• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR-DASAR PENETAPAN TARGET PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI KOTA BANDUNG. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DASAR-DASAR PENETAPAN TARGET PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI KOTA BANDUNG. Oleh :"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

DASAR-DASAR PENETAPAN TARGET PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN

DI KOTA BANDUNG

Oleh :

Usmani

Program Studi Akuntansi, Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Dasar-dasar Penetapan Target Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung.

Penerimaan Pajak merupakan salah satu sumber Penghasilan Daerah , Pajak Hotel dan Restoran merupakan salah satu penghasilan dari sektor Pajak yang sangat potensial di Kota Bandung , oleh karena itu seharusnya dikelola dengan sebaik-baiknya.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung telah menetapkan besaran penerimaan Daerah dari sektor Pajak Hotel dan Restoran , dalam penetapan penerimaan Pajak Hotel dan Restoran periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 Realisasi penerimaan selalu diatas target yang ditetapkan sehingga penulis menganggap perlu untuk melakukan penelitian terhadap penetapan target yang Realistis.

Penelitian ini bertujuan Menganalisis besarnya tingkat perkembangan jumlah hotel dan restoran di Kota Bandung periode 2005 sampai dengan 2008, menganalisis besarnya tingkat perkembangan jumlah penerimaan pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung periode 2005 sampai dengan 2008, dan menganalisis akurasi penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung periode tahun 2009 terhadap potensi Penerimaan pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung .

Penulis menggunakan Metode Deskriptif Komparatif dengan menggunakan Tren. Hasil Penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dalam penetapan target antara metode tren dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas pendapatan Daerah Kota Bandung. Penetapan target tersebut, terdapat kekeliruan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan perhitungan target menggunakan metode tren, sebab besarnya potensi yang ada terhadap optimalisasi penerimaan Pajak Hotel dan Restoran ternyata masih di atas target yang ditetapkan, dengan kata lain bahwa target penerimaan pajak hotel dan restoran ”under estimate”, atau terdapat indikasi bahwa target tersebut dibuat agar mudah dicapai jika dilihat dari penetapan target tahunannya.

PENDAHULUAN

Dalam rangka memenuhi Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 yang diterjemahkan dalam undang 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang telah disempurnakan dengan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, menyebutkan                    

(2)

bahwa sumber-sumber penerimaan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah adalah dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. PAD merupakan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri yang terdiri dari :

1. Hasil Pajak Daerah; 2. Hasil Retribusi Daerah;

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Dalam rangka memperbaiki perekonomian suatu daerah salah satu usaha diantaranya dengan cara meningkatkan perkembangan ekonomi suatu wilayah itu dengan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), karena pengeluaran pemerintah merupakan salah satu komponen yang mendorong perkembangan maka setiap kenaikan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan PDRB, sedang pengeluaran pemerintah dapat dilakukan bila pemerintah memiliki cukup dana, dalam hal ini pemerintah daerah dapat meningkatkan PAD nya dan salah satu komponen dalam PAD adalah penerimaan Pajak yang menjadi kewenangan pemerintah Daerah.

Pemerintah daerah haruslah dapat berupaya untuk mengefektifkan sumber-sumber penerimaan daerah sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan daerah masing-masing dan menghindari defisit yang terjadi secara terus-menerus tiap tahunnya. Salah satu sumber penerimaan daerah yang sangat potensial adalah pajak daerah yang dipungut dan menjadi kewenangan pemerintah daerah Kabupaten/Kota yaitu Pajak Hotel dan Restoran yang merupakan pajak yang dipungut oleh subyek pajak dan menjadi beban konsumen akhir merupakan pajak tidak langsung1. Pajak Hotel dan Restoran merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah kabupaten/Kota yang diatur oleh peraturan daerah.

Bandung merupakan salah satu daerah Kota yang otonom dan merupakan pusat pemerintahan Propinsi Jawa Barat dan merupakan salah satu tujuan wisata di Indonesia. Beberapa tahun terakhir perkembangannya tampak cukup pesat sebagai daerah tujuan wisata yang secara kasat mata setiap akhir pekan dan hari–hari libur tampak cukup ramai mendapat kunjungan wisatawan terutama lokal maupun manca negara, sehingga tampak perkembangan pembangunan hotel dengan bermunculan hotel-hotel baru sebagai salah satu bentuk fasilitas bagi wisatawan .

