i
JURNAL
DESTINASI PARIWISATA
DIPUBLIKASIKAN OLEH PS. SARJANA DESTINASI PARIWISATA (DPW) FAKULTAS PARIWISATA, UNIVERSITAS UDAYANA (UNUD)Jurnal DESTINASI PARIWISATA merupakan jurnal yang terbit dua kali dalam setahun (bulan Juli dan bulan Desember) sebagai wadah karya ilmiah termasuk aspek perencanaan, penataan, pengelolaan dan dampak yang ditimbulkannya. Jurnal ini memuat tentang hasil penelitian, survei dan tulisan ilmiah populer kepariwisataan sebagai salah satu upaya memberikan sumbangan dari dunia akademis kepada sektor pariwisata. Redaksi menerima sumbangan tulisan para pakar, staf pengajar perguruan tinggi, praktisi maupun mahasiswa yang peka dan peduli terhadap eksistensi dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Redaksi dapat menyingkat atau memperbaiki tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah maksud dan isinya. SUSUNAN PENGURUS JURNAL DESTINASI PARIWISATA Editor in Chief: I Gusti Agung Oka Mahagangga, S.Sos., M.Si. Editor: I Made Bayu Ariwangsa, S.S, M.Par, M.Rech.
Ida Bagus Suryawan, S.T., M.Si. Natasha Erinda Putri Moniaga, S.S, M.Par, M.Rech.
I Gede Anom Sastrawan, S.Par. M.Par
Dian Pramita Sugiarti, S.S., M.Hum
Editorial Board: Drs. I Putu Anom, M.Par
Dra. L.P. Kerti Pujani, M.Si
Dra. Ida Ayu Suryasih, M.Par
Made Sukana, SST.Par., M.Par., MBA. Nararya Narottama, S.E., M.Par
Proof Reader: I Made Adikampana, S.T, M.T Drs. A.A. Ngurah Palguna, M. Si Saptono Nugroho, S.Sos., M.Par. I Gde Indra Bhaskara, SST.Par., M.Sc. Ph.D Putri Kusuma Sanjiwani, S.H., M.H Sekretariat: A.A. Putu Suwandewi, SST.Par ALAMAT PENYUNTING DAN TATA USAHA Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata Fakultas Pariwisata UNUD Jl. DR. R. Goris No. 7 Denpasar Bali, Telp/fax: (0361)223798, email: jurdespar@unud.ac.id
ii
PENGANTAR REDAKSI JURNAL DESTINASI PARIWISATAEra revolusi 4.0 memiliki implikasi yang sulit untuk dihindari oleh seluruh komponen di dunia. Mulai dari para praktisi, akademisi, pemegang kebijakan termasuk para calon intelektual muda yaitu mahasiswa. Situasi ini menuntut kecepatan, ketepatan, dan keunggulan kompetitif yang diyakini akan mampu menembus ruang, batas dan waktu sebagai suatu kesatuan masyarakat bumi yang telah “tersatukan” melalui sistem informasi dan teknologi dan serangkaian kekuatan, model, standar-standar, bahkan ideologi-ideologi yang mengikutinya (pertumbuhan , hedonis, konsumtif, neoliberalis dan yang lainnya) sebagai ciri globalisasi. Globalisasi tidak lagi menjadi sekedar isu, globalisasi saat ini sudah dalam tahap aplikasi secara komprehensif. Uniknya, tidak semua masyarakat dunia menyadari bahwa sudah “dirasuki” oleh “globalisasi” yang memiliki implikasi positif maupun negatif, tergantung dari perspektif yang digunakan. Dalam dunia kampus, digitalisasi sebagai salah satu ciri revolusi 4.0 diaplikasikan untuk mampu memberikan kontribusi secara akademis maupun praktis sebagai pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan/Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian). Termasuk dalam publikasi ilmiah, yaitu penerbitan hasil-hasil penelitian / pengabdian, dituntut harus melalui jurnal-jurnal ilmiah yang bermutu dan berkualitas.
Para pengelola jurnal ilmiah, tidak hanya dituntut mampu menampilkan tulisan ilmiah dari para dosen dan mahasiswa yang kaya substansi, memiliki kebaharuan dan menampilkan temuan-temuan terkini. Tetapi juga, dituntut mampu menjalankan management secara profesional, mengacu kepada standar-standar, alat-alat software (terkait penulisan, daftar pustaka, uji plagiasi dan yang lainnya), persyaratan administrasi dan kelayakan jurnal ilmiah (dinilai dari sistem seperti OJS, reputasi, impact dan yang lainnya).
Jurnal Destinasi Pariwisata sebagai salah satu OJS Universitas Udayana, telah menduduki SINTA 5 yang sangat kami syukuri dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh tim pengelola. Jurnal yang berawal dari publikasi hasil penelitian mahasiswa dan dosen Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana ini, dituntut untuk terus berupaya meningkatkan pelayanan dan kualitas. Sehingga tidak hanya mampu menampilkan temuan-temuan terbaru terkait destinasi wisata, tetapi juga harus mampu memiliki reputasi sesuai dengan skala dan peruntukannya.
Pada Jurnal Destinasi Pariwisata Volume 7, nomor 2, edisi Desember tahun 2019 ini, kami berupaya membuka lebih lebar pintu bagi hasil-hasil penelitian dari luar Universitas Udayana sebagai upaya kami meningkatkan peringkat dan reputasi. Terdapat tiga tulisan ilmiah dari luar yang berjudul Studi Pengembangan Pasar Tradisional Pajak Ikan Sebagai Pusat Wisata Belanja di Kota Medan dari Femmy Indriany Dalimunthe, Wisata Puncak Becici : Kepuasan, Loyalitas Dan Intensi Rekomendasi Wisatawan dari Isnanda Zainur Rohman dan Daya Tarik Wisata Pasca Bencana Erupsi Gunung Api Sinabung, Di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dari Liyushiana, Putri Rizkiyah dan Herman.
