PENDAHULUAN
Provinsi Aceh mempunyai wilayah yang terdiri dari 21 kabupaten/kota sehingga memiliki kondisi lokasi yang beragam. Faktor wilayah sangat mempengaruhi besaran harga barang-barang yang diperdagangkan. Salah satunya adalah harga bahan bangunan. Hal tersebut akan berimplikasi kepada besar kecilnya harga bangunan gedung.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan model harga satuan bangunan menggunakan variabel harga untuk 8 jenis material. Jabarannya dengan menyusun harga satuan bangunan gedung berdasarkan luas lantai dari jumlah data kontrak. Selanjutnya menentukan bangunan tidak sederhana.
Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan model harga satuan bangunan gedung negara, dengan klasifikasi bangunan tidak sederhana di Provinsi Aceh. Model yang dikembangkan menggunakan variabel harga material. Pertimbangan penggunaan variabel harga material adalah disebabkan penggunaan material ini mendominasi biaya konstruksi bangunan pada kisaran antara 40-60% dari seluruh biaya (Ibrahim 2002).
Model harga satuan bangunan yang diperoleh (Y) = -848.702,28 + 0,257.X1 + 0,096.X2 + 20,715.X3 + 14,888.X4 + 5,573.X5 + 3.189,3.X6 -5.292.X7 +4.113.X8. Hasil prediksi HSBGN kabupaten/kota yang terendah berada di Kota Banda Aceh, tahun 2010 adalah Rp.4.194.000, tahun 2011 seharga Rp.3.633.000, per meter luas dan tahun 2012 dengan harga Rp.3.777.000. Harga yang tertinggi berada di kabupaten Simeulue dengan harga prediksi tahun 2010 adalah Rp6.549.000, tahun 2011 dengan harga satuan bangunan Rp.7.271.000, untuk tahun 2012 seharga Rp.7.992.000.per meter luas.
ANALISIS VARIABEL HARGA MATERIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA SATUAN BANGUNAN GEDUNG TIDAK SEDERHANA DI PROVINSI ACEH
Khamistan
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe E-mail:
ABSTRACT
Prepare budget implementation required the construction of reference or standard in its implementation. One of the standards in question is the in determining the unit price of the building. The main problem in this research is how to develop a pricing with the unit prices of building materials parameters. Its unit price is derived by setting a floor area of buildings in accordance with the contract data. Then determine the unit price using a variable of 8 types of commodity prices. The scope of this study is limited to study the buildings are not classified as simple in the city of Banda Aceh. The data structure uses the data of construction contract in 2006 to the year 2009. Processing and analysis of data using multiple linear regression model. The result using the data processing, with a multiple regression model is obtained by building unit price (Y) = -848,702.28 + 0.257. X1 + 0.096. X2
+ 20.715. X3 + 14.888. X4 + 5.573. X5 + 3189, 3.X6 -5.292.X7 +4113. X8. This model provides a reference for the
compiler development budget in the city of Banda Aceh and district / city in the province. Unit price of buildings in Banda Aceh in 2006 with a price of Rp. 2.986.000, for 2007 with prices of Rp.2.880.000, in 2008 the price of building units are Rp. 3.167.000, -, while in 2009 HSBGN is Rp. 3.417 million. The results of this prediction HSBGN districts of the lowest in the city of Banda Aceh, in the year 2010 are Rp. 4.194.000, in 2011 to Rp. 3.633.000, in 2012 at a price per meter width will be Rp. 3.777.000. While the highest prices in Simeulue District with an estimated price for 2010 are Rp. 6.549.000, in 2011 with Rp.7.271.000 buildings with unit prices, for the years 2012 to Rp. 7.992.000.per meters squre.
Model ini memberikan referensi bagi penyusun anggaran pembangunan ditingkat Kota Banda Aceh dan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh dalam menentukan harga satuan bangunan gedung khususnya bangunan dengan klasifikasi tidak sederhana. Disamping itu hasil penelitian ini menjadi khasanah pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang jasa konstruksi.
