• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

31

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian bertujuan untuk memahami suatu peristiwa dengan metode tertentu. Dalam penelitian ini digunakan studi deskriptif yang bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat (karakteristik) dan gambaran lengkap dari suatu keadaan yang dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. Studi deskriptif mencoba untuk mencari suatu uraian yang menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan. Maka itu pendeketan deskriptif memerlukan desain formal agar uraian tersebut benar-benar sudah mencakup seluruh persoalan setiap fasenya. Perumusan persoalan yang tepat akan menunjukkan informai macam apa yang sebenarnya diperlukan.

Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.

3.2 Tipe/Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian grounded-theory yang menggunakan pendekatan induktif dan mengumpulkan data menggunakan berbagai teknik lewat periode waktu yang tidak terbatas (Emzir, 2012:24). Dalam penelitian grounded-theory, data yang telah dikumpulkan secara

(2)

terus-menerus direview untuk membangun sebuah teori yang didasarkan (grounded) pada data. Metode ini didasarkan pada karya Glaser dan Strauss.

Teori yang dihasilkan dalam grounded-theory merupakan teori-teori praktis yang didesain untuk digunakan dalam konteks lapangan yang diteliti, maupun dalam setting yang sama. Peneliti grounded-theory berbeda dari peneliti kualitatif lainnya dalam hal mereka berharap temuan mereka dapat digeneralisasikan pda setting-setting lain. Para peneliti grounded-theory mendefinisikan kembali proses analisis data kualitatif dan menggunakan istilah constat somparison (perbandingan konstan) untuk mendeskripsikan metode analisis data ini. Perbandingan konstan adalah suatu prosedur di mana peneliti membandingkan satu komponen dari data dengan komponen lainnya dari data tersebut untuk menentukan persamaan dan perbedaannya. Dalam pendekatan ini, peneliti bertanggung jawab untuk mengembangkan teori-teori lain yang muncul dari pengamatan terhadap suatu kelompok. Teori-teori itu bersifat “grounded” dalam pengalaman-pengalaman kelompok yang diamati; tetapi peneliti menambahkan pemahamannya sendiri ke dalam pengalaman-pengalaman itu. Esensinya, grounded-theory berusaha mencapai suatu teori atau pemahaman konseptual melalui proses bertahap dan induktif. Jenis penelitian ini dianggap mewakili objek penelitian yang dipilih karena berupaya untuk membandingkan suatu proses dengan teori serupa yang sudah ada sebelumnya untuk membentuk suatu teori praktis. Tidak seperti triangulasi di mana seorang peneliti membandingkan data dari sumber yang berbeda untuk memvalidasi jawaban, komponen-komponen dalam perbandingan konstan dapat datang dari sumber data yang sama.

Menurut Strauss and Corbin (1990;23) grounded theory adalah teori yang diperoleh dari hasil pemikiran induktif dalam suatu penelitian tentang fenomena yang ada. Grounded-theory ini ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan melalui pengumpulan data secara sistematis dan analisis data yang terkait dengan fenomena tersebut. Oleh karena itu kumpulan data, analisis dan teori saling mempengaruhi satu sama lain. Peneliti tidak mulai dengan suatu teori kemudian membuktikannya, tetapi memulai dengan melakukan penelitian dalam suatu bidang, kemudian apa yang relevan dengan bidang tersebut dianalisis.

(3)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah teori, dengan demikian hasil akhir dari setiap studi ini akan menjadi sebuah analisis data untuk menghasilkan sebuah teori praktis (Emzir 2012:26). Creswell (1995) mengemukakan bahwa grounded-theory mengacu pada teori yang dikembangkan secara induktif dari data. Apabila dilakukan dengan baik teori yang dihasilkan cocok dengan data. Teori ini berbeda dengan teori yang dihasilkan secara deduktif dari grand- theory, tanpa bantuan data. Sedangkan menurut Strauss dan Corbin, tujuannya adalah menyusun teori yang tepat dan memberi gambaran yang jelas tentang bidang yang diteliti.

