• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018 Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018 Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN :

DOI :

227 KADAR BAHAN KERING DAN KUALITAS FISIK RANSUM KOMPLIT BERBASIS LIMBAH SAWI PADA LAMA WAKTU PENYIMPANAN YANG

BERBEDA

Abner MGB Purba, Yatno* dan Rasmi Murni

Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi Jl. Jambi-Ma Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi 36361

Email: abnermgbpurba@gmail.com *) Corresponding Outhor

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi bahan kering dan kualitas fisik wafer ransum komplit berbasis limbah sawi selama penyimpanan yang berbeda. Bahan yang digunakan adalah limbah pasar yaitu limbah sawi putih sebagai sumber serat dan ditambah konsentrat berupa dedak padi, bungkil inti sawit, onggok, NaCl, premix, vitamin dan urea menjadi wafer ransum komplit dan selanjutnya disebut Wafer Ransum Komplit Berbasis Limbah Sawi (WRKLS).Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu; WRKLS-0 (Tanpa disimpan/kontrol), WRKLS-2 (Penyimpanan 2 minggu), WRKLS-4 (Penyimpanan 4 minggu) dan dan WRKLS-6 (Penyimpanan 6 minggu), masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Peubah yang diamati yaitu kadar bahan kering, aktivitas air, kerapatan, berat jenis, persentase penyusutan berat dan ketahanan benturan. Data dianalisismenggunakan sidik ragam (ANOVA) dan uji Polinomial Orthogonal (PO) sebagai uji lanjut pada peubah yang berbeda nyata. Hasil penelitian menunjukan bahwa lama waktu penyimpanan,nyata menurunkan secara linier kadar bahan kering WRKLS (BK 77-75%), dan kerapatan (0,77-0,66 g/cm3. Namun nyata menaikkan secara linier persentase penyusutan berat (0-2,3%). lama waktu penyimpanan pada penelitian ini memberikan nilai AW, berat jenis dan ketahanan benturan yang relatif sama masing-masing sebesar 0,83-0,86; 0,98 -1,23 gram/ml dan 94-98% Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lama waktu penyimpanan selama 4 minggu masih memperlihatkan kualitas fisik WRKLS yang relatif cukup baik

(2)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN :

DOI :

228 PENDAHULUAN

Hijauan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia,di mana pakan berperan penting dalam produktivitas ternak sehingga ketersediaan pakan yang berkualitas adalah faktor utama memulai suatu usaha peternakan. Pada musim hujan produksi hijauan melimpah dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup ternak ruminansia, namun perlu strategi yang tepat untuk menyediakan pakan hijauan bagi ternak ruminansia, tetapi pada musim kemarau atau paceklik ketersediaan hijauan terbatas dikarenakan banyak tanah yang akan tandus dan hijauan menjadi kering. Namun disamping itu perlu dicari solusi diantaranya dengan cara memanfaatkan hasil samping perkebunan pertanian dan agroindustri.

Kebutuhan manusia terhadap sayuran akan meningkatkan jumlah pasokan sayuran di pasar, peningkatan pasokan sayuran tersebut akan berbanding lurus dengan jumlah limbah sayuran yang dibuang.Sawi merupakan tanaman semusim mengandung kalori sebesar 22,0 kalori juga mengandung protein, kalsium, fosfor dan vitamin seperti vitamin A, vitamin B, vitamin C, sawi dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi persyaratan tumbuh bagi komoditi ini tidak terlalu sulit, sawi dapat tumbuh dan beradaptasi di semua jenis tanah baik tanah bertekstur ringan maupun di tanah gambut (Sompotan, 2013). Pada tahun 2016 luas lahan panen dan produksi sawi per kabupaten di Provinsi Jambi mencapai 436 Ha dan produksinya 2.430,2 Ton (Bidang Statistik Produksi dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2016).Hasil Analisis pada penelitian The et al.,(2017) kandungan protein limbah sawi 26,33%, serat kasar 16,79%, lemak 2,84%, BETN 23,6%, Ca 1,05%, fosfor 0,37%, abu 20,22%, dan energi 3247 Kkal/kg. sehingga memungkinkan jika limbah sawi dijadikan pakan ternak, limbah sayuran yang terbuang jika dikeringkan akan mengalami penyusutan berat. Saenab dan Retnani, (2011) mengatakan dari 4.500 ton/hari limbah sayuran pasar bila dikeringkan untuk dijadikan tepung akan mengalami susut sekitar 40-50% tergantung jenis limbah sayuran tersebut dan dari jumlah tersebut akan susut lagi sekitar 2% pada proses pembuatan wafer. Limbah yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia dapat diolah dengan beragam teknologi modern maupun tradisional untuk kebutuhan manusia, hewan ternak, maupun untuk industri(Mastika, 2009). Selain itu juga dapat mengurangi masalah pencemaran lingkungan akibat limbah pasar yang menumpuk. Kelemahan limbah pasar antara lain

