• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP LABA OPERASIONAL (Studi Kasus Pada Perusahaan Meubel MANDIRI JAYA Tasikmalaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP LABA OPERASIONAL (Studi Kasus Pada Perusahaan Meubel MANDIRI JAYA Tasikmalaya)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP LABA OPERASIONAL

(Studi Kasus Pada Perusahaan Meubel MANDIRI JAYA Tasikmalaya)

ARI CHANDRA WIBAWA (083403004) Email: arichandraw@gmail.com Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Siliwangi ABSTRACT

This research was carried out aims to know the cost of quality to produce a quality product, the amount of operating profit earned, and the effect of cost of quality to operating profit in the Furniture Company MANDIRI JAYA Cipedes Tasikmalaya District. In performing this research the writer uses descriptive method with a quantitative approach. This study uses two variables. These are dependent variable and independent variable, where to become dependent variable is operating profit while its independent variable is cost of quality. The technic analysis data uses in this research by using Correlations analysis and the hypothesis test uses two side tests with significant (α) is 0.05. based on result of the analysis toward the data, it is found that coefficient correlations its very strong between variable X and variable Y. Based on result that cost of quality have an effect on significant to operating profit.

Keywords: Cost of Quality, Operating Profit.

ABSTRAKSI

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk megetahui besarnya biaya kualitas untuk menghasilkan produk yang berkualitas, besarnya laba operasional yang diperoleh, dan pengaruh biaya kualitas terhadap laba operasional pada perusahaan meubel MANDIRI JAYA di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriftif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen, dimana yang menjadi variabel dependennya adalah laba operasional dan variabel independennya adalah biaya kualitas. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis korelasi dan uji hipotesis dengan menggunakan uji dua pihak dengan taraf nyata (α) sebesar 0.05. Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa biaya kualitas berpengaruh signifikan terhadap laba operasional. Kata kunci : Biaya Kualitas, Laba Operasional.

(2)

LATAR BELAKANG MASALAH

Dunia usaha dewasa ini, khususnya dunia usaha di sektor industri berkembang dengan pesat. Hal ini seiring dengan kemajuan teknologi yang secara langsung maupun tidak langsung turut mendorong berkembangnya dunia usaha di sektor ini. Sehingga menyebabkan suatu perusahaan perlu mengantisipasinya dengan menghasilkan suatu produk atau jasa yang mempunyai keunggulan bersaing dari segi kualitas.

Memperbaiki kualitas secara terus menerus merupakan sesuatu yang penting dalam membangun masa depan bisnis yang berkelanjutan. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kualitas ini dapat diukur sehingga dapat digunakan sebagai alat perencanaan, pengendalian, atau bahkan pengambilan keputusan atas kualitas dari suatu produk yang dihasilkan. Maka untuk menjawab pertanyaan itu, harus dapat diketahui berapa besarnya biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan oleh konsumen, yang diantaranya adalah biaya pencegahaan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal.

Kepuasan konsumen diciptakan oleh produsen dengan membuat produk yang

berkualitas baik atau sesuai dengan harapan konsumen. Dengan produk yang berkualitas, konsumen akan rela mengorbankan sebagian pendapatannya untuk memperoleh produk yang dimaksud. Bahkan konsumen akan secara berkesinambungan membeli produk tersebut karena adanya kualitas terhadap produk. Hal ini akan menguntungkan perusahaan menjadi stabil dalam memperoleh laba atas volume penjualan yang meningkat.

Produk yang berkualitas dapat diraih perusahaan dengan mengeluarkan biaya kualitas yang baik, sama seperti hal nya dengan perusahaan meubel MANDIRI JAYA Tasikmalaya yang terus melakukan peningkatan kualitas secara terus menerus terhadap produknya untuk meningkatkan volume penjualan dan laba perusahaan atas kepuasan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Biaya kualitas tersebut diantaranya adalah biaya pencegahaan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal.

