DUKUNGAN PERLINDUNGAN
PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
DESEMBER 2013
PEDOMAN TEKNIS
PEMBERDAYAAN PERANGKAT
i KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis Kegiatan pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan tahun 2014 disusun dalam rangka memberikan acuan dan arahan pelaksanaannya kepada Dinas yang
membidangi Perkebunan dan Perangkat
Perlindungan Perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Sistematika Pedoman Teknis ini terdiri dari Bab I. Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Sasaran Kegiatan, Tujuan, dan Pengertian Umum; Bab II. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan memuat tentang Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan dan Spesifikasi Teknis; Bab III. Pelaksanaan Kegiatan, berisi Ruang Lingkup, Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan, Lokasi, Jenis, Volume, dan Simpul Kritis; Bab IV. Pengadaan Barang; Bab V. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan; Bab VI. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; Bab VII. Pembiayaan; serta Bab VIII. Penutup.
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Sasaran Kegiatan ... 2
C. Tujuan ... 3
D. Pengertian Umum ... 3
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 7 A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ... 7
B. Spesifikasi Teknis ... 12
III. PELAKSANAAN KEGIATAN ... 17
A. Ruang Lingkup ... 17
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan ... 19
C. Lokasi, Jenis dan Volume ... 23
D. Simpul Kritis ... 24
IV. PENGADAAN BARANG ... 26
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN . 27
iv
VI. MONITORING, EVALUASI DAN
PELAPORAN ... 29
VII. PEMBIAYAAN ... 33
VIII. PENUTUP ... 34
v DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lokasi Kegiatan Laboratorium
Lapangan ……….. 35
2. Lokasi Kegiatan LUPH ... 36 3. Lokasi Kegitan Brigade Proteksi
Tanaman ………... 36
4. Lokasi Kegiatan Sub Lab Hayati ... 37 5. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Operasional Laboratorium ……… 38
6. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Laboratorium Lapangan
(LL)……... 39 7. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Operasional Laboratorium Utama
Pengendalian Hayati (LUPH) ………. 40
8. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Operasional Sub.Laboratorium Hayati… 41
9. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
Provinsi Rawan
Kebakaran... 43 10. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
Provinsi Non Rawan
Kebakaran... 45
11. Out Line Laporan Persiapan Kegiatan…. 46
1
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perlindungan perkebunan mempunyai peranan yang penting sebagai “jaminan” bagi keberhasilan usaha perkebunan, mulai dari pembibitan, pertanaman sampai pasca panen. Dalam rangka mewujudkan peranan tersebut dituntut partisipasi aktif seluruh jajaran dan perangkat perlindungan perkebunan di pusat dan daerah, petani, dan pemangku kepentingan terkait lainnya.
Sampai dengan tahun 2013, jumlah perangkat perlindungan sebanyak 571 unit, yang tersebar di seluruh provinsi berupa Laboratorium Lapangan/LL (26 unit); Laboratorium Utama Pengendali Hayati/LUPH (4 unit); Laboratorium Pengendali Hama Vertebrata/LPHV (1 unit); Laboratorium Analisa Pestisida/LAP (1 unit); Brigade Proteksi Tanaman/BPT (26 unit) dan Unit Pembinaan Proteksi Tanaman/UPPT (500 unit) dan sub laboratorium hayati (14 unit). Sebanyak 24 LL telah berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
Sejalan dengan perkembangan
2 dengan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM), prasarana dan sarana serta pendanaan. Melalui APBN tahun 2014 dialokasikan dana untuk pemberdayaan perangkat, meliputi: operasional LL di 27 provinsi, LUPH di 4 provinsi dan Sub Lab Hayati di 13 provinsi, dan revitalisasi fungsi Brigade Proteksi Tanaman (BPT) di 29 Provinsi.
Revitalisasi fungsi BPT dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi dalam penanganan OPT pada situasi eksplosi atau pada sumber-sumber serangan yang berpotensi menimbulkan eksplosi dan penanganan kebakaran lahan/kebun di provinsi rawan kebakaran. Melalui revitalisasi fungsi BPT diharapkan penyelesaian permasalahan eksplosi serangan OPT dan penanganan kebakaran dapat dilakukan secara lebih cepat dan tepat tanpa harus menempuh suatu mekanisme penanganan yang sangat panjang dan berbelit-belit.