(3)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN :

DOI :

229 adalah mudah busuk, voluminous (bulky) dan ketersediaannya berfluktuasi sehingga diperlukan teknologi pengolahan pakan untuk membuat bahan menjadi tahan lama, mudah disimpan dan diberikan pada ternak (Retnani et al., 2010).

Wafer adalah salah satu bentuk pakan ternak hasilmodifikasi bentuk cube, dalam proses pembuatannya mengalami pencampuran (homogenisasi), pemadatan dengan tekanan dan pemanasan dalam suhu tertentuhingga membentuk suatu pakan yang kompak. Bentuk wafer juga merupakan memiliki keuntungan dalam hal penanganan dan penyimpanan, dengan pencampuran bahan yang sesuai dengan kebutuhan ternak sehingga menjadi wafer pakan komplit. Wafer juga memiliki keuntungan di mana dalam pembuatannya tidak membutuhkan waktu yang lama, sehingga jika wafer telah jadi dicetak maka dapat langsung diberikan kepada ternak, maupun langsung disimpan.

Kualitas wafer pakan tergantung dari bentuk fisik, tekstur, warna, aroma, dan kerapatan. Tekstur menentukan mudah tidaknya menjadi lunak dan mempertahankan bentuk fisik serta kerenyahan, semakin tinggi kerapatannya wafer pakan akan semakin baik, karena pertambahan airnya semakin rendah,

Tindakan penyimpanan selalu terkait dengan waktu, di mana penyimpanan bertujuan mempertahankan dan menjaga komoditi dengan cara menghindari, menghilangkan berbagai faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas dari komoditi tersebut. Lama penyimpanan akan berpengaruh terhadap sifat fisik wafer yang di simpan. Kualitas wafer yang di simpan akan turun selama penyimpanan dalam jangka watu tertentu. Sifat fisik merupakan sifat dasar ransum, sehingga dengan mengetahui sifat fisik ransum maka dapat mengetahui batas maksimum penyimpanan ransum ternak, sehingga ransum yang berada ditangan peternak masih memiliki kandungan nutrisi yang baik.Pengolahan limbah sayuran dalam bentuk wafer ini juga diharapkan dapat menambah rentan waktu penyimpanan sehingga limbah pasar yang masih dapat digunakan oleh ternak, bisa digunakan dengan maksimal dan di harapkan dengan pembuatan wafer ini dapat mengurangi jumlah polusi yang diakibatkan oleh limbah yang bertebaran dan menambah pasokan pakan untuk ternak ruminansia selama musim paceklik.

(4)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN : DOI : 230 METODE PENELITIAN Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan limbah sayuran berupa sawi putih dan konsentrat berupa dedak padi, bungkil inti sawit, onggok, NaCl, mineral mix,Top mix, dan Urea. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, oven 105ºC, oven 60ºC, nampan, alat pencetak wafer, alat pengukur aktivitas air (Aw meter), timbangan analitik, pisau, spidol, gunting, cawan porselin, eksikator, penjepit, gelas ukur, dan kemasan wafer menggunakan kantong plastik.

