• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KUAT TEKAN BETON PASCA BAKAR DENGAN DAN TANPA PERENDAMAN BERDASARKAN VARIASI MUTU BETON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KUAT TEKAN BETON PASCA BAKAR DENGAN DAN TANPA PERENDAMAN BERDASARKAN VARIASI MUTU BETON"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KUAT TEKAN BETON PASCA BAKAR DENGAN DAN TANPA

PERENDAMAN BERDASARKAN VARIASI MUTU BETON

Remigildus Cornelis1(remy_cor@yahoo.com)

Dosen pada Jurusan Teknik Sipil FST Undana

Elia Hunggurami2 (eliahunggurami@yahoo.com)

Dosen pada Jurusan Teknik Sipil FST Undana

Nini Yunita Tokang3 (niniyunitatokang@gmail.com)

Penamat dari Jurusan Teknik Sipil FST Undana

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan terhadap mutu beton 15 MPa, 20 MPa, 22 MPa dan 25 MPa dengan sampel berupa kubus 15 cm × 15 cm × 15 cm. Jumlah sampel penelitian pada masing-masing mutu beton sebanyak 9 buah sehingga total keseluruhan sampel penelitian sebanyak 36 buah. Pembakaran dilakukan pada suhu 400oC dan lamanya pembakaran selama 3 jam.Perendaman beton pasca bakar dilakukan selama 14 hari.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan variasi mutu beton (15 MPa, 20 MPa, 22 MPa, dan 25 MPa) didapatkan nilai kuat tekan rata-rata pada pada perlakuan standar menghasikan kuat tekan rata-rata sebesar 26,00 MPa, 26,67 MPa, 28,44 MPa dan 29,48 MPa. Pada perlakuan beton pasca bakar dengan perendaman menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 19,41 MPa, 22,37 MPa, 24,15 MPa dan 25,85 MPa. Sedangkan pada perlakuan beton pasca bakar tanpa perendaman menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 24,89 MPa, 25,78 MPa, 28,67 MPa dan 30,52 MPa. Penurunan kekuatan beton pasca bakar tanpa perendaman pada mutu beton 15 MPa dan 20 MPa sebesar 4,274% dan 3,333% dan peningkatan pada mutu beton 22 MPa dan 25 MPa sebesar 0,781% dan 3,518%. Penurunan kekuatan beton pasca bakar dengan perendaman sebesar 25,356%, 16,111%, 15,104% dan 12,312%.

Kata Kunci : Kuat tekan, mutu beton, pasca bakar, perendaman

ABSTRACT

The research was conducted on the quality of concrete 15 MPa, 20 MPa, 22 MPa and 25 MPa with a sample cube of 15 cm × 15 cm × 15 cm. The number of research samples on each of the quality of concrete as much as 9 pieces so that the total sample as many as 36 pieces. Combustion performed at a temperature of 400oC and duration of burning for 3 hours. Soaking concrete post-burn conducted for 14 days.The results of this study showed that based on variations of quality concrete (15 MPa, 20 MPa, 22 MPa and 25 MPa) compressive strength values obtained on the average standard treatment has resulted in an average compressive strength of 26,00 MPa, 26,67 MPa, 28,44 MPa and 29,48 MPa. In treatment of post-burn concrete with soaking produces an average compressive strength of 19,41 MPa, 22,37 MPa, 24,15 MPa and 25,85 MPa. While the treatment of post-burn concrete without soaking produce an average compressive strength of 24,89 MPa, 25,78 MPa, 28,67 MPa and 30,52 MPa. decreased strength of concrete post-burn without soaking at the quality of concrete 15 MPa and 20 MPa at 4,274% and 3,333% and an increased at the quality of concrete 22 MPa and 25 MPa at 0,781% and 3,518%. Decreased strength of concrete post-burn with soaking at 25,356%, 16,111%, 15,104% and 12,312%.

(2)

Jurnal Teknik Sipil Vol. III, No. 2, September 2014

Cornelis, R., et.al., “Kajian Kuat Tekan Beton Pasca Bakar dengan dan tanpa Perendaman Berdasarkan Variasi Mutu Beton” 162

