• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization sekitar seper lima dari penduduk dunia dari remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar Sembilan ratus juta berada dinegara sedang berkembang. Data Demografi di Amerika Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Di Asia Pasifik jumlah penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10 - 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok umur 10 - 19 tahun adalah 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Soetjiningsih, 2010).

Remaja atau “Adolessence” (Inggris), berasal dari bahasa latin“ Adolescare ” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologi. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik, emosi, dan psikis. Batasan usia remaja menurut World Health Universitas Sumatera Utara Organization adalah 12 - 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 - 19 tahun dan belum kawin menurut BKKBN adalah 10 - 19 tahun (Widyastuti, 2008).

(2)

Masa remaja adalah masa yang penting karena merupakan masa peralihan kemasa dewasa. Berbagai masalah dan perubahan-perubahan baik fisik, biologik, psikologik maupun sosial, harus dihadapi remaja dalam perjalanan hidupnya menuju masa dewasa. Dalam pada masa itu mereka menjadi tanggung jawab orang tua dan dewasa lainya dalam masyarakatnya sampai dia dewasa dan dapat mandiri (Moersintowarti, 2008).

Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Datangnya haid pertama (menarche) dapat menimbulkan reaksi yang positif maupun negatif bagi remaja perempuan. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapat informasi tentang akan datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi maka akan merasakan pengalaman yang negatif. Kematangan seksual yang terlalu cepat atau lambat juga dapat mempengaruhi kehidupan psikososialnya, yaitu status mereka di dalam kelompok sebayanya. Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya, mulai muncul kecemasan-kecemasan dan pertanyaan-pertanyaan seputar menstruasi, mimpi basah, ukuran buah dada, penis dan lain sebagainya. Selain tertarik kepada dirinya juga muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis, walaupun masih

(3)

disembunyikan, karena itu mereka menyadari masih terlalu kecil untuk berpacaran. Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-kesulitan yang membutuhkan suatu keterampilan untuk mengatasinya. Pada masa remaja mereka dihadapkan pada dua tugas utama, yaitu: mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua, membentuk identitas untuk tercapainya integritas diri dan kematangan pribadi. Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari lingkungan dan ikatan dengan orang tua karena mereka ingin mencari identitas diri. Erikson mengatakan bahwa pada saat memasuki usia remaja, remaja akan dihadapkan pada suatu pertanyaan yang sangat penting yaitu tentang “Siapa aku?”. Dengan demikian remaja harus berusaha menemukan jawabannya baik untuk dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya (Soetjiningsih, 2007).

Timbulnya masalah pada remaja disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, yang terjadi pada masa remaja. Secara garis besar, faktor tersebut adalah adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat pada masa remaja yang akan memberikan dorongan tertentu yang sifatnya sangat kompleks, orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu, karena ketidaktahuannya serta membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan teknologi menyebabkan banjirnya arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi (Moersintowati, 2008).

Orang tua merupakan faktor penentu keberhasilan program pembinaan kesehatan remaja atau siswa, karena orang tua yang paling dekat dengan siswa.

(4)

Penyuluhan secara langsung melalui media masa, koran, majalah, TV maupun radio, dan ceramah di sekolah. Program yang dapat diberikan adalah penyuluhan bagi orang tua siswa salah satunya mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Selain orang tua, guru adalah ujung tombak pelaksanaan pelayanan kesehatan siswa di sekolah, maka perlu diberikan pelatihan khusus bagi mereka agar dapat membantu melaksanakan berbagai kegiatan tertentu, misalnya: pengamatan (Observasi). Pengamatan siswa secara sepintas lalu, misalnya : keadaan umum murid, baik keadaan penampilan umum atau kebersihan diri dan kebiasaan perilaku hidup sehat siswa sehari-hari, apakah ada siswa yang prilakunya menyimpang, apakah ada siswa yang mempunyai masalah baik kesehatan maupun psikososialnya, dll (Moersintowarti, 2008).

Dari data awal yang di peroleh oleh peneliti di Desa Keude Aceh yang merupakan tempat tujuan meneliti peneliti, terdapat 115 kepala keluarga dan 43 (37.4% ) kepala keluarga yang mempunyai anak SMP. Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang ibunya 2 orang yang cukup mengerti tentang kesehatan reproduksi pada remaja dan upaya-upaya yang di persiapkan ibu terhadap mempersiapkan masa puberitas pada anak dan 8 orang ibu tidak mengerti tentang kesehatan reproduksi, setelah dilakukan survey oleh peneliti pengetahuan ibu terhadap mempersiapkan masa puberitas pada anak sangat kurang, ibu cenderung bersikap ingin tahu dan mempengaruhi pergaulan anak, dan ibu sering bertindak otoritas dengan tehnik yang tidak tepat.

(5)

Bedasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang ”Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Ibu Dengan Upaya Mempersiapkan Masa Puberitas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan pembahasan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, “adakah hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dengan upaya mempersiapkan masa puberitas pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga Tahun 2013”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dengan upaya mempersiapkan masa puberitas pada anak Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan upaya mempersiapkan masa puberitas pada anak.

b. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu tentang kesehatan reproduksi dengan upaya mempersiapkan masa puberitas pada anak.

c. Untuk mengetahui hubungan tindakan ibu upaya mempersiapkan masa puberitas pada anak .

(6)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan untuk institusi pendidikan agar para pengajar lebih memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dengan upaya mempersiapkan masa puberitas pada anak. 2. Bagi Petugas Kesehatan

Untuk menambah wawasan bagi petugas kesehatan, khususnya bidan agar dapat terus meningkatkan pelayanan kepada pasien.

3. Bagi Peneliti

Sebagai penerapan dalam mata kuliah metode penelitian dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam penelitian.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pubertas

Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2007). Pubertas merupakan satu titik dalam masa Adolens adalah waktu seorang anak perempuan mampu mengalami pembuahan/konsepsi yaitu dengan terjadinya menarche/haid pertama (Sayogo, 2006).

Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih, 2007).

Pubertas yaitu waktu seorang anak perempuan mampu mengalami konsepsi yaitu menarche/haid pertama, dan adanya mimpi basah pada anak laki-laki (Moersintoarti, 2008). Hurlock, Monks dan Knoers (2002) menyebutkan bahwa banyak perubahan yang terjadi pada masa pubertas, yaitu:

1) Perubahan Fisik.