                 

(3)

PAD Kota Bandung dari sektor pariwisata hingga Oktober 2008 mencapai Rp 60,2miliar atau naik 16,7% dibandingkan dengan realisasi sepanjang tahun 2007 sebesar Rp 51,58 miliar. Wali Kota Bandung Dada Rosada mengatakan sudah terlampauinya PAD sektor pariwisata tahun lalu menunjukkan Kota Bandung sebagai Kota jasa cukup menggembirakan. PAD sebesar itu bersumber dari pajak berbagai sektor pariwisata seperti hotel, restoran/rumah makan, biro perjalanan wisata, tempat hiburan, dan objek wisata di Kota Bandung yang mencapai 1.100 potensi. Sebagai bentuk penghargaan dan evaluasi terhadap setiap sektor pendukung pariwisata, Pemkot Bandung memberikan penghargaan Anugerah Pesona Pariwisata (APP). Jika dilihat dari laporan Dinas Pendapatan Kota Bandung target dan realisasi tahunan dari tahun 2005 hingga tahun 2008 ternyata realisasi pendapatan pajak selalu melampaui target yang ditetapkan.

Dalam penelitian untuk mengungkap perkembangan jumlah Hotel dan Restoran dikota Bandungperiode tahun 2005 sampai dengan 2008,mengenalisis perkembangan serta tingkat akurasi penetapan target penerimaan pajak Hotel dan Restoran tahun 2009 terhadap potensi penerimaan pajak .

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

Jenis Masalah Penelitian.

Jenis masalah dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian dilakukan mulai dari mengumpulkan data, mengolah data, menganalisis data sehingga menghasilkan gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan dengan interpretasi hasil pengujian hipotesis. Dengan demikian penelitian ini menguji tingkat hubungan sebab akibat (Uji Beda) yang dapat menunjukan adanya suatu perbedaan yang signifikan.

Obyek Penelitian.

Obyek penelitian ini meliputi perkembangan kawasan wisata, jumlah hotel dan restoran/rumah makan yang mempunyai SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) di Kota Bandung dari bulan Januari 2005 sampai dengan Desember 2008.

Metode Analisis

Berkaitan dengan pengelolaan Pajak Hotel dan Restoran dan untuk mengetahui besarnya potensi serta strategi yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan PAD melalui Pajak Hotel dan Restoran, alat analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:                    

(4)

a. Analisis Potensi Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran

Melakukan perhitungan tingkat perkembangan wajib pajak hotel dan restoran dengan pendapatan Pajak Hotel dan Restoran.

b.Prediksi Pendapatan Pajak Hotel dan Restoran.

Melakukan peramalan Pajak Hotel dan Restoran untuk tahun-tahun anggaran yang akan datang, dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Metode tren

Persamaan tren nya adalah:

YR = bo + b1 X + e pada waktu X = 0……...( 1 )

YR = nilai trend variable yang diramalkan pada periode waktu x

bo = nilai trend pada waktu x (konstanta)

b1 = kenaikan atau penurunan rata-rata YR untuk setiap perubahan x.

X = waktu ( tahun ) e = error

Pengujian Hipotesis

Rancangan Analisis Hipotesis adalah sebagai berikut:

P1 : tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran dari tahun 2005

hingga 2008 terjadi perkembangan yang signifikan.

Ho : 1 = 2, (tidak ada perbedaan tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran

dari tahun 2005 hingga 2008)

H1 : 12, (terdapat perbedaan tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran dari

tahun 2005 hingga 2008)

P2 : Proyeksi penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan

Restoran di Kota Bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah terjadi perbedaan yang signifikan.

Ho : 1 = 2, (tidak terdapat perbedaan penetapan target penerimaan Pajak Hotel

dan Restoran di Kota Bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah)

H1 : 12, (terdapat perbedaan penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan

Restoran di Kota Bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah)

                 

(5)

Metode trend dengan persamaan trendnya adalah:

YR = bo + b1 X + e...( 2 )

YR = nilai trend variable yang diramalkan pada periode waktu x

bo = nilai trend pada waktu x = 0 (konstanta)… pada waktu X=0

b1 = kenaikan atau penurunan rata-rata YR untuk setiap perubahan x.

X = waktu ( tahun ) e = error

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Tingkat perkembangan jumlah hotel dan restoran di Kota Bandung Periode 2005 sampai dengan 2008

Perkembangan hotel di Kota Bandung dari tahun 2005 hingga 2008 terjadi lonjakan perkembangan yang cukup besar. Perkembangan ini seiring dengan konsep Kota Bandung yang menjadi Kota Pariwisata Nasional. Data perkembangan dan perkembangan hotel di Kota Bandung dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1 Data Perkembangan Hotel di Kota Bandung