B. Sasaran Kegiatan
Sasaran pemberdayaan perangkat
perlindungan adalah terlaksananya
3
C. Tujuan
Tujuan kegiatan pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan adalah untuk lebih meningkatkan peran dan fungsi LL, LUPH, Sub Lab Hayati dan BPT dalam mendukung kegiatan perlindungan perkebunan.
D. Pengertian Umum
1. Agens Pengendali Hayati
APH adalah bahan pengendali yang mampu berkembang dan mencari sendiri OPT sasaran. APH adalah setiap organism
yang dapat merusak, mengganggu
kehidupan atau menyebabkan organism pengganggu tanaman (OPT) sakit atau mati. APH dapat berupa predator,
parasitoid, pathogen dan agens
antagonis.
2. Uji Efikasi APH
4
3. Uji Mutu APH
Uji Mutu APH adalah : pengujian kualitas APH meliputi pengujian jumlah spora, viabilitas, uji antagonisma, atau virulensi.
4. Mitigasi
Mitigasi adalah usaha pengendalian untuk mengurangi risiko akibat perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi/meningkatkan penyerapan gas rumah kaca dari berbagai sumber emisi.
5. Adaptasi
Bentuk penyesuaian dalam system alam atau manusia sebagai respon terhadap rangsangan iklim aktual atau yang akan terjadi atau efeknya untuk mengurangi
bahayanya atau mengeksplotasi
kemungkinan manfaatnya.
6. Regu Pengendali Hama (RPH)
RPH adalah kelengkapan organisasi yang dimiliki oleh kelompok tani atau gabungan kelompok tani yang memiliki
tugas dan keterampilan dalam
5
7. Regu Pengendali Api (RPA)
RPA adalah kelengkapan organisasi yang dimiliki oleh kelompok tani atau gabungan kelompok tani yang memiliki
tugas dan keterampilan dalam
mengendalikan api. RPA dilengkapi dengan alat dan sarana serta bahan pengendalian api.
8. Eksplosi/Outbreak OPT Perkebunan
Kondisi serangan OPT yang berkembang secara cepat dan meluas pada tanaman perkebunan pada satu tempat dan waktu tertentu, petani/pekebun tidak mampu mengendalikannya secara sendiri-sendiri
dan memerlukan bantuan dari
pemerintah. Eksplosi ditandai dengan kerugian ekonomi yang cukup besar pada budidaya tanaman perkebunan. Kondisi eksplosi serangan OPT dinyatakan oleh pejabat pemerintah yang memiliki tugas dalam bidang perkebunan.
9. Buffer Stock
6
10. Ground Chek
Kegiatan memverifikasi atau mengecek data hotspot dari satelit ke kondisi lapangan.
11. Sumber serangan OPT
Tempat pertanama ditemukan serangan OPT pada komoditas perkebunan dan tidak dikendalikan oleh petani/pekebun, sehingga keberadaannya dapat menjadi sumber serangan terhadap tanaman perkebunan yang berada di sekitarnya.
12. Protokol Pengujian APH
7
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pendekatan Umum
Prinsip pendekatan umum meliputi hal
yang bersifat administratif dan
manajemen kegiatan.
1.1 SK Tim Pelaksana Kegiatan
a. Penetapan SK Tim Pelaksana Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1(satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian.
b. Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi.
1.2 Rencana kerja
Rencana kerja pelaksanaan masing-masing kegiatan disusun paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya Pedoman Teknis dari Ditjen Perkebunan.
[
1.3 Juklak, Juknis
Penyelesaian Juklak/Juknis untuk kegiatan paling lambat 2 (dua)
8 pedoman teknis dari Direktorat Jenderal Perkebunan.
1.4 Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi dilakukan oleh satker
pelaksana kegiatan dengan
Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya, Ambon dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), dan Dinas Kabupaten/Kota dimana
terdapat lokasi kegiatan
dilaksanakan. Sedangkan sosialisasi dilaksanakan kepada petani calon lokasi kegiatan pengendalian/pihak terkait.
1.5 Pelelangan/pengadaan
Pelelangan/pengadaan dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan kontrak diupayakan ditandatangani paling lambat bulan Maret 2014. Pengadaan sarana pendukung perlindungan tidak
dapat digabungkan dengan
9
1.6 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan selama kegiatan berlangsung minimal 2 (dua) kali.
