• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kenapa Guru Takut PTK | Labschool Jakarta buku ptk 2 revisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kenapa Guru Takut PTK | Labschool Jakarta buku ptk 2 revisi"

Copied!
290
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

KENAPA GURU TAKUT MELAKUKAN PTK?

Dewasa ini banyak kita jumpai para guru yang belum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di dalam proses pembelajarannya di sekolah. Padahal banyak masalah yang timbul pada saat proses pembelajaran berlangsung yang dapat dijadikan tulisan dalam bentuk PTK. Masalahnya sangat komplek, dan jawabannya ternyata ada pada diri guru itu sendiri. Belum banyak guru yang mengenal apa itu PTK. Kalaupun tahu, PTK masih dianggap sesuatu yang menakutkan. Mereka menganggap PTK itu sama dengan ketika mereka menulis skripsi.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru belum melakukan PTK di dalam proses pembelajarannya di sekolah . Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut :

1. Guru kurang memahami profesi guru

(2)

adalah profesi yang sangat mulia. Para guru hendaknya menyadari profesi mulia ini. Guru harus dapat memahami peran dan fungsi guru di sekolah. Guru sekarang bukan hanya guru yang mampu mentransfer ilmunya dengan baik, tapi juga mampu digugu dan ditiru untuk memberikan tauladan kepada anak didiknya. Anak didik kita butuh figur untuk menjadi tauladan yang tidak hanya sebatas ucapan tapi juga tindakan. Apakah kita sudah menjadi tauladan untuk anak didik kita?

Profesi guru adalah profesi yang bukan hanya mulia di mata manusia, tetapi juga di mata Tuhan Pemilik Bumi. Profesi ini sangat menjanjikan untuk mereka yang berhati mulia. Karena itu guru harus dapat mengajar dan mendidik dengan hatinya agar dapat menjadi mulia. Hati yang bersih dan suci akan terpancar dari wajahnya yang selalu ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya ( Salam, Sapa,

(3)
(4)
(5)

2. Guru malas membaca

Saat ini kita melihat banyak guru yang malas membaca. Padahal dari membaca itulah akan terbuka wawasan yang luas dari para guru. Kesibukan-kesibukan mengajar membuat guru merasa kurang sekali waktu untuk membaca. Coba kita lihat di perpustakaan sekolah. Terlihat sekali banyak guru yang jarang pergi ke perpustakaan. Ini nyata, dan terjadi di sekolah kita. Bukan hanya di sekolah, di rumah pun guru malas membaca. Guru harus melawan kebiasaan malas membaca. Ingatlah dengan membaca kita dapat membuka jendela dunia. Bukankah kita sering menyuruh anak didik kita untuk senantiasa membaca?

Pengalaman mengatakan, siapa yang rajin membaca, maka ia akan kaya akan ilmu, namun bila kita malas membaca, maka kemiskinan ilmu akan terasa. Guru yang rajin membaca, otaknya persis seperti komputer atau ibarat Google di internet. Bila ada siswa yang bertanya, memori otaknya langsung bekerja mencari dan menjawab pertanyaan para siswanya dengan cepat dan benar. Akan terlihat wawasan guru yang rajin membaca, dari cara bicara dan menyampaikan pengajarannya.

3. Guru malas menulis

Bila guru malas membaca, maka sudah bisa dipastikan dia akan malas pula untuk menulis. Menulis dan membaca adalah kepingan mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Guru yang terbiasa membaca, maka ia akan terbiasa menulis, mengapa? Dari membaca itulah guru mampu membuat kesimpulan dari apa yang dibacanya, kemudian kesimpulan itu ia tuliskan lagi dalam gaya bahasanya sendiri.

Masalah yang timbul pada saat pembelajaran berlangsung, seringkali guru sudah mengatasinya atau mengadakan perbaikan-perbaikan dengan caranya sendiri. Namun, oleh karena tidak biasa menulis, maka apa yang sudah diperbuat guru tersebut hanya tinggal kenangan dan tidak diketahui oleh teman sejawat atau orang yang membutuhkan pemecahan masalah seperti yang dialami guru tersebut.

(6)

Menulis untuk hidup, hidup untuk menulis. Bagi mereka yang sudah terbiasa menulis, pasti matang akan pengalamannya. Proses menulis tidaklah sekali jadi. Guru harus sering berlatih untuk menulis. Tulisan yang enak dibaca dimulai dari proses menulis itu. Kemampuan guru menulis baik, bila tulisannya layak untuk dibaca banyak orang. Bermakna dan mempunyai daya tarik tersendiri.

4. Guru kurang sensitif terhadap waktu

Orang Barat mengatakan bahwa waktu adalah uang, time is money. Bagi guru waktu lebih dari uang dan bahkan bagaikan sebilah pedang tajam yang dapat membunuh siapa saja termasuk pemiliknya. Pedang yang tajam bisa berguna untuk membantu guru menghadapi hidup ini, namun bisa juga sebagai pembunuh dirinya sendiri. Bagi guru yang kurang memanfaatkan waktunya dengan baik, maka tidak akan banyak prestasi yang ia raih dalam hidupnya. Dia akan terbunuh oleh waktu yang ia sia-siakan. Karena itu guru harus sensitif terhadap waktu. Detik demi detik waktunya teratur dan terjaga dari sesuatu yang kurang baik serta sangat berharga.

Saat kita menganggap waktu tidak berharga, maka waktu akan menjadikan kita manusia tidak berharga. Demikian pula saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualitas seseorang terlihat dari cara ia memperlakukan waktu dengan baik.

5. Guru terjebak dalam rutinitas kerja

Kesibukan kerja setiap hari menjadi rutinitas yang tiada henti. Guru harus pandai mengatur rutinitas kerjanya. Jangan sampai guru terjebak sendiri dengan rutinitasnya yang justru tidak menghantarkan dia menjadi guru yang baik dan menjadi tauladan anak didiknya. Guru harus pandai mensiasati pembagian waktu kerjanya. Buatlah jadwal yang terencana. Buang kebiasan-kebiasaan yang membawa guru untuk tidak terjebak di dalam rutinitas kerja, misalnya : pandai mengatur waktu dengan baik, membuat diari atau catatan harian yang ditulis dalam agenda guru, dan lain-lain.

Rutinitas kerja tanpa sadar membuat guru terpola menjadi guru pasif bukan aktif. Hari-harinya diisi hanya untuk mengajar saja. Dia tidak mendidik dengan hati. Waktunya di sekolah hanya sebatas sebagai tugas rutin mengajar yang tidak punya nilai apa-apa. Guru hanya melakukan transfer of knowledge. Tidak mau tahu dengan

(7)

lingkungan dan kondisi sekolah apalagi kondisi siswa. Dia mengganggap pekerjaan dia adalah karirnya, karena itu dia berusaha keras agar yang dilakukannya bagus di mata pimpinannya atau kepala sekolah. Tak ada upaya untuk keluar dari rutinitas kerjanya yang sudah membosankan. Bahkan sampai saatnya memasuki pensiun. Apakah ini yang disebut guru profesional?