Di antara perubahan fisik yang terjadi, yang paling tampak nyata pada masa pubertas adalah meningkatnya tinggi dan berat, serta kematangan seksual. Pada umumnya, lonjakan pertumbuhan yang menandai perubahan pubertas terjadi 2 tahun lebih awal pada anak perempuan dari pada anak laki-laki. Pada anak perempuan hal ini dimulai sekitar usia 10,5 tahun dan

(8)

berlangsung selama 2,5 tahun. Sepanjang masa tersebut, anak permpuan bertambah tinggi badannya sekitar 3,5 inc setiap tahun. Pada anak laki-laki lonjakan pertumbuhan dimulai sekitar usia 12,5 tahun dan juga berlangsung selama 2 tahun. Anak laki-laki pada umumnya selama waktu tersebut bertambah tinggi sekitar 4 inc dalam setahun (Santrock, 2003).

Pertumbuhan berat badan menggambarkan jumlah dari berbagai massa jaringan tubuh sehingga secara klinis sulit untuk di interpretasikan. Kenaikan berat badan selama masa pubertas sekitar 50% dari berat dewasa ideal. Di bandingkan dengan anak laki-laki, pacu tumbuh anak perempuan dimulai lebih cepat yaitu sekitar umur 8 tahun, sedangkan anak laki-laki baru pada umur 10 tahun. Tetapi pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti dari pada anak laki-laki. Anak perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi, sedangkan anak laki-laki baru berhenti tumbuh pada umur 20 tahun.

Memasuki masa pubertas, remaja perempuan telah mencapai kira-kira 60% berat dewasa. Dalam masa 3-6 bulan sebelum pacu tumbuh badannya kenaikan beratbadan hanya sekitar 2 Kg/tahun. Kemudian terjadi akselerasi dan akhirnya mencapai 8 Kg/tahun. Sekitar 95% remaja normal kecepatan kenaikan berat badanya sekitar antara 5,5-10,5 Kg/tahun, sedangkan pada remaja laki-laki, rata-rata kenaikan berat badan sekitar 9 Kg/tahun, dengan 95% rata-rata remaja laki-laki matur mengalami kenaikan berat badan 6-12 Kg/tahun (Soetjiningsih, 2007).

(9)

Para peneliti menemukan bahwa karakteristik pubertas pada anak laki-laki berkembang dengan urutan sebagai berikut: Perubahan ukuran penis dan testikel, pertumbuhan rambut yang masih lurus didaerah kemaluan, sedikit perubahan suara, ejakulasi pertama (biasanya melalui mimpi basah, masturbasi), rambut kemaluan tumbuh menjadi ikal, mulai masa pertumbuhan maksimum, pertumbuhan rambut ketiak, perubahan suara semangkin jelas dan mulai tumbuh rambut di bagian wajah. Tiga hal yang paling jelas tampak mengenai kematangan seksual adalah bertambah panjangnya penis, membesarnya testis, dan tumbuhnya rambut wajah. Sedangkan ramaja putri pertumbuhan fisik pada awalnya payudara membesar atau rambut kemaluan mulai tumbuh. Kemudian tumbuh rambut ketiak. Sejalan dengan perubahan tersebut, tinggi badan bertambah dan pinggul menjadi lebih lebar dari pada bahu. Menstruasi pertama datang agak lambat di akhir siklus pubertas. Pada awalnya siklus menstruasi tidak teratur, dan mungkin juga tidak terjadi ovulasi pada setiap menstruasi selama beberapa tahun pertama sesudah menstruasi pertama (Santrock, 2003).

2) Karakteristik Masa Remaja.

Hurlock mengemukakan berbagai ciri dari remaja di antaranya adalah: a) Masa remaja adalah masa peralihan.

Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak danjuga bukan seorang dewasa dan merupakan

(10)

masa yang sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang di inginkan.

b) Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan.

Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan peran dan minat, perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi ambivalen.

c) Masa remaja adalah masa yang banyak masalah.

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena tidak terbiasanya remaja menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain sehingga kadang-kadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

d) Masa remaja adalah masa mencari identitas.

Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya.

(11)

e) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan.

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berprilaku merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Dengan adanya stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena peran orang tua yang memiliki pandangan seperti ini akan mencurigai danmenimbulkan pertentangan antara orang tua dengan remaja serta membuat jarak diantara keluarga.

f) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain, mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.

g) Masa remaja adalah ambang masa dewasa.

Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semangkin matang berkembang dan berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada prilaku yang di hubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.

(12)

B. Upaya Ibu dalam Mempersiapkan Masa Pubertas

Upaya orang tua dalam mempersiapkan anaknya mengahadapi masa pubertas adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua dengan tujuan agar anak siap menghadapi masa pubertas dan permasalahan yang mungkin muncul. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mempersiapkan anak dalam mengahadapi masa pubertas yaitu:

1. Pembinaan religius

Pembinaan religius sangat diperlukan dalam hal mempersiapkan anak memasuki masa pubertas. Musa (2003) menyebutkan bahwa dalam mempersiapkan diri jalan teraman bagi orang tua adalah berpegang pada landasan agama. Penjelasan yang diberikan kepada anak mengenai kesehatan reproduksi senantiasa di bingkai dalam nuansa moral dan keagamaan.

2. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Chairiah (2003) mengatakan bahwa orang tua kurang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja sehingga tidak mampu membekali pengetahuan kesehatan reproduksi secara aktif. Pemahaman orang tua yang keliru tentang kesehatan reproduksi juga mempengaruhi upaya dalam mempersiapkan anak menuju masa pubertas.

3. Interaksi orang tua dan anak.

Interaksi ini terjalin dalam komunikasi. Komunikasi adalah inti suksesnya hubungan orang tua dan anak. Komunikasi di landasi rasa respek terhadap anak, langsung, dan proaktif ( tidak perlu menunggu anak bertanya).

(13)

Makin luas informasi yang diperoleh, makin besar kesiapan remaja menghadapi masa remaja dengan sebaik-baiknya.

4. Menanamkan konsep diri yang positif.

Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal itu meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya sendiri meliputi penilaian diri dan penilaian sosial. 5. Mengkondisikan lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif.

Salah satu upaya dalam mempersiapkan masa pubertas adalah menciptakan hubungan harmonis dalam keluarga. Hal ini mempermudah interaksi antar anggota keluarga. Dari berbagai studi dan pendapat para ahli memperlihatkan bahwa sikap keterbukaan, perhatian, cinta, dan rasa persahabatan yang di berikan oleh orang tua kepada remaja mampu membina pendidikan reproduksi dalam keluarga.

