• Tidak ada hasil yang ditemukan

lapkir kajian sapi potong 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "lapkir kajian sapi potong 2016"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHI R

KAJI AN SI STEM USAHA TERNAK SAPI

POTONG BERBASI S PRODUK SAMPI NG

I NDUSTRI KELAPA SAWI T

ZUL EFENDI

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN

2016

(2)

i

LAPORAN AKHI R

KAJI AN SI STEM USAHA TERNAK SAPI

POTONG BERBASI S PRODUK SAMPI NG

I NDUSTRI KELAPA SAWI T

Zul Efendi

Dedi Sugandi

Wahyuni Amelia Wulandari

Sisw ani Dw i Daliani

Afrizon

Johan Syafri

Sanusi Musa

David Ari Juniansyah

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun 2016 Kegiatan Kajian Sistem Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Produk Samping I ndustri Kelapa Sawit dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2016.

Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpatisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian.

Bengkulu, Desember 2016 Penggungjawab Kegiatan,

Zul Efendi, S.Pt

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

1 Judul RPTP/ RDHP/ RKTM : Kajian Sistem Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Produk Samping I ndustri Kelapa sawit.

2 Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3 Alamat Unit Kerja : Jl. I rian KM 6,5 Bengkulu 38119

4 Sumber Dana : DI PA Tahun 2016

5 Status Penelitian (L/ B) : Baru

6 Penanggung Jawab

a. Nama : Zul Efendi, S.Pt

b. Pangkat/ Golongan : Penata Muda TK I / I I I b

c. Jabatan : Peneliti Pertama

7 Lokasi : Kabupaten Seluma (Provinsi

Bengkulu)

8 Agroekosistem : Lahan Kering

9 Tahun di mulai : 2016

10 Tahun Selesai : 2017

11 Output Tahunan : 1. Karakteristik usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu.

2. Analisa usaha tani ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu.

3. Data potensi produk samping industri kelapa sawit sebagai pakan sapi potong.

4. Paket teknologi pakan berbasis produk samping industri kelapa sawit.

12 Output Akhir 1. Model usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit.

(5)

3. Penguatan peran kelompok dan kelembagaan pendukung usaha ternak sapi potong.

13 Biaya : Rp. 96.000.000,- (Sembilan Puluh Enam Juta Rupiah)

Koordinator Program,

Dr. Shannora Yuliasari, S.TP, MP NI P. 19740731 200312 2 001

Penanggung Jawab Kegiatan,

Zul Efendi, S.Pt

NI P.19690227 200701 1001

Mengetahui,

Kepala BBP2TP,

Dr. I r. Harris Syahbuddin, DEA NI P. 19680415 199203 1 001

Kepala BPTP Bengkulu,

(6)

DAFTAR I SI

4.1 Karakteristik Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Produk Samping I ndustri Kelapa sawit ... 12

4.2. Analisis Usaha Ternak sapi Potong Berbasis Produk samping I ndustri Kelapa Sawit ... 16

4.3. Potensi Produk Samping I ndustri Kelapa Sawit Sebagai Pakan Sapi Potong... 18

4.4. Demplot Penggemukan Sapi Bali Berbasis produk Samping I ndustri Kelapa Sawit ... 22

V. KESI MPULAN ... 26

REALI SASI ANGGARAN ... 35

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perlakuan Pakan Berbahan Produk Samping I ndustri Kelapa Sawit ... 10

2. Komposisi Bahan Baku yang Digunakan pada masing-masing Perlakuan 11 3. Umur Peternak Kooperator ... 12

4. Tingkat pendidikan... 13

5. Pengalaman Beternak ... 13

6. Tingkat Kepemilikan Ternak sapi Potong ... 14

7. Sistem Pemeliharaan dan Perlkawinan Ternak sapi Potong ... 15

8. Analisis Usahatani Sistem Penggemukan dan Pembibitan ... 17

9. Karakteristik Petani Kelapa swait di Desa Sumber Arum ... 18

10. Kandungan Nutrisi Daun Tanpa Lidi dan Pelepah Kelapa sawit ... 20

11. Luasan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat dan Produksi Limbahnya Di Kabupaten Seluma ... 21

12. Luasan Perkebunan Kelapa Sawit Swasta dan Produksi Limbahnya Di Kabupaten Seluma ... 21

13. Hasil Limbah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Berupa Solid di Kabupaten Seluma... 22

14. Hasil Analisis Laboratorium Pelepah/ daun Kelapa sawit Fermentasi ... 23

15. Hasil Analisis Laboratorium Solid Fermentasi ... 24

(8)

DAFTAR LAMPI RAN

Halaman

1. Pelepah dan Daun Kelapa sawit yang Belum diolah ... 37

2. Pengolahan Pelepah/ daun Kelapa Sawit dengan Mesin Sreedher ... 37

3. Fermentasi Pelepah/ daun Kelapa Sawit di Kelompok Tani Tunas Harapan 38 4. Proses Pemasukan Bahan Fermentasi Pelepah/ Daun Kelapa Sawit 5. Kedalam Wadah Penyimpanan... 38

6. Proses Penyimpanan Fermentasi Pelepah/ daun Kelapa Sawit ... 39

7. Persiapan Bahan Fermentasi Solid Decanter ... 39

8. Pembuatan Larutan Urea, Garam dan Bioaktivator ... 40

9. Pengadukan Solid dan kapur dengan bahan larutan Urea, Garam dan Bioaktivator ... 40

10. Solid Sudah Selasai Diolah dan Selanjutnya Siap Disimpan ... 41

(9)

RI NGKASAN

1 Judul : Kajian Sistem Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Produk Samping I ndustri Kelapa Sawit

2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

3 Tujuan : 1. Mengidentifikasi usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu.

2. Menganalisis usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu

3. Mengidentifikasi potensi produk samping industri kelapa sawit sebagai pakan sapi potong

4. Mengkaji paket teknologi pakan berbasis produk samping industri kelapa sawit.

4 Keluaran : 1. Karakteristik usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu.

2. Analisa usaha tani ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu.

3. Data potensi produk samping industri kelapa sawit sebagai pakan sapi potong.

4. Paket teknologi pakan berbasis produk samping industri kelapa sawit.

(10)

6 Capaian : 1. I dentifikasi usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit

2. I dentifikasi produk samping industri kelapa sawit sebagai bahan pakan ternak sapi potong

3. Pembuatan pakan ternak berbasis produk samping industri kelapa sawit (solid dan pelepah kelapa sawit.

4. Data bobot badan ternak sapi potong yang diuji coba pakan berbahan produk samping industri kelapa sawit.

7 Manfaat : 1. Tersedianya informasi yang akurat mengenai potensi produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu.

2. Peternak dapat mengetahui cara yang efektif dalam memanfaatkan produk samping industri kelapa sawit untuk pakan ternak sapi.

3. Terbentuknya model usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit. 4. Meningkatnya produksi, mutu produk dan

pendapatan peternak sapi potong di kawasan industri kelapa sawit.

5. Tersedianya teknologi pembuatan pakan berbasis produk samping industri kelapa sawit.

6. Terjalinnya kerjasama pelaku industri kelapa sawit dengan peternak sehingga dalam memanfaatkan produk samping industri kelapa sawit untuk pakan ternak sapi dapat dilakukan secara optimal.

8 Dampak : 1. Meningkatnya pemanfaatan produk samping industri kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi potong.