6. Guru kurang kreatif dan inovatif

Merasa sudah berpengalaman membuat guru menjadi kurang kreatif. Guru malas mencoba sesuatu yang baru dalam pembelajarannya. Dia merasa sudah cukup. Tidak ada upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru dari pembelajarannya. Dari tahun ke tahun gaya mengajarnya itu-itu saja. Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang dibuatpun dari tahun ke tahun sama, hanya sekedar copy and paste tanggal dan tahun saja. Rencana Program pembelajaran tinggal menyalin dari kurikulum yang dibuat oleh pemerintah atau menyontek dari guru lainnya. Guru menjadi tidak kreatif. Proses kreatif menjadi tidak jalan. Untuk melakukan suatu proses kreatif dibutuhkan kemauan untuk melakukan inovasi yang terus menerus, tiada henti.

Guru yang kreatif adalah guru yang selalu bertanya pada dirnya sendiri. Apakah dia sudah menjadi guru yang baik? Apakah dia sudah mendidik dengan benar? Apakah anak didiknya mengerti tentang apa yang dia sampaikan? Dia selalu memperbaiki diri. Dia selalu merasa kurang dalam proses pembelajarannya. Dia tidak pernah puas dengan apa yang dia lakukan. Selalu ada inovasi baru yang dia ciptakan dalam proses pembelajarannya. Dia selalu belajar sesuatu yang baru, dan merasa tertarik untuk membenahi cara mengajarnya.

Sekarang ini, sulit sekali mencari guru yang kreatif dan inovatif. Kalaupun ada jumlahnya hanya dapat dihitung dengan dua jari. Guru sekarang lebih mengedepankan penghasilan daripada proses pembelajaran yang kreatif. Benarkah? 7. Guru malas meneliti

(8)

menyulut guru untuk meneliti. Dari meneliti itulah guru akan tahu pembelajarannya. Penelitian diselenggarakan untuk memperbaiki hal-hal yang telah dilakukan agar menjadi lebih baik atau menciptakan sesuatu yang baru. Guru yang terbiasa meneliti, akan segera memperbaiki kinerjanya yang tidak baik. Obyek penelitian dalam PTK adalah siswa yang dihadapi oleh guru itu sendiri pada saat proses pembelajarannya.

Sebenarnya meneliti itu tidak sulit. Kesulitan itu sebenarnya berasal dari guru itu sendiri. Guru malas untuk meneliti. Mengapa? Karena guru menganggap tugas meneliti itu adalah bukan tugasnya. Tugas guru hanya mengajar. Meneliti adalah tugas mereka yang ingin naik pangkat atau mendapatkan gelar sarjana. Kalau sudah kepepet barulah guru mau meneliti, misalnya kalau ingin naik pangkat dari golongan IVA ke IVB. Guru wajib meneliti dan memberikan laporan ilmiahnya. Kalau tidak, maka pangkatnya tidak akan naik.

Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa guru golongan IVA sudah banyak, dan guru golongan IVB masih sangat sedikit. Banyak guru yang mengalami kesulitan dalam meneliti dan melaporkan hasil penelitiannya sehingga banyak guru yang terperangkap untuk tidak naik pangkat, karena tidak terbiasa meneliti.

8. Guru kurang memahami PTK

Kenyataan yang ada adalah bahwa banyak guru yang kurang memahami penelitian tindakan kelas atau PTK. Guru menganggap PTK itu sulit. Padahal PTK itu tidak sesulit apa yang dibayangkan. PTK dilakukan dari keseharian kita mengajar. Tidak ada yang sulit, semua dilakukan dengan mudah sebagaimana keseharian kita mengajar di kelas. Guru hanya perlu merenung sedikit tentang proses pembelajarannya. Dari hasil renungan ini, muncul gagasan atau ide-ide dari guru tersebut terhadap kelemahan/kekurangan proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan dan selanjutnya melaksanakan perbaikan dalam bentuk PTK.

Dalam buku ini, penulis ingin mengantarkan para guru dan membuka wawasan guru tentang pentingnya PTK untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran kita di sekolah. Bila kualitas pembelajaran kita meningkat, maka akan meningkatkan pula mutu pendidikan di sekolah kita.

(9)
(10)

BAB II

APAKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) ITU?

Pertanyaan di atas tentu akan menggelitik kita. Betapa tidak, bila kita bicara tentang penelitian, anggapan orang mengatakan penelitian itu pekerjaan seorang ilmuwan. Kalau sudah bicara tentang ilmuwan, maka gambaran yang terbersit dalam kacamata kita adalah pastilah sukar, rumit alias susah binti sulit. Benarkah demikian ? Mengapa sebagian guru merasa penelitian itu sulit? Apakah penelitian itu memerlukan dana yang besar sehingga harus menunggu bantuan?

Selama ini, menulis karya ilmiah merupakan momok bagi para guru. Kurangnya budaya membaca menyebabkan guru kurang dapat menulis dengan baik. Padahal, menulis itu dimulai dari banyak membaca. Kalau sudah banyak membaca, tentunya guru akan tertarik untuk meneliti. Penelitian dimulai dari adanya masalah. Masalah dapat dipecahkan bila kita melakukan penelitian. Penelitian dapat dilakukan bila adanya upaya dari guru untuk memperbaiki kualitas pembelajarannya di sekolah.

(11)

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan

merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan

partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil

belajar siswa dapat meningkat disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

PTK atau Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian Tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan-riset-tindakan…”, yang dilakukan secara siklus, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan.

(12)

pada hal yang sama. Penelitian Tindakan termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Penelitian Tindakan atau Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar belakang yang mirip dengan yang dimiliki peneliti.

Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research

Penelitian Formal Classroom Action Research Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru itu sendiri Sampel harus representative Kerepresentatifan sampel tidak

(13)

diperhatikan

Instrumen harus valid dan reliabel Instrumen yang valid dan reliabel kurang diperhatikan

Menuntut penggunaan analisis statistic Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis Mengembangkan teori Memperbaiki praktik pembelajaran secara

langsung

Bila kita ingin lebih tahu lagi, maka terdapat 7 perbedaan yang sangat jelas antara Penelitian formal dengan Penelitian Tindakan Kelas atau PTK.

Tabel 2. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research

NO KETENTUAN PENELITIAN FORMAL C A R

1 Pelaku Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru yang bersangkutan

2 Sample Harus representatif Tidak harus representative

3 Instrumen Harus valid dan reliabel Tidak harus valid & reliable

4 Statistik Analisa statistik yang baik Tidak harus menggunakan statistic

5 Hipotesis Hipotesis harus jelas Tidak mensyaratkan hipotesis

6 Teori Harus berlandaskan teori yang sudah ada

Teori tidak terlalu berpengaruh

7 Fungsi Menguji Teori Memperbaiki praktik

pembelajaran secara langsung

(14)

sumber dananya sangat diperlukan oleh para guru.

Sehubungan hal itu, Fasli Jalal (2007) dalam makalahnya berjudul "Peningkatan Mutu Pendidikan" mengatakan bahwa; "Pada tahun 2007 pemerintah telah memprogramkan tiga kegiatan utama peningkatan profesional guru berkelanjutan berkolaborasi dengan LPTK dan menyediakan dana block grant untuk itu, yakni kegiatan; (1) penelitian tindakan kelas (PTK) bagi 3.837 guru dengan alokasi dana sebesar Rp. 13.653.600.000,-; (2) bimbingan karya tulis ilmiah bagi 10.000 guru dengan alokasi dana sebesar Rp. 50.000.000.000,-; dan (3) pertemuan ilmiah guru, baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Pemerintah juga memberikan hak cuti kepada guru yang akan melaksanakan kegiatan penelitian dan penulisan buku pelajaran”.