Kami membuka diri dan berharap kepada para peneliti, dosen, mahasiswa, pemegang kebijakan maupun praktisi, yang berkepentingan untuk publikasi ilmiah dapat memiliki Jurnal Destinasi Pariwisata sebagai “corong publikasi”. Destinasi wisata di Indonesia yang berkembang pesat sangat membutuhkan ide, kreatifitas dan semangat pembaharuan untuk kemajuan pembangunan pariwisata di Indonesia. Akan lebih bijak, jika pembangunan pariwisata di Indonesia mulai mempertimbangkan dan menggunakan hasil-hasil riset sebagai referensi dan dasar dalam pengambilan keputusan untuk masa depan destinasi wisata yang tidak hanya melihat aspek kuantitas melainkan juga kualitas untuk terwujudnya pembangunan pariwisata secara berkelanjutan. Denpasar, Desember 2019 REDAKSI
iii
PERSYARATAN NASKAH UNTUK JURNAL DESTINASI PARIWISATA
1. Naskah dapat berupa hasil penelitian atau kajian pustaka yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya (Jika ingin menggunakan skripsi, harap dibuat dan disesuaikan dalam format jurnal, dan jika diperlukan perubahan kata-kata maupun kalimat (paraphrase) sangat disarankan untuk mencegah autoplagiat).
2. Abstrak (bahasa Inggris) tidak lebih dari 250 kata dengan disertai 3-5 istilah kunci (keywords) dengan ukuran font cambria 10 Italic.
3. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Naskah berupa ketikan asli dan CD (Soft copy) dengan ukuran A4 ketikan spasi 1 font cambria 11 dengan jumlah maksimal 5-10 halaman (2 columns), kecuali abstrak, tabel dan kepustakaan.
4. Naskah ditulis dengan batas 2,54 cm dari tepi kiri dan tepi kanan, batas 1,9 cm bawah dan atas (Moderate).
5. Judul singkat, jelas dan informatif serta ditulis dengan huruf besar (Uppercase). Judul yang terlalu panjang harus dipecah menjadi judul utama dan anak judul.
6. Nama penulis tanpa gelar akademik, alamat e-mail dan asal instansi penulis ditulis lengkap.
7. Naskah hasil penelitian terdiri atau judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, tinjauan pustaka dan metode, hasil dan pembahasan, simpulan dan saran serta kepustakaan. 8. Naskah kajian pustaka terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, masalah,
pembahasan, simpulan dan saran serta kepustakaan.
9. Tabel, grafik, histogram, sketsa dan gambar harus diberi judul serta keterangan yang jelas disertai dengan sumber (font menyesuaikan dan bisa dibuat menjadi 1 column).
10. Dalam mengutip pendapat orang lain, dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh : XXXXX (2010); XXXX et al. (2012).
11. Kepustakaan memakai “harvard style” (font cambria 9) disusun menurut abjad nama penulis tanpa nomer urut.
a. Untuk buku : nama pokok dan inisial pengarang, tahun terbit, judul, jilid, edisi, tempat terbit dan nama penerbit.
Ex: Picard, Michael. 1996. Cultural Tourism and Touristic Culture. Singapore: Archipelago Press.
b. Karangan dalam buku : nama pokok dari inisial pengarang, tahun terbit, judul karangan, inisial dan nama editor : judul buku, hal permulaan dan akhir karangan, tempat terbitan dan nama penerbit.
Ex: McKean, Philip Frick. 1978. “Towards as Theoretical analysis of Tourism: Economic Dualism and Cultural Involution in Bali”. Dalam Valena L. Smith (ed). Host and Guests: The Antropology of Tourism. Philadelphia : University of Pensylvania Press.
c. Untuk artikel dalam jurnal: nama pokok dan inisial pengarang, tahun, judul karangan, singkatan nama majalah, jilid (nomor), halaman permulaan dan akhir.
Ex: Pitana, I Gde. 1998. “Global Proces and Struggle for Identity: A Note on Cultural Tourism in Bali, Indonesia” Journal of Island Studies, vol. I, no. 1, pp. 117-126.
d. Untuk Artikel dalam format elektronik : Nama pokok dan inisial, tahun, judul, waktu, alamat situs.
Ex: Hudson, P. (1998, September 16 - last update), "PM, Costello liars: former bank
chief", (The Age), Available:
http://www.theage.com.au/daily/980916/news/news2.html (Accessed: 1998, September 16). 12. Dalam tata nama (nomenklatur) dan tata istilah, penulis harus mengikuti cara penulisan yang baku untuk masing-masing bidang ilmu. 13. Dalam hal diperlukan ucapan terima kasih, supaya ditulis di bagian akhir naskah dengan menyebutkan secara lengkap: nama, gelar dan penerima ucapan.