Selanjutnya menurut Strauss dan Corbin (1990: 23) terdapat empat kriteria utama untuk menilai apakah suatu grounded-theory dibangun dengan baik. Empat kriteria tersebut adalah:

1. Kecocokan (fit), apabila suatu teori itu tepat untuk kenyataan sehari-hari dari bidang yang benar-benar diteliti, dan cermat diterapkan untuk bermacam-macam data. Bila demikian itu berarti cocok (fit) untuk bidang yang benar-benar diteliti.

2. Dipahami (understanding), apabila grounded-theory menggambarkan kenyataan (realitas), ini juga berarti bersifat komprehensif dan dapat dipahami baik oleh individu-individu yang diteliti maupun oleh peneliti pada waktu melaksanakan studi di lapangan.

3. Berlaku umum (generality), jika data yang menjadi dasar grounded-theory itu komprehensif dan interpretasi-interpretasinya bersifat konseptual dan luas. Dengan demikian teori itu berlaku umum (generality).

4. Pengawasan (controll), memberikan pengawasan berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada fenomena. Hal ini disebabkan karena hipotesis-hipotesis yang mengajukan hubungan antar konsep - yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pembimbing penelitian – secara sistematik diambil dari data aktual yang berhubungan hanya pada fenomena.

(4)

3.3 Metode Penelitian

Secara sederhana penelitian dapat didefinisikan sebagai cara-cara yang sistematis untuk menjawab masalah yang sedang diteliti. Tuckman mengatakan bahwa “Research is a sistematic attempt to provide answers to questions. Such answer may be abstract and general as is often the case in basic research or they may be higly concrete and spesifics as is often the case in applied research.”. Kata sistematis merupakan kata kunci yang berkaitan dengan metode ilmiah yang berarti adanya prosedur yang ditandai dengan keteraturan dan ketuntasan (Sarwono, Jonathan; Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif; 2006:15). Karakteristik metode ilmiah diuraikan secara detail oleh Davis yaitu :

a. Metode harus bersifat kritis dan analitis yang berarti menunjukkan adanya proses yang tepat dan benar untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah tersebut.

b. Metode harus bersifat logis, artinya dapat digunakan untuk memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan pada bukti-bukti yang tersedia.

c. Metode bersifat obyektif sehingga obyektivitas tersebut menghasilkan penyelidikan yang dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.

d. Metode harus bersifat konseptual dan teoritis, maka itu eneliti membutuhkan pengembangan konsep dan struktur teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah agar dapat mengarahkan proses penelitian yang dijalankan.

e. Metode bersifat empiris, artinya metode yang dipakai berdasarkan data dari lapangan.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif sebagai metode yang sesuai untuk mencari jawaban atas topik yang diangkat. Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan metode ini, seperti yang diungkapkan oleh Creswell di antaranya adalah :

(5)

a. Studi kualitatif dipilih karena hakikat dari pertanyaan penelitian. Dalam studi kualitatif, pertanyaan sering dimulai dengan bagaimana atau apa. Dengan demikian, permulaan tersebut memaksa masuk ke dalam topik yang mendeskripsikan apa yangs edang berlangsung. Bebeda dengan pertanyaan kuantitatif yang menanyakan mengapa kemudian mencari perbandingan atau hubungan antara variable-variabel.

b. Karena topik tersebut perlu dieskplorasi karena tidak tersedia teori-teori untuk menjelaskan perilaku partisipan dan teori-teori perlu dikembangkan. c. Karena perlu menyajikan suatu pandangan yang mendetail tentang topik

tersebut.

d. Untuk meneliti individu yang latarnya alami sehingga harus memperoleh akses dan material langsung di lapangan.

Creswell mendefinisikan penelitian kualitatif yang kurang bertumpu pada sumber-sumber informasi, tetapi membawa ide-ide yang sama.ia menekankan suatu gambaran yang “kompleks dan holistic”, suatu rujukan pada naratif yang kompleks yang mengajak pembaca ke dalam dimensi jamak dari sebuah masalah atau isu dan menyajikannya dalam semua kompleksitasnya. Senada dengan itu, Catherine Marshall mengatakan kualitatif riset meruakan suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia.