NO URAIAN SAT

HOTEL BINTANG / NON BINTANG

2005 2006 2007 2008

1 Jumlah Hotel Bintang / Hotel Non Bintang

Buah 228 233 234 245 2 Rata-rata lama menginap

tamu mancanegara

Hari 3 3 3 3

3 Rata-rata lama menginap tamu nusantara Hari 1 1 1 1 4 Persentase tingkat penghunian kamar % 40,35 43,54 45,82 39,63 5 Persentase pertumbuhan hotel % 2,24 2,19 0,43 4,70 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah hotel di Kota Bandung semakin meningkat, peningkatan ini merupakan respon atas pencanangan Bandung menjadi Kota Pariwisata Nasional sejak tahun . Perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2007 ke tahun 2008 yaitu mencapai 4,70% ( 11 hotel baru). Menurut data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung, pada pertengahan tahun 2009 ini saja sudah ada 17 pengajuan hotel baru yang sudah mendapat perizinan pembangunannya. Hal lain yang menyebabkan bidang perhotelan dalam kurun waktu lima tahun terakhir berkembang pesat adalah perkembangan perekonomian Kota Bandung terus terdongkrak naik. Penyebab kondisi yang kini tengah dialami Kota Bandung bukan hanya karena saat ini menjadi salah satu Kota tertinggi                    

(6)

dikunjungi wisatawan sebagai Kota wisata tetapi juga sebagai Kota bisnis dan konvensi. Imbas dari kondisi tersebut, julukan "business and leisure" di Bandung menjadi sangat terkenal, sehingga sektor ini mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan sektor lainnya. Seperti terlihat pada tabel occupancy hotel di bawah ini:

Tabel 2 Jumlah Occupancy (Hunian Hotel) N

O

KLASIFIKA SI

JUMLAH OCCUPANCY TAHUN

2005 2006 2007 2008 Wisma n Wisnus Wisma n Wisnus Wisma n Wisnus Wisma n Wisnu s 1 Bintang 1 1.095 21.289 1.357 42.589 2.955 34.114 1.863 25.046 2 Bintang 2 1.885 237.003 9.310 379.587 15.615 269.098 14.143 114.28 1 3 Bintang 3 10.992 191.027 13.673 310.611 34.770 339.810 15.547 138.05 0 4 Bintang 4 7.292 93.761 24.920 362.780 46.780 402.748 4.276 33.850 5 Bintang 5 4.920 45.788 24.820 216.528 33.813 278.847 8.051 68.370 6 Melati 1 155 96.492 240 118.689 47 270.821 1.146 27.923 7 Melati2 390 129.929 213 144.122 689 290.687 755 54.533 8 Melati 3 610 250.743 3.108 333.190 2.599 533.980 2.950 147.88 4 Jumlah 27.339 1.066.03 2 77.641 1.908.09 6 137.26 8 2.420.10 5 48.731 658.66 8 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

Perkembangan perkembangan wisatawan ke Kota Bandung juga mampu mendongkrak sektor usaha restoran (rumah makan), sehingga image yang terbentuk saat ini bertambah menjadi “wisata kuliner”. Data dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung menyebutkan bahwa perkembangan jumlah restoran di Kota Bandung meningkat dengan pesat seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3 Perkembangan Restoran Kota Bandung

NO URAIAN SATUAN RESTORAN

2005 2006 2007 2008

1 Jumlah Restoran/Bar/Rumah Makan Buah 385 403 421 430 2 Persentase Pertumbuhan % 1,42 4,60 4,40 2,11 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

Dilihat dari data di atas, menunjukkan bahwa jumlah restoran termasuk bar dan rumah makan mengalami perkembangan dari tahun ke tahunnya. Khususnya untuk hari libur kerja, biasanya Kota Bandung dibanjiri oleh wisatawan nusantara terutama dari Jakarta. Perkembangan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2006 dan 2007 sama seperti perkembangan hunian hotel, jadi secara sistematis industri pariwisata Kota Bandung saling mendukung satu sama lainnya.

                 

(7)

Tingkat perkembangan jumlah penerimaan pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung Periode 2005 sampai dengan 2008

Seiring dengan perkembangan sektor pariwisata Kota Bandung khususnya Hotel dan Restoran, maka pendapatan pajak dari sektor ini juga turut berkembang. Pajak Hotel dan Restoran yang ditetapkan berdasarkan PERDA No.2 dan No.3 Tahun 2003 oleh Pemerintah Kota Bandung dilihat dari jumlah yang diperolehnya terus meningkat walaupun sektor usaha hotel dan restoran itu sendiri fluktuatif.

Data pendapatan Pajak Hotel dan Restoran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4 Target dan realisasi Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran

Tahun Penerimaan Perkembangan Penerimaan

Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hotel Pajak Restoran 2005 39.204.993.647 33.964.906.694 3.541.774.923 3.223.160.264 2006 44.521.528.069 35.957.305.884 5.316.534.422 1.992.399.190 2007 58.706.270.005 48.481.745.327 14.184.741.936 12.524.439.443 2008 65.186.749.663 56.916.009.253 6.480.479.658 8.434.263.926 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung

Jika dibandingkan dengan data perkembangan hotel dan restoran Kota Bandung, pada tahun 2007 merupakan tahun yang paling tinggi angka perkembangannya sedangkan pada tahun 2008 perkembangannya menurun kembali. Tetapi lain halnya dengan pendapatan pajak dari sektor tersebut. Data di atas menunjukkan bahwa pendapatan pajak terus meningkat terutama pajak restoran.

