• Tidak ada hasil yang ditemukan

MULTI MEDIA AKSES (MMA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MULTI MEDIA AKSES (MMA)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

JETri,

Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 57-68, ISSN 1412-0372

MULTI MEDIA AKSES (MMA)

Suhartati A & Yuli KN

Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Trisakti

Abstract

The very high necessity of information force the development of information technology especially internet. Nevertheless, POTS still cannot satisfy their customers. The main factor which cause this problem is the internet access speed limitedness. Besides the telephone call and internet access must be used by turns. MMA offers high speed internet access by using ADSL lite technology and ATM to support various of multimedia applications. MMA also enable to use internet access and telephone simultaneously without need new customers’ line.As a service which offers high speed internet access, so in this paper some experiments of MMA access speed have been done. The conclusion of the experiment are internet access speed is not influences neither by the file size nor by using internet access and telephone call simultaneously.

Keywords: Data off loading, Asynchronous Transfer Mode (ATM), Asymmetric Digital

Subscriber Line (ADSL)

1. Pendahuluan

Kebutuhan manusia akan informasi yang begitu besar memicu berkembangnya teknologi informasi. Dengan penggunaan internet setiap orang akan dengan mudah mengakses data untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Maraknya penggunaan internet oleh berbagai kalangan mendorong tumbuhnya Internet Service Provider (ISP). Tuntutan pelanggan pada peningkatan kualitas layanan mengakibat-kan masing-masing ISP berusaha untuk memuaskan pelanggannya melalui pengembangan teknologi informasi. Akan tetapi layanan yang diberikan kepada pelanggan melalui POTS sebagai sarana penyaluran informasi terutama untuk keperluan mengakses internet dengan sistem konvensional sangat terbatas dengan berbagai kendala dan kekurangan.

Sebagai salah satu solusi pemecahan masalah tersebut, operator penyelenggara POTS menawarkan layanan MMA. MMA adalah layanan pada pelanggan POTS yang menawarkan akses internet berkecepatan tinggi dan percakapan telepon dapat dilakukan secara bersamaan. MMA memberikan keuntungan antara lain:

1. Kecepatan dalam mengakses internet yang dapat dicapai lebih tinggi dari sistem konvensional dengan menggunakan modem dial up.

(2)

JETri,

Tahun Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 57-68, ISSN 1412-0372

2. Untuk dapat mengakses internet melalui MMA, pelanggan hanya perlu menambahkan perangkat modem ADSL lite dan tidak perlu menambah saluran telepon lagi sehingga menekan biaya investasi jaringan.

3. Akses internet melalui MMA dapat dilakukan secara bersamaan dengan percakapan telepon secara simultan.

4. Jenis aplikasi multimedia yang dapat dilayani cukup bervariasi sesuai dengan kecepatan transmisi yang dapat dicapai.

5. Trafik penggunaan internet tidak lagi membebani prosesor dari sentral telepon.

2. Landasan Teori

Sistem yang digunakan pada MMA adalah data off loading, dimana pada sistem ini kanal percakapan telepon dipisahkan dengan kanal untuk penggunaan internet. Dengan demikian akses internet tidak lagi melalui sentral telepon melainkan melalui jaringan tersendiri. Otomatis ini akan meningkatkan kualitas dalam mengakses internet dan sekaligus juga mengembalikan fungsi sentral telepon yang dikhususkan untuk pelayanan telepon.

