• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

1.2. Variabel dan Definisi Operasional

1. Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, apendiks itu bisa pecah.

2. Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status sosial seperti, tengkat pendidikan, perkerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya.

3. Umur adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan sesuatu yaitu berupa tahun, bulan dan hari. Umur terbagi atas masa kanak-kanak(5-11 tahun), masa remaja(12-17 tahun), masa dewasa(18-40 tahun), masa tua(40-65 tahun) dan masa lanjut usia (>65 tahun).

4. Jenis Kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies

sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual

untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu.

5. Suku yang ditinjau adalah suku Batak, suku Jawa, suku Karo, suku Melayu, dan suku Minang.

6. Pekerjaan yang ditinjau yaitu terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, wiraswasta, pelajar,petani/nelayan dan penderita apendisitis dengan status pension.

Umur Jenis kelamin

Suku Pekerjaan

(2)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif untuk melihat karakteristik penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan dan dilakukan selama dua bulan yakni pada bulan Agustus - September 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh pasien apendistis yang mendapatkan tindakan apendektomi maupun yang tidak mendapatkan tindakan apendektomi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari populasi yang didapat dari rekam medis. Adapun besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi (total sampling).

4.4. Teknik Pengambilan Data

Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan seluruh rekam medis pasien penderita apendisitis selama tahun 2009 yang didapat di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. Pada rekam medis tersebut dilihat variabel yang akan diteliti yaitu umur,jenis kelamin, suku dan pekerjaan sebagai karakteristik penderita apendisitis selama tahun 2009, lalu dilakukan pencatatan atau tabulasi.

(3)
(4)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H. Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang terpilih adalah sebanyak 60 orang penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik selama tahun 2009. Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yang diamati jenis kelamin, kelompok umur, suku dan pekerjaan.

Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat karakteristik subjek penelitian sebagai berikut:

(5)

Usia Jumlah Sampel Persentase (%) 1-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 >61 3 15 21 6 7 6 2 5,0 25,0 35,0 10,0 11,7 10,0 3,3 Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa penderita apendisitis dengan kelompok usia 1-10 tahun adalah sebanyak 3 orang (5%), kelompok usia 11-20 tahun adalah sebanyak 15 orang (25%), kelompok usia 21-30 tahun adalah sebanyak 21 orang (35%), kelompok usia 31-40 tahun adalah sebanyak 6 orang (10%), kelompok usia di atas 41-50 tahun adalah 7 orang (11,7%), kelompok usia 51-60 tahun adalah sebanyak 6 orang (10%) dan kelompok usia >60 tahun adalah sebanyak 2 orang (3,3%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki Perempuan 24 36 40.0 60,0 Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa penderita apendisitis dengan jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 24 orang (40%) dan perempuan adalah sebanyak 36 orang (60%).

(6)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Suku Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Batak Jawa 23 21 38,3 35,0 Karo 6 10,0 Melayu 9 15,0 Minang 1 1,7 Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa penderita apendisitis dengan suku Batak adalah sebanyak 23 orang (38,3%), suku Jawa adalah sebanyak 21 orang (35%), suku Karo adalah sebanyak 6 orang (10%), suku Melayu adalah sebanyak 9 orang (15%), suku Minang adalah sebanyak 1 orang (1,7%).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Perkerjaan Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Berkerja Pensiunan 1 6 1,7 10,0 Wiraswasta 6 10,0 Petani/nelayan 2 3,3 PNS 23 38,3 Pelajar 22 36,7 Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat bahwa penderita apendisitis yang tidak berkerja adalah sebanyak 1 orang (1,7%), yang pensiunan adalah sebanyak 6 orang (10%), yang berkerja sebagai wiraswasta adalah sebanyak 6 orang (10%), yang berkerja sebagai petani/nelayan adalah sebanyak 2 orang (3,3%), yang

(7)

5.2.1. Karakterisitik Penderita Apendisitis berdasarkan, Usia, Jenis Kelamin, Suku dan Pekerjaan

Berdasarkan karakteristik umur pada tabel 5.1. dapat dilihat bahwa penderita apendisitis paling banyak ditemukan pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 21 orang (35%) dan yang paling sedikit ditemukan adalah kelompok usia di atas 60 tahun sebanyak 2 orang (3,3%). Apendisitis bisa terjadi pada semua kategori umur. Puncaknya terjadi pada awal dekade kedua sampai awal dekade keempat, yaitu pada umur 20-40 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh pola makan yang kurang baik pada usia tersebut. Memang hal ini tidak terjadi pada setiap orang, tapi seperti kita ketahui bahwa usia 20-40 tahun bisa dikategorikan sebagai usia produktif, dimana orang yang berada pada usia tersebut melakukan banyak sekali kegiatan. Hal ini menyebabkan orang tersebut mengabaikan nutrisi makanan yang dikonsumsinya. Kebanyakan orang memakan makanan cepat saji agar tidak mengganggu waktunya, padahal makanan-makanan cepat saji itu tidak mengandung serat yang cukup. Akibatnya terjadi kesulitan buang air besar yang akan menyebabkan peningkatan tekanan pada rongga usus dan pada akhinya menyebabkan sumbatan pada saluran apendiks. Pada penelitian yang dilakukan oleh Emir Jehan di RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD dr.Pirngadi Medan dari November 2000-Juli 2001 didapati 60 penderita apendisitis dengan perbandingan penderita laki-laki dan perempuan adalah 1:1 dengan usia rata-rata pria 26,8 tahun dan wanita 25,3 tahun.

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 5.2. dapat dilihat bahwa penderita apendisitis yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini adalah penderita apendisistis dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang (40%) dan pada laki-laki sebanyak 24 orang (40%) dengan perbandingan 2:3. Menurut Emir Jehan ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan di usia remaja adalah 3:2. Namun setelah usia >25 tahun perbandingannya menjadi 1:1. Berdasarkan karakteristik suku pada tabel 5.3 dapat dilihat penderita apendisitis terbanyak terdapat pada suku Batak dan yang paling sedikit terdapat pada suku Minang. Hal ini mungkin disebabkan karena lokasi daerah yang menjadi tempat penelitian terdiri dari mayoritas dengan suku Batak.

(8)

Berdasarkan perkerjaan pada tabel 5.4. dapat dilihat penderita apendisitis terbanyak ditemukan pada penderita yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan jenis kelamin paling banyak dijumpai pada perempuan yaitu sebanyak 36 orang (60%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan usia paling banyak ditemukan padakelompok usia 21-30 tahun adalah sebanyak 21 orang (35%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan suku paling banyak dijumpai pada suku Batak yaitu sebanyak 23 orang (38,3%). Hal ini mungkin disebabkan karena tempat pengambilan sampel yang lebih didominasi oleh suku Batak. Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan pekerjaan paling banyak terdapat pada penderita apendisitis yang bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 23 orang (38,3%).

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian tersebut, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar lebih melengkapi data pada rekam medis mengenai status penderita di Rumah Sakit.

2. Bagi peneliti di masa yang akan datang agar dapat mengembangkan penelitian lebih dalam mengenai apendisitis.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Bahan baku yang dipergunakan untuk pembuatan

Hipotesis yang digunakan adalah Ho yaitu tidak ada pengaruh antara hasil belajar siswa dengan model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) terhadap hasil

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

HT sangat membantu petugas TL dan tanpa HT sulit koordinasinya kalau mau ideal HT 6 unit (Pengadaan HT untuk koordinasi di lapangan sangat diperlukan, pertama untuk memantau area

Nilai-nilai karakter yang dapat dipetik dari Wu Li adalah: mengajarkan murid untuk belajar dengan rasa percaya diri, mandiri, kerja keras, kritis, kreatif, bersemangat,

Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari memberikan daftar pertanyaan atau angket kepada pelaku bisnis di pasar Ngunut sebagai objek penelitian yang

Nilai tersebut memberikan langsung tiga jenis pemanfaatan yang ada gambaran bahwa keberadaan sumber daya didaerah itu, yaitu perikanan, pertanian dan perairan

harapan). 2) Kesungguhan ( seriousness), 3) Seorang da’i yang sedang menyampaikan atau membahas suatu topik dengan menunjukkan kesungguhan, akan menimbulkan sebuah