EVALUASI PENGELOLAAN ARUS MUDIK LEBARAN
OUTLINE
PENDAHULUAN
HASIL KAJIAN
PENDAHULU
AN
•
Latar Belakang
•
Tujuan
•
Ruang Lingkup
•
Waktu
Pelaksanaan
•
Tinjauan Pustaka
•
Kerangka Konsep
•
Definisi
Operasional
LATAR BELAKANG
Sumber: Global Status Report on Road Safety, WHO, 2015
Di Indonesia, angka
kematian paling tinggi
akibat kecelakaan lalu
lintas terjadi pada
pengguna kendaraan
bermotor roda 2 atau 3
Sumber: Road Safety in the South East Asia Region, WHO, 2015
1
•
Mapping risiko
2
•
Gap analisis manajemen penanganan kecelakaan
•
Gap analisis SPGDT
•
Perbandingan dengan ISO 39001
3
•
Identikasi kawasan rawan kecelakaan
4
•
Statistik deskriptif kecelakaan
5
•
Rekomendasi pelaksanaan arus mudik tahun depan
Pilot study di pulau Jawa dan
Sumatera pada bulan Juli 2016
Fokus pada risiko kesehatan,
keselamatan dan potensi bencana di
jalur mudik
Mencakup analisis gap implementasi
pra, saat, dan pascakrisis
Fokus pada aspek kesehatan individu
pengemudi angkutan umum dan
pengendara motor
•
Road Traffic Safety Management
System
ISO 39001
•
Program Dekade Aksi Keselamatan
Jalan
Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun
2013
•
Sistem Informasi Penanggulangan
Krisis Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 77
tahun 2014
•
Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu
Peraturan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun
2016
•
Pusat Penanggulangan Krisis
Kemenkes
Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat Bencana
Tahun 2011
•
Faktor Risiko Kecelakaan Lalu
Lintas
KERANGKA KONSEP
Risiko =
KAJI RISIKO POTENSI
DAN
PENANGGULANGAN
BENCANA/KRISIS
KESEHATAN
IDENTIFIKASI
POTENSI
BENCANA
PENILAIAN
KERENTANAN
TERHADAP
BENCANA
PENILAIAN
KAPASITAS
PENANGGULANG
AN BENCANA
PEMENUHAN
MANAJEMEN
PENANGGULANGAN
BENCANA/ KRISIS
KESEHATAN
(ANALISIS GAP)
PRAKRISIS
TANGGAP
DARURAT
KRISIS
ANALISIS
RISIKO
ANALISIS
PEMENUHAN GAP
METODE KAJIAN
DESAIN
STUDI
Checkpoint survey
PENGUMPU
LAN
DATA
Data Primer: wawancara, online survey
Data Sekunder: peraturan, standar, formulir,
1. Lampung
2. Karawang
6. Garut
7.
Tasikmalaya
8. Ciamis
9. Banjar
10.
Banyumas
16.
Banyuwangi
17. Situbondo
11. Ngawi
12. Sragen
13. Solo
14. Boyolali
15. Salatiga
3. Subang
4. Indramayu
5. Cirebon
HASIL
KAJIAN
•
Analisis Kajian Risiko
•
Analisis Gap
Implementasi
Manajemen Krisis
Kesehatan
•
Analisis Pelaksanaan
SPGDT
•
Analisis Gap terhadap
ISO 39001
•
Analisis Kecelakaan
0
0.2
0.27
0.210.190.230.220.23
0.35
0.130.14
0.24
0.1
0.47
0.54
Rata-rata : 0,25
ANALISIS KAJIAN RISIKO
BERDASARKAN DAERAH
: Risiko
(0 – 0,19)
rendah
: Risiko
(0,20 – 0,39)
sedang
: Risiko
(> 0,4)
tinggi
Penyebab Risiko Tinggi:
1. Ketidaktahuan mengenai 119
2. Ketidaktersediaan PSC
3. Tidak ada standar waktu minimal
pelayanan unit gawat darurat
MANAJEMEN KRISIS
KESEHATAN
POS KESEHATAN – LOKASI
0%
Persentase Total
Rata-rata
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Prakrisis Kesehatan
Tanggap Darurat Krisis Kesehatan
Pascakrisis Kesehatan
Persentase Total
Rata-rata
MANAJEMEN KRISIS
KESEHATAN
TAHAPAN PRAKRISIS
KESEHATAN
POS KESEHATAN – ELEMEN
Sosialisasi mudik sehat dan selamat Pemeriksaan kesehatan untuk sopir bus, pengendara motor/mobil Latihan evakuasi korban kecelakaan Rapat koordinasi lintas bidang Pelaksanaan kegiatan pencegahan krisis kesehatan secara reguler Manfaat kegiatan pencegahan krisis kesehatan Adanya penurunan angka kecelakaan/keparahan Laporan pelaksanaan upaya pencegahan kecelakaan/krisis kesehatan Terlibat penyusunan profil penanggulangan krisis kesehatan Pengetahuan terhadap nomor darurat 119 Ketersediaan PSC Ketersediaan sarana dan prasarana