Kompleksitas memberi gambaran bahwa sasaran yang diteliti bersifat kompleks dan saling terkait satu dengan yang lain sebagaimana karakteristik dalam kehidupan sehari-hari. Konsekuensi logis dari kondisi yang seperti ini, maka dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif masalah harus dipandang secara holistik tidak dapat difragmentasi dalam pecahan-pecahan atau bagian masalah seperti dalam penelitian kuantitatif. Masalah yang kompleks mempunyai ciri utama tidak berdiri sendiri dan terkait dengan masalah yang lain, oleh karena itu pemecahan masalahnya harus secara meneyeluruh dan tidak dilakukan secara sepotong-sepotong.

Sementara menurut Lodico, Spaulding, dan Voegtle (2006) penelitian kualitatif menggunakan metode penelaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang dapat diungkapkan. Penelitian kualitatif

(6)

berfokus pada fenomena social dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi. Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pemahaman pengetahuan dihasilkan dari setting sosial dan bahwa pemahaman pengetahuan sosial adalah suatu proses ilmiah yang sah (legitimate) (Lodico, Spaulding, dan Voegtle, 2006: 264)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Semua jenis data yang dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data secara kualitatif memiliki satu aspek kunci secara umum : analisisnya terutama tergantung pada keterampilan integratif dan interpretatif dari peneliti. Interpretasi diperlukan karena data yang dikumpulkan jarang berbentuk angka, kaya rincian, dan panjang (Gay & Airasian, 2000: 210). Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah :

3.4.1 Observasi

Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai “perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu”. Sedangkan observasi ilmiah adalah “perhatian terfokus terhadap gejalam kejadian, atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya, mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya, dan menemukan kaidah-kaidah yang mengaturnya.” (Garayibah, et.al.). Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Ketika sedang mengumpulkan data untuk tujuan penelitian ilmiah, kadang-kadang perlu memperhatikan sendiri berbagai fenomena, atau kadang-kadang menggunakan pengamatan orang lain.

Pada tahap awal, observasi dilakukan secara umum dengan mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya harus dilakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga dapat ditemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi untuk menemukan tema-tema yang akan diteliti. Salah satu peranan pokok dalam melakukan observasi ialah untuk menemukan interaksi yang kompleks dengan latar belakang sosial yang alami.

(7)

Observasi dapat diklasifikasikan dalam berbagai bentuk, yang mempunyai berbagai fungsi sesuai dengan tujuan dan metode penelitian yang digunakan. Berdasarkan tingkat pengontrolan dibedakan menjadi dua yaitu : a. Observasi Sederhana, adalah pengamatan yang tidak terkontrol, yang

merupakan gambaran sederhana dari pengamatan dan pendengaran. Gejala dan kejadian diamati sebagaimana terjadi secara apa adanya dalam kondisinya yang alami tanpa melakukan suatu kontrol ilmiah. Artinya tanpa dilakukan terlebih dahulu persiapan dan tanpa menggunakan peralatan yang canggih untuk mencatat dan mengambil foto-foto. Pengamatan semacam ini bermanfaat untuk mengumpulkan data awal tentang gejala dan kejadian sebagai pendahuluan bagi penelitian yang lebih mendalam dan terkontrol di masa yang akan datang.

b. Observasi Sistematis, adalah suatu pengamatan ilmiah yang terkontrol, yang direncanakan terlebih dahulu dan adanya kontrol ilmiah yang tinggi terhadap pengamatan dan peralatan pengamatan. Dalam observasi sistematik setting (waktu dan tempat) pengamatan juga dibatasi dan dipergunakan peralatan yang memadai untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, kamera, dan lainnya. Tujuannya untuk mengumpulkan data yang lebih mendalam tentang gejala-gejala topik penelitian yang membantu dalam perumusan hipotesis atau pengujian hipotesis.

Kemudian dapat dibedakan pula berdasarkan peran peneliti, yaitu menjadi :

a. Observasi Partisipan, adalah observasi yang dilakukan di mana peneliti berperan sebagai anggota dalam kehidupan objek yang menjadi topik penelitian dan ikut serta terlibat dalam semua aktivitas dan perasaan mereka, untuk selanjutnya memainkan dua peran yakni sebagai anggota peserta dalam kehidupan masyarakat dan sebagai peneliti yang mengumpulkan data tentang perilaku objeknya.

b. Observasi Non-Partisipan, adalah observasi di mana peneliti menjadi penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Artinya peneliti melihat atau mendengarkan pada situasi tertentu tanpa partisipasi aktiif di dalamnya.