Ibrahim (2002:221) yang dimaksud dengan kebutuhan material adalah besarnya jumlah material yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Material merupakan bagian yang penting dalam suatu komponen bangunan konstruksi. Menggunakan material senantiasa harus selalu diperhatikan seoptimal mungkin, yang disebabkan biaya yang diperuntukkan untuk material utama ini mencapai 40-60% dari total harga. Dengan demikian material menyerap biaya paling besar dari seluruh biaya sebuah proyek konstruksi..
Menurut pengembangan model estimasi pada tahap konseptual yang dilakukan oleh Riswan dan Abduh (2006;225) mengembangkan model estimasi biaya awal dengan parameter Rasio Fasilitas Gedung (RFG) sehingga dapat meningkatkan performance dari estimasi biaya awal. Pada penelitian lanjutan yang dilakukan Abduh dan Kurniawan (2008:51) dengan mengembangkan pola estimasi dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan waktu pelaksanaan proyek. Metoda ini melakukan pendekatan dengan mengindentifikasi komponen dominan dan kuantitas masing-masing komponen menggunakan perhitungan statistik, hal ini belum sesuai diterapkan pada semua kondisi dan lokasi, hanya tepat dilakukan pada daerah penelitian saja. Abduh dan Kurniawan (2008), menjelaskan bahwa dari 48 proyek di Propinsi Jawa Barat, periode 1996-2005, teridentifikasi : Setiap bangunan memiliki komponen material dan upah dominan yang berbeda, tergantung lokasi, kuantitas dan kualitasnya. Penentuan jenis material dan upah yang dominan, dilakukan dengan mengakumulasi bobot rata-rata komponen material dan upah secara berurutan dari yang terbesar 80% (sesuai konsep pareto).
Tabel 1. Komponen Material dan Upah Dominan
No Komponen Sat Confidence Level 95% Confidence Level 90%
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Kayu Balok M3 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,12 0,13
2 Kayu Papan M3 0,03 0,04 0,04 0,04 0,03 0,04 0,03 0,03
3 Besi Beto U-24 Kg 10,38 11,22 11,32 10,32 10,29 11,00 11,12 10,15
4 Semen Zak 2.55 2,44 2,55 2,52 2,51 2,39 2,40 2,45
5 Keramik 40x40 cm M2 1,16 1,15 1,14 1,16 1,14 1,13 1,11 1,13
6 Batu Bata Buah 109,1 100,3 109,1 100,3 106,7 99,15 107,5 98,30
7 Genteng Metal M2 41,97 45,32 47,29 46,68 41,58 44,62 46,32 45,35
8 Pasir Pasang M3 0,34 0,29 0,33 0,34 0,33 0,29 0,32 0,33
9 Mandor Hari 0,42 0,39 0,40 0,43 0,41 0,37 0,39 0,41
10 Kepala Tukang Hari 0,80 0,86 0,85 0,79 0,79 0,84 0,83 0,78
11 Tukang Hari 5,00 5,03 5,15 5,18 4,93 4,95 5,07 5,09
12 Pekerja Hari 4,75 4,47 4,67 4,68 4,71 4,39 4,53 4,50
Sumber : Sumber : Abduh & Kurniawan, 2008
Dari Tabel 1 diketahui bahwa komponen material dan upah masing-masing lokasi memiliki nilai kuantitas yang tidak sama. Dari sini dapat disimpulkan bahwa faktor lokasi akan mempengaruhi kuantitas komponen bangunan. Kuantitas komponen berdasarkan pada batas atas kuantitas komponen dominan per m2 bangunan dengan selang kepercayaan 90% dan 95%.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dikembangkan dengan merujuk kepada pokok permasalahan dan studi literatur serta sumber-sumber penelitian yang sejenis dari berbagai sumber dan lembaga riset, dapat dijelaskan secara sistematis.
Subjek dan Ojek Penelitian
Subjek penelitian yang akan ditinjau hanya dikhususkan pada bangunan gedung dan termasuk bangunan perguruan tinggi dinama klasifikasi bangunan tidak sederhana 2 lantai keatas dan luas bangunan lebih dari 500 m2.didasarkan pada Permen PU No 45/PRT/M/2007. Penulisan ini merumuskan kembali model perhitungan harga satuan per meter luas bangunan dengan merujuk pada harga pasar untuk 8 jenis material, dan mendapatkan sebuah formulasi model penetuan biaya harga satuan luas bangunan sebagai dasar untuk mengestimasi harga satuan luas bangunan di luar tahun berjalan.
