1
PANDUAN
BEASISWA UNGGULAN
PROGRAM PENGEMBANGAN DOKTOR
(P2D)
BIRO PERENCANAAN & KERJASAMA LUAR NEGERI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2
2012
KATA PENGANTARDalam rangka meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam segala bidang, khususnya mutu pendidikan dan pengembangan potensi sumber daya daerah yang dinilai masih sangat rendah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mencanangkan Program Beasiswa Unggulan (BU) tingkat Nasional dan Internasional sejak tahun 2006.
Program BU membawa misi untuk melahirkan insan terbaik bangsa yang memiliki pemahaman kebangsaan secara komprehensif, integritas dan kredibilitas tinggi, berkepribadian, unggul, moderat, serta peduli terhadap kehidupan bangsa dan negara.
Sejak tahun 2006 sampai sekarang telah banyak program BU yang diluncurkan, antara lain BU P3SWOT (Peneliti, Penemu, Penulis, Seniman, Wartawan, Olahragawan dan Tokoh), BU Fast-track, BU Debt-swap, BU Nusantara BRI dan BU Cimb Niaga.
Mulai pertengahan tahun 2011 telah ditawarkan program BU yang baru, yaitu P2D (Program Pengembangan Doktor). BU P2D ini diperuntukkan bagi para peneliti, PNS, non PNS, lembaga swadaya masyarakat atau masyarakat lainnya yang telah selesai menempuh studi S3 dan berumur maksimum 35 tahun agar dalam waktu yang singkat dapat menjadi serata dengan Peneliti Utama atau Guru Besar. Buku pedoman P2D ini dibuat dengan harapan semoga dapat memberikan informasi yang optimal bagi semua pihak tentang BU P2D.
Jakarta, Januari 2012
1 A. LATAR BELAKANG
Perguruan Tinggi mempunyai peran dan fungsi strategis dalam mewujudkan amanat Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Fungsi tersebut akan berjalan baik apabila ditopang oleh kualitas sumberdaya manusia yang terlibat didalamnya yaitu tenaga administrasi, mahasiswa, dan dosen. Kunci utama perkembangan intelektual mahasiswa adalah para dosen, sebab merekalah yang berperan dalam menentukan suasana belajar.
Dosen dalam menjalankan peran dan fungsinya harus memiliki kualifikasi akademik minimum dan Sertifikasi Pendidik Profesional sesuai dengan jenjang kewenangan mengajarnya. Amanat tersebut secara jelas tertuang dalam pasal 46 ayat 2 Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu bahwa dosen harus memiliki kualifikasi akademik minimum: (a) lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana; dan (b) lulusan program doktor untuk program pascasarjana.
Implementasi amanat tersebut mengalami banyak hambatan, utamanya kualifikasi pendidikan dosen. Tahun 2009 tercatat jumlah dosen PTN di Indonesia mencapai 63.355 orang, dengan kualifikasi pendidikan terbesar pada jenjang S2 yakni 60,42% dan dari jumlah dosen tersebut hanya 3.662 atau 5,78% yang mempunyai jabatan fungsional sebagai guru besar. Sedangkan dosen PTS berjumlah 96.305 orang, dengan kualifikasi terbesar berpendidikan S1 yakni 56,96% dan dari jumlah tersebut hanya 573 orang atau 0,61% yang mempunyai jabatan fungsional guru besar (Dirjend Dikti, 2011).
Guru besar merupakan penghargaan tertinggi bagi dosen yang berprestasi, namun untuk mencapai derajad tertinggi tersebut tidak mudah mencapainya. Seorang dosen yang ingin mencapai derajad guru besar harus mengumpulkan angka kredit 850 – 1000 kredit poin. Angka kredit tersebut bersumber pada kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Kendala yang dihadapi tidak hanya masalah administrasi tetapi juga masalah yang berkaitan dengan akademik keilmuan yang dimiliki.