Implementasi dari MMA adalah penggunaan teknologi ADSL lite dan didukung oleh jaringan data digital berbasis ATM switch. Sesuai dengan namanya, Asymmetric Digital Subscriber Line lite merupakan varian dari teknologi xDSL (Mulyatno, 2001: 15) yang memiliki mode

transmisi asimetrik dengan kecepatan downstream maksimum  1,5 Mbps

dan upstream maksimum 512 kbps. Dengan karakteristik ini ADSL lite

sangat cocok digunakan untuk mengakses internet (Gunawan: 2000: 26). Pada umumnya sinyal informasi yang dikirim dari pelanggan hanya berisi perintah-perintah untuk proses pengiriman atau penerimaan sinyal sehingga kecepatan data yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi, sedang pengiriman data dari sumber layanan (server) ke arah pelanggan membutuhkan kecepatan yang tinggi. ADSL lite sering disebut juga sebagai splitterless ADSL dimana tidak diperlukan POTS splitter sebagai perangkat pemisah karena sudah terintegrasi di dalam perangkat tersebut. Teknik modulasi yang digunakan oleh ADSL lite adalah DMT (Discrete Multi Tone) yang merupakan modulasi multi carrier (Wilson, 1996: 407) (Liga, 1998: 15).

Lebar pita frekuensi sebesar  550 kHz pada kabel tembaga dibagi menjadi

128 subkanal dengan lebar tiap subkanal sebesar 4,3125 kHz. Subkanal pertama menempati daerah frekuensi dari 0 Hz sampai 4,3125 kHz, subkanal kedua menempati daerah frekuensi dari 4,3125 kHz sampai 8,625

(3)

Suhartati Agoes & Yuli Kurnia Ningsih, Multi Media Akses

kHz dan seterusnya sehingga jumlah seluruh pita frekuensi yang digunakan adalah 128 x 4,3125 kHz = 552 kHz. Diantara subkanal tersebut disediakan guardband sebesar 0,3125 kHz sehingga sisa lebar pita frekuensi yang digunakan adalah sebesar 4 kHz. Setiap subkanal tersebut dapat dimodulasi secara independen dengan kecepatan dari nol hingga maksimal 60 kbps menggunakan Inverse Discrete Fourier Transform (Proakis, 1996: 215).

Penggunaan enam subkanal pertama yaitu subkanal nomor 1 hingga subkanal nomor 6 disediakan untuk layanan telepon (POTS). Titik mula

(starting point) dari ADSL lite adalah pada frekuensi  25 kHz karena 6 x

4,3125 kHz = 25,875 kHz. Pada prakteknya layanan POTS berada pada frekuensi dari nol sampai 4 kHz, dengan demikian terdapat jarak yang cukup lebar antara layanan POTS dengan ADSL lite yang digunakan sebagai guardband. Dengan pemisahan spektrum frekuensi seperti ini memungkinkan penggunaan percakapan telepon dapat berlangsung bersamaan dengan proses penyaluran data secara simultan. Selain itu antara layanan POTS dan ADSL lite tidak akan saling mengganggu. Dijelaskan pada gambar 1. Arsitektur jaringan dari MMA membagi dua jalur transmisi antara data dan suara sebelum sinyal informasi masuk ke sentral.

Gambar 1. Pemisahan spektrum frekuensi

Fungsi dari perangkat-perangkat yang digunakan dalam MMA dijelaskan sebagai berikut.

1. Modem ADSL lite

Modem ADSL lite adalah perangkat yang perlu ditambahkan pada pelanggan. Prinsip kerja modem ADSL lite sama dengan modem lain yaitu mela-kukan proses modulasi dan demodulasi sinyal data yang ditransmisikan.

2. Digital Line Unit (DLU)

DLU merupakan pusat pemisahan antara saluran data dan kanal percakapan telepon. Untuk pelanggan pada daerah yang jauh dari host digunakan Remote Digital Line Unit (R-DLU) yang mempunyai konfigurasi sama dengan DLU.

