• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V SDN 05 PONTIANAK KOTA ARTIKEL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V SDN 05 PONTIANAK KOTA ARTIKEL PENELITIAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN

IPS KELAS V SDN 05 PONTIANAK KOTA

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh

NURHAYATI NIM F33210015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK 2013

(2)
(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN

IPS KELAS V SDN 05 PONTIANAK KOTA

Nurhayati, Suhardi Marli, Rosnita

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Email: nur_hayati@gmail.com

Abstrak : Pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 05 belum menekankan pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga secara klasikal aktivitas siswa dalam pembelajaran pasif. Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Namun, dalam hal ini yang menjadi faktor utama adalah belum mengimplementasikan model pembelajaran yang meningkatkan partisipasi aktif siswa. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS di kelas V Sekolah Dasar Negeri 05 Pontianak Kota melalui penerapan model kooperatif make a match. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sifat penelitian kolaboratif. Subjek penelitian adalah guru dan 27 orang siswa kelas V SD Negeri 05 Pontianak Kota. Hasil analisis data yang diperoleh melalui observasi dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa penerapan model kooperatif make a match dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan peningkatannya yang cukup tinggi sebesar 51,93% dari 20% yang muncul di base line menjadi 71,93% di siklus I dan meningkat kembali menjadi 88,03% di siklus II sehingga peningkatannya sebesar 68,03% dari base line dengan kategori peningkatan di siklus II termasuk “Tinggi”. Peningkatan tersebut meliputi aktivitas fisik, mental dan emosional siswa pada pembelajaran IPS.

Kata Kunci:Aktivitas Siswa, Model Kooperatif Make A Match, Pembelajaran IPS

Abstract : Studying of IPS at the fifth grade of SD Negeri 05 no yet emphasized for student activity in learning. It causes as clasical student activity in pasif learning. A lot of factor causing the lack of student involvement actively in learning. But, in this case becoming primary factor is not yet to implementation model of learning that increasing student active participation. Therefore, this research aims to increasing student activity in IPS learning at the fifth grade of SD Negeri 05 Pontianak Kota through applying of cooperatif make a match. The method of research uses descriptive with the device of classroom action research and the characteristic of research is colaboratif. The subjec of research is teachers and 27 students at the fifth grade of SD Negeri 05 Pontianak Kota. Result of data analysis is obtained through observation in course of studying to show that the applying of cooperatif make a match can improve student activity at study of IPS with the high increasing equal to 51,93% from 20% what appear in base line become 71,93% in siklus I and increasing again to 88,03% in siklus II so that its increasing equal to 68,03% from base line with increasing category in siklus II is “high”. Its increasing cover to student physical activity, spritual adan emotional in IPS learning.

(4)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada dasarnya merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini ditegaskan lagi oleh Saidiharjo,1996:4 (dalam Hidayati, 2008:7) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik. Secara umum tujuan pendidikan IPS di SD adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan sesama warga masyarakat dan mampu memecahkan masalah sosial baik untuk memenuhi kebutuhannya maupun memiliki kepribadian yang mulia. Pencapaian tujuan tersebut dapat melalui proses kegiatan pembelajaran di sekolah secara tepat.

Menurut Nurhadi dan Suwardi (2010:60) bahwa “kegiatan pembelajaran di sekolah adalah salah satu proses untuk mencapai tunjuan pendidikan yang telah diamanatkan dalam undang-undang”. Lebih lanjut Nurhadi dan Suwardi mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan keaktifan siswa dalam membangun makna atau pemahaman pada diri sendiri untuk menimbulkan gagasan baru. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara siswa dan pendidik. Proses pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental, fisik dan emosional melalui interaksi antar siswa, siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar tersebut dapat terwujud diantaranya melalui penggunaan model, metode atau pendekatan pembelajaran yang sesuai.

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 16 Januari 2013 di Sekolah Dasar Negeri 05 Pontianak Kota menunjukkan proses pembelajaran selama ini guru menerapkan sesuai RPP dengan langkah – langkah sebagai berikut : Kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir; Pada saat proses pembelajaran di kelas V dengan Mata Pelajaran IPS memakai metode ceramah dan tanya jawab, media gambar yang ada di buku paket dan tulisan guru di papan tulis. Pada kegiatan inti : guru menjelaskan materi siswa mendengarkan. Guru mengadakan tanya jawab, sebagian besar siswa belum ada yang bertanya. Pada kegiatan akhir : guru mengadakan penilaian untuk mengetahui kemampuan siswa dalam belajar dengan hasil yang dicapai siswa lebih banyak tidak tuntasnya dari pada tuntasnya. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS baik pada aktivitas fisik, mental maupun emosional masih pasif. Rata-rata petsentase aktivitas fisik siswa 26,67%, aktivitas mental 6,17% dan aktivitas emosional 27,60% pada saat pra penelitian (base line) siswa yang aktif dari 27 orang jumlah seluruh siswa kelas VA SD Negeri 05 Pontianak Kota. Dengan demikian berarti secara klasikal aktivitas siswa dalam pembelajaran pasif, hal ini terlihat pada aktivitas fisik menunjukkan sebagian besar siswa malas membaca untuk mencari sumber informasi atau menemukan sendiri suatu ilmu pengetahuan; tidak berani mengajukan pertanyaan, memberi saran dan mengemukakan pendapat; kurang fokus pada kegiatan menyimak penyajian bahan ajar dalam proses pembelajaran; kegiatan menulis siswa sangat minim baik dalam menulis laporan, membuat rangkuman maupun dalam mengerjakan tes dalam bentuk essay. Demikian juga pada aktivitas mental,

(5)

kegiatan menemukan hubungan antar konsep yang dipelajari dan kemampuan memecahkan masalah sangat sulit bagi siswa. Dalam aktivitas emosional siswa cenderung tidak berminat dalam mengikuti proses pembelajaran, keberanian siswa kurang, serta kondisi kelas tidak tenang karena banyak siswa yang suka bergurau dengan temannya dan mengganggu temannya ketika pembelajaran berlangsung. Hal ini menunjukkan pembelajaran di kelas VA mata pelajaran IPS kurang memuaskan hasilnya.