VOL. 7, No. 1, 2019
iv
JURNAL
p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
DESTINASI PARIWISATA
DAFTAR ISI Volume 7, no 2, Desember 2019
Privatisasi Sempadan Pantai oleh Akomodasi Pariwisata
di Denpasar
______________________________________________________________________ (211-217
)Alzaena Geanina Irnawan dan Ida Bagus Suryawan
Perkembagan Wisata Mendaki Di Gunung Agung:
Studi Kasus Gunung Agung Kabupaten Karangasem
Provinsi Bali
_____________________________________________________________________ (218-225)Himsar Hutabarat dan I Gusti Agung Oka Mahagangga
Dampak Ekonomi Pengembangan Daya Tarik Wisata “Hot Spring”
Di Kecamatan Marobo, Kabupaten Bobonaro, Timor-Leste
_________ (226-230)Gracita Chiana do Rêgo Cornélio da Piedade dan I Putu Anom
Pencitraan Sosial Media: Studi Kasus Ulasan Tripadvisor
Terhadap 5 Restaurant Terbaik Di Bali
__________________________________ (231-238)Intan Yulia Insani Saragih dan Gde Indra Bhaskara
Pengelolaan Sampah Di Daya Tarik Wisata Pantai Candikusuma,
Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,
Kabupaten Jembrana ________________________________________________
______ (239-243)Made Bagus Megawan dan Ida Bagus Suryawan
Penerapan Kesehatan Dan Keselamatna Kerja (K3)
Wisata Arung Jeram Di Pinus Camp, Desa Sumberbulu,
Kabupaten Banyuwangi Sebagai Daya Tarik Wisata
__________________ (245-251)Miftahol Arifin dan Made Sukana
Pemasaran Dan Persaingan Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort
Sebagai Sebuah Atraksi Wisata
_____________________________________________ (252-261)Malene Haahr Poulsen dan Gde Indra Bhaskara
Identifikasi Potensi Desa Wisata Kerta Payangan,
Kabupaten Gianyar, Bali
_____________________________________________________ (262-268)Putu Aditya Dharma Arya Wiguna dan I Nyoman Sukma Arida
Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Di Daya Tarik Wisata Bounce Bali Desa Canggu
Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung
______________________________ (269-274)Abel Kurniawan dan Made Sukana
Penerapan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Pada Wisata Paralayang Di Gunung Banyak,
Kota Batu, Provinsi Jawa Timur
____________________________________________ (275-280) Muhammad Alif Adz Dzikri dan Made SukanaVOL. 7, No. 2, 2019
v
Strategi Pengembangan Lumpur Lapindo Sebagai Wisata Edukasi
Di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur
________________________________________ (281-287)Rizky Maulana Abdillah dan Ida Bagus Suryawan
Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli Wisatawan
Di Pasar Seni Sukawati Kabupaten Gianyar
_____________________________ (288-294)Andreas Agung Riantra dan Made Sukana
Penurunan Jumlah Lahan Dan Perubahan Budidaya Tanaman
Kopi Bali Kintamani Mengancam Destinasi Wisata Kopi
Di Kintamani
____________________________________________________________________ (295-303)Ijlal Faiz Bayu Permana dan Made Sukana
Implikasi Erupsi Gunung Agung Terhadap Sosial Ekonomi
Pelaku Usaha Pariwisata Di Kawasan
Pantai Batu Bolong, Canggu
__________________________________________________ (304-309)Dewi Sasmita dan Saptono Nugroho
Pengaruh Harga Dan Citra Merek
Terhadap Minat Beli Wisatawan Domestik
Di Pusat Oleh-Oleh Joger, Kuta, Bali
_____________________________________ (310-314)Risa Kariba Jambak dan I Made_Sukana
Dampak Ekonomi Ekowisata Air Terjun Suranadi
Terhadap Masyarakat Lokal Di Desa Jatiluwih
_________________________ (315-325)I Putu Agus Mahendra Suryajaya dan I Made Adikampana
Implikasi Erupsi Gunung Agung Terhadap Pertunjukan Seni Tari
Tradisional Di Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud,
Kabupaten Gianyar, Bali
______________________________________________________ (326-331)Bony Christianta Sembiring dan I Made Adikampana
Tingkat Kepuasan Wisatawan Terhadap Kualitas Pelayanan
Di Sanggar Seni Yasa Putra Sedana di Kecamatan Payangan,
Kabupaten Gianyar, Bali
______________________________________________________ (332-338)I Kadek Ardita dan Ida Bagus Suryawan
Pengelolaan Air Limbah Hotel Dan Pemanfaatannya
Dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan : Studi Kasus Pada
Pengelolaan Air Limbah Lagoon, Itdc, Nusa Dua
______________________ (339-343)Septi Ayu Andini dan I Nyoman Sukma Arida
Pengelolaan Desa Wisata Kaba – Kaba, Kecamatan Kediri,
Kabupaten Tabanan: Suatu Analisis Kualitatif
________________________ (344-351)I Gusti Ayu Komang Meilinda Wijayanthi dan Putri Kusuma Sanjiwani
Upaya Revitalisasi Pertanian Rumput Laut Dalam Praktik
Pariwisata Di Desa Lembongan, Kabupaten Klungkung
_____________ (352-363)I Wayan Gede Wahyu Pradnyana dan Saptono Nugroho
VOL. 7, No. 1, 2019
vi
Strategi Pengembangan Desa Sayan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali,
Sebagai Desa Wisata Berbasis Wisata Alam Bija
_______________________ (364-373) Alinda Thalia dan Saptono NugrohoPengembangan Atraksi Wisata Minat Khusus Berbasis Nilai Tradisi
Makotek Di Desa Wisata Munggu Badung Bali
_________________________ (374-381)Winda Kusumawati Supandi dan I Made Adikampana
Sistem Pengelolaan Daya Tarik Wisata Pulau Gili Ketapang
Sebagai Aset Desa Gili Ketapang, Kecamatan Sumber Asih,
Kabupaten Probolinggo
______________________________________________________ (382-389) Decky Abdi Dermawan dan I Putu AnomAnalisis Peran Stakeholder Desa Wisata Carangsari,
Kecamatan Petang, Kabupaten Badung
__________________________________ (390-397)Shafa Raya Cahyana dan Saptono Nugroho
Respon Masyarakat Lokal terhadap Pengembangan Kebun Raya
Gianyar sebagai Destinasi Pariwisata di Desa Kerta
__________________ (398-403)I Putu Ardita Yadnya dan I Made Adikampana
Studi Pengembangan Pasar Tradisional Pajak Ikan
Sebagai Pusat Wisata Belanja Di Kota Medan
___________________________ (404-414)Femmy Indriany Dalimunthe
Wisata Puncak Becici: Kepuasan, Loyalitas, Dan
Intensi Rekomendasi Wisatawan
_________________________________________ (415-420)Isnanda Zainur Rohman
Daya Tarik Wisata Pasca Bencana Erupsi Gunung Api Sinabung
di Kabupaten Karo, Sumatera Utara
_______________________________________ (421-432)Liyushiana, Putri Rizkiyah dan Herman
Reidentifikasi Konsep dan Teori Dalam Memahami
Fenomena Blind Spot Penelitian Pariwisata di Bali
___________________ (433-445)I Putu Anom, I Gusti Agung Oka Mahagangga, I Made Bayu Ariwangsa, dan I Gusti Agung Athina Wulandari
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 7 No 2, 2019 344
Pengelolaan Desa Wisata Kaba – Kaba, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan: Suatu
Analisis Kualitatif
I Gusti Ayu Komang Meilinda Wijayanthi a, 1, Putri Kusuma Sanjiwani a, 2
1 meilindawijayanthi25@gmail.com , 2 kusumasanjiwani@unud.ac.id
a Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata,Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia
Abstract
The tourism village is one alternative tourism that is currently growing in the Bali tourism industry, and one of them is the Kaba - Kaba Tourism Village. Kaba Tourism Village - Kaba is a tourism village that has just been established by the Regional Government of Tabanan Regency, so that currently Kaba - Kaba Village is still preparing itself to become a tourist attraction, so this research is important to know how the management that takes place in the Kaba Tourism Village - Kaba so that the village is ready to promote itself as one of the tourist attractions in Tabanan Regency.