(4)

JETri,

Tahun Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 57-68, ISSN 1412-0372

a. Modul SLMI: FMA

Modul ini merupakan modem ADSL lite pada sisi sentral. Satu modul ini dapat melayani delapan pelanggan. Sinyal suara yang keluar dari modul ini dihubungkan ke jaringan PSTN melalui circuit switch EWSD, sedangkan sinyal data dihubungkan ke jaringan data digital melalui packet hub.

b. Modul SLMI: PHA

Modul ini merupakan packet hub. Pada MMA modul ini berfungsi sebagai ATM multiplexer yang menyalurkan paket-paket data dari modul SLMI: FMA menuju ATM switch dan merespon paket-paket data dari ATM switch untuk diteruskan ke modul SLMI: FMA. Sel ATM secara langsung melewati modul ini dan jaringan dengan hanya menerjemahkan alamat dalam kepala sel (VPI) tanpa mengubah protokol.

3. Converter E3 to n  E1

Alat ini berfungsi untuk menurunkan kapasitas kecepatan dari 34 Mbps

menjadi n  2 Mbps untuk dapat ditransmisikan melalui saluran 2 Mbps

(E1). Konversi kecepatan dilakukan karena saluran antara R-DLU dengan ATM switch memanfaatkan ATM backbone pada jaringan Synchronous Digital Hierarchy (SDH) dimana hubungan antara jaringan ke R-DLU hanya tersedia saluran E1.

4. ADM (Add / Drop Multiplexer)

ADM merupakan perangkat pada SDH yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan kapasitas transmisi dari 2 Mbps yang disalurkan melalui saluran E1 untuk dapat ditransmisikan di jaringan setara STM 1

– STM 16 (155Mbps – 16  155 Mbps) pada jaringan data digital.

5. ATM switch

Merupakan perangkat tempat konsentrasi paket-paket data yang berasal dari Packet Hub. ATM switch merespon sel-sel ATM dari packet hub dan meneruskannya ke Broadband Remote Access Server (BRAS). Pada arah downstream perangkat ini merespon paket-paket data dari BRAS untuk meneruskannya ke Packet Hub sesuai dengan alamat yang ada pada kepala sel.

6. Broadband Remote Access Server (BRAS)

Perangkat ini berfungsi untuk merespon aliran data dari ATM switch dan melakukan routing data menuju ke ISP yang diinginkan. Selain itu BRAS juga menerima aliran data dari ISP untuk melanjutkannya ke pelang-gan melalui ATM switch. BRAS merekam billing berdasarkan jumlah data yang di-download.

(5)

Suhartati Agoes & Yuli Kurnia Ningsih, Multi Media Akses

7. Remote Authentication Dial-in User Service (RADIUS)

RADIUS adalah server yang memiliki fungsi manajemen. Melalui proses dial-up perangkat ini bekerja sama dengan BRAS akan mulai mencatat billing dari setiap pelanggan yang terhubung ke ISP.

Secara lebih jelas arsitektur jaringan MMA dapat dilihat pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Arsitektur Jaringan MMA

Jenis aplikasi yang dapat dilayani oleh MMA sangat beragam sesuai dengan besarnya kecepatan bit rate yang dapat dicapai dan teknologi ADSL lite yang digunakan, meliputi:

1. Layanan internet berkecepatan tinggi.

MMA menawarkan layanan internet dengan kecepatan tinggi dan akses internet juga dapat digunakan bersamaan dengan percakapan telepon.

(6)

JETri,

Tahun Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 57-68, ISSN 1412-0372

2. Video on demand (VoD).

VoD merupakan layanan televisi interaktif yang memungkinkan pelanggan mengakses video secara langsung (live) dan atau yang telah direkam sebelumnya.

3. Video conferencing.

Layanan ini memungkinkan pelanggan yang satu dengan lainnya melakukan konferensi jarak jauh dengan menampilkan gambar pelanggan pada layar monitor.

4. Music on demand

Pelanggan dapat mengakses lagu-lagu dan mendengarkannya secara langsung tanpa harus men-download terlebih dahulu.

3. Uji Coba

Uji coba kecepatan transmisi pada MMA dilakukan tiga kali dengan kondisi masing-masing adalah sebagai berikut :

a. Uji coba antara simulasi dan real time

Uji coba ini dilakukan untuk melihat perbandingan kecepatan pengambilan data secara simulasi dan real time sehingga dapat diketahui ada-tidaknya penurunan kecepatan pada saluran-saluran yang dilakukan uji coba.

