• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerimaan Diri pada Narapidana Remaja Rumah Tahanan Negara Kelas II B Salatiga : Studi Kasus T1 132010030 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerimaan Diri pada Narapidana Remaja Rumah Tahanan Negara Kelas II B Salatiga : Studi Kasus T1 132010030 BAB I"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LatarBelakang

Manusia pada hakekatnya adalah mahkluk yang rentan berbuat salah.

Pada satu kesempatan manusia mampu bertindak sesuai harapan dan pada

kesempatan lain gagal dalam melakukan penyesuaian. Manusia dalam

usahanya mencari signifikansi diri sering terjebak dalam the performance

trap. McGee (2003), mengartikannya sebagai suatu anggapan individu yang

memandang bahwa kesuksesan dapat memberikan kebahagiaan dan

kepenuhan sejati.

Perasaan bahagia dan penuh bisa tercapai ketika individu dapat

bertindak sesuai dengan harapan, namun belum tentu dapat terpenuhi ketika

individu gagal mencapainya. Bernard (2013), mengemukakan bahwa

self-acceptance as a catalyst for the alleviation of emotional misery as well as an

energizer supporting growth towards happiness and fulfilment. Penerimaan

diri membantu individu mengurangi luka emosional dan menunjang

pertumbuhan ke arah kebahagiaan dan kepenuhan diri. Dapat dikatakan

bahwa individu memerlukan suatu pemahaman bagaimana menerima diri apa

adanya berikut dengan segala karakteristiknya baik kegagalan, kesalahan atau

kelemahan yang dimilikinya.

Ellis (2006), merumuskan penerimaan diri tersebut sebagai

Unconditional Self-Acceptance (USA), yang menggantikan Conditional

(2)

2 kesadaran akan diri yang tidak sempurna dan dapat melakukan kesalahan.

Individu menerima dan mengenal diri, individualitasnya, terlepas dari apakah

individu mampu bertindak dengan baik, orang lain menyetujui

perilaku-perilakunya atau tidak.

Harber dan Runyon (dalam Siswanto, 2007), mengungkapkan bahwa

kemampuan menerima diri sendiri apa adanya merupakan salah satu ciri

individu sehat mental. Pendekatan normatif melihat orang sehat secara mental

berdasarkan tingkah laku orang tersebut menyimpang dari norma sosial yang

berlaku di masyarakat (devian) atau tidak. Dengan demikian individu yang

melakukan penyimpangan terhadap norma-norma sosial seperti tindakan

melawan hukum adalah individu-individu tidak sehat mental.

Status narapidana diperoleh seseorang akibat penyimpangan terhadap

hukum yang berlaku. Narapidana remaja disebut juga anak pidana

sebagaimana Priyatno (2004), menuliskan bahwa remaja yang melanggar

hukum termasuk dalam kategori anak didik pemasyarakatan yang disebut

anak pidana. Soetodjo (2005), Undang Undang (UU) No. 3 Tahun 1997

tentang Pengadilan Anak pada Pasal 4 merumuskan bahwa seorang anak

melakukan tindak pidana dan telah mencapai umur 12 sampai 18 tahun maka

mendapat sanksi pemidanaan.

Selanjutnya UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pada

Pasal 2 menjabarkan bahwa sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam

rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia

(3)

3 tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat,

dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar

sebagai warga yang baik dan bertanggungjawab. Secara tidak langsung

rumusan tersebut memberikan gambaran diri individu yang berstatus

narapidana sebagai individu yang tidak utuh, tidak menyadari kesalahan,

tidak baik sehingga perlu memperbaiki diri, tidak mampu bertanggungjawab

dan sebagai individu-individu yang ditolak oleh masyarakat.

Status narapidana berdampak negatif terhadap penerimaan diri

narapidana remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2010),

mengenai kesejahteraan psikologis narapidana remaja di LP anak Kutoarjo

menunjukkan kondisi tersebut. Perbedaan antara kehidupan luar Lembaga

Pemasyarakatan (LP) dan kehidupan di LP membawa sejumlah perubahan

kehidupan, sehingga tidak mampu memenuhi aspek-aspek kesejahteraan

psikologis di mana salah satunya adalah aspek penerimaan diri. Dilihat dari

penerimaan dirinya, subyek tidak bisa menerima kenyataan harus menjalani

hukuman di dalam sel. Status baru sebagai narapidana membuat ketiga

subyek merasa malu menyandangnya. Membandingkan kebebasan yang

dialami teman-teman seusianya di luar dan kondisi subyek membuat subyek

merasa iri dan menyesal.