(8)

3.4.2 Wawancara

Secara sederhana, wawancara terdiri atas sejumlah pertanyaan yang dipersiapkan oleh peneliti dan diajukan kepada seseorang mengenai topik penelitian secara tatap muka, dan peneliti merekam jawaban-jawabannya sendiri. Wawancara dapat didefinisikan sebagai “interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan, di mana slaah seorang melakukan wawancara dan meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya.” (Hasan dalam Garabiyah).

Dalam penggunaan teknik wawancara, keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari obyek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara. Dalam kebanyakan studi yang berhubungan dengan humaniora, teknik wawancara pribadi merupakan instrumen yang paling baik untuk memperoleh informasi. Keunggulan utama wawancara ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak. Sebaliknya, karena melibatkan aspek emosi, maka kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang diwawancarai sangat diperlukan.

Cara melakukan wawancara mirip dengan ketika sedang melakukan pembicaraan dengan lawan bicara kita. Wawancara dimulai dengan mengemukakan topik yang umum untuk membantu peneliti memahami perspektif makna yang diwawancarai. Hal ini sesuai dengan asumsi dasarpenelitan kualitatif, bahwa jawaban yang diberikan harus dapat membeberkan perspektif yang diteliti, bukan sebaliknya, yaitu perspektif dari peneliti sendiri. Yang diperlukan pewawancara agar proses wawancaranya berhasil adalah kemauan mendengar dengan sabar, dapat melakukan interaksi dengan orang lain secara baik, dapat mengemas pertanyaan dengan baik, dan mampu mengelaborasi secara halus apa yang sedang ditanyakan jika dirasa yang diwawancarai belum cukup memberikan informasi yang diharapkan.

Teknik wawancara dalam penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu wawancara dengan melakukan pembicaraan informal, wawancara umum yang terarah, dan wawancara terbuka yang standar.

(9)

Wawancara harus mempunyai tujuan tertentu agar tidak menjadi suatu percakapan yang tidak sistematis atau melakukan suatu percakapan yang tidak mempunyai ujung pangkal. Oleh karena itu, peneliti mempunyai tiga kewajiban, yaitu :

a. Memberitahu informan tentang hakikat penelitian dan pentingnya kerja sama mereka dengan peneliti;

b. Menghargai informan atas kerja samanya; dan c. Memperoleh informasi dan data yang diinginkannya.

Wawancara memungkinkan peneliti mengamati perilaku individu dan kelompok dan mengetahui pendapat dan keyakinan mereka dan terhadap apa yang berubah dengan perubahan pribadi dan kondisi mereka. Wawancara yang demikian dapat membantu menetapkan keabsahan dara yang telah diperoleh dari sumber-sumber atau instrumen lain. Pada penelitian ini dilakukan wawancara dengan bentuk pertanyaan terbuka. Wawancara terbuka, adalah wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya. Wawancara jenis ini memiliki kelebihan dari segi kekayaan data, akan tetapi sulit untuk mengklasifikasikan jawaban yang diajukan. Lebih banyak digunakan dalam penelitian kualitatif yang menuntut lebih banyak informasi apa adanya tanpa intervensi peneliti.

3.4.3 Dokumen

Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Apabila tersedia, dokumen-dokumen ini dapat menambah pemahaman atau informasi untuk penelitian. Metode pencarian data ini sangar bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek penelitian. Pikirkan secara cermat tentang partisipan dan bagaimana mereka berfungsi, sehingga bisa diputuskan dokumen seperti apa yang diperlukan untuk memperkaya observasi dan wawancara yang sudah dilakukan. Dengan mempelajari dokumen-dokumen tersebut, dapat mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh obyek yang diteliti.