1.7 Laporan
a. Laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan
disampaikan oleh penanggung jawab pelaksana kegiatan. b. Laporan fisik dan keuangan
disampaikan oleh satker
pelaksana kegiatan sesuai form SIMONEV.
c. Laporan akhir kegiatan
disampaikan oleh satker
pelaksana kegiatan ke pusat paling lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan selesai dan tidak melewati bulan Desember 2014.
2. Prinsip Pendekatan Teknis
a. Petugas laboratorium diutamakan petugas yang mempunyai latar
belakang pendidikan S2/S1
plus/S1/D3/S01 jurusan hama
10 telah dilatih dibidang perlindungan tanaman.
b. Penetapan SK petugas laboratorium paling lambat akhir Januari 2014. c. Pelaksanaan operasional LL, LUPH,
BPT dan Sub Lab. Hayati mengacu kepada pedoman yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan. d. Revitalisasi fungsi BPT dilaksanakan
oleh LL/UPTD Perlindungan
Perkebunan.
e. Alat dan bahan yang digunakan untuk laboratorium, alat dan bahan pengendalian OPT dialokasikan di 29 provinsi, khusus untuk 9 provinsi rawan kebakaran dialokasikan juga alat pemadam kebakaran.
f. Alat dan bahan yang digunakan untuk laboratorium, alat dan bahan pengendalian OPT, serta alat pemadam kebakaran harus memenuhi standar teknis.
g. Pembinaan kelompok tani alumni SL-PHT dilaksanakan di Provinsi yang telah melaksanakan SL-PHT.
h. Pelatihan pengamatan OPT
11 3. Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan adalah:
3.1. Data hasil uji mutu dan efikasi lapangan Agen Pengendali Hayati (APH) menjadi bahan dalam proses pendaftaran perizinan APH.
3.2. Hasil kajian teknologi PHT spesifik lokasi diterapkan sehingga mampu lebih mengoptimalkan kegiatan pengendalian OPT di wilayah kerjanya.
3.3. Secara pro-aktif membuat jejaring dan kerjasama dibidang teknologi terkini perlindungan tanaman dengan BBP2TP (Medan, Surabaya,
dan Ambon)/BPTP Pontianak,
Puslit/ Balit/ Perti/ dan selanjutnya dikembangkan di wilayah kerja masing-masing.
3.4. LL, LUPH, BPT dan Sub lab. Hayati agar mendokumentasikan data dan informasi seluruh hasil kegiatan yang dilakukan.
12 3.6. LL, LUPH, dan Sub lab Hayati agar membangun jejaring dan kerjasama dengan BBPPTP (Medan, Surabaya, dan Ambon)/BPTP Pontianak dalam hal pengembangan, pendaftaran dan legalitas produk APH dan pestisida nabati.
3.7. Menyebarluaskan teknik penanganan kebakaran lahan dan kebun secara dini.
3.8. Mendorong terbentuknya regu pengendali hama (RPH) dan regu pengendali api (RPA).
3.9. BPT menjadi lebih eksis dan
berperan dalam pengendalian
eksplosi /outbreak OPT dan
penanganan kebakaran.
B. Spesifikasi Teknis
1. Kriteria
1.1 Uji mutu dan uji efikasi APH
dilaksanakan dalam rangka
mendorong proses perizinan agens pengendali hayati (APH). Uji mutu dan uji efikasi dilaksanakan
bekerjasama dengan
lembaga/institusi yang memiliki legalitas di bidangnya
13 pengembangan PHT yang dihasilkan adalah teknologi yang spesifik lokasi dan sesuai ekosistem setempat. 1.3 Pestisida nabati (Pesnab) dan
starter APH yang dikembangkan dan diuji disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, diutamakan untuk
pengendalian OPT penting
(dominan) pada komoditas unggulan di wilayahnya.
1.4 Inventarisasi, eksplorasi, dan identifikasi APH dan pesnab diarahkan pada APH dan pesnab yang baru dan dilakukan di sentra-sentra pengembangan komoditas perkebunan unggulan daerah.
1.5 Identifikasi OPT mengacu pada buku determinasi dan identifikasi yang standar antara lain: Buku Kunci dan Determinasi Serangga karangan Borror dan Karlshoven; CABI; dan
Buku Identifikasi OPT yang
diterbitkan oleh Ditjenbun.
1.6 Koleksi OPT, APH dan pesnab dibuat dalam bentuk koleksi kering, basah maupun tanaman hidup dengan menggunakan metode pembuatan koleksi yang standar.