2. Meningkatnya efisiensi pemeliharaan ternak sapi dengan dukungan ketersediaan pakan yang cukup.

3. Meningkatnya mutu produk ternak dan populasi sapi potong.

4. Meningkatnya pendapatan peternak.

5. Peningkatan mutu produk dan populasi ternak yang dapat dipelihara peternak dapat mendukung swasembada daging sapi di Provinsi Bengkulu.

9 Jangka waktu : Januari – Desember 2016

(11)

SUMMARY

1 Title : Assessment of Business Systems Based Beef Cattle Side Products Palm Oil I ndustry

2 Work Unit : Assessment I nstitute for Agricultural Technology (BPTP) Bengkulu.

3 Objective :

1.

I dentify the business characteristics of cattle-based byproducts of the oil palm industry in the province of Bengkulu.

2.

Analyzing the business of cattle-based byproducts of oil palm industry in Bengkulu

3.

I dentify potential byproducts of the palm oil

industry as feed for beef cattle

4.

Reviewing the technology packages based feed byproducts of the oil palm industry.

4 Output : 1. Karakteristik usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu.

2. Analisa usaha tani ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu.

3. Data potensi produk samping industri kelapa sawit sebagai pakan sapi potong.

4. Paket teknologi pakan berbasis produk samping industri kelapa sawit.

5 Methodology : Cattle Assessment System Based Products Side Cut Oil Palm I ndustry in Bengkulu is a socio-economic assessment and on-farm research will be conducted in Seluma of the month from January to December 2016. The sampling method is purposive sampling of cattle farmers who have a garden of palm oil , As for the on-farm activities carried out by the design used was a randomized block design with 4 treatments and 5 groups as replication. Cows used are Bali cattle aged 1,5-2 months as many as 20 birds. The captured date includes: (1) Date business characteristics of cattle (2) Date byproducts of palm oil industry as feed for beef cattle, (3) Data utilization of industrial byproducts of palm farmers beef cattle, (4) Productivity beef and (5) analysis of beef cattle business.

6 Achievement : 1. I dentification of the business of cattle-based byproducts of palm oil industry

2. I dentification of industrial byproducts of palm oil as feed material cattle.

(12)

4. Weighing initial body weight of cattle to be tested feed made from byproducts of the oil palm industry.

7 Benefit :

1.

The availability of accurate information on the potential byproducts of oil palm industry in the province of Bengkulu.

2.

Farmers can find effective ways to utilize palm oil industrial byproducts for cattle feed.

3.

The establishment of business models based beef cattle byproducts of the oil palm industry.

4.

I ncreased production, product quality and farmer

incomes of beef cattle in the palm oil industry.

5.

The availability of technology-based feed

manufacturing byproducts of the oil palm industry.

6. Establishment of cooperation with the palm oil industry players so that farmers in the use of palm oil industrial byproducts for cattle feed can be performed optimally.

8 I mpact :

1.

I ncreased utilization of industrial byproducts of palm oil as feed for cattle.

2.

I ncreased maintenance efficiency of cattle to support the availability of adequate food.

3.

I ncreased product quality cattle and beef cattle population.

4.

I ncreased farmer incomes.

5.

I mproved quality products and livestock populations can be maintained breeders can support self-sufficiency of beef in the province of Bengkulu.

9 Period : January-December 2016

(13)

I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 2012 Provinsi Bengkulu memproduksi 270.113 ton minyak sawit dengan luas perkebunan kelapa sawit adalah 90.859 ha berasal dari perkebunan rakyat (BPS Bengkulu, 2014). Luas tanaman kelapa sawit diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya permintaan akan produk utama yang dihasilkan. Konsekuensi logis makin meningkatnya luas tanaman perkebunan adalah makin meningkatnya jumlah produk samping kebun kelapa sawit dan ikutan pengolahan yang sedikit banyaknya akan menimbulkan problem baru dan perlu diantisipasi. Kahadiran ternak dengan pengelolaan yang benar diyakini memberikan nilai tambah, baik secara langsung maupun tidak langsung dan memberikan dampak yang sangat besar artinya dalam mempertahankan tektur tanah serta menjaga kelestarian lingkungan.

Produk samping industri kebun kelapa sawit sangat potensial sebagai pakan ternak sapi, namun belum dimafaatkan secara optimal. Potensi pakan ternak yang dihasilkan dalam setahun dari biomasa kebun sawit di Pulau Sumatera seluas 6,05 juta ha dan Kalimantan 3,2 juta ha dan I ndonesia mencapai 10 juta ha. Pulau Sumatera dan Kalimantan dapat menghasilkan pelepah dan daun kelapa sawit setiap tahun sebanyak 54,60 juta ton yang dapat digunakan sebagai pakan bagi ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba). Jika potensi pakan di perkebunan sawit tersebut 60% digunakan untuk ternak sapi, sedangkan kebutuhan pakan setiap satuan ternak sapi dewasa (250 kg/ ekor), maka kebutuhan pakan sapi per ST adalah 7,5 kg BK/ hari atau 2,7 ton BK/ tahun, sehingga diperkirakan pakan yang dihasilkan dari kebun sawit tersebut cukup digunakan bagi 12,13 juta ST sapi. Pelepah dan daun kelapa sawit tersebut dapat berfungsi sebagai pakan pengganti rumput.

(14)

Selain jumlah biomassa, hal lain yang penting adalah kandungan nutrisi biomassa dari pelepah, daun, bungkil inti sawit dan solid. Pelepah dan daun kelapa sawit merupakan bahan pakan sumber serat kasar (SK), masing-masing memiliki kandungan SK 50,0% dan 21,5% sehingga dapat menggantikan atau mengurangi pemakaian rumput dalam pakan sapi potong (Wulandari & Gunawan, 2009). Kadar lignin pada kulit pelepah dan daun sawit cukup tinggi yaitu sekitar 17,4% dan 27,6% (Jalaludin et,al 1991), sehingga sebelum diberikan pada ternak perlu dicacah untuk meningkatkan konsumsi dan palatabilitas. Solid adalah hasil samping industri pengolahan minyak mentah kelapa sawit yang konsistensinya lunak, berwarna coklat kegelapan, dalam kondisi udara terbuka mudah menjadi tengik dan tumbuh jamur. Jamur akan tumbuh dalam dua hingga tiga hari bila solid dibiarkan dalam udara terbuka, namun jamur ini tumbuh hanya dibagian permukaan luar dan tidak beracun. Solid ini bisa menjadi alternatif pakan tambahan bagi ternak sapi yang murah, mengingat solid tersebut diproduksi secara melimpah, berkesinambungan, dapat digunakan bagi sapi, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia dan harga murah. Solid memiliki kandungan PK 12-14% dan dapat ditingkatkan menjadi 24,5% melalui teknologi fermentasi kapang Aspergillus niger (Sinurat, 2003). Solid dalam bentuk segar sebanyak 10 kg/ ekor/ hari dapat diberikan sebagai pakan sapi peranakan ongol (PO) dewasa, tanpa menimbulkan gangguan kesehatan pada sapi (Utomo & Widjaja, 2004).

Populasi ternak sapi di Provinsi Bengkulu mencapai 106.015 ekor pada tahun 2013 (BPS Bengkulu, 2014). Pengembangan sapi di Provinsi Bengkulu mempunyai peluang yang cukup besar di lokasi sentra kelapa sawit. Dukungan sumber pakan yang melimpah dari hasil samping industri kelapa sawit dapat memperbesar populasi sapi yang dapat dipelihara peternak baik yang dilakukan oleh perorangan, kelompok maupun sekelas perusahaan. Pengembangan peternakan perlu mempertimbangkan ketersediaan sumber pakan lokal yang murah, tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia, mudah didapat, dan tersedia secara kontinu. Sumber daya pakan tersebut dapat dipenuhi dari industri kelapa sawit, yaitu dari hasil samping perkebunan dan pabrik kelapa sawit.