Kesimpulan :

(15)

BAB III

APAKAH MANFAAT PTK BAGI GURU?

Manfaat PTK bagi guru sangat banyak sekali Diantaranya adalah membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran, meningkatkan profesionalitas guru, meningkatkan rasa percaya diri guru, memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan, dan keterampilannya. Namun demikian, PTK sebagai salah satu metode penelitian memiliki beberapa keterbatasan, yang diantaranya : validitasnya yang masih sering disangsikan, tidak dimungkinkan melakukan generalisasi karena sampel sangat terbatas, peran guru yang ‘one man show’ bertindak sebagai pengajar dan sekaligus peneliti sering kali membuat dirinya menjadi sangat repot (very busy).

(16)

sekolah swasta, PTK sangat penting untuk meningkatkan apresiasi, dan profesionalisme guru dalam mengajar. Apalagi dengan adanya program sertifikasi guru dari pemerintah.

Selain itu PTK akan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan, maka manfaat yang dapat diperoleh secara keseluruhan yaitu label inovasi pendidikan karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara semakin mandiri. Sikap mandiri akan memicu lahirnya ”percaya diri” untuk mencoba hal-hal baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara berkesinambungan. Sehingga proses belajar sepanjang hayat terus terjadi pada dirinya.

Setiap hari guru menghadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya. Oleh karena itu bila guru tidak dapat menemukan masalah untuk PTK sungguh ironis. Merenunglah barang sejenak, atau mengobrollah dengan teman sejawat, Anda akan segera menemukan kembali seribu satu masalah yang telah merepotkan Anda selama ini dalam proses pembelajaran di sekolah. Dapatkan khasanah ilmu pendidikan baru yang belum tergali!. Jadikan diri anda sebagai penemu metode-metode baru dalam dunia pendidikan kita.

Adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam pembelajaran di kelasnya merupakan awal dimulainya PTK. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku belajar siswa. Guru diarahkan untuk berpikir ilmiah, melalui masalah yang mereka temukan. Langkah menemukan masalah akan dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian merencanakan PTK dalam bentuk tindakan perbaikan, mengamati, dan melakukan refleksi. Namun demikian harus dapat dibedakan antara pengamatan dengan refleksi. Pengamatan lebih cenderung kepada proses, sedangkan refleksi merupakan perenungan dari proses yang sudah dilakukan. Refleksi adalah cermin dari apa yang telah kita lakukan.

Tujuan utama PTK adalah untuk mengubah perilaku pengajaran guru, perilaku peserta didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktek pembelajaran, dan atau

(17)

mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas. Sekaligus mengajak guru untuk menjadi seorang peneliti.

PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, menurut Cohen & Manion (1980: 211) PTK dapat berfungsi sebagai : (a) alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas; (b) alat pelatihan dalam jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran diri, khususnya melalui pengajaran sejawat; (c) alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovasi; (d) alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti; (e) alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas; (f) alat untuk mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya.

Manfaat PTK yang dilakukan di sekolah dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Terbiasa menulis dan mendapat kesempatan untuk naik golongan bagi PNS, karena

sertifikasi guru mensyaratkan itu.

2. Berfikir analitis dan ilmiah, karena dengan terbiasa mencari akar masalah dan mencoba menemukan jalan keluar, maka seorang guru akan terbiasa untuk berfikir analitis dan ilmiah. Sehingga PTK dapat mengarahkan guru untuk selalu berpikir ilmiah dalam memecahkan masalahnya.

3. Menambah khasanah ilmu pendidikan, dengan banyaknya tulisan dari para guru yang melakukan PTK, maka akan banyak kesempatan para guru untuk membaca dan mengembangkan wawasannya, hal ini akan menambah khasanah baru dalam dunia pendidikan.

(18)

5. Mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas.

6. Meningkatkan mutu sekolah secara keseluruhan, karena PTK pada intinya memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Semakin sering dan banyak guru-guru yang menulis PTK maka semakin baiklah kualitas sekolah tersebut.

Keunggulan PTK yang dilaksanakan di sekolah adalah: 1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual. 2. Kerangka kerjanya teratur.

3. Berdasarkan pada obeservasi yang nyata dan obyektif. 4. Fleksibel dan adaptif.

5. Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran.

6. Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas.

7. Dapat digunakan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme guru. Selain memiliki keunggulan, PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh para guru di sekolah. Prinsip itu adalah :

1. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.

2. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.

(19)

3. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis yang dirumuskan cukup meyakinkan.

4. Masalah penelitian yang diteliti adalah masalah pembelajarannya di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. 5. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya. Mengindahkan tata krama

organisasi, di mana masalah yang diteliti diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.

6. Masalah tidak hanya berfokus dalam konteks kelas, melainkan dalam perpekstif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerjasama antara guru dan dosen).

Selain itu juga PTK setiap tahunnya diperlombakan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan kita diharapkan dapat mengikutinya. Lomba karya tulis yang setiap tahun diperlombakan diantaranya :

 Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (www.pmptk.net)  Lomba Karya Tulis Imtak (www.depdiknas.go.id)

 Lomba Karya Inovative Teacher (www.detik.com)

(20)

Contoh Pengumuman Lomba Karya Tulis sebagai berikut :

LOMBA KARYA ILMIAH INOVATIF PEMBELAJARAN

GURU

Kabar gembira buat rekan-rekan yang sedang menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK), setelah anda mencoba membuat PTK, inilah saatnya PTK anda diikutkan lomba. Ingin tahu lebih detil baca tulisan di bawah ini :

Sifat dan Sasaran

Lomba Karya Ilmian Inovasi Pembelajaran guru tahun 2008 bersifat perorangan (individual) dengan sasaran Guru pada semua satuan pendidikan di Jawa Tengah yang memenuhi persyaratan.

Klasifikasi

Lomba Karya Ilmian Inofasi Pembelajaran guru tahun 2008, diklasifikasi dalam kelompok guru :

1. Taman Kanak-kanak 2. Sekolah Dasar

3. Sekolah Menengah Pertama 4. Sekolah Menengah Atas 5. Sekolah Menengah Kejuruan

Ketentuan Umum

1. Peserta lomba adalah GURU PNS dan Non PNS aktif yang telah memiliki masa kerja minimal 4 (empat) tahun.

2. Peserta lomba diijinkan mengirim 1 (satu) naskah Karya Ilmiah sesuai bidang tugas.

3. Karya ilmiah belum pernah diikutsertakan pada lomba sejenis ditingkat Provinsi maupun Nasional.

4. Keputusan panitia tidak dapat diganggu gugat.

(21)

Ketentuan Khusus

a. Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) b. Karya tulis ilmiah harus asli bukan jiplakan

c. Naskah karya ilmiah harus memenuhi : Diketik dengan huruf Arial 12 spasi ganda

Ukuran kertas kwarto panjang halaman antara 15 s.d 25 (bagian awal lampiran tidak dihitung)

d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar e. Naskah karya ilmiah harus dijilid cover warna :

Hijau untuk kelompok guru TK atau TKLB Merah untuk kelompok guru SD atau SDLB Biru untuk kelompok guru SMP atau SMPLB Abu-abu untuk kelompok guru SMA atau SMALB Kuning untuk kelompok guru SMK