(10)

Masalah pribadi dan hak cipta mungkin berimplikasi pada pengumpulan dokumen, maka adalah penting untuk menanyakan hal in ketika menemukan atau diberikan dokumen. Apabila diberikan izin untuk mencakup apa yang dipelajari dari dokumen-dokumen tersebut, dokumen tersebut harus dikutip secara memadai dan dimasukkan dalam daftar pustaka. Jika tidak diperoleh izin, jangan gunakan dokumen dalam bentuk cara apa pun (Genzuk, 2003: 6-7). Penggunaan dokumen berkaitan dengan apa yang disebut analisis isi. Cara menganalisis isi dokumen ialah dengan memeriksa dokumen secara sistematik bentuk-bentuk komunikasi yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk dokumen secara obyektif.

Kualitas dari jenis materi ini bervariasi. Sebagian materi hanya menyediakan bagian detail factual seperti tanggal. Yang lain dapat menjadi sumber deskripsi yang kaya tentang proses bagaiman mereka memproduksi materi tersebut. Tugas yang utama adalah mencari lokasi atau akses ke materi atau memutuskan apa yang akan diteliti dari rentangan luas materi yang tersedia (Bogdan & Biklen, 2007:133)

3.4.4 Online / Internet

Teknologi informasi saat ini memungkinkan para peneliti melakukan pencarian data dan atau informasi dengan menggunakan Internet sebagai media alat pengumpulan data yang cepat dan mudah dilakukan. Dengan tersedianya alat-alat pencarian yang canggih, akan semakin memudahkan untuk meneliti atau mengumpulkan data secara online.

Pencarian secara online ialah pencarian dengan menggunakan komputer yang tersambung Internet dengan metode dan alat pencarian tertentu pada server-server yang tersambung dengan Internet yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Karena tidak adanya sensor dalam Internet, maka perlu mengevaluasi kualitas tulisan buku/acuan yang ada di Internet di antaranya Nama Penulis, Titel atau Posisi, Afiliasi Organisasi, Tanggal Penulisan, dan Alamat Kontak.

(11)

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman sendiri mengenai materi-materi dan untuk menyajikannya apa yang sudah ditemukan kepada orang lain. Untuk sebagian besar, produksi akhir dari penelitian adalah buku, makalah, presentasi, atau rencana tindakan. Analisis data menggerakkan dari pembenahan halaman-halaman deskripsi ke produk tersebut (Prof. Dr. Emzir, M.Pd.. 2010:85-86). Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles dan Huberman yang mengatakan dan beranggapan bawa ada tiga macam alur kegiatan dalam analisis data kualitatif yang terjadi secara bersamaan, yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Secara umum Miles dan Huberrman membuatan gambaran seperti pada gambar berikut.

(12)

a. Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Hal ini terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara kualitatif. Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis melainkan merupakan bagian dari analisis. Ia adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan. Agar menjadi jelas data kualitatif dapat direduksi dan ditransformasikan dalam banyak cara, yaitu melalui seleksi halus, rangkuman atau paraphrase, menjadikannya bagian dalam suatu pola yang besar, dan seterusnya.

Sejumlah langkah analisis selama pengumpulan data menurut Miles dan Huberman adalah :

i. Meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan situasi di lokasi penelitian. Pada langkah pertama ini termasuk pula memilih dan meringkas dokumen yang relevan.

ii. Pengkodean. Pengkodean hendaknya memperhatikan setidak-tidaknya empat hal :

a. Digunakan simbol atau ringkasan.

b. Kode dibangun dalam suatu struktur tertentu. c. Kode dibangun dengan tingkat rinci tertentu.

d. Keseluruhannya dibangun dalam suatu sistem yang integratif. iii. Dalam analisis selama pengumpulan data adalah pembuatan catatan

obyektif. Peneliti perlu mencatat sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi sebagaimana adanya, faktual atau obyektif-deskriptif.

iv. Membuat catatan reflektif. Menuliskan apa yang terangan dan terfikir oleh peneliti dalam sangkut paut dengan catatan obyektif tersebut diatas. Harus dipisahkan antara catatan obyektif dan catatan reflektif.