Melihat realita di atas bahwa proses pembelajaran selama ini yang berlangsung di kelas belum memenuhi harapan guru, siswa dan sekolah. Hal ini karena guru dalam menyampaikan materi menoton, sehingga terlihat siswa bosan dan mengantuk. Pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih bersifat konvensional, meskipun dalam mengajar guru mencoba menerapkan metode kerja kelompok namun sayangnya hanya siswa yang pandai terlihat aktif sementara siswa yang lain pasif. Pembelajaran kurang memberdayakan potensi siswa. Guru belum menciptakan proses pembelajaran yang mengaktifkan seluruh siswa. Selain itu, dalam proses pembelajaran interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa belum maksimal. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Kegiatan pembelajaran seharusnya mampu mengoptimalkan semua potensi siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan dengan memaksimalkan aktivitas belajar siswa baik aktivitas fisik, mental maupun emosional. Sebagaimana yang diungkapkan Slameto (2010:92) bahwa “syarat pembelajaran yang efektif salah satunya adalah belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Di dalam belajar siswa harus mengalami aktivitas mental dan juga mengalami aktivitas jasmani”.

Proses pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) hendaknya guru melibatkan siswa secara maksimal, sehingga siswa tidak hanya dijadikan obyek belajar, karena siswa bisa dijadikan sebagai subyek belajar yaitu dengan cara menggali pengetahuan siswa. Selain itu juga siswa bisa aktif dan terlibat secara langsung di dalam pembelajaran. Untuk itu, kalau guru tidak memperbaharui model pembelajaran yang digunakannya dapat menyebabkan siswa mengalami kebosanan dalam belajar Ilmu Pendidikan Sosial (IPS). Dan hasil belajarnya tidak sesuai dengan harapan atau dengan kata lain siswa banyak yang tidak mencapai standar ketuntasan.

Solusi alternatif mengatasi masalah rendahnya aktivitas belajar IPS, diupayakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif make a match atau mencari pasangan yaitu “cara belajar dengan mencari pasangan yang cocok dengan kartu yang dipegang mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan, karena dalam pembelajaran ini, siswa ada yang memegang kartu jawaban dan ada yang memegang pertanyaan-pertanyaan” (Lorna Curran, 1994 dalam Komalasari Kokom, 2010:85). Hal ini sesuai pendapat Trianto (2007:42) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada

(6)

siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar belakangnya”. Lebih lanjut Anita Lie (2002: 46) menegaskan bahwa model kooperatif make a match mempunyai kelebihan yaitu “meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, cocok untuk tugas sederhana, siswa lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, interaksi dalam pembelajaran lebih mudah dan cepat membentuknya”. Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian, peneliti merasa perlu melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan aktivitas siswa melalui penerapan model kooperatif make a match dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 05 Pontianak Kota”. Peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat guru di sekolah dalam melakukan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif make a match. Indikasi peningkatan aktivitas siswa dalam penelitian akan ditunjukan dengan meningkatnya persentase siswa melakukan aktivitas fisik, mental dan emosional dalam proses pembelajaran.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Sedangkan bentuk penelitian yang digunakan untuk mengatasi rendahnya aktivitas belajar peserta didik dalampembelajaran IPA adalah penelitian tindakan kelas dengan sifat penelitian kolaboratif.Teknik pengumpulan data adalah observasi langsung dengan alat pengumpulan datanya lembar observasi berupa IPKG dan pedoman observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS. Rancangan penelitian ini terdiri atas 4 tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/ observasi, dan refleksi. Sebagaimana yang dikemukakan Iskandar (2009:50) “rincian prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi-evaluasi yang bersifat siklus berulang-ulang, minimal 2 atau 3 siklus”.

Pelaksanaan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Tahap perencanaan dilaksanakan dengan merancang prosedur tindakan yang terdapat di RPP, menyiapkan media dan alat dalam melakukan kegiatan eksperimen, menentukan dan mempersiapkan lembar observasi. Tahap pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah disusun. Refleksi dilakukan pada setiap akhir pembelajaran atau pertemuan pada setiap siklus. Apa bila peneliti sudah mengetahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan siklus pertama melalui refleksi, maka peneliti menentukan rancangan tindakan siklus kedua. Kegiatan siklus kedua merupakan kelanjutan dari keberhasilan pada siklus pertama yang tahapan kegiatan sama dengan siklus I berupa perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi, namun kegiatan pada siklus dua mempunyai berbagai tambahan untuk perbaikan dari hambatan dan kesulitan yang ditemukan di siklus pertama.

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 05 Pontianak Kota yang berjumlah 27 orang, dengan siswa laki-laki berjumlah 14 orang dan perempuan berjumlah 13 orang. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 05 Pontianak Kota yang beralamat Jalan Fatimah Kelurahan Tengah dengan waktu penelitian siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 April

(7)

2013 pukul 09.00-10.45 WIB sedangkan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 1 Mei 2013 pukul 09.00 – 10.45 WIB.

Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, mental dan emosional melalui analisis persentase berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik dengan menggunakan lembar pengamatan (observasi). Adapun indikator aktivitas belajar peserta didik mengutip dari pendapat Paul D. Dierich (dalam Oemar Hamalik, 2010 : 90) sebagai berikut.

