• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUESTIONING TYPE OPEN ENDED PROBLEMS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS NU SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUESTIONING TYPE OPEN ENDED PROBLEMS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS NU SIDOARJO."

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

QUESTIONING TYPE OPEN ENDED PROBLEMS DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTs NU SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

LAILI SAFFAANATUL FITHRIYAH D71213106

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

QUESTIONING TYPE OPEN ENDED PROBLEMS DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTs NU SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

LAILI SAFFAANATUL FITHRIYAH NIM. D71213106

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRACT

Laili Saffaanatul Fithriyah (D71213106), 2017, Effectiveness Implementation of Learning Model Questioning Type Open Ended Problems in Improving Students’ Critical Thinking Ability in Subjects Fiqh in Mts NU Sidoarjo, Thesis, Islamic Education. Faculty of MT. Islamic State University (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Supervisor: Dr. Amir H. Maliki Abitolkha, M. Ag and Al-Qudus NES, Lc. MH.I

Keywords: Learning Model Questioning Type Open Ended Problems

and Students’ Critical Thinking Ability

This research aims to know the effectiveness implementation of the learning model questioning type of open ended problems to improve students' critical thinking on the subjects Fiqh at Islamic Junior High School NU Sidoarjo with some formulation of the problems, which are (1) How is the implementation of learning model questioning type of open ended problems on the subjects of Fiqh at Islamic Junior High School NU Sidoarjo ?, (2) How is the comparison the students’ critical thinking ability when the learning model of questioning type open-ended problems is applied and before the implementation of learning model questioning type open-ended problems ?, (3) How is the effectiveness implementation of learning model questioning type open-ended problems in improving the students' critical thinking ability on the subjects of Fiqh in Islamic Junior High School NU Sidoarjo ?.

This research is an experimental research by using a quantitative approach in which the data collection process used test method, questionnaire, and documentation. The design was used in this research is one-group pretest-posttest design. Then the data were analyzed by using statistical formula percentage, frequency distribution, and analysis of two-sample t-test paired using SPSS for Windows.

The results showed that the application of learning models questioning type open ended problems effective in improving critical thinking skills. This has been evidenced by increasing in the average score of students' critical thinking ability in the first conditions 61.0500 and thereafter being applied in the learning by using model questioning type open ended problems the students’ score of critical thinking ability achieve 76.8167, it means that they have increased 15.7667. The hypothesis test in this research uses t-test analysis of two samples in pairs. Based on calculation t with a significance level of 5% with (dk) = 60-1 = 59 will be obtained tcount of 8693 whereas the prices of ttable with significance level of 5% with (dk) = 60-1 = 59 will be obtained ttable 2000. Price of tcount is heavier than

(8)

(9)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

DAFTAR TRANSLITERASI ... vi

PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

E. Definisi Operasional ... 12

F. Ruang lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 14

(10)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Questioning Type Open

Ended Problems ... 17

1. Pengertian Pembelajaran ... 17

2. Pengertian Model Pembelajaran ... 20

3. Model Pembelajaran Questioning Type Open Ended Problems ... 22

B. Tinjauan tentang Kemampuan Berpikir Kritis ... 31

1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis ... 31

2. Karakteristik Berpikir Kritis ... 37

3. Tujuan Berpikir Kritis ... 42

C. Tinjauan tentang Mata Pelajaran Fiqih ... 43

1. Pengertian Fiqih ... 43

2. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih ... 45

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih ... 46

D. Tinjauan tentang Implementasi Model Pembelajaran Questioning Type Open Ended Problems dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Profil Obyek Penelitian ... 53

1. Kepala dan Dewan Guru MTs NU Sidoarjo ... 54

(11)

3. Prestasi Selama Dua Tahun Terakhir ... 60

4. Struktur Organisasi MTs NU Sidoarjo Tahun2016-1017 ... 62

B. Metode Penelitian ... 63

1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 64

a. Jenis Penelitian ... 64

b. Rancangan Penelitian ... 65

2. Jenis dan Sumber Data ... 67

a. Jenis Data ... 68

b. Sumber Data ... 69

3. Variabel, Indikator, dan Instrumen Penelitian ... 70

4. Populasi dan Sampel ... 74

5. Hipotesis ... 76

6. Teknik Penumpulan Data ... 77

7. Teknik Analisis Data ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data... 85

1. Penyajian Data Hasil Angket ... 85

a. Data tentang Implementasi Model Pembelajaran Questioning Type Open Ended Problems ... 88

(12)

B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesisi ... 94 1. Analisis tentang Implementasi Model Pembelajaran

Questioning Type Open Ended Problems ... 94 2. Analisis tentang Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 99 3. Pengujian Hipotesis ... 114 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 120 B. Saran ... 123 DAFTAR PUSTAKA ... 124 LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Nama-nama Responden Siswa ... 85

Tabel 4.2 Hasil Angket Implementasi Model Pembelajaran Questioning Type Open Ended Problems ... 88

Tabel 4.3 Hasil Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih... 90

Tabel 4.4 Hasil Pre-test dan Post-test pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs NU Sidoarjo... 92

Tabel 4.5 Hasil Prosentase Angket Implementasi Model Pembelajaran Questioning Type Open Ended Problems ... 94

Tabel 4.6 Hasil Prosentase Angket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 99

Tabel 4.7 Nilai Hasil Pre-test ... 104

Tabel 4.8 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Siswa ... 108

Tabel 4.9 Nilai Hasil Post-test ... 109

Tabel 4.10 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Post-Test Siswa ... 113

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Angket

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 4 Soal Pre -Test Dan Post- Test

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 8 Surat Tugas Penelitian

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, karena manusia saat dilahirkan tidak mengetahui suatu apapun. Namun di sisi lain manusia memiliki potensi dasar (fitrah) yang harus dikembangkan sampai batas maksimal. Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan penting yang menentukan terhadap eksistensi serta perkembangan masyarakat. Pembangunan dibidang pendidikan adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, materiil dan spiritual.