Perkembangan nilai nominal pajak yang diterima oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung mengindikasikan bahwa sektor pariwisata Kota Bandung terus berkembang, hal ini dibuktikan dengan persentase realisasi pendapatan terus-menerus mengalami peningkatan.

Sumber: data diolah

-10.000.000.000 20.000.000.000 30.000.000.000 40.000.000.000 50.000.000.000 60.000.000.000 70.000.000.000 2005 2006 2007 2008

Pajak Hotel Pajak Restoran

Pertumbuhan Penerimaan Pajak Hotel Pertumbuhan Penerimaan Pajak Restoran

Gambar 1 Grafik Perkembangan Pajak Hotel dan Restoran

                   

(8)

Perkembangan pendapatan pajak hotel dan restoran yang semakin besar menunjukkan bahwa potensi sektor pariwisata ini menjadi andalan pemerintah daerah Kota Bandung sehingga menjadikan Bandung sebagai Kota Wisata.

Perkembangan tertinggi mencapai Rp. 14 milyar untuk Pajak hotel dan Rp. 12 Milyar untuk pajak restoran, perkembangan tertinggi ini keduanya terdapat pada tahun 2007. Hal ini terjadi karena lonjakan wisatawan lokal dan mancanegara terjadi secara signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.

Proyeksi Penetapan Target Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung Periode Tahun 2009

Penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran Kota Bandung didasarkan pada perkembangan pencapaian target penerimaan dari tahun sebelumnya yang diatur oleh PERDA No. 2 dan No. 3 tahun 2003 mengenai penetapan Pajak Hotel dan Restoran.

Potensi yang ada direkap berdasarkan data Potensi Hotel dan Restoran yang direkap oleh Dinas Pendapatan Daerah dengan mengacu pada Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. Perubahan data yang terjadi mulai dari pengajuan objek baru, ganti nama, naik dan turun Klas (strata) hingga penutupan hotel dn restoran menjadi bahan acuan potensi penetapan target di tahun berikutnya. Proyeksi dikatakan tepat apabila hasil proyeksi berdasarkan pada standar ilmiah yang ada tidak jauh berbeda dengan pencapaiannya, jika data yang digunakan valid maka diharapkan hasil proyeksi juga valid.

Dalam suatu analisis proyeksi diibaratkan dengan pendekatan GIGO; 1. Garbage In garbage Out (sampah masuk – sampah keluar) 2. Gold In Gold Out (emas masuk-emas keluar)

Jika data yang masuk data sampah maka hasilnya pun tidak jauh berbeda dengan sampah, begitu juga jika data yang masuk diibaratkan emas maka yang keluarnya pun tidak akan jauh dari emas.

Untuk melihat hasil penetapan target dan pencapaian (realisasinya), di bawah ini disajikan grafik Target dan Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran.

                 

(9)

Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatn Daerah Kota Bandung

Perkembangan paling signifikan dicapai pada tahun 2007 dan tahun 2008. Jika dibandingkan dengan perkembangan hunian hotel dan perkembangan restoran pada tahun tersebut ternyata terjadi penurunan tetapi hal ini tidak memberikan dampak terhadap penerimaan pajak. Penerimaan pajak justru semakin naik, sehingga menimbulkan asumsi bahwa potensi sesungguhnya dalam mengoptimalkan pajak belum sepenuhnya digali.

Berdasarkan data di atas penerimaan pajak yang selalu lebih besar dari target yang ditetapkan di satu sisi sangat baik karena target tercapai dengan maksimal sehingga over target. Hanya saja di satu sisi yang lainnya terdapat pertanyaan mengenai penetapan target pajak yang harus dicapai, sehingga ada asumsi bahwa perkembangan penetapan target selalu under value, atau penetapan target selalu di bawah potensi sebenarnya, sehingga target dapat dengan mudah dicapai.

Masalah pendapatan bukan hanya mencapai target melainkan mengoptimalkan segala potensi dengan mempertimbangkan perkembangannya. Jika potensi yang bisa digali masih memungkinkan untuk terus dioptimalkan maka fungsi forecasting dari aparatur setempat yang harus jeli mencermatinya. Sehingga budaya kejar target tidak menjadi landasan seutuhnya dalam menjalankan tugasnya, melainkan berdasarkan pada pengoptimalan pendapatan berdasarkan potensi yang ada. Berdasarkan analisis di atas maka penetapan proyeksi untuk tahun 2009 digunakan pendekatan metode analisis trend. Analisis tren dipilih dengan pertimbangan bahwa potensi dilihat dari perkembangan jumlah hotel dan jumlah pendapatan yang tidak

-10.000.000.000 20.000.000.000 30.000.000.000 40.000.000.000 50.000.000.000 60.000.000.000 70.000.000.000 2005 2006 2007 2008

Target Pajak Hotel Target Pajak Restoran Penerimaan Pajak Hotel Penerimaan Pajak Restoran

Gambar 2 Grafik Target dan Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran

                   

(10)

selalu berbanding lurus, sehingga pendekatan potensi penerimaan pajak tahun 2009 dilakukan dengan metode kuadrat terkecil. Runtutan data digunakan dari tahun 2002 sebagai bahan pertimbangan perhitungan yang lebih akurat dalam memproyeksikan potensi penerimaan pajak dari sektor perhotelan.

