunakan berupa informasi gambar dan informasi verbal. Informasi gambar adalah informasi atau situasi visual yang berwujud sketsa (lukisan). Sedangkan informasi verbal adalah informasi yang berupa teks maksudnya informasi yang tertulis secara verbal.
METODE
Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan subjek dengan TBK 3 dan TBK 4 dengan informasi gambar dan verbal. Teknik pemilihan subjek dengan cara diberikan tes pengajuan masalah matematika berdasarkan informasi gambar dan informasi verbal. Kemudian dikelompokkan berdasarkan tingkat berpikir kreatif (Siswono, 2008). Setelah dikelompokkan, diambil 4 subjek sesuai dengan kriteria untuk selanjutnya dilakukan wawancara. Situasi untuk informasi gambar
Situasi untuk informasi verbal
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti menggunakan tes pengajuan masalah matematika. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pengajuan masalah matematika dengan karakteristik informasi yang digunakan yaitu informasi gambar dan informasi verbal. Serta situasi yang diberikan dalam tes pengajuan masalah. Kemudian wawancara dilakukan pada saat subjek selesai melakukan tes pengajuan masalah. Hasil wawancara digunakan untuk melengkapi gambaran tentang tahap berpikir kreatif siswa dalam mengajukan masalah matematika yang mungkin belum tergambarkan dengan jelas pada hasil tertulis dari tes soal pengajuan masalah yang dikerjakan siswa sebelumnya.
(tidak relevan). Analisis kemampuan berpikir kreatif siswa dianalisis berdasarkan komponen kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Setelah diperoleh hasil analisis berdasarkan komponen kemampuan berpikir kreatif, maka dilakukan pengelompokan
berdasarkan tingkat berpikir kreatif diantaranya tingkat berpikir kreatif 4 (sangat kreatif), tingkat berpikir kreatif 3 (kreatif), tingkat berpikir kreatif 2 (cukup kreatif), tingkat berpikir kreatif 1 (kurang kreatif), dan tingkat berpikir kreatif 0 (tidak kreatif) sesuai tabel 1. Setelah dilakukan
pengelompokan, dipilih subjek yang memenuhi TBK 3 dan TBK 4 karena peneliti ingin mengetahui tahap berpikir kreatif siswa, maka TBK 3 dan TBK 4 sudah mewakili gambaran kriteria berpikir kreatif. Analisis tahap berpikir kreatif siswa terdapat 4 tahapan yang harus dianalisis yaitu mensintesis ide, membangun ide, merencanakan penerapan, dan menerapkan ide. Analisis data hasil wawancar dengan mereduksi data berarti proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Setelah data direduksi, langkah selanjutnya yaitu menyajikan data.
Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan data hasil wawancara yang telah dikumpulkan dalam uraian singkat. Kemudian membuat kode percakapan antara peneliti dengan subjek. Setelah data disajikan, maka langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan. Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dari yang sudah direduksi dan disajikan untuk selanjutnya menjadi simpulan akhir yang mampu menjawab pertanyaan penelitian mengenai tahap berpikir kreatif siswa dalam mengajukan masalah matematika berdasarkan informasi gambar dan verbal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Tahap berpikir kreatif siswa dalam mengajukan masalah matematika
berdasarkan informasi gambar
Subjek ketika mensintesis ide sudah selesai membuat soal yang diminta oleh peneliti berdasarkan situasi yang diberikan menggunakan materi perbandingan. Subjek dapat membuat 2 soal sesuai yang diminta oleh peneliti. Kemudian masing-masing soal yang subjek buat diselesaikan dengan 2 cara penyelesaian. Subjek mengetahui
bahwa materi yang digunakan untuk membuat soal serta menyelesaikannya dengan konsep/materi perbandingan karena sesuai dengan apa yang diketahui. Subjek membuat soal dengan lancar dan tidak ada kendala. Subjek dalam membangun ide tidak menggunakan
konsep/materi lain dalam membuat soal yang diminta oleh peneliti dan hanya menggunakan materi perbandingan dalam membuat soal tersebut. Pada tahap merencanakan
penerapan ide, subjek membuat soal menggunakan materi perbandingan. Subjek mengungkapkan bahwa sejak awal dalam membuat soal sudah yakin bahwa soal subjek bisa diselesaikan/dikerjaka n karena sudah mencoba
menyelesaikan soal yang dibuat dalam lembar lain dan bisa dikerjakan. Terlihat pada hasil penyelesaian subjek yang langsung melihat dari situasi yang diberikan berupa grafik sehingga mudah untuk membuat soal. Subjek
mengungkapakan ada soal lain selain yang dituliskan pada lembar yang diberikan oleh peneliti. Soal lain berupa soal yang mempunyai konteks
sama namun angkanya saja yang diubah. Kemudian untuk memilih soal dari beberapa soal yang dipikirkan yaitu dengan melihat angka dari soal tersebut. Subjek memikirkan bahwa jika angka yang lain untuk membuat soal, maka perhitungannya akan susah/sulit. Sehingga, membuat soal dengan angka yang mudah agar perhitungannya juga mudah.