Pengumpulan Data
Data penelitian ini adalah data sekunder berupa data kontrak yang dikumpulkan dari beberapa instansi pemerintah di Kota Banda Aceh sebagai pengguna jasa serta dari beberapa perusahaan jasa konstruksi yang pernah melaksanakan proyek dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Data yang diperoleh sebanyak 34 kontrak, namun setelah diseleksi ada empat kontrak tidak lengkap sehingga dieleminir dan tersisa 30 kontrak Ada 1 kontrak yang tidak mempunyai harga satuan material sehingga harga material tidak dapat diketahui karena tidak lengkap dan 3 kontrak berikutnya mempunyai harga material manun mempunyai harga yang seragam bahkan sama, ini disebabkan proyek tersebut memiliki satu mata anggaran dan tahun yang sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelompokan Data
Data kontrak yang diperoleh dikelompokkan dalam beberapa bangunan gedung negara seperti gedung sekolah, kantor pemerintah, perguruan tinggi, kesehatan, fasilitas umum dan bangunan lainnya. Untuk lebih jelas disajikan dalam bentuk daftar tabulasi proyek yang dikumpulkan. Sesuai dengan Tabel 4.1 menjelaskan bahwa jumlah data kontrak yang diproleh sebanyak 30 kontrak, terdiri dari 10 unit bangunan fasilitas pendidikan, 7 unit bangunan fasilitas umum, 8 unit bangunan kantor pemerintah dan bangunan perguruan tinggi sebanyak 5 unit.
Tabel 2. Klasifikasi Bangunan Menurut Fungsi
No Jenis Bangunan Jumlah %
1 Bangunan Fasilitas Pendidikan 10 unit 33,34
2 Bangunan Fasilitas Umum 7 unit 23,34
3 Bangunan Kantor Pemerintahan 8 unit 26,67 4 Bangunan Perguruan Tinggi 5 unit 16,67
Jumlah 30 unit 100
Berdasarkan Tabel 2 menjelaskan bahwa nilai rata-rata kontrak dari tahun 2006-2009 adalah Rp.5.385.918.000,- dengan luas bangunan rata-rata 1.818 m2 harga per satuan luas bangunan Rp. 3.704.000,- (tiga juta tujuh ratus empat ribu rupiah).
Tabel 3. Daftar Rata-Rata kontrak Kota Banda Aceh Tahun 2006-2009
Mengacu pada Tabel 3 menampilkan bahwa perbandingan harga pergub dengan harga kontrak mengalami fluktruasi namun rata –rata harga Pergub lebih tinggi dibandingkan harga kontrak. Seperti harga satuan bangunan (Y) dari tahun 2006-2009 seluruhnya harga Pergub lebih tinggi dibandingkan harga kontrak, hanya ada beberapa item material yang lebih tinggi kontrak seperti harga keramik (x5) pada tahun 2006, 2008 dan 2009 sementara tahun 2007 masih tinggi harga.
No Tahun Nilai Kontrak
Luas (m2)
Harga Satuan
(Rp/m2) Selisih Per Tahun Rata-rata 1 2006 2.539.320 1.047,9 2.546.000 0 2 2007 9.380.462 2.925,3 2.750.000 8,013 3 2008 3.356.578 1.367,3 3.730.000 35,64 4 2009 6.267.312 1.930,2 5.791.000 55,24 Total Rata2 5.385.918 1.818,0 3.704.000 100
Model Regresi Linear Berganda
Pengujian data dalam sebuah penelitian dilakukan melalui uji regresi linear baik regresi linear sederhana ataupun berganda. Pada penelitian ini tahap pengujiannya menggunakan variabel yang lebil dari satu variabel yaitu 8 variabel, maka regresi yang digunakan adalah regresi linear berganda. Diperoleh informasi bahwa ke-8 material memberikan variasi yang berbeda terhadap penentuan harga satuan bangunan.