(15)

solid, bungkil inti sawit perlu dicampur dengan bahan-bahan pakan lainnya sebelum dijadikan pakan lengkap sapi potong karena memiliki berbagai keterbatasan. Pelepah dan daun kelapa sawit segar dapat digunakan sebagai pakan ternak pengganti rumput sebanyak 30% dalam ransum sapi potong (Mathius et al. 2004), namun dapat ditingkatkan sampai 50% jika digunakan dalam bentuk silase (Wan Zahari et al. 2003) dan dalam bentuk pelepah sawit tanpa kulit dapat digunakan sampai 55% (Azmi & Gunawan 2005).

Widjaja et al, (2005) menyatakan bahwa pemberian solid dalam jumlah cukup (ad libitum) memberikan pertambahan bobot hidup sapi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian secara terbatas, dari hasil pengamatan tidak memberikan efek yang negatif, selain itu pemberian solid dapat mengurangi pemberian jumlah rumput/ HMT (Hijauan Makanan Ternak) sebesar 25% dari rata-rata 20 kg/ ekor/ hari menjadi 15 kg/ ekor/ hari sedangkan jumlah kotoran yang di produksi berkurang sebesar 37% dari rata-rata 8 kg/ ekor/ hari menjadi 5 kg/ ekor/ hari.

Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit untuk pakan ternak sapi diperlukan inovasi teknologi. Teknologi fermentasi sering digunakan dengan tujuan meningkatkan nilai nutrien pakan yang dihasilkan. Pelepah dan daun sawit dipotong pendek-pendek kemudian dibuat silase, sedangkan solid difermentasi selama 21 hari.

1.2. Tujuan

1. Mengidentifikasi usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu.

2. Menganalisis usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu

3. Mengidentifikasi potensi produk samping industri kelapa sawit sebagai pakan sapi potong

(16)

1.3. Keluaran

1. Karakteristik usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu.

2. Analisa usaha tani ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu.

3. Potensi produk samping industri kelapa sawit sebagai pakan sapi potong.

(17)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

Sapi potong sebagai ternak ruminansia, kebutuhan dasarnya yang utama adalah pakan sumber serat, yang umumnya berasal dari pakan hijauan alam. Sapi memiliki kemampuan untuk mengolah bahan pakan yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia menjadi produk sumber pangan dan sandang seperti daging dan kulit (Mathius, 2009).

Ketersediaan sumber pakan ternak semakin berkurang akibat lahan terbuka digunakan untuk perumahan dan kecendrungan dari petani untuk menanam lahan dengan tanaman pertanian yang dapat bermanfaat langsung untuk kebutuhan manusia. Maka pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif adalah salah satu solusi untuk menanggulagi kekurangan pakan ternak ruminansia. Dengan diversifikasi pemanfaatan produk samping (by-product) yang sering dianggap sebagai limbah (waste) dari limbah pertanian dan perkebunan menjadi pakan dapat mendorong perkembangan agribisnis ternak ruminansia secara integratif dalam suatu sistem produksi terpadu dengan pola pertanian dan perkebunan melalui daur ulang biomas yang ramah lingkungan atau dikenal “zero waste production system” (Wahyono, dkk, 2003).

Salah satu produk samping tanaman perkebunan yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah limbah perkebunan kelapa sawit. Tanaman perkebunan ini mempunyai potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, baik unggas maupun ruminansia berupa daun, pelepah, tandan kosong, cangkang, serabut buah, batang, lumpur sawit, dan bungkil kelapa sawit. Limbah ini mengandung bahan kering, protein kasar dan serat kasar yang nilai nutrisinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pakan ternak ruminansia (Mathius, dkk, 2003).

Perkembangan kelapa sawit yang pesat di I ndonesia didukung oleh kondisi tanah dan iklim yang memang sesuai untuk tanaman kelapa sawit yang merupakan salah satu keuntungan komparatif I ndonesia dalam mengembangkan perkembangan dan industri minyak kelapa sawit (Elizabeth dan Ginting, 2003).

(18)

rataan berat pelepah per buah mencapai 7 kg. Jumlah ini setara dengan 20 ribu kg (22 x 130 pohon x 7 kg) pelepah segar yang dihasilkan dalam satu tahun untuk setiap satu hektar kebun kelapa sawit. Jumlah ini diperoleh dengan asumsi bahwa semua bagian pelepah dapat dimanfaatkan dan total bahan kering yang dihasilkan dalam setahun 5.214 kg. Dengan asumsi bahwa luas perkebunan kelapa sawit yang telah berproduksi 5 juta ha (Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007), maka jumlah bahan kering pelepah yang tersedia untuk dimanfaatkan sebagai sumber pakan serat/ hijauan adalah sejumlah 26,4 juta ton. Komposisi nutrisi pelepah sawit berdasarkan hasil analisis laboratorium I lmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan FP USU (2005), adalah berupa; Protein Kasar (PK) 6,5% , Lemak Kasar (LK) 4,47% , Serat Kasar (SK) 32,55% , Bahan Kering (BK) 93,4% , TDN 56% . Tingkat kecernaan bahan kering pelepah dan daun kelapa sawit pada sapi mencapai 45% (Sianipar, 2009). Selanjutnya bila produk limbah kelapa sawit dimanfaatkan untuk ternak dapat menyebabkan kekurangan nutrien sehingga menurunkan produktivitas sehingga sebelum dimanfaatkan terlebih dahulu dilakukan perlakuan untuk meningkatkan kualitas dan daya cernanya (I ndraningsih et al., 2006). Dilihat dari kandungan serat kasar, maka pelepah daun sawit dapat dijadikan sebagai sumber pengganti serat kasar. Pelepah daun sawit dapat menggantikan rumput sampai 80 persen tanpa mengurangi laju pertumbuhan bobot badan sapi yang sedang tumbuh. Pelepah dapat diberikan dalam bentuk segar atau diproses terlebih dahulu menjadi silase.

Produk utama proses ekstraksi buah kelapa sawit (crude palm oli/ CPO), sementara hasil ikutan yang diperoleh berupa tandan kosong, serat perasan, sapi dan sawit (solid), dan sapi dan sawit kering (solid heavy phase) berwarna kecoklatan yang dihasilkan dari cairan limbah sawit dengan menggunakan filter membran keramik dengan maksud meminimalkan polusi limbah cair dari industri kelapa sawit yang mencemari lingkungan (Sinurat et al., 2008). Liwang (2003) melaporkan bahwa produksi minyak sawit yang dihasilkan adalah 4 ton per tahun. Jumlah tersebut diperoleh dari + 16 ton tandan buah segar (TBS) (Jalaluddin et al., 1991). Dari setiap 1.000 TBS diperoleh hasil ikutan sejumlah 230 kg tandan kosong, 294 kg lumpur sawit dan 180 kg serat perasan. Jumlah produk samping tanaman dan hasil ikutan olahan kelapa sawit tersedia dalam jumlah yang banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal (Mohammad et al.,

(19)
(20)

