BOKS 1
PROFIL DAYA SAING EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BENGKULU
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia bekerjasama dengan Laboratorium Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat dan Pengkajian Ekonomi (LP3E) Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran telah melakukan kerjasama penelitian mengenai daya saing daerah pada tahun 2007. Tujuan penelitian ini untuk membantu daerah-daerah di Indonesia dalam mengidentifikasi potensi dan prospek ekonomi daerah yang dapat dijadikan sebagai ukuran daya saing. Atas dasar hasil identifikasi tersebut, penelitian ini juga ditujukan untuk menetapkan peringkat daya saing antar daerah di Indonesia serta memberikan potret “keunggulan” dan “keterbatasan” terkait dengan daya saing daerahnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi input bagi masing-masing daerah dalam menetapkan kebijakan pembangunan ekonomi.
Metodologi yang digunakan dalam studi ini terutama menggunakan penarikan opini para pakar (expert opinion polling) untuk penentuan bobot, perhitungan indeks serta pemetaan (scoring) daya saing daerah kabupaten/kota. Implementasi expert opinion polling secara sistematis dan konsisten dilakukan dengan metode Analytic Network Process (ANP).
Data yang digunakan terutama bersumber dari BPS, Bank Indonesia, Departemen Keuangan dan instansi lainnya. Data tersebut terdiri dari data yang mewakili indikator input (37 variabel) dan indikator output (3 variabel). Keseluruhan data yang digunakan merupakan data sekunder dengan mengambil kondisi kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2005. Ruang lingkup daerah yang diteliti terdiri dari 434 kabupaten/kota di Indonesia yang merupakan jumlah daerah kabupaten/kota secara keseluruhan di luar provinsi DKI Jakarta.
Menurut hasil penelitian tersebut terlihat bahwa kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu umumnya berada di kuadran III. Kabupaten/kota yang berada di kuadran ini adalah daerah yang memiliki karakteristik input dan output yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata input dan output secara nasional. Secara umum kelompok ini menggambarkan kabupaten/kota yang relatif tertekan kondisi variabel-variabel pembentuk daya saingnya terhadap rata-rata nasional berdasarkan data yang terakhir.
Sedangkan beberapa kelemahan yang ada terutama untuk indikator belanja pelayanan publik perkapita dan kondisi jalan menurut kualitas jalan.
Tabel Peringkat Daerah di Provinsi Bengkulu
No. Kabupaten/Kota Peringkat
1. Kota Bengkulu 180
2. Kab. Rejang Lebong 303
3. Kab. Kepahiang 339
4. Kab. Lebong 366
5. Kab. Mukomuko 401
6. Kab. Bengkulu Utara 412
7. Kab. Kaur 426
8. Kab. Bengkulu Selatan 428
9. Kab. Seluma 434
Sebanyak 3 kabupaten di Bengkulu yaitu Kab. Rejang Lebong, Kab. Kepahiang, dan Kab. Lebong masing-masing berperingkat 303, 339 dan 366. Daerah-daerah tersebut umumnya berperingkat rendah dalam jumlah peraturan daerah yang bermasalah, indeks kemahalan konstruksi, serta dari sisi lingkungan usaha produktif.
Sedangkan 5 kabupaten lainnya yang terdiri dari Kab. Mukomuko, Kab. Bengkulu Utara, Kab. Kaur, Kab. Bengkulu Selatan dan Kab. Seluma masing-masing berperingkat 401, 412, 426, 428 dan 434. Daerah-daerah tersebut umumnya kurang kompetitif di sisi perekonomian daerah seperti di indikator kapasitas fiskal daerah, potensi ekspor daerah dan total investasi perkapita.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan ada tiga faktor utama yang dapat dijadikan sebagai pemicu peningkatan posisi daya saing daerah di Indonesia dari sisi input, yaitu peningkatan produktivitas sektoral, peningkatan kualitas pendidikan pekerja dan belanja pelayanan publik. Sementara, peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan faktor utama peningkatan posisi daya saing dari sisi output. Karena itu, faktor-faktor tersebut perlu kiranya diperhatikan oleh pemerintah daerah dalam rangka peningkatan pembangunan di daerah.