Tabel 1 Indikator Kinerja Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPS Melalui Penerapan Model Kooperatif Make a Match

No Indikator kinerja

1. Aktifitas fisik

a. Kegiatan (aktivitas) Visual

1. Siswa melihat gambar-gambar (media pembelajaran) 2. Siswa membaca (kartu soal maupun sumber belajar) b. Kegiatan (aktivitas) Lisan

1. Siswa mengajukan suatu pertanyaan

2. Siswa mengemukakan pendapat /menjawab pertanyaan secara lisan

3. Siswa melakukan diskusi kelompok c. Kegiatan (aktivitas) Mendengarkan

1. Siswa mendengarkan/ menyimak penyajian bahan oleh guru 2. Siswa mendengarkan/ menyimak percakapan dalam diskusi

kelompok dan persentasi yang dilakukan temannya d. Kegiatan (aktivitas) Menulis

1. Siswa menulis materi yang penting untuk dicatat selama pembelajaran (rangkuman)

2. Siswa menulis laporan kegiatan kerja kelompok 3. Siswa mengerjakan tes

2. Aktivitas Mental

1. Siswa menemukan hubungan antara kartu konsep yang satu dengan kartu konsep yang lain

2. Siswa memecahkan masalah dalam mencari pasangan kartu konsep 3. Siswa membuat kesimpulan materi pelajaran

3. Aktivitas Emosional

1. Siswa berani mengemukakan pendapat 2. Siswa tenang dalam proses pembelajaran

3. Siswa berani tampil kedepan untuk mempersentasikan hasil diskusi bersama pasangan kelompoknya

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan membuat tabulase dan persentase. Daftar skor diolah dengan mengelompokkan/menghitung jumlah nilai yang sama, persentase, dan skor rata-rata. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel. Rumus perhitungan analisis persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran yang digunakan adalah rumus persentase yang dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto (2010:102). Adapun rumus persentase adalah sebagai berikut.

(8)

NP = R

SM x 100

NP = nilai persen yang dicari atau yang diharapkan R = nilai/skor mentah yang diperoleh (skor aktual) SM = skor maksimum ideal dari nilai/skor (skor ideal) 100 = bilangan tetap

Berdasarkan persentase yang diperoleh, maka dapat diinterprestasikan dan diklasifikasi sesuai dengan tabel kriteria aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS yang adaptasi dari tolak ukur kategori persentase menurut M. Ngalim Purwanto (2010:103) sebagai berikut.

Tabel 2 Tolak Ukur Kategori Persentase

No Perentase (%) Kategori 1 86 – 100 % Sangat baik 2 76 – 85 % Baik 3 60 – 75 % Cukup baik 4 55 – 59 % Kurang 5 ≤ 54 % Kurang sekali

Sumber: M. Ngalim Purwanto (2010:103)

Kemudian untuk kriteria peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui penerapan model kooperatif make a match dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3 Kategori Peningkatan Aktivitas Belajar

No Perentase (%) Kategori 1 81 – 100 % Sangat tinggi 2 61 – 80 % Tinggi 3 41 – 60 % Cukup tinggi 4 21 – 40 % Rendah 5 0 - 20 % Sangat rendah

Sumber: M. Ngalim Purwanto (2010:103)

Analisis terhadap kemampuan guru yang diperoleh dari hasil obeservasi terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan skor yang diperoleh dibagi skor maksimal. Kemudian diinterprestasikan dan diklasifikasi sesuai dengan kriteria berikut.

Tabel 4 Tolak Ukur Kategori Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran

No Skor Kategori

1 1,00 – 1,99 Kurang

2 2,00 – 2,99 Cukup

3 3,00 – 3,49 Baik

4 3,50 – 4,00 Baik Sekali

Sumber : Syahwani umar dan Syambasril (2011:121)

Adapun analisis terhadap hasil belajar siswa dapat menggunakan interprestasi hasil belajar siswa mengacu pada pendapat Adi Suryanto (2008:4.42) sebagai berikut.

(9)

Tabel 5 Tolak Ukur Kategori Penilaian Hasil Belajar

Skor Akhir Keputusan Garade

80 – 100 70 – 79 60 – 69 50 – 59 0 – 49 Berhasil Berhasil Belum Berhasil Belum Berhasil Belum Berhasil A (baik sekali) B (baik) C (cukup) D (kurang) E (sangat kurang) Sumber : Adi Suryanto,dkk (2008:4.42)

Berdasarkan interprestasi hasil belajar siswa pada tabel 3.5 di atas maka untuk menetukan penigkatannya dapat dilihat dari peningkatan persentase rata-rata hasil belajar dan persentase dari masing-masing kategori (garade) hasil belajar dengan pengukuran persentase menggunakan rumus persentase sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto (2010:102) di atas. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus, dengan fokus bagaimana meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 05 Pontianak Kota dengan menerapkan model kooperatif make a match. Pada setiap siklus, penelitian ini berfokus pada tujuan agar aktivitas siswa meningkat baik aktivitas fisik, mental, maupun emosional sehingga implikasinya pada hasil belajar yang baik.

Pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan sebagai usaha mengatasi masalah rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS yang ditemukan pada saat observasi awal (pra penelitian). Penerapan model pembelajaran kooperatif make a match merupakan langkah yang diambil untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 05 Pontianak Kota. Pada tindakan siklus I ada beberapa tahap yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas:

Pertama tahap perencanaan, kegiatan perencanaan dilakukan sebelum melaksanakan tindakan penelitian dengan kegiatan analisis kurikulum, menetapkan dan menyusun rancangan tindakan/aktivitas pembelajaran, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada tindakan (treatment) yang akan dilaksanakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, menyiapkan media pembelajaran/kartu konsep, menyiapkan format observasi/instrument dalam siklus penelitian berupa indikator kinerja aktivitas siswa dalam pembelajaran dan pedoman observasi terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran dan menyiapkan alat dokumenter.