I I I . METODOLOGI

3.1. Lokasi dan w aktu

Kegiatan Kajian Sistem Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Produk Samping I ndustri Kelapa Sawit dilaksanakan di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Kegiatan tahun pertama dilaksanakan pada bulan Januari–Desember 2016. Pemilihan lokasi didasarkan pada beberapa kriteria yaitu: (1). merupakan daerah perkebunan kelapa sawit rakyat, (2). sentra peternakan sapi potong (3) lokasi strategis, pinggir jalan, mudah dijangkau (4). peternak kooperatif dan bersedia bekerja sama secara partisipatif.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan kajian sistem usaha ternak sapi potong berbasis industri kelapa sawit adalah kandang ternak yang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum, gudang tempat penyimpanan pakan, timbangan gantung, timbangan duduk, timbangan digital/ pita ukur untuk menimbang bobot badan ternak, mesin sreedher (mesin pencacah), parang, cangkul, sekop, dan lain-lain.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah sapi Bali jantan berumur + 1,5 - 2 tahun sebanyak 20 ekor, rumput lapangan 32 ton, daun dan pelepah kelapa sawit sebanyak 20 ton, solid fermentasi sebanyak 8 ton, bio aktivator sebanyak 20 liter, urea 50 kg, mollases 100 liter, obat -obatan sebanyak 1 paket, bahan bakar minyak sebanyak 100 liter, plastik, dan terpal secukupnya.

3.3. Ruang Lingkup Kegiatan

(21)

3.4. Rancangan Pengkajian.

Pengkajian ini akan dilaksanakan dengan metode survei dan percobaan dilapangan (on farm research).

1. I dentifikasi Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Produk samping I ndustri Kelapa Saw it dan Analisis Usaha Taninya.

a. Kegiatan ini dilaksanakan melalui metode survei. Metode penentuan sampel adalah dengan purposive sampling dengan mempertimbangkan

populasi yaitu petani/peternak yang memiliki ternak dan kebun kelapa

sawit. Survei dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik usaha

peternakan sapi potong yang meliputi peternak sapi potong, jenis ternak

sapi potong, jumlah sapi potong, sistem pemeliharaan, sistem

pemeliharaan, pemberian pakan dan air minum, reproduksi,

penanggulangan penyakit, input dan output usahatani.

b. Jenis data yang digunakan dalam pengkajian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui informasi yang dihimpun dari

responden menggunakan instrumen daftar pertanyaan yang disusun

secara terstruktur (kuesioner).

c. Data sekunder diperoleh melalui metode desk study yakni dari Badan

Pusat Statistik, Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan, dan peternak sapi

potong..

d. Analisis data: data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif, sedangkan untuk mengetahui efisiensi usahatani sapi potong dilakukan analisis rasio R/ C atas total. Kriteria efisiensi usahatani jika rasio R/ C lebih besar atau sama dengan satu. Rasio R/ C dama dengan sat berarti usahatani yang dilakukan hanya mampu membayar biaya yang dikeluarkan, keuntungan yang diperoleh berada pada batas normal. Rasio R/ C lebih besar dari satu berarti penerimaan uahatani lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

2. I dentifikasi Potensi Produk Samping I ndustri Kelapa Saw it Sebagai Pakan Sapi Potong.

a. Kegiatan ini dilaksanakan melalui metode survei. Metode penentuan sampel adalah dengan purposive sampling dengan mempertimbangkan

luasan kebun kelapa sawit. Survei dilakukan untuk mengidentifikasi.

(22)

potong dikumpulkan data sebagai berikut luas pertanaman kelapa sawit, umur, produksi, harga, pemasaran, kendala yang dihadapi, produksi limbah berupa solid, bungkil inti sawit (BI S), daun dan pelepah kelapa sawit, pemanfaatannya untuk ternak sapi, dll.

b. Jenis data yang digunakan dalam pengkajian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui informasi yang dihimpun dari

responden menggunakan instrumen daftar pertanyaan yang disusun

secara terstruktur (kuesioner).

c. Data sekunder diperoleh melalui metode desk study yakni dari Badan

Pusat Statistik, Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan, pabrik

pengolahan kelapa sawit dan perkebunan rakyat.

d. Analisis data: data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif,

3. Demplot Uji Coba Pakan berbasis Produk Samping I ndustri Kelapa Saw it Sebagai pakan Penggemukan Sapi Potong

a. Kegiatan dilaksanakan adalah melakukan pengolahan terhadap produk samping industri kelapa sawit berupa solid dan daun/ pelepah dengan tujuan untuk meningkatkan daya simpan dan kualitas/ nilai gizinya dan selanjutnya akan dijadikan pakan sapi.

b. Rancangan yang digunakan untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan pakan pada 5 kelompok sapi. Ternak sapi yang akan digunakan dalam pengkajian ini adalah sapi Bali jantan sebanyak 20 ekor yang berumur antara + 1,5 - 2 tahun. Ternak sapi di pilih berdasarkan umur dan berat badan untuk selanjutnya di kelompokkan menjadi 5 kelompok sebagai ulangan. Pemberian pakan dilakukan selama 3 bulan yang sebelumnya dilakukan masa prelim selama 1 minggu.

(23)

Tabel 1. Perlakuan Pakan berbahan Produk Samping I ndustri Kelapa Sawit

Perlakuan

Kelompok/ ulangan

V1 V2 V3 V4 V5

P1 P1V1 P1V2 P1V3 P1V4 P1V5

P2 P2V1 P2V2 P2V3 P2V4 P2V5

P3 P3V1 P3V2 P3V3 P3V4 P3V5

P4 P4V1 P4V2 P4V3 P4V4 P4V5

Keterangan:

P1 = perlakuan pertama V1 = kelompok pertama P2 = perlakuan kedua V2 = kelompok kedua P3 = perlakuan ketiga V3 = kelompok ketiga P4 = perlakuan keempat V4 = kelompok keempat

V5 = kelompok kelima

d. Susunan perlakuan pemberian pakan sapi Bali yang akan dilakukan dalam pada pengkajian ini disajikan pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Komposisi bahan baku yang digunakan pada masing-masing perlakuan.

Jenis bahan P1 P2 P3 P4

Hijauan (kg) 20 18 16 14

Pelepah sawit fermentasi (kg) 0 2 4 6

Solid fermentasi (kg) 5 5 5 5

Dedak (% ) dari BB 1 1 1 1

e. Sebelum diberikan pada ternak sapi, daun/ pelepah kelapa sawit dan solid difermentasi terlebih dahulu guna meningkatkan kualitas dan daya cernanya pada ternak sapi serta memudahkan untuk penyimpanannya.

f. Paremeter yang diukur adalah pertambahan bobot badan harian (PBBH)

(24)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Karateristik Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Produk Samping I ndustri Kelapa Saw it

Hasil identifikasi yang dilakukan terlihat bahwa 34 orang peternak sapi potong di Kabupaten Seluma, 82,2% termasuk dalam usia produktif yaitu antara 25 - 55 tahun. Sedangkan 6 orang (17,8% ) peternak sudah tidak produktif lagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjono, dkk (1990) bahwa umur produktif tenaga kerja antara 25 - 55 tahun, sedangkan menurut pernyataan Soekartawi (1988) bahwa secara praktis pengertian produktif dan bukan produktif hanya dibedakan atas umur, dimana pada umur 20 tahun sampai 65 tahun digolongkan kepada usia produktif. Rata-rata umur peternak sapi potong di Kabupaten Seluma dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Umur Peternak

Umur (tahun) Jumlah Responden

(orang) Persentase (% )

25 – 55 28 82,2

56 – 72 6 17,8

Sumber: diolah dari data primer tahun 2016.

Tenaga kerja yang produktif sangat mempengaruhi keberhasilan dari suatu usahatani karena biasanya tenaga produktif memiliki pola pikir yang dinamis dan kemampuan fisik yang prima dalam mengelola usaha ternaknya, sehingga penerapan teknologi pemeliharaan ternak akan lebih mudah, hal ini sesuai dengan pendapat Chamdi (2003) yang menyebutkan bahwa semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. Pendapat tersebut didukung oleh Mardikanto (2009) yang mengatakan bahwa semakin tua seseorang biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat.

(25)

mengadakan bimbingan teknis maupun pelatihan/ penyuluhan tentang budidaya ternak sapi guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dari peternak dalam hal melakukan usaha ternak peternakan khususnya ternak sapi. Menurut Murwanto (2008), bahwa tingkat pendidikan peternak merupakan indikator kualitas penduduk dan merupakan peubah kunci dalam pengembangan sumberdaya manusia. Pendidikan peternak yang memadai akan mempermudah dalam proses penerimaan inovasi dan teknologi peternakan sapi potong. Selain itu Soekartawi (2008) menambahkan bahwa mereka yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi relatif lebih cepat melaksanakan adopsi inovasi daripada mereka yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan peternak sapi potong di Kabupaten Seluma dapat dolihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan (tahun) Jumlah Responden

(orang) Persentase (% )

SD (6) 28 82,2

SMP (9) 4 11,8

SMA (12) 2 5,8

Sumber: diolah dari data primer tahun 2016.

Tingkat tinggi rendahnya pendidikan petani akan menanamkan sikap yang menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi (I brahim, dkk, 2003). Hal ini sesuai dengan pendapat Gaold dan Saupe dalam Budiharjo, dkk (2011) bahwa umur, pendidikan dan pelatihan sebagai variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam off-farm, pekerjaan usaha tani dan rumah tangga. Pengalaman beternak sapi potong peternak di Kabupaten Seluma dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Pengalaman Beternak

Sumber: diolah dari data primer tahun 2016.

Pengamalan (tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (% )

0 – 5 16 47,1

5 – 10 6 17,8

(26)

Pengalaman seseorang dalam melakoni usahatani memiliki peranan penting dalam terhadap perolehan informasi terutama terhadap inovasi teknologi yang berhubungan erat dengan usahanya. Lamanya pengalaman usaahatani diukur mulai sejak peternak tersebut aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya sampai pengkajian dilaksanakan (Fauzia dan Tampubolon 1991). Pengalaman beternak juga berpengaruh pada skala kepemilikan ternak, sebab semakin lama pengalaman beternak seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang diketahui oleh peternak yang dapat mendorong perkembangan usaha peternakan. Hal ini sesuai dengan Murwanto (2008) yang mengatakan pengalaman beternak sapi potong merupakan peubah yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan peternak dalam meningkatkan pengembangan usaha ternak sapi dan sekaligus upaya peningkatan pendapatan peternak. Pengalaman beternak adalah guru yang baik, dengan pengalaman beternak sapi yang cukup peternak akan lebih cermat dalam berusaha dan dapat memperbaiki kekurangan di masa lalu. Tingkat kepemilikan ternak sapi peternak sapi potong di Kabupaten Seluma dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat kepemilikan ternak sapi peternak sapi potong di Kabupaten Seluma.

Sumber: diolah dari data primer tahun 2016.

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa tingkat kepemilikan ternak sapi potong untuk setiap peternak masih rendah (berkisar antara 1-3 ekor), sehingga masih tergolong kepada usaha sampingan. Menurut pendapat Aziz (1993) dalam Prawira, dkk. (2015) bahwa pada tingkat pemeliharaan < 6 ekor maka dikategorikan sebagai peternakan sapi potong baru bersifat dimiliki, belum diusahakan, biasanya ternak merupakan status sosial, serta pemasaran yang baru dilakukan apabila ada kebutuhan yang sangat mendesak untuk kepentingan yang bersifat sosial, budaya atau keagamaan. Sistem pemeliharaan dan perkawinan ternak sapi potong di Kabupaten Seluma dapat dilihat pada Tabel 7.

Jumlah ternak (ekor) Jumlah Responden (orang) Persentase (% )

1 - 3 20 58,8

4 - 5 10 29,4

6 -10 6 17,6

(27)

Tabel 7. Sistem Pemeliharaan dan Perkawinan ternak sapi peternak sapi Sumber: diolah dari data primer tahun 2016.

Sistem pemeliharaan ternak sapi potong di Kabupaten Seluma bersifat semi intensif sebanyak 47,1% , dimana ternak sapi pada siang hari diangonkan di kebun kelapa sawit atau di padang pengembalaan dan pada malam hari dikandangkan. Sistem ini biasanya dilakukan pada pemeliharaan ternak sapi indukan atau pengembangan. Untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak sapi, peternak biasanya memberikan pakan pada malam hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugeng (1996) menyatakan sistem pemeliharaan semi intensif yaitu pada siang hari ternak dilepas dikebun atau pekarangan yang rumputnya tumbuh subur, kemudian sore harinya ternak dimasukkan dalan kandang dan pada malam harinya ternak sapi diberi minum berupa hijauan/ rumput atau dedaunan. Sedangkan untuk sapi penggemukan, biasanya dilakukan dengan cara mengandangkan ternak sapi baik siang atau malam hari (intensif) sebanyak 52,9% . Pada sistem pemeliharaan dengan sistem intensif ini, ternak sapi diberikan hijauan berupa rumput unggul maupun rumput lapangan sesuai dengan kebutuhan ternak sapi (10% ) dari berat badan dan pakan tambahan berupa solid, dedak, ampas tahu,dan lain-lain.

(28)

4.2. Analisis Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Produk Samping I ndustri Kelapa Saw it.

Pemasaran merupakan titik akhir suatu usahatani yang dilakukan oleh peternak karena pada saat itu peternak akan menerima hasil usaha yang telah dilakukannya selama ini, apakah usahanya akan mendapatkan keuntungan atau sebaliknya. Peternak sapi potong di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma memasarkan ternak sapi dengan dua cara yaitu secara langsung dan dengan perantara (tidak langsung). Dari 34 responden peternak sapi potong di Kecamatan Sukaraja, yang memasarkan ternak sapinya secara langsung sebanyak 47,6% , sedangkan 52,4% memasarkan sapinya lewat perantara. Biasanya peternak menjual ternak sapi pada lebaran I dul Adha, karena pada saat itu harga sapi akan meningkat seiring dengan tingginya permintaan akan ternak sapi sebagai hewan qurban.

(29)

Tabel 8. Analisis usahatani sistem penggemukan dan pembibitan.

Harga jual induk sapi 0,-

48.000.000,-Hasil penjualan sapi 81.000.000,- 36.000.000,-Hasil Penjualan pupuk kandang 2.700.000,- 1.000.000,-Total pemasukan 83.000.000,- 85.000.000,-3 Pendapatan

Keuntungan 18.126.000,-

17.346.000,-R/ C 1,27 1,25

Sumber: diolah dari data primer tahun 2016.

(30)

4.3. Potensi Produk Samping I ndustri Kelapa Saw it Sebagai Pakan Sapi Potong

Dari hasil survei yang dilakukan terhadap petani kooperator diketahui karakteristik petani kelapa sawit seperti disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Karakteristik petani kelapa sawit di Desa Sumber Arum.

No. Uraian Keterangan

Minimum Maksimum Rata-rata

1. Umur petani (tahun) 40 59 48

2. Pendidikan formal (tahun) 6 16 9

3. Pengalaman usahatani Sawit (tahun)

5 14 8,75

4. Luas kebun sawit (ha) 0,25 1,5 0,72

5. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga (orang)

1 2 1,6

Sumber: diolah dari data primer tahun 2016.

(31)

keluarga petani sawit disini berkisar antara 1 – 2 orang atau rata rata 1,6 orang. Untuk tanaman sawit yang telah menghasilkan diperkirakan jumlah tenaga kerja ini belum mencukupi khususnya untuk kegiatan pemeliharaan dan panen, untuk itu pada kegiatan tertentu diperlukan tambahan tenaga kerja dari luar keluarga seperti dalam kegiatan pemupukan dan pengendalian gulma.

Dilihat dari segi potensi di khususnya di daerah kajian di Kabupaten Seluma. Hal ini didukung oleh kesesuaian dan ketersediaan lahan kering yang sangat luas bagi pengembangan tanaman perkebunan kususnya kelapa sawit . Berdasarkan potensi, maka peluang atau prospek pengembangan usahatani kelapa sawit perlu diintegrasikan dengan ternak sapi.

Sistem integrasi tanaman kelapa sawit dengan ternak sapi adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu kegiatan usahatani atau dalam suatu wilayah. Keterkaitan tersebut merupakan suatu faktor pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan petani dan pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan. Sistem integrasi tanaman ternak dalam sistem usaha pertanian di suatu wilayah merupakan ilmu rancang bangun dan rekayasa sumberdaya pertanian yang tuntas. Keuntungan sistem integrasi tanaman – ternak adalah: (1) diversifikasi penggunaan sumberdaya, (2) mengurangi resiko usaha, (3) efisiensi penggunaan tenaga kerja, (4) efisiensi penggunaan input produksi, (5) mengurangi ketergantungan energi kimia, (6) ramah lingkungan, (7) meningkatkan produksi, dan (8) pendapatan rumah tangga petani yang berkelanjutan. Sistem integrasi tanaman – ternak memadukan sistem usahatani tanaman dengan sistem usahatani ternak secara sinergis sehingga terbentuk suatu sistem yang efektif, efisien dan ramah lingkungan.

Potensi Limbah Kelapa saw it Sebagai pakan Ternak Sapi

(32)

menjadi input bagi subsistem produksi lain. Pelepah dan daun kelapa sawit dapat dijadikan sumber pakan untuk ternak sapi, namun daun kelapa sawit masih mengandung lidi yang menyulitkan ternak dalam mengkonsumsinya, selain memerlukan tambahan waktu untuk menghilangkannya. Masalah tersebut dapat diatasi dengan pencacahan yang di lanjutkan dengan pengeringan dan penggilingan untuk dibuat pelet atau balok (Mathius, 2008). Kandungan nutrisi daun tanpa lidi dan pelepah kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kandungan nutrisi daun tanpa lidi dan pelepah kelapa sawit

Kandungan nutrisi Daun tanpa lidi Pelepah

Bahan kering (% ) 46,18 26,07

Protein kasar (% ) 14,12 3,07

Lemak kasar (% ) 4,37 1,07

Serat kasar (% ) 21,52 50,94

Kalsium (% ) 0,84 0,96

Fosfor (% ) 1,07 0,08

Energi (kkal/ kg) 4,461 4.841

Produksi (kg BK/ ha/ tahun 658 1.640

Sumber: Mathius (2003).

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa untuk setiap pohon kelapa sawit yang sudah berproduksi dapat menghasilkan 22 pelepah, dengan rataan bobot pelepah perbatang mencapai 5 kg (hasil identifikasi oleh Sitompul 2004 bahwa rata-rata berat pelepah adalah 7 kg). Jumlah ini setara dengan 14.300 kg (22 pelepah x 130 pohon x 5 kg) pelepah segar yang dihasilkan untuk setiap ha dalam satu tahun, dengan bahan kering adalah 3.729 kg/ ha/ tahun. Luasan perkebunan kelapa sawit rakyat dan produksi limbahnya di Kabupaten Seluma dapat dilihat pada Tabel 11 dan luas perkebunan swasta di Kabupaten Seluma pada Tabel 12.

(33)

(1995) dalam Utomo, dkk (2012) menyatakan bahwa pelepah kelapa sawit dapat menggantikan rumput sampai 80% , namun perlu pakan tambahan berupa rumput atau limbah pabrik kelapa sawit. Sedangkan Mathius, dkk. (2004) membatasi jumlah pemberian pelepah maksimum 33% dari total kebutuhan bahan kering. Namun Azmi dan Gunawan (2005) menyatakan bahwa pemberian pelepah sawit sampai mencapai 55% mampu meningkatkan PBBH sapi menjadi 226,7 gram/ ekor/ hari dari 216 gram/ ekor/ hari pada pola petani.

Tabel 11. Luasan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat dan Produksi Limbahnya di Kabupaten Seluma.

1 Semidang Alas Maras 2.343 5.330.796

2 Semidang Alas 2.276 5.178.355

3 Talo 1.091 2.482.243

4 I lir Talo 3.682 8.377.286

5 Talo Kecil 1.515 3.446.928

Sumber : Analisis data Skunder dan Primer 2016.

Tabel 12. Luasan Perkebunan Besar di Kabupaten Seluma dan Produksi Limbahnya.

3 PT. Agri Andalas 6.861 25.584.669

Total 7.448 27.773.592

Sumber: Analisis data skunder dan primer 2016 Asumsi:

Daya tampung pohon kelapa sawit 130 batang/ ha Produksi pelepah 22 pelepah/ pohon/ tahun

(34)

Produksi limbah kelapa sawit berupa solid decanter di Kabupaten Seluma dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Hasil limbah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Berupa Solid di Kabupaten Seluma.

No Nama Pabrik Hasil limbah/ solid

(ton/ ha)

1 PTPN VI I 0

2 PT. Agrindo I ndah Persada 15

3 PT. Agri Andalas 10,5

Jumlah 25,5

Sumber: diolah dari data primer tahun 2016

Produksi limbah pabrik kelapa sawit berupa solid decanter di Kabupaten Seluma adalah sebanyak 25,5 ton/ hari, sehingga apabila diberikan pada ternak sapi sebanyak 5 kg/ ekor/ hari untuk sapi penggemukan, maka dapat memenuhi kebutuhan ternak sapi sebanyak 5.100 ekor dan apabila diberikan pada ternak sapi induk dengan kebutuhan 2 kg/ ekor/ hari maka dapat memenuhi kebutuhan ternak sapi sebanyak 12.750 ekor.

4.4. Demplot Penggemukan Sapi Bali Berbasis Produk Samping I ndustri Kelapa Saw it

Fermentasi Pelepah/ Daun sebagai Pakan Ternak Sapi Potong

Pembuatan pakan ternak sapi dengan pemanfaatan produk samping kebun kelapa sawit berupa pelepah/ daun kelapa sawit dilakukan di dua kelompok tani yang dijadikan tempat demplot uji coba pakan sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit. Fermentasi pelepah/ daun kelapa sawit sudah dilakukan sebanyak 1,5 ton pelepah/ daun kelapa sawit.

Alat yang digunakan adalah shreeder, terpal, plastik karung, ember dan garu sedangkan bahan yang diperlukan adalah pelepah dan daun sawit 1 ton, urea 5 kg, aktivator sebanyak 5 liter dan air secukupnya.

(35)

digunakan. Pada saat bahan dibuka, kering anginkan terlebih dulu baru diberikan kepada ternak. Pelapah sawit fermentasi dapat disimpan dalam waktu yang lama, bahkan bertahun-tahun tanpa mengalami penurunan nilai nutrisi.

Setelah proses fermentasi selesai, maka hasilnya langsung digunakan sebagai pakan sapi potong sesuai dengan perlakuan. Hasil Analisis proksimat dari pelepah dan daun kelapa sawit yang sudah difermentasi dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Hasil analisis laboratorium Pelepah dan Daun Kelapa Sawit yang sudah difermentasi

Ket: Hasil Analisis Laboratorium Balitnak Ciawi Bogor 2016.

Fermentasi Solid Decanter Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong

Pembuatan pakan ternak sapi dengan pemanfaatan produk samping industri kelapa sawit berupa solid decanter dilakukan di dua kelompok tani yang dijadikan tempat demplot uji coba pakan sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit. Fermentasi dilakukan sebanyak 7 (tujuh) ton solid dan masing-masing kelompok dibagi menjadi 3,5 ton.

Alat dan Bahan (untuk 1 ton solid) adalah gentong plastik/ plastic, terpal, gembor, solid sebanyak 1 ton, aktivator 1 liter, garam 5 kg, urea 5 kg, kapur 5 kg, air 20 liter

(36)

sinar matahari langsung. Setelah proses berlangsung selama 1 minggu, fermentasi solid sudah selesai dan dapat diberikan kepada ternak sapi.

Setelah proses fermentasi selesai, maka hasilnya langsung digunakan sebagai pakan sapi potong sesuai dengan perlakuan. Hasil Analisis proksimat dari pelepah dan daun kelapa sawit yang sudah difermentasi dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Hasil Analisis Laboratorium Solid yang sudah Difermentasi

Uraian Kandungan gizi

Ket: Hasil Analisis Laboratorium Balitnak Ciawi Bogor 2016

Hasil Demplot Penggemukan sapi Bali Menggunakan Produk Samping I ndustri Kelapa saw it

Hasil penimbangan bobot badan sapi Bali jantan yang dipelihara selama 3 bulan di kelompok tani Tunas Haparan Desa Sumber Arum dan kelompok tani Sumber Rezeki Desa Bukit Peninjauan I Kecamatan Sukaraja dengan berbagai macam kombinasi perlakuan dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) sapi Bali jantan di Kelompok Tani Tunas Harapan dan Sumber Rejeki Kabupaten Seluma

Perlakuan Bobot Badan Awal

(37)
(38)

V. KESI MPULAN

5.1. Kesimpulan

1. Terdapat dua tipe Usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit yang ada di Provinsi Bengkulu yaitu ekstensif (sapi dilepaskan di lahan kelapa sawit) dan semi intensif (sapi dikandangkan dan diberikan pakan berupa produk samping industri kelapa sawit)

2. Usahatani ternak sapi potong berbasis produk samping kelapa sawit untuk usaha penggemukan lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha untuk penghasil anak/ pengembangan.

3. Potensi limbah perkebunan kelapa sawit berupa pelepah dan daun kelapa sawit sebagai bahan pakan ternak di Kabupaten Seluma adalah sebanyak 58.597.318 kg/ tahun dari pekebunan rakyat dan 27.773.592 kg/ tahun dari perkebunan swasta berpotensi untuk mendukung kebutuhan pakan sebanyak 53.939 ekor.

4. Pemberian pakan hijauan 16 kg/ hari, pelepah dan daun sawit fermentasi sebanyak 4 kg/ hari, solid fermentasi 5 kg/ hari dan dedak 1 kg/ hari memberikan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0,58 kg/ hari.

5.2. Saran

(39)

KI NERJA HASI L PENGKAJI AN

1. Usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu terbagi dalam dua jenis yaitu usaha pengembangan sebagai penghasil bibit/ bakalan dan usaha penggemukan sebagai penghasil daging.

2. Luasan perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Seluma seluas 31.354 ha dengan produksi limbah berupa pelepah/ daun sebanyak 58.597.318 kg/ tahun diperkirakan dapat memberikan pakan 50% dari kebutuhan hijauan ternak sapi Bali sebanyak 36.547 ekor.

3. Pengolahan limbah kelapa sawit berupa pelepah dan daun menjadi silase dan fermentasi solid decanter dapat memperbaiki struktur dan nilai gizi serta daya simpan dari produk tersebut.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Azmi, Gunawan, 2005. Pemanfaatan pelepah kelapa sawit dan solid untuk pakan sapi potong. Dalam Mathius I W, Bahri S, Prasetyo LH, Triwulaningsih E, Tiesnamurti B, Sendow I , Suhardono. Penyunting. I novasi t eknologi peternakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam mewujudkan kemandirian dan ketahann nasional. Pros.Seminar teknologi peternakan dan veteriner. Bogor, 12-13 Sepember 2005. Bogor (I ndonesia): Puslitbangnak, p. 143 – 146.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. 2012. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS Provinsi Bengkulu. Bengkulu 402 p.

Corley R.H.U. 2003. Oil Palm : A major Tropical Crop. Burotrop 19: 5 – 7.

Direktoral Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2007. Statistik Perkebunan Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.

Diwiyanto, K., D. Sitompul, I . Manti, I -Wayan Mathius, dan Soentoro. 2004. Pengkajian Pengembangan Usaha Sistem I ntegrasi Kelapa Sawit -Sapi. Pros. Lokakarya Nasional Sistem I ntegrasi Kelapa Sawit-Sapi. Departemen Pertanian Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan PT. Agrisinal. Bengkulu 9-10 September 2003. hal: 11-22.

Elizabeth. J., dan S.P. Ginting. 2004. Pemanfaatan Hasil Samping I ndustri Kelapa Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi Potong. Pros. Lokakarya Nasional Sistem I ntegrasi Kelapa Sawit-Sapi. Departemen Pertanian Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan PT. Agricinal. Bengkulu 9-10 September 2003. hal: 110-119.

Fenita,Y., S.Urip, dan H. Prakoso. 2007. Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi Dengan Neorospora.SP Terhadap Performans Produksi dan Kualitas Telur, JI TV. Vol.15 No. 2 halaman 88 – 96.

I ndraningsih, R. Widiastuti dan Y. Sani. 2006. Limbah Pertanian dan Perkebunan sebagai Pakan Ternak : Kendala dan Prospeknya. Lokakarya Nasional Ketersediaan I PTEK dalam Pengendalian Penyakit Strategis pada Ternak Ruminansia Besar. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta

Jalaluddin. S., Z.A. Zelan, N. Abdullah, and Y.H.Ho. 1991a.Recent Developments in the Oil PalmBy-Product Based Ruminant Feeding System, MSAP, Penang, Malaysia pp: 35-44.

(41)

Liwang.T. 2003. Palm Oil Mill Management. Buroptrop Bull No 29: 38.Palm Oil Mill Management. Butotrop Bull No 29: 38.

Mathius.I .W., D.Sitompul, Manurung.B.P., dan Azmi. 2003. Produk Samping Dan Pengolahan Buah Kelapa Sawit Sebagai Bahan Dasar Pakan Komplit Untuk Sapi: Suatu Tinjauan, Prosiding Lokakarya Pengembangan Sistem I ntegrasi Sawit-sapi, Puslitbangnak. Bogor : 120 – 129.

Mathius.I .W., D.M Sitompul, B. P Manurung dan Azmi. 2004c. Produk samping tanaman dan pengolahan buah kelapa sawit sebagai bahan dasar pakan komplit untuk sapi : Suatu tinjauan. Prosiding Sistem integrase Kelapa Sawit-Sapi. Balitbang Pertanian, Pemprov Bengkulu dan PT Agricinal. Bengkulu. Sept. 2003. Pp. 120 – 128.

Mathius. I -W. 2009. Produk Samping I ndustri Kelapa Sawit dan Teknologi Pengayaan Sebagai Bahan Pakan Sapi yang terintegrasi. Dalam: Sistem I ntegrasi Ternak Tanaman: Padi-Sawit-Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pert anian 2009. Fagi et al., (Eds).

Mohammad.H., H..A. Halim, and T.M. Ahmad. 1986. Availability and Potential of Oil Palm Trunk and Fronds up to the 2000. Palm Oil Research of Malaysia (PORI M) 20: 1-17.

Noel. JM, 2003. Proceding and by-product. Buraatrop Bull, 19: 8.

Nurhayu A., A. B. L I shak, dan Andi Ella. 2014. Pelepah dan Daun Sawit Sebagai Pakan Substitusi Hijauan Pada Pakan Ternak Sapi Potong Di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, BPTO Sulawesi Selatan.

Sianipar, T.P. 2009. Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit dan Limbah I ndustrinya sebagai Pakan terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sinurat, A.P., T. Purwadaria, D. Zainuddin, N. Bermawie, M. Rizal and M. Raharjo. 2008. Utilization of plant bioactives as feed additives for laying hens. Procs. The I st I nt. Symp. On Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb). Biopharmaca Research Center, Bogor Agricultural University. pp 283-286.

Thony, F.K.P. 2007. Pengaruh Penggunaan Pelepah Daun Kelapa Sawit Dalam Pakan Berbasis Limbah Perkebunan Terhadap Performans Sapi Peranakan Brahman Lepas Sapih, USU - press. Medan.

(42)

Wahyono, D. E., R. Hardianto, C. Anam, D. B. Wijono, T. Purwanto, dan M. Malik. 2003. Strategi Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Agroindustri Untuk Pembuatan Pakan Lengkap Ruminansia. Makalah Seminar Nasional Pengembangan Sapi Potong, Lembang, Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Bogor.

Wan Zahari M, Hassan OB, Wong HK, Liang JB, 2003. Utilization of oil palm frond-based diets for Beef Cattle Production in Malaysia. Asian-Aust J Anim Sci. 16: 625-634.

Widjaja. E., B. N. Utomo, dan M. Sarwani. 2005. I novasi Teknologi Mendukung Sistem I ntegrasi Ternak Dengan Kelapa Sawit Di Kalimantan Tengah,

Prosiding Lokakarya Pengembangan Sistem I ntegrasi Sawit -sapi, Puslitbangnak. Bogor halaman 47 – 58.

Wulandari WA, Gunawan, 2009. Membangun laboratorium agribisnis Prima Tani Bengkulu melalui sistem integrasi. Dalam prosiding lokaraya nasional sistem integrasi tanaman-ternak. Semarang, 13-14 November 2007. Bogor (I ndonesia): Puslitbangnak 0. 336-343.

(43)

ANALI SI S RI SI KO

Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/ pendampingan. Dengan mengenal risiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif (tabel 17 dan 18).

Tabel 17. Daftar Risiko Pelaksanaan Kegiatan Kajian Sistem Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Produk Samping I ndustri Kelapa Sawit tahun 2016.

No Risiko Penyebab Dampak

1 Tidak tersedia data yang valid pada tingkat

(44)
(45)

JADWAL KERJA

Tabel 19. Jadwal Kerja Kegiatan

No Uraian Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan,

penyusunan (ROPP, Juknis)

2 Koordinasi dengan instans terkait dan peternak pelaksana program

3 Sosialisasi kegiatan 4 Pelaksanaan kegiatan

di lapangan

5 Pengumpulan data dan informasi

6 Pengolahan data dan analisa

(46)

PEMBI AYAAN

Tabel 20. Rencana Anggaran Belanja Kegiatan

No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan (Rp)

Jumlah Biaya (Rp)

1 Belanja Bahan : 521211 2.379.000

Penggandaan, penjilidan, cetak bahan informasi

1 Paket 2.379.000 2.379.000

2 Honor Output Kegiatan : 521213 2.000.000

- Honor petugas lapang

10 OB 200.000 2.000.000

3 Belanja Barang Non Operasional Lainnya : 521219 9.340.000 - - Analisis proksimat 1 Paket 2.200.000 2.200.000

- - UHL petani 204 OH 35.000 7.140.000

4 Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi :

521811

5 Belanja perjalanan biasa : 524111 45.000.000 - Perjalanan dalam rangka

(47)

Tabel 21. Realisasi Anggaran Belanja Kegiatan

- - Analisis proksimat 1.400.000 63,63 100,00

- - UHL petani 5.120.000 71,71 100,00

(48)

PERSONALI A

4 I r. Siswani Dwi Daliani 19600730 198903 2

Teknisi Anggota 1. Membantu kegiatan di lapangan 2. Membantu

pengolahan data

8

7 Sanusi Musa Administrasi Anggota 1. Membantu kegiatan di lapangan

6

8 David Ari Juniansyah Administrasi Anggota 1. Membantu kegiatan di lapangan

(49)

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Demplot Sapi Potong dengan Pakan produk samping industri kelapa sawit.

Gambar 1. Pelepah dan daun kelapa sawit yang belum diolah

(50)

Gambar 3. Fermentasi pelepah/ daun kelapa sawit di Kelompok Tani Tunas Harapan

(51)

Gambar 5. Proses penyimpanan fermentasi pelepah/ daun kelapa sawit

(52)

Gambar 7. Pembuatan larutan urea, garam dan bioaktovator

(53)

Gambar 9. Solid sudah selesai diolah dan selanjutnya siap disimpan

Gambar

Tabel 1. Perlakuan Pakan berbahan Produk Samping Industri KelapaSawit
Tabel 4. Tingkat Pendidikan
Tabel 6. Tingkat kepemilikan ternak sapi peternak sapi potong di KabupatenSeluma.
Tabel 7.Sistem Pemeliharaan dan Perkawinan  ternak sapi peternak sapipotong di Kabupaten Seluma.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan dan pola asuh yang diterapkan bagi anak-anak penyandang cacat di Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya di

Penguasaan terhadap pengetahuan tersebut akan mempermudah seorang pemain drum dalam menginterpretasikan komposisi musik untuk drum sesuai dengan apa yang

Teknik total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2004) Pada penelitian ini sampelnya adalah seluruh

Kondisi faktor lingkungan sosial seperti tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan kuantil indeks kepemilikan merupakan determinan variabel yang dapat dimodifikasi

Analisis petrofisika pada formasi reservoar Baturaja dilakukan untuk perhitungan kandungan serpih ( Shale Volume ), porositas, resistivitas air, saturasi air, dan permeabilitas

lebih lanjut mengenai Pola Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi di SMAN 1 Stabat. 1.2

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk membuktikan dan menguji secara empiris pengaruh pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak, dan sistem pemungutan yang

An important consideration should be attempted in analyzing and implementing the methods of testing and evaluating of the flexural toughness of steel fiber reinforced