• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM

BERBANTUAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV SEMESTER 1 SD NEGERI 6 MENANGA

I Wy. Sukarsa

1

, Ny. Dantes

2

, Ni Wy. Arini

3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: wayan_sukarsa@yahoo.com

1

,dantes_nyoman@yahoo.co.id

2

,

wayanarini@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester 1 SD Negeri 6 Menanga tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan model pembelajaran kuantum berbantuan media microsoft powerpoint. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yakni: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester 1 SD Negeri 6 Menanga, tahun pelajaran 2013/2014. Data aktivitas belajar siswa dikumpulkan menggunakan instrumen lembar pengamatan, sedangkan hasil belajar IPA dikumpulkan menggunakan tes/butir soal. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasikal persentase rata-rata aktivitas belajarnya mencapai 61,40% dengan kategori cukup aktif. Pada siklus II persentase rata-rata aktivitas belajar mengalami peningkatan sebesar 17,20% hingga mencapai 78,60%. Persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I secara klasikal sebesar 67,28% dengan kategori cukup baik. Pada siklus II persentase rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan sebesar 9,36% hingga mencapai 76,64% dengan kategori baik. Jadi dengan menerapkan model pembelajaran kuantum berbantuan media microsoft powerpoint dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 6 Menanga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

Kata kunci : kuantum, aktivitas siswa, hasil belajar

Abstract

This study aims to improve the activity and the results of the fourth grade students learn science first semester of SD Negeri 6 Menanga academic year 2013/2014 through the application of quantum-assisted learning model media microsoft powerpoint. This study is a classroom action research was conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages: planning, action, observation/evaluation and reflection. The subjects were students of class IV Semester 1 SD Negeri 6 Menanga, school year 2013/2014. Data collected students learning activities using instruments observation sheet, while the science learning outcomes were collected using a test/grain problem. The data were analyzed using quantitative descriptive analysis. The results showed that in the first cycle in the classical average percentage reached 61,40% learning activity with quite active category. In the second cycle the average percentage of learning activities has increased by 17,20% to 78,60%. The average percentage of science learning outcomes of students in the first cycle in the classical category of 67,28% with good enough. In the second cycle the average percentage of students in the classical learning outcomes increased by 9,36% up to 76,64% in both categories. So by applying quantum-assisted learning model media microsoft powerpoint in learning science in the fourth grade of SDN 6 Menanga can increase the activity and learning outcomes.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing di tingkat global. Kualitas SDM yang mempunyai karakteristik sangat diperlukan dalam menguasai dan mengembangkan ilmu pendidikan dan teknologi (IPTEK). Maraknya perkembangan IPTEK di masyarakat, disebabkan oleh adanya tuntutan manusia untuk berkembang dan maju dalam berbagai bidang sesuai dengan perkembangan zaman. Tuntutan tersebut, dapat diperoleh melalui informasi aktual dari peralatan IPTEK yang memadai. SDM yang berkualitas merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembangunan di segala bidang. Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan SDM, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan zaman.

Upaya peningkatan mutu pendidikan berhubungan erat dengan proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif apabila seluruh komponen kegiatan pembelajaran saling mendukung. Model pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Semakin baik model pembelajaran semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran (Ahmadi, 1997). Agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang efektif dan relevan dengan situasi pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada siswa sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Dalam pembelajaran siswa diharapkan aktif mencari dan menemukan konsep pengetahuannya sendiri, mampu menganalisis suatu masalah, aktif berdiskusi, berani berbicara untuk menyampaikan gagasan, serta mampu mendengarkan dan menerima gagasan dari orang lain. Salah satu alternatif yang dapat menstimulasi aktivitas belajar siswa dalam

proses pembelajaran adalah penyajian media dan alat pembelajaran yang inovatif. Penggunaan media pembelajaran yang relevan sangat membantu dalam proses penyampaian materi pelajaran.

Di sekolah dasar aspek keterampilan dasar tersebut dikembangkan dalam semua mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang menekankan pengembangan keterampilan dasar siswa dalam proses pembelajarannya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Depdikbud (dalam Trianto, 2009) menyatakan bahwa pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka pembelajaran IPA perlu dilaksanakan dengan cara yang tepat agar dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan pengembangan sikap ilmiah.

Strategi pembelajaran IPA harus dirancang sedemikian rupa dengan mempertimbangkan mutu pembelajaran yang berkelanjutan serta kemajuan IPTEK. Pembelajaran IPA lebih menuntut siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui penerapan keterampilan proses. Dalam meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pembelajaran IPA, tentu banyak tantangan yang harus dihadapi.

Pada kenyataanya dalam proses pembelajaran IPA di SD, masih dijumpai situasi pembelajaran yang belum

mengarahkan siswa untuk

mengembangkan kemampuan berpikir melainkan hanya mengarahkan siswa untuk menghafal suatu informasi. Hal ini diperkuat dari hasil observasi pembelajaran IPA di kelas IV di SD Negeri 6 Menanga. Berdasarkan pengamatan terlihat aktivitas belajar siswa masih kurang. Kegiatan pembelajaran hanya berupa penyampaian konsep kepada siswa melalui transfer pengetahuan dari guru kepada siswa, membaca buku, tanpa memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk mengkontruksi sendiri pengetahuannya. Pembelajaran hanya terpusat pada guru sehingga kegiatan pembelajaran terkesan kurang menarik dan monoton. Siswa enggan bertanya kepada teman atau guru saat mereka mengalami kesulitan dalam

(3)

belajar, sehingga situasi pembelajaran menjadi kurang kondusif dan siswa kurang memahami materi dan informasi yang disampaikan oleh guru.

Dari hasil wawancara, terungkap bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas IV secara klasikal pada mata pelajaran IPA masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu hanya mencapai 56,0. Sesuai dengan studi dokumen, dari seluruh siswa yang ada di kelas IV yang berjumlah 22 orang, ternyata masih ada nilai hasil belajar siswa yang belum tuntas. Siswa yang nilainya tergolong tuntas sebanyak 10 orang dengan persentase 45,5% dan siswa yang nilainya tidak tuntas atau berada di bawah KKM sebanyak 12 orang dengan persentase 54,6%. Adapun KKM untuk mata pelajaran IPA di SD Negeri 6 Menanga yaitu sebesar 60,0.

Berdasarkan permasalahan tersebut, guru seharusnya memiliki langkah-langkah efektif dalam mengatasi rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu usaha yang dapat dilakukan sebagai seorang guru adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif serta menggunakan media dan alat pembelajaran yang relevan dalam kegiatan pembelajaran.

Asrori (2007:28) menyatakan, bahwa para ahli konstruktivisme memandang belajar sebagai hasil dari kontruksi mental. Para siswa belajar dengan cara mencocokkan informasi baru yang mereka peroleh bersama-sama dengan apa yang mereka telah ketahui. Siswa akan dapat belajar dengan baik jika mereka mampu mengaktifkan konstruk pemahaman mereka sendiri.

Untuk menciptakan paradigma pembelajaran konstruktivistik, maka dapat diterapkan model pembelajaran kuantum. Pembelajaran kuantum merupakan salah satu cara membelajarkan siswa yang digagas oleh DePorter. Melalui pembelajaran kuantum siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Penggunaan media dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas transparansi, serta akuntabilitas

materi pembelajaran. Media komputer diharapkan dapat menarik perhatian siswa sehingga kualitas dari suatu proses pembelajaran dapat ditingkatkan. Wiki (2011) menyatakan bahwa salah satu program komputer sebagai media pembelajaran yang dapat digunakan adalah program microsoft powerpoint. Penggunaan media microsoft powerpoint dapat menggambarkan dan menyajikan materi pelajaran yang sesuai dengan dunia nyata dan real bagi siswa. Dengan mengoptimalkan fasilitas yang ada seperti animasi, suara, maupun hyperlink, tampilan media pembelajaran menjadi lebih bervariasi, sehingga aktivitas belajar siwa dapat ditingkatkan.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dibatasi dan difokuskan penelitian ini hanya pada penerapan model pembelajaran kuantum berbantuan media microsoft powerpoint untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV semester 1 SD Negeri 6 Menanga tahun pelajaran 2013/2014, pada materi Rangka dan Alat Indra Manusia, seperti rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 6 Menanga.

METODE

Berdasarkan observasi awal, maka diterapkan model pembelajaran kuantum berbantuan media microsoft powerpoint pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 6 Menanga. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus dalam waktu 3 bulan yakni dari bulan September sampai dengan bulan Nopember tahun 2013. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi.

Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan seperti 1) berdiskusi dengan guru tentang prosedur pembelajaran kuantum yang akan digunakan sebagai setting pembelajaran, 2) menyiapkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang akan dibahas, 3) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang sumber daya alam dan lingkungan, 4) menyiapkan materi pembelajaran dengan menggunakan microsoft powerpoint, 5) membuat lembar kerja siswa (LKS) untuk masing-masing pertemuan

(4)

tentang materi sumber daya alam dan lingkungan, 6) menyiapkan pedoman observasi, 7) menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran IPA dengan menggunakan media powerpoint, 8) menyiapkan instrumen atau alat evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu guru dengan peneliti, karena dalam penelitian ini melibatkan guru kelas yang bersangkutan sebagai upaya perbaikan atau perubahan yang diinginkan dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut 1) mengkondisikan suasana kelas dan lingkungan kelas dengan baik, 2) Memberikan arahan kepada siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik, 3) memberikan bimbingan selama proses, 4) pembelajaran berlangsung pemberian tes untuk mengetahui pemahaman siswa selama mengikuti proses pembelajaran, 5) memberikan tindak lanjut sebagai latihan mandiri.

Selanjutnya tahap observasi dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah pada kegiatan ini adalah sebagai berikut 1) mengamati dan mencatat masalah-masalah serta kendala yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan, 2) mengevaluasi dengan menggunakan tes kecil dalam bentuk tes tulis pada akhir pertemuan dan tes akhir siklus pada setiap akhir siklus, 3) menentukan hasil belajar masing-masing siswa, 4) mendokumentasikan hal-hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran.

Setelah proses pembelajaran siklus I berakhir, maka akan diadakan refleksi. Kegiatan ini bertujuan untuk mencermati kembali segala sesuatu yang dialami dalam kegiatan pada siklus I seperti mengungkap kelemahan-kelemahan yang dirasakan dalam tindakan pada siklus I. Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, maka dapat dilakukan perbaikan mengenai kekurangan-kekurangan dalam

proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah mengkaji dan merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya, yaitu siklus II.

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar. Data tentang aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi. Instrumen yang digunakan adalah aspek-aspek perilaku siswa yang sesuai dengan acuan pada indikator penilaian yang disampaikan oleh Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2008). Berdasarkan acuan tersebut dapat dirumuskan indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas aktivitas belajar siswa. Setiap indikator terdiri atas dua deskriptor. Adapun dekriptor dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut: 1) siswa melakukan aktivitas visual, yaitu melihat gambar-gambar/media yang disajikan dalam proses pembelajaran, dan mengamati mengamati orang lain (guru, siswa) dalam melakukan demonstrasi atau kerja kelompok, 2) siswa melakukan aktivitas lisan, yakni kesiapan mengajukan pertanyaan yang jelas, sesuai dengan materi yang dipelajari, dan keberanian mengemukakan pendapat dan memberi salam dalam berdiskusi, 3) siswa melakukan aktivitas mendengarkan, yakni mendengarkan penyajian bahan pelajaran atau materi pelajaran yang disampaikan oleh guru atau peneliti, dan mendengarkan pendapat atau masukan teman pada saat diskusi kelompok, 4) siswa melakukan aktivitas mental, yakni kemampuan menyampaikan kembali materi pembelajaran yang diingat, dan keberanian memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran, 5) siswa melakukan aktivitas emosional, yakni menaruh minat dan bersemangat dalam proses pembelajaran, dan mampu memecahkan masalah.

Data tentang hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar. Data hasil belajar yang diambil dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPA. Tes hasil belajar digunakan adalah tes dalam bentuk

(5)

uraian yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes yang dilaksanakan bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kuantum berbantuan media microsoft powerpoint.

Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 6 Menanga dapat diketahui dengan mengukur kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal evaluasi. Sedangkan aktivitas belajar siswa dapat diketahui dengan menganalisis hasil observasi saat proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya nilai hasil evaluasi belajar siswa akan dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pelajaran IPA yang sudah ditentukan di SD Negeri 6 Menanga yakni 60,0. siswa dikatakan tuntas jika nilai yang dicapai

siswa ≥ KKM. Dari nilai aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh setiap siswa, dapat dianalisis nilai rata-rata secara klasikal dengan rumus berikut.

N X

M

(Arikunto, 2002)

Dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara klasikal, dapat tentukan persentase rata-rata aktivitas dan hasil belajar secara klasikal. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

(Agung, 1998;78). Tingkat aktivitas dan hasil belajar siswa secara klasikal dalam pembelajaran IPA dapat ditentukan dengan cara mengkonversikan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala Lima dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 1: Pedoman Konversi PAP Tentang Tingkat Aktivitas dan Hasil Belajar

No Rentangan Skor Kategori

1 85%-100% Sangat Baik/Aktif

2 70%-84% Baik/Aktif

3 55%-69% Cukup Baik/Aktif

4 40%-54% Kurang Baik/Aktif

5 0%-39% Sangat Tidak Baik/Aktif

Sumber : dimodifikasi Pedoman Studi Undiksha (2011;37) Kriteria keberhasilan yang digunakan

untuk melakukan interpretasi data tentang aktivitas dan hasil belajar siswa adalah adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 6 Menanga. Pedoman keberhasilan pelaksanaan tindakan ini adalah terpenuhi kriteria yakni (1) aktivitas siswa dalam pembelajaran dikatakan baik apabila aktivitas belajar siswa secara klasikal sudah dikategorikan aktif, (2) hasil belajar siswa dinyatakan tuntas jika siswa mampu memperoleh nilai secara individu sesuai dengan KKM yaitu ≥ 60,0, dan siswa dinyatakan tuntas secara klasikal apabila 75% dari jumlah siswa keseluruhan yang ada di kelas dinyatakan tuntas secara individu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang aktivitas dan hasil belajar IPA. Berdasarkan data hasil observasi siklus I dapat digambarkan bahwa 27,3% yakni 6 orang siswa memperoleh skor dengan kategori kurang aktif, 59,1% yakni 13 orang siswa memperoleh skor dengan kategori cukup aktif, dan 13,6% yakni 3 orang siswa yang memperoleh skor aktivitas belajar dengan kategori aktif. Hasil analisis data pada siklus I menunjukkan rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 6,14 dengan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 61,40%. Bila dikonversikan ke dalam penggolongan aktivitas belajar siswa berada pada rentangan nilai 55%-69% dengan kategori cukup aktif. % 100 % X SMI M M

(6)

Hasil tes pada siklus I menunjukkan bahwa 68,2% yakni 15 orang siswa memperoleh skor hasil belajar memenuhi KKM dan dinyatakan tuntas sedangkan 31,8% yakni 7 orang siswa memperoleh skor hasil belajar memenuhi KKM dan dinyatakan belum tuntas. Hasil analisis data menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal sebesar 33,64 dan persentase rata-rata hasil belajar siswa adalah sebesar 67,28%. Bila dikonversikan ke dalam PAP skala 5 pada penggolongan hasil belajar siswa berada pada rentangan nilai 55%-69% dengan kategori cukup.

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tindakan siklus I, maka dilakukan refleksi sebagai acuan penyusunan rencana tindakan siklus II. Pada siklus II diadakan perbaikan pembelajaran terkait dengan masalah/kendala yang terjadi pada siklus I. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II, data hasil observasi menunjukkan bahwa 22,8% yakni

5 orang memperoleh skor aktivitas belajar dengan kategori sangat aktif dan 77,2% yakni 17 orang siswa memperoleh skor aktivitas belajar dengan kategori aktif. Hasil analisis data skor aktivitas belajar siswa pada siklus II diperoleh nilai rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 7,86 dan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 78,60%. Bila dikonversikan ke dalam penggolongan aktivitas belajar siswa berada pada rentangan skor 70%-84% dengan kategori aktif.

Hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa 100% yakni 22 orang siswa memperoleh skor hasil belajar memenuhi KKM dan dinyatakan tuntas. Hasil analisis data skor hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 38,32 dan persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 76,64%. Bila dikonversikan ke dalam PAP skala 5 pada penggolongan hasil belajar siswa berada pada rentangan skor 70%-84% dengan kategori baik.

Tabel 2: Ringkasan Hasil Penelitian Pada Siklus I dan Siklus II

Siklus Persentase Aktivitas Belajar Persentase Hasil Belajar

Rata-rata Kategori Rata-rata Kategori

I 61,40% Cukup aktif 67,28% Cukup baik

II 78,60% aktif 76,64% Baik

Berdasarkan data tersebut, persentase aktivitas belajar pada siklus I mencapai 61,40% dengan kategori cukup aktif, persentase rata-rata hasil belajar siswa pada tahap siklus I sebesar 67,28% dengan kategori cukup baik. Berdasarkan data tersebut, pada siklus I aktivitas belajar siswa masih tergolong rendah dan dinyatakan belum tuntas karena kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah tercapainya kategori aktif untuk aktivitas belajar siswa. Hasil belajar siswa pada siklus I juga dinyatakan belum tuntas karena belum memenuhi kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yakni 75% dari banyak siswa di kelas IV mencapai nilai ≥ KKM.

Pada tahap siklus II persentase aktivitas belajarnya mencapai 78,60% dengan kategori sangat aktif, rata-rata hasil

belajar siswa sebesar 74,64% dengan kategori baik dan 100% nilai siswa dinyatakan tuntas. Jadi berdasarkan data tersebut pada siklus II aktivitas dan hasil belajar siswa dinyatakan tuntas karena sudah memenuhi kriteria keberhasilan dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil refleksi terhadap aktivitas belajar siswa siklus I sampai siklus II terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari kategori cukup aktif menjadi aktif. Siswa sangat antusias terhadap penerapan pembelajaran kuantum dengan berbantuan media micrososft powerpoint dalam pelajaran IPA. Pada siklus I aktivitas belajar siswa dikategorikan cukup aktif. Hal ini disebabkan oleh banyaknya siswa yang belum memenuhi beberapa indikator aktivitas belajar yang menjadi pedoman seperti: (1) menyampaikan pendapat dan

(7)

memberikan saran dalam berdiskusi siswa cendrung malu dan takut salah, (2) mengajukan pertanyaan kepada guru atau siswa juga masih menunjukkan rasa malu dan takut, (3) dalam melakukan demonstrasi atau kerjasama dalam diskusi kelompok, siswa masih belum tahu cara berdiskusi dengan kelompoknya. Kebanyakan siswa bergantung pada temannya yang mempunyai kemampuan lebih, sehingga dalam diskusi kelompok pembelajaran hanya berpusat pada siswa yang mempunyai kemampuan akademik lebih, (4) pada saat melakukan suatu diskusi, mengamati, dan mendengarkan penyajian bahan masih banyak siswa yang belum melakukannya dengan baik, kebanyakan siswa hanya bermain-main, (5) memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran, siswa kurang bersemangat dan cenderung menunggu jawaban guru.

Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, maka dilakukan penyempurnaan siklus II. Setelah dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan tindakan siklus II, maka aktivitas belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan hingga dikategorikan aktif. Pada siklus II, secara umum tidak ditemui lagi kendala-kendala yang menjadi masalah dalam proses pembelajaran. Siswa sudah terbiasa untuk belajar dengan model pembelajaran kuantum berbantuan media micrososft powerpoint. Hal ini terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran umumnya sudah memenuhi pedoman yang ditunjukkan pada indikator aktivitas belajar siswa.

Hasil analisis data hasil belajar siswa selama penerapan model pembelajaran kuantum berbantuan media micrososft powerpoint, menunjukkan bahwa persentase rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dikategorikan cukup, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan hingga dikategorikan baik. Pada siklus I persentase rata-rata hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa kendala sebagai berikut. (1) Siswa merasa enggan dengan anggota kelompoknya karena dulunya mereka bukan teman akrab, sehingga siswa kurang antusias dalam melakukan

kegiatan pembelajaran, (2) Selama kegiatan diskusi kelompok siswa kurang memahami cara belajar dengan penerapan model pembelajaran kuantum dengan berbantuan media micrososft powerpoint, (3) Dalam melakukan kegiatan baik diskusi maupun demonstrasi siswa masih malu bertanya, baik kepada guru maupun kepada siswa lain jika ada hal-hal yang belum dimengerti, (4) Pada saat menyampaikan jawaban, siswa kurang bersemangat dan masih berorientasi kepada guru, dan (5) Siswa belum mampu mengaitkan pembelajaran yang diberikan dengan kehidupan sehari-hari.

Untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui pada siklus I, maka dilakukan berbagai upaya perbaikan pembelajaran. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Tidak mengadakan perubahan pada formasi kelompok untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengenal temannya lebih dekat. (2) Lebih mensosialisasikan pembelajaran kuantum berbantuan media microsoft powerpoint sebelum siswa memulai kegiatan dalam kelompoknya, termasuk peran guru dalam pembelajaran hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator. (3) Siswa diberikan kebebasan dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. (4) Dalam menjawab pertanyaan siswa diarahkan untuk menyampaikan jawabannya kepada seluruh siswa bukan kepada guru saja. (5) Lebih banyak memberikan tugas secara individu untuk dikerjakan di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya, serta membagikan hasil tugas yang dikerjakan agar siswa bersemangat untuk mengerjakan tugas berikutnya. Melalui perbaikan-perbaikan tersebut, maka pada siklus II hasil belajar siswa meningkat.

Adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa mengindikasikan bahwa penerapan model pembelajaran kuantum berbantuan media microsoft powerpoint dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran akan lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diawali dengan mengeksplorasi pengalaman belajar siswa

(8)

dalam situasi dunia nyata, baik pengalaman dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungannya. Pengalaman belajar siswa sangat bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Melalui pembelajaran kuantum dengan berbantuan media microsoft powerpoint siswa diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa lebih bebas menemukan berbagai pengalaman baru dalam kegiatan pembelajaran.

Penggunaan media dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas transparansi, serta akuntabilitas materi pembelajaran. Media microsoft powerpoint dapat menggambarkan dan menyajikan materi pelajaran yang sesuai dengan dunia nyata siswa. Dengan mengoptimalkan fasilitas yang ada seperti animasi, suara, maupun hyperlink, tampilan media pembelajaran menjadi lebih bervariasi, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar. Pada akhirnya aktivitas dan hasil belajar siwa dapat ditingkatkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1) penerapan model pembelajaran kuantum berbantuan media microsoft powerpoint dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas IV semester I SD Negeri 6 Menanga tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa hingga mencapai 17,20%, yakni dari 61,40% dengan kategori cukup aktif pada siklus I menjadi 78,60% atau dengan kategori aktif pada siklus II, 2) penerapan model pembelajaran kuantum dengan berbantuan media microsoft powerpoint dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester I SD Negeri 6 Menanga tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 9,36% yakni dari 67,28% dengan kategori cukup pada siklus I menjadi 76,64% dengan kategori baik pada siklus II.

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, dapat disampaikan

beberapa saran sebagai berikut: 1) siswa, khususnya siswa di SD Negeri 6 Menanga diharapkan untuk membiasakan diri belajar dengan model pembelajaran kuantum karena model ini sangat efektif dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, 2) disarankan kepada guru pengajar IPA khususnya yang mengajar di SD Negeri 6 Menanga agar dapat mempertimbangkan penerapan model pembelajaran kuantum berbantuan media microsoft powerpoint sebagai salah satu alternatif pilihan model pembelajaran dalam pembelajaran IPA guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, 3) Kepala SD Negeri 6 Menanga diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dan acuan bagi lembaga, guru dan stafnya dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN

--- dan Mike Henacki. 2006. Quantum Learning ”Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan”. Bandung: Kaifa.

Agung, A.A. Gede.1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: STKIP Singaraja.

Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: STKIP Singaraja.

Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia Ahmadi, Abu dan J. Tri Prasetyo. 1997.

Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Aries. 2010. “Pembelajaran Kuantum Sebagai Model Pembelajaran yang Menyenangkan”. Tersedia pada http://dunia55pendidikan.blogspot.c om/2010/02/pembelajaran-kuantum-sebagai model.html (diakses tanggal 26 Juli 2011).

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Asrori, Mohammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung. CV. Wacana Prima. Pustaka.

(9)

Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E. Kaligis. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional. 2006.

Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

DePorter, Bobbi, dkk. 2003. Quantum Teaching “Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas”. Bandung: Kaifa.

Dimiyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Banjarmasin: PT. Rineka Cipta.

Edwan. 2009. “Berbagai Jenis Media Pembelajaran“. Tersedia pada http://edu-articles.com/berbagai-jenis-media-pembelajaran/html (diakses tanggal 18 Maret 2010). Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Herdian. 2009. “Model Pembelajaran Kuantum”. Tersedia pada http://herdy07.wordpress.com/2009/

04/29/model-pembelajaran-quantum/(diakses tanggal 26 Juli 2011).

Heru. 2011. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar”. Tersedia pada http://heru- id.blogspot.com/2011/05/faktor-

faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html (diakses tanggal 5 Maret 2012).

Kanca, I Nyoman. 2006. Metodologi Penelitian Keolahragaan. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. Undiksha, Kemendikbud. 2011. Pedoman

Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir Program Sarjana dan Diploma Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

Pribadi, Benny A., dkk. 2008. Komputer dalam Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Purwanto, M. Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

Situmorang, Robinson, dkk. 2006. Desain Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 1998. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Sudrajat, A. 2008. Pengembangan

Perangkat Penilaian Psikomotor. http://Akhmadsudrajat.files.wordpres .com/2008/08/penilaian-psikomotor .pdf . Diakses 27 Agustus 2009. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative

Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar.

Susilana, Rudi. 2008. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Diktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Syafitri, Nining. 2011. ”Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Belajar

dan Pembelajaran”. Tersedia pada http://ningningocha.wordpress.com/ 2011/06/10/faktor-faktor-yang-

mempengaruhi-belajar-dan-pembelajaran/ (diakses tanggal 2 Maret 2012).

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.

Wardhani, I.G.A.K., dkk. 2007. Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiki. 2011. “Microsoft PowerPoint”.

Tersedia pada

http://id.wikipedia.org/wiki/Microsoft PowerPoint (diakses tanggal 25 Juli 2011).

(10)

Winaya, I Made Astra. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum dengan Strategi TANDUR untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD No. 1 Penarukan Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP Undiksha.

Yunita, Ni Nyoman Ayu Manik. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kuantum untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD No. 2 Pemaron Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP Undiksha.

Referensi

Dokumen terkait

berguna untuk mengikat molekul - molekul yang tidak beraturan yang terkandung pada bahan bakar, sehingga molekul - molekul yang telah melewati medan magnet mempunyai

Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat (DinSos Jabar).. (2003), Pedoman

 Melakukan variasi Heater untuk menaikan suhu pada T3 ke suhu 100 0 C Pada pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh prestasi mesin diesel seperti

pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi usia 1-6. bulan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei

Sahabat MQ/ Penjualan pisau bermotif batik di dusun Krengseng keluarahan Bangunjiwo Kecematan Kasihan Kabupaten Bantul/ akhir-akhir ini meningkat tajam// Salah seorang pengrajin

[r]

Oleh karena perlu dibuat system yang baru yaitu dengan menggunakan suatu system pencatatan penyewaan bis yang terkomputerisasi, maka diharapkan dapat menghemat waktu dan

Studi literatur dilakukan untuk mengkaji silabus mata kuliah Kimia Dasar, teori dan hasil penelitian terkait, keterampilan proses sains, dan keterampilan berpikir