Hasil analisisnya adalah sebagai berikut:

Tabel 5 Analisis Trend Penerimaan Pajak Hotel

Tahun Pajak hotel u uY u2 Yi Target Dispenda

X Y 2002 27.517.722.832 -3 -82.553.168.496 9 25.439.334.423 20.000.000.000 2003 32.593.322.162 -2 -65.186.644.324 4 31.549.737.477 30.000.000.000 2004 38.663.218.724 -1 -38.663.218.724 1 37.660.140.532 35.000.000.000 2005 39.204.993.647 0 0 0 43.770.543.586 38.000.000.000 2006 44.521.528.069 1 44.521.528.069 1 49.880.946.640 43.015.080.000 2007 58.706.270.005 2 117.412.540.010 4 55.991.349.695 51.850.000.000 2008 65.186.749.663 3 195.560.248.989 9 62.101.752.749 58.261.000.000 Total 306.393.805.102 0 171.091.285.524 28 - - - 5 Prediksi tahun 2009 74.322.558.858 70.000.000.000

Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatn Daerah Kota Bandung

Sedangkan untuk proyeksi penerimaan Pajak restoran tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Tabel 6 Analisis Trend Penerimaan Pajak Restoran

Tahun Pajak restoran u uY u2 Yi Target Dispenda

X Y 2002 29.521.299.097 -3 -88.563.897.290 9 24.770.921.381 21.000.000.000 2003 30.434.328.966 -2 -60.868.657.931 4 29.181.440.047 30.000.000.000 2004 30.741.746.430 -1 -30.741.746.430 1 33.591.958.713 35.000.000.000 2005 33.964.906.694 0 0 0 38.002.477.379 32.000.000.000 2006 35.957.305.884 1 35.957.305.884 1 42.412.996.045 35.530.400.000 2007 48.481.745.327 2 96.963.490.654 4 46.823.514.710 42.323.000.000 2008 56.916.009.253 3 170.748.027.759 9 51.234.033.376 49.163.000.000 Total 266.017.341.650 0 123.494.522.645 28 - - - 5 Prediksi tahun 2009 60.055.070.708 58.000.000.000

Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung

Dari kedua analisis proyeksi di atas jelas terdapat penetapan target antara target yang dikeluarkan oleh Dispenda Kota Bandung dengan penetapan target melalui pendekatan tren. Adapun sebagai perbandingan lebih lanjut maka dilakukan penghitungan tren untuk potensi pendapatan melalui pendekatan tarif penerimaan:                  

(11)

Tabel 7 Analisis Trend Potensi Penerimaan Pajak Hotel

Tahun Potensi Pajak hotel

u uY u2 Yi X Y 2002 20.367.950.000 -3 -61.103.850.000 9 33.990.399.643 2003 44.841.665.000 -2 -89.683.330.000 4 41.822.197.143 2004 53.788.030.000 -1 -53.788.030.000 1 49.653.994.643 2005 39.097.610.000 0 0 0 57.485.792.143 2006 94.736.765.000 1 94.736.765.000 1 65.317.589.643 2007 119.576.800.000 2 239.153.600.000 4 73.149.387.143 2008 29.991.725.000 3 89.975.175.000 9 80.981.184.643 Total 402.400.545.000 0 219.290.330.000 28 5 Prediksi tahun 2009 96.644.779.643

Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung

Tabel 8 Analisis Trend Potensi Penerimaan Pajak Restoran

Tahun Pajak restoran

u uY u2 Yi X Y 2002 31.008.000.000 -3 -93.024.000.000 9 31.881.035.714 2003 34.128.000.000 -2 -68.256.000.000 4 37.044.928.571 2004 44.526.000.000 -1 -44.526.000.000 1 42.208.821.429 2005 50.050.000.000 0 0 0 47.372.714.286 2006 53.599.000.000 1 53.599.000.000 1 52.536.607.143 2007 58.098.000.000 2 116.196.000.000 4 57.700.500.000 2008 60.200.000.000 3 180.600.000.000 9 62.864.392.857 Total 331.609.000.000 0 144.589.000.000 28 5 Prediksi tahun 2009 73.192.178.571

Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung

Jika melihat dari potensi penerimaan Pajak Hotel dan Restoran berdasarkan sebaran wisatawan baik domestik maupun mancanegara dengan mengukur tarif rata-rata sewa kamar dan lama menyewa dan tingkat kunjungan serta jumlah uang yang dikelurakan maka potensi penerimaan Pajak Hotel dna Restoran semakin tinggi, hal ini dikarenakan perhitungan dilakukan secara optimal dengan memasukkan seluruh unsur potensi penghitungan pajak. Maka dapat dilihat perbandingan perhitungan nilai potensi seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 9 Perbandingan Potensi Penerimaan Pajak Hotel

Tahun Target Dispenda Trend History Trend Potensi Tarif 2002 20.000.000.000 25.439.334.423 33.990.399.643 2003 30.000.000.000 31.549.737.477 41.822.197.143 2004 35.000.000.000 37.660.140.532 49.653.994.643                    

(12)

Tahun Target Dispenda Trend History Trend Potensi Tarif 2005 38.000.000.000 43.770.543.586 57.485.792.143 2006 43.015.080.000 49.880.946.640 65.317.589.643 2007 51.850.000.000 55.991.349.695 73.149.387.143 2008 58.261.000.000 62.101.752.749 80.981.184.643 Target 2009 70.000.000.000 74.322.558.858 96.644.779.643

Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung

Tabel 10 Perbandingan Potensi Penerimaan Pajak Restoran

Perbandingan Perhitungan Pajak Restoran

Tahun Target Dispenda Trend History Trend Potensi Tarif 2002 21.000.000.000 24.770.921.381 31.881.035.714 2003 30.000.000.000 29.181.440.047 37.044.928.571 2004 35.000.000.000 33.591.958.713 42.208.821.429 2005 32.000.000.000 38.002.477.379 47.372.714.286 2006 35.530.400.000 42.412.996.045 52.536.607.143 2007 42.323.000.000 46.823.514.710 57.700.500.000 2008 49.163.000.000 51.234.033.376 62.864.392.857 Target 2009 58.000.000.000 60.055.070.708 73.192.178.571

Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung

Pengujian Hipotesis Tingkat Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran Di Kota Bandung Periode 2005 Sampai Dengan 2008

Dalam melakukan pengujian hipotesis pertama mengenai tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran di Kota Bandung periode 2005 hingga 2008, data yang digunakan adalah data jumlah penerimaan pajak hotel dan restoran dikota Bandung tiap bulannya, dengan memperbandingkan melalui uji ANOVA maka di peroleh hasil seperti di bawah ini:

Tabel Hasil Uji Beda (ANOVA) Perkembangan Jumlah Hotel dan Restoran

Sum of

Squares

df Mean Square F Sig. pajak_hotel Between Groups 36538997

23841968 0000,000 3 12179665746 139890000,00 0 8,242 ,000 Within Groups 65022415 88325000 0000,000 44 14777821791 64774000,000 Total 10156141 31216697 00000,000 47

pajak_restoran Between Groups 29348479 27806544 0000,000 3 97828264260 21810000,000 16,92 0 ,000 Within Groups 25439857 12115815 0000,000 44 57817857093 5412000,000 Total 54788336 39922350 47                  

(13)

0000,000

Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatn Daerah Kota Bandung

nilai signifikan untuk Dilihat dari nilai signifikansinya, menunjukkan bahwa jumlah penerimaan pajak hotel dan restoran di Kota bandung tiap bulannya mengalami perkembangan yang signifikan hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ANOVA di atas yang menujukkan bahwa penerimaan Pajak Hotel dan Restoran sebesar 0,000 (di bawah 0,05).

Pengujian Hipotesis pertama yaitu;

P1 : tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran dari tahun 2005 hingga

2008 terjadi perkembangan yang signifikan.

Ho : 1 = 2, (tidak ada perbedaan tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran

dari tahun 2005 hingga 2008)

H1 : 12, (terdapat perbedaan tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran dari

tahun 2005 hingga 2008)

Dengan melihat hasil uji di atas yang menunjukkan bahwa nilai signifikan untuk pengujian sebesar 0,000 (dibawah 0,05) maka hipotesis nol (H0) tidak diterima

sehingga yang diterima adalah hipotesis alternative (H1).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung dari tahun 2005 hingga 2008.

Pengujian Hipotesis Perbedaan Penetapan Target Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran Di Kota Bandung Berdasarkan Metode Trend Dengan Penetapan Target Yang Dilakukan Oleh Dinas Pendapatan Daerah.