Tabel 5. Koefesien Model
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. B Std. Error Beta
1
(Constant) -848702.081 939442.666 -0,903 0,377 harga balok kayu 0,257 0,239 .152 1.076 0,294 harga papan kayu 0,096 0,234 .053 0,410 0,686 harga besi beton 20.715 93.884 .045 0,221 0,827 harga semen 40 kg 14.888 36.818 .066 0,404 0,690 harga keramik 5.573 6.291 .098 0,886 0,386 harga batu bata 3189.301 1900.982 .304 1.678 0,108 harga genteng metal -5.292 8.915 -.082 -0,594 0,559 harga pasir pasang 4.113 0,886 .560 4.644 0,000
Tabel 4. Daftar Harga Material Rata-rata dan Nilai Y model serta nilai Pergub
Tahun Batasan Y. Mode l HSB Komponen Material (Rp) Balok Kayu Papan Kayu Besi Beton Semen 40 kg Kerami k Batu Bata Genten g Metal Pasir Pasang (Y) (X1) (X2) (X3) (X4) (X5) (X6) (X7) (X8) 2006 Kontrak Rata2 2,965 2,964 2,291 1,725 7.12 37.63 60.08 0.61 44.67 76.20 PERGUB 2,985 3,100 2,750 6.75 37.00 52.00 0.48 61.00 80.00 2007 Kontrak Rata2 2,624 2,656 2,877 2,594 6.31 34.20 49.00 0.47 55.00 86.48 PERGUB 3,063 3,996 2,700 6.50 35.70 55.00 0.54 65.00 97.20 2008 Kontrak Rata2 3,217 3,282 3,406 2,501 9.05 37.98 64.50 0.56 60.57 91.70 PERGUB 3,308 4,316 2,916 11.40 40.60 36.29 0.58 68.26 104.98 2009 Kontrak Rata2 4,336 4,183 3,945 3,308 12.20 41.70 74.69 0.60 91.20 106.01 PERGUB 4,310 4,963 3,353 13.10 46.60 41.70 0.60 78.40 120.70
Nilai Koefisien Korelasi dan Determinasi
Perhitungan hasil pengolahan data pada tabel C.4.5 Model Summary diperoleh hasil bahwa nilai koefisien korelasi (r) sebesar 91,6%. Hal ini bermakna bahwa ke-8 variabel bebas memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap perubahan harga satuan bangunan. Sedangkan sisanya 8,40%, disebabkan oleh hubungan diluar variabel penelitian. Pengamatan pada nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh menunjukkan angka 0,776 atau 77,60%. Artinya, variasi perubahan harga satuan bangunan dapat dijelaskan melalui ke-8 variabel penelitian. Sisanya sebesar 22,4% dijelaskan oleh variabel diluar penelitian ini. Hitungan Model Summary ini diperlihatkan pada table 4.5.
Indeks HSB Kabupaten/ Kota di Provinsi Aceh
Menentukan Indeks HSBGN untuk kabupaten/kota lainnya selain kota Banda Aceh maka dasar perhitungan diambil dari indeks kota Banda Aceh, karena Kota Banda Aceh sebagai model dasar, untuk tahun 2006 (lihat Tabel 4.8 daftar perhitungan indeks kota Banda Aceh) didasarkan pada hasil estimasi tahunan HSBGN yang diperoleh dari model persamaan dengan menggunakan harga material tahun 2006-2009. Nilai Indeks Kabupaten/kota Provinsi Aceh yang bersumber dari peraturan Gubernur. Lebih lanjut, mengacu pada Tabel 4.8 juga mengenai Angka Indeks Kota Banda Aceh yang diperoleh dari penggunaan model persamaan dan digunakan sebagai acuan terhadap HSBGN di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh, dapat dilihat pada kolom harga satuan luas bangunan. Tabel 4.9 dijelaskan untuk kabupaten/kota seperti halnya Aceh Utara, Bireuen dan Tamiang memiliki nilai indeks terendah di Provinsi Aceh tapi hanya pada tahun 2006. Sebaliknya Simeulue merupakan Kabupaten dengan nilai indeks tertinggi. Mencapai rekor tertinggi yang dimulai tahun 2006 memiliki indeks 1,23, juga pada tahun 2007,2008 dan 2009 masing-masing 1,28, 1,50 dan 1,95. Jadi HSBGN masing-masing harga Pergub tahun tersebut Rp. 3.664.000,-, Rp. 3.835.000, Rp. 4.473.000, dan Rp. 5.828.000,-. Tingginya indeks ini berlaku setiap tahun 2006-2009.