Naskah karya ilmiah dilampiri dengan :

a. Surat pernyataan penulis tenteng keaslian karya ilmiah yang disahkan Kepala Sekolah

b. Biodata (Curriculum Vitae) penulis

c. Naskah karya ilmiah yang dilombakan sepenuhnya menjadi hak milik panitia

Aspek Yang Dinilai

NO ASPEK INDIKATOR BOBOT

1 Keaslian Asli bukan jiplakan 20%

2 Keinovatifan Kemanfaatan

1. Dibutuhkan PBM

2. Bermanfaat PD 30%

3 Keilmiahan

1. Notasi ilmiah 2. Relevansi rujukan 3. Kedalaman karya

(22)

4 Konsistensi 1. Pengorganisasian

2. Pemakaian bahasa 30%

Sistematikan Penulisan

Penulisan karya ilmiah terdiri atas 3 bagian, yaitu : Bagian Depan

Bagian Isi :

Bab I Pendahuluan

Bab II Kerangka Teoritis, Kerangka Berpikir dan Hipotesis Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab IV Hasil dan pembahasan Bab V Penutup

Daftar Pustaka Lampiran

Persyaratan Peserta

Masukan naskah Karya Ilmiah Inovasi Pembelajaran Guru yang telah sesuai ketentuan khusus kedalam sampul dan tulis pojok kiri atas LOMBA KARYA ILMIAH

INOVATIF PEMBELAJARAN GURU dan kirim ke alamat pendaftaran sejumlah 3 rangkap paling lambat tanggal 30 September 2008 dengan alamat :

Panitia Lomba Karya Ilmiah Inovasi Pembelajaran Tk. Provinsi Jawa Tengah 2008 Dinas P dan K Jawa Tengah

u.p. Subdin PTKNK Gedung D Lt. 2 Jl. Pemuda 134 Semarang 50132

Penghargaan Pemenang

Pemenang lomba pada masing-masing kelompok akan memperoleh piala dan piagam serta uang pembinaan dengan besaran :

Juara I : Rp. 6.000.000,-Juara II : Rp. 5.000.000,-Juara III : Rp. 4.000.000,-

(23)

Lain-lain

Apabila membutuhkan keterangan lebih lanjut kunjungi http:/www.pdkjateng.go.id atau hubungi panitia lomba melalui kontak person : Dra. Marfuah, MM 08122841432, Edy Sutrisno, S.Pd 081325710060, Eris Yunianto, M, Pd (024) 70304735.

CONTOH PENGUMUMAN LOMBA KARYA TULIS LAINNYA :

Apakah Anda memiliki pengalaman mengajar Sains dan Matematika yang Inovatif? Esis mengajak guru-guru SD, SMP, SMA atau sederajat di seluruh Indonesia untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Guru dengan tema: “Kisah Suksesku Mengajar dengan Metode Pembelajaran Inovatif untuk Bidang Sains dan Matematika”.

(24)

50 Karya terbaik akan diterbitkan !

Para pemenang akan mendapatkan hadiah sebagai berikut : Juara I : Rp. 5.000.000 + Sertifikat & Paket menarik

Juara II : Rp. 3.000.000 + Sertifikat & Paket menarik Juara III : Rp. 2.000.000 + Sertifikat & Paket menarik Juara Harapan I : Rp. 1.500.000 + Sertifikat

Juara Harapan II : Rp. 1.000.000 + Sertifikat Juara Harapan III : Rp. 750.000 + Sertifikat

Persyaratan Peserta :

* Naskah adalah karya asli dan belum pernah dilombakan atau dipublikasikan. * Mengusung tema yang telah ditentukan.

* Naskah diketik dan dikirimkan beserta biodata singkat penulis, alamat lengkap, nomor

(25)

telepon, dan fotokopi KTP.

Tuliskan NASKAH di sebelah kiri atas amplop dan kirimkan ke : Panitia Kontes Naskah Guru

MarComm ESIS

Jl. H. Baping Raya 100 Ciracas Jakarta Timur 13740 atau email ke : kontes.naskah@erlangga.net

* Peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 naskah.

* Karya tulis yang masuk sepenuhnya menjadi milik Penerbit Erlangga dan karya tulis terbaik yang diterbitkan akan menjadi hak cipta penulis.

* Naskah paling lambat diterima pada tanggal 03 Maret 2008 (Cap Pos).

* Keputusan juri mengikat, tidak dapat diganggu gugat, dan tidak diadakan surat menyurat

Contoh Pengumuman Lomba Keberhasilan Guru dalam pembelajaran

DIREKTORAT PROFESI PENDIDIK DIREKTORAT JENDERAL

PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PROFESI PENDIDIK

LOMBA KEBERHASILAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TINGKAT NASIONAL TAHUN 2008

Departemen Pendidikan Nasional berusaha secara kontinyu meningkatkan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Salah satu kegiatannya adalah menyelenggarakan “Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional”. Keberhasilan guru dalam pembelajaran tercermin dari hasil penelitian, penelitian tindakan kelas (PTK), kajian, atau evaluasi khususnya di bidang penyusunan program, penyajian program, penilaian proses, dan hasil pembelajaran.

A. TEMA

“Melalui lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran kita tingkatkan

profesionalitas guru sebagai agen pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu”.

(26)

1. Memotivasi guru untuk lebih berkreasi dan berinovasi dalam menyusun, menyajikan, serta menilai proses dan hasil pembelajaran.

2. Mendorong guru untuk selalu meningkatkan kemampuan meneliti, mengkaji, mengevaluasi, mengembangkan kreatifitas, dan inovasi untuk menghasilkan pembelajaran yang bermutu.

3. Menanamkan budaya, minat, bakat dan kebiasaan untuk pengembangan hasil kegiatan pengembangan profesi baik lisan maupun tulisan secara baik dan benar.

4. Menyebarluaskan berbagai pengalaman guru yang berhasil meningkatkan mutu pembelajaran, sehingga dapat dimanfaatkan dan dijadikan referensi bagi guru lainnya.

C. LINGKUP LOMBA

Lingkup kegiatan yang dilombakan dalam Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional Tahun 2008, adalah

1. Kegiatan penyusunan program, penyajian program dan penilaian hasil pembelajaran atau bimbingan yang berdampak kepada meningkatnya prestasi belajar peserta didik.

2. Peningkatan proses dan hasil belajar peserta didik yang tercermin pada meningkatnya efektivitas dan efisiensi proses belajar peserta didik dengan indikator meningkatnya minat dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran yang dipelajarinya sesuai dengan tujuan pembelajaran atau bimbingan yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut dapat diukur melalui skor perolehan belajar, skor sikap, dan berbagai skor pengukuran lain yang tingkat kepercayaannya telah diuji.

3. Berupa hasil penelitian, penelitian tindakan kelas, kajian, atau evaluasi dengan pendekatan, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau kualitatif.

D. KERANGKA ISI

Abstrak : ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris antara 200 – 300 kata.

1. Bagian awal

a. Halaman judul

i. Judul singkat, jelas, relevan dengan isi tulisan, dan diketik dengan huruf kapital.

ii. Nama penulis.

iii. Kedudukan guru yang menyatakan keberadaannya pada satuan pendidikan TK/SD/SMP/SMA/ SMK/SLB dan mata pelajaran atau bimbingan dan konseling yang menjadi bidang tugasnya.

iv. Tanggal penulisan.

b. Halaman pengesahan/persetujuan kepala sekolah

Lembaran tersebut menyatakan pengesahan atau persetujuan kepala sekolah dengan bukti tanda tangan, nama, NIP/NIGB/NIY (kalau ada) dan stempel sekolah yang bersangkutan.

c. Kata Pengantar

(27)

d. Daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran bila ada e. Abstraksi

2. Bagian inti pembahasan a. Pendahuluan

Pendahuluan berisi atau mengungkapkan antara lain hal-hal sebagai berikut :

i. Latar belakang

 Menggambarkan bahwa topik atau fokus

permasalahan menarik dan relevan dengan upaya peningkatan mutu pembelajaran/ bimbingan dan konseling.