Kondisi pada saat uji coba adalah sebagai berikut: 1. Besar file: tetap 898 kbyte

2. Tanpa penggunaan telepon

3. Simulasi dan real time dengan ISP sebagai variabel. Dengan alasan kode etik maka nama ISP tidak ditampakkan.

Dari uji coba ini diperoleh hasil seperti pada tabel 1. Dengan menggunakan rumus dapat dihitung bit rate pengambilan data secara simulasi dan real time seperti diperlihatkan pada tabel 2.

Tabel 1. Hasil uji coba perbandingan simulasi dan real time

Waktu Simulasi ISP A ISP B 08.00 - 08.30 16 25 19 08.30 - 09.00 17 20 24 09.00 - 09.30 16 17 21 09.30 - 10.00 16 18 17 10.00 - 10.30 15 26 19 Durasi (detik) Real time

(7)

Suhartati Agoes & Yuli Kurnia Ningsih, Multi Media Akses

Tabel 2. Kecepatan pengambilan data secara simulasi dan real time

Berdasarkan tabel 2. tersebut dapat dibuat grafik perbandingan kecepatan transfer data secara simulasi dan real time seperti pada gambar 3.

0 100 200 300 400 500 600 08.00 - 08.30 08.30 - 09.00 09.00 - 09.30 09.30 - 10.00 10.00 - 10.30 waktu b it r a te ( k b p s)

Simulasi ISP A ISP B

Gambar 3. Grafik perbandingan kecepatan pengambilan data secara simulasi dengan real time

b. Uji coba dengan ukuran file sebagai variabel

Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh besarnya file yang diambil terhadap kecepatan transfer data.

Waktu Simulasi ISP A ISP B 08.00 - 08.30 449 287,3 378,1 08.30 - 09.00 422,5 359,2 299,3 09.00 - 09.30 449 422,5 342 09.30 - 10.00 449 399,1 422,5 10.00 - 10.30 478,9 276,3 378,1 Bit rate (kbps) Real time

(8)

JETri,

Tahun Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 57-68, ISSN 1412-0372

Kondisi pada saat uji coba adalah sebagai berikut: 1. Besar file sebagai variabel

2. Tanpa penggunaan telepon 3. Metode simulasi

Dari hasil uji coba diperoleh data-data seperti pada tabel 3. Dengan menggunakan rumus, dapat dihitung perbandingan bit rate dari transfer data dengan beberapa ukuran file yang hasilnya seperti pada tabel

Tabel 3. Hasil uji coba dengan ukuran file sebagai variable

Tabel 4. Perbandingan bit rate pengambilan data dari beberapa ukuran file

Waktu File File File

2,4 MB 9,54 MB 20,9 MB 08.00 - 08.30 457,1 454,2 443,3 08.30 - 09.00 436,3 443,7 448,2 09.00 - 09.30 457,1 448,9 440 09.30 - 10.00 457,1 448,9 441,1 10.00 - 10.30 446,5 451,5 451,8 Bit rate (kbps)

Berdasarkan tabel 4 dapat dibuat grafik perbandingan bit rate untuk pengambilan data dengan beberapa ukuran file seperti pada gambar 4.

Waktu File File File

2,4 MB 9,54 MB 20,9 MB 08.00 - 08.30 42 168 377 08.30 - 09.00 44 172 373 09.00 - 09.30 42 170 380 09.30 - 10.00 42 170 379 10.00 - 10.30 43 169 370 Durasi (detik)

(9)

Suhartati Agoes & Yuli Kurnia Ningsih, Multi Media Akses 0 100 200 300 400 500 08.00 - 08.30 08.30 - 09.00 09.00 - 09.30 09.30 - 10.00 10.00 - 10.30 waktu b it ra te (k b p s)

File 2,4 MB File 9,54 MB File 20,9 MB

Gambar 4. Grafik perbandingan bit rate transfer data dengan berbagai ukuran file

c. Uji coba dengan penggunaan telepon dan tanpa penggunaan telepon Uji coba ini dilakukan untuk melihat pengaruh penggunaan telepon pada kecepatan proses pengambilan data.