0% 20% 40% 60% 80% 100%
YA SEBAGIAN TIDAK
E
LE
M
E
TAHAPAN TANGGAP DARURAT
KRISIS KESEHATAN
POS KESEHATAN – ELEMEN
Struktur organisasi mitigasi kecelakaan/krisis kesehatan SOP mitigasi/pengendalian krisis kesehatan Cara menerima informasi bila terjadi kasus kecelakaan/ krisis kesehatan Respons fasyankes bersifat proaktif Standar waktu minimal untuk tanggap pelayanan dokter di unit gawat darurat Kecukupan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh fasyankes Tempat rujukan pasien/korban Jaminan pasien di rumah sakit/tempat rujukan Uang muka pasien di rumah sakit/tempat rujukan Formulir khusus untuk pelaporan kecelakaan Analisis data kecelakaan/krisis kesehatan, baik tahunan maupun musiman Jam buka pelayanan gawat darurat Sertifikat yang masih berlaku dan dimiliki pemberi pelayanan gawat darurat (BLS/PPGD/GELS/ALS)
0% 20% 40% 60% 80% 100%
YA SEBAGIAN TIDAK
E
LE
M
E
TAHAPAN PASCAKRISIS
KESEHATAN
POS KESEHATAN – ELEMEN
Upaya rehabilitasi terhadap korban/pasien kecelakaan/krisis kesehatan mudik
Pelaporan penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan bidang kesehatan pascakrisis
Pemantauan dan evaluasi terkait pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan
0% 20% 40% 60% 80% 100%
YA
SEBAGIAN
TIDAK
E
LE
M
E
0%
Persentase Total
Rata-rata
Rata-rata : 64%
MANAJEMEN KRISIS
KESEHATAN
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Prakrisis Kesehatan
Tanggap Darurat Krisis Kesehatan
Pascakrisis Kesehatan
Persentase Total
Rata-rata
MANAJEMEN KRISIS
KESEHATAN
TAHAPAN PRAKRISIS
KESEHATAN
DINAS KESEHATAN –
ELEMEN
Sosialisasi mudik sehat dan selamat Pemeriksaan kesehatan untuk sopir bus, pengendara motor/mobil Latihan evakuasi korban kecelakaan Rapat koordinasi lintas bidang Pelaksanaan kegiatan pencegahan krisis kesehatan secara reguler Manfaat kegiatan pencegahan krisis kesehatan Adanya penurunan angka kecelakaan/keparahan Laporan pelaksanaan upaya pencegahan kecelakaan/krisis kesehatan Terlibat penyusunan profil penanggulangan krisis kesehatan Pengetahuan terhadap nomor darurat 119 Ketersediaan PSC Ketersediaan sarana dan prasarana Promosi kesehatan dan keselamatan
0% 20% 40% 60% 80% 100%
YA SEBAGIAN TIDAK
E
LE
M
E
TAHAPAN TANGGAP DARURAT
KRISIS KESEHATAN
DINAS KESEHATAN – ELEMEN
Struktur organisasi mitigasi kecelakaan/krisis kesehatan SOP mitigasi/pengendalian krisis kesehatan Cara menerima informasi bila terjadi kasus kecelakaan/ krisis kesehatan Respons fasyankes bersifat proaktif Standar waktu minimal untuk tanggap pelayanan dokter di unit gawat darurat Kecukupan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh fasyankes Tempat rujukan pasien/korban Jaminan pasien di rumah sakit/tempat rujukan Uang muka pasien di rumah sakit/tempat rujukan Formulir khusus untuk pelaporan kecelakaan Analisis data kecelakaan/krisis kesehatan, baik tahunan maupun musiman Jam buka pelayanan gawat darurat Sertifikat yang masih berlaku dan dimiliki pemberi pelayanan gawat darurat (BLS/PPGD/GELS/ALS)
0% 20% 40% 60% 80% 100%
YA SEBAGIAN TIDAK
E
LE
M
E
TAHAPAN PASCAKRISIS
KESEHATAN
DINAS KESEHATAN –
ELEMEN
Upaya rehabilitasi terhadap korban/pasien kecelakaan/krisis kesehatan mudik
Pelaporan penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan bidang kesehatan pascakrisis
Pemantauan dan evaluasi terkait pelaksanaan penanggulangan krisis kesehatan
