• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGGUNAAN HANDPHONE DENGAN NYERI KEPALA PRIMER PADA MAHASISWA ANGKATAN 2016 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PENGGUNAAN HANDPHONE DENGAN NYERI KEPALA PRIMER PADA MAHASISWA ANGKATAN 2016 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

DEWI SARTIKA HARAHAP 140100114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

DEWI SARTIKA HARAHAP 140100114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)
(4)

skripsi ini yang berjudul “Hubungan Penggunaan Handphone dengan Nyeri Kepala Primer pada mahasiswa angkatan 2016 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. DR. Runtung, S.H., M. Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Kiki M Iqbal, Sp.S, selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang telah diluangkan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. dr. Dewi Indah Sari Siregar, M. Ked (ClinPath), Sp.PK dan Drs. Wakidi, Msi, Apt selaku dosen penguji proposal dan skripsi, yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan karya tulis ini.

5. dr. Ricke Loesnihari, M.Ked, Sp. PK (K), selaku dosen pembimbing akademik, yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

6. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) serta staf Medical Education Unit (MEU) yang telah dengan sabar member arahan dalam berjalannya penelitian ini.

7. Teristimewa kedua orang tua tercinta: Sakirin Harahap dan Asdiani.

Terimakasih tiada tara penulis persembahkan untuk doa yang tiada hentinya, dukungan baik moril maupun materil, nasehat, kasih sayang,

(5)

Kurnia, Nadhilah K. Lubis, Vinda Sari, Putri Olivia, Dewi Tamiriyona, Kevin Chandra, Siti Hartini, Juniar Dwi Hafni Lubis, Fanny Fitria Gultom sertat eman-teman stambuk 2014 dan adik-adik stambuk 2016 FK USU, yang tak dapat penulis lupakan.

9. Pihak-Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar kedepannya menjadi lebih baik.

Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi kemajuan pendidikan kita.

Medan, Desember 2017 Penulis

Dewi Sartika Harahap

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Singkatan ... ix

Daftar Lampiran ... x

Abstrak ... xi

Abstract ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 4

1.4.1. Bagi Peneliti ... 4

1.4.2. Bagi Pelayanan Masyarakat ... 4

1.4.3. Bagi Pendidikan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nyeri Kepala ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Epidemiologi ... 5

2.1.3. Klasifikasi Nyeri Kepala ... 6

2.1.4. Klasifikasi Nyeri Kepala Primer ... 7

2.1.5. Patofisiologi Nyeri Kepala Primer ... 8

2.1.5.1. Migren ... 8

2.1.5.2. Tension Type Headache ... 9

2.1.5.3. Nyeri Kepala Klaster (NKK) ... 12

2.2. Handphone ... 14

2.2.1. Perkembangan Teknologi Seluler ... 14

2.2.2. Konsep Dasar Teknologi Selular ... 15

2.3. Efek Paparan Radiasi Pada Kesehatan ... 16

2.2.3.1. Pendahuluan ... 16

2.2.3.2. Studi Epidemiologi ... 17

2.4. Hubungan Penggunaan Hanphone Dengan Nyeri Kepala Primer ... 19

2.4.1. Efek Radiasi Pada Sawar Darah Otak (Blood-Brain-Barrier). 19

(7)

2.4.2. Efek Radiasi Pada Dopamin-Opiate System ... 20

2.4.3. Efek Radiasi Pada Transpor Ion Membran Sel ... 21

2.5. Kerangka Teori ... 22

2.6. Kerangka Konsep ... 23

2.7. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 24

3.2.2. Waktu Penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

3.3.1. Populasi ... 24

3.3.2. Sampel ... 24

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4.1. Teknik Pengambilan Sampel ... 25

3.4.2. Alat dan Bahan Penelitian ... 25

3.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 26

3.6. Ethical Clereance ... 26

3.7. Definisi Operasional ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 29

4.2. Pembahasan ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 35

5.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.2.2. Cellural Network 16

Gambar 2.4.1. Hipotesis Yang Berkembang Tentang Kejadian Pada Sel

Terhadap Radiasi Handphone 20

Gambar 2.4.3. Pengaruh RF Pada Struktur Seluler dan Sub Selular 21

Gambar 2.5. Kerangka Teori 22

Gambar 2.6. Kerangka Konsep 23

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Analisa Karakteristik Mahasiswa 30

Tabel 4.2 Hubungan Karakteristik Penggunaan HP dengan Derajat

Nyeri Kepala 32

Tabel 4.3 Karakateristik Penggunaan HP dengan Jenis Nyeri Kepala 33

(10)

DAFTAR SINGKATAN

AMPS : Advance Mobile Phone System CA : Cutaneus Allodynia

CDMA : Code Division Multiple Access EMF : Electromagnetic Field

FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara GSM : Global System for Mobile communications