Kondisi pada saat uji coba adalah sebagai berikut: 1. Besar file : tetap 9,54 MByte

2. Tanpa penggunaan telepon dan dengan penggunaan telepon dimana tujuan telepon sebagai variabel

3. Metode simulasi

Uji coba ini menghasilkan data seperti pada tabel 5. dan dengan perhitungan rumus dapat dihitung kecepatan proses pengambilan data dengan penggunaan telepon secara bersamaan atau tanpa penggunaan telepon seperti pada tabel 6.

Tabel 5. Hasil uji coba pengambilan data dengan telepon dan tanpa telepon

Waktu Internet Lokal SLJJ Selular 08.00 - 08.30 168 175 172 170 08.30 - 09.00 172 172 170 173 09.00 - 09.30 170 173 173 169 09.30 - 10.00 170 172 173 171 10.00 - 10.30 169 170 170 171 Durasi (detik) Internet + telepon

(10)

JETri,

Tahun Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 57-68, ISSN 1412-0372

Tabel 6. Perbandingan bit rate tanpa telepon dan dengan telepon

Waktu Internet Lokal SLJJ Selular 08.00 - 08.30 454,2 436,1 443,7 448,9 08.30 - 09.00 443,7 443,7 448,9 441,1 09.00 - 09.30 448,9 441,1 441,1 451,5 09.30 - 10.00 448,9 443,7 441,1 446,3 10.00 - 10.30 451,5 448,9 448,9 446,3 Bit rate (kbps) Internet + telepon

Dari tabel 6 dapat dibuat grafik perbandingan kecepatan dengan penggunaan telepon dan tanpa penggunaan telepon seperti diperlihatkan oleh gambar 5. 0 100 200 300 400 500 600 08.00 - 08.30 08.30 - 09.00 09.00 - 09.30 09.30 - 10.00 10.00 - 10.30 waktu b it r a te ( k b ps )

Internet Internet + Lokal Internet + SLJJ Internet + Selular

Gambar 5. Grafik perbandingan pengambilan data tanpa penggunaan telepon dan dengan penggunaan telepon

4. Analisa

Dari gambar 3 diperoleh bahwa kecepatan pengambilan data secara simulasi relatif konstan dengan sedikit penurunan yang diakibatkan karena proses pada server, perangkat MMA dan pembulatan durasi (dalam detik), sedangkan kecepatan transmisi data secara real time tidak konstan tergantung waktu pengambilan data dimana data yang diperoleh merupakan kecepatan hanya pada saat pelaksanaan uji coba.Hal tersebut dapat dianalisis penurunan kecepatan yang tidak stabil terjadi pada saluran setelah jaringan (saluran setelah BRAS).

(11)

Suhartati Agoes & Yuli Kurnia Ningsih, Multi Media Akses

Sedangkan dari gambar 4 dapat dianalisis bahwa kecepatan pengambilan data dengan ukuran file yang berbeda-beda relatif stabil dengan sedikit perbedaan, sehingga dapat diketahui bahwa besarnya file yang diambil tidak mempengaruhi kecepatan (bit rate).

Dari gambar 5 dapat diketahui bahwa proses pengambilan data

dapat dilakukan bersamaan dengan percakapan telepon tanpa

mempengaruhi kecepatan pengambilan data kemanapun tujuan dari telepon tersebut.