 Menunjukkan bahwa topik atau fokus

permasalahan tersebut bersifat spesifik, asli, dan belum pernah disajikan secara tertulis sebagai karya lomba keberhasilan pembelajaran/ bimbingan dan konseling.

ii. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, kajian, atau evaluasi yang menggambarkan ruang lingkup atau

pembatasan kegiatan pembelajaran/ bimbingan yang dilakukan sesuai dengan topik atau fokus permasalahan. iii. Tujuan dan manfaat penelitian, kajian, atau evaluasi yang

dilakukan. Rumuskan secara rinci tujuan dan manfaat kegiatan penelitian, kajian, atau evaluasi yang dilakukan. iv. Definisi konsep, definisi operasional, dan/atau kajian

teoritis yang relevan.

b. Metodologi penelitian atau prosedur pembelajaran.

i. Metode penelitian atau prosedur pembelajaran/ bimbingan. Jelaskan secara rinci prosedur penelitian, penelitian tindakan kelas, kajian, atau evaluasi

pembelajaran/bimbingan yang dilakukan.

ii. Subjek penelitian, kajian, atau evaluasi. Jelaskan secara rinci pada kelas berapa kegiatan pembelajaran/bimbingan dilakukan, berapa banyak dan bagaimana karakteristik siswanya.

iii. Teknik pengumpulan data. Jelaskan teknik pengumpulan data, seperti dengan tes, observasi, data sekunder, dan sebagainya.

iv. Validasi instrumen penelitian, kajian, atau evaluasi. Jelaskan bagaimana instrumen itu divalidasi, seperti uji validitas, validasi sejawat, atau menggunakan instrumen yang terstandar.

v. Teknik analisis data. Jelaskan teknik analisis data, baik kuantitatif maupun kualitatif.

(28)

i. Hasil penelitian kegiatan pembelajaran

ii. Analisis hasil penelitian kegiatan pembelajaran d. Kesimpulan dan saran-saran

i. Kesimpulan utama yang dapat diambil dari kegiatan pembelajaran/bimbingan

ii. Saran-saran yang ditujukan baik kepada teman sejawat, pengelola pendidikan atau berbagai pihak lain yang relevan.

3. Bagian Akhir

a. Daftar pustaka

b. Lampiran data-data yang diperlukan untuk menunjang kebenaran laporan kegiatan, misalnya: data hasil belajar, instrumen

pengukuran yang digunakan program pembelajaran atau proses bimbingan dan konseling dan lain-lain.

c. Setiap karya tulis ilmiah supaya dilampirkan biodata peserta yang disahkan oleh kepala sekolah (contoh terlampir).

E. KETENTUAN LOMBA

1. Lomba bersifat perseorangan.

2. Naskah lomba berupa hasil penelitian, penelitian tindakan kelas, kajian, atau evaluasi yang dilakukan secara ilmiah.

3. Peserta lomba hanya diperbolehkan mengirimkan satu karya tulis ilmiah yang sesuai dengan bidang tugas yang menjadi tanggungjawabnya (bila mengirimkan lebih dari satu, karya tulis ilmiah dinyatakan gugur).

4. Surat pernyataan penulis, bahwa naskah lomba tersebut asli hasil karya sendiri, bukan plagiat/jiplakan, dan belum pernah dinilai pada lomba sejenis, baik di dalam maupun di luar Departemen Pendidikan Nasional yang

diketahui oleh kepala sekolah.

5. Jumlah halaman sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) halaman kertas berukuran A4, tidak termasuk bagian awal dan lampiran-lampiran. 6. Diketik 2 (dua) spasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau

Bahasa Inggris yang baik dan benar.

7. Naskah lomba dijilid dan diberi sampul dengan ketentuan: a. Warna hijau untuk guru TK;

b. Warna merah untuk guru SD; c. Warna biru untuk guru SMP;

d. Warna abu-abu muda untuk guru SMA; e. Warna kuning untuk guru SMK; dan f. Warna ungu untuk guru SLB

F. ASPEK YANG DINILAI

1. Keaslian atau orisinalitas hasil karya lomba yang dibuat oleh guru yang bersangkutan, bukan jiplakan karya orang lain.

2. Bersifat inovatif, spesifik dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, latar belakang siswa serta situasi/kondisi tempat guru bertugas.

3. Naskah ditulis sesuai dengan kerangka penulisan hasil laporan penelitian.

(29)

4. Hasil pembelajaran atau kebermanfaatannya dalam meningkatkan mutu pendidikan.

G. PERSYARATAN PESERTA 1. Peserta lomba adalah

a. Guru Taman Kanak-kanak (TK)

b. Guru Sekolah Dasar (SD) untuk guru kelas dan guru mata pelajaran

c. Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP), Guru Sekolah

Menengah Atas (SMA), Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk semua mata pelajaran.

d. Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk guru kelas dan guru mata pelajaran.

e. Guru pembimbing atau guru bimbingan dan konseling

2. Masih aktif mengajar pada sekolah negeri atau sekolah swasta di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional, baik guru PNS maupun guru bukan PNS

3. Mempunyai masa kerja sebagai guru sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun dibuktikan dengan SK pengangkatan/penugasan pertama sebagai guru. 4. Bagi yang pernah 2 (dua) kali menjadi pemenang Lomba Keberhasilan

Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional baik Pemenang I, Pemenang II, maupun Pemenang III dapat mengikuti lomba ini setelah 5 (lima) tahun atau lebih dihitung dari kemenangannya yang terakhir.

H. WAKTU PELAKSANAAN

1. Penerimaan naskah lomba dimulai sejak tanggal 2 Mei 2008 dan paling lambat tanggal 30 September 2008 (cap pos).

2. Karya lomba asli sebanyak 1 (satu) eksemplar dikirim kepada :

“Panitia Lomba Keberhasilan Guru Dalam Pembelajaran Tingkat Nasional”

Direktorat Profesi Pendidik

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Departemen Pendidikan Nasional Up. Subdit Penghargaan dan Perlindungan

Gedung D Lantai 14 Jl. Jenderal Sudirman Pintu I Senayan, Jakarta Pusat Telp. (021) 57974123

I. PENGHARGAAN BAGI PEMENANG

Bagi pemenang lomba disediakan hadiah berupa uang dengan total nilai sebesar Rp. 1.050.000.000,- (Satu milyar lima puluh juta rupiah) dan piagam dari Menteri Pendidikan Nasional.

(30)

1. Pada pojok kiri atas sampul pengiriman ditulis “GURU YANG PROFESIONAL DAN BERMARTABAT”.

2. Finalis Lomba akan dipanggil ke Jakarta untuk mengikuti seleksi

penentuan pemenang lomba tingkat nasional pada bulan November 2008. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka peringatan Hari Guru Nasional tahun 2008.

3. Naskah yang masuk menjadi milik Panitia dan hak penerbitan naskah berada pada Direktorat Profesi Pendidik, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional.

4. Keputusan panitia bersifat final K. BIODATA

BIODATA PESERTA LOMBA KEBERHASILAN GURU

DALAM PEMBELAJARAN TINGKAT NASIONAL TAHUN 2008 Foto 3 x 4 1. Nama

(31)

10. Kelurahan/ Desa 11. Kecamatan 12. Kabupaten 13. Propinsi 14. Kode pos 15. Telepon 16. No. Hp

16. Prestasi dan Keberhasilan yang pernah dicapai ****)

17. …

18. …

19. …

20. …

17. Lomba Keberhasilan Guru yang pernah diikuti

Berapa kali… dan juara ke berapa…

………, 2008 Mengetahui:

Kepala Sekolah, Peserta Lomba,

……….. ………..

NIP NIP

(32)

BAB IV

BAGAIMANAKAH CARA MEMULAI PTK?

Untuk melaksanakan PTK, dibutuhkan perencanaan (planning) yang matang setelah kita tahu ada masalah dalam pembelajaran kita. Perencanaan itu harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi dari tindakan sebelumnya. Lalu diadakan pengamatan (observing) yang teliti tentang proses pelaksanaannya. Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi (reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.

Keempat langkah utama dalam PTK yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama. Dengan demikian, berdasarkan hasil tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti langkah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua.

Siklus yang baik, biasanya lebih dari dua siklus, dan waktu siklus yang baik lamanya sekitar enam bulan atau satu semester. Mengapa? Supaya PTK kita benar-benar terasa keberhasilannya dan nampak terlihat perubahan setelah PTK dilaksanakan. Namun demikian, berdasarkan pengalaman di lapangan, baik tidaknya siklus tidak harus 6 bulan tapi bisa saja beberapa kali pertemuan (biasanya 1 topik pelajaran) selesai sampai diadakan evaluasi. Satu siklus bisa saja beberapa tatap muka. Tergantung dari topik apa yang menjadi masalah dalam PTK yang dilakukan.

Bila melihat kurikulum baru KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) diharapkan guru menciptakan sendiri program pembelajarannya. KTSP membebaskan guru untuk menyusun materi pembelajarannya, asalkan sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sesuai yang diharapkan.

Banyaknya permasalahan di sekolah yang dihadapi guru tentu memancing guru untuk meneliti. PTK dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi guru. Guru dapat membuat beberapa siklus yang sesuai dengan topik penelitian sampai menemukan kepuasan dalam PTKnya.

(33)

Untuk melakukan siklus PTK hendaklah menggunakan empat langkah di atas. Keempat langkah dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 : Model PTK Kurt Lewin hasil modifikasi penulis

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting

dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.

Gambar 2 : Model PTK Kurt Lewin Perencanaan

Tindakan

Pengamatan

(34)

Model Kurt Lewin dan Kemmis & Taggart pada saat ini banyak digunakan oleh para guru. Selain mudah dalam pelaksanaannya, juga sangat simple sehingga banyak guru yang memakai kedua model itu. Namun yang lebih banyak dipakai pada saat ini adalah model PTK dari Kurt Lewin. Mengapa? Karena model Kurt Lewin sangat mudah dipahami oleh para guru dalam meneliti melalui PTK di sekolah.

Namun demikian, hasil PTK yang dilaksanakan tidak tertutup kemungkinan untuk diikuti oleh guru lain atau teman sejawat. Oleh karena itu guna melengkapi predikat guru sebagai ilmuwan sejati, guru perlu juga menuliskan pengalaman melaksanakan PTK tersebut ke dalam suatu karya tulis ilmiah. Karya tulis tersebut, yang selama ini ditulis belum merupakan kebiasaan bagi para guru, sebenarnya sangat bermanfaat bagi masyarakat pengguna lain. Dengan melaporkan hasil PTK tersebut kepada masyarakat (teman sejawat, pemerhati/pengamat pendidikan, dan para pakar pendidikan lainnya) guru akan memperoleh nilai tambah yaitu suatu bentuk pertanggungjawaban dan kebanggaan akademis/ilmiah sebagai kreativitas seorang ilmuwan. Hasil kerja guru akan merupakan amal jariah yang sangat membantu teman sejawatnya dan siswa secara khusus. Melalui laporan kepada masyarakat, PTK yang pada awalnya dilaksanakan dalam skala kecil yaitu di ruang kelas, akan memberi sumbangsih yang cukup signifikan terhadap peningkatan mutu, proses, dan hasil belajar siswa. Penjabaran di atas dapat disimpulkan dalam gambar di bawah ini.

Gambar 3 : Model PTK Kurt Lewin lainnya hasil modifikasi penulis

PERENCANAAN

TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4

TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI

Gambar Siklus PTK Model Kurt Lewin (dimodifikasi oleh penulis)

(35)

Untuk lebih jelasnya, tahap-tahap perencanaan PTK terdiri atas mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah, serta merencanakan perbaikan. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan Menetapkan Masalah

Selama mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah, baik masalah yang bersifat pengelolaan kelas, maupun yang bersifat instruksional. Meskipun banyak masalah, ada kalanya guru tidak sadar kalau dia mempunyai masalah. Atau masalah yang dirasakan guru kemungkinan masih kabur sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Oleh karena itu, kepala sekolah, atau teman sejawat perlu mendorong guru menemukan masalah atau dapat juga guru memulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut.

(36)

penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan sekaligus.

Untuk dapat memilih masalah secara tepat guru perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan kriteria sebagai berikut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya seorang guru dapat memilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain”.

Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Anda sebagai guru berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting untuk dimunculkan. Untuk melakukan hal ini, guru dapat merenungkan kembali apa yang telah dilakukan. Jika guru rajin membuat catatan-catatan kecil pada akhir setiap pembelajaran yang dikelolanya, maka ia akan dengan mudah menemukan masalah yang dicarinya. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, maka seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari dunianya. Setelah mengetahui permasalahan, selanjutnya melakukan analisis dan merumuskan masalah agar dapat dilakukan tindakan (acting).

Berikut adalah beberapa kriteria dalam penentuan masalah:

(a) Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau program;

(b) Masalahnya hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para penelitinya,

(37)

khususnya guru dan waktunya terlalu lama; Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan atau kekuasaan guru untuk mengatasinya

(c) Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini daripada berdasarkan fenomena dangkal. Pilihlah masalah yang skalanya cukup kecil dan terbatas.

(d) Usahakan untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan fokus penelitian. (e) Kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan

dalam rencana pengembangan sekolah.

Berikut ini beberapa contoh masalah yang diidentifikasi sebagai fokus penelitian tindakan:

(1) rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis di kalangan siswa SMA; (2) rendahnya ketaatan siswa pada perintah guru;

(3) rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris; (4) rendahnya kualitas pengelolaan interaksi guru-siswa-siswa;

(5) rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dari tujuan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut; dan

(38)

Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya. Masalah yang dibahas pun jangan terlalu besar, misalnya Nilai Ujian Nasional (UN) yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipecahkan melalui PTK, apalagi untuk PTK individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk Anda pecahkan. Masalah pun jangan terlalu kecil. Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa. Masalah yang sedang hangat sekarang ini adalah bagaimana membuat

(39)

media pembelajaran yang memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Media yang dibuat guru benar-benar dapat menyampaikan pesan ke otak siswa dengan mudah.