6. Pengawasan per group.

Pada masa ini telah terbentuk peer group sesuai dengan tahap perkembangannya, dan anak-anak remaja umumnya percaya pada ucapan teman-temannya tersebut. Orang tua sama-sama dapat menunjukkan otoritas bila persoalan mengenai hal-hal yang prinsip yang tentu saja tetap dengan menggunakan tehnik yang tepat, tanpa prinsip duel sehingga ada pihak yang menang dan kalah.

(14)

7. Memfasilitasi tersedianya media massa yang terpercaya.

Salah satu ciri media pengajaran adalah mengandung atau membawa pesan atau informasi kepada penerima. Banyak media massa yang memberikan informasi keliru tentang reproduksi. Begitu juga dengan mudahnya akses terhadap penyedia layanan yang cenderung merusak prilaku seksual remaja.

8. Partisipasi dalam program kesehatan reproduksi remaja dan peer education di sekolah.

Program ini dilakukan dengan pendekatan komunikasi berkesinambungan antara keluarga dan sekolah. Pembinaan keluarga disekolah dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan metode pemecahan masalah pada siswa yang bermasalah. Penelitian Fuad menyebutkan bahwa sebaiknya peer education dipilih dari teman-teman yang suaranya didengar sehingga mempunyai nilai kepercayaan bagi teman-teman yang lain.

Adapun hal-hal yang berhubungan dengan upaya mempersiapkan masa puberitas pada anak yaitu :

C. Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Objek dalam pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

(15)

raba, rasa, penglihatan pendengaran dan penciuman. Karena itu pengetahuan dimungkinkan didapat dari berbagai sumber dan pengalaman. Dalam teori Bloom dikenal adanya enam tingkatan dalam pengetahuan, yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Untuk mengukur tingkatan kognitif ini dipergunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehention)

Memahami.adalah.kemampuan.untuk.menjelaskan.dan.menginterpreta sikan secara benar tentang objek yang diketahuinya. Pada tingkatan ini, individu yang bersangkutan harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadapmateri atau substansi yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang depelajari berupa hukum-hukum, rumus, metode,dan sebagainya pada kondisi nyata.

(16)

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen dalam struktur organisasi tersebut, yang terkait satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis atau formulasi menunjukkan kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu objek atau materi. Evaluasi ini dilaksanakan pada kriteria yang telah ada atau kriteria yang disusun yang bersangkutan. Pengetahuan dapat disimpulkan sebagai pandangan subjek terhadap adanya stimuli yang di indra, kemudian diadopsi oleh subjek yang akan mempengaruhinya dalam bersikap dan mengambil keputusan. Pengetahuan kesehatan sebagai hasil dari pendidikan kesehatan akan berpengaruh pada pelaku kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi.

D. Pengetahuan Ibu tentang Kesehatan Reproduksi

Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi adalah pengetahuan yang dimiliki ibu tentang aspek-aspek biologis seksualitas yang berkaitan dengan masa remaja dan implikasinya. Menurut Munawaroh pengetahuan itu meliputi :

(17)

1) Sistem reproduksi manusia, berisikan anotomi organ reproduksi dan fungsinya.

2) Kesehatan reproduksi, mencakup informasi mengenai kurun reproduksi sehat, perencanaan dan pengaturan waktu reproduksi, serta dampak pada ibu dan bayinya.

3) Penyakit menular dan AIDS, yaitu informasi mengenai jenis penyakit menular seksual (PMS), gejala yang muncul, dan penularan AIDS.

4) Mitos dan fakta seksualitas, berisikan beberapa informasi yang tepat dan tidak tepat yang diterima oleh remaja dari lingkungan disekitarnya.

5) Hak-hak reproduksi, tujuan utama pemahaman ini adalah agar remaja menyadari bahwah dirinya sendirilah yang memegang kendali atas dirinya.

Orang tua yang merupakan pihak pertama yang bertanggung jawab memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja seharusnya menyesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Fokus pendidikan yang diberikan pada anak sesuai dengan kebutuhan perkembangannya. Untuk anak kelas satu SMP yang rata-rata umurnya adalah dibawah 15 tahun maka fokus untuk anak usia 11-13 tahun adalah pertumbuhan dan perkembangan remaja, masa akil baliq, perubahan fisik, psikis dan tingkah laku dan alat reproduksi baik organ maupun fungsinya, serta mitos dan fakta yang berhubungan. Untuk anak yang lebih besar

(18)

(14-15 tahun) dapat dibicarakan mengenai masa subur, seks dan kehamilan, akibat kehamilan remaja, dan pengaruh teman/lingkungan terhadap kepribadian (Hastuti, 2003).

Selain pembinaan terhadap sasaran langsung/siswa orang tua merupakan faktor penentu keberhasilan program pembinaan kesehatan remaja/siswa, karena orang tua yang paling dekat dengan siswa. Penyuluhan bagi orang tua siswa mengenai kebutuhan remaja dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung melalui media masa, koran majalah, TV maupun radio, ceramah disekolah. Program yang diberikan adalah penyuluhan pengetahuan kepada orang tua mengenai: 1) Kebutuhan gizi siswa.

2) Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja.

3) Pengetahuan tentang tumbuh kembang remaja, baik fisik maupun psikososial remaja.

4) Penyakit yang sering timbul dikalangan siswa.

5) Pencegahan penyakit dan timbulnya kecelakaan pada siswa.

Pengetahuan tentang pertolongan pertama kecelakaan atau penyakit yang sering pada siswa. Mengingat guru adalah ujung tombak pelaksanaan pelayanan kesehatan siswa disekolah, maka perlu diberikan pelatihan khusus bagi mereka agar dapat membantu melaksanakan beberapa kegiatan tertentu misalnya:

(19)

1) Pengamatan (Observasi). Pengamatan siswa secara sepintas lalu, misalnya keadaan umum murid baik keadaan penampilan umum/kebersihan diri dan kebiasaan prilaku hidup sehat siswa sehari-hari, apakah ada siswa yang mempunyai kebiasaan merokok atau prilaku menyimpang lainnya.

2) Deteksi/menemukan anak yang sakit dan bila perlu rujuk ke puskesmas.

3) Apakah ada siswa yang mempunyai masalah baik kesehatan maupun psikososialnya.

4) Pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS) / Life skill education (LSE).

5) Sekolah yang mempromosikan kesehatan.

6) Penimbangan dan pengukuran tinggi badan siswa setiap 6 bulan sekali.

7) Pemeriksaan ketajaman penglihatan (Visus) setiap 6 bulan sekali.