Pengujian hipotesis kedua mengenai perbedaan penetapan target penerimaan pajak hotel dan restoran di kota bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh dinas pendapatan daerah dilakukan dengan analisis uji beda ANOVA, data yang digunakan target penerimaan pajak hotel dan restoran dikota Bandung tiap tahunnya, dengan memperbandingkan melalui uji ANOVA maka di peroleh hasil seperti di bawah ini:

Tabel Hasil Uji Beda (ANOVA) Penetapan Target Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran                    

(14)

Sum of Squares

df Mean Square F Sig. Trend Between Groups 27603267

33956080 000000,00 0 7 39433239056 5154300000,0 00 12,195 ,001 Within Groups 25868216 33373293 00000,000 8 32335270417 166160000,00 0 Total 30190088 97293410 000000,00 0 15

Target_Dispenda Between Groups 26848086 07930799 000000,00 0 7 38354408684 7257100000,0 00 14,947 ,001 Within Groups 20527888 38512000 00000,000 8 25659860481 400000000,00 0 Total 28900874 91781999 000000,00 0 15

Sumber: Data diolah

Dilihat dari nilai signifikansinya, menunjukkan bahwa penetapan target menggunakan metode tren yang dibandingkan dengan penetapan target Dispenda ternyata terdapat perbedaan yang signifikan, hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ANOVA di atas yang menujukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,001 (di bawah 0,05).

Pengujian Hipotesis kedua yaitu;

P2 : Proyeksi penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan

Restoran di Kota Bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah terjadi perbedaan yang signifikan.

Ho : 1 = 2, (tidak terdapat perbedaan penetapan target penerimaan Pajak Hotel

dan Restoran di Kota Bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah)

H1 : 12, (terdapat perbedaan penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan

Restoran di Kota Bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah)

                 

(15)

Dengan melihat hasil uji di atas yang menunjukkan bahwa nilai signifikan untuk pengujian sebesar 0,001 (dibawah 0,05) maka hipotesis nol (H0) tidak diterima

sehingga yang diterima adalah hipotesis alternative (H1).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam penetapan target dengan menggunakan metode trend dan penetapan target yang dilakukan oleh Dispenda Kota Bandung.

Penetapan Target Penerimaan Pajak hotel dan Restoran Tahun 2009

Setelah melalui serangkaian pengolahan data mengenai penetapan target maka dapat diperhitungkan bahwa penetapan target tahun 2009 harus berdasarkan pada proyeksi data yang akurat dan valid, sehingga asumsi penetapan target yang salah karena dibuat agar mudah dicapai, harus ditolak. Hasil penetapan target bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. Penetapan Target Pola 1 Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran

No Penerimaan Target By Trend History Target By Dispenda Selisih Perhitungan 1 Pajak Hotel 74.322.558.858 70.000.000.000 4.322.558.858 2 Pajak Restoran 60.055.070.708 58.000.000.000 2.055.070.708

Total Target Pajak 134.377.629.566 128.000.000.000 6.377.629.566 Sumber: Data diolah

Tabel Penetapan Target Pola 2 Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran

No Penerimaan Target By Trend Tarif Target By Dispenda Selisih Perhitungan 1 Pajak Hotel 96.644.779.643 70.000.000.000 26.644.779.643 2 Pajak Restoran 73.192.178.571 58.000.000.000 15.192.178.571

Total Target Pajak 169.836.958.214 128.000.000.000 41.836.958.214 Sumber: Data diolah

Jika dibandingkan dengan total penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran tahun 2008 yang mencapai Rp. 122.102.758.916, maka dengan promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam menjual pariwisata Bandung dan pertumbuhan hotel serta restoran di tahun 2009, pencapaian target sebesar minimal Rp. 134.377.629.566 dan optimalnya sebesar Rp. 169.836.958.214 dapat diraih.

Dari pengolahan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penetapan target yang dilakukan oleh DISPENDA Kota Bandung terdapat kekeliruan yang cukup                    

(16)

signifikan jika dibandingkan dengan perhitungan target menggunakan metode trend, sebab besarnya potensi yang ada terhadap optimalisasi penerimaan Pajak Hotel dan Restoran ternyata masih di atas target yang ditetapkan, dengan kata lain bahwa target penerimaan pajak hotel dan restoran ”under estimate”, atau terdapat indikasi bahwa target tersebut dibuat agar mudah dicapai jika dilihat dari penetapan target tahunannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan dari bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat Perkembangan jumlah hotel dan restoran di Kota Bandung Periode 2005 sampai dengan 2008 semakin meningkat, peningkatan ini merupakan respon atas pencanangan Bandung menjadi Kota Pariwisata Nasional . Perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2007 ke tahun 2008 yaitu mencapai 4,70% ( 11 hotel baru).

2. Tingkat perkembangan jumlah penerimaan pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung periode 2005 sampai dengan 2008 mengalami perkembangan. Perkembangan tertinggi mencapai Rp. 14 milyar untuk Pajak hotel dan Rp. 12 Milyar untuk pajak restoran, perkembangan tertinggi ini terdapat pada tahun 2007.