Minimnya jumlah guru besar mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap pencapaian rangking world class university bagi perguruan tinggi di Indonesia. World class university Menurut Philip G Albach dalam The Cost and Benefits of Worlds Class University (2005) adalah universitas yang memiliki rangking utama di dunia, yang memiliki
2
standar internasional dalam keunggulan (excellence). Keunggulan tersebut salah satunya adalah tenaga pengajar (professor) yang berkualitas tinggi dan terbaik dalam bidangnya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional telah menentukan target pencapaian rangking world class university yang dituangkan dalam Renstra Depdiknas 2010 – 2014 sebagai berikut :
Tabel. 1
Target Peringkat Perguruan Tinggi Di Indonesia Tahun 2010-2014
No Indikator Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 Jumlah PT 300 Terbaik
Dunia Versi THES
1 1 2 2 3 3 2 Jumlah PT 500 Terbaik
Dunia Versi THES
3 3 5 5 6 7 3 Jumlah PT 200 Terbaik
Dunia Versi THES
8 8 9 10 11 12 4 Jumlah PT Berbintang 4-5 Versi QS Star 0 6 9 13 16 20 5 Jumlah PT Berbintang 1-3 Versi QS Star 0 15 90 150 200 250 Sumber : Renstra Depdiknas 2010 – 2014
Apabila dilihat target peringkat Perguruan Tinggi yang hendak dicapai oleh Depdiknas pada tahun 2010 dan 2011, maka jumlah Perguruan Tinggi 200 terbaik dunia versi THES tidak dapat dicapai. Laporan versi THES pada tahun 2010 maupun 2011 tidak ada satupun perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam rangking 200 terbaik, bahkan ada kecenderungan menurun, kecuali Universitas Indonesia yang mengalami kenaikan rangking dari 236 ke posisi 217 (lihat Tabel. 2.)
Tabel. 2
Perkembangan Peringkat World Class University 8 Universitas Negeri Di Indonesia Tahun 2007-2011
TAHUN UGM UI ITB IPB UNAIR UNDIP UB ITS
2007 360 395 369 545 502 553 - -2008 316 287 315 550 550 550 550 -2009 250 201 351 550 450 550 550 650 2010 321 236 425 525 550 650 650 650 2011 342 217 451-500 600+ 551-600 601+ 601+ 601+
3
Dalam pandangan Azyumardi Azra (Republika on line, 20 April 2006) beberapa faktor yang mempengaruhi kurang berhasilnya perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam kategori world class university adalah : a) Kebijakan pendidikan di Indonesia yang tidak memprioritaskan pendidikan tinggi, b)Pembiayaan yang minim, c)Kualifikasi sumberdaya dosen yang rendah, d)Fasilitas yang tidak memadai, e)Tidak ada atau kurangnya jaringan kerjasama baik di tingkat nasional maupun internasional. Lebih lanjut Azyumardi Azra mengatakan pemerintah Indonesia dalam kebijakan politik pendidikannya sejak masa kemerdekaan hampir tidak pernah memprioritaskan pendidikan tinggi, prioritas utama lebih diberikan kepada pendidikan dasar. Kondisi ini dapat dipahami dalam rangka mengangkat rakyat secara keseluruhan, namun seharusnya pemerintah juga mengembangkan beberapa Perguruan Tinggi yang menjadi titik awal adanya perguruan tinggi yang representatif untuk bersaing di tingkat internasional.
Sejalan dengan pendapat Azyumardi Azra, Ali Khomsan (Kompas, 27 Desember 2008) mengatakan bahwa selama ini pemerintah kurang memberikan masukan yang memadai untuk mengelola pendidikan tinggi yang berkualitas. Minimnya unit biaya pendidikan yang diberikan pemerintah, kebijakan pendidikan yang kurang tepat dan kurangnya perhatian terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu tidak sejalan dengan tuntutan untuk menjadikan Perguruan Tinggi sebagai The
World Class University. Unit biaya pendidikan tinggi terkait erat dengan
mutu penyelenggaraan pendidikan. Rendahnya biaya akan mengorbankan kualitas yang hendak dicapai. Peningkatan mutu dosen, aktivitas riset dan proses belajar mengajar memerlukan biaya besar. Aktivitas riset berpengaruh terhadap publikasi jurnal internasional. Publikasi jurnal internasional menunjukkan seberapa banyak penelitian dengan kualitas dunia yang dilakukan suatu negara juga merupakan salah satu indikator kemajuan suatu negara dalam persaingan global. Indonesia masih digolongkan sebagai negara tertinggal dalam publikasi jurnal internasional.
Berdasarkan data Knowledge Economy Index (KEI) tahun 2011, Indonesia berada pada urutan ke-103 dari 145 negara yang dinilai. Kondisi ini jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Sigapura yang berada pada urutan 19, sedangkan Malaysia di urutan 48 dan Thailand di urutan 63. KEI menunjukkan banyaknya penelitian yang dipublikasikan secara internasional. Tinggi rendahnya KEI menunjukkan seberapa kondusif kondisi lingkungan yang ada bagi penggunaan ilmu pengetahuan untuk perkembangan ekonomi suatu negara. Indeks ini dihitung berdasarkan insentif ekonomi, aturan kelembagaan, pendidikan, inovasi serta teknologi komunikasi dan informasi. Indonesia memiliki nilai
4
3,29, tertinggal dari indeks Denmark yang menjadi urutan pertama yaitu 9,52.
Dari sekitar 3.300 judul jurnal ilmiah dari berbagai negara yang tercakup dalam Science Citation Index (SCI), 30,82 persen berasal dari para ilmuwan Amerika. Sementara itu persentase ilmuwan Inggris dan Jerman masing-masing adalah 7,92 persen dan 7,18 persen. Membanjirnya produk pikir mereka melalui berbagai jurnal itulah yang menyebabkan "ketergantungan" kita terhadap hasil temuan dan penelitian terbaru mereka. Hegemoni ini demikian kuat karena didukung oleh infrastruktur hasil penelitian yang demikian canggih dan telah melembaga. Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas dan sesuai dengan misi beasiswa unggulan melahirkan insan terbaik bangsa yang memiliki pemahaman kebangsaan secara komprehensif, integritas dan kredibilitas tinggi, berkepribadian, unggul, moderat, serta peduli terhadap kehidupan bangsa dan negara juga tujuan utama beasiswa unggulan yaitu meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia Indonesia berdaya saing global maka dipandang perlu kegiatan fasilitasi melalui suatu program lanjutan untuk insan intelektual Indonesia yang telah menyandang S3, yaitu Program Pengembangan Doktor (P2D).
B. TUJUAN
Menyiapkan Sumber Daya Manusia Profesional yang setara dengan jenjang Peneliti Utama atau Guru Besar.
C. PERSYARATAN PESERTA
1. Berpendidikan Doktor (S3) dari berbagai bidang ilmu,diutamakan yang sejalan antara S1 dan S2,
2. Umur maksimum 35 tahun, dimungkinkan lebih apabila mempunyai kompetensi khusus dan atau prestasi di bidangnya,
3. Telah mempublikasikan minimal satu (1) artikel ilmiah pada jurnal internasional sebagai penulis pertama dibuktikan dengan menunjukan jurnal asli,
4. Telah mempublikasikan minimal satu (1) artikel ilmiah pada jurnal nasional terakreditasi dibuktikan dengan menunjukan jurnal asli
5. Telah mempunyai minimal satu (1) draft buku siap terbit, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari penerbit
6. Telah mempublikasikan minimal 1 artikel populer yang telah diterbitkan oleh media masa nasional,
7. Mendapatkan dukungan dua (2) orang Profesor senior sesuai bidang ilmu dibuktikan dengan surat pernyataan kesediaan menjadi pembimbing hingga mencapai derajad Guru Besar
5
Selain memenuhi persyaratan tersebut di atas, peserta diwajibkan untuk :
1. Mengisi Formulir Pengajuan Beasiswa Program Pengembangan Doktor (lampiran 1),
2. Menyusun daftar riwayat hidup/curriculum vitae (lampiran 2),
3. Melampirkan surat pernyataan kesediaan dari 2 profesor senior untuk menjadi pembimbing (lampiran 3),
4. Melampirkan fotokopi ijasah terakhir yang telah dilegalisir oleh universitas asal lulusan dan bagi lulusan luar negeri diharuskan melampirkan fotokopi penyetaraan ijasah,
5. Melampirkan fotokopi SK terakhir kenaikan pangkat/golongan bagi PNS, sedangkan non PNS melampirkan Surat Keterangan aktif sebagai pegawai dari instansi dimana peserta bekerja
6. Menyusun program kerja dalam bentuk Rencana Strategis Pengembangan Program Doktor selama 3 tahun dan dijabarkan dalam rencana kegiatan tahunan yang memuat target serta indikator capaian kinerja. Rencana Strategis berisi a) Latar Belakang Peserta mengikuti Program Pengembangan Doktor, b)Visi, Misi dan Tujuan,c) Rencana kegiatan yang meliputi penelitian, publikasi ilmiah pada jurnal internasional, jurnal nasional terakreditasi, jurnal tidak terakreditasi, prosiding seminar internasional/nasional, penulisan buku ilmiah sesuai bidang ilmu, publikasi melalui media masa serta kegiatan lainnya sebagai penunjang. Rencana kegiatan memuat target dan indikator kinerja pada setiap tahunnya.