8) Penyuluhan kesehatan baik secara rutin yang diprogramkan maupun secara insidental bila ada waktu luang didalam sekolah maupun diluar kegiatan sekolah (Moersintowarti, 2008).

E. Sikap

Keluarga memiliki peran yang paling penting dalam upaya pengembangan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondudif untuk mempersipkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Yusuf, 2007).

(20)

Komunikasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk menunjukkan sikap ibu dan salah satu cara ibu dalam menanamkan nilai-nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orang yang ta harmonis misalnya, ketidak tepatan orang tua dalam memilih pola asuh, pola komunilasi yang tidak dialogis dan adanya perumusan serta pertentangan dalam keluarga, maka akan terjadi hubungan yang tegang. Komunikasi dalam keluarga terbentuk bila hubungan timbal balik terjalin antar ayah, ibu dan anak (Gunarsa, 2002).

Komunikasi yang diharapakan adalah komunikasi yang efektif, karena kominikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif dalam antara orang tua dan remaja, sehingga akan terjadi hubungan yang penih kasih sayang dan dengan adanya hubungan yang harmonis antara orang tua dan remaja, diharapkan adanya keterbukaan antara orang tua dan remaja dalam membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami oleh remaja (Mulandar, 2003).

Faktor-faktor yang menjadi hambatan sikap ibu dalam mempersiapkan masa remaja pada anak:

1. Orang tua biasanya merasakan kedudukannya lebih tinggi dari pada kedudukan anaknya yang menginjak usia remaja.

2. Orang tua dan remaja tidak mempergunakan bahasa yang sama sehingga meninggalkan salah tafsir atau salah paham.

(21)

3. Orang tua hanya memberikan informasi, akan tetapi tidak ikut serta dalam memecahkan, masalah yang dihadapi remaja.

4. Hubungan orang tua dan remaja hanya terjadi secara singkat dan formal, karena selalu sibuknya orang tua.

5. Ramaja tidak di berikan kesempatan dalam mengembangkan kreatifitas serta memberikan pandangan- pandangan secara bebas (Soekanto, 2003).

F. Tidakan

Jika anak pubertas tidak diberitahu atau secara psikologis tidak dipersiapkan tentang perubahan fisik dan psikologis yang dialaminya maka pengalaman akan perubahan tersebut dapat merupakan pengalaman yang traumatis. Akibatnya anak cenderung mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap perubahan, sikap yang cenderung menetap daripada menghilang. Kurangnya persiapan anak dalam menghadapi masa pubertas merupakan bahaya psikologis yang serius, sehingga dalam menghadapi masa ini diperlukan adanya kegiatan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yang baik dimaksudkan untuk membantu remaja mencapai KAP (Knowledge, Attitude and Practice) atau Pesilak (Pengetahuan, Sikap dan Pelaksanaan). Dalam hal ini, orangtua, utamanya ibu mempunyai peranan penting dalam kegiatan KRR tesebut. Seorang ibu sebaiknya sudah membekali anak dengan pengetahuan tentang masalah dan bagaimana untuk menghadapi fase remaja. Cara menyampaikannya tentu harus dengan penjelasan yang sederhana dan sesuai

(22)

dengan pemahaman anak-anak. Hal yang penting supaya anak tidak merasa kaget, malu, gelisah, cemas dan tertekan (Gunarsa, 2007 ).

Menurut survei dari DKT Indonesia (2011) di Terrace Cafe Hotel Four Season Jakarta tentang aktivitas seksual yang terjadi di kalangan remaja, bahwa remaja yang membicarakan aktivitas seksual mereka kepada orangtua hanya (12%), dengan rincian (10%) kepada ibu dan (2%) kepada bapak, sedangkan (88%) membicarakan aktivitas seksual mereka kepada orang lain termasuk sahabat dan pacar (Dewi, 2012).

(23)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Masa remaja adalah masa yang penting karena merupakan masa peralihan kemasa dewasa. Berbagai masalah dan perubahan-perubahan baik fisik, biologik, psikologik maupun sosial, harus dihadapi remaja dalam perjalanan hidupnya menuju masa dewasa. Dalam pada masa itu mereka menjadi tanggung jawab orang tua dan dewasa lainya dalam masyarakatnya sampai dia dewasa dan dapat mandiri (Moersintowarti, 2008).

Karena keterbatasan waktu maka peneliti hanya meneliti variabel independen (Bebas) dan variabel dependen (terikat), untuk lebih jelas kerangka konsep dapat di gambarkan seperti ini:

Variabel independen variabel dependen

Pengetahuan

Upaya mempersiapkan masa puberitas pada anak Sikap

(24)

B. Data Operational N

O

Variabel Definisi operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Dependen 1 Upaya mempersiap kan puberitas pada anak

Segala usaha yang dilakukan oleh orang tau dengan tujuan agar anak siap mengahadapi masa puberitas dan permasalahan yang mungkin muncul

Membagikan kuisioner yang berisi 10 pertanyaan dengan kategori

Ada jika x ≥ 26 Tidak ada jika x ≤ 26

Kuesioner - Ada - Tidak ada

Ordinal

Independen

2 Pengetahuan Yang dimiliki ibu tentang aspek-aspek biologis seksualitas yang terkait dengan masa remaja dan aplikasinya Menyebarkan kuesioner sebanyak 8 pertanyaan dengan kategori Tinggi x ≥ 12,5 Rendah x ≤ 12,5 (Notoadmodjo, 2007) Kuetioner - Tinggi - rendah Ordinal 3 Sikap keterbukaan, perhatian, cinta, dan rasa persahabatan yang di berikan oleh orang tua kepada remaja Menyebarkan kuesioner sebanyak 5 pertanyaan dengan kategori Positif jika x ≥ 12,5 Negatif jika x ≤ 12,5 Kuetioner - Positif - Negatif Ordinal 4 Tindakan menunjukkan otoritas bila persoalan mengenai hal-hal yang prinsip Menyebarkan kuesioner sebanyak 5 pertanyaan dengan kategori Dilakukan x ≥ 12,7 Tidak dilakukan x ≤ 12,7 Kuetioner - Dilakukan - Tidak dilakukan Ordinal

(25)

C. Hipotesa

1. Ada hubungan pengetahuan dengan upaya mempersiapkan pubertas pada anak.

2. Ada hubungan sikap dengan upaya mempersiapkan pubertas pada anak.

3. Ada hubungan tindakan dengan upaya mempersiapkan pubertas pada anak.

(26)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu observasi atau pengumpulan data di lakukan sekaligus pada suatu waktu (point time approach) (Notoatmodjo, 2005).