Menurut undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) mengatakan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam

1

(16)

2

membangun peradaban bangsa. Pendidikan adalah satu-satunya aset untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan bermutu, bangsa dan negara akan terjunjung tinggi martabatnya di mata dunia, sehingga diperlukan strategi bagaimana pendidikan bisa menjadi sarana untuk membuka pola pikir siswa bahwa ilmu yang mereka pelajari memiliki kebermaknaan untuk hidup sehingga ilmu tersebut mampu mengubah sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi lebih baik.2

Upaya meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan diperlukan inovasi dan kreasi pembelajaran untuk penguasaan terhadap materi yang dikelola dan ditampilkan secara profesional, dari hati dan tanpa paksaan, logis dan menyenangkan serta dipadukan dengan pendekatan personal-emosional terhadap siswa akan menjadikan proses pembelajaran yang ingin di capai terwujud.3 Selain itu, pembelajara juga harus dibuat bervariasi dengan menciptakan suatu metode pembelajaran yang inovasi.

Paradigma lama tentag proses pengajaran yang menganggap bahwa keberhasilan mengajar hanya bergantung pada manajemen kelas yang diterapkan sepertinya kurang tepat lagi digunakan saat ini. Pasalnya, tuntutan pendidikan saat ini telah banyak berubah. Di zaman yang semakin maju ini, ada tuntutan untuk tidak hanya membangun pengetahuan siswa melalui

2

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 20.

3

Ibid., 21.

(17)

3

kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada pengelolaan kelas, melainkan juga model dan strategi pembelajaran yang digunakan.

Hal ini sesuai dengan teori belajar yang menyatakan bahwa keberhasilan pengajaran tidak hanya bergantung pada lingkungan mengajar yang kondusif (nyaman, tenang, dan mendukung proses mengajar), melainkan juga bergantung pada cara transfer (penyampaian) materi pelajaran dari seorang pendidik.4 Sehingga menuntut keaktifan pendidik dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Pendidik harus mampu mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika siswa belum mampu membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah model maupun strateginya, memilih media yang tepat atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian integral bagi seorang pendidik sebagai tenaga profesional.5

Pengajaran merupakan permasalah yang komplek karena mencakup banyak hal, antara lain kurikulum belajar, kemampuan pendidik (dalam mengajar), keaktifan siswa, dan kelas yang baik. Meskipun demikian, banyak pendidik yang dalam praktik mengajar sehari-harinya tidak menerapkan hal ini, sehingga proses pengajaran tidak berjalan efektif. Lebih jauh dari itu,

4

John Afifi, Inovasi-inovasi Kreatif Manajemen Kelas dan Pengajaran Efektif, (Yogjakarta: DIVA Press, 2014), 148.

5

Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Perubahan dan Pengembangan Kurikulum 2013 Merupakan Persoalan Penting dan Genting), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), 99.

(18)

4

kondisi ini semakin diperparah dengan mendangkalnya mutu pendidikan akibat kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan memperbanyak materi pelajaran daripada menghidupkan kemapuan (kompetensi) siswa. Hal ini jelas tidak mengembangkan siswa dalam hal apa pun, terlebih dalam proses berpikir atau mencerna materi pelajaran.6

Seorang pendidik memiliki peran penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Sehubungan dengan hal ini, pendidik memiliki tugas bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut, salah satunya dengan membuat perencanaan dan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan menarik. Belajar bukan hanya untuk menyampaikan materi pelajaran oleh pendidik kepada siswa, akan tetapi menciptakan perubahan baik dalam perilaku, tindakan, cara, dan pola berpikir. Dalam pembelajaran siswa dituntut untuk memahami, mampu mengerti benar, dan mengetahui secara mendalam.7

Inovasi pembelajaran merupakan suatu bentuk kreativitas pendidik dalam mengelola pembelajaran yang semula monoton, membosankan, menjenuhkan, dan ortodoks menuju pembelajaran yang menyenangkan variatif, dan bermakna. Pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang masih bersifat tradisional (konveksional). Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung

6

John Afifi, Inovasi-inovasi Kreatif…, 180.

7

Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu-isu Modis dan Paradigmatis), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 3-4.

(19)

5

mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Pembelajaran yang semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil pembelajaran serta ketidak bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di samping itu, pengetahuan yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari permasalahan kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.8

Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang pendidik. Seorang pendidik harus mampu membuat proses belajar siswa selalu menarik dan meyenangkan, seorang pendidik dituntut untuk lebih inovatif dan efektif dalam mengajar. Hal ini disebabkan pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna. Pendidik yang efektif adalah pendidik yang mampu membawa siswanya berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented center). Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses pembelajaran dimulai.

Salah satu langkah untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan inovatif yaitu model pembelajaran yang diterapkan harus di sesuaikan dengan

8

(20)

6

materi yang diajarkan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus direncanakan dengan baik. Akibat dari penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan, akan berdampak pada kurangnya rangsangan yang ditimbulkan oleh siswa sehingga pembelajaran tidak maksimal. Rendahnya minat, partisipasi, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran yangmana akan berdampak pada hasil belajar. Kurangnya dorongan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, dan terlalu menjejali mereka dengan bahan ajar yang harus dihafal serta tidak adanya pengarahan dan pengembangan potensi yang dimiliki oleh siswa akan berakibat pada banyaknya siswa yang pandai dalam teori namun lemah dalam aplikasi.9

Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang aspek ibadah dan muamalah. Mata pelajaran fiqih tidak hanya berisikan pengetahuan dan pemahaman yang harus dihafal akan tetapi juga membutuhkan pengalaman dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari yang harus dipahami secara mendalam. Fakta dilapangan sering kali kita jumpai di sekolah kegiatan pembelajaran yangmana pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran fiqih khususnya pada aspek muamalah di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah.

9

(21)

7

Metode ceramah yang digunakan guru ketika mengajar berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada diri siswa. Dan yang lebih para lagi bahwa apa yang mereka pelajari tidak integratif dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan tak jarang realitas sehari-hari yang mereka saksikan bertolak belakang dengan pelajaran disekolah. Budaya mental seperti inilah yang pada akhirnya akan membuat siswa tidak mampu mengaktivasikan kemampauan otaknya. Padahal dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah menuntut sebuah model pembelajaran yang harus menyentuh aspek-aspek potensi berpikir, kejiwaan, dan tindakan.

Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis dan kritis sudah lama menjadi fokus dan perhatian guru di kelas. Rendahnya keterlibatan siswa untuk aktif dan kritis dalam pembelajaran salah satunya disebabkan model dan strategi pembelajaran yang diterapkan guru kurang menarik perhatian siswa, karena hampir sepenuhnya diajarkan dengan menggunakan metode ceramah dan guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran. Sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, seperti dalam hal bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengungkapkan gagasan-gagasan maupun pendapat, serta kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah.

(22)

8

kemampuan berpikir dan melibatkan siswa secara langsung dalam pemecahan masalah. Karena pada dasarnya seorang pendidik menginginkan adanya keluasan dalam berpikir pada saat memecahkan masalah. Adapun model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran questioning type open ended problems.

Model pembelajaran questioning type open ended problems merupakan pembelajaran dengan problems (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orsinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban.10

Model pembelajaran questioning type open ended problems dimulai dengan memberikan soal permasalahan terbuka kepada siswa. Mengajukan pertaanyaan-pertanyaan merupakan salah satu strategi pengajaran dasar yang dapat diterapkan pada hampir semua bidang mata pelajaran. Open ended problems merupakan problem yang diformulasikan memiliki banyak jawaban yang benar. Dengan pemberian soal open ended siswa dituntut untuk menjawab soal dengan lebih dari satu penyelesaian. Hal ini dirancang untuk

10

(23)

9

membentuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Untuk itu pembelajaran open ended ini bisa diterapkan pada mata pelajaran PAI khusunya Fiqih. Karena pada pelajaran ini banyak sekali permasalahan yang membutuhkan jawaban lebih dari satu.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitain dengan judul: “EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUESTIONING TYPE OPEN ENDED PROBLEMS

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTs NU SIDOARJO.” B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi model pembelajaran questioning type open ended problems pada mata pelajaran fiqih di MTs NU Sidoarjo?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran questioning type open ended problems dengan sesudah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran questioning type open ended problems?

(24)

10

kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs NU Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitaian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran questioning type open ended problems pada mata pelajaran fiqih di MTs NU Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran questioning type open ended problems dengan sesudah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran questioning type open ended problems.

3. Untuk mengetahui efektivitas implementasi model pembelajaran questioning type open ended problems dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs NU Sidoarjo.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

(25)

11

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan konstribusi ilmiah mengenai implementasi model pembelajaran questioning type open ended problems dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Manfaat Praktis a.Siswa

Membantu siswa dalam proses belajar mengajar, meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga memudahkan siswa memahami materi, memecahkan masalah dan menumbuhkan keaktifan dalam pembelajaran. Selain itu, hasil penelitian dapat dijadikan acuan untuk menemukan metode belajar yang tepat bagi siswa.

b.Guru

Sebagai tambahan dan masukan dalam proses belajar mengajar bagi guru, sehingga pembelajaran semakin beragam dan menarik.

c.Peneliti

(26)

12

d.Umum

Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para peneliti untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai model pembelajaran pertanyaaan terbuka.

E. Definisi Operasional

Judul penelitian yang peneliti angkat berjudul “Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran Questioning Type Open Ended Problems dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs NU Sidoarjo.” Untuk menjaga agar tidak terjadi salah pengertian di dalam memahami judul sikripsi ini maka kiranya peneliti memberi penjelasan dan pengertian beberapa istilah pokok yang terdapat dalam judul tersebut, yakni:

1. Efektivitas adalah suatu kedaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki, kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki. Maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan atau mempunyai maksud bagaimana yang dikehendaki.11

2. Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar

11

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, (Jakarta: Kencana, 2010), 375.

(27)

13

aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.12

3. Model pembelajan questioning adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.13

4. Open enden problems adalah pembelajaran yang menyajikan suatu permaslahan atau pertanyaan terbuka yang mana harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab dengan banyak cara, serta mungkin juga dengan banyak jawaban, sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan suatu yang baru.14

5. Kemampuan bepikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetus dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.15

6. Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari pendidikan agama Islam yang mempelajari tentang hukum syariah amaliah

12

Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 70.

13

Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Ramadja Karya CV, 1987), 120.

14

Aris, 68 Model, 110.

15

(28)

14

yang diperoleh melalui ijtihad, berhubungan dengan segala tindakan manusia baik berupa ucapan maupun perbuatan.16

Berdasarkan definisi beberapa istilah di atas, maka yang dimaksud dengan judul “Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran Questioning Type Open Ended Problems dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs NU Sidoarjo” adalah suatu pengamatan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa melalui pemberian masalah atau soal yang dirancang mempunyai jawaban lebih dari satu yang diterapkan pada mata pelajaran fiqih.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Agar tidak terjadi pembahasan yang tidak fokus dan meluas, maka penulis memaparkan pembatasan masalah. Hal ini bertujuan agar tidak keluar dari ruang lingkup permasalahan penelitian. Adapun masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini di fokuskan pada implementasi model pembelajaran questioning type open ended problems pada mata pelajaran fiqih di MTs NU Sidoarjo.

2. Penelitian ini membicarakan tentang pengaruh implementasi model pembelajaran questioning type open ended problems terhadap

16

Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar Penerapannya dalam Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: CV Citra Media, 1996), 130.

(29)

15

peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran fiqih.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis mencoba mendeskripsikan sistematika pembahasan kedalam lima bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan dan hasil penelitian, definisi operasional, dan ruang lingkup dan keterbatasan penelitian.

Bab II LANDASAN TEORI

Pada bab landasan teoritis ini dijelaskan mengenai tinjauan tentang model pembelajaran questioning type open ended problems, tinjauan tentang kemampuan berpikir kritis, tinjauan tentang mata pelajaran fiqih, dan tinjauan tentang implementasi model pembelajaran questioning type open ended problems dalam meningkatkan kemampuan perpikir kritis siswa pada mata pelajaran fiqih.

Bab III METODOLOGI PENELITIA

(30)

16

indikator, dan instrumen penelitian, populasi dan sampel, hipotesis, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini penulis menyajikan tentang penyajian data dan analisis data dan pengujian hipotesis.