HP : Handphone

Hsp : Heat Shock Proteins

IHS : Internasional Headache Society MP3 : Music Player

NKK : Nyeri Kepala Klaster NMT : Nordic Mobile Telephone

NPRB : National Radiogical Protection Board SIM : Subscriber Identity Module

SPSS : Statistic Package for Social Science

SUNCT :Shortlasting-unilateral neuralgiform headache with conjunctival injection and tearing

TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi TTH : Tension-type Headache

TV : Televisi

WHO : World Health Organization

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hiduup

2. Lembar Penjelasan Kepada Subyek Penelitian

3. Lembar Persetujuan Peserta Penelitian (Informed Consent) 4. Lembar Kuesioner Penelitian

5. Ethical Clereance 6. Surat Izin Penelitian 7. Lembar Orisinalitas 8. Data Induk

9. Pengelolaan Data SPSS

(12)

Latar Belakang. Handphone merupakan alat komunikasi yang sangat populer,terutama dikalangan mahasiswa.

Apalagi dengan kemunculan wireless broadband yang memungkinkan mobile entertainment melalui handphone.

Terdapat pembahasan tentang apakah penggunaan handphone mempunyai dampak negatif pada kesehatan terutama nyeri kepala, yang merupakan keluhan yang paling banyak dilaporkan pada mahasiswa. Tujuan.

Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan handphone dengan nyeri kepala primer pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada angkatan 2016. Metode. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional study (studi potong lintang). Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling yaitu consecutive sampling dimana n=70. Setiap subjek mengisi kuisioner penggunaan handphone dan kuisioner mengenai nyeri kepala yang telah diadaptasi. Hasil. dari 70 orang responden, ditemukan 20 orang mahasiswa laki-laki (28,6%) dan 50 orang mahasiswa perempuan (71,4%) yang menderita nyeri kepala. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi penggunaan HP dengan derajat nyeri kepala (p=0,118), durasi penggunaan HP dengan derajat nyeri kepala (p=0,804) dan lama memiliki HP dengan derajat nyeri kepala (p=0,116). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi penggunaan HP dengan jenis nyeri kepala (p=0,911), durasi penggunaan HP dengan jenis nyeri kepala (p=0,576), dan lama memiliki HP dengan jenis nyeri kepala (p=0,058). Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi penggunaan HP, durasi penggunaan HP, dan lama memiliki HP dengan derajat nyeri kepala, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi penggunaan HP, durasi penggunaan HP, dan lama memiliki HP dengan jenis nyeri kepala.

Kata Kunci: Handphone, nyeri kepala primer, mahasiswa fakultas kedokteran USU

(13)

the emergence of wireless broadband that allows mobile entertainment through mobile phones. There is discussion about whether the use of mobile phones has a negative impact on health, especially on the occurence of headache, which is the most reported complaint from students. Aim. This research wants to know the relationship between the usage of mobile phone with primary headache at students in Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara, class of 2016. Method. This research is an analytic study with cross sectional approach. The sampling technique used is non-probability sampling which is consecutive sampling where n = 70. Each subject filled in a mobile phone questionnaire and an adapted questionnaire on headache. Results.

From 70 respondents, there are 20 male students (28,6%) and 50 female students (71,4%) who suffer from headache. There is no significant relationship between the frequency of mobile phones use and the degree of headache (p = 0.118), the duration of mobile phones use with the degree of headache (p = 0.804) and the length of time having mobile phones with the degree of headache (p = 0.116). There is also no significant relationship between the frequency of mobile phones use and the headache type (p = 0.911), duration of mobile phones use with headache type (p = 0.576), and length of time having mobile phones with headache type (p = 0.058).

Conclusion. There is no significant relationship between the frequency of mobile phones use, the duration of mobile phones use, and the length of time having mobile phones with the degree of headache. There is also no significant relationship between the frequency of mobile phones usage, the duration of mobile phones usage, and the length of having mobile phones with the type of headache.

Keywords: Mobile phone, primary headache, USU faculty of medicine

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbita sampai kedaerah belakang kepala (area oksipital dan sebahagian daerah tengkuk) (Sjahrir, 2004). Secara global, persentase dari populasi orang dewasa yang mengalami gangguan nyeri kepala pada umumnya 47%, 10% Migraine, 38% Tension-Type Headache (TTH), 3%

Chronic Headache (Jensen & Stovner, 2008).

Menurut WHO (World Health Organization) 2012, sekitar 47% populasi dewasa di dunia setidaknya pernah mengalami satu kali nyeri dalam setahun. Dari hasil pengamatan jenis penyakit dari pasien yang berobat jalan di praktek klinik selama tahun 2003, ternyata nyeri kepala menduduki proporsi tempat yang teratas, sekitar 42% dari keseluruhan pasien neurologi (Sjahrir, 2004).

Penelitian Internasional mengemukakan bahwa prevalensi nyeri kepala pada anak-anak dan remaja sejalan dengan waktu semakin meningkat.