Perusahaan MANDIRI JAYA adalah perusahaan yang bergerak dibidang furniture di Tasikmalaya. Produk tersebut merupakan produk yang dibutuhkan oleh seluruh masyarakat tidak hanya di Kota Tasikmalaya saja. Di Kota Tasikmalaya

(3)

terutama di Kecamatan Cipedes terdapat beberapa perusahaan sejenis, sehingga dapat menimbulkan paersaingan yang kompetitif antar perusahaan dalam memuaskan para konsumen.

Perusahaan MANDIRI JAYA merupakan salah satu perusahaan furniture yang sangat berkembang terlihat dari volume penjualan barang yang setiap tahunnya mengalami peningkatan hal ini mencerminkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan sangat signifikan.

Oleh karena itu untuk menjaga kepercayaan para pelanggannya, perusahaan meubel MANDIRI JAYA senantiasa memprioritaskan pada kualitas produk melalui peningkatan kualitas dengan mengeluarkan biaya kualitas seefektif dan seefisien mungkin untuk mencegah dihasilkannya produk berkualitas rendah yang mengakibatkan timbulnya biaya reproduksi pada produk tersebut, sehingga hal ini mempengaruhi terhadap besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan meubel MANDIRI JAYA khususnya laba operasional yang merupakan hasil pengurang laba kotor dan beban usaha.

IDENTIFIKASI MASALAH

Agar masalah yang akan dibahas memperoleh kejelasan dan pembahasannya lebih terarah, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Biaya Kualitas pada perusahaan meubel MANDIRI JAYA Tasikmalaya.

2. Bagaimana Laba Operasional pada perusahaan meubel MANDIRI JAYA Tasikmalaya.

3. Bagaimana pengaruh Biaya Kualitas terhadap Laba Operasional pada perusahaan meubel MANDIRI JAYA Tasikmalaya.

TINJAUAN PUSTAKA

BIAYA KUALITAS DAN LABA

OPERASIONAL

Biaya kualitas merupakan biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Pengertian biaya kualitas menurut Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti (2008:321) menyatakan bahwa biaya kualitas adalah biaya yang timbul karena produk yang dihasilkan kualitasnya jelek sehingga tidak disukai oleh konsumen.

Menurut Blocher et., al, yang diterjemahkan oleh A. Susty Ambarriani

(4)

(2000:220), komponen biaya kualitas terdiri dari :

1. Biaya Pencegahan (Prevention Costs) Biaya pencegahan adalah pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan untuk mencegah terjadi cacat kualitas.

2. Biaya Penilaian (Appraisal Costs) Biaya penilaian (deteksi) dikeluarkan dalam rangka pengukuran dan analisis data untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan spesifikasinya. 3. Biaya Kegagalan Internal (Internal

Faillure Costs)

Biaya kegagalan internal adalah biaya yang dikeluarkan karena rendahnya kualitas yang ditemukan sejak penilaian awal sampai dengan pengiriman kepada konsumen.

4. Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Faillure Costs)

Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi dalam rangka meralat cacat kualitas setelah produk sampai pada konsumen, dan laba yang gagal diperoleh karena hilangnya peluang sebagai akibat adanya produk atau jasa yang tidak dapat diterima oleh konsumen.

Laba operasional menurut Hansen, Mowen (2005:528) yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, laba

usaha (operating income) adalah pendapatan dikurangi biaya dari operasi normal perusahaan. Pajak penghasilan tidak termasuk.

Sedangkan pengertian laba operasional menurut Soemarso (2002:227), adalah selisih antara laba bruto dan beban usaha disebut laba usaha (income from operation) atau laba operasi (operating income). Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kualitas merupakan hal yang utama yang menyangkut suatu produk, baik barang atau jasa. Masalah kualitas muncul ketika konsumen atau pemakai tidak mendapatkan fungsi atau kegunaan sebagai kebutuhan produk yang dihasilkan. Perusahaan harus sadar bahwa sebenarnya penghasilan (penjualan) yang diperoleh merupakan akibat dari kemampuannya dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan yaitu dengan produk yang berkualitas. Dengan produk yang berkualitas, konsumen akan rela mengorbankan sebagian pendapatannya untuk memperoleh produk yang dimaksud. Bahkan konsumen akan secara berkesinambungan membeli produk tersebut karena adanya kualitas terhadap

(5)

produk. Kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. (Juran, 2001 : 15).