Kedua tahap pelaksanaan, pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif make a match pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 April 2013 pukul 09.00-10.45 WIB yang terdiri dari 3 tahapan proses pembelajaran, (1) Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas. Kegiatan berikutnya apersepsi dengan mengajukan berberapa pertanyaan antara lain: “Negara Indonesia dapat merasakan bebas dari penjajahan karena siapa?”, “kalian tahu tidak bangsa yang besar itu bangsa yang seperti apa?” Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”. Kegiatan selanjutnya Informasi materi,

(10)

tujuan dan kegiatan pembelajaran dari rancangan aktivitas belajar yang telah dibuat pada tahap perencanaan yang mengacu pada model pembelajaran kooperatif make a match (mencari pasangan). Aktivitas siswa dalam kegiatan awal pembelajaran pada saat apersepsi, menjawab pertanyaan secara serentak sehingga tidak jelas jawaban tersebut karena terjadi perbedaan jawaban. Melihat hal tersebut guru menunjuk salah satu siswa mengulangi jawabannya. Pada informasi kegiataan pembelajaran yang akan dilakukan berupa bermain mencari pasang semua siswa tertarik dan senang mengikuti pembelajaran. (2) Kegiatan inti meliputi a) Tahap ekplorasi, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan meminta siswa mengamati gambar lambang negara indonesia dan menyebutkan nama lambang dan dasar negara Indonesia tersebut. Kemudian siswa diperlihatkan gambar tokoh-tokoh yang berperan dalam mempersiapkan kemerdekaan dan diminta menyebutkan dan menunjukkan tokoh-tokoh yang mengemukakan dasar negara. Kegiatan selanjutnya siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang perlunya perumusan dasar negara sebelum kemerdekaan. Pada tahap ekplorasi ini, siswa mulai fokus dalam pembelajaran, hal ini dikarenakan siswa mengekplorasikan pengalamannya dalam mengamati gambar-gambar yang ditampilkan guru. Dalam kesempatan ini juga siswa berani mengemukkan pendapatnya dari pertanyaan-pertanyaan guru berdasarkan gambar tersebut, meskipun pada kegiatan tanya jawab siswa pasif dalam mengajukan pertanyaan sehingga guru yang aktif bertanya. b) Tahap Elaborasi, tindakan yang dilakukan guru adalah menginformasikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif make a match. Kemudian siswa diminta membaca materi selama 10 menit yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagai dasar pengetahuan awal untuk mempermudah dalam menemukan pasangan sesuai kartu yang dipegangnya. Sementara itu guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok yang telah dibuat/dipersiapkan sebelum pembelajaran. Setelah waktu yang ditentukan selesai, siswa melakukan kegiatan pembelajaran kooperatif make a match untuk babak pertama yang langkah-langkahnya sebagai berikut; 1)Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan konsep (soal/jawaban). 2)Tiap siswa memikirkan jawaban dari kartu yang dipegang dengan waktu maksimal 5 menit (diperbolehkan mencari informasi dari berbagai sumber belajar). 3) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya dengan waktu masksimal 3 menit. 4) Setiap siswa yang dapat mencocokkan sebelum batas waktu diberi poin. 5) Siswa bergabung dengan siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok kemudian berdiskusi untuk menganalisis hubungan kartu konsep yang mereka dapatkan dengan kartu konpsep utama/soal dan mempersentasikan di depan kelas. 6) Setelah satu babak dilanjutkan babak ke dua dengan langkah-langkah kegiatannya sama. Babak pertama dalam pembelajaran kooperatif make a match siswa masih ada yang belum mengerti proses mencari pasangannya. Hal ini ini terlihat ada 4 orang siswa salah menempati kelompok. Pada saat diskusi kelompok, pada awalnya siswa bingung apa yang akan mereka diskusikan. Oleh karena itu guru memandu dengan menjelaskan bahwa yang kalian diskusikan adalah mengapa kartu konsep yang ada pada kelompokmu cocok dengan kartu konsep utama/soal dengan kata lain kalian diskusikan hubungan kartu konsep utama/soal dengan kartu konsep yang dicocokkan tersebut. c) Tahap Konfirmasi, tindakan yang dilakukan guru dalam

(11)

pembelajaran adalah meminta mempersentasikan hasil diskusi bersama pasangan kelompoknya. Kemudian guru mengumumkan siswa dan kelompok terbaik pada babak pertama dan babak kedua dan memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa. Selanjutnya guru memberi motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisifasi aktif dalam pembelajaran dan memberikan informasi lebih lanjut tentang materi untuk mencapai tujuan pembelajaran. (3) Kegiatan Akhir, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran dan dilanjutkan dengan mengevaluasi pembelajaran melalui soal evaluasi untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran. Hasil evaluasi diberikan tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi pelajaran untuk mengulangi kembali belajar di rumah. Kemudian diakhiri dengan salam penutup.