Bab V KESIMPULAN DAN ANALISI DATA

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, hubungan kedua variabel dan hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan diuraikan mengenai model pembelajaran questioning type open ended problems, dilanjutkan dengan uraian mengenai kemampuan berpikir kritis siswa, kemudian tinjauan mengenai mata pelajaran fiqih dan juga tentang efektivitas implementasi model pembelajaran questioning type open ended problems dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siwa.

A.Tinjauan tentang Model Pembelajaran Questioning Type Open Ended Problems

1. Pengertian Pembelajaran

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku yaitu proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.1

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh

1

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), 85.

(32)

18

aliran psikologi kognitif-wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu pembelajaran juga dapat diartikan proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.2

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik kepada peserta didik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan budi pekerti, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa.3

Menurut Syaiful Sagala, pembelajaran diartika sebagai konsep dari dua arah kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah indikator yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Jadi, pembelajaran adalah suatu kegiatan terencana di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan seseorang bisa belajar dengan baik demi tercapainya tujuan dari pembelajaran.4

2

Wina Sanjaya, Pembelajran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), 78.

3

Heri Rahyubi, Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik: Deskripsi dan Tujuan Kritis, (Bandung: Nusa Media, 2012), 6-7.

4

(33)

19

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang.

Pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolegtif, ataupun sosial.5 Salah satu bentuk pembelajaran adalah pemrosesan informasi. Hal ini bisa dianalogikan dengan pikiran atau otak manusia yang berperan layaknya komputer di mana ada input dan penyimpanan informasi di dalamnya. Yang dilakukan oleh otak adalah bagaimana memperoleh kembali materi informasi tersebut, baik yang merupa gambar maupun tulisan. Dengan demikian, dalam pembelajaran, seseorang perlu terlibat dalam refleksi dan penggunaan memori untuk melacak apa saja yang harus ia serap, apa saja yang harus ia simpan dalam memorinya, dan bagaimana ia menilai informasi yang telah di peroleh.6

5

Miftahul Huda, Model-model Pengajaran. . . , 2.

6

Ibid., 2

(34)

20

2. Pengertian Model Pembelajaran

Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model dapat dipahami juga sebagai gambaran tentang keadaan sesungguhnya.7 Menurut Dewi Salma istilah model dapat diartikan sebagai tampilan garis, prosedur kerja, yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran.8

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan proses pembelajaran peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Model pembelajaran juga dapat dipahami sebagai blueprint guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang kurikulum maupun guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.9

Arends (1997:7) menyatakan, “The term teaching model refers to a particular approach to intruction that includes its goals, syntax, environment, and management system,” Artinya, istlah model

7

Euis Karwati dan Doni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Management) Guru Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenanagkan, dan Berprestasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), 247.

8

Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran (Instructional Design Principles), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 33.

9

(35)

21

pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya. Banyak sekali model pembelajaran telah dikembangkan bagi siswa yang pada dasarnya untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami dan menguasai suatu pengetahuan atau pelajaran tertentu.10

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran serta menumbuhkan dan meningkatkan motivasi siswa dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami pelajaran sehingga siswa menjadi lebih aktif dan dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Menurut Wahab mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan.11 Sedangkan menurut Soekamto, mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

10

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran. . . , 19-20.

11

Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-model Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2007), 52.

(36)

22

bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar.12

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan pembelajaran yang tersusun secara sistematis yang berfungsi sebagai pedoman untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Questioning type Open Ended Problems

Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis kontesktual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Model pembelajaran questioning adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara pengajuan-pengajuan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Prinsip dasar dari semua pengajaran efektif adalah mengajukan pertanyaan (questioning) dalam ruang kelas. Di dalam kelas, guru

12

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), 22.

(37)

23

mengajukan pertanyaan karena berbagai alasan. Alasan-alasan meliputi hal-hal berikut ini (Freiberg dan Driscoll, 2000):

1. Memeriksa pemahaman siswa tentang ajaran. 2. Mengevaluasi efektivitas pelajaran.

3. Meningkatkan pola pikir tingkat tinggi.13

Keterampilan bertanya, bagi seorang guru merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai. Sebab melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna. Dapat dirasakan, pembelajaran akan menjadi sangat membosankan, manakalah selama berjam-jam guru menjelaskan materi tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik hanya sekedar pertanyaan pancing, atau pertanyaan untuk mengajak siswa berpikir. Model pembelajaran apapun yang digunakan bertanya merupakan kegiatan yang selalu merupakan bagian yang tidak terpisahkan.14

Model pembelajaran questioning merupakan metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang berifat two traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru

13

David A. Jacobse, dkk, Methods for Teaching (Metode-metode Pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK-SMA), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 172.

14

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Prenada Media Group 2006), 157.

(38)

24

menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung oleh guru.

Tujuan yang akan dicapai dari model pembelajaran questioning antara lain:

1. Untuk mengecek dan mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasi oleh siswa.

2. Untuk merangsang siswa berfikir.

3. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami.

4. Memotivasi siswa untuk menimbulkan sikap kompetisi dalam belajar.

5. Melatih murid untuk berpikir dan berbicara secara sistematis berdasarkan pemikiran orisinil.15

Pembelajaran terbuka atau yang sering dikenal dengan istilah open ended merupakan proses pembelajaran yang di dalamnya tujuan dan keinginan individu/ siswa di bangun dan dicapai secara terbuka. Model pembelajaran questioning type open ended problems prinsipnya sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Bedanya problem yang disajikan memiliki jawaban benar lebih dari satu. Problem yang

15

(39)

25

memiliki jawaban benar lebih dari satu disebut problem tak lengkap atau open ended problems.16

Pembelajaran dengan model questioning type open ended problems biasanya dimulai dengan memberikan problem terbuka pada siswa dan selanjutnya kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin lebih dari satu jawaban yang benar sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menentukan sesuatu yang baru.17

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban.18

Jenis masalah yang digunakan dalam pembelajaran melalui model questioning type open ended problems ini adalah masalah

16

Miftahul Huda, Model-model Pengajaran, 278.

17

Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA UPI, 2003) 123-124.

18

(40)

26

yang bukan rutun bersifat terbuka. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dasar keterbukaan (openness) pada model pembelajaran questioning type open ended problems di klasifikasikan dalam tiga tipe yaitu:

a. Prosesnya terbuka, maksudnya adalah tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara dan solusi penyelesaian yang benar.

b. Hasil akhir yang terbuka, maksudnya tipe soal yang diberikan mempunyai jawaban benar lebih dari satu jawaban.

c. Cara pengembang lanjutannya terbuka, yaitu ketika siswa telah selesai menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru berdasarkan soal awal yang diberikan. Dengan demikian pendekatan ini menyelesaikan masalah dan juga memunculkan masalah baru (from problem to problem).19

Tujuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran questioning type open ended problems yaitu untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir siswa melalui problem solving secara simultan. Hal yang perlu digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk

19

Metode Pembelajaran Pendekatan Open Ended,

(41)

27

berpikir sesuai dengan kemampuannya sehingga aktivitas kelas penuh dengan ide-ide dan akan memacu kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa berupa kemampuan berpikir kritis.20

Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan seorang pendidik ketika menerapkan model pembelajaran questioning type open ended problems di dalam kegiatan pembelajaran:

a. Persiapan

Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru harus membuat program satuan pelajaran rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat pertanyaan open ended problems.

b. Pelaksanaan

1. Pendahuluan, yaitu siswa menyimak motivasi yang diberikan oleh guru bahwa yang akan dipelajari berkaitan atau bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari sehingga mereka semangat dalam belajar. Kemudian siswa menanggapi apersepsi yang dilakukan guru agar diketahui pengetahuan awal mereka terhadap konsep-konsep yang akan dipelajari.

20

(42)

28

2. Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah berikut,

a) Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari lima orang.

b) Siswa mendapatkan pertanyaan open ended problems.

c) Siswa berdiskusi bersama kelompok mereka masing-masing mengenai penyelesaian dari pertanyaan open ended problems yang telah diberikan oleh guru.

d) Setiap kelompok siswa melalui perwakilannya, mengemukakan pendapat atau solusi yang ditawarkan kelompoknya secara bergantian.

e) Siswa atau kelompok kemudian menganalisis jawaban-jawaban yang telah dikemukakan, mana yang benar dan mana yang lebih efektif.

f) Kegiatan akhir, yaitu siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari. Kemudian kesimpulan tersebut disempurnakan oleh guru.

c. Evaluasi

(43)

29

pertanyaan-pertanyaan open ended problems yang merupakan evaluasi yang diberikan oleh guru.21

Ada beberapa asumsi yang mendasari model pembelajaran questioning type open ended problems. Di antaranya adalah sebagai berikut:

a) Konteks dan pengalaman merupakan hal penting untuk dipahami: pembelajaran akan sangat efektif jika ia melibatkan pengalaman yang kaya dan konkret yang dengannya siswa bisa menjumpai secara praktis di lapangan. b) Pemahaman harus dimediasi secara individual: siswa menilai

apa, kapan, dan bagaimana pembelajaran tersebut terjadi. c) Meningkatkan proses kognitif sering kali lebih penting

daripada menciptakan hasil pembelajaran. Untuk itulah, lingkungan yang open-ended perlu dirancang untuk mendukung skill-skill kognitif tingkat tinggi.

d) Pemahaman lebih berharga daripada hanya sekedar mengetahui: lingkungan pembelajran yang open ended harus menenggelamkan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat melejitkan pemahaman mereka melalui eksplorasi, manipulasi, dan kesempatan untuk memahami suatu gagasan daripada sekedar melalui pengajaran langsung.

21

(44)

30

e) Open ended problems berfokus pada skill-skill pemecahan masalah dalam konteks yang autentik serta memberi kesempatan untuk eksplorasi.

Sintak open ended problems bisa dilakukan dengan: 1) menyajikan masalah; 2) mendesain pembelajaran; 3) memperhatikan dan mencatat respon siswa; 4) membimbing dan mengarahkan siswa; dan 5) membuat kesimpulan.22

Keunggulan dari model pembelajaran questioning type open ended problems antara lain:

1) Siswa berpartisipasi lebih efektif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.

2) Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.

3) Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sndiri.

4) Siswa secara intrinsik termotivasi memberikan bukti atau penjelasan.

5) Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

22

(45)

31

Kelemahan dari model pembelajaran questioning type open ended problems antara lain:

1) Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.

2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak sangat yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan. 3) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau

mencemaskan jawaban mereka.

4) Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang dihadapi.23

B.Tinjauan tentang Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis

Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (sanggup, bisa, dapat, melakukan sesuatu).24 Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

23

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran…, 112-113.

24

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 979.

(46)

32

Kemampuan (ability) dapat diartikan sebagai kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

Pikiran diartikan sebagai kondisi letak hubungan antarbagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Jadi, di sini akal adalah sebagai kekuatan yang mengendalikan pikiran. Berpikir berarti meletakkan hubungan antarbagian pengetahuan yang diperoleh manusia. Yang dimaksud dengan pengetahuan di sini mencakup segala konsep, gagasan, dan pengertian yang telah dimiliki atau diperoleh oleh manusia.25

Selain itu, berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah, atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis, menalar, atau menarik kesimpulan premis-premis yang ada,

25

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 31.

(47)

33

menimbang dan memutuskan. Berpikir merupakan daya yang paling utama dan ciri khas yang membedakan manusia dengan hewan.26

Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia berpikir. Dengan berpikir manusia mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas berpikir.

Sebagai makhluk berpikir, pada hakikatnya manusia juga dianugrahi potensi untuk berpikir kritis. Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan maka pengembangan kemampuan berpikir kritis sangat berperan di dalamnya. Oleh karena itu, berpikir kritis perlu diajarkan baik secara khusus maupun secara integrasi dalam setiap disiplin ilmu atau lintas kurikulum demi meningkatkan efektivitas belajar.

Berpikir kritis (critical thinking ) adalah kemampuan untuk menganalisis fakta yang ada kemudian membuat beberapa gagasan dan mempertahankan gagasan tersebut kemudian membuat perbandingan. Dengan membuat perbandingan tersebut sehingga

26

Psikologi.or.id/psikologi-umum-pengantar/berpikir-thinking.htm. Diakses pada 13 November 2010.

(48)

34

dapat ditarik kesimpulan dan membuat solusi atas masalah yang ada.27

Berpikir kritis merupakan proses mental untuk menganalisis informasi yang diperoleh. Informasi tersebut didapat melalui pengamatan, pengalaman, komunikasi, atau membaca.28 Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis meliputi berpikir secara reflektif dan produktif serta mengevaluasi bukti.

Di Amerika Serikat “berpikir kritis” sering dianggap sebagai sinonim dari “keterampilan berpikir”. Terdapat kata kunci dalam memahami berpikir kritis dan kaitannya dengan kurikulum dan belajar mengajar.29 Pertama, sifat definisi berpikir kritis dan bagaimana hubungannya dengan apa yang dapat dikategorikan sebagai perspektif psikologi dan filosofis. Kedua, diidentifikasi terdapat beberapa perbedaan dalam posisi filosofis yang berbeda, yang berhubungan dengan sifat berpikir dan kemampuan berpikir yang perlu diuraikan mengingat memberikan implikasi pada

27

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 152

28

Zaleha Izhab Hassoubah, Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis, (Bandung: Nuansa, 2007), 20.

29

Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir (Taksonomi Memberikan Kemudahan dalam Mendukung Cara Berpikir Seperti yang Diilustrasikan Melalui Mengelompokkan Unsur-unsurnya), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 19.

(49)

35

pembelajaran. Ketiga, adalah masalah penilaian dan cara berpikir kritis berkaitan dengan pengajaran dan kurikulum. Berpikir kritis menjelaskan tujuan, memeriksa asumsi, nilai-nilai, pikiran tersembunyi, mengevaluasi bukti, menyelesaikan tindakan, dan menilai kesimpulan.

Kritis, sebagaimana digunakan dalam ungkapan “berpikir kritis”, berkonotasi pentingnya atau sentralitas dari pemikiran yang mengarah pada pertanyaan isu atau masalah yang memprihatinkan. “Kritis” dalam konteks ini tidak berarti penolakan atau negatif. Ada yang positif dan berguna, misalnya merumuskan solusi yang terbaik untuk masalah pribadi yang kompleks, berunding dengan kelompok tentang tindakan apa yang harus diambil, atau menganalisis asumsi dan kualitas metode yang digunakan secara ilmiah dalam menguji suatu hipotesis.30

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah:

a. Nickerson (dalam Seifer dan Hoffnung, 1994) misalnya mendefinisikan berpikir kritis sebagai “reflection or thought about complext issues,often for the purpouse of choosing actions related to those issues.” Refleksi atau pemikiran tentang isu-isu

30

Ibid., 20.

(50)

36

yang kompleks, sering kali difungsikan untuk memilih tindakan yang berkaitan dengan isu-isu tersebut.31

b. Menurut Santrock (1998) berpikir kritis adalah: “critical thinking involves grasping the deeper meaning of problems, keeping an open mind about different approaches and perspectives, not accepting on faith what other people and books tell you, and thinking reflectively rather than accepting the first idea that comes to mind.” Berpikir kritis melibatkan pemahaman yang mendalam akan masalah, pemikiran terbuka terhadap pendekatan dan pandangan-pandangan yang berbeda, tidak menerima begitu saja hal-hal yang disampaikan orang maupun buku, dan berpikir secara reflektif sebelum menerima ide yang muncul dipikiran. Pada bagian lain, Santrock menjelaskan bahwa pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif serta melibatkan evaluasi bukti.32

c. Menurut Dacey dan Kenny, berpikir kritis adalah “the ability to think logically, to apply this logical thinking to the assessment of situations, and to make good judgments and decision.” Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir secara logis, dan

31

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik…, 152.

32

Ibid., 153.

(51)

37

menerapkannya untuk menilai situasi dan membuat keputusan yang baik.33

Berdasarkan pada beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara logis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan atau keputusan yang baik.

Berpikir kritis berarti merefleksikan permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai bergitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber (lisan atau tulisan), serta berpikir secara reflektif ketimbang hanya menerima ide-ide dari luar tanpa adanya pemahaman dan evaluasi yang signifikan.

2. Karakteristik Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan suatu bagian dari kecakapan praktis, yang dapat membantu seorang individu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis ini mempunyai karakteristik tertentu yang dapat dilakukan dan dipahami oleh masing-masing individu. Seifert dan Hoffnung menyebutkan beberapa komponen berpikir kritis, yaitu:

33

Ibid., 154.

(52)

38

a. Basic operation of reasioning. Untuk berpikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menggeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental.

b. Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu problem, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang topik atau kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang topik atau kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang person dan dengan siapa yang memiliki memiliki konflik tersebut.

c. Metacognitive knowledge. Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru, dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut.

(53)

39

mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada disposisi yang persisten dan reflektif ketika berpikir.34

Menurut Dacey dan Kenny, menyebutkan beberapa karateristik yang diperlukan dalam berpikir kritis adalah:

1) Kemampuan untuk menarik kesimpulan.

2) Kemampuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi asumsi. 3) Kemampuan untuk berpikir secara deduktif.

4) Kemampuan untuk membuat interpretasi yang logis. 5) Kemampuan untuk mengevaluasi argumen.35

Sementara menurut Dressel dan Mayhew Morgan, kemampuan berpikir kritis terdiri dari berbagai aspek di antaranya adalah:

1) Kemampuan mengidentifikasi masalah.

2) Kemampuan menyelesaikan informasi untuk pemecahan masalah. 3) Kemampuan mengenali asumsi-asumsi.

4) Kemampuan merumuskan hipotesis. 5) Kemampuan menarik kesimpulan.36 6) Kemampuan mengembangkan ide-ide.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai karakteristik kemampuan berpikir kritis, maka dapat disimpulkan bahwa

34

Ibid., 154-155.

35

Ibid., 155.

36

Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 67-68.

(54)

40

kemampuan berpikir kritis itu terdiri dari: 1) kemampuan mengidentifikasi dan memahami, 2) kemampuan mencari dan menyelesaikan informasi untuk pemecahan masalah, 3) kemampuan untuk menjelaskan (mencari alasan), 4) kemampuan untuk menganalisis dan mengenali asumsi,5) kemampuan untuk menarik kesimpulan, 6) kemampuan mengembangkan ide-ide, dan 7) kemampuan untuk berpikir alternatif.

(55)

41

a. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi yang ada.

b. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang logika.

c. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks. Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian masalah serta komitmen untuk mengubah paradigma egosentris dan perlu sosiosentris kita. Saat kita ini mulai untuk berpikir kritis, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan disini, yaitu:

1) Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah apa yang tepat untuk menjawab dari pertanyaan tersebut.

2) Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa.

3) Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan di atas.

4) Kritis standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan.

(56)

42

6) Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan.

7) Mengevaluasi kembali pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisan (precision), relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan (logis), keluasan sudut pandang (breadth), kedalam berpikir (depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi dan solusi yang dikemukakan (implication).37

3. Tujuan Berpikir Kritis

Tujuan awal berpikir kritis adalah menyingkapkan kebenaran dengan menyerang dan menyingkirkan semua yang salah supaya kebenaran akan terlihat. Hal ini penting untuk mencegah penggunaan bahasa, konsep, dan argumentasi salah yang sembarangan. Akan tetapi, berpikir kritis semata-mata tidak memiliki kekuatan yang generatif maupun konstruktif.38

37

Elok Kristina Dewi dan Oksiana Jatiningsih, Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas X di SMAN 22 Surabaya, Artikel, (Surabaya: UNESA, 2015), Volume 02 Nomor 03, 4.

38

(57)

43

Menurut Sapriya, tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk di dalamnya melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajuka. Pertimbangan-pertimbangan tersebut biasanya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berpikir kritis merupakan perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir kritis akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecakan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.39

C.Tinjauan tentang Mata Pelajaran Fiqih 1. Pengertian Fiqih

Menurut etimologi (bahasa), fiqih adalah (

ﻬﹶﹾﻟﹶﺍ

)

(paham),

seperti pertnyataan: (

ﺱ  ﻟﺍﺖﻬﱠﻘﹶ

) (saya paham pelajaran itu).

Arti ini, antara lain, sesuai dengan arti fiqih dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

39

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (PT Remaja Rosdakarya, 2011), 118.

(58)

44

ﹺﻦ  ﻟﺍﻰﻪﻬﱢﻘﹶ ﺍ ﺧﻪﹺﺑَﷲﺍﹺ ﻦ

Artinya:

“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik di sisi-Nya, niscaya diberikan kepada-Nya pemahaman (yang mendalam) dalam pengetahuan agama.”

Menurut terminologi, fiqih pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa akidah, akhlak, maupun amaliah (ibadah), yakni sama dengan arti syari’ah Islamiyah. Namun, pada perkembangan selanjutnya, fiqih diartikan sebagai bagian dari syariah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terinci.40

Sedangkan menurut Dr. H. Muslim Ibrahim M.A mendefinisikan, fiqih adalah suatu ilmu yang mengkaji hukum syara’ yaitu firman Allah yang berkaitan dengan aktifitas muallaf berupa tuntunan seperti wajib, haram sunnah, dan makruh atau pilihan yaitu mubah ataupun ketetapan sebab, syarat dan mani’ yang kesemuannya digalih dari dalil-dalilnya yaitu al-Qur’an dan

as-40

(59)

45

Sunnah melalui dalil-dalil yang terinci seperti ijma’, qiyas, dan lain-lain.41

Fiqih merupakan sistem atau seperangkat aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT. (Hablum-Minallah), sesama manusia (Hablum-Minan-Nas), dan dengan makhluk lainnya (Hablum-Ma’alghairi).

Selain itu, fiqih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai ketentuan hukum dalam Islam serta kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan sehari-hari.42

Dengan demikian, jelas bahwa fiqih adalah ilmu yang membahas ajaran Islam dalam aspek hukum atau syari’at. Oleh sebab itu, selain disebut dengan fiqih juga sering dupergunakan istilah “Syari’at” atau “tasyri” walaupun dalam arti luas. Kedua kata tersebut berarti ajaran Islam secara menyeluruh.

2. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih

Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantar peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasik an dalam kehidupan sehingga

41

Muhammad Azhar, Fiqih Kontemporer dalam Pandangan Neomodernisme Islam, (Yogyakarta: Lesiska, 1996), 4.

42

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2014, Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada Madrasah, 37-38.

(60)

46

menjalankan muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna).

Pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

a. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang di atur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fiqih muamalah.

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan Ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi manusia sosial.

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih

(61)

47

a. Aspek fiqih ibadah meliputi: ketentuan dan tatacara taharah, salat fardu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, adzan dan iqamah, berzikir dan berdo’a setelah salat, puasa, zakat, haji, dan umrah, kurban dan aqiqah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.

b. Aspek fiqih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan agunan serta upah.43

D.Tinjauan tentang Implementasi Model Pembelajaran Questioning

Type Open Ended Problems dalam Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih.

Sumber daya berkualitas adalah kunci utama kemajuan suatu bangsa. Hal ini menuntut manusia untuk meningkatkan kualitas berpikirnya dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari diberbagai bidang kehidupan. Manusia memiliki potensi untuk berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh setiap orang. Melalui berpikir kritis ini, setiap orang dapat meningkatkan kemampuan bernalar dalam menghadapi permasalahan sehari-hari. Kemampuan berpikir kritis ini hendaknya

43

Ibid., 46-48.

(62)

48

diterapkan dalam dunia pendidikan agar siswa dapat meningkatkan kemampuan bernalar dalam menyelesaikan masalah.44

Salah satu cara untuk mengajarkan kemampuan berpikir kritis peserta didik adalah dengan menghadapkannya pada suatu permasalahan. Masalah atau pertanyaan open ended merupakan salah satu jenis masalah yang dapat mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis. Melalui pembelajaran questioning type open ended problems kemampuan berpikir mereka dapat terangsang sehingga mereka akan mendapatkan pengalaman dalam menemukan jawaban dari suatu masalah.45

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas model pembelajaran questioning type open ended prolems adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu permasalahan, yangmana siswa dituntut untuk menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin lebih dari satu jawaban yang benar sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menentukan sesuatu. Melalui pemecahan masalah siswa belajar keterampilan-keterampilan melalui penyelidikan dan berfikir sehingga sampai pada suatu jawaban tersebut. Aktivitas dan proses berpikir akan terjadi apabila seseorang

44

Sri Lestari dan Pradnyo Wijayanti, “Proses Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Open Ended Ditinjau dari Kemampuan Matematika Siswa dan Perbedaan Jenis Kelamin pada Materi Kubus dan Balok,” Jurnal Matematika, (Surabaya: UNESA FMIPA, 2013), 1.

45

Ibid. 1.

(63)

49

dihadapkan dengan situasi atau masalah yang mendesak dan menantang serta dapat memicunya untuk berpikir agar diperoleh kejelasan dan solusi atau jawaban terhadap masalah yang dimunculkan dalam situasi yang dihadapinya.46

Efektivitas proses pembelajaran berkaitan erat dengan prinsip pembelajaran student centered learning dan self regulated learning, bahwa dalam kegiatan belajar siswa harus menjadi individu-individu yang aktif dalam membentuk pengetahuan, dapat menentukan sendiri proses belajarnya, memilih pengalaman belajar serta pengetahuan utama yang ingin dicapainya. Selain itu, terdapat pandangan bahwa pembelajaran dikatakan lebih efektif apabila mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Salah satu hal yang harus dikedepankan dalam menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan adalah menyertakan partisipasi siswa di dalam kelas.47

Mata pelajaran fiqih dalam kurikulum MTs adalah salah satu bagian mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk menyiapakan peserta didik mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum

46

Ibid. 123-124.

47

Taufiq, “Classroom Thinking dengan Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA di Kabupaten Pidie”, Jurnal Sains Vol. 1, No. 1, Juni 2013, (Malang: Uniga, 2013), 1.

(64)

50

Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidup melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Mata pelajaran fiqih tidak hanya berisikan pengetahuan dan pemahaman yang harus dihafal.

Dalam pembelajaran fiqih khususnya pada aspek muamalah penting sekali seorang guru memberikan contoh dan permasalahan yang sering dijumpai dalam lingkungan sekitar dan kehidupan sehari-hari. Namun, fakta di lapangan masih seringkali ditemukan mengenai pembelajaran fiqih yangmana pelaksanaannya masih sebatas penyampaian pengetahuan. Hal itu dapat dilihat dari metode pembelajaran yang digunakan yang masih cenderung menggunakan metode ceramah. Sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangakan kemampuan berpikirnya.

(65)

51

Model pembelajaran dengan pemberian soal terbuka ini cocok diterapkan pada aspek muamalah khususnya pada materi ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan agunan serta upah. Karena pada materi tersebut dapat memunculkan jawaban yang berbeda-beda dan siswa dapat memperoleh jawaban tersebut berdasarkan pengalaman sekitar.

Melalui pemberian soal terbuka siswa diberi kebebasan penuh dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman menemukan, mengenali dan memecahkan masalah dengan beberapa penyelesiaan bahkan lebih dari satu jawaban. Salah satu langkah dalam pembelajaran ini adalah melalui diskusi kelompok untuk meyelesaikan soal terbuka. Diskusi kelompok ini akan melatih siswa dalam berinteraksi dengan siswa lainnya. Selain itu dengan berinteraksi, siswa akan melihat dan menilai bagaimana pendapat yang ditemukan oleh siswa lain dalam kelompoknya sehingga memacu siswa untuk berfikir tingkat tinggi.

(66)

52

(67)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai profil obyek penelitian sebelum peneliti menjelaskan metode penelitian, karena populasi dan sampel yang digunakan peneliti diperoleh dari profil obyek penelitian ini. Untuk lebih jelasnya peneliti akan memaparkan sebagai beriku:

A. Profil Obyek Penelitian

Madrasah Tsanawiyah NU Sidoarjo sesungguhnya merupakan kelanjutan dari Madrasah Mu’allimah dan Mu’allimin Nahdlatul Ulama yang berdiri pada 1978. Keberadaan madrasah ini terus berupaya dalam berbagai peningkatannya baik segi kualitas maupun kuantitas sehingga madrasah ini mampu bertahan hingga sekarang. Persaingan yang semakin ketat di antara Madrasah Tsanawiyah NU dengan sekolah-sekolah lain terutama dengan sekolah-sekolah terdekat adalah sebuah fakta dan tantangan tersendiri bagi MTs NU ke depan.

Gambar

Tabel Keadaan Siswa
Tabel Prestasi Madrasah di Tahun 2015 dan 2016
 TABEL 4.1
 TABEL 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan pengeluaran konsumsi yaitu pengeluaran rutin negara dalam hal ini belanja pegawai yang mencakup gaji dan pensiun, tunjangan serta belanja barang-barang

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja keuangan pada bank syariah yang terdaftar di

Tradisi penghargaan terhadap padi sebagai bagian dari religi inilah yang diangkat oleh "Komunitas Padi" untuk ditampilkan dalam kegiatan pameran Jak Art

attention to grammatical form for successful language learning. Savignon

yang berbeda, lebih memilih gaya layanan yang tidak formal yang mungkin terikat dengan budaya yang berimplikasi pada pemilihan metode pelatihan dan strategi TQM yang

• It is possible to decrease the drug dose and retain the usual dosage interval,or • Retain the usual dose and increase the1. dosage

Perkembangan skala usaha perbankan syariah di Indonesia, diukur dari pertumbuhan aset, Dana pihak Ketiga, Jaringan Kantor Perbankan Syariah dan Jaringan Kantor Perbankan

Badan Amil Zakat Nasional Sumatera Utara (BAZNAS SU) sebagai lembaga pengelola zakat resmi milik pemerintah memiliki peran tidak hanya mengelola dan menyalurkan zakat, tetapi