Untuk itu manajemen perlu memahami tentang biaya kualitas yang peranannya sebagai penunjang dalam menghasilkan produk yang memberi kepuasan. biaya kualitas itu sendiri adalah biaya yang timbul karena produk yang dihasilkan kualitasnya jelek sehingga tidak disukai oleh konsumen (Darsono Prawinegoro dan Ari Purwanti, 2008 : 321).

Untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas memang memerlukan biaya yang tidak sedikit, tetapi lebih sedikit bila dibandingkan dengan biaya kerugian yang timbul akibat rendahnya kualitas.

Dengan mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk pencegahan, perusahaan semakin sedikit mengeluarkan biaya yang berkaitan dengan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Penghematannya sendiri bisa menjadi lebih besar sekali, pada akhirnya akan terjadinya penurunan yang sangat besar dalam biaya kualitas dan kualitas produk akan meningkat (Blocher et., al, 2000:223). Dengan demikian peningkatan kualitas merupakan suatu hal yang paling esensial bagi suatu perusahaan untuk tetap eksis dalam dunia

bisnis yang kompetitif. Dengan adanya kemampuan produsen memberikan kepuasan bagi konsumen, akan menciptakan konsumen yang loyal terhadap produk perusahaan. Sehingga akan berpengaruh tehadap peningkatan volume penjualan dan pada peningkatan laba perusahaan khususnya laba operasional.

Sedangkan pengertian laba operasional menurut Soemarso (2002:227), adalah selisih antara laba bruto dan beban usaha disebut laba usaha (income from operation) atau laba operasional (operating income). Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas biaya kualitas dapat menghemat biaya produksi yang tentunya akan memperbesar laba perusahaan, baik efisiensi dari harga pokok bahan baku, biaya operasional, dan biaya-biaya yang terkait dengan harga pokok penjualan perusahaan sehingga akan mencapai pengorbanan yang sedikit tetapi menghasilkan keuntungan yang besar seperti yang dikutip oleh Hansen Mowen (2005:4) menyatakan bahwa perbaikan kualitas dapat meningkatkan profitabilitas dalam dua cara : (1). Melalui kenaikan permintaan pelanggan, dan (2). Melalui pengurangan biaya.

(6)

HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut “biaya kualitas berpengaruh terhadap laba operasional.”

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah biaya kualitas dan laba operasional pada perusahaan meubel MANDIRI JAYA yang belokasi di jalan Leuwi Anyar RT. 09 RW. 06 Kelurahaan Sukamanaah Kecamatan Cipedes Tasikmalaya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriftif analisis dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif analis adalah suatu metode meneliti status kelompok, manusia, objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki. (Moh. Nazir, 2003 :63)

Sedangkan pengertian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.(M. Nazir, 2003 :66).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Biaya Kualitas. Biaya kualitas adalah biaya yang bersangkutan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan produk cacat. Dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Laba Operasional yang merupakan pendapatan perusahaan atas produk yang dihasilkan.

Gambar Paradigma Penelitian

X Y

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan dan Penurunan Biaya Kualitas Perusahaan Meubel MANDIRI JAYA Tasikmalaya

Tahun 2006 – 2012

Hasil dari pengolahan data terlampir pada lampiran, dengan menggunakan analisis Software Statistical Product and Service Solutions (SPSS V.16).

Pada hasil pengolahan data menunjukkan bahwa biaya kualitas dengan laba operasional memiliki hubungan fungsional yang ditunjukkan dengan persamaan regresi yang diperoleh yaitu Ŷ = 2,522E7 + 3,899X. Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa konstanta (a) adalah 2,522E7 yang merupakan intercept yang mengandung pengertian bahwa garis regresi memotong sumbu Y pada titik 2,522E7 dan merupakan nilai variabel dependen taksiran pada saat variabel independen sebesar nol. Sedangkan b sebesar 3,899 mengandung pengertian bahwa setiap perubahan Rp 1 biaya kualitas akan mengakibatkan peningkatan laba operasional sebesar Rp. 3,899.

Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh nilai koefisien korelasi antara variabel X (Biaya kualitas) dan Y (Laba Operasional) sebesar r = 0,918. Nilai tersebut menyatakan bahwa derajat keeratan antara variabel X dan variabel Y termasuk ke dalam kategori sangat kuat sesuai dengan Tabel 3.2. Koefisien korelasi yang bernilai positif berarti menunjukan semakin tinggi nilai X (Biaya Kualitas) untuk meningkatkan kualitas, maka akan semakin besar pula Y (Laba Operasional). 0.00E+00 1.00E+07 2.00E+07 3.00E+07 4.00E+07 5.00E+07 6.00E+07 7.00E+07 8.00E+07

Biaya Kualitas

Biaya Kualitas 0.00E+00 5.00E+07 1.00E+08 1.50E+08 2.00E+08 2.50E+08 3.00E+08 3.50E+08

Laba Operasional

Laba Operasional

(8)

Setelah mengetahui sifat dan derajat hubungan antara biaya kualitas dan laba operasional kemudian akan dihitung seberapa besar pengaruh biaya kualitas terhadap laba operasional dengan menggunakan Koefisien Determinasi. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 84.3%. Artinya bahwa nilai rata – rata laba operasional sebesar 84,3 % ditentukan oleh biaya kualitas yang telah dikeluarkan perusahaan dalam meningkatkan kualitas untuk memperoleh peningkatan laba operasional, adapun sisanya sebesar 15.7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti misalnya biaya pemasaran, biaya distribusi dan lain-lain.

Untuk menguji tingkat signifikan pengaruh biaya kualitas terhadap laba operasional dilakukan uji t, dari hasil perhitungan SPSS diperoleh thitung sebesar 5,183 dan ttabel sebesar 2,015, maka thitung > ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) dan derajat kebebasan atau df = 7 – 2 = 5. Atau dapat dilihat dari nilai Sig hasil SPSS yang diperoleh 0,004, dimana nilainya lebih kecil dari nilai α = 0.05 yang artinya bahwa Biaya Kualitas berpengaruh signifikan terhadap Laba Operasional atau Hi diterima. Dengan demikian hal ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tatik Ernawati (2010) bahwa biaya kualitas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Selain itu hal ini juga searah dengan teori Hansen Mowen (2005:4) yang menyatakan bahwa perbaikan kualitas dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh biaya kualitas terhadap laba operasional pada perusahaan meubel MANDIRI JAYA, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Perusahaan Meubel MANDIRI JAYA yang bergerak di bidang furniture telah melakukan peningkatan kualitas secara terus menerus untuk mencapai produk yang sesuai dengan harapan konsumen diantaranya biaya yang dikeluarkan

adalah biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan ekternal. Adapun peningkatan biaya kualitas yang tertinggi pada tahun 2009 dikarenakan perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk produk cacat yang cukup besar, selain itu perusahaan perlu menjaga kondisi pabrik dan pelatannya agar tetap berada dalam kondisi yang baik untuk menghasilkan produk yang baik juga, sehingga memerlukan biaya yang besar.

(9)

2. Laba operasional pada Perusahaan Meubel MANDIRI JAYA cenderung naik seiring dengan naiknya biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan meubel MANDIRI JAYA Tasikmalaya untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya.

3. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Biaya kualitas berpengaruh signifikan terhadap Laba operasional.

