Bab 3
Metode Perancangan Model
1.1
Metode Penelitian
Tahapan penelitian ini dibagi menjadi 5 langkah, yaitu : 1. Rumusan masalah
2. Pengumpulan data
3. Input data dan analisis data 4. Perhitungan dan pemprograman 5. Implementasi dan analisis hasil
Pemodelan tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1
1. Rumusan masalah
Pada tahap rumusan masalah akan dilakukan dengan
membuat pertanyaan untuk mendapatkan jawaban dari data yang akan diperoleh dan bagaimana pemprosesan data. Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana mendapatkan hasil iklim dari pengklasifikasian iklim Koppen dengan metode Polygon Thiessen berdasarkan data curah hujan, suhu dan luas wilayah.
b. Bagaimana mengkategorikan iklim kabupaten di Jawa Tengah dari tahun 2007-2011 menjadi (Af) hutan hujan tropis, (Am) tropis monsun, (Aw) basah dan kering atau sabana tropis.
2. Pengumpulan data
3. Analisis data dan input data
Data dari BPS tersebut dianalisis terlebih dahulu agar mendapatkan variable curah hujan minimum bulanan pada tahun 2007-2001, suhu rata-rata dari tahun 2007-2011 dan luas kabupaten dan masing - masing kota yang sesuai dengan perumusan klasifikasi iklim Koppen dan metode Polygon Thiessen. Data tersebut kemudian di inputkan ke dalam excel berformat .csv sebagai database dalam program R, data tersebut dibuat dalam bentuk tabel, dan menyangkut seluruh provinsi kabupaten di Jawa Tengah.
4. Perhitungan dan pemprograman
Perhitungan dilakukan menggunakan program R untuk analisis dan perhitungan hasil klasifikasi iklim, serta pemprograman untuk menampilkan plot dalam bentuk peta yang mendukung analisis. Hasil tersebut dapat pula digunakan untuk analisis pendukung metode yang dapat digunakan untuk melengkapi analisis.
5. Implementasi dan analisis hasil
1.2
Analisis Model
Tahapan analisis kebutuhan digunakan untuk mengetahui dan menterjemahkan semua permasalahan serta kebutuhan perangkat lunak dan kebutuhan sistem yang dibangun. Oleh karena itu, dalam tahapan ini dilakukan proses pengumpulan data-data untuk sistem. Secara garis besar, analisis sistem meliputi analisis kebutuhan sistem, analisis alur kerja sistem, dan analisis kebutuhan hardware dan software.
1.2.1 Analisis Kebutuhan Model
Analisis kebutuhan sistem merupakan proses identifikasi dan evaluasi permasalahan-permasalahan yang ada, sehingga nantinya sistem yang dibangun sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Sistem yang akan dibangun memerlukan masukan berupa data luas wilayah kabupaten, curah hujan, suhu dan data Jawa Tengah dalam angka pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Sistem harus dapat memenuhi kebutuhan untuk:
1. Memberikan informasi tentang hasil analisis iklim pada tiap kabupaten di Jawa Tengah pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
2. Dapat melihat indikator apa saja yang berpengaruh, dan seberapa besar pengaruhnya.
3. Menggambarkan pengaruh persebaran iklim yang ada terhadap iklim di wilayah sekitarnya dan melihat persebaran penggolongannya.
1.2.2 Analisis Alur Kerja Model
Berikut adalah alur kerja sistem yang ditempuh dalam sistem yang dibuat :
1. Pengguna memasukkan data curah hujan, suhu dan luas wilayah kedalam excel yang berformat .csv yang akan digunakan sebagai database.
3. Pengguna memasukkan data tabel tersebut ke dalam fungsi yang akan dihitung dalam program R. Dari fungsi - fungsi tersebut dapat dilihat fungsi polygon thiessen, neighbour list, fungsi untuk mencari iklim koppen, fungsi untuk mendapatkan pengaruh iklim dari suatu kabupaten dari iklim kabupaten di wilayah sekitar, dan fungsi fungsi pendukung analisis lainnya seperti tingkat korelasi antar variabel, fungsi yang melihat pengelompokan sebenarnya.
1.2.3 Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak dan Perangkat
Keras
Berikut ini adalah spesifikasi perangkat keras yang digunakan pengguna untuk merancang dan perangkat lunak yang digunakan pengguna untuk membangun sistem
Spesifikasi perangkat keras yang digunakan dalam merancang adalah:
• Intel Core I5
• RAM 2 GB
• Harddisk 500 GB
Perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem:
• Windows 7
1.3
Perbandingan Dengan Penelitian Sebelumnya
Gambar 3.2 Perbandingan Dengan Penelitian Sebelumnya
Gambar 3.2 menunjukkan perbandingan metode Schmidt-Ferguson, Oldeman, Koppen. Metode Schmidt-Ferguson Menghitung nilai Q yang didapat dari curah hujan yang terdapat pada bulan basah (curah hujan > 200mm) dan bulan kering (curah hujan < 100mm) nilai Q akan menentukan iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson, Metode Oldeman juga menghitung curah hujan yang terdapat pada bulan basah (curah hujan > 200mm) dan bulan kering (curah hujan < 100mm) banyaknya bulan basah akan menentukan tipe utama iklim dan banyaknya bulan kering akan menentukan sub tipe iklim.
Sedangkan Klasifikasi Koppen dengan metode Polygon Thiessen menggunakan variabel Suhu sebagai tipe utama iklim, curah hujan sebagai sub tipe iklim, dan membandingkan hasil
Bulan Basah
Kriteria Nilai Q Schmidt- Ferguson Klasifikasi Iklim Bulan Kering
Bulan Basah
tersebut dengan luas wilayah yang ada untuk menentukan iklim Af, Am dan Aw.
1.4
Perancangan Antarmuka Model
Rancangan antarmuka Iklim Koppen pada Gambar 3.2 menampilkan dua buah menu yang terdiri dari menu Statistik Koppen – Polygon Thiessen dan menu Output Pemetaan serta dua menu tambahan dalam menu Statistik Koppen – Polygon Thiessen untuk mempermudah pemanggilan hasil iklim peta yang akan dipanggil.
Gambar 3.3 Perancangan Model
sampai dengan tahun 2011 dan probabilitas iklim koppen yang dipengaruhi oleh wilayah sekitar dengan menggunakan metode polygon thiessen, clear button digunakan untuk menghapus peta yang ditampilkan dalam menu Output Pemetaan