Berdasarkan laporan Pengalaman Praktik Lapangan Bimbingan

Konseling (PPL BK) yang diselenggarakan dari bulan Juni sampai Juli 2013

oleh penulis terdapat tiga narapidana remaja yang dititipkan untuk dibina di

(4)

4 Dua dari tiga narapidana remaja tersebut yaitu AG dan RN telah bebas pada

tahun 2013 sementara AGN akan bebas pada bulan Mei 2014.

Dari hasil wawancara konseling dengan ketiganya, penulis

mengidentifikasi AGN memiliki keistimewaan tersendiri. AGN berusia

paling muda dari ketiga narapidana remaja lainnya. AGN tidak hanya

menunjukkan sikap menyesali diri berstatus narapidana, merasa malu dan

kecewa pada dirinya serta mengalami ketakutan akan masa depan jika dirinya

bebas nanti, tetapi juga menunjukkan rasa senang berada di Rutan. Ini

ditunjukkan dengan sikapnya yang senang bercanda, ceria dan tertawa dengan

teman-teman satu selnya. Seolah-olah kehidupan LP tidak menjadi beban

baginya. AGN bahkan menunjukkan sikap-sikap positif dan optimis serta

mengungkapkan ucapan syukur atas keberadaannya di LP. Sementara

gambaran umum masyarakat mengenai individu yang berstatus narapidana

adalah orang-orang jahat dan dianggap sampah masyarakat atas perbuatannya

yang melawan norma atau hukum yang berlaku. Beranjak dari sikap subyek

yang tidak biasa tersebut penulis hendak melakukan studi kasus mengenai

penerimaan diri subyek terhadap dirinya yang berstatus narapidana.

1.2Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerimaan diri

narapidana remaja Rutan Negara Kelas II B Salatiga?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerimaan diri narapidana

(5)

5 1.4Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori

Penerimaan Diri Albert Ellis khususnya penerimaan diri pada individu

yang berstatus narapidana diusia belia.

2. Manfaat Praktis:

a) Manfaat untuk Rutan Negara Kelas II B Salatiga, penelitian ini dapat

menjadi bahan referensi dalam menangani narapidana remaja yang

mengalami masalah penerimaan diri.

b) Manfaat untuk narapidana remaja Rutan Negara Kelas II B Salatiga,

penelitian ini dapat membantu dalam memahami diri sehingga individu

yang bersangkutan dapat mencapai pemahaman diri.

c) Manfaat bagi orangtua yang mempunyai remaja menyandang status

narapidana diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

gambaran mengenai berbagai hal yang dibutuhkan oleh remaja

narapidana untuk menerima diri dan mencapai kematangan diri, serta

sikap dan perlakuan yang tepat untuk mengembangkan penerimaan diri

narapidana remaja.

d) Manfaat untuk peneliti, penelitian ini memberikan pengetahuan yang lebih dalam mengenai dunia remaja khususnya penerimaan diri

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjawab pertanyaan ini, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Harga Diri dengan kecenderungan Perilaku Konsumtif terhadap Fashion pada

Berkaitan dengan hak – hak narapidana yang diatur dalam UU No 12 Tahun 1995 dalam skripsi ini, penulis hanya akan membahas salah satu hak yang dipilih narapidana yaitu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan ilmu kepada dunia pendidikan, khususnya dibidang matematika dalam analisis pemahaman dengan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan melalui peran penerimaan diri dan dukungan

Segala usaha dan pengorbanan yang dicurahkan untuk proses penulisan skripsi ini, tidak lain adalah berkat tuntuan dari Allah SWT yang telah memberikan kelancaran

Namun belum maksimalnya pemenuhan hak narapidana perempuan dalam melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya, hak mendapatkan perawatan baik rohani

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara penerimaan diri dengan kebermaknaan hidup pada remaja penyandang tuna

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan melalui peran penerimaan diri dan dukungan