• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam memperlancar arus barang dan lalu lintas orang yang timbul sejalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam memperlancar arus barang dan lalu lintas orang yang timbul sejalan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran pelaku usaha ekspedisi selama ini dianggap sangat membantu dalam mempermudah pengiriman barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Pentingya untuk saling melengkapi satu sama lain, pelaku usaha ekspedisi muatan kapal muncul dalam memperlancar arus barang dan lalu lintas orang yang timbul sejalan dengan perkembangan masyarakat dan semakin tingginya mobilitas, sehingga menjadikan pengangkutan itu sendiri sebagai suatu kebutuhan bagi masyarakat.

Usaha ekspedisi kian bermunculan seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat atas jasa pengiriman barang. Dapat dilihat, banyaknya masyarakat melakukan jual beli jarak jauh, antar provinsi ataupun antar negara, pesanan pengiriman barang melalui muatan kapal pun meningkat drastis. Dengan memperbaiki dan meningkat kan pelayanan usaha pengiriman barang laut, pelaku usaha ekspedisi saling bersaing untuk memuaskan konsumennya dan menjadi rekanan yang dapat dipercaya.

Berdasarkan informasi PT Dataindo Inti Swakarsa (perusahaan yang melakukan survei industri dan menerbitkannya dalam bentuk data dan informasi keuangan), penyebaran pasar industri ekspedisi/jasa pengiriman serta usaha titipan berdasarkan beberapa wilayah di Indonesia antara lain, Jakarta memiliki pangsa pasar sebanyak 36,8% , Jawa Barat memiliki pangsa pasar sebanyak 3,4% , Jawa Timur memiliki pangsa pasar sebanyak 23,2% , Jawa Tengah memiliki pangsa

(2)

pasar sebanyak 6,1% , Sumatera memiliki pangsa pasar sebanyak 13,9 , Bali memiliki pangsa pasar sebanyak 5,2% , Sulawesi memiliki pangsa pasar sebanyak 3,8% , dan wilayah lainnya memiliki pangsa pasar sebesar 7,6%.2

Seperti yang diketahui saat ini, perkembangan jumlah perusahaan ekspedisi meningkat dengan pesat seiring kebutuhan masyarakat akan jasa pengiriman barang melalui pelaku usaha ekspedisi tersebut. Dalam tahun 2001 , jumlah perusahaan ekspedisi berjumlah 990 perusahaan. Kemudian pada tahun 2002 perusahaan ekspedisi meningkat dari 990 perusahaan menjadi 1.250 perusahaan. Kemudian jumlah tersebut bertambah lagi di tahun 2003 dari 1.250 perusahaan menjadi 1.391 perusahaan. Kemudian pada tahun 2004 terjadi peningkatan lagi dari 1.391 perusahaan menjadi 1.657 perusahaan. Dan pada tahun 2005 peningkatan jumlah perusahaan ekspedisi dari 1.657 menjadi 1.701 perusahaan.3

Dalam perkembangan jumlah perusahaan ekspedisi yang meningkat drastis setiap tahunnya ternyata tidak menjamin omzet yang diterima oleh perusahaan industri tersebut. Perkembangan omzet industri perusahaan ekspedisi mengalami naik turun. Pada tahun 2001 , omzet perusaahan ekspedisi sebesar Rp 68,61 Triliun. Lalu pada tahun 2002, omzet perusahaan ekspedisi mengalami penurunan yang lumayan besar menjadi Rp 65,93 Triliun. Kemudian pada tahun 2003 omzet perusahaan ekspedisi kembali mengalami penurunan menjadi Rp 63.3 Triliun. Kemudian pada tahun 2004, omezet perusahaan ekspedisi mengalami

2

(3)

sedikit penurunan menjadi Rp 62,94 Triliun. Kemudian pada tahun 2005, omzet perusahaan ekspedisi mengalami sedikit kenaikan menjadi Rp 63,03 Triliun.4

Gambar 1.1 Segmentasi Produk dan Jasa Industri Ekspedisi

Sumber: wartaekonomi.co.id

Para pelaku industri forwarding/ekspedisi biasanya terdiri dari kelompok Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL), Ekspedisi Muatan Pesawat Udara (EMPU), dan Ekspedisi Muatan Kereta Api (EMKA), serta perusahaan freight

forwarder. Pada 2005 ada 1.701 perusahaan yang bergerak di bisnis ini, atau

bertambah 44 perusahaan dibandingkan pada tahun 2004.