In this study using primary data sources obtained directly by observation and interviews, and data analysis techniques used in this study are qualitative analysis by reducing the data which is then presented and concluded. The results of this study note that the management of the Kaba - Kaba Tourism Village is fully managed by the Pokdarwis. The manager of the Kaba - Kaba Tourism Village is expected to be able to promote and operate the Kaba - Kaba Tourism Village faster. Keyword: Manajement, Kaba – kaba Tourism Village
I. PENDAHULUAN
Perkembangan pariwisata di Indonesia khususnya di Pulau Bali, masih dilihat dari pertumbuhan kunjungan wisatawan yang diharapkan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga industri pariwisata Bali yang saat ini lebih berorientasi kepada kuantitas atau jumlah kunjungan wisatawan (mass tourism) dibandingkan dengan kualitas wisatawan. Hal tersebut mengakibatkan pariwisata di Pulau Bali ini semakin tidak terkontrol, baik dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan maupun dari banyaknya pembangunan fasilitas pariwisata. Jika pariwisata Bali semakin tidak terkontrol tentu saja akan memberikan pengaruh atau dampak bagi keberlanjutan pariwisata Bali.
Adanya permasalahan tersebut, mengakibatkan pemerintah mengambil keputusan untuk menjalankan kegiatan pariwisata alternatif selain tetap menjalankan kegiatan pariwisata massal tersebut. Kegiatan pariwisata alternatif ini terbagi menjadi beberapa jenis kegiatan seperti ekowisata, agrotourism, desa wisata, dan yang lainnya.
Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Bali yang saat ini telah menjalankan pariwisata alternatif yaitu dengan membentuk desa wisata. Desa Wisata Kaba – Kaba
merupakan salah satu desa wisata yang ada di Kabupaten Tabanan. Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Tabanan Nomor 180/329/03/HK & HAM/2016 mengenai penetapan Desa Kaba – kaba sebagai desa wisata di Kabupaten Tabanan, sehingga dalam kurun waktu kurang lebih 3 tahun ini, Desa Wisata Kaba – Kaba ini telah membentuk pengelola yaitu Pokdarwis. Pokdarwis ini bertugas untuk mengelola dan menyiapkan segala sesuatu untuk menunjang kegiatan pariwisata di Desa Kaba – Kaba, sehingga Desa Kaba - Kaba nantinya akan menjadi desa wisata yang akan siap menerima kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Dengan adanya hal tersebut, maka artikel ini dibuat untuk mengetahui pengelolaan Desa Wisata Kaba – Kaba di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
Dalam penelitian ini, diperlukannya sebuah alat untuk menganalisis data yang diperoleh untuk memperoleh hasil penelitian mengenai pengelolaan di Desa Wisata Kaba – Kaba ini, yang disebut dengan konsep. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep pengelolaan (Terry : 2006) yang merupakan konsep utama dalam penelitian ini, konsep desa wisata (Inskeep : 1991) yang digunakan untuk mengetahui apa yang dimaksud
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 7 No 2, 2019
345
dengan desa wisata sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran makna dari desa wisata tersebut, konsep potensi wisata (Pendit : 1991) yang digunakan untuk mengetahui potensi-potensi pariwisata yang dimiliki oleh Desa Kaba - Kaba, dan konsep stakeholder (Rahim : 2012) yang digunakan untuk mengetahui kerjasama yang terjadi antar stakeholder pariwisata dalam pengelolaan Desa Wisata Kaba – Kaba.
Pada artikel ini juga diperlukan telaah penelitian sebelumnya, karena bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara penelitian yang sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan saat ini, sehinggar tidak terjadi penelitian yang ganda. Penelitian sebelumnya yang menjadi pembanding dalam penelitian ini yaitu yang pertama penelitian yang dilakukan oleh Suryaningsih (2018), yang meneliti mengenai “Pengelolaan Di Daya Tarik
Wisata Budaya Pura Puseh Pura Desa, Desa Pekraman Batuan, Gianyar”, dan penelitian
yang dilakukan oleh Karnayanti (2019) dengan judul “Partisipasi Mmasyarakat
Dalam Pengelolaan Desa Wisata Bongkasa Pertiwi di Kabupaten Badung”. Dalam kedua
penelitian ini memiliki fokus penelitian yang sama dengan penelitian yang dilakukan saat ini yaitu pengelolaan di suatu daya tarik wisata. Penelitian yang ketiga ini dilakukan oleh Susetyo (2006), yang meneliti mengenai “Pengaruh Majapahit Pada
Bangunan Puri Gede Kaba – Kaba, Tabanan”.
Dalam penelitian ini memiliki lokasi yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan saat ini yaitu dilaksanakan di Desa Kaba – Kaba, Tabanan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah, lokasi penelitian yang diangkat merupakan lokasi penelitian yang masih sedikit diteliti terutama dalam bidang pariwisata, dan lokasi penelitian ini merupakan desa wisata yang baru mulai berkembang dalam bidang pariwisata, sehingga penelitian ini sangat penting dilakukan untuk melihat bagaimana pengelolaan yang terjadi di Desa Wisata Kaba – Kaba ini agar desa ini dapat semakin berkembang dalam bidang pariwisata dan masyarakat menjadi siap menerima
wisatawan yang datang ke Desa Wisata Kaba – Kaba.