B. Populasi dan sampel 1. Populasi

Arikunto (2006) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau sensus. Menurut survey yang telah peneliti lakukan pada saat pengambilan data awal tanggal 5 sampai 12 juli 2013, populasi dalam penelitian ini adalah ibu dari anak SMP di desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga yang berjumlah 43 responden.

2. Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menurut Arikunto adalah dengan menggunakan metode total sampling yaitu populasi dijadikan sampel berjumlah 43 orang ibu dengan kriteria adalah orang tua dari anak SMP desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga, bersedia menjadi responden, bisa membaca dan menulis.

(27)

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga

2. Waktu Penelitian

Waktu dilaksanakan pada bulan 29 Agustus sampai 2 September 2013.

D. Cara Pengumpulan Data 1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden. Data akan dimulai dengan wawancara menggunakan kuisioner.

2. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data bersumber dari buku kependudukan Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga.

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner mengenai hubungan pengetahuan sikap dan tindakan ibu dengan upaya mempersiapkan masa puberitas dan form penilaian antropometri yang disusun berdasarkan telaah kepustakaan.

(28)

F. Pengolahan Dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Data dalam penelitian ini akan di olah dengan cara:

a. Editing yaitu melakukan pengecekan kembali semua item pertnyaan telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat menggangu pengolahan data selanjutnya.

b. Coding yaitu pemberian kode berupa nomor pada lembaran kuesioner untuk memudahkan pengolahan data

c. Transferring yaitu data yang telah di berikan kode di susun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terkhir untuk dimasukan ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang telah di teliti. d. Tabulating yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada

tiap-tiap variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi (Purwanto,1994).

2. Analisa data

a. Analisa univariat

Yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi, adapun rumus yang akan dipakai dalam analisis data univariat diantara adalah (Arikunto, 2006)

Keterangan:

n = jumlah sampel (populasi) P=

(29)

Keterangan: P= Persentase f 1= Frekuensi n = Sampel b. Analisa Bivariat

Merupakan analisa hasil dari veriabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan veriabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang dengan menggunakan rumus Chi-Squere pada tingkat kemaknaannya 95% ( P 0,05), sehingga dapat di ketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan program komputer SPSS for window versi 16.0.

Melalui perhitungan uji chi-square test selanjutnya ditarik pada kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari alpha (<0,05) maka Ho di tolak dan Ha diterima, yang menunjukan ada hubungan bermakna antara variabel bebas.

a. Bila pada tabel contigency 2X2 di jumpai nilai E (harapan) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah Ficher exact test.

b. Bila pada tabel contigency 2x2, dan tidak dijumpai nialai E kurang dari 5, maka hisil yang digunakan sebaiknya continuty correction.

c. Bila pada tabel-tabel contigency lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3, dan lain-lain, maka yang digunakan adalah uji person chi-sque

(30)

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Keude Aceh Terletak Di Kecamatan Samalanga. Jumlah desa dalam Kecamatan Samalanga adalah 46 desa, 5 pemukiman, dan jumlah penduduk adalah 25.632 jiwa.

Ditinjau dari segi geografisnya Desa Keude Aceh dibatasi oleh: 1. Bagian barat berbatasan dengan sungai kp. Baro

2. Bagian Timur berbatasan dengan kp. Sangso 3. Bagian Utara berbatasan dengan kp. Panterheng 4. Bagian selatan berbatasan dengan kp. Pulo

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Keude Aceh yang dilakukan pada tanggal 29 Agustus sampai 2 September 2013. Adapun penelitian yang dilakukan pada ibu-ibu yang memiliki anak SMP dengan total 43 responden ibu, tentang hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dengan upaya mempersiapkan masa puberitas pada anak Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga.

1. Analisa Univariat

Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran mengenai distribusi frekuensi.

(31)

a. Pengetahuan

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh

Kecamatan Samalanga Tahun 2013 No Pengetahuan frekuensi %

1 Tinggi 29 67,4

2 Rendah 14 32,6

TOTAL 43 100,0

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 43 responden, mayoritas responden memiliki pengetahuan pada kategori tinggi yaitu sebanyak 29 orang (67,4%).

b. Sikap

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga

Tahun 2013

No Sikap frekuensi %

1 Positif 32 74,4

2 Negatif 11 25,6

TOTAL 43 100,0

(32)

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 43 responden, mayoritas responden memiliki sikap berada pada kategori positif yaitu sebanyak 32 orang (74,4%).

c. Tindakan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh

Kecamatan Samalanga Tahun 2013 No Tindakan frekuensi % 1 Dilakukan 31 72,1 2 Tidak dilakukan 12 27,9 TOTAL 43 100,0

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 43 responden, mayoritas responden tindakan dalam upaya mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP 31 orang (72,1%).

d. Upaya mempersiapkan kesehatan pubertas Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Tentang upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP di desa keude aceh kecamatan samalanga

Tahun 2013 NO Upaya mempersiapkan pubertas frekuensi % 1 Ada 26 60,5

(33)

2 Tidak ada 17 39,5

TOTAL 43 100,0

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.4 bahwa dari 43 responden, mayoritas responden yang memiliki upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga berada pada kategori ada yaitu sebanyak 26 orang (60,5%).

2. Analisa bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Mempersiapkan Kesehatan Pubertas

Tabel 5.5

Hubungan Pengetahuan Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga

Tahun 2013 NO Pengetahuan Upaya mempersiapkan

pubertas

Total p value Ada Tidak ada

f % f %

1 Tinggi 22 75,9 7 24,1 29

0,008 2 Rendah 4 28,6 10 71,4 14

TOTAL 26 17 43

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan hasil, dari 29 resonden yang berpengetahuan tinggi terdapat 22 (75,9%) yang melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dan dari 14 responden yang berpengetahuan rendah terdapat 10 (71,4%) yang tidak melakukan upaya mempersiapkan pubertas, dan hasil analisis statistik uji chi-square diketahui bahwa ada hubungan antara

(34)

pengetahuan dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP (pvalue= 0,008<0,05).

b. Hubungan Sikap Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak

Tabel 5.6

Hubungan Sikap dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga

Tahun 2013 No Sikap Upaya mempersiapkan

pubertas

Total p value Ada Tidak ada

f % f %

1 Positif 23 71,9 9 28,1 32

0,014 2 Negatif 3 27,3 8 72,7 11

TOTAL 26 17 43

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil, dari 32 responden yang bersikap positif terdapat 23 (71,9%) yang melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dan dari 11 responden yang berpengetahuan rendah terdapat 8 (72,7%) yang tidak melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dari hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara sikap dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pad anak smp (p value = 0,014<0,05 ).

(35)

c. Hubungan Tindakan Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Tabel 5.7

Hubungan Tindakan Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga

Tahun 2013 No Tindakan Upaya mempersiapkan

pubertas

Total p Value Ada Tidak ada

f % f %

1 Dilakukan 23 74,2 8 25,8 31

0,005 2 Tidak dilakukan 3 25 9 75 12

TOTAL 26 17 43

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan hasil, dari 31 responden yang melakukan tindakan terdapat 23 (74,2%) yang melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dan dari 12 responden yang tidak melakukan tindakan terdapat 9 (75%) yang tidak melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara tindakan dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP (p value = 0,005<0,05).

(36)

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan hasil, dari 29 resonden yang berpengetahuan tinggi terdapat 22 (75,9%) yang melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dan dari 14 responden yang berpengetahuan rendah terdapat 10 (71,4%) yang tidak melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Hasil analisis statistik uji chi-square bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga (p value= 0,008<0,05).

Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Objek dalam pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra raba, rasa, penglihatan pendengaran dan penciuman. Karena itu pengetahuan dimungkinkan didapat dari berbagai sumber dan pengalaman.

Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2007). Pubertas merupakan satu titik dalam masa Adolens adalah waktu seorang anak perempuan mampu mengalami pembuahan/konsepsi yaitu dengan terjadinya menarche/haid pertama (Sayogo, 2006).

(37)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2010) di Universitas Muhammadiyah Semarang didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan mempersiapkan masa pubertas.

Menurut asumsi peneliti responden ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya ibu dalam mempersiapkan masa pubertas pada anaknya, kerena ibu yang melakukan persiapan masa pubertas pada anaknya, memiliki pengetahuan yang tinggi. Dan responden yang tidak melakukan persiapan masa pubertas pada anaknya, memiliki pengetahuan yang rendah. Karena, semakin banyak seseorang mendapatkan pengetahuan tentang persiapan masa pubertas, semakin tinggi pula seseorang tersebut melakukan persiapan masa pubertas pada anaknya. Dan semakin sedikit seseorang tersebut mendapatkan pengetahuan tentang persiapan masa pubertas, maka semakin rendah pula seseorang melakukan persiapan pubertas ada anaknya. Karena masa pubertas adalah salah satu masa dimana seorang anak sedang mencari jati dirinya. 2. Hubungan Sikap Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil, dari 32 responden yang bersikap positif terdapat 23 (71,9%) yang melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dan dari 14 responden yang berpengetahuan rendah terdapat 8 (72,7%) yang tidak melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara sikap dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pad anak smp (p value = 0,014<0,05 ).

Menurut Mulandar (2003) komunikasi yang diharapakan adalah komunikasi yang efektif, karena kominikasi yang efektif dapat menimbulkan

(38)

pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif dalam antara orang tua dan remaja, sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan adanya hubungan yang harmonis antara orang tua dan remaja, diharapkan adanya keterbukaan antara orang tua dan remaja dalam membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami oleh remaja.

Komunikasi yang diharapakan adalah komunikasi yang efektif, karena kominikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif dalam antara orang tua dan remaja, sehingga akan terjadi hubungan yang penih kasih sayang dan dengan adanya hubungan yang harmonis antara orang tua dan remaja, diharapkan adanya keterbukaan antara orang tua dan remaja dalam membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami oleh remaja (Mulandar, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulidar (2009) di Universitas Sumatra Utara ada hubungan sikap dengan upaya mempersiapkan pubertas.

Menurut asumsi peneliti, sikap berhubungan dengan upaya ibu dalam mempersiapkan masa pubertas pada anak, karena bagaimanapun sikap seorang ibu terhadap anaknya semuanya dilakukan demi masa depan anaknya, dan

(39)

setiap ibu pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Sikap seorang ibu yang membimbing anaknya dalam masa pubertas, dapat membantu seorang anak memilih jati dirinya yang benar, dan tidak terpengaruh oleh lingkungan negatif dari luar.

3. Hubungan Tindakan Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan hasil, dari 31 responden yang melakukan tindakan terdapat 23 (74,2%) yang melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dan dari 12 responden yang tidak melakukan tindakan terdapat 9 (75%) yang tidak melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara tindakan dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak smp (p value = 0,005<0,05).

Menurut Gunarsa (2007) yang baik dimaksudkan untuk membantu remaja mencapai KAP (Knowledge, Attitude and Practice) atau Pesilak (Pengetahuan, Sikap, dan Pelaksanaan). Dalam hal ini, orangtua, utamanya ibu mempunyai peranan penting dalam kegiatan KRR tesebut. Seorang ibu sebaiknya sudah membekali anak dengan pengetahuan tentang masalah dan bagaimana untuk menghadapi fase remaja. Cara menyampaikannya tentu harus dengan penjelasan yang sederhana dan sesuai dengan pemahaman anak-anak. Hal yang penting supaya anak tidak merasa kaget, malu, gelisah, cemas dan tertekan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sofhie Nurmala (2011) di Universitas Andalas di Sumatera Barat didapatkan bahwa dari 56

(40)

responden terdapat 34 (60,7%) yang melakukan tindakan yang tinggi. Dan 22 (39,3%) yang tidak meakukan tindakan.

Menurut asumsi peneliti ada hubungan tindakan dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak, karena ibu sangatlah penting melakukan tindakan positif untuk menghadapi anak yang sedang mengalami masa pubertas, karena masa itu adalah masa dimana anak mengalami masa perubahan anak-anak menjadi remaja dan mereka sangatlah labil pada masa itu. Tindakan ibu bukanlah tindakan untuk melalkukan kekerasan pada anaknya, karena itu malah akan menambah suatu tekanan pada anak. Tindakan yang benar adalah membimbing, dan mengarahkan anak kejalan yang benar, mengajarkan anak melakukan tindakan yang benar atau salah.

(41)

BAB V

HASIL PENELITIAN

D. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Keude Aceh Terletak Di Kecamatan Samalanga. Jumlah desa dalam Kecamatan Samalanga adalah 46 desa, 5 pemukiman, dan jumlah penduduk adalah 25.632 jiwa.