EMKL merupakan jasa ekspedisi yang paling banyak dimanfaatkan berbagai sektor industri di Indonesia. Porsi EMKL sekitar 50% dari total industri

forwarding/ekspedisi, disusul EMPU (20%), dan EMKA (20%). Sisanya, 10%,

merupakan jasa freight forwarding.

Dalam industri ekspedisi dan pengepakan ini terdapat 3 (tiga) jenis pasar yang saling berbeda, yakni general freight (muatan umum), specialized freight (muatan barang khusus), serta muatan angkutan udara, baik untuk pasar dalam

(4)

negeri maupun luar negeri. Berdasarkan segmen pasar, maka pengguna utama jasa industri ekspedisi adalah industri manufaktur, industri grosir dan industri retail (pengecer). Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.2 Segmentasi Pasar Utama Industri Ekspedisi

Sumber: wartaekonomi.co.id

Pihak yang menjalankan jasa pengiriman barang dikenal dengan ekspeditur. Ekspeditur atau di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut dengan UUPK) disebut dengan pelaku usaha dimana pelaku usaha tersebut menjalankan kegiatan usahanya dengan melakukan pengiriman barang. Terkait dengan usaha ekspedisi muatan laut, pelaku usaha ekspedisi muatan kapal melaksanakan usahanya dalam mengantarkan barang ke tempat yang dituju tanpa harus memiliki kapal itu sendiri. Pelaku usaha ekspedisi muatan kapal bekerja sama dengan pemilik kapal, maka pelaksanaan pengiriman barang sudah dapat dilakukan. Sedikit membingungkan dalam bentuk hubungan hukumnnya, karena pemilik barang hanya berhubungan dengan pelaku usaha ekspedisi muatan kapal tidak dengan

(5)

pemilik kapal. Walaupun demikian, usaha ekspedisi ini tetap laris dan diminati oleh masyarakat banyak.

Adanya hubungan 3 (tiga) pihak antara pelaku usaha ekspedisi muatan laut, pemilik barang dengan pemilik kapal, kenyataannya menimbulkan masalah ketika kapal yang digunakan untuk mengantarkan barang mengalami hal yang tidak terduga hingga tenggelam. Kerugian yang muncul pastinya tidak sedikit dan pada akhirnya menimbulkan pertanyaan, pihak mana yang harus bertanggung jawab. Pemilik barang melakukan perjanjian dengan pelaku usaha ekspedisi muatan kapal, akan tetapi pemilik barang tidak tahu menahu akan keberadaan pemilik kapal dimana pemilik kapal ini muncul diakibatkan adanya hubungan antara pelaku usaha ekspedisi muatan kapal dengan pemilik kapal.

Tenggelamnya kapal pastinya diakibatkan oleh sesuatu hal yang dapat berupa memang kelalain pihak pemilik kapal atau diluar dari kemampuan pemilik kapal. Hal ini sangat penting karena akan menunjukkan bentuk pertanggungjawaban atas timbulnya kerugian yang dialami oleh pemilik barang. Oleh karena itu pihak yang telah menimbulkan kerugian dapat tidak diminta pertanggungjawabannya apabila kerugian tersebut muncul diluar dari kuasanya.

Terkait penjelasan singkat mengenai usaha ekspedisi hingga timbulnya kerugian akibat tenggelamnya kapal diatas, maka diangkatlah judul Upaya Hukum Pemilik Barang Terhadap Pelaku Usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut Atas Kerugian Akibat Tenggelamnya Kapal Pengirim Barang Ditinjau Dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

(6)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut sebelumnya, dalam penelitian ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana perlindungan konsumen atas pemakaian jasa dari pelaku usaha menurut UUPK?

2. Bagaimana pertanggungjawaban pelaku usaha atas kerugian yang dialami pemilik barang akibat tenggelamnya kapal pengirim barang?

3. Bagaimana upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh pemilik barang terhadap pelaku usaha ekspedisi muatan kapal laut atas kerugian yang dialami akibat tenggelamnya kapal pengirim barang ditinjau dari UUPK?

C. Tujuan dan manfaat penulisan

1. Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui perlindungan konsumen atas pemakaian jasa dari pelaku usaha menurut UUPK.

b) Untuk mengetahui pertanggungjawaban pelaku usaha atas kerugian yang dialami pemilik barang akibat tenggelamnya kapal pengirim barang.

c) Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pemilik barang terhadap pelaku usaha ekspedisi muatan kapal laut atas kerugian yang dialami akibat tenggelamnya kapal pengirim barang ditinjau dari UUPK

(7)

2. Manfaat penulisan

Penulisan dari skripsi ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat kepada pembaca dan penulis sendiri, antara lain:

a. Manfaat teoritis

1) Memberikan pengetahuan yang benar bagi penulis sendiri mengenai upaya hukum pemilik barang terhadap pelaku usaha ekspedisi muatan kapal laut atas kerugian akibat tenggelamnya kapal pengirim barang ditinjau dari UUPK.

2) Memberikan pembangunan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan hukum pengangkutan laut.

b. Manfaat praktis

1) Memberikan kontribusi terhadap masyarakat untuk dapat mengetahui tentang hukum pengangkutan laut khususnya upaya hukum yang dilakukan pemilik barang terhadap pelaku usaha ekspedisi muatan kapal akibat tenggelamnya kapal pengirim barang.

2) Memberikan pemahaman pada pihak terkait seperti ; praktisi hukum, dan juga mahasiswa diharapkan memberikan manfaat yang cukup luas.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil pencarian yang telah dilakukan oleh penulis, penelitian mengenai “Upaya Hukum Pemilik Barang Terhadap Pelaku Usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut Atas Kerugian Akibat Tenggelamnya Kapal

(8)

Pengirim Barang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen”, belum pernah di tulis oleh mahasiswa lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara terutama Fakultas Hukum dan Penulisan ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan hasil plagiat atau diambil dari penelitian orang lain. Berikut adalah beberapa penulisan yang pernah dilakukan mahasiswa Fakultas Hukum USU yang berkaitan dengan muatan kapal:

1. Nama : Hartono NIM : 870200043

Judul : Peranan dan Tanggungjawab Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) Sebagai Pemilik Barang dan Bongkar Muat Barang

di Pelabuhan Belawan

2. Nama : Etmin H. Siahaan NIM : 900200073

Judul : Aspek Hukum Pertanggungjawaban Nahcoda Kapal atas Keselamatan Barang Pada Pengangkutan Laut

3. Nama : Boy Yudianto NIM : 930200037

Judul : Tinjauan Juridis Mengenai Tanggung Jawab Pengangkutan Terhadap Kerusakan dan Kehilangan brang-barang Melalui

Angkutan Laut (Studi PT. Samudra Indonesia Cab. Medan Belawan) 4. Nama : Rachmawati

NIM : 910200170

(9)

Asuransi Sebagai Penanggung Terhadap Bahaya dan Resiko yang

Timbul Dalam Pengangkutan Laut (Studi di PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Medan)

5. Nama : Sumarsih Ermiyanti NIM : 940200235

Judul : Tinjauan Hukum Pertanggungjawaban Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (Studi Kasus PT. Trans Uka Qana’ah)

Penulisan skripsi ini merupakan ide, gagasan pemikiran dan usaha penulis sendiri bukan merupakan hasil ciptaan atau hasil penggandaan dari karya tulis orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Dengan ini penulis dapat bertanggung jawab atas keaslian penulisan skripsi ini.

Walaupun ada beberapa kemiripan seperti judul diatas karena berkaitan dengan ekspedisi muatan kapal laut , akan tetapi terdapat perbedaan yang signifikan mengenai substansi pembahasan. “Upaya Hukum Pemilik Barang Terhadap Pelaku Usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut Atas Kerugian Akibat Tenggelamnya Kapal Pengirim Barang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen” secara khusus lebih membahas mengenai upaya hukum yang dilakukan oleh pengirim barang terkait dengan kerugian yang dialaminya akibat kapal pengirim barang yang tenggelam dimana sebenarnya tidak ada hubungan hukum diantar pemilik barang dengan pemilik kapal karena yang seharusnya bertanggung jawab adalah pelaku usaha ekspedisi , bukan pemilik kapal. Sedangkan kelima judul diatas membahas pembahasan yang berbeda. Pada judul pertama membahas mengenai pertanggungjawaban pelaku

(10)

usaha terhadap konsumen yang dirugikan. Pada judul kedua membahas mengenai pertanggungjawaban nahkoda kapal atas barang-barang yang dibawa menggunakan kapal pengirim barang. Pada judul ketiga membahas mengenai pertanggung jawaban pelaku usaha terhadap konsumen yang dirugikan , sama hal nya dengan judul pertama. Pada judul keempat membahas mengenai tanggungjawab maskapai asuransi terhadap resiko yang dialami pelaku usaha pengkutan laut. Pada judul kelima juga membahas mengenai pertanggungjawaban pelaku usaha terhadap konsumen yang dirugikan.

Dalam hal mendukung penulisan ini dipakai pendapat para sarjana yang diambil atau dikutip berdasarkan daftar referensi dari buku para sarjana yang ada hubungannya dengan masalah dan pembahasan yang disajikan, baik berupa karya ilmiah maupun pasal-pasal dalam Peraturan Perundang-Undangan.

E. Tinjauan Pustaka

Pasal 3 UUPK menyatakan bahwa perlindungan konsumen bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

(11)

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsure kepastian hokum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha;

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/ataujasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen;

Pasal 1 angka 2 UUPK menyatakan bahwa, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 5

Pasal 1 angka 3 UUPK menyatakan bahwa, pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.6

5

Penjelasan Pasal 1 angka 2 UUPK: “Di dalam kepustakaan ekonomi dikenal istilah konsumen akhir dan konsumen antara. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk, sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya. Pengertian konsumen dalam undang-undang ini adalah konsumen akhir.”

(12)

Pasal 1 angka 4 UUPK menyatakan bahwa, barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Sedangkan yang dimaksud dengan jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.

Pasal 1 angka 10 UUPK menyatakan bahwa, klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

Pasal 1 angka 11 menyatakan bahwa, badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.7

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan.

F. Metode Penelitian

8

7

Penjelasan Pasal 1 angka 11 UUPK: “Badan ini dibentuk untuk menangani penyelesaian sengketa konsumen yang efisien, cepat, murah, dan professional.

8

Skripsi ini sebagai hasil penelitian tentu dihasilkan dari penerapan metodologi penelitian

(13)

sebagai pertanggungjawaban ilmiah terhadap komunitas pengemban ilmu hukum.9

1. Jenis dan sifat penelitian

Skripsi ini merupakan penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.10 Penelitian hukum normatif ini sendiri mencakup:11

a. penelitian terhadap asas-asas hukum, b. penelitian terhadap sistematika hukum, c. penelitian terhadap tahap sinkronisasi hukum, d. penelitian sejarah hukum, dan

e. penelitian perbandingan hukum

Penelitian normatif dapat dikatakan juga dengan penelitian sistematik hukum sehingga bertujuan mengadakan identifikasi terhadap pengertian-pengertian pokok/dasar dalam hukum,12

9

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi: Penelitian Hukum Normatif, Ed. Revisi (Malang: Bayumedia Publishing, 2008), hlm. 26.

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat, Ed. Pertama, Cet. Ketujuh (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 13-14.

11

Soerjono Soekanto, Op. cit., hlm. 51.

12

yakni upaya hukum pemilik barang terhadap pelaku usaha ekspedisi muatan kapal laut atas kerugian akibat tenggelamnya kapal pengirim barang ditinjau dari UUPK. Metode penelitian hukum normatif adalah untuk mengetahui atau mengenal apakah dan bagaimanakah hukum positifnya mengenai suatu masalah yang tertentu.

(14)

Penelitian ini juga dapat menjelaskan dan menerangkan kepada orang lain dan bagaimana hukumnya mengenai peristiwa atau masalah tertentu.13

Adapun sifat penelitian skripsi ini bersifat deskriptif analitis yang merupakan suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu peraturan hukum.14

Pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini, menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) atau studi dokumen (document study). Metode penelitian kepustakaan dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.

Jenis penelitian ini mempergunakan metode yuridis normatif, dengan pendekatan kualitatif. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian dengan penelusuran dokumen atau lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.

2. Data

15

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, seperti undang-undang, peraturan pemerintah, konvensi atau perjanjian

Sumber data dapat berasal dari data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data yang diperoleh penulis secara tidak langsung. Berikut data sekunder yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu:

13

C. F. G Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir abad ke-20. (Bandung: Alumni, 1994), hal. 140.

14Soerjono Seokanto,Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: UI Press, 1986), hal 63. 15

(15)

internasional, dan berbagai peraturan hukum nasional dan internasional yang mengikat, antara lain:

1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas 2) Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Kitab Undang-undang Hukum

Perdata

3) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

4) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal

5) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti: rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil-hasil karya dari kalangan hukum, dan berbagai karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan ini.

c. Bahan hukum tersier (tertier), yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder; contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan seterusnya. Selain itu, bahan tersier ini juga meliputi berbagai bahan primer, sekunder, dan tersier di luar bidang hukum yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan

(16)

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh suatu kebenaran dalam penulisan skripsi, dalam hal ini digunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (library research), yaitu mempelajari dan menganalisis data secara sistematis melalui buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, internet, peraturan perundang-undangan, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis data

Dalam menganalisis data penelitian digunakan analisis normatif kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang akan diuraikan secara singkat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Diawali dengan latar belakang penelitian, yang berisi alasan-alasan penulis mengambil judul sebagaimana tercantum diatas. Uraian-uraian dalam bab ini ditujukan sebagai penjelasan awal mengenai terminologi-terminologi yang digunakan untuk mengemukakan permasalahan dalam mengidentifikasi masalahsebagai proses

(17)

signifikasi pembahasan. Disamping itu untuk mempertegas pembahasan dicantum pula maksud dan tujuan serta manfaat penelitian beserta metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS PEMAIAKAN JASA

DARI PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Menjelaskan pengertian perlindungan konsumen. Dalam bab ini juga akan membahas mengenai hak dan kewajiban, perbuatan yang dilarang, ketentuan pencantuman klausula baku, tanggung jawab pelaku usaha, pembinaan dan pengawasan terkait dengan ruang lingkup perlindungan konsumen. tidak lupa juga pembahasan mengenai perlindungan konsumen Atas pemakaian jasa dari pelaku usaha menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen akan dibahas dalam bab ini.

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA EKSPEDISI

MUATAN KAPAL LAUT ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI PEMILIK BARANG AKIBAT TENGGELAMNYA KAPAL PENGIRIM BARANG

Menjelaskan Perjanjian pengangkutan barang melalui laut, hubungan hukum antara pelaku usaha ekspedisi muatan kapal laut, pemilik barang dan pemilik kapal, hak dan kewajiban para pihak,

(18)

bentuk tanggungjawab pelaku usaha ekspedisi muatan kapal laut atas kerugian yang dialami pemilik barang akibat tenggelamnya kapal pengirim barang

BAB IV UPAYA HUKUM PEMILIK BARANG TERHADAP PELAKU USAHA EKSPEDISI MUATAN KAPAL LAUT ATAS KERUGIAN YANG DIALAMI AKIBAT TENGGELAMNYA KAPAL PENGIRIM BARANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Menjelaskan mengenai upaya hukum pemilik barang terhadap pelaku usaha ekspedisi muatan kapal laut atas kerugian yang dialami akibat tenggelamnya kapal pengirim barang ditinjau dari undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen baik secara litigasi maupun non-litigasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan permasalahan yang telah dibahas dan dianalisis, dalam bab ini juga dikemukakan berbagai saran dari penulis yang dihasilkan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Gambar

Gambar 1.1 Segmentasi Produk dan Jasa Industri Ekspedisi
Gambar 1.2 Segmentasi Pasar Utama Industri Ekspedisi

Referensi

Dokumen terkait

Ditemukan adanya sistematika vertikal dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam Pasal 5 Ayat 4 yang berisi tentang

sumber data insani dari penelitian ini adalah guru Qur’an Hadist, serta. siswa kelas XI

kerentanan tinggi dari kecamatan yang diamati terdapat di kecamatan Pameungpeuk tepatnya di kawasan pariwisata pantai santolo Garut, yang dimana aktifitas manusia dikawasan

[r]

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode Discovery Learning dan motivasi terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Negeri 6 Blitar

Selanjutnya subjek menggunakan metode yang pernah diajarkan oleh guru sebelumnya yaitu metode eliminasi untuk menyelesaikan permasalahan dalam soal; (c) dalam tahap

Sehingga dengan memperhitungkan aspek penerimaan, sosial dan ekonomi, maka tarif ad valorum yang ideal adalah 25% dengan penurunan produksi sekitar 20% (dengan asumsi kondisi

Hasil bilangan peroksida, bilangan anisidin, dan bilangan total oksidasi minyak ikan impor memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan minyak ikan dalam negeri1. Minyak