0% 20% 40% 60% 80% 100%
YA
SEBAGIAN
TIDAK
E
LE
M
E
DOKUMENTASI
Poskes Lampung
Poskes Banjar
Poskes Garut
ANALISIS
PROFIL NATIONAL
COMMAND CENTER
National Command Center (NCC) 119
atau Pusat Komando
Nasional 119 adalah pusat panggilan kegawatdaruratan
bidang kesehatan dengan nomor kode akses 119
32
agent
yang dikelompokkan dalam 3 shift kerja
4 supervisor medis, 3 supervisor IT, dan 1 orang koordinator
NCC
66 PSC, dengan 27 PSC yang sudah terintegrasi dengan
ALUR LAYANAN
119
Jejaring Rujukan Fasyankes
Unit diluar Kesehatan
Layanan PSC :
Panduan tindakan awal melalui algoritma gawat darurat
Mengirim bantuan petugas dan ambulance Mengirim pasien ke
faskes terdekat
Fasilitas Aplikasi di NCC 119 dan PSC
1. Call Tracker 2. Algoritma
3. Informasi faskes 4. Informasi TT 5. Halo Kemkes
6. Informasi ambulans 7. Aplikasi reporting dan
dashborad monitoring
Waktu Operasional Layanan 24
Jam
Penelpon/Pel apor
Halo
Kemkes
(500567)
•
Simulasi atau gladi
resik
Rekomendasi
Lain
Renca
na
Sosiali
ANALISIS GAP
0
Conformance Partial-Conformance Non-Conformance
PEMENUHAN ISO 39001 :
2012
DI POS KESEHATAN
E
le
m
e
PEMENUHAN ISO 39001 :
2012
DI POS KESEHATAN
Peningkatan berkelanjutan
Ketidaksesuaian dan tindakan korektif
Tinjauan manajemen
Audit internal
Investigasi kecelakaan lalu lintas
Pemantauan dan evaluasi
Kesiapsiagaan dan Tanggap darurat
Perencanaan dan pengendalian operasional
Dokumentasi informasi
Komunikasi
Awareness
Kompetensi
Sumber daya
Koordinasi
Perencanaan umum
Peran, tanggung jawab dan kewenangan
Kepemimpinan dan komitmen
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0
Conformance
Partial-Conformance
Non-Conformance
PEMENUHAN ISO 39001 :
2012
DI DINAS KESEHATAN
E
le
m
e
PEMENUHAN ISO 39001 :
2012
DI DINAS KESEHATAN
Peningkatan berkelanjutan
Ketidaksesuaian dan tindakan korektif
Tinjauan manajemen
Audit internal
Investigasi kecelakaan lalu lintas
Pemantauan dan evaluasi
Kesiapsiagaan dan Tanggap darurat
Perencanaan dan pengendalian operasional
Dokumentasi informasi
Komunikasi
Awareness
Kompetensi
Sumber daya
Koordinasi
Perencanaan umum
Peran, tanggung jawab dan kewenangan
Kepemimpinan dan komitmen
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
PROFIL SOPIR BUS
DAN
PENGENDARA
ANALISIS
KECELAKAAN
KAJI RISIKO BERDASARKAN LOKASI JALUR
MUDIK
KESIMPULAN
Area dengan
tingkat risiko
paling rendah :
Salatiga (0,10)
Sragen (0,13)
Solo (0,14)
Area dengan
tingkat risiko
paling tinggi :
Daerah dengan pemenuhan paling
tinggi
Garut 86%
Tasikmalaya dan Sragen 79%
Ciamis 75%
Solo dan Boyolali 71%
Daerah dengan pemenuhan paling
rendah
Karawang 30%
Situbondo 35%
Banyuwangi 36%
Subang, Indramayu dan Ngawi 54%
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KRISIS KESEHATAN
– POS KESEHATAN
Elemen dengan pemenuhan tertinggi
Ketersediaan sarana dan prasarana
Tempat rujukan pasien/korban
Jam buka pelayanan gawat darurat
Elemen yang
perlu diperbaiki
Latihan evakuasi korban kecelakaan
Manfaat kegiatan pencegahan krisis kesehatan
Adanya penurunan angka kecelakaan/keparahan
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KRISIS
KESEHATAN – POS KESEHATAN
Daerah dengan pemenuhan paling tinggi
Garut 86%
Solo 79%
Banyumas 75%
Daerah dengan pemenuhan paling
rendah
Karawang 46%
Banyuwangi 50%
Situbondo 57%
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KRISIS KESEHATAN
– DINAS KESEHATAN
Elemen dengan pemenuhan
tertinggi
Rapat koordinasi lintas bidang