Ketiga observasi, Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung oleh Hairunisa, S.Pd, sebagai kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini melalui lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Data yang diperoleh selanjutnya dievaluasi atau direduksi dan dianalsisis. Hasil observasi tehadap indikator kinerja aktivitas belajar peserta didik pada siklus I yang dilakukan oleh kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebagai berikut. (1) rata-rata siswa yang melakukan aktivitas fisik sesuai indikator yang diamati dalam proses pembelajaran mencapai 68,89% dengan capaian indakator terendah pada aspek siswa menulis laporan kegiatan diskusi/kerja kelompok yaitu hanya mencapai 5 siswa atau sebesar 18,52% termasuk kategori “kurang sekali” dari jumlah seluruh siswa, demikian juga pada indikator siswa yang mengajukan suatu pertanyaan dan menulis materi yang penting untuk dicatat selama pembelajaran (rangkuman) masing-masing siswa yang muncul atau melakukan aktivitas tersebut secara klasikal berjumlah 10 orang dari 27 siswa atau hanya mencapai 37,04% yang termasuk dalam kategori “kurang sekali” (2) rata-rata siswa yang melakukan aktivitas mental sesuai indikator yang diamati dalam proses pembelajaran mencapai 75,31% dari seluruh siswa, (3) rata-rata siswa yang melakukan aktivitas emosional sesuai indikator yang diamati dalam proses pembelajaran mencapai 71,60%. Dengan demikian persentase aktivitas fisik, mental, dan emosional termasuk dalam kategori “cukup baik”. Sedangkan hasil observasi terhadap kemampuan yang ditunjukkan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk dalam kategori “Baik” dengan skor rata-rata 3,45. Dengan demikian proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan, namun perlu ditingkatkan lagi di siklus II pada aspek pra pembelajaran, kegiatan inti dan penutup pembelajaran. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif make a match di siklus I mendapatkan nilai rata-rata 75,37 dan termasuk kategori “Baik”, dengan perolehan nilai terendah 60 dan tertinggi 100. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) di SD Negeri 05 Pontianak Kota bahwa untuk mata pelajaran IPS adalah 70, dengan demikian 74,07% siswa yang tuntas dalam mengikuti pembelajaran.

Keempat refleksi. berdasarkan kumpulan data bersama dengan observer selaku kolaborator dalam pelaksanaan penelitian melalui lembar pedoman

(12)

observasi menemukan beberapa kelebihan pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif make a match diantaranya adalah siswa lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajarnya, semangat ingin tahu siswa tumbuh karena berhubungan dengan pemecahan masalah melalui mencari pasangan berdasarkan kartu konsep, memupuk rasa percaya diri siswa serta siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran karena proses pembelajaran berlangsung dalam suasana menyenangkan terlebih ketika saat mencari pasangan dan mempersentasikan hasil diskusi bersama pasangan kelompoknya. Namun demikian masih terdapat kekurangan pada proses pembelajaran berlangsung yakni (1) tingkat keaktifan dalam mengajukan pertanyaan, menulis materi yang penting untuk dicatat selama pembelajaran (rangkuman), siswa mengemukakan ide dalam pemecahan masalah (aktivitas mental), dan keberanian siswa mengemukakan pendapat (aktivitas emosional) masih kurang. (2)susunan bangku dan meja siswa kurang tepat sehingga mempersempit ruang gerak siswa dalam mencari pasangan. (3)pembelajaran kooperatif make a match hanya dilakukan satu babak saja mengingat waktu tidak mencukupi untuk babak ke dua hal ini disebabkan ada siswa yang salah memilih pasangannya sehingga perlu diarahkan untuk mendapatkan pasangan kelompok yang benar, (4) siswa kesulitan dalam menganalisis hubungan kartu-kartu konsep yang ada pada pasangan kelompoknya sehingga pada saat persentasi ada 2 pasangan kelompok yang belum maksimal hal ini dikarenakan kurangnya bimbingan dari guru pada saat berdiskusi.

Berdasarkan permasalahan dan kegagalan di atas, maka peneliti mencarikan solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran pada tindakan di siklus II yaitu dengan memotivasi siswa untuk lebih berpartisipasi, mengubah susunan bangku dan meja dengan bentuk huruf U, melaksanakan pembelajaran efisien sehingga dalam dilakukan dua babak dalam mencari pasangan untuk mengembangkan pemahaman dan pengetahuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran serta melakukan bimbingan secara intensif sehingga dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam menganalisis hubungan kartu konsep yang mereka dapatkan.

Siklus II dilaksanakan sesuai dengan hasil refleksi dari kekurangan dan kelebihan pada siklus I. Hal ini dilakukan sebagai usaha perbaikan agar aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat serta hasil belajar siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pada tahap perencanaan sama dengan perencanaan yang dilakukan di siklus I dengan melaksanakan rekomendasi hasil refleksi tindakan di siklus I.

Pelaksanaan tindakan penelitian siklus II dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif make a match. Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 1 Mei 2013 pukul 09.00 – 10.45 WIB. Seperti halnya dengan siklus I, pelaksanaan tindakan di siklus II terdiri dari 3 tahapan proses pembelajaran dengan mengintegrasikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif make a match dalam pembelajaran sebagai berikut; pertama kegiatan awal, tindakan pada kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan salam pembuka dan memeriksa kesiapan siswa dalam belajar. Kegiatan memeriksa kesiapan siswa mencakup aspek memeriksa kehadiran, kerapian, ketertiban, perlengkapan pembelajaran, dan kesiapan belajar siswa. Kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa (absensi). Tindakan dalam

(13)

kegiatan awal pembelajaran selanjutknya melakukan kegiatan apersepsi. Kegiatan apersepsi dilakukan dalam rangka memotivasi siswa, antara lain mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya, mengajukan pertanyaan menantang, seperti “Kapan Proklamasi Kemerdekaan negara kita dilakukan?, Tahukah kamu siapa yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Apa artinya proklamasi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia?”. Berdasarkan pengamatan pada tindakan ini banyak siswa ingin menjawab soal apersepsi tersebut, hal ini terlihat banyak siswa yang mengangkat tangan untuk mencoba menjawab, tetapi guru hanya memberikan kesempatan kepada berberapa siswa saja. Kemudian dilanjutkan dengan informasi tujuan dan kegiatan pembelajaran dari rancangan aktivitas belajar yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Dan tidak lupa memberi kontrak pembelajaran sehingga dalam pembelajaran siswa lebih tertib, disiplin dan aktif berpartisipasi.