II. METODE PENELITIAN
Ruang lingkup dalam artikel ini dibatasi agar tidak terjadinya pembiasan dalam pembahasan penelitian, dalam ruang lingkup penelitian saat ini, yang dimaksud dengan pengelolaan yaitu planning, organizing,
actuating, dan controlling. Lokasi penelitian
yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dilaksanakan di Desa Kaba – Kaba, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa jenis data kualitatif (Bungin : 2007) dengan sumber data yaitu sumber data primer (Moleong : 2000). Sumber data primer yang diperoleh dalam penelitian ini adalah perencanaan yang dilakukan oleh pokdarwis, struktur organisasi pengelola Desa Wisata Kaba – Kaba, upaya pelaksanaan rencana yang telah dilakukan, dan pengawasan yang dilakukan oleh pihak Pemerintah Desa Kaba – Kaba. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara observasi (Bungin : 2007) dan wawancara (Bungin : 2007) yang dilakukan langsung dengan Kepala Desa Kaba – kaba dan ketua pokdarwis Desa Wisata Kaba – Kaba. Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan teknik analisis kualitatif menurut Sugiyono (2007), dimana peneliti akan melakukan reduksi data yang diperoleh dalam kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi maupun wawancara, yang kemudian hasil dari reduksi data tersebut di sajikan dalam bentuk narasi, dan yang terakhir data yang telah disajikan tersebut disimpulkan sehingga mendapatkan data pengelolaan Desa Wisata Kaba – Kaba yang saat ini dikelola secara penuh oleh pokdarwis Desa Wisata Kaba – Kaba.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Desa Wisata Kaba – Kaba
Desa wisata Kaba – Kaba merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan yang saat ini telah ditetapkan sebagai salah satu desa wisata oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan. Desa Kaba – Kaba ditetapkan
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 7 No 2, 2019
346
sebagai desa wisata pada tahun 2017 lalu, yang pada saat itu langsung disaksikan oleh Bupati Tabanan, yaitu Ni Putu Eka Wiryastuti. Desa Kaba – Kaba dapat ditempuh kurang lebih selama 30 menit dari Kota Denpasar, dan sekitar kurang lebih 1 jam perjalanan jika ditempuh dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Akses untuk menuju ke Desa Wisata Kaba – Kaba ini sudah cukup baik, jalan telah teraspal dengan baik dan dapat dilalui oleh bus pariwisata. Desa Wisata Kaba – Kaba ini memiliki luas sekitar 625.500 ha, dan terdiri dari 10 banjar dinas dan 16 banjar adat. Denah Desa Wisata Kaba – Kaba dapat dilihat pada Gambar 1, yaitu sebagai berikut : Gambar 1. Denah Desa Wisata Kaba – Kaba Sumber : Profil Desa Wisata Kaba – Kaba, 2019
Penduduk Desa Kaba – Kaba saat ini mayoritas masih bekerja sebagai petani dan buruh bangunan. Desa Wisata Kaba – Kaba ditetapkan sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten mempunyai potensi yang mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke desa tersebut, dimana Desa Wisata Kaba – Kaba memiliki potensi pariwisata yang mampu dikembangkan sebagai suatu daya tarik wisata bagi wisatawan. Potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Kaba – Kaba terdiri dari potensi alam dan potensi budaya.
Potensi alam yang dimiliki oleh Desa Wisata Kaba – Kaba ini berupa hamparan sawah yang sangat indah. Untuk menuju Desa Wisata Kaba – Kaba ini paraa
wisatawan akan melihat hamparan sawah yang sangat luas dan indah, dan bahkan desa ini seperti desa yang dikelilingi oleh hamparan sawah yang sangat indah, sehingga salah satu atraksi wisata yang sangat digemari oleh wisatawan di Desa Wisata Kaba – Kaba ini adalah cycling atau bersepeda mengelilingi desa sambil menikmati pemandangan sawah yang sangat indah.
Desa Wisata Kaba – Kaba tidak hanya memiliki potensi wisata alam saja, melainkan juga memiliki potensi wisata budaya, dimana di desa ini memiliki sebuah puri yaitu Puri Gede Kaba – Kaba yang telah ada sejak dahulu dan hingga kini bentuk bangunan dari puri tidak ada yang dirubah, dan anggota puri pun hingga kini masih menetap di Puri Gede Kaba – Kaba. Adanya suatu bangunan budaya di desa ini, menjadikan Puri Gede Kaba - Kaba ini sebagai daya tarik wisata utama di Desa Kaba – Kaba.
Adanya potensi alam dan potensi budaya tersebutlah yang menjadi suatu ciri khas yang dimiliki oleh Desa Wisata Kaba – Kaba dalam mengembangkan kegiatan pariwisata. Saat ini, Desa Wisata Kaba – Kaba ini belum memberanikan diri untuk memasarkan potensi yang mereka miliki, baik melalui media sosial maupun website, karena pengelola Desa Wisata Kaba – Kaba masih merasa masyarakat Desa Kaba – Kaba belum sepenuhnya siap akan perkembangan kegiatan pariwisata yang terjadi di desa tersebut, sehingga dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun ini, pihak desa beserta pokdarwis bekerja sama untuk merencanakan segala yang dibutuhkan dalam kegiatan pariwisata, dan sekaligus memberikan pemahaman secara perlahan kepada masyarakat Desa Kaba – Kaba yang masih hawam mengenai pariwisata.
Desa Kaba – Kaba yang masih berproses dalam mengembangkan pariwisata, ternyata tidak hanya diam dalam hal memperkenalkan Desa Kaba – Kaba kepada wisatawan dengan skala yang kecil, pihak pokdarwis pun mulai mengenalkan Desa Wisata Kaba – Kaba ini kepada wisatawan melalui kerabat dekat yang menjadi guide. Wisatawan mulai datang ke Desa Wisata Kaba – Kaba ini sudah sejak bulan Februari tahun 2018 lalu. Wisatawan yang datang
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 7 No 2, 2019
347
awalnya hanya melihat keindahan pemandangan sawah di Desa Kaba – Kaba, dan cukup sering wisatawan ingin masuk ke Puri Gede Kaba – Kaba.
Seiring berjalannya waktu, pihak pokdarwis pun berkeinginan untuk membuat paket wisata cycling keliling desa, namun dikarenakan adanya kendala dalam fasilitas pendukung dalam melaksanakan paket tersebut yaitu sepeda gayung, pihak pokdarwis pun mencari cara agar dapat menjalankan rencana tersebut tanpa langsung membeli sepeda gayung tersebut (Rata : 2019).
Saat ini, pihak Desa Wisata Kaba – Kaba pun telah bekerja sama dengan pihak travel
agent yaitu Bali Eco Cycling. Pihak Bali Eco Cycling inilah menjadi pelantara antara Desa
Wisata Kaba – Kaba dengan para wisatawan, dimana pihak Bali Eco Cycling inilah yang memberikan pinjaman sepeda gayung untuk Desa Wisata Kaba – Kaba untuk digunakan dalam kegiatan cycling keliling desa bagi wisatawan, dan bahkan pihak Bali Eco
Cycling ini pula yang juga yang memasarkan
Desa Wisata Kaba – Kaba ini dan langsung membawa wisatawan tersebut ke Desa Wisata Kaba – Kaba tersebut (Rata, 2019).