(13)

v. Membuat catatan marginal. Miles dan Huberman memisahkan komentar peneliti mengenai subtansi dan metodologinya. Komentar subtansial merupakan catatan marginal.

vi. Penyimpanan data. Untuk menyimpan data setidak-tidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan :

a. Pemberian label;

b. Mempunyai format yang uniform dan normalisasi tertentu; dan c. Menggunakan angka indeks dengan sistem terorganisasi baik. vii. Analisis data selama pengumpulan data merupakan pembuatan memo.

Memo yang dimaksud Miles dan Huberman adalah teoritisasi ide atau konseptualisasi ide, dimulai dengan pengembangan pendapat atau porposisi.

viii. Analisis antarlokasi. Ada kemungkinan bahwa studi dilakukan pada lebih dari satu lokasi atau dilakukan oleh lebih satu staf peneliti. Pertemuan antar peneliti untuk menuliskan kembali catatan deskriptif, catatan reflektif, catatan marginal dan memo masing-masing lokasi atau masing-masing peneliti menjadi yang konform satu dengan lainnya, perlu dilakukan.

ix. Pembuatan ringkasan sementara antar lokasi. Isinya lebih bersifat matriks tentang ada tidaknya data yang dicari pada setiap lokasi.

Mencermati penjelasan di atas, seorang peneliti dituntut memiliki kemampuan berfikir sensitif dengan kecerdasan, keluasan serta kedalaman wawasan yang tertinggi. Berdasarkan kemampuan tersebut peneliti dapat melakukan aktivitas reduksi data secara mandiri untuk mendapatkan data yang mampu menjawab pertanyaan penelitian. Bagi peneliti pemula, proses reduksi data dapat dilakukan dengan mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi tersebut diharapkan wawasan peneliti akan berkembang, data hasil reduksi lebih bermakna dalam menjawab pertanyaan penelitian.

(14)

b. Model Data

Langkah utama kedua dari kegiatan analisis data adalah model data. “Model” didefinisikan sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun dan membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Bentuk yang paling sering dari moodek data kualitatif selama ini adalah teks naratif. Teks (dalam bentuk, katakanlah 3600 halaman dari catatan lapangan) adalah kesulitan yang mengerikan. Teks tersebut berserakan, tidak beraturan, dan sangat luas. Teks naratif, dalam pengertian ini, memuat terlalu banyak kemampuan memroses informasi manusia dan berpengaruh pada kecenderungan menemukan penyederhanaan pola-pola.

Model yang baik, yang mencakup berbagai jenis matrik, grafik, jaringan kerja, dan bagan, merupakan jalan masuk utama untuk analisis kualitatif yang valid. Semua dirancang untuk merakit informasi yang tersusun dalam suatu yang dapat diakses secara langsung dan dalam bentuk yang praktis sehingga dengan demikian dapat dilihat apa yang terjadi dan dapat dengan baik menggambarkan kesimpulan yang dijustifikasikan maupun bergerak ke arah analisis tahap berikutnya.

Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapi tujuan penelitian. Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal.

Miles and Hubermen menyatakan : ”the most frequent form of display data for qualitative research data in the post has been narrative text” / yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Miles dan Huberman membantu para peneliti kualitatif dengan model-model penyajian data yang

(15)

analog dengan model-model penyajian data kuantitatif statis, dengan menggunakan tabel, grafiks, amatriks dan semacamyan; bukan diisi dengan angka-angka melainkan dengan kata atau phase verbal.

c. Penarikan / Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatitf mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan proposisi-proposisi. Kesimpulan “akhir” mungkin tidak terjadi hingga pengumpulan data selesai, tetapi kesimpulan sering digambarkan sejak awal, bahkan ketika seorang peneliti menyatakan telah memproses secara induktif. Namun, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti buat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel.

Langkah verifikasi yang dilakukan sebaiknya masih tetap terbuka untuk menerima masukan data, walaupun data tersebut adalah data yang tergolong tidak bermakna. Namun demikian, pada tahap ini sebaiknya telah memutuskan antara data yang mempunyai makna dengan data yang tidak diperlukan atau tidak bermakna. Data yang dapat diproses dalam analisis lebih lanjut seperti absah, berbobot, dan kuat sedang data lain yang tidak menunjang, lemah, dan menyimpang jauh dari kebiasaan harus dipisahkan.