Tabel 6. Model Summary
Model R R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .916a .838 .776 6.79338E5 .838 13.593 8 21 .000
Prediksi Harga Satuan Bangunan (HSBGN) Kabupaten/Kota Tahun 2010-2012
Setelah memperoleh nilai indeks kabupaten/kota Provinsi Aceh maka dilanjutkan dengan menghitung HSBGN prediksi (Procasting) untuk tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Dalam memperoleh nilai HSBGN berdasarkan indeks Kota Banda Aceh dengan menghitung kenaikan indeks dalam setiap tahun, dirata-ratakan maka diperoleh laju kenaikan pada setiap tahunnya.
Tabel 8. HSBGN dan Indeks Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2006-2009 (dalam ribuan rupiah)
No. Kabupaten/
Tahun
Harga Satuan Luas
(Rp.000/m2) Indeks Kabupaten/Kota Indeks Rata2 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 1 Banda Aceh 2.986 2.880 3.167 3.417 1.00 0.96 1.06 1.14 1.05 2 Sabang 3,254 3,505 3,783 4,929 1.09 1.17 1.27 1.65 1.19 3 Aceh Barat 3,103 3,186 3,717 4,843 1.04 1.07 1.25 1.62 1.19 4 Aceh Besar 3,032 2,992 3,231 4,210 1.02 1.00 1.08 1.41 1.13 5 Aceh Selatan 3,188 3,275 3,819 4,977 1.07 1.10 1.28 1.67 1.20 6 Aceh Singkil 3,275 3,247 3,507 4,569 1.10 1.09 1.17 1.53 1.14 7 Aceh Tengah 3,217 3,324 3,590 4,677 1.08 1.11 1.20 1.57 1.16 8 Aceh Tenggara 3,107 3,186 3,717 4,843 1.04 1.07 1.25 1.62 1.19 9 Aceh Timur 3,039 3,240 3,779 4,923 1.02 1.09 1.27 1.65 1.21 10 Aceh Utara 2,965 3,422 3,991 5,200 0.99 1.15 1.34 1.74 1.25 11 Bireuen 2,961 3,394 3,958 5,157 0.99 1.14 1.33 1.73 1.25 12 Pidie 3,080 3,136 3,658 4,766 1.03 1.05 1.23 1.60 1.19 13 Simeulue 3,664 3,835 4,473 5,828 1.23 1.28 1.50 1.95 1.24 14 Lhokseumawe 2,973 3,413 3,686 4,803 1.00 1.14 1.23 1.61 1.20 15 Langsa 3,003 3,312 3,577 4,661 1.01 1.11 1.20 1.56 1.19
16 Aceh Barat Daya 3,195 3,438 4,011 5,226 1.07 1.15 1.34 1.75 1.23
17 Aceh Jaya 3,139 3,150 3,402 4,433 1.05 1.06 1.14 1.49 1.14
18 Nagan Raya 3,046 3,109 3,358 4,375 1.02 1.04 1.12 1.47 1.15
19 Aceh Tamiang 2,968 3,280 3,542 4,616 0.99 1.10 1.19 1.55 1.18
20 Gayo Lues 3,176 3,251 3,511 4,575 1.06 1.09 1.18 1.53 1.16
21 Bener Meriah 3,205 3,262 3,523 4,590 1.07 1.09 1.18 1.54 1.15 Tabel 7. Daftar Perhitungan Indeks Kota Banda Aceh Tahun 2006-2009 (dalam ribuan rupiah)
Tahun Indeks dari Model constanta Kayu Balok Kayu papan Besi
Beton Semen Keramik
Batu bata Genteng metal Pasir pasang -848,702 0.2570 0.096 20.715 14.888 5.573 3189.3 -5.292 4.113 2006 1.00 2.986 3.512 2.670 6.30 38.08 48.35 0,50 56.62 95.78 2007 0.96 2.880 3.228 2.487 7.40 38.47 43.89 0,49 51.04 89.38 2008 1.06 3.167 3.718 3.106 10.05 38.37 43.37 0,51 56.37 99.37 2009 1.14 3.417 3.966 3.264 10.25 39.76 41.08 0,56 57.85 99.86
