GENDER DARI DEFINISI HINGGA IMPLEMENTASI
Gender didefinisikan sebagai perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan perempuan bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang lebih luas. Pengarustamaan adalah upaya/strategi yang harus dilakukan untuk memberi peluang kepada seluruh komponen atau stakeholders agar dapat berperan secara
optimal dalam pembangunan.
Pengarusutamaan Gender (gender mainstreaming) merupakan sebuah upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang menyebabkan tidak tercapainya kesetaraan dan keadilan gender (marginalisiasi,
stereotype, suborndinasi, kekerasan dan beban ganda). Secara internasional, Pemerintah Indonesia telah meratifikasi kesepakatan global PBB pada Convention on the Elimination of all form of discrimination againts women, dimana berkewajiban untuk menghapus diskriminasi dan pemajuan kesetaraan dan keadilan gender baik yang bersifat sementara maupun berkesinambungan. Sesuai dengan Inpres No 9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, pengertian Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaliasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional.
Konsep Pengarusutamaan Gender
Pelaksanaan PUG diinstruksikan kepada seluruh kementerian maupun lembaga pemerintah dan non pemerintah di pemerintah nasional, provinsi, maupun kabupaten/ kota untuk melakukan penyusunan program dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan mempertimbangkan permasalahan kebutuhanaspirasi perempuan pada pembangunan dalam kebijakan, program
perlindungan anak, penurunan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi serta penguatan kelembagan dan jaringan PUG. Adapun tujuan pelaksanaan PUG adalah agar semua komponen masyarakat mendapatkan manfaat yang sama dari pembangunan, memperoleh akses, partisipasi dan kontrol yang setara antara laki-laki dan perempuan, serta kelomppk-kelompi rentan dan termajinalisasi dalam pembangunan.
Implementasi Strategi PUG
pengendalian banjir; pembinaan dan penyediaan perumahan dan permukiman; pembinaan dan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan dan perdesaan, seperti air bersih, persampahan, drainase dan sanitasi. Adapun beberapa kegiatan yang telah dihasilkan oleh Tim PUG Kementerian PU,
antara lain identifikasi isu gender terkait bidang penataan ruang, yaitu:
Kurang adanya keterlibatan yang seimbang antara perempuan dan laki-laki dalam pelaksanaan sosialisasi peraturan perundangan terkait bidang penataan ruang
Belum dipertimbangkannya kebutuhan strategis dan praktis gender dalam melakukan perencanaan tata ruang khususnya RTRW Kota dan RDTR
Dalam NSPK (Norma, Standar, Pedoman, Kriteria) belum menggunakan informasi terpilah dari perempuan dan laki-laki.
Kurang tersampaikannya isu gender dalam materi panduan penataan ruang
Belum terindentifikasinya dengan baik, penyelenggaran penataan ruang yang responsive
gender baik input, proses maupun output. Terkait implementasi lebih lanjut, sesuai dengan Permen Keuangan No. 119/PMK.02/2009, telah diamanatkan implementasi Anggaran Responsif Gender. Penganggaran yang responsif gender bukanlah tujuan, melainkan sebuah kerangka kerja atau alat analisiskebijakan anggaran untuk mewujudkan kesetaraan gender melalui proses-proses penentuan alokasi yang proporsional atau berkeadilan. Penerapan Anggaran Responsif Gender (ARG) dalam struktur penganggaran pada penyusunan RKA ditempatkan pada tingkat program dan kegiatan, Hal ini berarti pada saat penyusunan program sudah ditentukan sasaran dan kegiatan yang mempertimbangkan perspektif gender dan menerapkan analisis gender. Dalam penganggaran ini, turut dilampirkan Gender Budget Statement (GBS) yang isinya merefleksikan kegiatan yang akan dilakukan Kementerian/ Lembaga (K/L) dalam menangani persoalan gender dalam konteks suatu program.