Kedua kegiatan inti, dalam kegiatan inti pembelajaran terdiri dari tiga tahap yaitu ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap ekplorasi ini siswa mengamati gambar peristiwa-peristiwa penting sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia yang ditampilkan guru melalui LCD proyektor. Kemudian meminta siswa menyebutkan nama peristiwa pada gambar tersebut serta menunjukkan dan mengurutkan peristiwa-peristiwa penting sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia secara runtut berdasarkan gambar tersebut. Tahap selanjutnya dari kegiatan inti pembelajaran adalah tahap elaborasi. Pada tahap ini siswa diminta membaca LKS tersebut, kemudian siswa mengamati tabel peristiwa-peristiwa penting sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia yang belum lengkap dan siswa diminta mencari informasi dari buku untuk melengkapinya selama 10 menit sebagai dasar pengetahuan awal untuk mempermudah dalam menemukan pasangan sesuai kartu yang dipegangnya. Sementara itu guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok yang telah dibuat/dipersiapkan sebelum pembelajaran sesuai jumlah siswa. Kegiatan pembelajaran dalam tahap elaborasi selanjutnya dalah guru menginformasikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif make a match (mencari pasangan). Kemudian siswa melakukan kegiatan pembelajaran kooperatif make a match untuk babak pertama yang langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan konsep (soal/jawaban). (2) Tiap siswa memikirkan jawaban dari kartu yang dipegang dengan waktu maksimal 5 menit (diperbolehkan mencari informasi dari berbagai sumber belajar). (3) Dengan arahan guru, setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya dengan waktu masksimal 3 menit. (4) Setiap siswa yang dapat mencocokkan sebelum batas waktu diberi poin. (5) Siswa bergabung dengan siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok untuk mendiskusikan hubungan antar kartu konsep tersebut dan mempersentasikannya di depan kelas. Pada tahap ini guru lebih fokus melakukan bimbingan terhadap siswa yang belum mampu memecakan hubungan antar konsep dalam kartu konsep yang mereka dapatkan dalam pasangan kelompoknya. (6) Setelah satu babak dilanjutkan babak ke dua dengan mengacak kartu konsep (soal/jawaban) tersebut. Pelaksanaan babak ke dua berjalan dengan lancar siswa lebih mudah mencari pasangannya berdasarkan kartu konsep yang mereka dapatkan. Demikian juga dengan proses diskusi

(14)

kelompok, siswa dapat dengan mudah menemukan hubungan konsep yang satu dengan konsep yang lain, hal ini dikarenakan siswa memperhatikan dan menyimak temannya mempersentasikan hasil diskusi mereka pada babak pertama sehinga mereka dapat dengan mudah meniru dan menambahkan ide dan penjelasan mengenai konsep tersebut. Tahap Konfirmasi merupakan tahap ketiga dari kegiatan inti pembelajaran. Ada pun tindakan yang dilakukan siswa mempersentasikan laporan dari hasil diskusi bersama pasangan kelompoknya masing-masing pada babak ke dua. Kemuadian guru mengumumkan siswa dan kelompok yang terbaik baik dari proses mencari pasangan maupun dalam mempersentasikan hasil analisis hubungan antara konsep jawaban dengan konsep utama/soal dan memberikan umpan balik positif dengan memberikan perhargaan/apresiasi kepada siswa yang terbaik tersebut seperti dengan bertepuk tangan dan lain-lain. Selanjutnya guru memberikan informasi lebih lanjut tentang materi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ketiga kegiatan akhir, kegiatan akhir pembelajaran pada sisklus II ini antara lain, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran. Dalam hal ini guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman atau menyimpulkan materi pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan penuntun agar siswa dapat merumuskan rangkuman atau kesimpulan yang benar. Kemudian guru memberikan evaluasi pembelajaran dan dilanjutkan dengan memberikan tindak lanjut Tindak lanjut dilaksanakan guru dengan memberikan tugas-tugas yang terkait dengan materi yang telah dibahas berupa PR dengan soal yang terdapat pada buku paket mereka. Proses pelaksanaan pembelajaran dilakukan tepat waktu sesuai alokasi waktu yang ditentukan, hal ini menunjukkan bahwa siswa dan guru mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

Hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam tindakan pembelajaran di siklus II menunjukkan bahwa (1) rata-rata siswa yang melakukan aktivitas fisik sesuai indikator yang diamati dalam proses pembelajaran mencapai 79,70% (2) rata-rata siswa yang melakukan aktivitas mental sesuai indikator yang diamati dalam proses pembelajaran mencapai 88,89% dari seluruh siswa, (3) rata-rata siswa yang melakukan aktivitas emosional sesuai indikator yang diamati dalam proses pembelajaran mencapai 88,89%. Dengan demikian persentase aktivitas fisik, mental, dan emosional termasuk dalam kategori “Baik”. Sedangkan pada aspek kemampuan guru melaksanakan pembelajaran menunjukkan hasil yang memuaskan dengan rata-rata mencapai 3,68 dengan kategori “Baik Sekali”. Kegiatan awal yang terdiri dari kegiatan pra pembelajaran dan kegiatan membuka pembelajaran masing-masing memperoleh nilai rata-rata 3,50 dan 4,00 dengan kategori “Baik Sekali”. Sedangkan kegiatan inti dan penutup perolehan nilai rata-rata mencapai 3,55 dan 3,67 dengan kategori “Baik Sekali”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru mampu melaksanakan pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran make a match di kelas VA SD Negeri 05 Pontianak Kota dengan baik sekali. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif make a match di siklus II mendapatkan nilai rata-rata 89,44 dengan perolehan nilai terendah 70 dan tertinggi 100. Hal ini menunjukkan bahwa 100 % siswa tuntas dalam mengikuti pembelajaran melalui pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimalnya 70.