Kunjungan wisatawan yang datang ke Desa Wisata Kaba - Kaba dapat dikatakan cukup banyak, namun hingga kini dari pihak desa sendiri belum menentukan harga paket yang dijual, sehingga paket cycling tersebut langsung dikelola oleh Bali Eco Cycling, sehingga pihak Desa Wisata Kaba – Kaba belum mempunyai pembukuan yang pasti mengenai jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut, dan pihak desa hanya mendapatkan biaya bagi guide saja (Rata, 2019). Hal serupa juga terjadi dalam wisata ke Puri Gede Kaba – Kaba, dimana wisatawan yang datang berkunjung ke Puri Gede Kaba – Kaba hanya memberikan donasi saja.
Tidak adanya patokan harga yang diberikan oleh pengelola Desa Wisata Kaba – Kaba ini tidak semata-mata dilakukan karena kurangnya persiapan dari pihak pengelola, namun hal tersebut dilakukan karena pihak pengelola masih ingin lebih memperkenalkan Desa Wisata Kaba – Kaba ini kepada wisatawan dan juga menjadi cara untuk melihat respon dan masukan yang
diberikan oleh wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Kaba – Kaba. Pihak pengelola pun telah menargetkan pada pertengahan tahun 2020 mendatang, harga paket wisata yang ditawarkan telah siap dan akan dilaksanakan launching produk Desa Wisata Kaba – Kaba.
B. Pengelolaan Desa Wisata Kaba - Kaba Pengelolaan Desa Wisata Kaba – Kaba ini dilakukan oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) Desa Wisata Kaba – Kaba yang berada dibawah naungan Kepala Desa Kaba – Kaba. Sejak awal Desa Kaba – Kaba ini ditetapkan menjadi desa wisata mulai dikelola oleh pokdarwis, baik dari perencanaan maupun dari penataan yang sedang dilakukan oleh Desa Kaba – Kaba untuk menyiapkan diri sebagai desa wisata yang telah aktif beroperasi sebagaimana mestinya. Adapun pengelolaan Desa Wisata Kaba – Kaba yang dilakukan oleh Pokdarwis yang bekerjasama dengan Pemerintah Desa Kaba – Kaba, yaitu sebagai berikut :
1. Planning
Pada tahapan planning ini, pokdarwis beserta Pemerintah Desa Kaba – Kaba telah merencanakan beberapa upaya atau kegiatan yang akan dilaksanakan kedepannya, yaitu sebagai berikut :
a. Upaya pelestarian lingkungan
Desa Wisata Kaba – Kaba sebagai salah satu desa wisata yang memiliki potensi alam untuk dikembangkan, sehingga lingkungan menjadi poin utama dalam kegiatan pariwisata. Adanya upaya pelestarian lingkungan ini akan memberikan kenyaman para wisatawan yang berkunjung.
b. Upaya pelestarian seni dan budaya Desa Wisata Kaba – Kaba tidak hanya menawarkan wisata alam saja, tetapi juga menawarkan wisata budaya yang dimiliki oleh Desa Kaba – Kaba, dimana desa ini memiliki sebuah puri yaitu Puri Gede Kaba – Kaba yang hingga kini bangunannya tetap seperti dahulu tidak ada perubahan yang dilakukan, dan adanya sanggar – sanggar tari yang terdapat di Desa Kaba – Kaba, sehingga dengan adanya seni dan budaya yang dimiliki oleh
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 7 No 2, 2019
348
Desa Wisata Kaba – Kaba ini dapat menjadi ciri khas dar desa ini.
c. Upaya membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)
Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) ini bertujuan untuk meningkatkan PADesa (Pendapatan Asli Desa), dan juga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat lokal. Pembentukan BUMDES diharapkan mampu untuk bekerjasama dengan pokdarwis dalam mengembangkan desa Kaba – kaba sebagai desa wisata, dan juga diharapkan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Desa Kaba – Kaba.
d. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Desa Kaba – Kaba
Upaya peningkatan kualitas SDM di Desa Kaba – Kaba ini, pokdarwis yang bekerjasama dengan Pemerintah Desa Kaba – Kaba memberikan bekal pengetahuan kepada masayarakat khususnya mengenai pengetahuan bahasa inggris, agar nantinya saat Desa Wisata Kaba – Kaba telah siap beroperasi, masyarakat mampu berkomunikasi dengan baik dengan para wisatawan yang datang ke Desa Kaba – Kaba, sehingga akan mempermudah jalannya kegiatan pariwisata yang ada di Desa Wisata Kaba – Kaba.
e. Upaya membuat denah atau rute wisata dan papan peringatan bagi wisatawan di Puri Gede Kaba – Kaba. Puri Gede Kaba – Kaba merupakan daya tarik wisata utama yang ada di Desa Kaba – Kaba, namun segala kegiatan tidak boleh dilakukan secara sembarangan di dalam puri dan ada beberapa larangan yang wajib diketahui oleh wisatawan. Selain itu, tidak semua wilayah didalam puri dapat diakses karena wilayah puri yang begitu luas dengan waktu berkunjung wisatawan yang relatif singkat, maka diperlukannya rute wisata didalam puri agar wisatawan dapat melihat poin-poin utama yang membedakan Puri Gede Kaba – Kaba dengan puri lainnya.