Contoh permasalahan PTK :

Seorang guru sejarah yang bernama Ibu Netty menemukan rendahnya motivasi sebagian besar siswa untuk menjawab pertanyaan atau siswa sering tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru di kelasnya. Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar.

Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang ‘belajar bagaimana belajar’ merupakan contoh PTK lainnya dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas. Akhirnya seorang guru harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang diteliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran guru terhadap masalah itu dan keinginan guru untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan. Apakah terjadi perubahan ataukah tidak.

Di dalam melakukan PTK, jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda sebagai guru ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang masuk di akal dan nyata (real), ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar). Masalah yang dikupas dalam PTK adalah masalah yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran di kelas dan bukan rekayasa guru. Apalagi hasil penelitian orang lain yang kemudian diklaim sebagai PTK sendiri yang tidak original. 2. Menganalisis dan Merumuskan Masalah

(40)

didapatkan dari berbagai masalah yang timbul dalam proses pembelajaran di kelas, lalu pilihlah masalah yang akan dikupas sesuai dengan kerangka teoritis yang dimiliki.

Untuk mengetahui penyebabnya, setiap masalah harus dianalisis, dengan mengacu kepada kerangka teoritis dan pengalaman yang relevan, sehingga guru dapat merencanakan pelaksanaan tindakan perbaikan. Misalnya, untuk menganalisis penyebab contoh permasalahan Ibu Netty yang mengajar sejarah, guru dapat mengacu kepada teori keterampilan bertanya, dan mencari penyebabnya dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : 1) Apakah rumusan pertanyaan yang dibuat guru sejarah sudah cukup jelas dan singkat? 2) Apakah guru sejarah memberikan waktu yang cukup untuk berpikir sebelum meminta siswa menjawab? Guru sejarah perlu merenung untuk mencari solusi. Jika setelah dianalisis, kedua pertanyaan di atas dijawab dengan ya, tentu harus dicari penyebab lainnya, misalnya : apakah penjelasan guru sejarah cukup jelas bagi siswa, apakah bahasa yang digunakan guru sejarah mudah dipahami, dan apakah ketika menjelaskan guru sejarah memberikan contoh-contoh. Jika ternyata kedua pertanyaan di atas dijawab tidak, maka kita sudah mendapatkan jawaban sementara, yaitu penyebab siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru adalah karena pertanyaan yang diajukan guru sejarah tidak jelas dan sering panjang dan berbelit-belit, serta guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir. Jika ini yang dianggap sebagai penyebab, maka guru sejarah dapat merencanakan tindakan perbaikan, yaitu dengan menyusun pertanyaan tersebut secara cermat, serta berusaha memberikan waktu untuk berpikir sebelum meminta siswa menjawab pertanyaan.

Menganalisis dan merumuskan masalah bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Diperlukan kecermatan guru dalam menganalisis dan merumuskan masalah. Masalah yang dirumuskan harus menjadi bahan dalam penulisan laporan PTK. Dari pelaporan PTK inilah, para pembaca menjadi tahu masalah apa yang dipecahkan, dan solusi apa yang digunakan dalam memecahkan masalah tersebut dengan membaca rumusan masalah yang dibuat oleh guru.

3. Merencanakan Tindakan Perbaikan

Berdasarkan rumusan masalah (juga mencakup penyebab timbulnya masalah), guru mencoba mencari cara untuk memperbaiki atau mengatasi masalah tersebut.

(41)

Dengan perkataan lain, dalam langkah ini, guru merancang tindakan perbaikan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk merancang suatu tindakan perbaikan, guru dapat : (1) mengacu kepada teori yang relevan, (2) bertanya kepada ahli terkait, dan (3) berkonsultasi dengan teman sejawat. Ahli terkait mungkin ahli pembelajaran, mungkin pula ahli bidang studi atau pembelajaran bidang studi. Rencana tindakan perbaikan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Mari kita ambil kasus ibu Netty lagi, yaitu masalah pertanyaan guru yang tidak terjawab oleh siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa pertanyaan yang disusun guru terlampau panjang dan kurang jelas. Di samping itu, guru sering langsung meminta jawaban setelah mengajukan pertanyaan, dan kadang-kadang langsung mengarahkan pertanyaan ini pada siswa tertentu, sehingga siswa yang lain tidak memperhatikan pertanyaan tersebut. Akibatnya, hampir selalu pertanyaan tidak terjawab dan Ibu Netty sering harus menjawab pertanyaannya sendiri atau melupakan pertanyaan tersebut. Dari hasil analisis tersebut, penyebab pertanyaan Ibu Netty yang tidak terjawab adalah: Pertanyaan Ibu Netty terlampau panjang dan tidak jelas Ibu Netty tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan Ibu Netty sering mengajukan pertanyaan dengan menunjuk kepada siswa tertentu. Sehingga apabila dikaji secara cermat, ternyata ketiga penyebab tersebut berkaitan dengan pembelajaran, dalam hal ini keterampilan dasar mengajar, yaitu keterampilan bertanya.

Oleh karena itu, tindakan perbaikan yang harus dilakukan guru adalah meningkatkan keterampilan bertanya. Tindakan perbaikan ini kita cantumkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang kita gunakan dalam mengajar. Satu hal yang sangat perlu kita perhatikan adalah bahwa PTK dilakukan dalam pembelajaran biasa, tidak ada kelas khusus untuk melakukan PTK karena pada hakikatnya PTK dilakukan oleh guru sendiri di kelasnya sendiri.

(42)

terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa sangat bingung; padahal mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran geografi. Guru khawatir siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan hipotesis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat diterapkan di mana saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya, setiap hari kita mengemukakan hipotesis. Ketidakmampuan siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata pelajaran lain. Proses transdisiplinaritas (penyatuan ilmu) ternyata belum berjalan dengan baik sesuai apa yang diharapkan

Karena itu, di dalam PTK guru perlu juga berkolaborasi dengan guru lainnya. Tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam PTK guru perlu bertukar fikiran dengan guru mitra lainnya dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam menentukan dan menyelesaikan masalah pembelajaran. Misalnya saja guru komputer/TIK perlu bekerjasama dengan guru bahasa Indonesia dalam menumbuhkan kreativitas menulis melalui pembuatan blog atau website di internet.

(43)

Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Dalam melaksanakan PTK ada beberapa langkah–langkah terperinci yang seharusnya diikuti oleh peneliti/guru, yaitu: 1) adanya ide awal, 2) prasurvei/temuan awal, 3) diagnose, 4) perencanaan, 5) implementasi tindakan, 6) observasi, 7) refleksi, 8) membuat laporan dan kepada siapa hasil PTK dilaporkan.

1. Adanya Ide Awal

(44)

2. Prasurvei

Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti. Biasanya PTK ini dilakukan oleh guru dan dosen. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, tidak perlu melakukan prasurvai karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana pengajaran maupun sikap siswanya. Dengan demikian para guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya sudah akan mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya.

(45)

3. Diagnosis

Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu kelas yang dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnosis atau dugaan–dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, peneliti PTK akan dapat menentukan berbagai hal, misalnya strategi pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya dengan implementasi PTK. Diagnosis tidak diperlukan bagi guru yang melakukan PTK di kelasnya sendiri. 4. Perencanaan

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanan ulang (replanning). Hal–hal yang direncanakan di antaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang lebih hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar–mengajar. Biasanya perencanaan dimasukkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga dapat dimasukkan ke dalam silabus mata pelajaran yang bersangkutan.