Hasil nilai rerata dari tahun 2006-2009 tersebut ditambah dengan nilai indek tahun dibawah pengamatan (indeks tahun 2009) dikalikan dengan harga satuan bangunan tahun dasar dari model Kota Banda Aceh yaitu tahun 2006. Seperti yang ditampilkan dalam Tabel 4.8. Demikian selanjutnya untuk indeks tahun 2011 dan seterusnya. Untuk mendapatkan HSBGN tahun 2010,2011 dan 2012 dengan cara mengalikan nilai indeks prediksi tahun 2010 dengan HSBGN model tahun 2006. Demikian juga untuk tahun selanjutnya, sehingga HSBGN tahun 2010,2011 dan 2012 diperoleh. sebesar masing-masing Rp 3.525.000,-, Rp.3.633.000, dan Rp. 3.777.000,-. Untuk harga yang tertinggi di kabupaten/kota Provinsi Aceh berada di kabupaten Simeulue untuk tahun 2010 sebesar Rp.6.549.000, tahun 2011 seharga Rp.7.271.000,- dan tahun 2012 dengan harga per meter luas Rp.7.992.000 Jika memperhatikan hasil perhitungan pada Tabel 4.10 menggambarkan bahwa perbedaan harga yang sangat signifikan antara harga Pergub dengan HSBGN dari model, ini diakibatkan oleh dua hal. Pertama penelitian ini mengkaji untuk bangunan klasifikasi tidak sederhana sehingga banyak kontrak yang diperoleh bukan dari dana Pemda. Kedua banyaknya kontrak yang didanai oleh APBN, NGO (Non Gorvermance Organization) dan pihak swasta lainnya, sehingga pada saat pelelangan (tender) panitia tidak mengadopsi standar harga satuan bangunan yang dikeluarkan oleh Pemda/Pergub, tetapi panitia menggunakan standar yang dikeluarkan oleh Bapenas untuk APBN dan standar negara masing-masing donasi untuk NGO.
Tabel 4.8 Prediksi Harga Satuan Bangunan (HSB) Tahun 2010-1012 (dalam ribuan rupiah) No Kabupaten/ Tahun Indeks H S B PER GUB ∆ HSB PER GUB ∆ HSB 2010 2011 2012 2010 2010 % 2011 2,011 % 2012 1 Banda Aceh 1.18 1.22 1.26 3,525 4,194 18.97 3,633 4,320 18.91 3,777 2 Sabang 1.84 2.02 2.21 5,487 4,797 -12.58 6,046 4,941 -18.27 6,604 3 Aceh Barat 1.82 2.01 2.20 5,423 4,712 -13.11 6,003 4,854 -19.14 6,583 4 Aceh Besar 1.54 1.67 1.80 4,603 4,097 -10.99 4,995 4,220 -15.52 5,388 5 Aceh Selatan 1.87 2.07 2.27 5,573 4,843 -13.10 6,170 4,988 -19.15 6,766 6 Aceh Singkil 1.67 1.82 1.96 5,000 4,446 -11.09 5,432 4,579 -15.70 5,863 7 Aceh Tengah 1.76 1.94 2.13 5,241 4,552 -13.14 5,804 4,688 -19.23 6,368 8 Aceh Tenggara 1.82 2.01 2.20 5,422 4,712 -13.09 6,000 4,854 -19.10 6,579 9 Aceh Timur 1.86 2.07 2.28 5,551 4,791 -13.69 6,179 4,935 -20.13 6,807 10 Aceh Utara 1.99 2.24 2.49 5,945 5,060 -14.89 6,690 5,212 -22.09 7,435 11 Bireuen 1.97 2.22 2.46 5,889 5,019 -14.77 6,621 5,169 -21.93 7,353 12 Pidie 1.78 1.97 2.16 5,328 4,638 -12.95 5,890 4,777 -18.90 6,452 13 Simeulue 2.19 2.43 2.68 6,549 5,671 -13.41 7,271 5,841 -19.66 7,992 14 Lhokseumawe 1.81 2.02 2.22 5,413 4,673 -13.67 6,023 4,814 -20.07 6,633 15 Langsa 1.75 1.93 2.12 5,214 4,535 -13.02 5,766 4,671 -19.00 6,319 16 Aceh Barat Daya 1.98 2.20 2.43 5,903 5,085 -13.86 6,580 5,237 -20.41 7,257 17 Aceh Jaya 1.63 1.77 1.92 4,864 4,313 -11.33 5,296 4,443 -16.10 5,727 18 Nagan Raya 1.61 1.76 1.91 4,818 4,257 -11.64 5,261 4,385 -16.65 5,704 19 Aceh Tamiang 1.73 1.91 2.09 5,159 4,491 -12.95 5,703 4,626 -18.88 6,246 20 Gayo Lues 1.69 1.84 2.00 5,041 4,452 -11.69 5,508 4,585 -16.75 5,974 21 Bener Meriah 1.69 1.85 2.00 5,052 4,590 -9.14 5,513 4,728 -14.24 5,975
KESIMPULAN
1. Model harga satuan yang dihasilkan adalah Y = - 848.702,28 + 0,257X1 + 0,096X2 + 20,715X3 + 14,888X4 + 5,573X5 + 3.189,3X6 -5.292X7 +4.113X8. Perlu dijelaskan bahwa persamaan tersebut digunakan hanya untuk kota Banda Aceh. Sedangkan untuk kabupaten/kota lain diprediksi dari indeks harga satuan.
2. Perbedaan HSBGN juga terjadi antara Kota Banda Aceh dengan Kabupaten Simeulue, hal ini selain standar harga tidak menggunakan Pergub yang disebabkan sumber anggaran yang berbeda juga diakibatkan oleh keadaan lokasi dan kondisi daerah. Seperti diketahui bahwa kabupaten Simeuleu merupakan daerah kepulauan dimana aksebilitas jangkauan mobilisasi barang dan material lainnya sulit, sehingga berpengaruh terhadap harga kebutuhan domestik daerah mahal, secara otomatis diikuti dengan HSBGN menjadi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh. M & Kurniawan. B, 2008. Model Perhitungan Harga Satuan Tertinggi Gedung Negara, Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil Universitas Atmajaya.Yogyakarta 6-7 Juni 2008
Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007 Tentang, Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara, Direktorat Penataan Bangunan Dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Jakarta.
Directorate Of Civil Works Washington, 1997. Construction Cost Estimates, Headquarters U.S. Army Corps Of Engineers Engineering
Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Direktorat Jenderal Cipta Karya. Jakarta
Dillon, W. R., & Goltein, M.,1984. Multivariate Analysis-Method and Aplication, John Willy & Sons, New York..
Ibrahim, 2002. Estimsi Biaya Bangunan (cost bilding estimation), Nova Jakarta James, 1997. Cost Estimating All Rights Reserved, Held In Drammen, Norway. Mangkuatmodjo, S., 1999. Statistik Lanjutan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Martin, L., 1998. Parametric Cost Estintating A Joint Irtdustnt/Governtnent Initiative Imptetnenting_The Parantetric Cost Estimating, Deutschprice Symposium `9822-23 Mubarak, 2010. Studi Harga Satuan Bangunan Gedung di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Jurnal Teknik Sipil, Vol. 1,No.1, Hal 43-52.
Norma, 2009. Estimasi Biaya, http://Civilengineerunsri08. Wordpress.Com
/2009/03/09/Estimasi-Biaya.
Nasir, M., 1983, Metoda Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta
Phaobunjong, K, 2002. Parametric Cost Estimating Model For Conceptual Cost Estimating QfBuilding Construction Projects, Dissertation Presented To The Faculty Of The Graduate School Of The University Of Texas At Austin
Riswan. D & Abduh. M, 2006. Pengembangan Model Estimasi Biaya Parameter Pada Proyek Pembangunan Gedung Negara.
Tripoli, 2003. ‘Pengaruh Tindakan Koreksi Dalam Proses Pengendalian Biaya Subkontraktor Terhadap Kinerja Biaya Proyek’ Tesis Universitas Indonesia, Jakarta