2. Organizing
Pada tahap organizing ini, Desa Wisata Kaba – Kaba telah membentuk pengelola yaitu Pokdariwis, dimana struktur pokdarwis Desa Wisata Kaba – Kaba dapat dilihat pada Gambar 2. Yaitu sebagai berikut : Gambar 2. Struktur Pokdarwis Desa Wisata Kaba – Kaba Sumber : Peneliti, 2019
Jabaran Struktur organisasi pengelolaan Desa Wisata Kaba – Kaba beserta tanggungjawabnya, yaitu sebagai berikut : a. Kepala Desa Kaba – Kaba
Kepala Desa selaku penanggung jawab atas kegiatan pokdarwis, maka kepala desa bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengevaluasi seluruh hasil kegiatan atau kerja dari pokdarwis dalam mengembangkan Desa Wisata Kaba – Kaba.
b. Prebekel Desa Kaba – Kaba
Prebekel Desa selaku penasehat pokdarwis, maka bertanggung jawab untuk memberikan masukan atau saran terhadap masalah atau kendala yang dihadapi oleh pokdarwis dalam menjalankan segala rencana pengembangan Desa Wisata Kaba – Kaba yang telah disusun atau direncanakan. c. Ketua pokdarwis
Ketua pokdarwis bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan segala
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 7 No 2, 2019
349
rencana yang akan agendakan kepada kepala desa dan seluruh anggota pokdarwis, serta bertanggung jawab untuk mengawasi segala pelaksanaan kegiatan dalam mengembangkan Desa Wisata Kaba – Kaba ini dan juga bertanggungjawab atas segala kinerja dari setiap anggota pokdarwis.
d. Wakil ketua pokdarwis
Wakil ketua pokdarwis
bertanggungjawab untuk membantu tugas ketua pokdarwis, dan menggantikan tugas ketua pokdarwis ketika ketua pokdarwis berhalangan hadir.
e. Sekretaris pokdarwis
Sekretaris pokdarwis bertanggungjawab untuk menyusun segala rencana pengembangan desa wisata yang telah ditentukan bersama-sama, dan mengurus surat-surat yang diperlukan. f. Bendahara pokdarwis
Bendahara pokdarwis bertanggungjawab untuk mengatur dan mencatat segala bentuk pengeluaran maupun pemasukan uang ke pokdarwis, baik dana yang berasal dari pihak desa maupun uang hasil dari kegiatan pariwisata di Desa Wisata Kaba – Kaba.
g. Seksi-seksi, yang terbagi menjadi lima bidang, yaitu :
1. Keamanan dan ketertiban, bertanggung jawab atas segala keamanan dan ketertiban yang terjadi di Desa Wisata Kaba – Kaba, agar masyarakat dan wisatawan merasa aman berada di Desa Kaba – Kaba.
2. Kebersihan dan keindahan, bertanggungjawab atas kebersihan lingkungan Desa Kaba – Kaba.
3. DTW dan kenangan,
bertanggungjawab atas berlangsungnya segala kegiatan pariwisata di Desa Wisata Kaba – Kaba untuk memberikan kenangan atau pengalaman yang menarik bagi wisatawan.
4. Humas dan pengembangan SDM, bertanggungjawab atas penyebaran informasi terkait kegiatan pariwisata di Desa Kaba - Kaba, serta bertanggungjawab atas
segala kegiatan yang dilaksnakan untuk menunjang pengembangan SDM yang ada di Desa Kaba – Kaba.
5. Pengembangan usaha,
bertanggungjawab atas
pengembangan usaha-usaha pariwisata yang berkembang di Desa Wisata Kaba – Kaba agar nantinya tidak ada pembangunan usaha pariwisata yang berada dikawasan yang tidak diperuntukan sebagai kawasan usaha pariwisata.
3. Actuating
Tahapan actuating ini merupakan tahapan untuk mewujudkan atau menjalankan rencana-rencana yang telah disusun dalam tahap perencanaan, dimana tahapan penggerakan dalam pengelolaan Desa Wisata Kaba – Kaba ini yaitu sebagai berikut :
a. Upaya pelestarian lingkungan
Upaya pelestarian lingkungan dilakukan dengan cara melakukan gotong royong setiap minggu oleh masyarakat , dan mengajarkan kepada anak-anak untuk membuang sampah sembarangan. Ketua pokdarwis mempunyai cara untuk mengajarkan anak-anak untuk peduli lingungan dengan cara menyuruh anak-anak yang ingin mengakses internet secara gratis dengan menggunakan wifi di yayasan tersebut dengan syarat mengumpulkan sampah-sampah plastik yang ada dijalan Desa Kaba – Kaba.
b. Upaya pelestarian seni dan budaya Upaya pelestarian budaya dilakukan dengan cara membuka sanggar tari bagi anak –anak Desa Kaba – Kaba, yang dilaksanakan setiap hari minggu di Puri Gede Kaba – Kaba dan kegiatan ini merupakan salah satu atraksi yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung ke Puri Gede Kaba – Kaba pada hari minggu.
c. Upaya untuk membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)
Upaya untuk membentuk BUMDES saat ini telah direncanakan dan disusun oleh pihak Pemerintah Desa Kaba – Kaba agar pada tahun 2020
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 7 No 2, 2019
350
BUMDES ini telah terbentuk dan beroperasi sesuai dengan tujuan. d. Upaya untuk meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) di Desa Kaba – Kaba
Upaya untuk meningkatkan kualitas SDM di Desa Kaba – Kaba, khususnya pengetahuan bahasa inggris ini dilakukan dengan melakukan kegiatan belajar bersama yang langsung diberikan oleh ketua pokdarwis kepada anak-anak setiap hari minggu, dan dilakukan setelah kegiatan menari di Puri Gede Kaba – Kaba. Saat ini Desa Kaba – Kaba juga akan bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (STPBI) Denpasar untuk melakukan pelatihan
guiding bagi masyarakat Desa Kaba –
Kaba yang akan dilaksanakan pada tahun 2020 mendatang.
e. Upaya membuat denah atau rute wisata dan papan peringatan di Puri Gede Kaba – Kaba
Upaya membuat denah atau rute wisata di Puri Gede Kaba – Kaba ini dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan pihak keluarga puri untuk merumuskan dan membuat denah beserta peringatan-peringat yang sesuai dengan peraturan yang ada di Puri Gede Kaba – Kaba.
4. Controlling
Pada tahapan controlling, dalam mengembangkan Desa Wisata Kaba – Kaba ini, pokdarwis selaku kelompok yang bekerja untuk mengembangkan Desa Wisata Kaba Kaba ini diawasi langsung oleh Kepala Desa Selaku Pemerintah Desa Kaba – Kaba.