5. Kesimpulan

Dari pembahasan dan analisis hasil uji coba yang dilakukan dapat diambil kesimpulan:

1. Kondisi jaringan PSTN yang mendukung MMA (dari pelanggan sampai BRAS) sudah cukup baik, terbukti dari hasil uji coba secara simulasi menunjukkan kecepatan yang dicapai relatif konstan dengan penurunan

kecepatan hanya  12,71 %. Untuk uji coba secara real time kecepatan

transmisi berbeda-beda tergantung waktu proses download yang dilakukan.

2. Kecepatan dari layanan MMA tidak dipengaruhi oleh besarnya file yang ditransfer. Hal ini dapat diketahui dari hasil uji coba ukuran file sebagai variabel yang dilakukan secara simulasi dimana pengambilan file dengan beberapa ukuran tidak mempengaruhi kecepatannya.

3. MMA memungkinkan penggunaan internet dilakukan bersamaan dengan percakapan telepon secara simultan tanpa mengurangi kecepatan akses internet kemanapun tujuan dari telepon. Hal ini terlihat pada uji coba pengambilan data tanpa penggunaan telepon dan dengan

penggunaan telepon yang dilakukan secara simulasi tidak

mempengaruhi kecepatannya.

4. MMA memungkinkan penggunaan internet dilakukan bersamaan dengan percakapan telepon secara simultan tanpa mengurangi kecepatan akses internet kemanapun tujuan dari telepon. Hal ini terlihat pada uji coba pengambilan data tanpa penggunaan telepon dan dengan

penggunaan telepon yang dilakukan secara simulasi tidak

mempengaruhi kecepatannya

Daftar Pustaka

1. Gunawan, Hendra. 2000. Asymmetrical Digital Subscriber Line. Elektro Indonesia No. 29.

(12)

JETri,

Tahun Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 57-68, ISSN 1412-0372

2. Liga, Elinus. 1998. Sistem ADSL Dengan Modulasi Discrete Multitone. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Jakarta: Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti.

3. Mulyatno, Edro, et al.2000. X-DSL–Dari Modem Analog Ke Modem Digital. Jakarta: Elex Media Komputindo.

4. Proakis, John G. dan Dimitris G. Manolakis. 1996. Digital Signal Processing–Principles, Algorithms, And Applications, 3 rd Ed. New Jersey: Prentice Hall.

5. Wilson, Stephen G. 1996. Digital Modulation And Coding. New Jersey: Prentice-Hall.

Gambar

Gambar 2. Arsitektur Jaringan MMA
Tabel 2. Kecepatan pengambilan data secara simulasi dan real time
Tabel 4. Perbandingan bit rate pengambilan data dari beberapa ukuran file
Gambar 4. Grafik perbandingan bit rate transfer data dengan berbagai  ukuran file
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari asal hukum di atas, jika memang dalam akad nikah niat tersebut diutarakan, maka nikah tersebut yang asalnya mubah akan menjadi haram karena telah sama

[r]

Berdasarkan masalah ini perlu dilakukan penelitian mengenai berapa banyak penambahan EDTA yang optimum dalam analisis kalsium yang mengandung fosfat, sehingga

Salah satunya dengan memberikan kegiatan pembiasaan budaya mutu sekolah, yang di dalamnya banyak kegiatan keagamaan yang terkandung sebuah makna untuk menumbuhkan moral siswa

Setelah bahan ajar selesai dirancang, bahan ajar disahkan (divalidasi) oleh 2 orang pakar yang terdiri dari satu pakar materi dan satu pakar pembelajaran. Berdasarkan kategori

Latar belakang tari Sayo Sitendean di Kalumpang Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat, yaitu bahwa tari Sayo Sitendean merupakan tarian tradisional yang berasal dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien, gejala klinis, hasil pemeriksaaan sputum BTA, gambaran foto thoraks, dan hasil laboratorium pasien

Demikian  pula,  latar  yang  digam‐ barkan  dalam  cerpen  ini,  menonjolkan  religiusitas dalam kehidupan pesantren.  Hal ini dapat dilihat dari penyebutan isti‐