Ditinjau dari segi geografisnya Desa Keude Aceh dibatasi oleh: 5. Bagian barat berbatasan dengan sungai kp. Baro

6. Bagian Timur berbatasan dengan kp. Sangso 7. Bagian Utara berbatasan dengan kp. Panterheng 8. Bagian selatan berbatasan dengan kp. Pulo

E. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Keude Aceh yang dilakukan pada tanggal 29 Agustus sampai 2 September 2013. Adapun penelitian yang dilakukan pada ibu-ibu yang memiliki anak SMP dengan total 43 responden ibu, tentang hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dengan upaya mempersiapkan masa puberitas pada anak Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga.

3. Analisa Univariat

Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran mengenai distribusi frekuensi.

(42)

e. Pengetahuan

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh

Kecamatan Samalanga Tahun 2013 No Pengetahuan frekuensi %

1 Tinggi 29 67,4

2 Rendah 14 32,6

TOTAL 43 100,0

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 43 responden, mayoritas responden memiliki pengetahuan pada kategori tinggi yaitu sebanyak 29 orang (67,4%).

f. Sikap

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga

Tahun 2013

No Sikap frekuensi %

1 Positif 32 74,4

2 Negatif 11 25,6

TOTAL 43 100,0

(43)

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 43 responden, mayoritas responden memiliki sikap berada pada kategori positif yaitu sebanyak 32 orang (74,4%).

g. Tindakan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh

Kecamatan Samalanga Tahun 2013 No Tindakan frekuensi % 1 Dilakukan 31 72,1 2 Tidak dilakukan 12 27,9 TOTAL 43 100,0

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 43 responden, mayoritas responden tindakan dalam upaya mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP 31 orang (72,1%).

h. Upaya mempersiapkan kesehatan pubertas Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Tentang upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP di desa keude aceh kecamatan samalanga

Tahun 2013 NO Upaya mempersiapkan pubertas frekuensi % 1 Ada 26 60,5

(44)

2 Tidak ada 17 39,5

TOTAL 43 100,0

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.4 bahwa dari 43 responden, mayoritas responden yang memiliki upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga berada pada kategori ada yaitu sebanyak 26 orang (60,5%).

4. Analisa bivariat

d. Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Mempersiapkan Kesehatan Pubertas

Tabel 5.5

Hubungan Pengetahuan Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga

Tahun 2013 NO Pengetahuan Upaya mempersiapkan

pubertas

Total p value Ada Tidak ada

f % f %

1 Tinggi 22 75,9 7 24,1 29

0,008 2 Rendah 4 28,6 10 71,4 14

TOTAL 26 17 43

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan hasil, dari 29 resonden yang berpengetahuan tinggi terdapat 22 (75,9%) yang melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dan dari 14 responden yang berpengetahuan rendah terdapat 10 (71,4%) yang tidak melakukan upaya mempersiapkan pubertas, dan hasil analisis statistik uji chi-square diketahui bahwa ada hubungan antara

(45)

pengetahuan dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP (pvalue= 0,008<0,05).

e. Hubungan Sikap Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak

Tabel 5.6

Hubungan Sikap dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga

Tahun 2013 No Sikap Upaya mempersiapkan

pubertas

Total p value Ada Tidak ada

f % f %

1 Positif 23 71,9 9 28,1 32

0,014 2 Negatif 3 27,3 8 72,7 11

TOTAL 26 17 43

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil, dari 32 responden yang bersikap positif terdapat 23 (71,9%) yang melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dan dari 11 responden yang berpengetahuan rendah terdapat 8 (72,7%) yang tidak melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dari hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara sikap dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pad anak smp (p value = 0,014<0,05 ).

(46)

f. Hubungan Tindakan Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Tabel 5.7

Hubungan Tindakan Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas Pada Anak SMP Di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga

Tahun 2013 No Tindakan Upaya mempersiapkan

pubertas

Total p Value Ada Tidak ada

f % f %

1 Dilakukan 23 74,2 8 25,8 31

0,005 2 Tidak dilakukan 3 25 9 75 12

TOTAL 26 17 43

Sumber data primer (di olah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan hasil, dari 31 responden yang melakukan tindakan terdapat 23 (74,2%) yang melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dan dari 12 responden yang tidak melakukan tindakan terdapat 9 (75%) yang tidak melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara tindakan dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP (p value = 0,005<0,05).

(47)

4. Hubungan Pengetahuan Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan hasil, dari 29 resonden yang berpengetahuan tinggi terdapat 22 (75,9%) yang melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dan dari 14 responden yang berpengetahuan rendah terdapat 10 (71,4%) yang tidak melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Hasil analisis statistik uji chi-square bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP di Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga (p value= 0,008<0,05).

Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Objek dalam pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra raba, rasa, penglihatan pendengaran dan penciuman. Karena itu pengetahuan dimungkinkan didapat dari berbagai sumber dan pengalaman.

Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2007). Pubertas merupakan satu titik dalam masa Adolens adalah waktu seorang anak perempuan mampu mengalami pembuahan/konsepsi yaitu dengan terjadinya menarche/haid pertama (Sayogo, 2006).

(48)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2010) di Universitas Muhammadiyah Semarang didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan mempersiapkan masa pubertas.

Menurut asumsi peneliti responden ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya ibu dalam mempersiapkan masa pubertas pada anaknya, kerena ibu yang melakukan persiapan masa pubertas pada anaknya, memiliki pengetahuan yang tinggi. Dan responden yang tidak melakukan persiapan masa pubertas pada anaknya, memiliki pengetahuan yang rendah. Karena, semakin banyak seseorang mendapatkan pengetahuan tentang persiapan masa pubertas, semakin tinggi pula seseorang tersebut melakukan persiapan masa pubertas pada anaknya. Dan semakin sedikit seseorang tersebut mendapatkan pengetahuan tentang persiapan masa pubertas, maka semakin rendah pula seseorang melakukan persiapan pubertas ada anaknya. Karena masa pubertas adalah salah satu masa dimana seorang anak sedang mencari jati dirinya. 5. Hubungan Sikap Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil, dari 32 responden yang bersikap positif terdapat 23 (71,9%) yang melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dan dari 14 responden yang berpengetahuan rendah terdapat 8 (72,7%) yang tidak melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara sikap dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pad anak smp (p value = 0,014<0,05 ).

Menurut Mulandar (2003) komunikasi yang diharapakan adalah komunikasi yang efektif, karena kominikasi yang efektif dapat menimbulkan

(49)

pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif dalam antara orang tua dan remaja, sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan adanya hubungan yang harmonis antara orang tua dan remaja, diharapkan adanya keterbukaan antara orang tua dan remaja dalam membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami oleh remaja.

Komunikasi yang diharapakan adalah komunikasi yang efektif, karena kominikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif dalam antara orang tua dan remaja, sehingga akan terjadi hubungan yang penih kasih sayang dan dengan adanya hubungan yang harmonis antara orang tua dan remaja, diharapkan adanya keterbukaan antara orang tua dan remaja dalam membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami oleh remaja (Mulandar, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulidar (2009) di Universitas Sumatra Utara ada hubungan sikap dengan upaya mempersiapkan pubertas.

Menurut asumsi peneliti, sikap berhubungan dengan upaya ibu dalam mempersiapkan masa pubertas pada anak, karena bagaimanapun sikap seorang ibu terhadap anaknya semuanya dilakukan demi masa depan anaknya, dan

(50)

setiap ibu pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Sikap seorang ibu yang membimbing anaknya dalam masa pubertas, dapat membantu seorang anak memilih jati dirinya yang benar, dan tidak terpengaruh oleh lingkungan negatif dari luar.

6. Hubungan Tindakan Dengan Upaya Ibu Mempersiapkan Masa Pubertas

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan hasil, dari 31 responden yang melakukan tindakan terdapat 23 (74,2%) yang melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Dan dari 12 responden yang tidak melakukan tindakan terdapat 9 (75%) yang tidak melakukan upaya mempersiapkan pubertas. Hasil analisis statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara tindakan dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak smp (p value = 0,005<0,05).

Menurut Gunarsa (2007) yang baik dimaksudkan untuk membantu remaja mencapai KAP (Knowledge, Attitude and Practice) atau Pesilak (Pengetahuan, Sikap, dan Pelaksanaan). Dalam hal ini, orangtua, utamanya ibu mempunyai peranan penting dalam kegiatan KRR tesebut. Seorang ibu sebaiknya sudah membekali anak dengan pengetahuan tentang masalah dan bagaimana untuk menghadapi fase remaja. Cara menyampaikannya tentu harus dengan penjelasan yang sederhana dan sesuai dengan pemahaman anak-anak. Hal yang penting supaya anak tidak merasa kaget, malu, gelisah, cemas dan tertekan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sofhie Nurmala (2011) di Universitas Andalas di Sumatera Barat didapatkan bahwa dari 56

(51)

responden terdapat 34 (60,7%) yang melakukan tindakan yang tinggi. Dan 22 (39,3%) yang tidak meakukan tindakan.

Menurut asumsi peneliti ada hubungan tindakan dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak, karena ibu sangatlah penting melakukan tindakan positif untuk menghadapi anak yang sedang mengalami masa pubertas, karena masa itu adalah masa dimana anak mengalami masa perubahan anak-anak menjadi remaja dan mereka sangatlah labil pada masa itu. Tindakan ibu bukanlah tindakan untuk melalkukan kekerasan pada anaknya, karena itu malah akan menambah suatu tekanan pada anak. Tindakan yang benar adalah membimbing, dan mengarahkan anak kejalan yang benar, mengajarkan anak melakukan tindakan yang benar atau salah.

(52)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di desa Keudeh Aceh Kacamatan Samalanga pada 43 orang responden, maka disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP (p value= 0,008<0,05).

2. Ada hubungan antara sikap dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP (p value = 0,014<0,05 ).

3. Ada hubungan antara tindakan dengan upaya ibu mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP (p value = 0,005<0,05).

B. Saran

1. Bagi Institusi Desa

Diharapkan pada Desa Keude Aceh Kecamatan Samalanga untuk membantu menjaga anak-anak remaja dalam upaya mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP.

2. Bagi Responden

Diharapkan kepada ibu untuk tetap menjangkau anak-anak dalam upaya mempersiapkan masa pubertas pada anak SMP.

3. Bagi Peneliti

Pada peneliti untuk menambah wawasan dan dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara abjektif dan menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai upaya mempersiapkan masa pubertas.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Dianawati, A. (2006). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka. Elizabeth, B.H. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Jones, L.D. (2005). Setiap Wanita. Jakarta: PT Delapratasa Publishing.

Kartono, K. (2006). Psikologi Wanita I Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung: Mandar Maju.

Moersintowarti. (2008). Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak Remaja. Jakarta: Sagung Seto.

Moersintowarti. (2008). Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak Remaja. Jakarta: Sagung Seto.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Priyatno, D. (2009). Mandiri Belajar SPSS. Jakarta: Mediacom.

Purwanto, H. (2003). Pengantar Prilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Santrock, W.J. (2008). AdolescencePerkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Sayogo, S. (2006). Gizi Remaja Putri. Jakarta: FKUI.

Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Sumiati. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta: Trans Info Media. Surjadi, C., Pratomo, H., Handajani, S.Y. (2002). Kesehatan Reproduksi Narkoba dan

Kota Sehat. Proseding Kongres Nasional IX Epidemiologi.

(54)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Tugas Akhir ini, tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengimplementasikan pencatatan data pegawai, pencatatan data kehadiran pegawai, pencatatan

Demplot Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Sawah sebagai Strategi Pendampingan Program Upsus (Studi Kasus di Kabupaten Jepara) ( Sodiq Jauhari dan Hairil Anwar

Kadar bioetanol, glukosa, dan asam asetat dari TKKS menggunakan proses sakarifikasi fermentasi simultan dengan perlakuan awal NaOH dilanjutkan dengan iradiasi berkas

Tanjung karang TSO in proceeding auction over land to be payment of Company’s tax liability is in accordance to requirements set in Article 32 title (2) of Tax Law dan

Catatan tambahan : Spesifikasi produk tergantung pada pengujian, dari data literatur dan informasi dari perusahaan manufaktur sarung tangan atau diturunkan dari produk yang

Tämä on laadullinen tutkimus Suomen evankelis-luterilaisen kirkon Espanjan Aurinkorannikon suomalaisen seurakunnan vapaaehtoistyöstä ja sen merkityksestä.. seurakunnalle

mengetahui apakah variabel pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur aset, dan likuiditas memiliki pengaruh terhadap struktur modal UKM sektor makanan dan

Berdasarkan fakta-fakta tersebut dikatakan Goldman (dalam Glassgold, 2001) pada akhirnya akan lebih bijak melihat filosofi ateisme dan para penganutnya dalam