Volume 3 No. 6 Tahun 2017. Hal 14-20
Berikut hasil wawancara yang dilakukan
GV ( Subjek TBK 3 dengan informasi gambar)
P : Kamu sudah membaca apa saja yang diperintahkan kemarin,
(menunjuk lembar soal yang dibuat siswa) di situ kamu sudah selesai belum menyusun soal yang diminta sesuai situasi? GV : Sudah, yang ini
(menunjuk soal situasi 1) dan ini (menunjuk soal situasi 2).
P : Pakai materi apa saja untuk membuat soal itu? GV : Pakai materi
perbandingan. P : Kamu buat berapa
soal?
GV : Buat minimal 2 tapi penyelesaian soal ada 4.
...
P : Terus yang ini (menunjuk situasi 2). Apakah ada
yang dibingungkan juga?
GV : (Berfikir sejenak) tidak.
P : Tadi pakai konsep perbandingan, kamu pakai materi lain atau tidak untuk membuat soal itu?
GV : Tidak.
P : Dilihat dari soal yang kamu buat, untuk 2 soal situasi 1 dan 2 soal situasi 2. Dari awal soal itu bisa diselesaikan atau tidak?
GV : Bisa.
P : Untuk soal selain 4 soal itu, ada soal lain tidak?
GV : Ada.
P : Bagamana kamu memilihnya? GV : Dilihat angkanya,
kalau angka yang lain kan agak rumit hitungannya. P : Dari nomor 1,2,3,4
itu merupakan idemu sendiri atau bagaimana? GV : Iya.
P : Dalam membuat soal yang kamu
perhatikan itu apa saja?
GV : (Menunjuk yang diketahui).
P : Oke, berarti kamu membuat soal itu butuh
pertimbangan apa yang diketahui ya? GV : Iya.
2.
Tahap berpikir kreatif siswa dalam mengajukan masalah matematikaberdasarkan informasi verbal
Ketika mensintesis ide, subjek sudah selesai membuat soal yang diminta oleh peneliti berdasarkan situasi yang diberikan menggunakan materi perbandingan. Subjek dapat membuat 2 soal sesuai yang diminta oleh peneliti kemudian masing-masing soal diselesaikan dengan 2 cara penyelesaian. Subjek
mengungkapkan bahwa ia mendapatkan ide untuk membuat soal tersebut adalah alami dari pemikiran sendiri. Subjek membuat soal yang diminta oleh peneliti menggunakan materi perbandingan karena ia melihat apa saja yang diketahui pada situasi 1. Subjek mengungkapkan bahwa pada situasi 1 ada km (kilo meter), ada jarak, dan ada lap. Dalam membuat soal tersebut, subjek mengalami kesulitan. Subjek merasa kebingungan dalam memahami apa yang
dimaksud dalam petunjuk situasi 1. Namun setelah mengingat apa yang pernah diajarkan, subjek sudah ingat apa yang harus dilakukan.
Subjek tidak menggunakan materi lain dalam membuat soal yang diminta oleh peneliti melainkan hanya menggunakan materi perbandingan dalam membuat soal tersebut. Subjek mengungkapkan
bahwa ia
menggunakan
perkalian silang dalam membuat soal tersebut. Namun, perkalian silang hanya materi dasar untuk menyelesaikan soal tersebut.
Pada tahap merencanakan
menggabungkan materi perbandingan dengan materi lain yaitu materi bahasa Indonesia. Subjek ingin membuat soal seperti soal cerita sehingga terlihat seperti sebuah narasi. Subjek tidak berpikiran untuk menggabungkan materi matematika lain untuk membuat soal dengan alasan tambah rumit jika menggunakan materi matematika lain.
Kemudian yang terakhir dalam menerapkan ide, Subjek tidak langsung mengerjakan apa yang diminta oleh peneliti kelainkan berdiam diri dulu untuk berpikir apa yang pertama kali harus dilakukan. Setelah mengetahui apa yang harus dilakukan, subjek mengerjakan apa yang diminta oleh peneliti dengan
memperhatikan apa saja yang diketahui dalam situasi 1 untuk membuat soal yang diminta oleh peneliti. Subjek membuat soal berdasarkan apa yang ada pada situasi 1, kemudian
memperhatikan bagaimana cara mengerjakan soal yang telah ia buat. Soal yang pertama subjek mencari panjang lintasan dalam pertandingan mobil balap, dan yang kedua subjek mencari waktu
yang dibutuhkan salah satu pembalap dalam beberapa lap.
Berikut hasil pengajuan soal yang
dilakukan oleh subjek Berikut hasil wawancara yang dilakukan
VB ( Subjek TBK 3 dengan informasi verbal)
P : Kamu sudah selesai belum membuat soalnya?
VB : Sudah.
P : Dilihat dari yang diketahui disitu, kamu pake materi apa?
VB : Perbandingan. P : Yang kamu buat itu
berapa soal? VB : Dua soal.
P : Dapat ide 2 soal dari mana?
VB : Yang 2 ini (menunjuk soal) mikir sendiri. P : Bagaimana kamu
tahu kalau materi ini pakai perbandingan seperti yang kamu bilang?
VB : Iya tahu, karena disini ada km, km ada jarak, jarak sama lap nya. P : Kamu buat soal itu
ada kesulitan gak? VB : Ada, pertamanya
saya tidak tahu soal ini maksudnya apa. Tapi ini pernah dijelasin kelas 6
tapi aku sudah lupa. Tapi agak-agak ingat.
P : Kamu ada materi lain atau tidak? VB : Ada.
P : Apa?
VB : Perkalian silang. P : Menurut kamu
kemarin soal itu bisa diselesaikan atau tidak?
VB : Bisa
P : Kamu ada ide soal lain tidak?
VB : Ide soal lain? Ada. P : Kamu punya
banyak ide, bagaimana kamu memilih 2 itu dari banyak ide? VB : Karena ini yang
menurut saya pas. P : Kamu sempat
kepikiran pakai materi lain tidak? VB : Tidak, tambah ribet
nanti.
P : Kamu lihat lagi soal 1 sama 2 mu, 2 soal ini kamu langsung
berpikiran aku pakai soal itu. VB : Tidak, aku berdiam
diri dulu baru saya kerjakan.
P : Menurut kamu, apa yang kamu pertimbangkan atau perhatikan dalam membuat soal ini?
VB : Diperhatikan soalnya, yang diketahui sama
cara
mengerjakannya.
Pembahasan
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental dalam menciptakan pemikiran yang baru diukur melalui tiga komponen yaitu, kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan (Silver, 1997). Terlihat pada hasil soal yang dibuat oleh subjek TBK 3 berdasarkan informasi gambar maupun verbal, bahwa subjek sudah menunjukkan kefasihan dan fleksibilitasnya namun tidak menunjukkan kebaruan. Karena pada masing-masing TBK mempunyai karakteristik tersendiri mengenai komponen berpikir kreatif. Tingkat berpikir kreatif 3 adalah siswa mampu menunjukkan kefasihan dan kebaruan atau kefasihan dan fleksibilitas dalam mengajukan masalah matematika (Siswono, 2008).
Volume 3 No. 6 Tahun 2017. Hal 14-20
membuat soal. Informasi yang diberikan dalam pengajuan masalah matematika berupa informasi gambar dan informasi verbal.
Berdasarkan pendapat Siswono (2008) tahap berpikir kreatif adalah tahap berpikir yang meliputi tahap mensintesis ide, membangun ide, merencanakan penerapan ide, dan menerapkan ide. Terlihat pada hasil dalam membuat soal, subjek berdasarkan informasi gambar maupun verbal melakukan hal yang sama pada setiap tahapnya. Sedikit berbeda dalam kecepatan memikirkan soal yang akan dibuat, subjek informasi gambar lebih cepat dan benar karena langsung memahami informasi yang diberikan.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diperoleh simpulan tentang tahap berpikir kreatif siswa kelas VII-A SMP swasta di Surabaya membuat 2 soal kemudian masing-masing soal diselesaikan dengan 2 cara
penyelesaian dengan
konsep/materi lain dalam membuat soal. Subjek hanya menggunakan materi perbandingan dalam membuat soal tersebut. Pada tahap merencanakan penerapan ide, subjek membuat soal menggunakan materi diberikan oleh peneliti berupa soal yang mempunyai konteks sama namun hanya angkanya saja yang diubah. Subjek memilih soal dari beberapa soal yang subjek pikirkan dengan melihat angka yang dianggap mudah dalam perhitungan. Tahap terakhir yaitu menerapkan ide, subjek sebelumnya kurang mengerti bagaimana cara membuat soal. Kemudian subjek membaca kembali petunjuk pada situasi yang diberikan. Sehingga, subjek berhasil membuat soal yang diminta oleh peneliti dengan memperhatikan apa saja yang diketahui berdasarkan situasi yang diberikan.
Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka peneliti memberikan saran agar
pada penelitian selanjutnya, pengambilan subjek seharusnya dikontrol berdasarkan jenis kelamin atau kemampuan matematika agar peneliti lebih mudah menentukan subjek. Kemudian dilakukan tes pengajuan masalah sampai menemukan subjek yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Silver, Edward A. 1997. Fostering
Creativity Rich in Mathematical Problem Solving
and Problem
Posing, (Online), (http://www.emis.d Ellerton, Nerida F.
1996. A
Framework for Research into Students Problem Posing in School
“Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam
Memecahkan dan Mengajukan Masalah Matematika”
Jurnal Ilmu
Pendidikan. Vol 15 (1): hal. 60-68. Komarudin, Sujadi, Imam,
Kusmayadi, Tri Atmojo. 2014. “Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP dalam Pengajuan
Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa” Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol. 2 (1): hal 29-43.
Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press. Haji, Saleh. 2011.
“Pendekatan Problem Posing dalam
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar” Jurnal
Kependidikan TRIANDIK. Vol. 14 (1): hal 55-63. Siswono, T.Y.E., &
Kurniawati, Yeva. 2004. “Penerapan Model Wallas untuk
Mengidentifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah