4
Ergonomi berasal dari kata ergo dan nomos, ergo yang artinya kerja dan nomor yang artinya hukum. Maka dari itu pengertian ergonomi adalah ilmu yang membahas hubungan antara manusia dengan pekerjaannya. (Sritomo, 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor
Engineering, Biomechanics, Bio-Technology, Engineering Psychology, dan
lainnya.
Istilah ergonomi diresmikan pada tahun 1949, namun kegiatan yang berhubungan dengan ergonomi telah muncul pada puluhan tahun yang lalu (Nugroho, 2008). Sejak 4000 tahun yang lalu, ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya. Namun pengggunaan ergonomi secara terang - terangan dimulai saat Perang Dunia I yang digunakan untuk mengoptimalkan hubungan interaksi antara produk dengan manusia. Kemudian, penjelasan tentang ergonomi semakin meningkat setelah terjadinya Perang Dunia II dengan bukti nyata berupa penggunaan peralatan yang sesuai dengan kemajuan manusia dalam meningkatkan pekerjaan agar lebih efektif.
Bidang dalam ergonomi dikelompokkan secara rinci dan mencakup seluruh kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaan. Menurut Sutalaksana (1979) ilmu ergonomi dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :
1. Antropometri
Antropometri adalah keilmuan yang berhubungan dengan pengukuran keadaan fisik manusia. Dalam merancang alat atau sistem kerja yang aman dan nyaman membutuhkan informasi tentang dimesi tubuh yang sesuai. 2. Faal Kerja
Faal kerja merupakan keilmuan yang mempelajari tentang pekerjaan manusia yang bersifat fisik dan mental serta mempunyai intensitas yang
berbeda – beda. Intensitas yang tinggi menunjukkan bahwa pemakaian energi terlalu berlebihan, namun intensitas rendah dapat menimbulakn rasa bosan.
3. Biomekanika Kerja
Biomekanika kerja adalah salah satu aplikasi mekanika teknik yang digunakaan untuk meganalisa sistem dalam kerangka otot manusia.
4. Penginderaan
Secara biologis indera terdiri dari penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa. Masing – masing dari indera tersebut akan memberikan respon terhadap kerja indera lainnya.
5. Psikologi Kerja
Psikologi kerja adalah keilmuan yang membahas perbedaan khusus pada manusia diantaranya yaitu pendidikan, pengalaman, kepribadian, usia, nilai, motivasi, dan lainnya.
2.2 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Keselamatan kerja merupakan hal penting yang ada hubungannya dengan mesin, alat kerja, bahan baku, proses produksi, stasiun kerja, serta lingkungan (Ridley,2004). Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah pemikiran dan upaya yang dilakukan untuk mencapai keutuhan dan kesempurnaan tubuh tenaga kerja sehingga mendapatkan hasil karya yang baik. Sedangkan dalam keilmuan, K3 merupakan penerapan dan ilmu pengetahuan dalam usaha meminimalkan kemungkinan – kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang diakibatkan oleh kerja. K3 berhubungan erat dengan proses produksi, karena kaitannya selalu dengan proses produksi baik dalam jasa maupun industri. Tujuan dalam penerapan K3 adalah agar dapat menciptakan tempat kerja yang sehat, aman, serta bebas dari pencemaran sehingga dapat meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan pengertian – pengertian yang telah dijelakan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa peran K3 antara lain adalah :
1. Seluruh pekerja berhak mendapat perlindungan keselamatan disetiap pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan jumlah produk dan produktifitas
2. Seluruh pekerja di tempat kerja harus terjamin keselamatannya. 3. Seluruh sumber produksi harus digunakan secara aman dan efisien.
4. Agar dapat mengurangi biaya pengeluaran perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan ketika bekerja karena telah dipersiapkan tindakan antisipasi dari perusahaan.
Pada pasal 3 ayat 1 dan pasal 9 ayat 3 dalam Undang – Undang no. 1 tahun 1970 berbunyi “dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja untuk :
1. Mengurangi atau mencegah terjadinya kecelakaan. 2. Menghindari terjadinya kebakaran.
3. Menghindari terjadinya bahaya peledak.
4. Menyelamatkan diri sendiri pada waktu terjadinya kejadian yang membahayakan.
5. Memberikan pertolongan jika terjadi kecelakaan. 6. Memberikan alat pelindung diri (APD) pada pekerja.
7. Menghindari dan mengendalikan tibulkan penyakit akibat kerja. 8. Menciptakan dan memelihara kebersihan, ketertiban, dan kesehatan. 9. Mencapai hubungan yang seimbang antara tenaga kerja, cara kerja, alat
kerja, proses kerja, dan lingkungan.
10. Menyesuaikan keamanan pada pekerjaan yang memiliki risiko bahaya tinggi.
Sedangkan pada bagian 6 dalam Undang – Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan kerja, berbunyi : Kesehatan kerja dilakukan untuk mendapatkan produktivitas kerja yang optimal.
1. Kesehatan kerja mencakup perlindungan kesehatan kerja, syarat kesehatan kerja, dan pencegahan penyakit akibat kerja
2. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami oleh perusahaan sebelum menerapkan K3, yaitu :
1. Aturan yang ada berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Diselenggarakan untuk melindungi para tenaga kerja.
3. Penyakit akibat kerja dan risiko terjadinya kecelakaan.
Sasaran dari penerapan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) pada suatu perusahaan adalah :
1. Menjamin keselamatan operator dan orang lain.
2. Menjamin penggunaan peralatan yang aman untuk dioperasikan. 3. Menjamin proses produksi aman dan lancar.
Ada berbagai macam jenis bahaya yang ada dalam K3 dan telah dikategorikan menjadi 3 jenis, diantaranya :
1. Jenis fisika adalah kerusakan pendengaran, pencahayaan yang kurang, dan suhu tubuh yang tidak normal.
2. Jenis kimia adalah uap bahan kimia, gas bahan kimia, dan abu sisa pembakaran bahan kimia.
3. Jenis proyek adalah pemindahan barang yang tidak hati – hati sehingga melukai pekerja, kerusakan penglihatan, dan pengamanan yang kurang lengkap.
2.3 Hazard (Bahaya) dan Risk (Risiko)
Hazard atau bahaya adalah suatu keadaan, perubahan, maupun tindakan
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan (Sakit, 2015). Secara umum terdapat 5 faktor bahaya di tempat kerja, diantaranya adalah :
1. Faktor bahaya biologi yaitu jamur, virus, bakteri 2. Faktor bahaya kimia yaitu gas, debu, bahan beracun 3. Faktor bahaya fisik / mekanik yaitu mesin, tekanan
4. Faktor bahaya biomekanik yaitu posisi kerja, gerakan 5. Faktor bahaya sosial psikologis yaitu stress, kekerasan
Sedangkan pengertian risiko adalah macam – macam kegiatan yang mungkin terjadi dalam suatu kondisi tertentu (Labombang, 2011). Penilaian risiko adalah hasil dari perkalian antara nilai keparahan (severity) dengan nilai frekuensi (frequency) suatu risiko.
Menurut sumber – sumber penyebabnya, risiko dapat dibedakan menjadi beberapa katergori, yaitu :
1. Risiko eksternal adalah risiko yang berasal dari luar perusahaan
2. Risiko internal adalah risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. 3. Risiko operasional adalah risiko lain yang tidak termasuk dalam kategori risiko keuangan dan biasanya disebabkan oleh faktor manusia, alam, dan teknologi.
4. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor – faktor ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga dan tingkat bunga.
Manajemen risiko adalah proses mengukur, mengidentifikasi, dan memastikan strategi untuk mengelola risiko tersebut. Manajemen risiko dapat melibatkan metode, proses, maupun teknik yang dapat membantu manajer proyek memaksimalkan probabilitas dan konsekuensi dari nilai positif dan meminimalkan probabilitas serta konsekuensi nilai yang berlawanan. Sedangkan manajemen risiko K3 adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuah mencegah adanya kecelakaan kerja yang tidak diinginkan dalam sebuah sustem.
2.4 Metode SWIFT (The Structured What – If Analysis)
Metode SWIFT adalah teknik yang digunakan untuk mengetahui bahaya dari kegiatan – kegiatan yang ada serta disesuaikan dengan kemampuan analisa dari setiap anggota dalam meningkatkan serta mempersiapkan checklist (daftar periksa) yang digunakan untuk mengungkap kemungkinan – kemungkinan
terjadinya risiko bahaya yang terjadi selama proses produksi (Destrianty, Prassetiyo, & Ginanjar, 2012). Metode ini dikembangkan dengan tujuan dapat menganalisa bahaya yang ada di pabrik, namun metode ini juga mampu digunakan sesuai dengan sistuasi yang ada. Metode SWIFT ini mempunyai prosedur tinggi, selain itu juga bersifat fleksibel dan dapat dimodifikasi atau disesuaikan dengan keperluan setiap individu. Adapun tahapan dalam melakukan metode SWIFT, diantaranya:
1. Prepare the Guidewords : Tahapan menentukan kata acuan yang dapat digunakan sebagai alat dalam memudahkan untuk mengarahkan tim. 2. Assemble the Team : Menentukan anggota tim yang dapat dipercaya dalam
menjalankan metode SWIFT sesuai dengan objek yang akan dianalisa. 3. Background : Mengetahui alasan atau pemicu dilakukannya metode
SWIFT, seperti evaluasi kondisi.
4. Articulate the Purpose : Mengetahui tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam penerapan metode SWIFT misalnya seperti meningkatkan produktivitas pekerja.
5. Define the Requirement : Mengetahui tingkat kesuksesan yang akan didapatkan.
6. Describe the System : Mengetahui pemahaman tingkat tinggi, misalnya melakukan analisa risiko mengguakan tulisan atau gambar.
7. Identify the Risks / Hazards : Pada tahapan ini adalah permulaan penggunaan metode SWIFT, dengan menggunakan checklist pada setiap sistem atau proses. Seluruh partisipan harus melakukan contoh seperti “Bagaimana jika...” atau “Bagaimana bisa...” untuk mengetahui risiko yang berbahaya.
8. Asses the Risks : Pada tahapan ini memerlukan teknik analisa risiko untuk menentukan hubungan antara risiko dengan ancaman yang telah teridentifikasi.
9. Propose Actions : Tahapan ini adalah memberikan solusi untuk dilakukan pengendalian risiko dengan tujuan meminimalkan dampak yang telah ditimbulkan oleh risiko.
10. Review the Process : Pada tahap ini yaitu menentukan metode SWIFT sudah sesuai dengan tujuan diadakannya pengendalian risiko apa belum, atau analisis risiko yang lebih rinci membutuhkan untuk bagian dalam proses.
11. Overview : Menghasilkan hasil dari pelaksanaan metode SWIFT dalam bentuk dokumen untuk dikomunikasikan dengan pihak terkait.
12. Additional Risk Assessment : Melakukan analisis risiko lebih detail atau menggunakan teknik kuantitatif apabila diperlukan.
Kata - kata yang digunakan dalam penerapan metode SWIFT yaitu (Hakim, Yuniar, & Irianti, 2015) :
1. Severity adalah nilai keparahan yang disebabkan oleh permasalahan dalam sistem.
2. Frequency adalah jumlah untuk kemungkinan terjadinya kegagalan dalam permasalahan tersebut.
3. Risk Rating Number (RRN) adalah hasil yang didapatkan dari perkalian antara nilai severity dan nilai frequency. Hasil RRN digunakan untuk mennetukan prioritas suatu risiko yang akan diusulkan untuk mendapatkan perbaikan.
4. Safeguard adalah solusi yang diberikan untuk meminimalkan terjadinya risiko bahaya pada objek penelitian.
Beberapa fitur khas SWIFT diantaranya adalah :
1. Mampu mengidentifikasi bahaya, mampu mengevaluasi risiko dalam pengertian kualitatif, dan mampu merekomendasikan solusi yang sesuai. 2. Menggunakan keahlian kelompok dengan pengetahuan khusus tentang
kegiatan yang diteliti.
3. Metode ini merupakan metode yang menggabungkan antara pendapat, hasil diskusi, dan checklist.
Laporan kerja SWIFT dibuat sampai penilaian risiko menggunakan metode
Risk Rating Number (RRN). Pada metode ini dilakukan proses penilaian risiko
Tabel 2.1 Tingkat Keparahan Bahaya (Severity)
Deskripsi Kategori Nilai Definisi
Catastrophic I 4 Terjadinya kematian atau kehilangan pada sebuah sistem
Critical II 3
Terjadinya luka berat yang dapat menyebabkan cacat permanen
Penyakit parah yang diakibatkan kerja Terjadinya kerusakan berat pada sistem
Marginal III 2
Terjadinya luka sedang, yang hanya diperlukan perawatan medis
Penyakit ringan yang diakibatkan kerja Terjadinya kerusakan sebagian pada sistem
Neglicable IV 1
Terjadinya luka ringan, yang hanya diperlukan pertolongan pertama
Terjadinya kerusakan sebagian kecil pada sistem
Tabel 2.2 Klasifikasi Frekuensi Bahaya
Deskripsi Level Nilai Keterangan
Frequent A 5 Kejadian yang sering terjadi
Probable B 4 Kejadian yang terjadi beberapa kali Occasional C 3 Kejadian yang terjadi kadang – kadang
Remote D 2 Kejadian yang mungkin dapat terjadi Improbable E 1 Kejadian yang tidak mungkin terjadi
Untuk mendapatkan nilai risiko dari sumber bahaya diperoleh dengan menghitung nilai RRN (Risk Rating Number) sebagai berikut:
RRN = DPH x LO
LO = Likelihood of Occurance (Frequency)
Untuk melihat tingkat risiko setelah melakukan perhitungan RRN dapat dilihat tabel 2.4
Tabel 2.3 Peta Prioritas Risiko
RRN Tingkat Risiko
0,1 – 0,3 Prioritas yang tergolong paling rendah 0,4 – 4,0 Prioritas yang tergolong rendah 6,0 – 9,0 Prioritas yang tergolong menengah
≥ 10 Prioritas yang tergolong utama
2.5 Perbedaan Metode SWIFT, HAZOP, dan FMEA
Tabel 2.4 Perbedaan Metode SWIFT, HAZOP, dan FMEA
Keterangan SWIFT HAZOP FMEA
Pengertian
Teknik yang digunakan untuk mengetahui bahaya dari kegiatan – kegiatan yang ada serta mempersiapkan checklist untuk mengungkap kemungkinan terjadinya risiko bahaya yang terjadi selama proses produksi Teknik analisa bahaya yang digunakan untuk mempersiapkan keamanan dalam sebuah sistem baru untuk mengetahui potensi bahaya.
Metode yang digunakan dalam mengevaluasi kegagalan ketika terjadi dalam sebuah sistem, desain, maupun pelayanan.
Fokus
Mempertimbangkan penyimpangan dari operasi normal
Perangkat keras Arus proses
Hasil Usulan rekomendasi untuk keseluruhan mulai
Mengetahui tingkat risiko tiap kegiatan
Usulan perbaikan untuk risiko terbesar
dari tingkat risiko prioritas utama
selama proses produksi
Kelebihan
Metode yang membahas kecelakaan kerja secara spesifik dan lengkap mulai dari aktivitas operator, lingkungan, peralatan dan mesin, dan seluruh faktor eksternal yang dapat menghasilkan potensi bahaya.
Metode yang dapat mengidentifikasi risiko bahaya dengan tepat dan tidak hanya terfokus pada
keamanan melainkan juga
mengidentifikasi bahaya.
Metode ini meningkatkan kepuasan pelanggan dan dapat meningkatkan penilaian yang baik pada perusahaan.
Kekurangan
Metode yang kurang terstruktur dan jika orang yang kurang berpengalaman akan mengalami kesulitas ketika mengaplikasikannya. Metode ini membutuhkan waktu yang lama dan juga melelahkan. Tak hanya itu metode ini tidak efektif jika digunakan dalam penerapan dengan
multiple failure.
Implementasi metodenya membutuhkan input yang cukup besar, sulit untuk memperkirakan keadaan kegagalan sebagian dari bagian – bagian proses.
2.6 Penelitian Terdahulu
Metode SWIFT sebelumnya telah digunakan pada beberapa studi kasus yang membahas tentang kecelakaan kerja, dimana metode ini sangat membantu dalam meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja.
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu Metode SWIFT
No Penulis Judul Tahun Masalah Variabel /
Metode Hasil 1 Arie Desrianty, Hendro Prassetiyo, Gilang Ginanjar Rancangan Sistem Keselamatan Kerja Berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What-If Analysis), Studi Kasus di Stasiun Kerja Belt Grinding
Unit PRASKA PT. PINDAD Persero Bandung 2012 Penerapan SMK3 pada PT. PINDAD belum mendapatkan sertifikasi dengan alasan metode identifikasi bahaya yang digunakan belum cukup baik karena hanya menilai aktivitas operator. SMK3, Perhitungan RRN, SWIFT
Setelah melakukan analisa menggunakan metode tersebut, didapatkan hasil bahwa bahaya yang mendapatkan tingkat risiko prioritas utama adalah zat kimia, beban postur tubuh, dan lingkungan kerja yang kurang baik. Dan akhirnya didapatkan hasil
rekomendasi dalam bentuk penggantian metode kerja, pengadaan fasilitas keamanan keselamatan kerja, dan pengendalian administratif dalam bentuk display peringatan serta pengadaan pelatihan operator 2 Hadi Luqman Hakim, Yuniar, Lauditta Irianti Usulan Perbaikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Pabrik
Wire Rod Mill
Berdasarkan Metode SWIFT, Studi Kasus
di PT. X 2015 Sistem SMK3 yang kurang ditinjau secara berkala sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja hingga mencapai 40% dengan jenis kecelakaan mulai dari kecelakaan SMK3, Perhitungan RRN, SWIFT
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu dapat menentukan prioritas bahaya yang terjadi dan kemudian dibuat solusi perbaikan yang dapat direkomendasikan oleh perusahaan.
kecil hingga besar. 3 Hendro Prassetiyo, Arie Desrianty Rancangan Sistem Keselamatan Kerja Stasisun Kerja Induksi Furnace Berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What - If Analysis), Studi kasus di Unit PRASKA PT. PINDAD Persero Bandung 2013 SMK3 yang diterapkan PT. PINDAD hanya menilai aktivitas operator, sedangkan faktor - faktor lain seperti utilitym lingkungan, peralatan dan mesin, serta faktor eksternal yang dapat menghasilkan potensi bahaya tidak dipertimbangkan SMK3, Perhitungan RRN, SWIFT
Setelah didapatkan hasil bahaya yang menjadi prioritas utama, maka selanjutnya dihasilkan rekomendasi dalam bentuk penggantian metode kerja, pengadaan fasilitas keamanan keselamatan kerja, dan pengendalian administratif dalam bentuk display peringatan serta pengadaan pelatihan operator.
2.7 Metode – Metode Lain yang Berhubungan Dengan Identifikasi Risiko
Tabel 2.6 Metode – metode lain
Deskripsi Contoh
Keandalan teknik analisis
Mengukur keandalan teknis. Masukan untuk analisis risiko kuantitatif
FMEA/FMECA, PDS
Konsekuensi analisis
Mengidentifikasi efek dari beban kecelakaan dengan menggunakan model fenomena fisik
FTA, ETA Risiko kuantitatif
analisis
Mengidentifikasi dan menganalisis bahaya berdasarkan data kuantitatif
QRA/TRA Tugas analisis Metode faktor manusia untuk analisis tindakan dan keputusan
manusia. Dasar juga untuk analisis keandalan manusia.
HTA Keandalan
manusia analisis
Mengukur probabilitas kesalahan manusia dalam proses kerja. Masukan untuk analisis risiko kuantitatif.
HRA Risiko organisasi
analisis
Analisis pengaruh faktor – faktor organisasi dan manajemen dalam kaitannya dengan analisis risiko kuantitatif.
Risiko kualitatif analisis
Mengidentifikasi dan menganalisis peristiwa yang tidak diinginkan mungkin, penilaian kualitatif.
MANAGER, MACHINE, SAM, I-RISK, ORIM, OMT, WPAM, PHA Model sistemik Menganalisa ketahanan sistem berdasarkan sosio – teknis SWIFT,
HAZOP, HAZID, JSA, FRAM, STAMP Verifikasi analisis Melakukan verifikasi dan validasi manusia, teknis, organisasi,
serta kondisi