Dalam segala kegiatan ataupun tindakan yang dilakukan oleh pokdarwis yang berhubungan dengan pengembangan Desa Wisata Kaba – Kaba ini, pokdarwis diwajibkan melapor terlebih dahulu, dan Kepala Desa wajib mengetahui segala kegiatan tersebut dan juga mengawasi jalannya kegiatan tersebut agar mengetahui adakah kendala ataupun masalah yang dialami dalam menjalankan kegiatan tersebut. Sehingga antara pokdarwis
dengan pihak Pemerintah Desa Kaba – Kaba diperlukannya jalinan komunikasi yang baik agar koordinasi berjalan dengan baik dan terhindarnya misscomunication atau kesalahpahaman.
Dalam tahapan pengawasan ini, segala kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pokdarwis, dilaporkan secara rutin kepada Kepala Desa Kaba – Kaba, dengan melakukan rapat koordinasi yang rutin dilaksanakan setiap enam bulan sekali, dimana dalam rapat tersebut pihak pokdarwis melaporkan kegiatan-kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan dalam jangka 6 bulan tersebut, bagaimana respon wisatawan yang berkunjung dan membahas mengenai rencana-rencana yang akan dilaksanakan untuk mengembangkan Desa Wisata Kaba – Kaba.
IV. KESIMPULAN
Pengelolaan Desa Wisata Kaba – Kaba saat ini telah diserahkan dari pihak pemerintah desa kepada pokdarwis. Adapun pengelolaan Desa Wisata Kaba – Kaba yang dilaksanakan oleh pokdarwis yaitu sebagai berikut :
a. Planning
Pada tahap ini, pokdarwis telah menyusun kegiatan atau upaya yang akan dilaksanakan di kemudian hari, seperti upaya pelestarian lingkungan, seni dan budaya, upaya pembentukan BUMDES, upaya peningkatan kualitas SDM di Desa Wisata Kaba – Kaba, serta upaya dalam pembuatan denah atau rute wisata dan papan peringatan bagi wisatawan di Puri Gede Kaba – Kaba yang menjadi poin utama kegiatan pariwisata di Desa Wisata Kaba – Kaba tersebut.
b. Organizing
Pada tahap ini, Desa Wisata Kaba – Kaba telah memiliki pokdarwis yang dibagi menjadi beberapa seksi seperti keamanan dan ketertiban, kebersihan dan keindahan, DTW dan kenangan, humas dan pengembangan SDM, serta pengembangan usaha yang telah membagi segala tugas dan tanggung jawab berdasarkan kedudukannya, yang
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 7 No 2, 2019 351 kemudian akan dipertanggung jawabkan kepada Kepala Desa Kaba – Kaba. c. Actuating
Pada tahap ini, pihak pokdarwis beserta pemerintah Desa Kaba- Kaba telah melaksanakan berbagai kegiatan untuk mewujudkan upaya yang telah direncanakan pada tahap planning. Upaya yang telah dilaksanakan seperti kegiatan gotong royong, membuka sanggar tari yang dilaksanakan setiap hari minggu, menyusun pembentukan BUMDES, kegiatan belajar bahasa inggris bersama, pelatihan guiding bagi masyarakat, serta melakukan koordinasi dengan pihak puri untuk membuat denah atau rute wisata di Puri Gede Kaba – Kaba.
d. Controlling
Pada tahapan ini, segala kegiatan pengelolaan dan pengembangan Desa Wisata Kaba – Kaba yang dilaksanakan oleh pokdarwis ini harus diketahui dan di koordinasikan kepada Kepala Desa Kaba – Kaba, dan juga dilaksanakan rapat rutin setiap enam bulan sekali untuk melaporkan segala kegiatan yang telah diselenggarakan oleh pihak pokdarwis dalam jangka waktu enam bulan tersebut.
Saran yang dapat diberikan kepada pihak pengelola Desa Wisata Kaba – Kaba ini adalah segera menindaklanjuti atau melaksanakan rencana-rencana yang telah disusun agar Desa Wisata Kaba – Kaba ini dapat segera dipromosikan dan beroperasi sebagai desa wisata yang akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anom, I Putu, dkk. 2017. Turismemorfosis: Tahapan Selama Seratus Tahun Perkembangan dan Prediksi Pariwisata Bali. Jurnal Kajian Bali Vol. 07, No. 02. Oktober 2017. Universitas Udayana Bali.tribunnews.com. Konsisten Kembangkan Desa
Wisata, Tabanan Menjadi Model
Pengembangan Desa Wisata Di Indonesia. 21 Juni 2017
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group
Inskeep, E. 1991. Tourism Planning; An Integrated an Sustainable Development Approach, Van Nostrand Reinhold
Karnayanti, Ni Made Devi dan I Gusti Agung Oka Mahagangga. 2019. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Desa Wisata Bongkasa Pertiwi di Kabupaten Badung. Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 7, No. 1. Universitas Udayana Kompasiana.com. Inovasi Sektor Pariwisata
IndonesiaAgar Semakin Luar Biasa. 2 Desember 2018
Medium.com. POAC : Planning, Organizing, Actuating, and Controlling, Manajemen Organisasi. 26 November 2016
Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pardede, Fransiska Roslila Eva Purnama, dan Ida Bagus Suryawan. 2016. Strategi Pengelolaan Kabupaten Samosir Sebagai Daya Tarik Wisata Alam di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 4, No. 1. Universitas Udayana
Pendit, Nyoman S. 1991. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Permilasari, Ni Komang dan I Nyoman Sukma Arida. 2014. Bentuk Pengelolaan Pantai Batu Bolong Sebagai Daya Tarik Wisata Surfing di Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 2, No. 2. Universitas Udayana
Presidenri.go.id. Dua Sektor Andalan Provinsi Bali Harus Dijaga Mengajukannya. 14 Juni 2017 Rahim, Firmansyah. (2012). Pedoman Kelompok Sadar
Wisata. Jakarta: Direktur Jendral
Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jakarta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta Suryaningsih, Ni Wayan Eka, dan Saptono Nugroho.
2018. Pengelolaan Daya Tarik Wisata Budaya Pura Puseh Pura Desa, Desa Pekraman Batuan, Ginyar. Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 05, No. 2. Universitas Udayana
Terry, George. 2006. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara
Wisata.beritabali.com. Pariwisata Bali Tak Terkontrol, Akan Terjadi Tourism Kills Tourism. 30 Maret 2016