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan bermanfaat bagi Perusahaan Meubel MANDIRI JAYA Tasikmalaya maupun peneliti selajutnya, diantaranya :

1. Bagi perusahaan meubel MANDIRI JAYA Tasikmalaya

Perusahaan agar terus mempertahankan kualitas produknya melalui peningkatan kualitas secara terus menerus, sehingga perusahaan dapat meminimalisasikan tingkat kegagalan produk dan meningkatkan laba operasional karena meningkatnya volume penjualan yang dihasilkan dari kepuasan pelanggan terhadap produk yang berkualitas yang dihasilkan perusahaan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi yang akan melakukan penelitian selajutnya mengenai Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Laba Operasional sebaiknya dilakukan pada perusahaan yang berbeda, selain itu dapat mengganti atau menambahkan variabel yang belum diteliti sehingga memungkinkan untuk menemukan hal baru yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA Adi Zulfikar. 2012. Pengaruh Modal Kerja

Terhadap Laba Operasional. Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Assauri Sofjan. 2004. Manajemen Produksi

dan Operasi. Edisi Revisi.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Blocher, Chen, Lin. 2000. Manajemen Biaya. Buku I. A. Susty Ambarrini. Jakarta: Salemba Empat.

Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti. 2008. Akuntansi Manajemen. Edisi ke-2. Jakarta : Mitra Wacana Media. Eddy Herjanto. 2007. Manajemen Oprasi.

Edisi Ketiga. Jakarta. PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Endah Herawati. 1999. Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Harga Pokok Produksi. Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

(10)

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. 2000. Manajemen Pemasaran Prespektif Asia. Buku kesatu. Edisi 1 dan 2. Yogyakarta.

_____________________________. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta : Andi

Hansen & Mowen. 2001. Management Accounting. Jakarta : Salemba Empat.

______________. 2005. Mangement Accounting. Jakarta : Salemba Empat.

Henry Simamora. 2000. Akuntansi Basis Pengendalian Keputuasan Bisnis. Jilid Satu. Cetakan Pertama. Jakarta : Salemba Empat.

Mohammad Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mudrajat Kuncoro. 2001. Metoda Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : AMP YKPN.

Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Aditya Media.

_______. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya. Cetakan Pertama. Bandung : Refika Aditama.

Nasiah. 2007. Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Penjualan. Universitas Sumatra Utara.

Nasution. 2001. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) Jakarta : Ghalia Indonesia.

Smith, Jay. M & Skousen K. Fred. 1999. Akuntansi Intermediate. Jilid I, Edisi Kesembilan. Tim Penerjemah Erlangga. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

Soemarso S.R. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba Empat. ___________. 2005. Akuntansi Suatu

Pengantar. Jakarta : Salemba Empat. Sofyan Syafri Harahap. 2001. Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Supriyono. 2001. Akuntansi Manajemen 3 Proses Pengendalian Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Taswan. 2005. Akuntansi Perbankan, Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Tatik Ernawati. 2010. Pengaruh Biaya

Kualitas Terhadap Profitabilitas. Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor dominan yang dipertimbangkan petani dalam memilih benih kedelai di Jawa Tengah adalah umur tanaman, tipe tumbuh,

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Inggris risiko terjadinya kematian pada persalinan dengan bedah sesar adalah tiga kali lebih besar dibandingkan

Pencapaian visi dilakukan melalui perwujudan misi pembangunan jangka menengah yaitu: (1) mewujudkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang bermutu dan terjangkau secara

Setelah empat aspek pertama dipenuhi, Mahasiswa kemudian dapat menentukan aspek yang ke lima yaitu cara apa yang paling sesuai untuk melaksanakan kegiatan dengan

Kalaupun pria tersebut hendak menikah lagi untuk yang kesekian kalinya, dalam Pasal 4 diatur, bahwa ada syarat bagi si pria untuk melakukannya, syarat tersebut antara lain harus

dilakukan perhitungan jarak untuk mendapatkan hasil label dengan cara melakukan beberapa proses untuk mendapatkan akurasi dari citra, proses yang dilakukan pertama

Dalam penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk membangun aplikasi sistem kendali yang dapat mengendalikan lampu ruangan berbasis Internet of Things (IOT)

Output dari tahap ini adalah sebuah keputusan yang berhubungan dengan solusi apakah permasalahan di perusahaan tersebut dapat diselesaikan dengan pengembangan