3. Akurasi penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung periode tahun 2009 ternyata terdapat perbedaan yang signifikan dalam penetapan target antara metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dispenda Kota Bandung. Penetapan target yang dilakukan oleh DISPENDA Kota Bandung terdapat kekeliruan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan perhitungan target menggunakan metode trend, baik trend berdasarkan data history pendapatan maupun potensi tarif sebab besarnya potensi yang ada terhadap optimalisasi penerimaan Pajak Hotel dan Restoran ternyata masih di atas target yang ditetapkan, dengan kata lain bahwa target penerimaan pajak hotel dan restoran…. ”under estimate”, atau terdapat indikasi bahwa target tersebut dibuat agar mudah dicapai jika dilihat dari penetapan target tahunannya.

                 

(17)

Saran

Sehubungan dengan ditemukannya indikasi target yang memang “under estimate”, maka sebaiknya Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung melakukan perhitungan ulang terhadap potensi penerimaan Pajak Hotel dan Restoran dengan mengikusertakan sistem penilaian yang berdasarkan pada pola perhitungan penetapan target yang lebih jelas, salah satunya dengan menggunakan metode Trend, dengan memperhatikan proyeksi Tingkat Hunian (Occupancy) yang diperhitungkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, 1997. Peramalan Bisnis, Edisi Pertama, Cetakan ketiga. BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Davey,K.J. 1988. Pembiayaan Pemerintah Daerah. UI-Press, Jakarta

Eni. 2008. Potensi Dan Prospek Pajak Hotel Dan Restoran Di Kabupaten Wonosobo Tahun 2008. Thesis - Program Pasca Sarjana Unsoed.

Guritno Mangkoesoebroto. 2008. Ekonomi Publik, Edisi ketiga, Cetakan Kedelapan. BPFE- Yogyakarta.

Keputusan menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor :KM.3/HK.001/MKP.02. Tahun 2002.” Tentang Penggolongan Kelas Hotel “.

Mardiasmo. 2000. Perhitungan potensi pajak dan Retribusi Daerah di Kabupaten Magelang. Laporan Akhir - pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada,Yogyakarta ( Laporan Penelitian ).

                   

(18)

Mardiasmo. 2000. Perpajakan. Andi Offset - Yogyakarta

Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik. Andi Publisher – Yogyakarta.

Suparmoko. 2003. Keuangan Negara Dalam Teori Dan Praktek. BPFE - Yogyakarta

Munawir, HS.,2000. Perpajakan, Edisi Kelima, Cetakan Keempat. Liberty - Yogyakarta.

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 2 Tahun 2003 . Pajak Hotel. Pemda Kota Bandung

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 3 Tahun 2003 . Pajak Restoran. Pemda Kota Bandung

Poerwadarminta, WJS. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka - Jakarta

Undang-undang No. 34 Tahun 2000. Pajak Daerah. Pemerintah Republik Indonesia Undang-undang No. 33 Tahun 2004. Perimbangan Keuangan Pemerintahan Pusat dan Daerah. Pemerintah Republik Indonesia

Wahyu. 2005. Pengembangan Analisis Multivariate dengan SPSS 12. Salemba Empat - Jakarta

PDRB, 148

sumber-sumber penerimaan daerah, 148 target penerimaan, 147, 149, 150, 151, 154, 159, 160, 161, 162 tren, 147, 150, 156, 157, 160                  

(19)

                 

Gambar

Tabel 1 Data Perkembangan Hotel di Kota Bandung
Tabel 2 Jumlah Occupancy (Hunian Hotel)
Tabel 4 Target dan realisasi Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran
Gambar 2 Grafik Target dan Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pembuatan Martabak Manis yang dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, tetapi lebih higienis, serta akan dijual dengan harga yang sangat terjangkau, maka tentunya hal

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, “Motivasi merupakan kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan”

25.. pengembangan dan tujuan kedua merupakan validasi produk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah usaha dalam pengembangan suatu produk

Hasil pengujian mediasi pengaruh Investasi (X2) terhadap Tingkat pengangguran (Y2) melalui Pertumbuhan Ekonomi (Y1) diperoleh z hitung sebesar -4,8409 >-1,96,

Secara garis besar, pendekatan yang melihat meningkatnya kesalehan masyarakat di Indonesia tidak lebih dari sekedar gejala komodifikasi agama berdasar dari beberapa premis:

Dalam penelitian ini peneliti fokus pada program point ke tiga yakni SDM Pariwisata dan ekonomi kreatif didestinasiwisata Lubuk Nyarai Lubuk Alung Kabupaten

pengguna shisha di London juga menyebutkan bahwa produk alternatif seperti shisha dan rokok elektronik sangat berpotensi mendorong para remaja yang sebelumnya tidak pernah merokok

dan hambatan guna menyelesaikan skripsi dengan judul “ PERKEMBANGAN PENGATURAN PUTUSAN SERTA-MERTA (Uitvoerbaar Bij Voorraad) DARI PENDEKATAN KEADILAN DAN KEPASTIAN