5. Implementasi Tindakan

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang di ajarkan atau dibahas dan sebagainya. PTK bersifat emansipatoris dan membebaskan

(Liberating), karena mendorong kebebasan guru dalam berpikir dan berargumentasi dalam bereksperimen, meneliti, dan mengambil keputusan atau judgment.

(46)

6.

Pengamatan

Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat memonitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya.

Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga tidak berpeluang mengganggu proses pembelajaran. Dengan kata lain sejauh mungkin harus menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru sementara ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.

(47)

7. Refleksi

Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan

(replanning) selanjutnya ditentukan.

8.

Penyusunan Laporan PTK

Laporan hasil PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir. Penyusunan laporan harus sistematis dan sesuai dengan acuan yang telah diberikan dalam pelatihan PTK. Sebenarnya, PTK yang dilakukan guru lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan utama bagi PTK adalah

(48)

bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa. Dengan demikian hasil pelaksanan PTK yang berupa terjadinya inovasi pembelajaran akan dilaporkan kepada diri si peneliti (Guru) sendiri. Guru perlu mengarsipkan langkah–langkah dan teknik pembelajaran yang dikembangkan melalui aktifitas PTK demi perbaikan proses pembelajaran.

Dengan melihat contoh kasus Ibu Netty di bab sebelumnya, sebenarnya kita telah melaksanakan PTK di sekolah. Semua itu harus dimulai dari tindakan-tindakan. Tindakan pertama adalah implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan untuk mengatasi masalah.

Karena penyebab pertanyaan Ibu Netty yang sering tidak terjawab sudah diketahui, maka tindakan yang harus dilakukannya adalah :

(1) Membuat pertanyaan secara jelas dan tidak terlampau panjang. (2) Pertanyaan ditujukan kepada seluruh siswa.

(3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir dulu sebelum menjawab.

Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru berperan sebagai pengajar dan pengumpul data, baik melalui pengamatan langsung, maupun melalui telaah dokumen, bahkan juga melalui wawancara dengan siswa setelah pembelajaran selesai. Guru juga dapat meminta bantuan kolega guru lainnya untuk melakukan pengamatan selama guru melakukan tindakan perbaikan. Selama proses belajar akan dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Antara lain, bagaimana kualitas jawaban siswa dan apakah motivasi siswa menjawab pertanyaan guru meningkat?.Apakah hasil belajar siswa meningkat?

Data yang dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini guru melakukan refleksi, yaitu guru mencoba merenungkan atau mengingat dan menghubung-hubungkan kejadian dalam interaksi kelas, mengapa itu terjadi, dan bagaimana hasilnya.

Hasil refleksi akan membuat guru menyadari tingkat keberhasilan dan kegagalan yang dicapainya dalam tindakan perbaikan. Hasil refleksi ini merupakan masukan bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya.

(49)

Refleksi pertama dapat dilakukan oleh guru bersama teman sejawat dengan tujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi. Kemudian, setelah mendapat persetujuan dari kedua belah pihak hasil refleksi tersebut digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus kedua atau siklus berikutnya.

Refleksi yang dilakukan pada akhir siklus pertama bertujuan untuk meng-identifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi. Hasil refleksi ini kemudian digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus kedua atau berikutnya. Tindakan kedua berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi untuk mengatasi masalah pada siklus pertama yang belum tuntas. Selama proses belajar pada siklus kedua ini juga akan dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Refleksi kedua juga dilakukan oleh guru bersama teman sejawat bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi.

Bila terjadi sampai refleksi kedua guru belum menemukan kepuasan dalam penelitiannya, maka guru dapat mengulanginya di siklus ketiga dan melakukan refleksi di siklus ketiga. Semua itu dimulai dari perencanaan tindakan, tindakan pelaksanaan, tindakan pengamatan dan baru kemudian melakukan refleksi.

(50)

hasil belajar, tetapi dapat juga untuk mengaktifkan siswa atau mengatasi hambatan-hambatan yang dialami siswa.

Guru dapat membuat jurnal atau catatan seluruh kegiatan PTK yang telah dilakukannya. Catatan tersebut dapat digunakan untuk menyusun suatu karya ilmiah yang dapat disebarluaskan menjadi suatu inovasi, dan dapat dimanfaatkan oleh guru-guru lainnya dalam melaksanakan PTK. PTK yang dibuat oleh guru-guru, mungkin saja sangat berguna untuk guru pengajar lainnya. Namun demikian, tidak semua PTK yang dibuat oleh guru mata pelajaran, dapat pula diterapkan oleh guru lainnya dalam lingkungan yang berbeda.

PTK biasa dilakukan guru dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.

(51)

Adapun siklusnya dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut :

Contoh PTK dengan 2 Siklus

Model Kurt Lewin yang dimodifikasi penulis Siklus I

Pengamat an (Observing)

PERUBAHAN Refleksi

(Reflecting) Tindakan

(Acting) Perencana

an (Planning)

Siklus II

Pengamat an

(Observing) Refleksi

(Reflecting)

Tindakan

(Acting) Perencana

(52)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak yang terlibat (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian tindakan.

Tulisan ini membahas bagaimana implementasi penelitian tindakan kelas untuk peningkatan kualitas pembelajaran yang mencakup diagnosis dan penetapan masalah yang ingin diselesaikan, bentuk dan skenario tindakan, pengembangan instrumen untuk mengukur keberhasilan tindakan, serta prosedur analisis dan interpretasi data penelitian. A. Diagnosis dan Penetapan Masalah

Masalah PTK yang ada di sekolah hendaknya berasal dari persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di kelasnya sendiri. Oleh karena itu, diagnosis masalah hendaknya tidak dilakukan oleh orang lain yang bukan guru, lalu ”ditawarkan” kepada orang lain yang bukan guru untuk dipecahkan tetapi sebaiknya justru dilakukan bersama-sama oleh sebersama-sama guru. Pada kenyataannya seorang guru dapat mengajak guru lainnya, di luar bidang studinya untuk berkolaborasi melakukan PTK dan menanyakan masalah-masalah apa yang dihadapi guru yang mungkin dapat diteliti melalui PTK. Guru yang telah berpengalaman melakukan penelitian tindakan kelas mungkin dapat langsung mengatakan permasalahan yang dihadapinya yang mungkin dapat diteliti bersama dan kemudian membahas masalah tersebut dengan guru lainnya yang lebih senior.

Lain halnya dengan guru yang belum berpengalaman dalam PTK. Guru tersebut mungkin belum dapat secara langsung mengemukakan permasalahan yang mungkin dapat diteliti bersama guru lainnya. Dalam hal ini guru perlu meminta izin kepada guru yang bersangkutan untuk hadir di kelas dan mengamati guru mengajar. Setelah pembelajaran berakhir guru senior atau teman sejawat dapat terlebih dahulu menanyakan kepada guru masalah apa yang dirasakan guru pada saat pembelajaran sebelum mengusulkan salah satu permasalahan yang dipikirkan guru. Guru boleh mengajukan permasalahan kepada guru lainnya, bila guru tidak dapat mendeteksi adanya masalah di kelasnya.

Gambar

Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research
Tabel 2. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research
Gambar 1 : Model PTK Kurt Lewin hasil modifikasi penulis
Gambar Siklus PTK Model Kurt Lewin
+7

Referensi

Dokumen terkait