• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Pemahaman Siswa, Model Pembelajaran Scramble

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": Pemahaman Siswa, Model Pembelajaran Scramble"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE PADA MATA PELAJARAN PKn DI

KELAS VII SMP NEGERI 2 TAOPA, KECAMATAN TAOPA, KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ABSTRAK

YULINDA, 2013.”Meningkatkan Pemahaman Siswa Melalui Model Pembelajaran Scramble Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas VII SMP Negeri 2 Taopa”. Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo.

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Taopa melalui model pembelajaran scramble bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII tahun ajaran 2013/2014 yang siswanya berjumlah 29 orang terdiri dari 14 orang siswa perempuan dan 15 orang siswa laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan lembar pengamatan kegiatan siswa serta hasil belajar. Siklus pertama 2 kali pertemuan dan siklus kedua 2 kali pertemuan, Disetiap pertemuan alokasi waktu 2x45 menit yang mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berdasarkan hasil penelitian siklus I dengan menggunakan model pembelajaran Scramble dari 29 orang siswa yang tuntas 13 orang atau 44,83% dan yang tidak tuntas 16 orang atau 55,17%. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus I pemahaman siswa belum optimal atau belum mencapai keberhasilan yang ditetapkan, sehingga dilanjutkan pada siklus 2. Pada siklus 2 telah mengalami peningkatan siswa yang tuntas 24 orang atau 82,76% sedangkan yang tidak tuntas 5 orang atau 17,24%.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pemahaman siswa dengan menggunakan model pembelajaran scramble telah meningkat.

Kata Kunci : Pemahaman Siswa, Model Pembelajaran Scramble

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu bentuk dari kebudayaan manusia dan juga sebagai syarat dalam perkembangan zaman dan perkembangan IPTEK sekarang ini, Oleh karena itu, perkembangan dunia pendidikan harus sejalan dengan perubahan zaman dan harus sesuai dengan perkembangan IPTEK. Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting di zaman sekarang ini, karena jika kita tidak memiliki pendidikan maka kita tidak akan tahu perkembangan zaman. Pendidikan yang mendukung perkembangan pembangunan dimasa depan adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi dan kreatifitas peserta didik sehingga mereka mampu memecahkan masalah-masalah yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Maka dari itu, dalam rangka mengembangkan potensi dan

(2)

kreatifitas siswa, peran sekolah dan peran guru sangat dibutuhkan. Seperti yang tercantum Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa “pengembangan kreativitas (daya cipta) hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah sebagai tempat pendidikan pertama. Kreativitas perlu dipupuk, dikembangkan dan ditingkatkan, disamping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan”

Sekolah adalah salah satu sarana formal penyalur pendidikan dan juga sebagai suatu wadah pengembangan potensi dan kreatifitas siswa. Namun, sekolah tidak akan ada artinya, tanpa peran dari seorang guru. Karena yang menjalankan pendidikan dan yang melakukan pembelajaran adalah guru. Guru merupakan kunci keberhasilan dari siswa. Oleh sebab itu, guru yang professional adalah mereka yang sudah dibekali dengan pengetahuan yang luas, sehingga mampu membina, mengajar dan mendidik siswanya. Akan tetapi pada kenyataannya sesuai observasi dan wawancara pada hari Selasa Tanggal 13 Agustus 2013, pada Jam 07:30 di SMP Negeri 2 Taopa pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru masih banyak menggunakan metode ceramah pada saat mengajar dalam kelas. Pada metode ini guru yang berperan aktif dan siswa hanya menunggu informasi yang diberikan oleh guru. Sehingga siswa terlihat kurang aktif dan pasif. Hal tersebut akan mempengaruhi pemahaman siswa dalam pembelajaran PKn, dan akibatnya pada saat ujian nanti nilainya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Di kelas VII tersebut jumlah siswanya 29 orang yang terdiri dari 14 orang siswa perempuan dan 15 orang siswa laki-laki. Selama ini dalam hal bertanya dan menjawab siswa masih kurang aktif, Sehingga pada saat evaluasi hasil belajar siswa masih dibawah KKM 75, yang nilainya tuntas atau 75 keatas hanya 10 orang atau 34,48% sedangkan yang nilainya dibawah dari 75 atau tidak tuntas terdiri dari 19 orang atau 65,52%.

KAJIAN TEORI

a. Hakikat Pemahaman

Dalam kamus psikologi (dalam Lakoro, 2012:7) kata pemahaman berasal dari kata insight yang mempunyai arti wawasan, pengertian pengetahuan yang mendalam. Jadi, arti dari insight adalah suatu pemahaman atau penilaian yang beralasan mengenai reaksi-reaksi pengetahuan atau kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki seseorang.

Suharsimi (2009: 118) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.

. Menurut Benyamin S.Bloom dkk (dalam Arifin, 2011: 21) pemahaman ialah jenjang kemampuan yang memaksa siswa bisa paham atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaiakan guru dan bisa memanfaatkannya tanpa harus mengkaitkan dengan hal-hal yang lain. Sementara Mulyasa (2005: 78)

(3)

menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Sedangkan Sudjana menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:(1) Tingkat terendah ialah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, contohnya menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, mengartikan merah putih, menerapkan prinsip-prinsip. (2) Tingkat kedua ialah pemahaman penafsiran adalah menghubungkan bagian yang sudah berlalu atau bagian yang terendah dengan yang diketahui selanjutnya, menghubungkan dari beberapa grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. (3) Pemahaman tingkat tiga atau tingkat yang tertinggi yaitu pemahaman ekstrapolasi. .

1. Kawasan Kognitif

Kawasan kognitif merupakan kawasan yang memperdebatkan capainya pembelajaran bertepatan dengan proses mental yang berasal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan ini terbagi atas tiga tingkatan dimulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi dan tersusun secara hirarkis:

a. Tingkat Pengetahuan (Knowledge)

Dalam tingkat pengetahuaan ini dapat diartikan sebagai kemampuan setiap orang dalam menghafal dan mengingat kembali pengetahuan yang sudah pernah diberikan.

b. Tingkat Pemahaman (Comprehension)

Dalam tingkat ini pemahaman diartikan sebagai kemampuan setiap orang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan menggunakan strategi sendiri tentang pengtahuan yang sudah pernah diterimanya.

c. Tingkat Penerapan (Application)

Jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret.

d. Tingkat Analisis (Penguraian)

Dalam tingkat ini dikatakan sebagai kemampuan setiap orang untuk menggunakan pengetahuannya dalam memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

e. Tingkat Sintesis (Penyatuan)

Sintesis disini diartikan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur penegtahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih umum atau menyeluruh.

f. Tingkat Evaluas (Penilaian)

Tingkat evaluasi disini dapat diartikan sebagai kemampuan setiap orang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya.

(4)

2. Kawasan Afektif (Sikap dan Perilaku)

Dalam Kawasan afektif ini merupakan kawasan yang berhubungan dengan perilaku dan sikap yang membentuk nilai-nilai interes, penghargaan, dan penyesesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini ada lima:

a. Kemauan Menerima

Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancanagan tertentu, seperti keinginan membaca buku, mendengar music atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras yang berbeda.

b. Kemauan Menaggapi

Maksudnya dalam kemauan menanggapi disini yaitu aktivitas yang menunjuk pada keikut sertaan penuh dalam aktivitas tertentu, misalnya menenyelesaikan tugas terstruktur, taat pada aturan, ikut dalam diskusi dalam kelas, menyelesaikan tugas dilaboratorium, atau menolong orang lain.

c. Berkeyakinan

Berkaitan dengan kemauan individu dalam menerima system nilai tertentu. misalnya memperlihatkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi (penghargaan) terhadap sesuatu, sikapa ilmiah atau komitmen untuk melaksanakan suatu kehidupan sosial.

d. Penerapan Karya

Penerapan karya ini berkaitan dengan penerimaan pada berbagai system nilai yang berbeda berdasarkan pada suatu system nilai yang lebih tinggi.

e. Ketekunan dan Ketelitian

Ketekunan dan ketelitianIni merupakan tingkat afeksi yang tertinggi. Dalam bagian ini seorang yang sudah memiliki system nilai selalu menyesuaikan perilaku sesuai dengan system nilai yang dimilikinya. 3. Kawasan Psikomotor

Dalam kawasan psikomotor ini meliputi hal yang berhubungan dengan tujuan ketrampilan (skill) yang sifatnya manual dan monotorik. Seperti kawasan yang lain kawasan ini juga memiliki susunan tingkatan dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling tertinggi yaitu:

Persepsi

Dalam persepsi ini berhubungan atau berkenaan dengan penggunaan indera dalam melaksanakan aktivitas.

Kesiapan Melaksanakan Suatu Aktivitas (set)

Dalam kesiapan ini berkaitan dengan aktivitas melaksanakan suatu aktivitas (set). Didalamnya termasuk mental set (kesiapan mental), physical set (kesiapan fisik), emotional set ( kesiapan emosi perasaan) untuk melakukan suatu perbuatan atau tindakan.

(5)

Mekanisme (mechanism)

Dalam mekanisme ini berkaitan dengan performance tanggapan yang telah dipelajari dan menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang akan ditampilkan memperlihatkan pada suatu kemahiran.

Tanggapan Terbimbing (gided respons)

Dalam tanggapan terbimbing ini seperti meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau yang ditunjukan seperti orang lain., melakukan kegiatan coba-coba (trial error).

Kemahiran

Kemahiran ini merupakan performance (penampilan) gerakan motorik dengan keterampilan tinggi. Kemahiran yang dipertunjukan biasanya cepat, denag hasil yang baik, namun menggunakan sedikit tenaga. Seperti keterampilan menyetir kenderaan bermotor.

Adaptasi (Penyesuaian)

Adaptasi yang berkaitan dengan keterampialan yang sudah berkembang secara baik pada diri seseorang sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi (membuat perubahan) pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan gerakan tertentu.

Originasi (Penciptaan)

Originasi menunjukan kepada penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi kondisi atau masalah tertentu.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Siswa

Dalam proses pembelajaran dalam kelas, hal yang sangat penting yaitu pencapaian tujuan pembelajaran agar siswa bisa memahami sesuatu berdasarkan pada pengalaman. Kemampuan siswa dalam pelajaran PKn dipengaruhi dari beberapa faktor dominan yang sifatnya relatif dan situsional (Uno,2010:42), yang secara garis besar di bagi menjadi tiga golongan utama yaitu:

1. Faktor dari guru yaitu guru sebagai aktor utama yang dalam keseharian dalam proses pembelajaran tersebut menjadi lebih bermakna menarik dan menyenangkan sangat menentukan keberhasilan dalam mengikuti proses pembelajaran itu sendiri

2. Faktor kemampuan siswa yang terdiri dari : 1. Keragaman tingkat intelektual siswa, dalam hal ini materi yang diajarkan harus sesuai dengan kemampuan intelektual siswa yang beragam, 2. Minat terhadap mata pelajaran tersebut yang menyebabkan menurunnya antusias siswa untuk belajar sehingga kemampuan untuk memahami serta menguasai konsep-konsep diberikan menjadi kecil.

3. Faktor lingkungan siswa baik itu lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat disekelilingnya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental spritualnya.

c. Pengertian model Pembelajaran

Menurut Joyce (dalam Trianto 2011: 5) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam

(6)

tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Menurut Joyce dan Weil ( dalam Rusman 2012:133 ) Berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum ( Rencana pembelajaran jangka panjang ), Merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain.

Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2011: 5) menyatakan bahwa istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk pada tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya..

d. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu, sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berfikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.

3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.

4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (Syntax); (2) Adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) Sistem sosial; dan (4) Sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, (2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

6. Membuat persiapan mengajar (Desain instruksional) dengan menggunakan model pembelajaran yang dipilihnya.

e. Pengertian Model Scramble

Model Scramble yaitu model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep secara kreatif dengan cara menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak sehingga membentuk suatu jawaban atau pasangan konsep yang dimaksud. (komalasari, 2010:84).”

Langkah-Langkah Pembelajaran Scramble

1. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Guru menyampaikan materi pelajaran. Kegiatan ini guru menanamkan konsep materi.

3. Guru menyiapkan kartu soal serta kartu jawaban yang telah dibuat untuk proses pembelajaran.

(7)

4. Guru membagikan kartu soal serta kartu jawaban kepada masing-masing siswa.

5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dan mencari jawaban yang sesuai.

6. Guru memberikan penilaian hasil kerja siswa. Kelebihan Model Pembelajaran Scramble

1. Memudahkan siswa mencari jawaban.

2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal sendiri. 3. Semua siswa terlibat.

4. Kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. 5. Membiasakan siswa untuk disiplin.

Kekurangan Model Pembelajaran Scramble 1. siswa kurang berfikir kritis.

2. Siswa bisa saja melihat jawaban temannya. 3. Mematikan kreatifitas siswa.

4. siswa tinggal menerima bahan mentah METODE PENELITIAN

a. Latar dan Karakteristik Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Taopa, Kecamatan Taopa, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun Yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah kelas VII semester ganjil Tahun ajaran 2012/2013. Di kelas VII dengan jumlah siswanya terdiri dari 29 orang siswa, siswa laki-laki berjumlah 15 orang dan siswa perempuan terdiri dari 14 orang. Siswa di kelas ini mempunyai kemampuan rata-rata cukup.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dimulai kurang lebih dari 3 bulan, bulan Agustus -Oktober 2013 sampai dengan penyusunan dalam bentuk skripsi.

c. Persiapan

Tahap persiapan ini dilakukan sebelum peneliti melakukan tindakan. Sehingga apa yang akan direncanakan bisa dilaksanakan dengan baik. Adapun langkah-langkah dalam persiapan ini yaitu sebagai berikut:

1. Meminta izin pada kepala sekolah untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Taopa.

2. Melakukan pengamatan serta wawancara dengan guru yang bersangkutan. 3. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4. Menyiapkan buku/referensi yang akan dipakai pada saat pembelajaran. 5. Menyiapkan lembar kerja siswa yang akan dipakai pada saat evaluasi.

d. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan setelah pelaksanaan persiapan. Pelaksanaan ini menggunakan tindakan kelas yaitu:

Siklus 1

1. Melakukan pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah direncanakan.

(8)

2. Melihat dan menilai sejauh mana pemahaman siswa dalam menerima pelajaran dengan model pembelajaran scramble.

3. Bersama-sama dengan guru yang bersangkutan untuk mengamati pembelajaran di kelas.

4. Melakukan evaluasai hasil pembelajaran sesuai dengan indikator capaian Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yaitu:

1. Pendahuluan (15 menit)

Pada tahap ini terdiri dari beberapa langkah yaitu 1. Guru memberikakan salam kepada siswa, berdo’a. 2. Memotivasi siswa, mengecek absen

3. Melakukan apersepsi kepada siswa tentang materi yang berkaitan dengan yang akan diajarkan.

4. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai. 5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti (60 Menit)

Pada tahap ini terdiri dari beberapa langkah yaitu:. 1. Guru menyajikaan materi

2. Guru menjelaskan materi yang telah diajarkan

3. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya

4. Guru memberikan pertanyaan pada siswa mengenai materi yang diajarkan 5. Guru membagikan siswa kartu soal / LKS yang telah dibuat oleh guru. 3. Kegiatan Penutup (15 Menit)

Pada tahap kegiatan penutup ini terdiri dari beberapa langkah yaitu:

1. Guru menyimpulkan materi bersama dengan siswa mengenai materi yang telah dipelajari.

2. Guru melakukan refleksi/tanya jawab 3. Guru memberikan evaluasi.

Apabila siklus I ini belum mencapai standar ketuntasan yang ditetapkan atau yang diharapkan yaitu KKM 75%. Maka, dilanjutkan ke siklus II atau siklus berikutnya.

e. Observasi dan Evaluasi

Observasi atau pengamatan ini dilakukan oleh guru PKn (Guru mitra) yang bersangkutan untuk mengamati pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan guru dan lembar pengamatan kegiatan siswa yang sudah disediakan. Pengamatan ini dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan evaluasi dilakukan setelah berakhirnya materi pembelajaran (akhir siklus) disajikan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa melalui tes tertulis.

f. Refleksi

Pada tahap ini peneliti bersama guru yang bersangkutan melakukan refleksi pada proses pembelajaran secara berkesinambungan pada setiap akhir siklus yang dilaksanakan dengan memperhatikan informasi, nilai yang diperoleh pada saat evaluasi pembelajaran.

g. Teknik Pengumpulan Data

(9)

1. lembar observasi kegiatan guru, yang dimaksud adalah guru yang bersangkutan (guru mitra) mengamati secara langsung peneliti pada kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

2. lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

3. Dan evaluasi (lembar tes tertulis untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa yang mana peneliti memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran yang diajarkan pada saat penelitian, hal tersebut untuk mengukur pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn dengan model pembelajaran scramble.

h. Tehnik Analis Data

Analisis data ini dilakukan secara berkesinambungan disetiap akhir siklus. Analisis data ini diolah secara kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis presentasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes belajar siswa untuk melihat pemahaman siswa dalam proses pembelajaran.

Untuk megetahui hal ini digunakan rumus yaitu:

Ketuntasan perorangan/individu : (jumlah skor yang diperoleh/skor total jawaban) X 100

Ketuntasan klasikal : (jumlah siswa yang mendapat nilai

75/jumlah siswa keseluruhan) X 100

Nilai rata-rata : jumlah nilai/jumlah siswa

Untuk mengacu pada kriteria penilaian, maka teknik analis data yang dipakai pada penelitian ini adalah :

1. Hasil pengamatan kegiatan guru, semua data diolah secara kualitatif dengan menggunakan presentasi.

2. Hasil pengamatan kegiatan siswa, semua aktivitas siswa dilihat dan dinilai secara individu dan hasilnya kualitatif dengan menggunakan presentasi. 3. Hasil belajar siswa, untuk menetapkan tingkat keberhasilan siswa maka

menggunakan Penafsiran Acuan Patokan (PAP) menurut Aunurrahman: (2009: 223) yaitu:

4. Hasil belajar siswa, untuk menetapkan tingkat keberhasilan siswa maka menggunakan Penafsiran Acuan Patokan (PAP) menurut Aunurrahman: (2009: 223) yaitu:

Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Presentase % Penafsiran 85% - 100% 75% - 84% 55% - 74% 0% - 54% Sangat baik Baik Cukup Kurang Sekali

(10)

Dalam penapsiran di atas dipakai untuk penetapan penguasaan dari setiap orang siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Skor yang tertinggi yang bisa dicapai siswa yaitu 75%, Adapun rumus yang dipakai sebagai berikut:

= ℎ

ℎ 100%

i. Kriteria Keberhasilan Pencapaian Tindakan

Kriteria keberhasilan pencapaian tujuan penelitian ini yaitu: (1) ketuntasan hasil belajar siswa secara perorangan minimal mencapai nilai skor 75%. (2)ketuntasan belajar siswa secara bersama-sama minimal mencapai 80 % dari jumlah siswa dengan skor 75.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Taopa khususnya kelas VII, bahwa untuk meningkatkan pemahaman siswa dengan menggunakan model pembelajaran scramble telah mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari tabel 1,2,3 dan 4 di atas bahwa pada siklus I nilai rata-rata presentasi pengamatan kegiatan guru, kegiatan siswa serta hasil evaluasi siswa.

4.2.1 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I

Pada hasil pengamatan kegiatan Guru yang terdiri dari 13 aspek penilaian yaitu: (1) Memberikan salam, berdo’a, (2) Memotivasi siswa, mengecek absen, (3) Apersepsi atau mengaitkan materi yang sebelumnya, (4) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai, (5) Menyampaikan tujuan pembelajaran, (6) Menyajikan materi, (7) Penguasaan materi, (8) Memberikan siswa kesempatan untuk bertanya,(9) Alokasi waktu, (10) Penguasaan kelas, (11) Menyimpulkan materi bersama dengan siswa, (12) melakukan refleksi, (13) memberikan evaluasi (membagikan LKS/soal). Nilai rata-rata presentasi yang memperoleh kriteria sangat baik 11,54%, yang memperoleh kriteria baik 23,08%, yang memperoleh kriteria cukup 38,46% dan yang memperoleh kriteria kurang 26,92%.

4.2.2 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I

Hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus I yang terdiri dari 7 aspek penilaian yaitu aspek pertama mendengarkan penjelasan guru dari 29 siswa yang memperoleh kriteria sangat baik 24,13%, yang memperoleh kriteria baik 44,82%, kriteria cukup 24,13% dan kriteria kurang 6,89%, Aspek kedua Kemampuan mengajukan pertanyaan yang memperoleh kriteria sangat baik 20,68%, yang memperoleh kriteria baik 17,24%, yang memperoleh kriteria cukup 27,58%, dan yang memperoleh kriteria kurang 23,48%, Aspek Ketiga Kemampuan menanggapi pertanyaan teman yang memperoleh kriteria sangat baik 13,79%, yang memperoleh kriteria baik 13,79%, yang memperoleh kriteria cukup 34,48%, dan yang memperoleh kriteria kurang 37,93%, Aspek keempat Kemampuan menyimpulkan materi yang memperoleh kriteria sangat baik 20,68%, yang

(11)

memperoleh kriteria baik 41,37%, yang memperoleh kriteria cukup 24,13%, dan yang memperoleh kriteria kurang 13,79%, Aspek Kelima Tepat waktu mengerjakan soal yang memperoleh kriteria sangat baik 20,68%, yang memperoleh kriteria baik 24,13%, yang memperoleh kriteria cukup 31,03%, dan yang memeperoleh kriteria kurang 24,13%, Aspek keenam Kemandirian mengerjakan Soal yang memperoleh kriteria sangat baik 20,68%, yang memperoleh kriteria baik 27,58%, yang memperoleh kriteria cukup 41,37%, dan yang memperoleh kriteria kurang 13,79%, Aspek ketujuh Perilaku dalam kelas yang memperoleh kriteria sangat baik 34,48%, yang memperoleh kriteria baik 41,13%, yang memperoleh kriteria cukup 10,34%, dan yang memperoleh kriteria kurang 13,79.

4.2.3 Hasil Evaluasi Siklus I

Hasil evaluasi belajar siswa Siklus I dari 29 orang siswa yang tuntas hanya 13 orang atau nilai presentasinya 44,83% sedangkan yang tidak tuntas 16 orang atau nilai presentasinya 55,17%.

Dengan demikian siklus I menunjukkan bahwa kegiatan guru, kegiatan siswa, dan hasil belajar belum mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya atau siklus 2. 4.2.4 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus 2

Pada penelitian tindakan siklus 2 kegiatan guru, kegiatan siswa serta hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan sesuai dengan kriteria keberhasilan yang diharapkan. Hal demikian dapat dilihat pada tabel 5,6,7 dan 8 di atas nilai rata-rata presentasi pada hasil pengamatan kegiatan guru, kegiatan siswa dan hasil evaluasi siswa.

Pada hasil pengamatan kegiatan guru yang terdiri dari 13 aspek penilaian yaitu: (1) Memberikan salam, berdo’a, (2) Memotivasi siswa, mengecek absen, (3) Apersepsi atau mengaitkan materi yang sebelumnya, (4) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai, (5) Menyampaikan tujuan pembelajaran, (6) Menyajikan materi, (7) Penguasaan materi, (8) Memberikan siswa kesempatan untuk bertanya,(9) Alokasi waktu, (10) Penguasaan kelas, (11) Menyimpulkan materi bersama dengan siswa, (12) melakukan refleksi, (13) memberikan evaluasi (membagikan LKS/soal). Pada siklus 2 nilai rata-rata presentasi yang memperoleh kriteria sangat baik 15,39%, yang memperoleh kriteria baik 30,76%, yang memperoleh kriteria cukup 30,76%, dan yang memperoleh kriteria kurang 0%. 4.2.5 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus 2

Nilai rata-rata presentasi hasil pengamatan kegiatan siswa siklus 2 yang terdiri dari 7 aspek penilaian yaitu aspek pertama mendengarkan penjelasan guru yang kriteria sangat baik 51,72%, yang memperoleh kriteria baik 48,27%, kriteria cukup 0% dan kriteria kurang 0%, Aspek kedua kemampuan mengajukan pertanyaan yang memperoleh kriteria sangat baik 34,48%, yang memperoleh

(12)

kriteria baik 48,27%, yang memperoleh kriteria cukup 17,24%, dan yang memperoleh kriteria kurang 0%, Aspek ketiga kemampuan menanggapi pertanyaan teman yang memperoleh kriteria sangat baik 31,03%, yang memperoleh kriteria baik 51,72%, yang memperoleh kriteria cukup 17,24%, dan yang memperoleh kriteria kurang 0%, Aspek keempat kemampuan menyimpulkan materi yang memperoleh kriteria sangat baik 37,93%, yang memperoleh kriteria baik 51,72%, yang memperoleh kriteria cukup 10,34%, dan yang memperoleh kriteria kurang 0%, Aspek elima tepat waktu mengerjakan soal yang memperoleh kriteria sangat baik 34,48%, yang memperoleh kriteria baik 58,62%, yang memperoleh kriteria cukup 6,89%, dan yang memeperoleh kriteria kurang 0%, Aspek keenam kemandirian mengerjakan soal yang memperoleh kriteria sangat baik 41,37%, yang memperoleh kriteria baik 48,27%, yang memperoleh kriteria cukup 10,34%, dan yang memperoleh kriteria kurang 0%, Aspek ketujuh perilaku dalam kelas yang memperoleh kriteria sangat baik 55,17%, yang memperoleh kriteria baik 44,82%, yang memperoleh kriteria cukup 0%, dan yang memperoleh kriteria kurang 0%.

1.2.6 Hasil Evaluasi Siklus 2

Nilai rata-rata presentasi hasil evaluasi belajar siswa siklus 2 yaitu yang tuntas 24 orang atau rata-rata presentasinya 82,76% dan yang tidak tuntas 5 orang atau rata-rata presentasinya 17,24%.

Berdasarkan pembahasaan di atas dapat disimpulkan bahwa dari 13 aspek aspek penilaian yaitu (1) memberikan salam, Berdo’a, (2) Memotivasi siswa, mengecek absen, (3) Apersepsi atau mengaitkan materi yang sebelumnya, (4) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai, (5) Menyampaikan tujuan pembelajaran, (6) Menyajikan materi, (7) Penguasaan materi, (8) Memberikan siswa kesempatan untuk bertanya,(9) Alokasi waktu, (10) Penguasaan kelas, (11) Menyimpulkan materi bersama dengan siswa, (12) melakukan refleksi, (13) memberikan evaluasi (membagikan LKS/soal). Penilaian kegiatan guru siklus 1 kriteria cukup ditambah dengan kurang mencapai 65,38%, dan kegiatan siswa dari 7 aspek penilaian dari masing-masing aspek yang penilaiannya belum optimal yaitu kemampuan mengajukan pertanyaan yang memperoleh kriteria cukup 27,58% dan kriteria kurang 34,48%, selanjutnya kemampuan menanggapi pertanyaan yang memperoleh kriteria cukup 34,48% dan kriteria kurang 20,68%, tepat waktu mengerjakan soal yang memperoleh kriteria cukup 31,03% dan kriteria kurang 24,13%, kemandirian mengerjakan soal yang memperoleh kriteria cukup 41,37% dan kriteria kurang 13,79%.

Aspek yang belum terlaksana dengan optimal yaitu: Pengamatan kegiatan guru yang perlu ditingkatkan

j. Guru masih kurang menguasai materi yang akan diajarkan

k. Guru harus tegas dalam mengajar, agar siswa tidak bermain dalam kelas (penguasaan/pengelolaan kelas masih kurang)

l. Guru pada saat pembelajaran tidak memperhatikan waktu yang ditetapkan m. Kurangnya siswa menjawab pertanyaan guru

(13)

Pengamatan kegiatan siswa yang perlu ditingkatkan 1. Siswa kurang tepat mengerjakan soal

2. Kurangnya kemampuan menanggapi pertanyaan 3. Kurangnya mengajukan pertanyaan

4. Tepat waktu dalam mengerjakan soal

5. Siswa kurang mandiri dalam mengerjakan tugas

. Begitu pula dengan hasil belajar siswa yang tuntas hanya 13 orang atau presentasinya 44,83 % dan yang tidak tuntas 16 orang atau presentasinya 55,17%.

Pada siklus 2 telah mengalami peningkatan kegiatan guru dari 13 aspek penilaian yaitu: (1) Memberikan salam, berdo’a, (2) Memotivasi siswa, mengecek absen, (3) Apersepsi atau mengaitkan materi yang sebelumnya, (4) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai, (5) Menyampaikan tujuan pembelajaran, (6) Menyajikan materi, (7) Penguasaan materi, (8) Memberikan siswa kesempatan untuk bertanya,(9) Alokasi waktu, (10) Penguasaan kelas, (11) Menyimpulkan materi bersama dengan siswa, (12) melakukan refleksi,

(13) memberikan evaluasi (membagikan LKS/soal). dari kegiatan guru siklus I kriteria sangat baik dan baik presentasinya 34,62% sedangkan pada siklus 2 kriteria sangat baik dan baik telah meningkat menjadi 84,61%, dan kriteria cukup dan kurang pada siklus I presentasinya 65,38 % siklus 2 menjadi 15,39%.

Selanjutnya kegiatan siswa dari 7 aspek penilaian dari masing-masing aspek yang penilaiannya belum optimal pada siklus I yaitu kemampuan mengajukan pertanyaan yang memperoleh kriteria cukup ditambah kriteria kurang presentasinya 62,06% pada siklus 2 kriteria cukup ditambah kriteria kurang menjadi 17,24%, selanjutnya kemampuan menanggapi pertanyaan pada siklus 1 yang memperoleh kriteria cukup ditambah kriteria kurang 72,41% pada siklus 2 menjadi 17,24%, selanjutnya tepat waktu mengerjakan soal pada siklus I yang memperoleh kriteria cukup ditambah kriteria kurang 55,16% pada siklus 2 menjadi 6,89%, selanjutnya kemandirian mengerjakan soal pada siklus I yang memperoleh kriteria cukup ditambah kriteria kurang 55,16% pada siklus 2 menjadi 10,34%.

Hal demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus 2 ini dalam meningkatkan pemahaman siswa dengan menggunakan model pembelajaran scramble telah mencapai kriteria keberhasilan KKM 75%.

PENUTUP a. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran scramble untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn sangat baik diterapkan. Karena sangat membantu siswa untuk menginggat kembali materi yang telah diajarkan. Pada siklus I pengamatan kegiatan guru kriteria sangat baik dan baik presentasinya 34,62%, dan kriteria

(14)

cukup dan kurang pada siklus I presentasinya 65,38 %. Sedangkan pada siklus 2 kriteria sangat baik dan baik telah meningkat menjadi 84,61% dan kriteria cukup dan kurang presentasinya 15,39%.

Aspek pengamatan kegiatan siswa pada siklus 1 aspek yang penilaiannya belum optimal yaitu kemampuan mengajukan pertanyaan yang memperoleh kriteria cukup ditambah kriteria kurang presentasinya 62,06% pada siklus 2 kriteria cukup ditambah kriteria kurang menjadi 17,24%, selanjutnya kemampuan menanggapi pertanyaan pada siklus 1 yang memperoleh kriteria cukup ditambah kriteria kurang 72,41% pada siklus 2 menjadi 17,24%, selanjutnya tepat waktu mengerjakan soal pada siklus I yang memperoleh kriteria cukup ditambah kriteria kurang 55,16% pada siklus 2 menjadi 6,89%, selanjutnya kemandirian mengerjakan soal pada siklus I yang memperoleh kriteria cukup ditambah kriteria kurang 55,16% pada siklus 2 menjadi 10,34%. Hasil belajar siswa siklus I yang tuntas hanya 13 orang atau presentasinya 44,83 % dan yang tidak tuntas 16 orang atau presentasinya 55,17% sedangkan hasil evaluasi belajar siswa siklus 2 yaitu yang tuntas 24 orang atau rata-rata presentasinya 82,76% dan yang tidak tuntas 5 orang atau rata-rata presentasinya 17,24%.

b. Saran

Dari Kesimpulan di atas saran saya adalah penelitian ini dapat menjadi solusi terhadap masalah yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan terutama pada mata pelajaran Pkn, sehingga kedepannya kita sebagai guru lebih memperhatikan masalah-masalah apa yang terjadi dalam pembelajaran. dalam penelitian ini model pembelajaran scramble dapat meningkatkan pemahaman siswa (hasil belajar). Karena model pembelajaran scramble sangat membantu siswa untuk lebih mudah mengingat kembali terhadap materi yang diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010. Petunjuk dan Teknik Penulisam Karya Ilmiah. Gorontalo: UNG Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Komalasari.2010.http://ipotes.wordprerrs.com/pembelajaran kooperatif scramble (Diakses 17 Maret 2013, 18: 39)

Lakoro Yayun. 2012. Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Model Pembelajaran Think-Phair-Share Di Kelas V SDN Inpres I Pelambane Kec. Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo.

(15)

Lay, Belandina, Febri. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Scramble Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA Pada Mata Pelajaran PKn SDN Madyopuro 4 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.

Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suharsimi. 2009. http://cirukem.org/pendidikan-cirukem/penelitian/. (Diakses 28 November 2013, 11:23)

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno, B, Hamzah. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Uno, B, Hamzah. 2010. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Uno, dan Masri Kuadrat. 2010. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Yamin, dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gaung Persada (GP PRESS).

http://www. Bakharuddin. Model-Model -Pembelajaran-Terbaru. html (Diakses, Tanggal 17 Maret 2013 18:54)

http://Harisbanjarmasin.blogspot.com/2012/03/definisi-pendidikan-kewarganegaraan.html (Diakses, tanggal 09 April 2013 13:20) http://Library.um.ac.id (Diakses, Tanggal 17 Maret 2013 18:54)

http://Pengertian Pendidikan. com/Pengertian – pendidikan - kewarganegaraan (Diakses, Tanggal 09 April 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dan pembahasan pemberian ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) terhadap perkembangan jumlah folikel ovarium tikus putih (Rattus norvegicus, L.)

Salah satu masalah dalam desalinasi nuklir adalah konsentrat desalinasi yang merupakan limbah multi komponen, jika tidak diolah dengan tepat dan dibuang langsung

Nilai VMA tertinggi yaitu gradasi FAA (17,78%) dengan kadar aspal optimum 5,13%, sedangkan nilai VMA yang rendah adalah gradasi BBA (15,3%) dengan kadar aspal optimum 6,10% dan

Simpulan dalam penelitian ini adalah bahwa kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi cerita pendek pada kelas V pada pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri

Hasil penerapan pembelajaran fisika berbasis proyek dengan menggunakan media on-line sebagai sarana presentasi menunjukkan beberapa kelebihan yaitu mampu meningkatkan

Melakukan pengujian permeabilitas untuk mendapatkan nilai koefisien permeabilitas (k). Melakukan pengujian berat jenis pasir. Melakukan pengujian untuk mendapatkan kecepatan

Melihat kepada pengeluaran hasil yang semakin meningkat dan bagi memastikan projek berdaya maju serta dapat diusahakan secara berterusan, PPK menjalin usahasama dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa laba bersih, arus kas operasi, leverage, dan dividen kas tahun sebelumnya secara