Pembuatan Wafer Ransum Komplit

Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan dan pembuatan Wafer Ransum Komplit Berbasis Limbah Sawi (WRKLS) yang terbagi menjadi beberapa tahapan sebagaimanapada Gambar 1 :

Gambar 1. Gambar proses pembuatan Wafer Ransum Komplit Berbasis Limbah Sawi (WRKLS)

Wafer disusun berdasarkan kebutuhan ternak sapi dengan standarkebutuhan nutrisi untuk sapi potong lokal dengan bobot badan 150-200 kg, PBBH (pertambahan bobot badan harian) rata-rata 0.5 - 1 kg, konsumsi bahan kering2.8% bobot badan dengan protein kasar (PK) 11,83%, TDN 58,48%, Ca 0,53%,danP 0,31% (Kearl, 1982 dalam Sagala,2011). Limbah sawi dilakukan penimbangan bahan setelah disortir lalu dilakukan penyucian bahan limbah hingga bersih, dan pencacahan bahan dengan ukuran ±3-5 cm, pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari ± 12 jam dan pengeringan kembali di

Pencucian bahan Pencacahan Pengeringan Penimbangan Pencetakan pengeringan Penyimpanan pencampuran Formulasi Ransum Komplit Limbah Sawi

(5)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN :

DOI :

231 oven 60ºC selama±24 jam, bahan yang telah kering disusun berdasarkan formulasi ransum lalu dilakukan penimbangan bahan baku dan diperkirakan total bahan pakan yang akan digunakan sebanyak 1 kg setelah itu pencampuran semua bahan baku beserta konsentrat dan pencetakan ransum dalam bentuk wafer, bahan yang telah dicetak dikeringkan dalam oven 600C selama 48 jam, semua wafer yang telah dikeringkan masing-masing di simpan dalam wadah plastik klip,kemudian disimpan berdasarkan perlakuan. Formulasi bahan disajikan pada Tabel 1.

Metode analisis

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (penyimpanan) dan 4 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Polinomial Orthogonal. Peubah yang diukur terdiri atas: Kadar Bahan Kering, Aktivitas Air atau Aw, Kerapatan,

Berat Jenis, Persentase Penyusutan Berat, dan Ketahanan Benturan.

Tabel 1.Komposisi bahan penyusun ransum penelitian (%) dan kandungan zat makanan untuk Sapi Bahan Proporsi Sumber serat  Limbah Sawi 30 Sumber konsentrat  Dedak 33

 Bungkil inti sawit 8

 Onggok 25,75  NaCl 1  Mineral mix 1  Top mix 1  Urea 0.25 Total 100

Kandungan zat makanan %

Bahan kering 85,74 Protein Kasar 14,63 Lemak Kasar 9,56 Serat Kasar 21,05 TDN 63,44 Fosfor 0,36 Kalsium 0,52

(6)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN :

DOI :

232 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Wafer Ransum Komplit Berbasis Limbah Sawi

Wafer yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki ukuran 12x12x11cm3, di mana wafer yang terlihat memiliki kepadatan yang kompak dan kerapatan yang baik setelah dilakukan pengeringan, wafer berwarna cokelat muda dan memiliki aroma khas sayur kering, perubahan warna tidak terjadi selama penyimpanan enam minggu.Pada minggu kedua sudah terjadi pengembunan pada sebagian plastik kemasan WRKLS diduga hal tersebut terjadi akibat wafer yang di simpan masih memiliki kandungan air yang tersisa dan terkondensasi dimana uap air yang berada di dalam wafer berubah menjadi butiran air di sekitar plastik. Pada penyimpanan empat minggu sudah terjadi pertumbuhan jamur dimana pertumbuhan tersebut pada bagian wafer yang lembap hal tersebut diprediksi selama penyimpanan adanya penyerapan air dari udara dalam plastik ke wafer. Wafer yang disimpan semakin lama dan didukung dengan kenaikan kadar air diduga akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan mikroba menjadi semakin cepat (Triyanto et al., 2013). Untuk penyimpanan enam minggu tekstur mengalami perubahan yaitu sedikit basah dan memiliki aroma fermentasi. Pada penyimpanan akan terjadi perubahan aroma dimana wafer mengalami penurunan kualitas dari aroma khas wafer dari bahan yang mendominasi menjadi aroma busuk (Solihin dan Sutrisna, 2015). Hasil rataan peubah selama penelitian dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Kandungan Bahan Kering, Kerapatan, Persentase Penyusutan Berat, Aktivitas Air, Berat Jenis, dan Ketahanan WRKLS pada Berbagai Lama Waktu Penyimpanan

Peubah Lama penyimpanan (minggu)

0 2 4 6

Bahan kering (%) 77.7±0.01 77.4±0.01 77.3±0.01 75.1±0.01 Akitivitas air 0.83±0.06 0.86±0.02 0.85±0.01 0.85±0.02 Kerapatan (g/cm3) 0.77±0.03 0.66±0.02 0.67±0.02 0.68±0.04

Berat jenis (g/ml) 1.13±0.14 1.19±0.13 1.23±0.31 0.98±0.04 Persentase penyusutan berat (%) - 1.5±0.001 1.7±0.006 2.3±0.002 Ketahanan benturan wafer (%) 96±0.01 95±0.05 98±0.02 94±0.05

Kadar Bahan Kering

Dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa bahan kering mengalami penurunan selama penyimpanan. Hal tersebut berkaitan dengan kenaikan kadar air suatu bahan pakan yang disimpan. Menurut Solihin et al., (2015) semakin lama penyimpanan maka kadar air akan

(7)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN :

DOI :

233 terus meningkat meskipun pada awal penyimpanan kadar air dapat menurun, hal tersebut karena pada minggu keenam limbah sayuran dan umbi-umbian menyerap air dari lingkungan. Data sidik ragam (ANOVA) kandungan bahan kering berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap lama penyimpanan, setelah di uji lanjut dengan persamaan Polinomial Orthogonal maka didapatkan suatu persamaan yang dapat menjelaskan penurunan kadar bahan kering yaitu Y = 78.067 - 0.3965X hasil persamaan tersebut menunjukkan bahwa selama penyimpanan maka penurunan bahan kering sebesar 0.3965 akan terjadi, di mana penurunan tersebut berdampak pada kenaikan kadar air pada WRKLS selama penyimpanan sehingga selama penyimpanan akan terjadi kenaikan kadar air sebesar 0.3965dari persamaan tersebut dapat juga diketahui bahwa setiap penyimpanan 1 minggu maka akan terjadi penurunan 0.3965 bahan kering, di mana Y adalah rata – rata bahan kering yang didapat dan X adalah lama penyimpanan(minggu).Pengeringan sampai kadar air dibawah 13 % sangat cocok untuk mempertahankan daya simpan,makin tinggi kadar air makin cepat penguapan dan makin banyak CO2, air dan panas yang dikeluarkan

selama penyimpanan (Kushartono, 1996).Pada penelitian ini belum mendapati hasil sesuai ketentuan bahan kering hal tersebut dikarenakan ketebalan wafer yang besar sehingga proses pengeringan membutuhkan waktu yang lama, di mana pada pengeringan 48 jam kurang maksimal untuk membuat bagian tengah wafer kering dan sisanya diduga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan penyimpanan WRKLS.

Aktivitas Air

Adapun hasil penelitian lama penyimpanan terhadap Aktivitas Air (Aw) dapat di

lihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aktivitas air tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap perlakuan. Data penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas air pada WRKLS antara 0,83 - 0,86 dan sudah memungkinkan terjadinya kontaminasi khamir maupun bakteri. Pada penelitian Krisnan (2008) menunjukkan bahwa rata – rata Aw yang didapatkan selama penyimpanan berkisar 0,823 – 0,855 nilai tersebut termasuk kedalam kategori IL-3 di mana nilai Aw lebih dari 0,75, pada nilai

tersebut sudah memungkinkan mikroorganisme tumbuh tetapi belum memungkinkan tumbuh toksin sehingga masih aman di konsumsi oleh ternak.Aktivitas air atau Water

Activity (Aw) disebut juga sebagai air bebas yang masih dapat dipakai oleh mikroba untuk aktivitas pertumbuhan dan aktivitas reaksi- reaksi kimiawi yang terjadi di dalam sebuah pakan. Aktivitas air digunakan untuk mengetahui seberapa besar suatu bahan pakan

(8)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN :

DOI :

234 mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri, khamir, jamur, maupun aktivitas enzimatik dan kimiawi lainnya selama penyimpanan. Berbagai mikroorganisme mempunyai Aw minimal untuk pertumbuhannya. Seperti bakteri pada Aw : 0,90, khamir pada Aw : 0,80-0,90, dan kapang pada Aw : 0,60-0,80 (Basymeleh, 2009).

Kandungan air dalam bahan akan berbanding lurus dengan penambahan aktivitas air, sehingga jika kandungan air bertambah maka aktivitas air juga bertambah. Terlihat dari penelitian ini bahwa kandungan air yang meningkat maka aktivitas air juga akan meningkat. Tingginya aktivitas air pada penelitian ini dikarenakan ketebalan wafer yang besar sehingga dalam proses pengeringan belum sempurna di mana bagian tengah wafer masih terlihat basah, kandungan air pada penelitian ini berada diatas 20%. Trisyulianti et.al, (2003)menyatakan aktivitas mikroorganisme dapat ditekan pada kadar air 12-14%, kadar air yang lebih tinggi dapat menyebabkan pakan mudah ditumbuhi jamur dan membusuk.

Kerapatan

Penelitian ini didapatkan hasil bahwa kerapatan wafer berkisar 0,66 – 0,77 (Tabel 2) di mana pada penelitian ini wafer yang memiliki kerapatan tinggi berada pada wafer tanpa penyimpanan, hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kerapatan WRKLS. Uji lanjut polinomial orthogonal mengatakan bahwa persamaan yang didapat menggambarkan pengaruh lama penyimpanan terhadap kerapatan berada pada persamaan kubik atau ordo ketigayaitu Y =0.6965 -0.1149X + 0.0337X2 -0.002866X3di mana hal tersebut menunjukkan adanya penurunan dan kenaikan kerapatan selama penyimpanan.Pada penelitian ini didapati bahwa adanya perubahan kerapatan setiap lama penyimpanan, pada minggu kedua penyimpanan terjadi penurunan kerapatan hal tersebut diduga adanya penyerapan air dalam kemasan yang mengakibatkan pertambahan volume pada wafer,pada minggu berikutnya terjadi kenaikan kerapatan kembali diduga akibat adanya proses penguapan air pada wafer diikuti dengan pelepasan CO2 yang mengakibatkan

terjadi pengerasan kembali pada wafer.Miftahudin et al.,(2015) menjelaskan bahwa Wafer dengan kemampuan daya serap air tinggi akan berakibat terjadinya pengembangan tebal yang tinggi pula, karena semakin banyak volume air hasil penyerapan yang tersimpan dalam wafer dan diikuti dengan peningkatan perubahan muai wafer.Semakin

(9)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN :

DOI :

235 tinggi nilai kerapatan maka semakin baik dalam hal penyimpanan, karena semakin kecilnya daya serap air yang dilakukan oleh pakan selama penyimpanan. (Trisyulianti et al., 2003).

Kerapatan penting diketahui sama halnya dengan berat jenis, di mana kerapatan merupakan alat penakar otomatis pakan, dan kerapatan berfokus terhadap densitas atau volume dari pakan (Akbar et al., 2017). Kerapatan yang baik tergantung dari seberapa besar tekanan kempa yang dilakukan pada saat pembuatan wafer.MenurutTrisyulianti et al.,(2003)kerapatan suatu wafer yang diharapkan sebesar 0,5-0,6 g/cm3. Berdasarkan penelitian ini kerapatan pada WRKLS masih dapat di simpan dengan baik hingga penyimpanan 6 minggu

Berat Jenis

Hasil sidik ragam (ANOVA) pada penelitian ini menunjukkan bahwa selama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis (P>0,05) di mana pada penelitian ini didapatkan berat jenis sebesar 0,98 – 1,23 g/ml. hal tersebut sesuai dengan Krisnan (2008)di mana berat jenis tidak berpengaruh nyata terhadap lama penyimpanandi mana berat jenis yang didapat berkisar 1,204 g/cm3 sampai 1,369 g/cm3. Berat jenis merupakan suatu perbandingan berat dengan volumenya, di mana berat jenis sangat penting diketahui ketika melakukan penyimpanan. Berat jenis bertanggung jawab terhadap kehomogenan dan stabilisasi suatu pencampuran ransum di mana ketelitian dalam mencampur bahan untuk mendapatkan kerapatan yang baik harus diketahui perbedaan berat jenis.Selama penyimpanan tidak mempengaruhi berat jenis wafer tetapi selama penyimpanan berat jenis wafer mengalami perubahan hal tersebut diduga akibat pertambahan volume bahan, di mana selama penyimpanan adanya peningkatan air bebas yang terdapat pada pakan dan mengakibatkan rongga atau ruang antar partikel wafer semakin besar. Wafer yang memiliki berat jenis cenderung besar akan mudah terpisah (Amiroh, 2008) Pada penelitian ini didapati bahwa penyimpanan 6 minggu masih memiliki kekompakan yang baik saat dilakukan pengangkutan.

Persentase Penyusutan Berat

Pada penelitian ini didapatkan bahwa penyusutan berat berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap lama penyimpanan di mana setelah uji lanjut polinomial orthogonal

(10)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN :

DOI :

236 didapatkan persamaan secara linier yaitu Y = 0,7564 + 0,3544X. Persamaan tersebut dapat terlihat bahwa setiap pertambahan waktu lama penyimpanan maka akan menambah persentase penyusutan berat sebesar 0,3544. Pada penelitian ini terlihat bahwa pada penyimpanan 6 minggu telah terjadi penyusutan sebesar 2,3% hal tersebut diprediksi adanya aktivitas mikroba yang berperan selama penyimpanan dan proses penguapan air dan pelepasan CO2 yang mengakibatkan pada penurunan berat wafer.

Dalam setiap penyimpanan maka akan terjadi proses perubahan berat bahan sebelum disimpan dengan sesudah disimpan, penyusutan dapat berupa penyusutan kualitatif yaitu penyusutan yang diakibatkan oleh perubahan biologi (mikroba, serangga, respirasi), Perubahan fisik (tekanan, getaran, suhu dan kelembapan), dan biokimia (reaksi pencokelatan, ketengikan), lalu penyusutan kuantitatif yaitu kehilangan berat diakibatkan pada proses penanganan atau biologi seperti gangguan hama (serangan serangga atau tikus). Menurut Jazil et al., (2013)semakin lama penyimpanan maka semakin besar penyusutan berat, hal ini disebabkan oleh penguapan air dan pelepasan gas CO2.

Ketahanan Benturan

Data rata – rata nilai ketahanan benturan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi penurunan drastis pada penyimpanan ke-6 minggu sebesar 94%. Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata terhadap ketahanan benturan (P>0,05). Pada penelitian ini ukuran wafer termasuk besar akan tetapi ketahanan wafer masih dalam kategori aman disimpan dan dalam proses penanganan serta transportasi,di mana ketahanan benturannya yaitu 94% - 98%. Sifat fisik mineral wafer paling baik yaitu nilai ketahanan benturan 94,45% (Syahri et al., 2018). Ketahanan benturan berkaitan erat dengan kerapatan, di mana kerapatan tinggi maka rongga partikel akan semakin mengecil dan akan semakin tahan terhadap benturan, hal lain juga berpengaruh adalah proses pembuatan serta standar pembuatannya (Jaelani et al., 2016). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kerapatan yang rendah akan membuat ukuran partikel pada wafer akan semakin rendah dan mengakibatkan adanya kerenggangan antar partikel dari udara sehingga wafer yang disimpan semakin lama maka ketahanan akan benturan akan semakin berkurang dan mudah hancur. Tingginya nilai rataan ketahanan benturan pada perlakuan diduga karena adanya proses hidrolisis sehingga terjadi proses pemanasan dan gelatinisasi pati sehingga wafer yang telah dipanaskan menjadi kompak dan tidak mudah

(11)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN :

DOI :

237 hancur. Ketahanan benturan erat kaitannya terhadap kandungan pati yangtergelatinisasi saat dipanaskan. Suhu yang tinggi akan menyebabkan patitergelatinisasi sehingga menyebabkan terbentuk struktur gel yang akan merekatkanpakan sehingga pakan akan kompak dan tidak mudah pecah (Siregar, 2012).

Hubungan Antar Peubah

Semakin rendah nilai kadar air maka kerapatan dan berat jenis semakin baik dikarenakan semakin kecilnya volume wafer sehingga bentuk WRKLS semakin baik, kerapatan yang tinggi membuat rongga antar partikel semakin kecil sehingga semakin tahan akan benturan dan memperkecil penyusutan berat yang diakibatkan dari proses penanganan. Semakin rendah nilai kadar air maka aktivitas air juga akan rendah di mana akan mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam WRKLS dan memperkecil penyusutan berat yang diakibatkan oleh serangan mikroba.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lama waktu penyimpanan selama 4 minggu masih memperlihatkan kualitas fisik WRKLS yang relatif cukup baik.

SARAN

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut yakni melihat lama pengeringan bahan, dan ketebalan wafer untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air dan kualitas fisik wafer ransum komplit berbasis limbah sawi.

(12)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN :

DOI :

238 DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M.R.L., D.M. Suci, dan I. Wijayanti. 2017. Evaluasi kualitas pellet pakan itik yang disuplementasi tepung daun mengkudu (morinda citrifolia) dan disimpan selama 6 minggu. Buletin Makanan Ternak. 104(2):31–48.

Amiroh, I. 2008. Pengaruh Wafer Ransum Komplit Limbah Tebu. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Basymeleh, S. 2009. Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Fisik Wafer. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bidang Statistik Produksi, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2016. Produksi

sayuran dan buah-buahan provinsi Jambi. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Jambi.

Jaelani, A., S. Dharmawati, dan Wacahyono. 2016. Pengaruh tumpukan dan lama masa simpan pakan pelet terhadap kualitas fisik (Effect of stack and time storage of pellet feed to physical quality). Ziraa’ah. 41(2):261–268.

Jazil, N., A. Hintono, dan S. Mulyani. 2013. Penurunan kualitas telur ayam ras dengan intensitas warna coklat kerabang berbeda selama penyimpanan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 2(1):43–47.

Krisnan, R. 2008. Perubahan Karakteristik Fisik Konsentrat Domba Selama Penyimpanan ( Physical characteristic condition of sheep diet during storage ). hal.491–497, dalam: Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 31 Mei 2012. Loka Penelitian Kambing Potong, Galang.

Kushartono, B. 1996. Pengendalian Jasad Pengganggu Bahan Pakan Ternak Selama Penyimpanan. hal.94–97, dalam: Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Balai Penelitian Ternak, Ciawi.

Mastika, I.M. 2009. Potensi Limbah Pertanian Dan Industri Pertanian Serta Pemanfaatannya Untuk Makanan Ternak, edisi ke-2., Pemikiran Kritis Guru Besar Universitas Udayana Bidang Agrokomplek. Udayana University Press dan Badan Penjamin Mutu Universitas Udayana ( BPMU), Bali.

Miftahudin, Liman, dan F. Fathul. 2015. Pengaruh masa simpan terhadap kualitas fisik dan kadar air pada wafer limbah pertanian berbasis wortel. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(3):121–126.

Retnani, Y., S. Kamesworo, L. Khotidjah, dan A. Saenab. 2010. Pemanfaatan wafer limbah sayuran pasar untuk ternak domba. hal.503–510, dalam: Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 14 Januari 2012. Bogor.

Saenab, A., dan Y. Retnani. 2011. Beberapa model teknologi pengolahan limbah sayuran pasar sebagai pakan alternatif pada ternak kambing/domba di perkotaan. hal.89–96,

dalam: Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil, 14

januari 2014. Jakarta.

Sagala, W. 2011. Analisis Biaya Pakan Dan Performa Sapi Potong Lokal Pada Ransum Hijauan Tinggi Yang Disuplementasi Ekstrak Lerak. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(13)

ISBN: 978-602-97051-7-1 E-ISSN :

DOI :

239 Siregar, H.P. 2012. Pengaruh Tepung Garut, Ubi Jalar, Dan Onggok Sebagai Bahan Perekat Alami Pelet Terhadap Kualitas Fisik Pakan Dan Performa Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Solihin, M., dan R. Sutrisna. 2015. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air kualitas fisik dan sebaran jamur wafer limbah sayuran dan umbi-umbian. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(2):48–54.

Sompotan, S. 2013. Hasil tanaman sawi (Brassica Juncea L) terhadap pemupukan organik dan anorganik. Geosains. 2(1):14–17.

Syahri, M., Y. Retnani, dan L. Khotijah. 2018. Evaluasi Penambahan Binder Berbeda Terhadap Kualitas Fisik Mineral Wafer. Buletin Makanan Ternak. 16(1):24–35. The, F., J.S. Mandey, Y.H.S. Kowel, dan M.N. Regar. 2017. Nilai retensi nitrogen dan

energi metabolis broiler yang diberi ransum tepung limbah sawi putih. Zootek. 37(1):41–49.

Trisyulianti, E., Suryahadi, dan V.N. Rakhma. 2003. Pengaruh penggunaan molases dan tepung gaplek sebagai bahan perekat terhadap sifat fisik wafer ransum komplit. Media Peternakan. 26(2):35–39.

Triyanto, E., B.W.H.. Prasetiyono, dan S. Mukodiningsih. 2013. Pengaruh bahan pengemas dan lama simpan terhadap kualitas fisik dan kimia wafer pakan komplit berbasis limbah agroindustri. Animal Agriculture Journal. 2(1):400–409.

Gambar

Gambar 1. Gambar proses pembuatan Wafer Ransum Komplit Berbasis Limbah Sawi (WRKLS)

Referensi

Dokumen terkait

makalah lengkap para pemakalah Seminar Nasional Perteta 2012 yang diselenggarakan oleh Perteta Cabang Bali bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana

Faktor cuaca seperti hujan juga dapat memberikan pengaruh terhadap variasi pada masing-masing pola sebaran spasial baik pada Gambar 2a, 2b maupun 2c ataupun terjadinya

Untuk mengatasi kekurangan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan tujuan adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan CaCl 2 dan lama perendaman

Karakteristik buah melon yang diberikan dari perlakuan larutan dengan konsentrasi giberelin sebesar ini adalah mengandung gula pereduksi 1.95%, total padatan

Perlakuan top icing dengan film plastik (P3), top icing dengan toples plastik (P4) dan kontrol suhu dingin (KD) sampai hari ke-6 penilaian terhadap warna bunga