7. Melampirkan fotokopi NPWP,
8. Melampirkan fotokopi nomor rekening bank,
9. Seluruh kelengkapan dokumen persyaratan dikirim melalui email program pengembangandoktor@yahoo.com atau dikirim ke Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gedung C lantai 6 Jl. Jenderal sudirman Senayan-Jakarta, 10270, Telp & Fax : (021)5738181, (021) 5739290
D. WAKTU PENDAFTARAN
Pendaftaran peserta Beasiswa Unggulan Program Pengembangan Doktor dibuka mulai 1 Januari dan ditutup 31 Desember setiap tahun.
E. SISTEM SELEKSI
6
a. Tahap pertama adalah verifikasi kelengkapan syarat-syarat administrasi sesuai dengan dokumen yang telah dikirimkan kepada sekretariat.
b. Tahap kedua apabila diputuskan telah lolos pada tahap verifikasi peserta akan diundang untuk mengikuti tes wawancara dengan memaparkan Rencana Strategis yang telah disusun.
c. Seleksi tahap pertama dan kedua dilakukan oleh Tim Independen yang ditunjuk oleh Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
d. Hasil seleksi tidak dapat diganggu gugat.
e. Seleksi dilaksanakan 3 kali dalam setahun yaitu bulan Maret, Juli dan Oktober.
f. Tempat seleksi tahap kedua akan ditentukan kemudian hari.
F. MONITORING DAN EVALUASI
1. Monitoring dan evaluasi bagi penerima Beasiswa Unggulan Program Pengembangan Doktor akan dilakukan dua (2) kali dalam setahun yaitu bulan April dan Agustus.
2. Setiap penerima BU P2D wajib menyusun laporan kemajuan mengacu pada Rencana Strategis yang telah disusun.
3. Hasil monev digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah BU P2D akan dilanjutkan atau dihentikan.
4. Jika penerima BU P2D tidak dapat memenuhi indikator kinerja yang telah ditargetkan, maka Tim Monitoring dan Evaluasi berhak menghentikan Beasiswa yang diberikan.
G. LAIN-LAIN
Publikasi ilmiah yang dilakukan oleh Peserta Program BU P2D mengacu pada:
1. Peraturan Bersama Kepala LIPI dan Kepala BKN no: 412/D/2009 dan no: 12 tahun 2009 tentang Perubahan atas Keputusan Bersama Kepala LIPI dan Kepala BKN no: 3719/D/2004 dan no: 60 tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya,
2. Keputusan Menko Wasbangpan no. 38/Kep/MK.Waspan/81/1999 tentang Jabatan Fungsional Dosen & Angka Kreditnya,
3. Keputusan Bersama Mendiknas dan Kepala BKN no: 61409/MPK/KP/ 99 dan no: 181 tahun 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya,
4. Keputusan Mendiknas no. 36/D/O/2001 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Dosen,
7
5. Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen ke Lektor Kepala dan guru Besar,
6. Peraturan Akademik Penelitian. H. PENUTUP
Demikianlah Panduan Beasiswa Unggulan Program Pengembangan Doktor disusun. Apabila dalam pelaksanaannya terdapat perubahan karena alasan tertentu, akan disempurnakan sebagaimana mestinya.