Ketersediaan sarana dan prasarana
Jam buka pelayanan gawat darurat
Sertifikat BLS/PPGD/GELS/ALS
Elemen yang
perlu diperbaiki
Struktur organisasi mitigasi kecelakaan/krisis
kesehatan
SOP mitigasi/pengendalian krisis kesehatan
Latihan evakuasi korban kecelakaan
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KRISIS KESEHATAN
– DINAS KESEHATAN
NCC sudah beroperasi dan didukung oleh petugas
kesehatan yang kompeten
Aplikasi 119 sudah dikembangkan untuk android
Sudah tersedia alur gadar pra-hospital
Beberapa PSC sudah terintegrasi dengan NCC
PSC belum tersedia di seluruh kabupaten/kota
Belum ada rencana sosialisasi berkelanjutan pada
masyarakat
Standar response time belum ditetapkan
IMPLEMENTASI SPGDT
1. Pelatihan dan simulasi penanggulangan
keadaan darurat dengan skenario spesifik
2. Kaji risiko & mapping risiko di seluruh jalur
mudik
3. Optimalisasi fungsi PSC
4. Koordinasi dengan stakeholder terkait
5. Dokter
standby
di tempat yang ditentukan
6. Penempatan papan petunjuk sebelum lokasi
poskes
POS
KESEHATAN
1. Koordinasi dengan pemerintah daerah untuk
menyediakan PSC
2. Pelatihan dan simulasi penanggulangan keadaan
darurat dengan skenario spesifik
3. Penyusunan prosedur, struktur organisasi, dan kriteria
tingkatan bencana secara spesifik
4. Monitoring dan inspeksi pelayanan kesehatan di poskes
5. Penyediaan peralatan penunjang penanganan keadaan
darurat
6. Promosi kesehatan pada calon pemudik
DINAS
KESEHATAN
1. Sosialisasi terkait kesiapan menghadapi
arus mudik
2. Peningkatan kecepatan pelayanan dan
kesigapan petugas
BUS DAN
MOTOR
1. Koordinasi dengan pemerintah daerah untuk
menyediakan PSC
2. Integrasi PSC dengan NCC
3. Peningkatan fasilitas medis
4. Rencana sosialisasi berkelanjutan pada masyarakat
5. Menentukan standar response time
6. Penyediaan training atau pelatihan SDM
7. Pelatihan dan simulasi penanggulangan keadaan
darurat dengan skenario spesifik
8. Penambahan penjelasan detil pada buku saku SPGDT
IMPLEMENTASI
SPGDT
1. Koordinasi dengan pemerintah daerah untuk
menyediakan PSC
2. Optimalisasi kerja sama dengan kepolisian,
pemadam kebakaran, jasa raharja, dan
pihak lain
3. Sosialisasi nomor 119
4. Pembentukan budaya penggunaan nomor
telepon gawat darurat yang baik
NATIONAL COMMAND CENTER
(NCC)
1. Penyusunan pedoman kelalulintasan
kendaraan daurat dan simulasi atau uji coba
di lapangan
2. Penggunaan ICD 10 (khusus factor V) untuk
injury surveillance dan penyusunan sistem
informasi terpadu (termasuk penentuan
biaya penanganan berdasarkan klasifikasi
AIS)
PERAN KEMENTERIAN KESEHATAN
UNTUK IMPLEMENTASI INPRES 4 TAHUN
2013
DAFTAR
REFERENSI
Global status report on road safety 2015. Geneva, World Health
Organization, 2015
Gabrillin, Abba.
“Angka Kecelakaan Selama Mudik 2015 Turun Dibanding
2014”
.
http://nasional.kompas.com/read/2015/07/26/21055101/Angka.Kecelaka
an.Selama.Mudik.2015.Turun.Dibanding.2014 (Diakses pada tanggal 30
Juni 2016)
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013 tentang
Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan.
ISO 31000 Tahun 2009 tentang Risk Management.
Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun
2011. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan WHO
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2014
tentang Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan
THANK YOU
Disaster Research and Response Center
Integrated Laboratory and Research Center (ILRC) 2nd Floor
Kampus Universitas Indonesia Depok