Kualitas suatu data dapat dinilai melalui beberapa metode, yaitu : i. Mengecek representativeness atau keterwakilan data.

ii. Mengecek data dari pengaruh peneliti. iii. Mengecek melalui triangulasi.

(16)

iv. Melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data yang dapat dipercaya.

v. Membuat perbandingan atau mengkontraskan data.

vi. Menggunakan kasus ekstrim yang direalisasi dengan memaknai data negatif.

Dengan mengkonfirmasi makna setiap data yang diperoleh dengan menggunakan satu cara atau lebih, diharapkan peneliti memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penarikan kesimpulan penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan baru yang belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya remang-remang atau gelap menjadi jelas setelah diteliti. Temuan tersebut berupa hubungan kausal atau interaktif, bisa juga berupa hipotesis atau teori.

Setelah melakukan ketiga tahap di atas, sebagai sebuah jalinan sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk paralel, akan menghasilkan pola yang dapat digunakan untuk menyusun domain umum yang disebut analisis. Ketiga tahap tersbut digambarkan sebagaimana berikut ini.

(17)

Dalam gambar di atas terlihat bawa ketiga jenis aktivitas analisis dan pengumpulan data tersebut membentuk suatu proses siklus interaktif. Dalam proses pengumpulan data, hal inilah yang dilakukan secara berulang-ulang secara terus menerus. Masalah reduksi data penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.

3.6 Teknik Keabsahan Data

Pada pengertian yang lebih luas reliabilitas dan validitas merujuk pada masalah kualitas data dan ketepatan metoe yang digunakan untuk melaksanakan proses penelitian. Lincoln dan Guba dalam Trochim (2008) mengusulkan empat kriteria untuk menilai kualitas penelitian kualitatif, yaitu : a. Kredibilitas, melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif adalah

kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam penelitian tersebut.

b. Transferabilitas, merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer.

c. Dependabilitas, secara esensial berhubungan dengan apakah akan diperoleh hasil yang sama jika dilakukan pengamatan yang sama untuk kali kedua. d. Konfirmabilitas, merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian dapat

dikonfirmasikan oleh orang lain.

Menurut Creswell melalui proses pengumpulan dan analisis data, peneliti perlu menjamin bahwa temuan dan interpretasi akurat. Validasi temuan berarti bahwa peneliti menentukan keakuratan atau kredibilitas dari temyan tersebut melalui strategi, salah satunya yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah member checking. Di sini peneliti mengecek temuan-temuan mereka dengan partisipan dalam studi untuk mengecek keakuratan dari keterangan tersebut. Member checking adalah suatu proses di mana peneliti menanyakan pada seorang atau lebih partisipan dalam studi untuk mengecek keakuratan dari keterangan tersebut. Pengecekan ini melibatkan pengambilan temuan kembali

(18)

kepada partisipan dan menanyakan kepada mereka, secara tertulis maupun lisan, tentang akurasi dari laporan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis ingin meneliti apakah tindak tanduk dan jalan pikiran tokoh-tokoh dalam novel ini sesuai dengan nilai moral masyarakat Jepang yang berlaku pada masa sebelum Perang Dunia

Jika salah satu dari masalah primal atau masalah dual tersebut memiliki solusi optimal, maka masalah lainnya juga memiliki solusi optimal dan nilai fungsi objektif optimalnya

Nilai KMO yang mendekati 1 bearti bahwa analisis faktor akan dapat memberikan hasil analisis yang interpretable terhadap variable yang dianalisis, sedangkan jika

Apabila penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, maka salah satu cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dimana pada konsentrasi Ribavirin 40 ppm ternyata plbs yang bebas CyMV adalah eliminasi yang sempurna sebesar 100% setelah

M embaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu di miliki siswa untuk dapat memasuki dunia belajar. Keberhasilan membaca pada siswa sekolah dasar ikut

dilakukan pengerikan dengan cara kuret atau D&C (Dillatation & Curettage). Kuret adalah operasi kecil yang biasa dilakukan untuk menekan penyebab haid berat. Teknik ini

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek