• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK KNOW-WANT-LEARN (KWL) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK KNOW-WANT-LEARN (KWL) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DENGAN TEKNIK KNOW-WANT-LEARN (KWL)

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

SISWA KELAS V SD

Ni L Widyawati1, Desak Pt. Parmiti2, Ndara Tanggu Renda3 1,3Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: widyawati.niluh@yahoo.com1, dskpt parmiti@yahoo.co.id2 ,ndra.renda@yahoo.com3.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif dengan teknik KWL dari pada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Tembuku Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment), dengan rancangan

post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V di SD

Gugus III tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 227 siswa. Sampel diambil dengan cara random sampling, pengundian didapatkan kelas V SD N 1 Yangapi sebagai kelas eksperimen dan SD N 6 Yangapi sebagai kelas kontrol. Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda satu jawaban benar. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif dengan teknik KWL pada kategori sangat tinggi (rata-rata sebesar 14,82), (2) hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berada pada kategori tinggi (rata-rata sebesar 12,54), (3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif dengan teknik KWL daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (thitung = 2,904>ttabel = 2,000). Adanya perbedaan yang

signifikan menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan teknik KWL berpengaruh terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Kata kunci: kooperatif dengan teknik know-want-learn (KWL), konvensional, hasil

belajar IPA.

Abstract

The study aimed to determine the difference between the science learning outcomes of

students who learned with the cooperative learning model with KWL technique of the group of students who learned with the conventional model of learning in the fifth grade of elementary school students in Cluster III, Tembuku district in Academic Year 2013/2014. This study is a quasi experimental study with the design of a post-test only control group

design .The population was fifth grade students in elementary school Cluster III in

academic year 2013/2014 with 227 students. Samples were taken by using random sampling, the draw got grade fifth of SD N 1 Yangapi as the classroom experiments and SD N 6 Yangapi as the control class. Science learning outcomes data were collected using a multiple-choice test one correct answer. The data obtained were analyzed using descriptive statistical analysis techniques and inferential statistics ( t-test). The results found that: (1) science learning outcomes of students who take cooperative learning model with KWL technique in the category of very high (average of 14.82), (2) science

(2)

learning outcomes of students who take conventional learning at the high category ( average of 12.54), (3) there are significant differences between the learning outcomes of students who take science learning with cooperative learning KWL technique with students who take learning with conventional learning models (tcalculate = 2.904 > ttable =

2.000). The existence of a significant difference suggests that learning using cooperative learning model with KWL technique affected science learning outcomes compared with conventional learning models.

Keywords : cooperative with know-want-learn (KWL) technique, conventional, science

learning outcomes. PENDAHULUAN

Era globalisasi yang diiringi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin hari semakin pesat. Perkembangan IPTEK membuat jarak yang jauh bukan lagi menjadi penghalang dalam mengakses segala informasi dari berbagai negara di dunia. Kuantitas informasi yang diperoleh

bergantung pada kemampuan

memanfaatkan kecanggihan teknologi itu sendiri. Hal ini menyebabkan kehidupan yang penuh persaingan tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, perkembangan IPTEK menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaiakan diri dengan perubahan zaman tersebut. Salah satu wadah yang seyogyanya dapat menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi adalah pendidikan (Suryadi, 2009).

Pendidikan sangat berperan dalam perkembangan diri peserta didik, karena pendidikan pada dasarnya bertujuan membangun dan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan kreativitas sehingga menjadi manusia dengan sumber daya yang tinggi. Oleh karena itu, lembaga pendidikan dituntut untuk meningkatkan kualitas pendidikannya sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatan kualitas pendidikan di Indonesia yaitu antara lain dengan penyusunan dan penyempurnaan kurikulum pendidikan, peningkatan sarana dan prasarana pembelajaran, melaksanakan penataran guru serta penerapan berbagai model pembelajaran inovatif (Sanjaya, 2006).

Keberhasilan implementasi Kurikulum dalam kegiatan pembelajaran di

kelas-kelas sekolah dasar sesuai yang diharapkan pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh pemahaman para pemangku kepentingan, utamanya guru. Guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan obyek belajar (Sanjaya, 2006). Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan

kemampuan guru dalam

mengimplementasikannya, maka semua akan kurang bermakna. Oleh sebab itu, peran fungsional guru dalam pembelajaran yang utama adalah sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivisme. Fasilitator adalah seseorang yang membantu peserta didik untuk belajar dan memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru menyediakan fasilititas pedagogis, psikologis, dan akademik bagi pengembangan dan pembangunan struktur kognitif siswanya. dengan kata lain, guru wajib dan harus menguasai teori pendidikan dan metode pembelajaran serta mumpuni (mastery) dalam penguasaan bahan ajar agar pembelajaran aktif dan lancar (Warsono dan Hariyanto, 2012).

Namun pada kenyataan

berdasarkan hasil observasi di sekolah, pembelajaran yang digunakan saat ini masih menerapkan model konvensional yakni pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah yang berpusat pada guru. Guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk unjuk kerja langsung, sehingga peranan guru sangat dominan di dalam proses pembelajaran. Penyapaian materi yang menoton menyebabkan hasil belajar siswa

(3)

kurang berkembang dengan optimal dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran tersebut akan berkurang sehingga siswa merasa bosan dalam menerima pelajaran.

Permasalahan tersebut hampir terjadi di semua mata pelajaran dan di semua jenjang pendidikan. Salah satunya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar. Menurut H.W. Fowler et-al (dalam Abdullah, 1991: 18) “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi”. Menurut Nokes (dalam Abdullah, 1991:18) “ IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus”. Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh /disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1991: 18). Jadi mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar menekankan pada pemberian pengalaman untuk mengembangkan kemampuan siswa agar mampu menjelajahi dan memahami lingkungan alam sekitar secara ilmiah. Melalui pembelajaran IPA, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan meningkatkan dasar teknologi sebagai tulang punggung pembangunan (Usman Samatowa, 2009). Namun pelajaran IPA terkadang menjadi pelajaran yang membosankan karena guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga banyak konsep abstrak yang sulit dipahami oleh siswa.

Mengingat kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode konvensional, guru seharusnya mampu menggali potensi yang dimiliki oleh peserta didik, mampu memotivasi peserta didik agar pengetahuan yang dimiliki peserta didik tereksplointasi secara optimal. Selain itu juga guru perlu menggunakan metode-metode dan model mengajar yang dapat mengaktifkan siswa diperkirakan akan

dapat meningkatkan hasil belajar, termasuk hasil bealajar IPA.

Pada kenyataannya, hasil penilaian dalam pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang belum mampu untuk memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada saat dilaksanakan ulangan umum dalam mata pelajaran IPA.

Berdasarkan hasil wawancara langsung yang dilakukan pada tanggal 9 Desember 2013 dengan beberapa guru yang ada di gugus III Kecamatan Tembuku yang menyatakan bahwa siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran IPA, siswa sulit memahami materi yang diberikan oleh guru, siswa cepat bosan belajar, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa cenderung rendah atau berada di bawah KKM.

Untuk mengatasi permasalahan ini, maka perlu adanya upaya perbaikan proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat, motivasi, dan aktivitas belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut, maka pengelolaan proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting guna meningkatkan motivasi belajar siswa agar mencapai hasil belajar yang optimal. Salah satu pengelolaan proses pembelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat, serta sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kesesuaiannya dengan materi pelajaran yang diberikan.

Mengingat demikian pentingnya peranan model dalam pembelajaran, maka peneliti menawarkan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang telah diuraikan di atas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Know- Want- Learn (KWL).

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto, 2009). Menurut Zamroni (dalam Trianto, 2009) mengemukakan bahwa manfaat dari

(4)

penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individu. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa.

Sedangkan teknik Know- Want-

Learn (KWL) merupakan teknik

pempelajaran yang dikembangkan oleh Donna Ogle (1986) dari National Louis

Universiti, suatu implementasi

pembelajaran kolaboratif yang menggunakan pembandu grafis. KWL singkatan dari Know-Want-Learn (Mengetahui-Ingin-Belajar). Teknik ini membantu siswa memikirkan informasi baru yang diterimanya. Selain itu juga bisa

memperkuat kemampuan siswa

mengembangkan pertanyaan tentang berbagai topik (Rahim, 2007). Tujuan pokok teknik Know-Want-Learn (KWL) adalah membuat siswa aktif berpikir selama membaca suatu tek bacaan. Jika semula berkembang dalam membelajaran bahasa, sekarang justru berkembang dalam pembelajaran sains (Warsono dan Hariyanto, 2012).

Penerapan model pembelajaran Kooperatif dengan teknik Know-Want-Learn

(KWL) dalam kegiaan belajar mengajar

pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SD Gugus III Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli bertujuan untuk mengetahui (1) hasil belajar IPA pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Know-Want-Learn

(KWL), (2) hasil belajar IPA pada siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional, (3) perbedaan yang signifikan hasil IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Know-Want-Learn (KWL) daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian semu

(quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Tempat pelaksaan penelitian ini adalah di SD Negeri 1 Yangapi dan SD Negeri 6 Yangapi Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli dari tanggal 15 Maret s/d 23 April 2014. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas V Sekolah Dasar di Gugus III Kecamatan Tembuku yang terdiri dari 8 Sekolah Dasar yaitu SD Negeri 1 Yangapi, SD Negeri 2 Yangapi, SD Negeri 4 Yangapi, SD Negeri 5 Yangapi, SD Negeri 6 Yangapi, SD Negeri 1 Peninjauan, SD Negeri 5 Peninjauan, dan SD Negeri 6 Peninjauan.

Untuk mengetahui apakah

kemampuan siswa kelas V masing-masing SD gugus III Kecamatan Tembuku setara atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan analisis varians satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa H0 yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai ulangan umum pada mata pelajaran IPA siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di SD Gugus III kecamatan Tembuku kabupaten Bangli diterima (Fhitung=1,129<Ftabel=2,73).

Pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling dengan cara undian. Dalam proses undian tersebut ditetapkan satu kelas sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan teknik KWL dan satu kelasnya lagi sebagai kelas kontrol dengan

diberikan model pembelajaran

konvensional. Hasil pengundian tersebut adalah SD Negeri 1 Yangapi terpilih sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 6 Yangapi sebagai kelompok kontrol. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah post-test only control group design. Kecamatanin ini dapat dilihat pada Tabel 1.

(5)

Tabel 1. Post-Test Only Control Group Design

Kelas Treatment Post-test

E X1 O1

K - O2

(Arikunto, 2005: 212) Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah metode tes. Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar IPA. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda dengan satu jawaban benar. Tes diberikan setelah siswa belajar dengan menggunakan kedua model pembelajaran dan materi habis disampaikan. Tes-tes yang telah disusun kemudian diujicobakan dengan menggunakan validitas tes, reliabilitas tes, tingkat kesukaran dan daya beda. Hasil uji coba instrumen dianalisis menggunakan Microsoft Office Excel 2007.

Dalam uji validitas diperoleh bahwa dari 30 butir soal yang diujicobakan diperoleh hasil yaitu 24 butir yang valid dan 6 butir yang gugur. Dalam penelilian ini, peneliti hanya menggunakan 20 butir soal untuk dijadikan soal post-test. Sementara dari uji reliabilitas tes untuk soal yang valid diperoleh bahwa tingkat reliabilitas tes sedang. Secara keseluruhan perangkat tes berada pada tingkat kesukaran 0,59 yang artinya kriteria sedang. Berdasarkan perhitungan terhadap 20 butir tes diperoleh 6 butir yang berkualitas baik, 12 butir tes berkualitas cukup baik dan 2 butir tes yang berkualitas kurang baik. Dari hasil

perhitungan terhadap 20 yang valid diperoleh daya beda perangkat tes sebesar 0,26, sehingga dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen hasil belajar IPA memiliki daya beda cukup baik.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dan uji prasyarat analisis. Teknik analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata (Mean), modus, median, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk grafik poligon. Pada uji prasyarat analisis dilakukan uji normalitas sebaran data, uji homogenitas varians, dan uji hipotesis. Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians).

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

N 28 35 Skor Maksimal 20 19 Skor Minimal 6 4 Mean 14,82 12,54 Median 15,1 11,9 Modus 15,5 11,06 Standar Deviasi 3,36 3,46 Varians 11,31 11,99

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok

eksperimen, yaitu: mean (M) =14,82, median (Md) = 15,1, modus (Mo) = 15,5 varians (s2) = 11,31, dan standar deviasi (s) =3,36. Data hasil post-test kelompok

(6)

eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk grafik polygon seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Data hasil belajar kelompok eksperimen

Berdasarkan pada Gambar 1, tampak bahwa sebaran data siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif dengan teknik KWL merupakan kurva juling negatif, karena Mo>Md>M (15,5 >15,1>14,82). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor kelompok eksperimen cenderung tinggi. Berdasarkan analisis data, diketahui rata-rata (mean) hasil belajar IPA siswa kelas ekperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan teknik KWL adalah 14,82. Jika dikonversikan ke dalam Skala Penilaian dan Kategori/Klasifikasi pada Skala Lima, rata-rata hasil belajar IPA siswa pada kelas eksperimen berada pada kategori sangat tinggi.

Sedangkan pada kelompok kontrol dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) =12,54, median (Md) = 11,9, modus (Mo) = 11,06 varians (s2) = 11,99, dan standar deviasi (s) =3,46. Data hasil post-test kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk grafik polygon seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Data Hasil belajar kelompok kontrol

Berdasarkan pada Gambar 2, tampak bahwa sebaran data siswa yang

mengikuti model pembelajaran

konvensional merupakan kurva juling positif, karena Mo<Md<M (11,06<11,9<12,54). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor kelompok kontrol cenderung rendah. Berdasarkan analisis data, diketahui rata-rata (mean) hasil belajar IPA siswa kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 12,54. Jika dikonversikan ke dalam Skala Penilaian dan Kategori/Klasifikasi pada Skala Lima, rata-rata hasil belajar IPA siswa pada kelas eksperimen berada pada kategori tinggi.

Setelah mengetahui hasil uji deskriptif kemudian dilakukan uji hipotesis. Namum sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data hasil belajar IPA siswa. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua sampel tersebut bedistribusi normal. Uji normalitas data hasil belajar IPA dianalisis dengan uji Chi-Square (

2) dengan kriteria apabila

2hitung <

2

tabel maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas didapatkan bahwa hasil uji normalitas data hasil blajara IPA pada kelas ekperimen, harga

hitung2 = 4,815<harga

2

tabel

=5,591. Uji normalitas pada kelas kontrol

hitung2 = 4,910<harga 2

tabel

=7,815. 0 2 4 6 8 10 12 6-8 9-11 12-14 15-17 18-20 Fr e ku ae n si Interval 0 2 4 6 8 10 12 14 16 4-6 7-9 10-12 13-15 16-18 19-21 Fr e ku e n si Interfal

(7)

Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada semua data analisis berdistribusi normal.

Sedangkan uji homogenitas varians data hasil belajar IPA dianalisis dengan uji F dengan kriteria kedua kelompok memiliki varians homogen jika F hitung < F tabel dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1–1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2– 1. Hasil uji homogenitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan

db pembilang = 35-1 = 34 dan db penyebut = 28-1 = 27 pada taraf signifikansi 5% diketahui Ftabel = 1,97 dan Fhitung = 1,06. Hal ini berarti bahwa Fhitung < Ftabel sehingga data hasil belajar IPA siswa bersifat homogen.

Dalam penelitian ini uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t dengan rumus polled varians. Adapun hasil analisis untuk uji-t dapat disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji Hipotesis

Hasil Belajar Vaians n Db thitung ttabel Kesimpulan Kelompok Eksperimen 11,31 28 61 2,904 2,000 H0 ditolak Kelompok Kontrol 11,99 35

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 2,904. Sedangkan ttabel dengan db = 61 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Hal ini berarti thitung lebih besar dari ttabel (2,902>2,000) sehingga H0 ditolak atau H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Know-Want-Learn (KWL) daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional siswa kelas V di Gugus III Kecamatan Tembuku tahun pelajaran 2013/2014.

PEMBAHASAN

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajran kooperatif dengan teknik Know-Want-Learn (KWL) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD N 1 Yangapi yang mengikuti model pembelajran kooperatif dengan teknik Know-Want-Learn (KWL) berada pada katagori sangat tinggi, dengan perolehan nilai modus 15,5, median 15,1, mean 14,82. Jika digambarkan dalam grafik polygon tampak bahwa kurva

sebaran data merupakan juling negatif, karena Mo>Md>M (15,5 >15,1>14,82) yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Sedangkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 6 Yangapi yang mengikuti model pembelajaran konvensional berada pada katagori tinggi, dengan perolehan nilai modus 11,06, median 11,9, mean 12,54. Jika digambarkan dalam grafik polygon tampak bahwa kurva sebaran data merupakan juling positif , karena Mo<Md<M (11,06<11,9<12,54) yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 2,904 dan ttabel (db= 61 dan taraf signifikansi 5%) = 2,000. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Dari hasil analisis tersebut, adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajran kooperatif dengan teknik Know-Want-Learn (KWL) berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SD Gugus III Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli.

Perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif dengan teknik Know-Want-Learn (KWL) dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran

(8)

konvensional, dapat disebabkan oleh perbedaan sintaks/langkah-langkah dalam proses pembelajaran. Pada model pembelajaran kooperatif dengan teknik Know-Want-Learn (KWL) memiliki langkah yang sangat kompleks yang memberikan siswa kesempatan untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatan diskusi di kelas, mempresentasikan hasil diskusi, dan mencari sendiri pengetahuan yang dimilikinya. Model pembelajaran kooperatif dengan teknik Know-Want-Learn (KWL) dirancang untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang mengedepankan kegiatan pemecahan masalah dengan memperoleh suatu materi baru dengan menggunakan teknik bertanya serta mengakses informasi dari sumber dipercaya dan pertukaran ide dengan anggota kelompok sebagai pokok pembelajaran. Dengan pandangan ini tentunya siswa tidak semata-mata diarahkan menemukan jawaban yang benar, tetapi bagaimana siswa bisa

mengembangkan pemahaman dan

sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat sehingga dengan berkerjasama di antara anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktifitas, dan hasil belajar.

Model pembelajaran kooperatif dengan teknik Know-Want-Learn (KWL) melibatkan tiga langkah dasar yang menuntun siswa dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui, menentukan apa yang ingin mereka ketahui, dan mengingat kembali apa yang mereka pelajari.

Langkah Pertama siswa memulai pembelajaran dengan menggali segala sesuatu yang mereka ketahui tentang suatu konsep. Konsep ini dicatat dalam kolom K dari papan KWL. Pada tahap kedua siswa membuat daftar pertanyaan tentang apa yang mereka ingin ketahui tentang konsep tersebut. Pertanyaan tersebut dicatat dalam kolom W. Kemudian tahap ketiga, informasi baru atau jawaban dari pertannyaaan kolom W yang telah mereka cari dari sumber yang dipercaya ini dicacat dalam kolom L dari tabel KWL. Dalam proses pembelajaran ini siswa tampak antusias saling bertukar pikiran dengan teman anggota kelompok ataupun siswa lainnya untuk memecahkan

dan mencari jawaban yang tepat terhadap masalah yang diberikan.

Sejalan dengan pernyataan Rahim (2007), salah satu manfaat yang dapat diraih dari implementasi teknik KWL adalah memberi kesempatan untuk siswa menemukan sendiri pengetahuan yang baru tanpa arahan dari guru atau pemberi perangkat informasi awal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang ditemukan oleh Jeanne Selvya (2012) yang menyatakan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Know-Want-Learn (KWL) dapat memupuk kerjasama dalam menjawab pertanyaan pada kolom W dan jawaban dicatat dalam kolom L. Siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali saat mereka berkerjasama untuk mengisi jawaban di kolom L. Suasana belajar-mengajar bersikaf terbuka dan demontratis.

Selain penelitian yang dilakukan oleh Jeanne Selvya, penelitian ini juga dilakukan oleh Sukarini (2011) dengan judul penelitian ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik KWL dan Kemampuan Berfikir Kreatif Terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SD No 6 dan 1 Tuban-Badung”. Penelitian tersebut menunjukkan hasil analisi data kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif teknik KWL memiliki skor hasil belajar IPS rata-rata sebesar 77,88, sedangkan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki skor hasil belajar IPS rata-rata sebesar 71,36. Jadi siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif teknik KWL lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Berbeda halnya dengan

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dengan teknik KWL, pada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, informasi hanya terjadi satu arah saja, dimana hampir seluruh proses pembelajaran dikendalikan oleh guru. Penjelasan yang diberikan oleh guru masih berorientasi pada buku dan guru jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah-masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan siswa juga tidak diberikan kesempatan untuk menemukan

(9)

sendiri konsep yang akan dipelajarinya. Siswa akan cenderung menghapalkan setiap materi yang diberikan tanpa memahami dan siswa tidak termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Situasi pembelajaran tersebut membuat siswa pasif dalam menerima pelajaran, sehingga daya pikir siswa tidak berkembang secara optimal. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dengan teknik KWL dapat meningkatkan hasil belajar IPA semester genap siswa kelas V SD Negeri 1 Yangapi, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli.

PENUTUP

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit sebesar 2,904. Sedangkan, ttab dengan db = 61 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif dengan teknik KWL dari pada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V di SD Gugus III Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014.

Selain hasil perhitungan uji-t, nilai rata-rata kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif dengan

Teknik Know-Want-Learn (KWL)

menunjukkan hasil belajar IPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas V di SD di Gugus III Kecamatan Tembuku (M=14,82>M=12,54). Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Know-Want-Learn (KWL) lebih berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Disarankan

kepada siswa-siswa sekolah dasar agar selalu terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan belajar yang

menyenangkan sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar IPA maupun mata pelajaran yang lainnya. Selain itu juga siswa di sarannkan untuk saling bekerjasama dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada didalam maupun diluar kelas serta dapat menciptakan rasa kebersamaan dalam proses pembelajaran agar mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal, (2) Disarankan kepada para guru agar menggunakan model pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Know-Want-Learn (KWL) khususnya dalam mata pelajaran IPA dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, (3) Disarankan kepada kepala sekolah untuk membina para guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (4) Disarankan kepada peneliti lain agar dapat menggunakan laporan hasil penelitian ini sebagai acuan kepustakaan dalam melakukan penelitian yang sejenis. Serta peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Know-Want-Learn (KWL) dalam bidang ilmu pengetahuan alam maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami, diantaranya masalah waktu pelaksanaan penelitian dan biaya yang digunakan dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah dan Eny Rahma. 1991. Ilmu

Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi

Aksara

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Padang: PT Bumi Aksara.

Samatowa, Usman. 2009. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.

(10)

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

Proses Pendidikan. Bandung:

Prenada Media Group.

Selvya, Jeanne. 2012. Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif

Berbantuan Teknik Know Want Learn Terhadap Prestasi Belajar IPS Ditinjau Dari Sikap Demokrasi Siswa Kelas IV SD Gugus IV Jimbaran, Badung. Tesis (tidak diterbitkan). Singaraja: Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukarini, Made. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik KWL dan Kemampuan Berfikir Kreatif Terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SD No 6 dan 1 Tuban- Badung. Tesis (tidak diterbitkan). Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning

Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryadi, Ace. 2009. Mewujudkan Masyarakat Pembelajar. Bandung: Widya Aksara Pres.

Trianto. 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta: Kencana.

---. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara

Warsono dan Hariyanto. 2012.

Pembelajaran Aktif Teori dan

Asesmen. Surabaya: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Gambar 2. Data Hasil belajar kelompok  kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Website Band Bondan Prakoso &amp; Fade2Black dibangun menggunakan visualisasi multimedia Visual Studio.Net 2005 dengan teknologi Ajax serta menggunakan software pendukung

average-based fuzzy time series models , hasil yang di dapat dari penelitian tersebut adalah dilihat dari nilai AFER menunjukkan bahwa metode ini mendekati nilai

Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: (1) Batik Majapahit adalah batik yang dikerjakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah bekas kerajaan Majapahit

38 Oleh karena itu, filsafat tidak hanya menjadi sebuah wacana pemikiran, namun sejatinya telah menjadi satu identitas dari sekian produk pandangan hidup yang memberikan

Summary of change:  Remove &lt;sequence/&gt; from AbstractFeatureMemberType XSD and allow author to choose model group (e.g. &lt;sequence minOccurs=”0”/&gt;,

[r]

Badan usaha pemegang izin usaha jasa penunjang tenaga listrik yang telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan sertifikasi badan usaha dan mendapatkan pengakuan

Untuk mendeskripsikan relevansi nilai-nilai materi pendidikan agama Islam yang terkandung pada novel Cinta dalam 99 Nama-Mu karya Asma Nadia dengan