Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922
439
ISOLASI DAN KRISTALISASI KURKUMIN DARI TEMULAWAK
(
Curcuma xanthorizza
),
TEMUGIRING (Curcuma Heyneana) DAN
KUNYIT
(
Curcuma longa
)
Dewi K.A.K.Hastuti (1), Yohanes Martono (1)
1Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro No. 52-60 Salatiga, Indonesia
Email : dewi.hastuti@staff.uksw.edu
Abstrak
Serbuk temulawak (TL), temugiring (TG), dan kunyit (KU) yang diperoleh dari daerah Salatiga, Jawa
Tengah, diekstraksi dengan menggunakan soxhlet. Pelarut yang digunakan adalah aseton dengan waktu
ekstraksi 6 jam. Ekstrak aseton TL didapat 16.06%; ekstrak aseton 20,72%;; ekstrak aseton KU didapat 29,62%. Ekstrak tersebut diisolasi dan dipurifikasi dengan kromatografi kolom. Fase gerak yang digunakan adalah kloroform : methanol (95:5 v/v) sedangkan fase diam yang digunakan adalah silica gel. Hasil isolasi menunjukkan bahwa kurkumin (bercak tunggal) yang didapat yaitu 82% untuk TL, 81% untuk TG, dan 6% untuk KU.
Kata kunci : temulawak, temugiring, kunyit, kurkumin, isolasi, purifikasi
PENDAHULUAN
Temulawak, temugiring, dan kunyit merupakan tanaman yang dikenal sebagai empon-empon di Pulau Jawa. Mereka memiliki khasiat sebagai obat tradisional dalam kehidupan masyarakat di Pulau Jawa (Yuniarti, 2008). Kurkumin adalah pigmen warna kuning yang ada pada tanaman tersebut. Selain kurkumin, dalam tanaman tersebut juga didapati demetoksi kurkumin dan bisdemetoksi kurkumin, sehingga ketiganya sering disebut kurkuminoid (Almeida et al., 2005).
Kurkuminoid biasanya ditunjukkan dengan warna kuning yang sulit larut dalam air dan cepat terhidrolisis oleh larutan basa. Kurkuminoid dapat dengan mudah larutan dalam dimetil sulfoksida (DMSO), aseton dan etanol. Mereka cepat terdekomposisi ketika
terpapar cahaya, suhu tinggi dan kondisi oksidasi lainnya (SChieffer, 2002).
Kurkuminoid dikenal karena aktivitas biologinya yang luas. Penggunaan potensial dari kurkuminoid adalah sebagai pencegah kanker. Penelitian (Simon, 1998) menyatakan bahwa demetoksi kurkumin merupakan kurkuminoid terbaik untuk menghambat sel MCF-7, diikuti dengan kurkumin dan bisdemetoksi kurkumin.
Pemilihan pelarut untuk ekstraksi dibatasi oleh peraturan perundangan seperti bahan makanan dan sebagainya. Salah satu pelarut yang digunakan adalah aseton. Aseton digunakan dalam penelitian ini karena memberikan hasil tertinggi untuk mendapatkan kurkuminoid (Revathy et al., 2011)