(15)

Hasil refleksi terhadap pengamatan pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mampu menemukan pasangan berdasarkan kartu konsep. Masing-masing siswa kelihatan berhasil menemukan penyelesaian terhadap hubungan konsep jawab dengan konsep utama/soal. Siswa sudah menunjukkan keberanian dan tidak malu-malu mengemukakan pendapatnya dalam diskusi bersama pasangannya dan dalam mempersentasikannya di depan kelas. Demikian juga mereka telah berani memberikan memberikan komentar atas pendapat temannya. Tingkat keaktifan dalam aktivitas siswa terjadi peningkatan dalam jumlahnya. Baik pada aktivitas fisik, mental maupun emosional. Hal ini dimungkinkan karena pemahaman siswa terhadap langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan mencari pasangan. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pun menunjukkan kategori “Baik Sekali”. Hal ini berdasarkan pengamatan observer melalui lembar panduan observasi terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Hasil penelitian pada siklus I dan siklus II menunjukkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terdapat peningkatan dari sebelum dilaksanakan tindakan (base line) baik pada aspek aktivitas fisik, mental maupun emosional. Adapun rekapitulasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kooperatif make a match dapat digambarkan melalui diagram berikut.

Diagram di atas menggambarkan rata-rata perolehan aktivitas fisik siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif make a match di kelas VA SD Negeri 05 Pontianak Kota mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar 42,22% dari 26,67% di base line menjadi 68,89 di siklus I dan perolehan persentase di siklus II sebesar 86,30% termasuk kategori “Sangat Baik” persentase siswa yang melakukan aktivitas fisik dalam proses pembelajaran. Dengan demikian peningkatan yang cukup tinggi di siklus II. Peningkatan rata-rata aktivitas mental siswa dalam proses pembelajaran termasuk tinggi yakni meningkat sebesar 69,13% dari 6,17% di base line menjadi 75,31% siklus I dan di siklus II perolehan persentase aktivitas mental siswa dalam proses pembelajaran mencapai 88,89% dengan kategori peningkatan dari base line termasuk kategori “Sangat Tinggi” yakni mencapai 82,71%. Rata-rata perolehan persentase aktivitas emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan

(16)

menggunakan model kooperatif make a match terdapat peningkatan seperti halnya dengan aktivitas fisik dan mental. Adapun besarnya peningkatan tersebut adalah 44,44% dari 27,16% di base line menjadi 71,60% di siklus I dan di siklus II mencapai 88,89% dengan kategori peningkatan “Cukup Tinggi” di siklus I dan termasuk tinggi peningkatan aktivitas emosional di siklus II dari sebelum diberikan tindakan (base line).

Hasil observasi terhadap kemampuan guru melaksanakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II.

Berdasarkan diagram di atas menggambarkan bahwa kegiatan pra pembelajaran di siklus II lebih baik dibandingkan siklus I, sementara itu untuk kegiatan membuka pembelajaran masing-masing di siklus I dan siklus mencapai hasil yang sangat baik yaitu mendapat skor rata-rata 4,00. Demikian juga dengan kegiatan inti dan penutup mengalami peningkatan di bandingkan siklus I. Skor rata-rata total hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif make a match mengalami peningkatan skor rata-rata dimana pada siklus I kemampuan guru memperoleh skor rata-rata 3,45 dengakan kategori “Baik” sedangkan di siklus II skor rata-rata perolehan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dari awal sampai akhir menjadi 3,68 dengan kategori “ Sangat Baik”. Perolehan skor tersebut menunjukkan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran di siklus I maupun di siklus II sesuai dengan pedoman pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan pada RPP dan IPKG melaksanakan pembelajaran. Implikasinya adalah peningkatan efektivitas pembelajaran, interaksi antar fasilitator (guru), subyek belajar (siswa), dan objek belajar (materi pelajaran) serta hasil belajar yang memuaskan.

Hasil belajar siswa di siklus I dan II berdasarkan tolak ukur kategori penilaian setelah dilaksanakannya tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif make a macth pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 05 Pontianak Kota direkapitulasi pada tabel berikut.

(17)

Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa

No Garade/Nilai Siklus I Siklus II

Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa persentase 1 Baik Sekali (80-100) 10 orang 37,04% 24 orang 88,89% 2 Baik (70-79) 9 orang 33,33% 3 orang 11,11% 3 Cukup (60-69) 8 orang 29,63% 0 orang 0,00% 4 Kurang (50-59) 0 orang 0,00% 0 orang 0,00% 5 Kurang Sekali (0-49) 0 orang 0,00% 0 orang 0,00% Rata-rata Nilai 75,37 89,44

Sumber : Data Olahan Penelitian (2013)

Berdasarkan tabel di atas bahwa hasil belajar siswa dapat digambarkan dalam grafik berikut.

Grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai 80-100 dengan garade “Baik Sekali” sebanyak 10 siswa atau 37,04% di siklus I sedangkan di siklus II mengalami peningkatan menjadi 24 siswa atau 88,89% yang memperoleh nilai di rentang 80-100 dengan garade “Baik Sekali”. Untuk siswa yang memperoleh nilai 70-79 dengan garade “Baik” di siklus I mencapai sebanyak 9 siswa atau 33,33% sedangkan di siklus II hanya 3 siswa atau 11,11% saja dan tidak ada yang mendapat nilai kurang dari 70. Sementara di siklus I terdapat 8 siswa atau 29,63% siswa mendapat nilai berada pada rentang 60-69 dengan garade “Cukup”. Hasil tes evaluasi pembelajaran pada akhir pembelajaran siklus II diperoleh nilai rata-rata 89,44. Hal ini mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya memperoleh nilai rata-rata 75,37. Jumlah siswa yang tuntas belajar dengan memperoleh nilai ≥ 70 sesuai KKM pada siklus I hanya sebanyak 19 siswa atau 70,37% siswa yang tuntas dari jumlah seluruh siswa kelas V sebanyak 27 orang. Namun di siklus II terjadi peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar dengan memperoleh nilai ≥70 sebanyak 27 orang sehingga mencapai ketuntasan klasikal yang maksimal yakni 100%. Dengan demikian membuktikan bahwa proses pembelajaran siklus II lebih baik dari siklus I.

(18)

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada bab IV maka dapat diambil simpulan secara umum bahwa penerapan model kooperatif make a match dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 05 Pontianak Kota. Adapun secara khususnya dapat diuraikan beberapa simpulan sebagai berikut.

Pertama, bahwa aktivitas fisik siswa dalam pembelajaran IPS dengan penerapan model kooperatif make a match pada siswa kelas V SD Negeri 05 Pontianak Kota mengalami peningkatan sebesar 42,22% dari 27,67% yang muncul di base line menjadi 68,89% di siklus I dengan kategori peningkatannya “Cukup Tinggi”. Di siklus II aktivitas fisik siswa dalam pembelajaran yang muncul sebesar 86,30% dan meningkat 59,63% dari base line dengan kategori peningkatannya termasuk “Cukup Tinggi”.

Kedua, bahwa aktivitas mental siswa dalam pembelajaran IPS dengan penerapan model kooperatif make a match pada siswa kelas V SD Negeri 05 Pontianak Kota mengalami peningkatan sebesar 69,13% dari 6,17% yang muncul di base line menjadi 75,31 % di siklus I dengan kategori peningkatannya termasuk “Tinggi”. Di siklus II perolehan persentase aktivitas mental siswa dalam proses pembelajaran mencapai 88,89% dengan kategori peningkatan dari base line termasuk kategori “Sangat Tinggi” yakni mencapai 82,71%.

Ketiga, bahwa aktivitas emosional siswa dalam pembelajaran IPS dengan penerapan model kooperatif make a match pada siswa kelas V SD Negeri 05 Pontianak Kota mengalami peningkatan sebesar 44,44% dari 27,16% yang muncul di base line menjadi 71,60 % di siklus I dengan kategori peningkatannya “Cukup Tinggi”. Di siklus II aktivitas emosional siswa dalam pembelajaran IPS yang muncul 88,89% dan meningkat sebesar 61,73% dari base line dengan kategori peningkatannya termasuk “Tinggi”.

Keempat, hasil tes evaluasi pembelajaran pada akhir pembelajaran mengalami peningkatan nilai rata-rata dari 75,37 disiklus I yang termasuk kategori “Baik” menjadi 89,44 di siklus II dengan kategori “Baik Sekali”.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan hal-hal berikut sebagai implikasi penelitian bahwa diharapkan guru sebelum melaksanakan pembelajaran make a match (mencari pasangan) sebaiknya menyiapkan kartu konsep yang sesuai dengan jumlah siswa dan warnanya bervariasi sehingga siswa termotivasi dalam kegiatan mencari pasangannya, perlu mengalokasi waktu secara baik, karena kegiatan pembelajaran kooperatif make a match harus dilakukan beberapa babak sehingga siswa mampu menguasai materi pelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran, guru senantiasa melakukan bimbingan secara intensif terhadap siswa yang mengalami kesulitan baik dalam menemukan pasangan kelompoknya maupun dalam menganalisis keterhubungan antar konsep dalam pasangan kelompoknya sehingga siswa mampu mempersentasikan di depan kelas dengan baik serta mewujudkan keberanian dan kepercayaan diri siswa dalam proses pembelajaran serta penataan meja dan kursi siswa sebaiknya disesuaikan, dimana pada saat kegiatan mencari pasangan susunannya sebaiknya dalam bentuk U atau O sedangkan pada kegiatan diskusi bersama kelompok pasangan diubah lagi mengelompok dengan masing-masing pasangan kelompoknya.

(19)

DAFTAR RUJUKAN

Adi Suryanto. (2008). Buku Materi Pokok PDGK 4301/2 SKS/Modul 1-6 Edisi I Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Anita Lie. (2002). Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Departemen Pendidikan Nasional.

Hidayati. (2008). Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Iskandar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Cipayung- Ciputat: Gaung Persada Press.

Kokom Komalasari. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

M. Ngalim Purwanto. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurhadi dan Suwardi. (2010). Menciptakan Pembelajaran IPS Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: Multi Kreasi Satudelapan.

Oemar Hamalik. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

PT Raja Gravindo Persada

Syahwani Umar dan Syambasril. (2011). Buku Ajar Program Pengalaman Lapangan-1 Micro Teaching. Pontianak: FKIP UNTAN.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Gambar

Diagram  di  atas  menggambarkan  rata-rata  perolehan  aktivitas  fisik  siswa  dalam  mengikuti  pembelajaran  IPS  melalui  penerapan  model  pembelajaran  kooperatif  make  a  match  di  kelas  VA  SD  Negeri  05  Pontianak  Kota  mengalami  peningkata
Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Hermawan Kertajaya (2009 : 4) juga menulis performa dari layanan yang diberikan akan membedakan perusahaan jasa yang satu dengan yang lainnya serta performa layanan yang

Sesuai dengan prediksi teori sistem terbuka, responsifitas perusahaan terhadap pesaing dan pelanggan akan berpengaruh secara positif terhadap kinerja pemasaran dan

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN PETA KONSEP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN PETA KONSEP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengujian kuat geser balok dilakukan pada balok berukuran 20 cm x 25 cm x 160 cm dengan dua buah konfigurasi pemasangan tulangan geser, yaitu pemasangan tulangan geser vertikal

Puji dan syukur penulis senantiasa panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya sehingga Alhamdulillah makalah dengan tema, Pendalaman

Namun tidak berarti bahwa dengan rasionalitasnya , suara hati dan segenap pandangan moralnya harus dibuktikan terlebih dahulu, melainkan kita harus terbuka bagi setiap argumen

Kompetensi SDM mempengaruhi kepuasan kerja dan kualitas pelayanan, terbukti melalui keahlian, sifat dan motivasi dokter dan perawat yang baik, maka kualitas pelayanan