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Terjadinya perubahan temperatur yang cukup tinggi, seperti yang terjadi pada peristiwa kebakaran, akan berpengaruh terhadap elemen-elemen struktur beton. Pada proses tersebut akan terjadi suatu siklus pemanasan dan pendinginan yang bergantian, yang akan menyebabkan adanya perubahan fase fisis dan kimiawi secara kompleks. Hal ini akan mempengaruhi kualitas/kekuatan struktur beton tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai kekuatan beton yang didapat setelah terjadi kebakaran. Pada penelitian yang dilakukan oleh Daga, 2002 tentang studi eksperimen kekuatan beton yang mengalami kebakaran didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kekuatan tekan beton pada beton yang dibakar selama 2 jam pada suhu 300oC sebesar 1,082 MPa (4,74%) dan terjadi penurunan kekuatan tekan beton pada beton yang dibakar selama 5 jam pada suhu 500oC sebesar 3,563 MPa (15,60%). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sutapa, et.al, 2011 tentang pemulihan kuat tarik belah beton dengan variasi durasi perawatan pasca bakar didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada suhu pembakaran 800oC selama 200 menit, beton mengalami penurunan kekuatan tarik belah beton sebesar 2,296 MPa (68,393%) terhadap kondisi semula. Akan tetapi pada saat beton pasca bakar direndam dengan variasi durasi perendaman 7, 14 dan 28 hari terlihat bahwa selama perendaman 14 hari, mampu memberikan tingkat pemulihan kuat tarik belah beton pasca bakar secara optimum sebesar 67,908% terhadap beton standar atau hanya terjadi penurunan sebesar 32,092%. Perendaman yang semakin lama cenderung mengakibatkan penurunan tingkat pemulihan kuat tekan dan kuat tarik belah beton pasca bakar. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Daga, 2002 ini, terlihat bahwa apabila beton dibakar pada suhu ≤ 300oC, kekuatan beton dapat mengalami peningkatan tanpa dilakukannya perendaman untuk memulihkan kekuatan beton tersebut. Akan tetapi, beton yang dibakar pada suhu ≥ 300oC mengalami penurunan kekuatan beton. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sutapa, et.al, 2011 menunjukkan bahwa apabila beton dibakar pada suhu ≥ 300oC dengan rendaman juga dapat mengalami penurunan kekuatan. Namun pada saat beton direndam, setidaknya kekuatan beton mengalami penurunan yang lebih kecil dibandingkan dengan beton pasca bakar yang tidak direndam.Selain itu juga, pada ke-2 penelitian tersebut, hanya dilakukan pada satu jenis mutu beton saja. Menurut Nugraha, 2007, pada suhu 400oC pasta semen yang sudah terhidrasi terurai kembali sehingga kekuatan beton mulai terganggu. Hal ini menjadi menarik untuk melakukan penelitian kuat tekan beton pasca bakar pada suhu 400oC untuk mengetahui nilai kuat tekan beton yang didapat setelah melakukan perlakuan standar, perlakuan beton pasca bakar dengan dan tanpa perendaman terhadap beberapa variasi mutu beton.

MATERI

Penelitian Terdahulu

Berbagai informasi dari penelitian sebelumnya akan dipakai sebagai dasar pada penelitian ini agar penelitian ini tidak keluar dan lebih terarah pada inti permasalahan. Berbagai penelitian tersebut antara lain :

(3)

Studi Eksperimen Kekuatan Beton yang Mengalami Kebakaran

Dari hasil penelitian (Daga, 2002) didapatkan data kuat tekan rata-rata sebagai berikut : untuk beton normal (umur 28 hari) didapat hasil rata-rata kuat tekan f’cr = 22,837 MPa; untuk beton yang dibakar 2 jam (300ºC) f’cr = 23,919 MPa; untuk beton yang dibakar 5 jam (500ºC) f’cr = 19,274 MPa; dan untuk beton yang dibakar 10 jam (900ºC) f’cr = 17,200 MPa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kekuatan tekan beton pada beton yang dibakar selama 2 jam sebesar 1,082 MPa (4,74%) dan penurunan kekuatan tekan beton pada beton yang dibakar selama 5 jam sebesar 3,563 MPa (15,60%) serta penurunan kekuatan tekan beton yang dibakar selama 10 jam sebesar 5,637 MPa (24,68%).

Analisis Pengaruh Temperatur Terhadap Kuat Tekan Beton

Hasil penelitian (Ahmad, et.al, 2009) menunjukkan bahwa kuat tekan beton rata-rata menurun dengan adanya kenaikan temperatur. Beton yang telah dipanasi pada temperatur 200⁰C, 400⁰C dan 600⁰C, kuat tekan rata-ratanya berturut-turut sebesar 85,83%, 58,40% dan 35,08% dari beton normal. Model regresi yang dihasilkan jika berbentuk regresi linier, persamaannya adalah y = -0,2802x + 248,79dengan nilai R2= 0,8539. Sedangkan model regresi berbentuk regresi polinomial derajat 2 persamaannya adalah y = 10-4x2– 0,3402x + 255,65 dengan nilai R2= 0,8576.

Perubahan Perilaku Mekanis Beton Akibat Temperatur Tinggi

Hasil penelitian (Bayuasri, et.al, 2006) ini menunjukkan bahwa kekuatan perilaku elastisitas beton dan modulus beton setelah dibakar adalah sama, yaitu menurun. Tingkat degradasi dipengaruhi oleh suhu tercapai dan durasi.Semakin lama durasi dan semakin tinggi temperatur maka kekuatan sisa cenderung lebih kecil. Sebagai contoh, beton yang dibakar pada suhu 300°C selama 3 jam, kekuatan sisa beton ± 71,8%, dan untuk durasi 9 jam menjadi ± 60,04%. Perubahan kekuatan beton dan modulus elastisitas beton untuk berbagai mutu beton berbeda meskipun mereka dibakar pada suhu dan durasi yang sama. Misalnya pada suhu 600°C selama durasi 5 jam, kekuatan beton K225 kekuatan sisanya ± 36,40%, sedangkan K350 kekuatan sisanya ± 24,46%.

Pemulihan Kekuatan Tarik Belah Beton Dengan Variasi Durasi Perawatan Pasca Bakar Pada penelitian yang dilakukan oleh Sutapa, et.al, 2011 menjadi hal yang sangat penting untuk mengetahui keterkaitan antara durasi perawatan denganpeningkatan kembali kekuatan beton pasca bakar. Kuat tarik belah beton pasca dibakar pada temperatur +800oC rata-rata sebesar 31,707% ataumengalami penurunan sebesar 68.393% dari beton normal/standar. Sedangkan kuat tarik belah beton pasca bakar setelah perendaman selama 7, 14 dan 28 hari masing-masing sebesar 64.808%, 67.908% dan 56.494% terhadap beton standar atau hanya terjadi penurunan sebesar 35.192%, 32,092% dan 43,506%. Perendaman selama 14 hari mampu memberikan tingkat pemulihan kuat tarik belah beton pasca bakar secara optimum.Perendaman yang semakin lama cenderung mengakibatkan penurunan tingkat pemulihan kuat tarik belah beton pasca bakar.

Beton

Sifat-sifat beton pada umumnya dipengaruhi oleh kualitas bahan, cara pengerjaan, dan cara perawatannya. Karakteristik semen mempengaruhi kualitas beton dan kecepatan pengerasannya.Gradasiagregat halus mempengaruhi pengerjaannya, sedang gradasi agregat kasar mempengaruhi kekuatan beton.Pada saat keras, beton diharapkan mampu memikul beban sehingga sifat utama yang harus dimiliki oleh beton adalah kekuatannya.Kekuatan beton terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang digunakan atau tergantung pada faktor air semen dan derajat kekompakannya.Adapun faktor yang mempengaruhi kekuatan beton

(4)

Jurnal Teknik Sipil Vol. III, No. 2, September 2014

Cornelis, R., et.al., “Kajian Kuat Tekan Beton Pasca Bakar dengan dan tanpa Perendaman Berdasarkan Variasi Mutu Beton”

164 adalah perbandingan berat air dan semen, tipe dan gradasi agregat, kualitas semen, dan perawatan (curing).

Ketahanan Beton Terhadap Kebakaran

Kebakaran adalah sebuah proses kimia, yaitu oksidasi dari suatu material organik. Material organik adalah material yang mengandung unsur karbon pada susunan molekulnya. Oksidasi dari material organik ini akan menghasilkan unsur karbon, hidrogen, belerang serta cahaya dan panas. Peningkatan temperatur pada saat terjadi kebakaran menyebabkan perubahan pada sifat material dari sebuah elemen struktur.

Pengaruh Temperatur Tinggi Terhadap Beton

Menurut Nugraha, 2007Pengaruh temperatur tinggi terhadap beton dapat mengakibatkan perubahan, antara lain :

Pada suhu 100ºC:air kapiler menguap. Pada suhu 200ºC: air yang terserap dalamagregat menguap. Penguapan menyebabkan penyusutan pasta.

Pada suhu 400ºC:pasta semen yang sudah terhidrasi terurai kembali sehingga kekuatan beton mulai terganggu.

Ca(OH)2 → CaO + H2O

Agregat berubah pada temperatur tinggi tergantung pada struktur dan komposisi mineralnya.Bila semen ditambah pozzolan, yakni sejenis refraksi tanah yang istimewa, maka kehilangan kekuatan tekan pada suhu tinggi bisa dihindari.(Majalah Ilmiah UNUD yang dikutip oleh Daga, 2002). Pada suhu tinggi pozzolan juga bereaksi dan mengikat hidrasi yang terjadi, sehingga tidak hilang dan akan membentuk peningkatan kekuatan tekan pada temperatur tinggi. Apabila semen alumina dipakai sebagai pengganti Portland semen maka kalsium hidroksida tidak akan terjadi pada proses pengerasan beton dan beton yang terjadi jauh akan lebih tahan panas.

Dampak Kebakaran Pada Struktur Bangunan

Ciri-ciri struktur yang terjadi pada beton karena pengaruh temperatur yang tinggi adalah : 1. Kekuatan menurun.

2. Mengelupasnya beton. 3. Terjadinya retak-retak.

Jenis kerusakan yang sering terjadi akibat kebakaran antara lain : retak ringan, retak berat, beton pecah/terkelupas, voids ( lubang-lubang yang cukup dalam atau keropos), lendutan balok dan tulangan putus, hilang atau tekuk. Klasifikasi tingkat kerusakan gedung pasca kebakaran (Rizal, 2006) antara lain :

1. Kerusakan ringan.

Kerusakan ini berupa pengelupasan pada plesteran luar beton dan terjadinya perubahan warna permukaan menjadi hitam akibat asap yang mungkin disertai dengan retak-retak pada plesteran.

2. Kerusakan sedang.

Kerusakan ini berupa munculnya retak-retak ringan (kedalaman kurang dari 1 mm) pada bagian luar beton yang berupa garis-garis yang sempit dan tidak terlalu panjang dengan pola menyebar. Retak ini diakibatkan oleh proses penyusutan beton pada saat terjadi kebakaran.

(5)

Retak yang terjadi sudah memiliki ukuran lebih dalam dan lebar, terjadi secara tunggal atau kelompok. Jika terjadi pada balok kadang-kadang disertai dengan lendutan yang dapat dilihat dengan mata.

4. Kerusakan sangat berat.

Kerusakan yang terjadi sudah sedemikian rupa sehingga beton pecah/terkelupas sehingga tampak tulangan bajanya, atau bahkan sampai tulangan putus/tertekuk, beton inti hancur.

Penurunan Kekuatan Tekan Beton

Untuk dapat menghitung persentase penurunan kekuatan tekan beton pasca bakar dengan perendaman dan tanpa perendaman yang terjadi terhadap kuat tekan beton standar maka dapat digunakan rumus (Sutapa, et.al, 2011) sebagai berikut :

Penurunan BPB = × 100% ………... (2.1)

Penurunan BDP = × 100% ………... (2.2)

di mana :

BS = Beton standar BPB = Beton pasca bakar

BDP = Beton pasca bakar dengan perendaman

METODE PENELITIAN

Benda uji yang digunakan adalah kubus beton dengan ukuran 15 cm × 15 cm × 15 cm. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam 4 kelompok yaitu :

1. Kelompok A : Kelompok benda uji dengan mutu beton 25 Mpa 2. Kelompok B : Kelompok benda uji dengan mutu beton 22 MPa 3. Kelompok C : Kelompok benda uji dengan mutu beton 20 MPa 4. Kelompok B : Kelompok benda uji dengan mutu beton 15 MPa

Dalam setiap kelompok akan dibuat benda uji sebanyak 9 benda uji, dengan perincian jumlah sampel untuk setiap pengujian dapat ditunjukkan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Perincian Jumlah Sampel Penelitian

Kelompok

Jumlah Sampel Penelitian

Total Perlakuan Standar Perlakuan Beton Pasca Bakar Dengan Perendaman Perlakuan Beton Pasca Bakar Tanpa Perendaman A 3 3 3 9 B 3 3 3 9 C 3 3 3 9 D 3 3 3 9 Total Keseluruhan 36

(6)

Cornelis, R., et.al., “Kajian Kuat Tekan Beton Pasca Bakar dengan dan tanpa Perendaman Berdasarkan Variasi Mutu Beton”

Sampel dalam penelitian ini adalah

beton yaitu 15 MPa, 20 MPa, 22 MPa dan 25 MPa dengan lama/suhu pembakaran yaitu 3 jam/400ºC serta kubus beton yang sama namun tidak dibakar sebagai kontrol. Dari masing masing perlakuan untuk setiap

penelitian sebanyak 36 buah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinjauan Umum Benda Uji dan Alat Pembakar (Tanur)

Dalam penelitian ini digunakan benda uji berbentuk kubus.Sesuai dengan pengamatan penulis bahwa benda-benda uji tersebut sudah sesuai dengan dimensi yang disyaratkan dan benda uji tersebut dalam keadaan yang baik tanpa cacat sehingga benda uji tersebut layak dipakai selama penelitian ini berlangsung.Selain itu alat pembakar yang digunakan adala

memiliki suhu berkisar antara 30

Hasil Pengujian Bahan

Dari datahasil pengujian analisa saringan agregat halus

gradasi pasir dan kerikil seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1 :

Gambar 4.1 Grafik Uji Gradasi Pasir

Gambar 4.2 Grafik Uji Gradasi Kerikil

Jurnal Teknik Sipil

Cornelis, R., et.al., “Kajian Kuat Tekan Beton Pasca Bakar dengan dan tanpa Perendaman Berdasarkan Variasi Mutu

dalam penelitian ini adalah kubus-kubus beton yang telah dibakar dengan variasi mutu beton yaitu 15 MPa, 20 MPa, 22 MPa dan 25 MPa dengan lama/suhu pembakaran yaitu 3 jam/400ºC serta kubus beton yang sama namun tidak dibakar sebagai kontrol. Dari masing masing perlakuan untuk setiap variasi mutu beton diambil 3 buah sampel sehingga total sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinjauan Umum Benda Uji dan Alat Pembakar (Tanur)

Dalam penelitian ini digunakan benda uji berbentuk kubus.Sesuai dengan pengamatan penulis benda uji tersebut sudah sesuai dengan dimensi yang disyaratkan dan benda uji tersebut dalam keadaan yang baik tanpa cacat sehingga benda uji tersebut layak dipakai selama penelitian ini berlangsung.Selain itu alat pembakar yang digunakan adala

memiliki suhu berkisar antara 30oC - 3000oC.

Dari datahasil pengujian analisa saringan agregat halus dan kasar, diplotkan dalam grafik uji gradasi pasir dan kerikil seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1 dan Gamb

Gambar 4.1 Grafik Uji Gradasi Pasir

Gambar 4.2 Grafik Uji Gradasi Kerikil

Jurnal Teknik Sipil Vol. III, No. 2, September 2014

Cornelis, R., et.al., “Kajian Kuat Tekan Beton Pasca Bakar dengan dan tanpa Perendaman Berdasarkan Variasi Mutu 166

kubus beton yang telah dibakar dengan variasi mutu beton yaitu 15 MPa, 20 MPa, 22 MPa dan 25 MPa dengan lama/suhu pembakaran yaitu 3 jam/400ºC serta kubus beton yang sama namun tidak dibakar sebagai kontrol. Dari

masing-variasi mutu beton diambil 3 buah sampel sehingga total sampel

Dalam penelitian ini digunakan benda uji berbentuk kubus.Sesuai dengan pengamatan penulis benda uji tersebut sudah sesuai dengan dimensi yang disyaratkan dan benda uji tersebut dalam keadaan yang baik tanpa cacat sehingga benda uji tersebut layak dipakai selama penelitian ini berlangsung.Selain itu alat pembakar yang digunakan adalah tanur.Tanur ini

, diplotkan dalam grafik uji dan Gambar 4.2berikut ini

(7)

Dari Gambar 4.1 dan Gambar 4.2, diketahui bahwa pasir yang dipakai masuk pada zona 3 yakni golongan pasir agak halus dan kerikil yang dipakai masuk pada zona besar butir maksimum 40 mm.

Data hasil pengujian bahan direkapitulasikan dalam Tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pengujian Bahan

No. Jenis Pengujian Syarat Hasil

1. Analisa Saringan Agregat Halus

1,5 – 3,8 3,793

2. Analisa Saringan Agregat Kasar

6,0 – 8,0 7,253

3. Kadar Lumpur Agregat Halus

≤ 5% 3,556%

4. Berat Volume Padat Agregat Halus

1500 – 1800 (kg/m3)

1800,968 kg/m3 5. Berat Volume Padat Agregat

Kasar

1500 – 1800 (kg/m3)

1719,381 kg/m3 6. Berat Jenis dan Penyerapan

Agregat Halus

2,5 – 2,7 2,577

7. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

2,5 – 2,7 2,537

8. Kadar Air Agregat Halus - 2,563 9. Kadar Air Agregat Kasar - 0,378

Hasil Perhitungan Kebutuhan Bahan

Berdasarkan data hasil perencanaan campuran beton tersebut maka dapat ditentukan kebutuhan bahan yang digunakan untuk pembuatan 1 buah benda uji kubus untuk masing-masing kelompok mutu rencana beton yang didesain yakni 25 MPa, 22 MPa, 20 MPa dan 15 MPa.

Tabel 4.2 Kebutuhan Bahan untuk Membuat 1 Benda Uji

Kelompok Fcr (MPa)

Jumlah Kebutuhan Bahan Semen (gram) Pasir (gram) Kerikil (gram) Air (ml) A 25 1350,814 2265,157 4618,101 789,835 B 22 1282,128 2356,974 4594,349 790,455 C 20 1261,406 2433,495 4538,161 790,845 D 15 1261,406 2433,495 4538,161 790,845

(8)

Jurnal Teknik Sipil Vol. III, No. 2, September 2014

Cornelis, R., et.al., “Kajian Kuat Tekan Beton Pasca Bakar dengan dan tanpa Perendaman Berdasarkan Variasi Mutu Beton”

168

Hasil Slump Beton

Dari hasil pengukuran slump diperoleh nilai tinggi slump untuk masing-masing rencana campuran beton yakni untuk mutu rencana 25 MPa dan 22 MPa diperoleh tinggi slump sebesar 85 mm, mutu rencana 20 MPa dan 15 MPa diperoleh tinggi slump sebesar 110 mm. Tinggi slump yang diperoleh masih berada dalam rentang tinggi slump yang direncanakan yakni 75 mm sampai 150 mm.

Pembakaran Kubus Beton dan Perendaman

Proses pembakaran benda uji dilakukan dengan menggunakan tanur. Pembakaran dilakukan pada suhu ruangan 27oC (mulai dinyalakan tanur), suhu yang ditargetkan adalah 400oC sehingga untuk mencapai suhu tersebut dibutuhkan waktu selama 60 menit (1 jam) kemudian suhu 400oC dipertahankan selama 120 menit (2 jam) sehingga total waktu pembakaran adalah 180 menit (3 jam). Pembakaran dilakukan pada satu buah kubus sekali bakar karena dimensi tanur tidak memadai. Setelah itu proses pembakaran dihentikan, didiamkan ±30 menit dan benda uji dikeluarkan dari dalam tanur. Benda uji tersebut dibiarkan selama 2 hari di dalam ruangan kemudian beton pasca bakar yang tidak direndam tersebut diuji kuat tekannya sedangkan beton pasca bakar yang direndam dimasukkan dalam bak perendaman selama 14 hari lalu dibiarkan selama 2 hari di dalam ruangan dan setelah itu diuji kuat tekannya.

Hasil Pengujian Kuat Tekan

Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium didapatkan kuat tekan rata-rata untuk masing-masing perlakuan berdasarkan variasi mutu beton yang ditabulasikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan BetonPerlakuan Standar

Kelompok Berat rata-rata (kg)

Gaya Tekan rata-rata (kN) Kuat Tekan Rata-rata (MPa) A 8,315 663,33 29,48 B 8,228 640,00 28,44 C 8,175 600,00 26,67 D 8,123 585,00 26,00

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan BetonPerlakuan Pasca Bakar Dengan Perendaman

Kelompok

Berat rata-rata (kg)

Gaya Tekan rata-rata (kN) Kuat Tekan Rata-rata (MPa) A 8,240 581,67 25,85 B 8,218 543,33 24,15 C 8,184 503,33 22,37 D 8,121 436,67 19,41

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan BetonPerlakuan Pasca Bakar Tanpa Perendaman

Kelompok

Berat rata-rata (kg)

Gaya Tekan rata-rata (kN) Kuat Tekan Rata-rata (MPa) A 7,770 686,67 30,52 B 7,728 645,00 28,67 C 7,609 580,00 25,78 D 7,558 560,00 24,89

(9)

Pembahasan

Berdasarkan data hasil pengujian kuat tekan diperoleh kuat tekan rata

setiap kelompok mutu beton yang direncanakan pada setiap perlakuan. Perbandingan kuat tekan untuk setiap kelompok mutu beton pada setiap perlakuan dapat dilihat p

ini :

Gambar 4.3 Perbandingan Kuat Tekan Beton Untuk Setiap Mutu Beton Pada Setiap Perlakuan

Berdasarkan Tabel 4.3; 4.4; 4.

1. Untuk perlakuan standar (BS) pada mutu beton 15 MPa menghasikan ku sebesar 26,00 MPa, pada mutu beton 20 MPa menghasilkan kuat tekan rata 26,67 MPa, pada mutu beton 22 MPa menghasilkan kuat tekan rata

dan pada mutu beton 25 MPa menghasilkan kuat tekan rata

Sehingga dapat dilihat bahwa pada mutu beton 25 MPa menghasilkan kuat tekan rata terbesar yaitu 29,48 MPa. Semakin besar mutu beton maka akan menghasilkan kuat tekan rata-rata yang semakin besar karena kuat tekan beton dipengaruhi oleh be

umur beton, faktor air semen, kepadatan, jumlah pasta semen, jenis semen, dan sifat a (Tjokrodimuljo, 2007). .

2. Untuk perlakuan beton pasca bakar tanpa perendaman (BPB) pada mutu beton 15 MPa menghasilkan kuat tekan rata

menghasilkan kuat tekan rata menghasilkan kuat tekan rata menghasilkan kuat tekan rata MPa menghasilkan kuat tekan rata

tekan rata-rata terjadi pada mutu beton 22 MPa dan 25 MPa sedangkan penurunan kuat tekan rata-rata terjadi pada mutu beton 15 MPa dan 20 MPa. Pada

tidak langsung diuji kuat tekannya melainkan didiamkan dalam ruangan selama 2 hari sehingga terjadi kemungkinan adanya penyerapan air dari udara yang lembab oleh beton pasca bakar tersebut. Adanya penyerapan air dari udara

ditandai dengan adanya peningkatan berat sampel beton. Uap air yang berubah menjadi titik titik air ini masuk ke dalam beton melalui celah/pori

semen. BPB mengalami peningkatan dan

Peningkatan kekuatan tekan terhadap beton standar disebabkan karena pada suhu tinggi

pozzolan juga bereaksi dan mengikat hidrasi yang terjadi, sehingga tidak hilang dan akan

Berdasarkan data hasil pengujian kuat tekan diperoleh kuat tekan rata-rata yang berbeda untuk setiap kelompok mutu beton yang direncanakan pada setiap perlakuan. Perbandingan kuat tekan untuk setiap kelompok mutu beton pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut

Gambar 4.3 Perbandingan Kuat Tekan Beton Untuk Setiap Mutu Beton Pada Setiap Perlakuan

; 4.5 dan Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa :

Untuk perlakuan standar (BS) pada mutu beton 15 MPa menghasikan ku sebesar 26,00 MPa, pada mutu beton 20 MPa menghasilkan kuat tekan rata

26,67 MPa, pada mutu beton 22 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 28,44 MPa dan pada mutu beton 25 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesa

Sehingga dapat dilihat bahwa pada mutu beton 25 MPa menghasilkan kuat tekan rata terbesar yaitu 29,48 MPa. Semakin besar mutu beton maka akan menghasilkan kuat tekan

rata yang semakin besar karena kuat tekan beton dipengaruhi oleh be

umur beton, faktor air semen, kepadatan, jumlah pasta semen, jenis semen, dan sifat a

Untuk perlakuan beton pasca bakar tanpa perendaman (BPB) pada mutu beton 15 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 24,89 MPa, pada mutu beton 20 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 25,78 MPa, pada mutu beton 22 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 28,67 MPa dan pada mutu beton 25 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 30,52 MPa. Terlihat bahwa pada mutu beton 25 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata terbesar yaitu 30,52 MPa. Peningkatan kekuatan rata terjadi pada mutu beton 22 MPa dan 25 MPa sedangkan penurunan kuat tekan rata terjadi pada mutu beton 15 MPa dan 20 MPa. Pada perlakuan ini, beton pasca bakar tidak langsung diuji kuat tekannya melainkan didiamkan dalam ruangan selama 2 hari sehingga terjadi kemungkinan adanya penyerapan air dari udara yang lembab oleh beton pasca bakar tersebut. Adanya penyerapan air dari udara yang lembab oleh beton pasca bakar ditandai dengan adanya peningkatan berat sampel beton. Uap air yang berubah menjadi titik titik air ini masuk ke dalam beton melalui celah/pori-pori kecil yang dapat bereaksi terhadap

BPB mengalami peningkatan dan penurunan kekuatan tekan terhadap beton standar. Peningkatan kekuatan tekan terhadap beton standar disebabkan karena pada suhu tinggi juga bereaksi dan mengikat hidrasi yang terjadi, sehingga tidak hilang dan akan rata yang berbeda untuk setiap kelompok mutu beton yang direncanakan pada setiap perlakuan. Perbandingan kuat tekan ada Gambar 4.3 berikut

Gambar 4.3 Perbandingan Kuat Tekan Beton Untuk Setiap Mutu Beton Pada Setiap Perlakuan

Untuk perlakuan standar (BS) pada mutu beton 15 MPa menghasikan kuat tekan rata-rata sebesar 26,00 MPa, pada mutu beton 20 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar rata sebesar 28,44 MPa rata sebesar 29,48 MPa. Sehingga dapat dilihat bahwa pada mutu beton 25 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata terbesar yaitu 29,48 MPa. Semakin besar mutu beton maka akan menghasilkan kuat tekan rata yang semakin besar karena kuat tekan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur beton, faktor air semen, kepadatan, jumlah pasta semen, jenis semen, dan sifat agregat

Untuk perlakuan beton pasca bakar tanpa perendaman (BPB) pada mutu beton 15 MPa sar 24,89 MPa, pada mutu beton 20 MPa rata sebesar 25,78 MPa, pada mutu beton 22 MPa rata sebesar 28,67 MPa dan pada mutu beton 25 MPa ahwa pada mutu beton 25 rata terbesar yaitu 30,52 MPa. Peningkatan kekuatan rata terjadi pada mutu beton 22 MPa dan 25 MPa sedangkan penurunan kuat tekan perlakuan ini, beton pasca bakar tidak langsung diuji kuat tekannya melainkan didiamkan dalam ruangan selama 2 hari sehingga terjadi kemungkinan adanya penyerapan air dari udara yang lembab oleh beton yang lembab oleh beton pasca bakar ditandai dengan adanya peningkatan berat sampel beton. Uap air yang berubah menjadi

titik-g dapat bereaksi terhadap penurunan kekuatan tekan terhadap beton standar. Peningkatan kekuatan tekan terhadap beton standar disebabkan karena pada suhu tinggi juga bereaksi dan mengikat hidrasi yang terjadi, sehingga tidak hilang dan akan

(10)

Jurnal Teknik Sipil Vol. III, No. 2, September 2014

Cornelis, R., et.al., “Kajian Kuat Tekan Beton Pasca Bakar dengan dan tanpa Perendaman Berdasarkan Variasi Mutu Beton”

170 membentuk peningkatan kekuatan tekan pada temperatur tinggi. Penurunan kekuatan tekan terjadi karena pada saat beton terbakar, pasta semen yang sudah terhidrasi terurai kembali atau dapat ditulis Ca(OH)2 → CaO + H2O.Ca(OH)2 yang telah terurai kembali tidak dapat bereaksi dengan unsur-unsur silikat (SiO2) dan (Al2O3) yang terdapat dalam

pozzolansehingga mengakibatkan kuat tekan beton menurun.

3. Untuk perlakuan beton pasca bakar dengan perendaman (BDP) memiliki kuat tekan rata-rata pada setiap variasi mutu betonyang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan beton standar dan perlakuan beton pasca bakar tanpa perendaman (BPB). Pada mutu beton 15 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 19,41 MPa, pada mutu beton 20 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 22,37 MPa, pada mutu beton 22 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 24,15 MPa dan pada mutu beton 25 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 25,85 MPa. Sehingga dapat dilihat bahwa pada mutu beton 25 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata terbesar yaitu 25,85 MPa. Secara umum penurunan kekuatan beton pasca bakar dengan perendaman berhubungan dengan mutu beton yaitu dengan melihat perbandingan air dan semennya. Semakin kecil kadar air berarti jumlah semen yang belum bereaksi semakin banyak sehingga penurunan kuat tekan beton akan semakin kecil .Hal ini terjadi karena pada saat beton mengalami kebakaran dan setelah itu beton direndam, tidak terjadi reaksi kembali antara air dan semen sehingga tidak terjadi pengikatan kembali antara butiran dan spesi. Kapur dari hasil pembakaran bila ditambahkan air akan mengembang dan retak-retak (Corsika, 2013).

4. Pada mutu beton 25 MPa, jika dibandingkan dengan mutu beton yang lain pada perlakuan beton pasca bakar dengan dan tanpa perendaman maka dapat dilihat bahwa kuat tekan rata-rata yang dicapai adalah yang paling optimum.

5. Dari Tabel 4.3; 4.4; 4.5 dan Gambar 4.3 dapat dihitung persentase penurunan kekuatan beton pasca bakar dengan dan tanpa perendaman yang terjadi terhadap beton standar dengan menggunakan rumus yang tertera pada persamaan 2.1 dan 2.2.

Tabel 4.6 Tabulasi Perhitungan Persentase Penurunan BPB dan BDP

Mutu Rencana (fcr) 15 MPa 20 MPa 22 MPa 25 MPa Penurunan BPB (%) 4,274 3,333 -0,781 -3,518 Penurunan BDP (%) 25,356 16,111 15,104 12,312

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa persentase penurunan kekuatan beton pasca bakar tanpa perendaman (BPB) terbesar terjadi pada mutu beton 15 MPa sebesar 4,274% dan persentase penurunan kekuatan beton pasca bakar dengan perendaman (BDP) terbesar juga terjadi pada mutu beton 15 MPa sebesar 25,356%. Sedangkan persentase penurunan BPB yang terjadi pada mutu beton 22 MPa dan 25 MPa masing-masing sebesar -0,781% dan -3,518%. Tanda negatif (-) menyatakan bahwa beton mengalami peningkatan kekuatan tekan rata-rata terhadap kondisi semula pada perlakuan standar.Dari tabel diatas terlihat bahwa berdasarkan variasi mutu beton yang direncanakan terjadi suatu penurunan kuat tekan beton yang seragam.Semakin besar mutu beton/kuat tekan rata-rata beton maka semakin kecil persentase penurunan BPB maupun BDP yang terjadi terhadap beton standar.

PENUTUP

Kesimpulan

(11)

1. Besarnya nilai kuat tekan beton pada setiap perlakuan adalah :

a. Pada perlakuan standar, mutu beton 15 MPa menghasikan kuat tekan rata-rata sebesar 26,00 MPa, pada mutu beton 20 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 26,67 MPa, pada mutu beton 22 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 28,44 MPa dan pada mutu beton 25 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 29,48 MPa. b. Pada perlakuan beton pasca bakar dengan perendaman, mutu beton 15 MPa

menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 19,41 MPa, pada mutu beton 20 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 22,37 MPa, pada mutu beton 22 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 24,15 MPa dan pada mutu beton 25 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 25,85 MPa.

c. Pada perlakuan beton pasca bakar tanpa perendaman, mutu beton 15 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 24,89 MPa, pada mutu beton 20 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 25,78 MPa, pada mutu beton 22 MPa menghasilkan kuat tekan rata sebesar 28,67 MPa dan pada mutu beton 25 MPa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 30,52 MPa.

2. Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat perbandingan kuat tekan beton pasca bakar dengan perendaman dan tanpa perendaman terhadap kuat tekan beton standar yaitu :

a. Terjadi penurunan dan peningkatan kuat tekan beton pasca bakar tanpa perendaman terhadap kuat tekan beton standar. Penurunan kuat tekan beton terjadi pada mutu beton 15 MPa sebesar 4,274% dan pada mutu 20 MPa sebesar 3,333% sedangkan peningkatan kuat tekan beton terjadi pada mutu beton 22 MPa sebesar 0,781% dan pada mutu beton 25 MPa sebesar 3,518%.

b. Pada perlakuan beton pasca bakar dengan perendaman, penurunan kuat tekan rata-rata beton yang dicapai paling rendah jika dibandingkan dengan kuat tekan rata-rata beton pada perlakuan standar dan perlakuan beton pasca bakar dengan perendaman pada setiap variasi mutu beton. Penurunan kuat tekan rata-rata beton terhadap kuat tekan beton standar yaitu pada mutu beton 15 MPa sebesar 25,356%, pada mutu beton 20 MPa sebesar 16,111%, pada mutu beton 22 MPa sebesar 15,104%, pada mutu beton 25 MPa sebesar 12,312%.

Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Berdasarkan kesimpulan bagian 2.a bahwa kuat tekan beton yang mengalami kebakaran tanpa

dilakukannya perendaman menghasilkan penurunan kuat tekan beton yang lebih kecil dibandingkan dengan beton pasca bakar dengan perendaman sehingga dalam prakteknya di lapangan kegiatan pemadaman dengan penyiraman air atas bangunan beton yang terbakar hendaknya dilakukan secukupnya untuk memadamkan api. Setelah kegiatan pemadaman selesai maka bangunan beton tersebut dibiarkan sampai suhunya mencapai suhu ruangan kemudian bangunan beton tersebut dapat difungsikan kembali dengan tindakan perbaikan yang paling efisien dan tidak selamanya langsung dibongkar/dihancurkan karena elemen struktur bangunan yang terbakar masih memiliki kekuatan sisa.

2. Bagi yang tertarik melakukan penelitian tentang kajian kuat tekan beton pasca bakar dengan dan tanpa perendaman berdasarkan variasi mutu beton disarankan agar melakukan penelitian lanjutan tentang sifat mekanik/fisis beton pasca bakar terhadap beton bertulang yang menitikberatkan pada pengujian tulangan yang belum pernah diteliti sebelumnya.

(12)

Jurnal Teknik Sipil Vol. III, No. 2, September 2014

Cornelis, R., et.al., “Kajian Kuat Tekan Beton Pasca Bakar dengan dan tanpa Perendaman Berdasarkan Variasi Mutu Beton” 172

Daftar Pustaka

Ahmad I. A., Taufieq N. A. S dan Aras A. H. 2009. Analisis Pengaruh Temperatur terhadap Kuat Tekan Beton, Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar, Ujung Pandang.

Bayuasri T., Indarto Himawan dan Antonius. 2006. Perubahan Perilaku Mekanis Beton Akibat Temperatur Tinggi, Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang.

Corsika Y. & Karolina R. 2013.Analisis Perilaku Mekanis dan Fisis Beton Pasca Bakar, Departmen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, Medan.

Daga W. 2002. Studi Eksperimen Kekuatan Beton Yang Mengalami Kebakaran, Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana, Kupang. Nugraha P. & Antoni. 2007. Teknologi Beton Dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi,

Penerbit Andi, Yogyakarta.

Rizal Faisal. 2006. Evaluasi Kekuatan dan Metode Perbaikan Struktur Beton Pada Gedung Pasca Kebakaran, Jurnal Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe, Aceh.

Sutapa A. A Gede, Suputra Oka dan Mataram Karnata. 2011. Pemulihan Kekuatan Tarik Belah Beton Dengan Variasi Durasi Perawatan Pasca Bakar, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar.

Gambar

Tabel 3.1. Perincian Jumlah Sampel Penelitian
Gambar 4.2 Grafik Uji Gradasi Kerikil
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pengujian Bahan
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan BetonPerlakuan Standar  Kelompok  Berat rata-rata
+3

Referensi

Dokumen terkait

b. Hidrokel sekunder Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu masa dandianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan

Guru akan membantu memfasilitasi diskusi apabila tidak ada seorang siswa pun yang pernah berkunjung ke tempat tersebut, dengan menggunakan pertanyaan yang ada dalam teks?.

(ANP) maka yang menjadi rumusan masalah adalah: (1) Apa saja prioritas masalah dalam manajemen investasi lembaga Wakaf Uang di Sumatera Barat (2) Apa saja

Latar belakang masalah dari penelitian ini adalah adanya keterbatasan buku pegangan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak sekolah dasar kelas I pada mata pelajaran

Setelah melihat hasil wawancara terhadap responden yang kontra terhadap taklik talak sebagai perjanjian perkawinan dalam Islam, maka penulis akan menyimpulkan dari

Berdasarkan uraian di atas, maka apabila ditinjua dari sudut agenda setting maka Bangka Pos mengenai pemberitaan calon Bupati Bangka Pos dapat mengambarkan apa

2.Periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat dan apakah terdapat tanda – tanda infeksi daerah insersi. 3.Bila tidak ada insersi dan kapsul lain masih berada pada

45 Wibawa, Lasinta Ari Nendra ; Desain Dan Analisis Kekuatan Rangka Lemari Perkakas Di Balai Lapan Garut Menggunakan Metode Elemen Hingga.. DESAIN DAN ANALISIS KEKUATAN RANGKA