14 Paket pestisida hanya dapat digunakan pada kondisi serangan OPT yang bersifat eksplosi atau pada sumber-sumber serangan OPT yang
dilaporkan sangat cepat
berkembang dan merugikan. Paket pestisida kimia sekaligus merupakan
buffer stock dalam memenuhi
standar pelayanan minimum
pemerintah dalam mengendalikan OPT.
1.8 Penanganan kebakaran lahan dan
kebun, meliputi: pemantauan
hotspot dan ground check kejadian kebakaran, sosialisasi/pembinaan pembukaan lahan tanpa bakar,
koordinasi dengan dinas
provinsi/kabupaten/kota serta instansi terkait lainnya dan melakukan pemadaman secara dini di wilayahnya.
1.9 Alat kebakaran sederhana berupa
pompa tekanan tinggi dan
15
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.
- Metode uji efikasi APH mengacu pada protokol pengujian yang telah disusun oleh Direktorat
Perlindungan Perkebunan
(terlampir).
- Metode identifikasi, eksplorasi, perbanyakan dan penyebaran APH mengacu kepada metode yang diterbitkan antara lain oleh BBPPTP (Medan, Surabaya, dan
Ambon)/ BPTP Pontianak
/Puslit/Balit/Perti/ Direktorat Perlindungan Perkebunan.
2.2 BPT
- Pemantauan data hotspot
dilakukan dengan mengakses informasi dari satelit National
Oceanic And Atmospheric
Administration (NOAA-18) ASMC Singapura.
16 lapangan, bila terindikasi terjadi kebakaran dilakukan pemadaman secara dini.
- Pengadaan alat dan bahan pestisida. Alat pengendalian OPT terdiri atas : alat untuk
pengkabutan/fogging (ULV),
handsprayer dan powersprayer (HV), serta mistblower (LV).
- Penggunaan alat dan bahan pengendali didasarkan atas kriteria serangan OPT yang termasuk pada kondisi eksplosi
atau pusat serangan yang
mempunyai potensi peningkatan serangan yang besar. Kondisi tersebut dinyatakan oleh pejabat yang memiliki kewenangan dan kopetensi dalam perlindungan tanaman perkebunan.
17 III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Pemberdayaan Perangkat, meliputi : Pemberian honor petugas labotatorium, biaya operasional laboratorium (ATK, alat dan bahan laboratorium), dan biaya operasional lapangan.
Indikator Kinerja 2 Output/Keluaran Terfasilitasinya
operasionalisasi 27 LL, 4 LUPH, 29 BPT dan 14 Sub lab Hayati
3 Outcome/hasil - Tersedianya data hasil uji mutu dan uji efikasi lapangan APH - Tersedianya 3
(tiga) kelompok APH (parasitoid,
predator dan
18 rakitan teknologi spesifik lokasi di
perbanyakan dan penyebarannya pada 4 LUPH -Tersedianya alat
dan bahan
pengendalian outbreak OPT di 29 provinsi. -Tersedianya alat
pemadam
kebakaran hasil monitoring data hotspot di 9 Provinsi rawan kebakaran
-Tersedianya
stater APH
kelompok
patogen yang
19
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan
1. Pelaksana dan penanggung jawab
kegiatan pemberdayaan perangkat
perlindungan adalah dinas provinsi yang membidangi perkebunan.
2. Dinas yang membidangi perkebunan provinsi dalam melaksanakan kegiatan agar berkoordinasi dengan BBPPTP (Medan, Surabaya, dan Ambon)/BPTP Pontianak dan pihak-pihak terkait lainnya.
3. Pelaksana kegiatan BPT adalah LL/UPTD Perlindungan.
4. Kewenangan dan tanggung jawab :
4.1 Direktorat Perlindungan Perkebunan
a. Menyiapkan Terms of Reference (TOR) dan Pedoman Teknis.
b. Melakukan bimbingan,
pembinaan, monitoring dan evaluasi.
4.2 Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan
a. Menetapkan tim pelaksana
kegiatan pemberdayaan
perangkat perlindungan.
20 BBPPTP (Medan, Surabaya, dan Ambon)/BPTP Pontianak, Dinas
kabupaten/Kota yang
membidangi Perkebunan dan pihak-pihak terkait lainnya.
c. Membuat Petunjuk Pelaksanaan kegiatan.
d. Melakukan pengawalan,
pembinaan, monitoring dan evaluasi, berkoordinasi dengan
Dinas Kabupaten yang
membidangi perkebunan
setempat.
e. Menyampaikan laporan akhir
pelaksanaan kegiatan
Pemberdayaan Perangkat
Perlindungan ke Direktorat
Jenderal Perkebunan cq.
Direktorat Perlindungan
Perkebunan, paling lambat satu bulan setelah pelaksanaan kegiatan selesai tanpa menunggu sampai akhir tahun 2014.
4.3 UPT Pusat
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan Medan,
Surabaya, dan Ambon dan Balai
Proteksi Tanaman Perkebunan
21
a. Melakukan pembinaan,
monitoring dan evaluasi kegiatan perlindungan perkebunan pada wilayah kerjanya, berkoordinasi dengan Ditjen. Perkebunan, Puslit/Balit/Perti, UPTD dan Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.
b. Menyediakan dan
mensosialisasikan teknologi pengendalian hayati (APH, pesnab dan musuh alami).
c. Melakukan pengujian kualitas (quality control) APH.
d. Supervisi penyelesaian akreditasi laboratorium bagi UPTD yang memenuhi syarat.
e. Memfasilitasi pendaftaran dan perizinan APH.
f. Memfasilitasi kegiatan perekat dengan UPTD pada wilayah kerja Balai.
4.4 UPTD (Perangkat Perlindungan di Daerah)
a. Melakukan pembinaan,
monitoring dan evaluasi kegiatan
Pemberdayaan Perangkat
22 BBPPTP (Medan, Surabaya, dan Ambon)/BPTP Pontianak /Puslit/ Balit, Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.
b. Melakukan kaji terap teknologi pengendalian hayati spesifik lokasi (APH, pesnab dan musuh alami).
c. Menyiapkan bahan APH untuk kegiatan uji mutu dan uji efikasi lapangan.
d. Malaksanakan kegiatan
revitalisasi brigade proteksi tanaman.
e. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
Pemberdayaan Perangkat
Perlindungan ke Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan
dan Direktorat Jenderal
23
C. Lokasi, Jenis dan Volume
1. Lokasi LL, LUPH, BPT dan Sub Lab
Hayati
1.1. Kegiatan LL dilaksanakan di 27 provinsi. Data rincian lokasi kegiatan disajikan pada Lampiran 1.
1.2. Kegiatan LUPH dilaksanakan di 4 provinsi. Data rincian lokasi kegiatan disajikan pada Lampiran 2.
1.3. Kegiatan BPT dilaksanakan di 29 Provinsi. Data rincian lokasi kegiatan disajikan pada Lampiran 3.
1.4. Kegiatan Sub Lab Hayati
dilaksanakan di 13 provinsi. Data rincian lokasi kegiatan disajikan pada Lampiran 4.
2. Jenis dan Volume Komponen Biaya
Pemberdayaan Perangkat (Operasional LL, LUPH, BPT dan Sub Lab Hayati)
24
D. Simpul Kritis
1.LL, LUPH, BPT dan Sub Lab. Hayati
1.1 Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan terlambat menyusun Juklak pemberdayaan perangkat, sehingga penyelesaian pekerjaan menjadi terlambat atau tidak tepat sasaran. Juklak harus disusun paling lambat dua minggu setelah Pedoman Teknis diterima.
1.2 LL, LUPH dan Sub Lab. Hayati
terlambat menyusun juknis
pemberdayaan perangkat, sehingga penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu dan sasaran. Juknis harus disusun paling lambat satu minggu setelah juklak dibuat.
1.3 Belum dilengkapi SOP yang
memenuhi standar sehingga sulit untuk menelusuri apabila terjadi
kesalahan. Menyusun atau
menyempurnakan SOP yang ada sesuai dengan standar yang baku.
1.4 Terbatasnya kapasitas dan
kemampuan untuk memproduksi APH dalam jumlah yang dibutuhkan, dengan kualitas yang sesuai standar. Kerjasama dengan UPTD/BBP2TP
25 Ambon)/BPTP Pontianak untuk memenuhi APH yang diperlukan.
1.5 Pengadaan bahan pengendali berupa pestisida kimia (insektisida, fungisida, herbisida), tidak tepat sasaran karena tidak didasarkan pada data hasil pengamatan dan laporan OPT yang memiliki potensi serangan sangat cepat berkembang dan merusak. Pengadaan bahan pengendali berupa pestisida kimia
(insektisida, fungisida dan
herbisida) harus didasarkan pada
data hasil pengamatan dan
pelaporan OPT yang memiliki potensi serangan sangat cepat berkembang dan merusak.
1.6 Informasi data hotspot atau
kebakaran sering mengalami
keterlambatan, karena petugas tidak segera melakukan ground
check ke lapangan sehingga
kejadian kebakaran sering
terlambat dalam hal
26
IV. PENGADAAN BARANG
Pengadaan barang dan jasa mengacu kepada Perpres No 70 tahun 2012.
Komponen yang dikontrakkan adalah
pengadaan bahan pengendali kimia
27 V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN
DAN PENDAMPINGAN
A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan
Pendampingan
Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dana dekonsentrasi Provinsi dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dan BBPPTP (Ambon, Surabaya, Medan)/BPTP Pontianak.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan.
28 masalah terhadap pelaksanaan kegiatan sehingga dapat mengakselerasi kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan dan Pendampingan
Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan.
Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan
kabupaten/kota sehingga pembinaan,
pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien.
Direktorat Perlindungan Perkebunan
melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan pemberdayaan perangkat pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat
provinsi melakukan pembinaan,
pengendalian, pengawalan dan
pendampingan kegiatan pemberdayaan
perangkat tingkat provinsi.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat kabupaten/kota melakukan pembinaan,
pengendalian, pengawalan dan
pendampingan kegiatan pemberdayaan
29 VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring
Monitoring ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan.
Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi dan Direktorat Perlindungan
Perkebunan. Pelaksanaan monitoring
minimal satu kali selama kegiatan berlangsung.
B. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan serta untuk mengetahui realisasi/penyerapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik perbaikan pelaksanaan selanjutnya.
Evaluasi dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan serta Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.
C. Pelaporan
Setiap kegiatan didokumentasikan dalam
bentuk laporan tertulis sebagai
30 oleh pelaksana kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada penanggung jawab/pembina kegiatan mengacu kepada pedoman outline penyusunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
1. Jenis Laporan :
1.1 Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan
1.1.1 Persiapan Pelaksanaan Kegiatan
Persiapan meliputi : penetapan tim pelaksana kegiatan; narasumber; penyusunan juklak/juknis; jadwal
pelaksanaan; penetapan calon
peserta pelatihan; persiapan
administrasi; sosialisasi; penyiapan alat dan bahan.
Dilaporkan setelah persiapan kegiatan selesai dilaksanakan
1.1.2 Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan meliputi: laporan
pencapaian kegiatan yang
31 1.2 Laporan Fisik dan Keuangan
1.2.1 Laporan Mingguan
Laporan Mingguan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan setiap minggu hari Jum’at.
1.2.2 Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan pemberdayaan perangkat setiap bulan berjalan dan disampaikan
kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya.
1.2.3 Laporan Triwulan
32 1.3 Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan keseluruhan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perangkat, setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan akhir disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan, paling lambat 2 minggu setelah kegiatan selesai. Laporan disampaikan melalui surat dan e-mail
2. Format Laporan Perkembangan Persiapan
Kegiatan, Fisik dan Keuangan,
35
36
Lampiran 2. Lokasi Kegiatan LUPH
37
Lampiran 4. Lokasi Kegiatan Sub lab Hayati
38
Lampiran 5. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan Operasional Laboratorium Lapangan (LL)
No Jenis kegiatan Volume Satuan
1 Belanja Bahan : Kegiatan
-ATK dan bahan komputer
(pkt)
1
-Bahan dan peralatan
perlengkapan peserta pelatihan pengamatan OPT perkebunan (set)
1
-Konsumsi dan Akomodasi
(OH) 130
2 Honor :
-Honor petugas (OB) 40
-Honor Panitia (OK) 2
3 Belanja Barang Non
Operasional Lainnya :
-Adm, foto copy, pengiriman
surat, dokumentasi, laporan, dll (pkt)
1
-Penyusunan dan Pembahasan
laporan (OH)
5
-Uang saku peserta pelatihan
pengamatan OPT perkebunan (OH)
130
Belanja Jasa Profesi :
-Honor Narasumber pelatihan
pengamatan OPT perkebunan (OJ)
64
4 Belanja Perjalanan lainnya :
-Perjalanan peserta pelatihan
(OH)
13
-Dalam rangka konsultasi ke
pusat (OT)
39
No Jenis kegiatan Volume Satuan
-Perjalanan Narasumber (OT) 4
Lampiran 6. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan Laboratorium Lapangan (LL)
No Jenis kegiatan Volume Keterangan
1 Belanja Bahan : Kegiatan
-ATK dan bahan computer
(tahun)
1
-Identifikasi dan eksplorasi
OPT dan APH (set)
1
-Kajian metode PHT
spesifik lokasi (set)
1
-Perbanyakan dan
penyebaran APH (set)
1
-Uji efikasi APH pada
kondisi lapangan (pkt)
1
-Uji mutu APH (pkt) 1
2 Honor:
-Honor petugas (OB) 120
3 Belanja Barang Non
Operasional Lainnya :
-Adm, foto copy,
pengiriman surat
dokumentasi, laporan, dll (tahun)
1
-Upah Identifikasi dan
eksplorasi OPT dan APH (HOK)
20
-Upah Kajian metode PHT
spesifik lokasi (HOK)
20
-Upah Perbanyakan dan
penyebaran APH (HOK)
40
No Jenis kegiatan Volume Keterangan
4 Belanja Perjalanan lainnya :
-Pembinaan petugas teknis
perlinbun (OP)
10
-Identifikasi dan eksplorasi
OPT dan APH (OT)
6
-Kajian metode PHT
spesifik lokasi (OT)
6
-Perbanyakan dan
penyebaran APH (OT)
6
-Pembinaan petani alumni
SL-PHT (OH)
11
-Monev pelaksanaan efikasi
APH (OT)
1
-Konsultasi ke Pusat (OT) 1
Lampiran 7. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan Operasional Laboratorium Utama
Pengendalian Hayati (LUPH)
No Jenis kegiatan Volume Keterangan
1 Belanja Bahan :
- ATK dan bahan computer
(pkt)
1
2 Honor :
- Honor petugas (OB) 120
3 Belanja barang non
operasional lainnya :
- Adm, foto copy,
pengiriman surat
dokumentasi, laporan, dll (pkt)
1
41
No Jenis kegiatan Volume Keterangan
perbanyakan APH (pkt)
- Pengujian lapang
penggunaan APH (pkt)
1
- Ekplorasi dan inventarisasi
APH (pkt)
1
4 Belanja Biaya Pemeliharaan
Peralatan dan Mesin Lainnya :
- Eksploitasi alat dan bahan
laboratorium (pkt)
1
- Eksploitasi kendaraan
roda-2 (unit)
2
5 Belanja Perjalanan Lainnya :
- Dalam rangka pembuatan
dan perbanyakan APH (OH)
15
- Dalam rangka pengujian
lapang penggunaan APH (OH)
15
- Dalam rangka eksplorasi
dan inventarisasi APH (OH)
15
- Dalam rangka konsultasi ke
pusat (OT)
1
Lampiran 8.Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Operasional Sub. Laboratorium Hayati
No Jenis kegiatan Volume Keterangan
1 Belanja Bahan :
- ATK dan bahan komputer
(thn)
1
42
No Jenis kegiatan Volume Keterangan
Laboratorium (pkt)
2 Honor :
- Honor Kepala Sub Lab.
Hayati (OB)
12
- Honor staf sub lab hayati
(OB)
36
3 Belanja barang Non
Operasional lainnya :
- Adm, fotocopy dan
pelaporan (thn)
1
- Penyusunan dan
pembahasan laporan (OH)
10
- Uji adaptasi agens hayati
dengan kondisi lingkungan perkebunan (set)
1
- Pengumpulan/pemeliharaa
n dan perbanyakan Agens Hayati (set)
1
- Perbanyakan starter agens
hayati (set)
1
- Koordinasi pengembangan
dan penggunaan agens pengendali hayati (OH)
12
4 Belanja perjalanan lainnya :
- Pemeliharaan,
perbanyakan, penyebaran agens pengendalian hayati (OT)
2
- Uji adaptasi Agens
Pengendali Hayati dengan kondisi lingkungan
perkebunan (OP)
2
43
No Jenis kegiatan Volume Keterangan
terkait (OT)
- Bimbingan teknis
perbanyakan dan penyebaran agens pengendali hayati (OT)
2
- Monitoring dan Evaluasi
Hasil penyebaran agens pengendali hayati (OT)
3
Lampiran 9.Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Brigade Proteksi Tanaman (BPT) Provinsi Rawan Kebakaran
No Jenis kegiatan Volume Keterangan
1 Honor :
- Insentif petugas LL/UPTD
(OB)
20
- Pengamatan dan
pengendalian (HOK)
30
2 Belanja Barang Non
Operasional Lainnya :
- Adm, dokumentasi, foto
copy, laporan, dll (thn)
1
- Penyusunan dan
pembahasan laporan (OH)
20
- Penggandaan laporan
(Ekspl)
5
- Monitoring data hotspot
dan updating data
kebakaran lahan dan kebun (thn)
1
44
No Jenis kegiatan Volume Keterangan
- Dalam rangka pengamatan
dan pengendalian OPT (OT)
5
- Dalam rangka pemantauan
kebakaran, dampak perubahan iklim dan bencana alam ke lokasi (OT)
40
- Dalam rangka sosialisasi
pengendalian OPT; pencegahan, penanganan dan pasca kebakaran lahan dan kebun ke lokasi (OT)
40
- Koordinasi/konsultasi ke
Pusat (OT)
2
4 Belanja Bahan :
- Mist Blower (unit) 1
- Power Sprayer (unit) 2
- Pompa pemadam/pompa
jinjing (pompa pemadam kebakaran) (unit)
2
- Swing Fogg (unit) 1
- Knapsack Sprayer (unit) 5
45
Lampiran 10.Jenis dan Volume Komponen
Kegiatan
Brigade Proteksi Tanaman (BPT) Provinsi Non Rawan Kebakaran
No Jenis kegiatan Volume Keterangan
1 Belanja Bahan :
- Power Sprayer (unit) 2
- Swing Fogg (unit) 1
- Knapsack Sprayer (unit) 5
- Pompa pemadam/pompa
jinjing (pompa pemadam kebakaran) (unit)
1
- Pestisida (pkt) 1
- Mist Blower (unit) 1
2 Honor :
- Insentif petugas LL/UPTD
(OB)
20
- Pengamatan dan
pengendalian (HOK)
30
3 Belanja Barang Non
Opersional Lainnya :
- Adm, dokumentasi, foto
copy, laporan, dll (thn)
1
- Penyusunan dan
pembahasan laporan (OH)
5
- Penggandaan laporan
(Ekspl)
5
4 Belanja Perjalanan Lainnya
- Dalam rangka pengamatan
dan pengendalian (OH)
4
46
Lampiran 11. Out Line Laporan Persiapan Kegiatan
Laporan Persiapan kegiatan dibuat sesuai format sebagai berikut:
No Kegiatan
Capaian Persiapan Kegiatan Penetapan
B Operasional
LUPH
Keterangan: kolom disii dengan tanda V, dengan tambahan lampiran berikut:
- Kolom 3 dilampirkan dengan SK penetapan tim
47
- Kolom 5 dilampirkan dengan juknis/juklak yang telah disusun
- Kolom 6 dilampirkan dengan jadwal pelaksanaan kegiatan
- Kolom 7 dilampirkan dengan calon peserta pelatihan
- Kolom 8 dilampirkan dengan SK panitia pengadaan barang dan jasa (uji mutu dan
uji efikasi APH, pengadaan pestisida kimia)
48
Lamppiran12. Format Laporan Pelaksanaan Kegiatan
Laporan Pelaksanaan kegiatan dibuat sesuai format sebagai berikut:
No Kegiatan Capaian Kegiatan Keterangan
Laboratorium Lapangan
1 2 3 4 5
A Operasional LL
B Operasional LUPH
C Oprasional Sub Lab Hayati
D Brigade Proteksi Tanaman
49
Lampiran 13.Out Line Laporan Akhir
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)
I. PENDAHULUAN A.Latar belakang B.Tujuan dan Sasaran C.Ruang Lingkup Kegiatan D.Indikator Kinerja
II. TINJAUAN PUSTAKA
III.PELAKSANAAN KEGIATAN
A.Waktu dan Lokasi B.Alat dan Bahan C.Metode
D.Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E.Simpul Kritis Kegiatan
F.Pelaksana G.Pembiayaan
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
B.Saran/rekomendasi C.Rencana Tindak Lanjut
VI. DAFTAR PUSTAKA