Diperkirakan bahwa nyeri kepala yang dialami akan menetap pada saat usia dewasa dengan presentase relatif tinggi (sekitar 50%) dari kasus (Gabman et al, 2009).

Secara umum, presentase nyeri kepala pada populasi orang dewasa adalah 47%, yaitu 10% migraine, 38% tension-type headache (TTH), 3% chronic headache (Jensen & Stovner, 2008). Dari penelitian yang dilaporkan Diamond di Amerika, prevalensi migraine pada laki-laki didapatkan 6% sedangkan pada perempuan 15-18%, sedangkan untuk jenis TTH 59% dari populasi pernah mengalami TTH satu hari perbulannya, dimana perempuan lebih banyak dari pada laki-laki (1,5:1) (Diamond et al, 2007).

Penggunaan media elektronik juga merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri kepala. Penelitian yang dilakukan (Busch et al, 2010) terhadap 1.025 remaja dengan usia 13-17 tahun, ditemukan bahwa sebagian besar dari

(15)

remaja menggunakan teknologi informasi dan komunikasi berupa penggunaan komputer (85%), menonton televisi (TV) (90%) atau mendengarkan musik (90%), menggunakan telepon genggam (23%) dan hanya 25% bermain game setiap harinya, dari penelitian ini didapatkan hasil berupa adanya hubungan statistik yang signifikan antara mendengarkan musik dengan nyeri kepala dan untuk tipe nyeri kepala sendiri tidak didapatkan hubungan yang signifikan (Busch et al, 2010).

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi bagian sentral dari keseharian anak-anak dan remaja. Mereka menggunakan komputer untuk belajarbermain game, dan berkomunikasi melalui ponsel di mana dan kapan pun mereka mau. Penelitian di Finlandia pada 7.292 peserta berusia 12, 14, 16, dan 18 tahun menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih sering bermain game digital dan menggunakan internet dibandingkan anak perempuan yang lebih sering mengunakan Handphone (HP) (Punamaki et al, 2007).

Penelitian Soderqvist 2008 mengenai penggunaan Hp pada remaja Swedia umur 15-19 tahun menemukan bahwa gejala yang sering dikeluhkan adalah kelelahan, stress, nyeri kepala, cemas, susah berkonsentrasi dan gangguan tidur (Soderqvist et al, 2008).

Meningkatnya prevalensi dilaporkan pada penelitian cross sectional kemungkinan untuk waktu games keluhan fisik seperti nyeri leher, nyeri bahu, dan nyeri kepala telah dilaporkan populasi remaja. Jika dibandingkan dengan dari 1991-2001, yang nyeri punggung meningkat antara 23%-50% anak laki-laki dan antara 44%-50% diantara perempuan dalam jangka waktu 10 tahun. Sejalan dengan peningkatan keluhan fisik,pada remaja terjadi peningkatan dalam menghabiskan di kegiatan berbasis layar, seperti TV, computer, atau jenis hiburan lainnya berbasis komputer (Torsheim et al, 2010).

Pada penelitian cross sectional pada mahasiswa fakultas kedokteran di Universitas Sam Ratulangi Manado responden yang menggunakan ponsel pintar dan mengeluhkan nyeri kepala tipe tegang 75.71%, migren tanpa aura 16,43%, migren dengan aura 7.15% (Oroh, 2016).

(16)

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan penggunaan HP dengan nyeri kepala primer pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU).

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan penggunaan HP dengan nyeri kepala primer pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU).

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk melihat gambaran deskriptik umur, jenis kelamin, penggunaan HP dan nyeri kepala primer

2. Untuk melihat hubungan antara lamanya memiliki HP dengan derajat nyeri kepala primer

3. Untuk melihat hubungan frekuensi penggunaan HP dengan derajat nyeri kepala primer

4. Untuk melihat hubungan antara durasi penggunaan HP dengan derajat nyeri kepala primer

5. Untuk melihat hubungan antara lamanya memiliki HP dengan jenis nyeri kepala primer

6. Untuk melihat hubungan frekuensi penggunaan HP dengan jenis nyeri kepala primer

7. Untuk melihat hubungan antara durasi penggunaan HP dengan jenis nyeri kepala primer.

(17)

1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Bidang penelitian

Penelitian ini diharahapkan menjadi sumber informasi tambahan dalam meningkatkan pengetahuan tentang terjadinya nyeri kepala akibat dari penggunaan HP.

1.4.2. Bidang pelayanan masyarakat

Meningkatkan kesadaran kepada masyarakat khususnya mahasiswa tentang nyeri kepala akibat penggunaan HP.

1.4.3. Bidang pendidikan

Merupakan sarana proses pendidikan, khususnya dalam hal melakukan penelitian dan meningkatkan pengetahuan bidang neurologi.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. NYERI KEPALA 2.1.1. Definisi

Nyeri kepala adalah suatu istilah sinonim yang paling tepat bagi istilah kedokteran cephalalgia, dimana pada orang awam sering disebut sebagai istilah sakit kepala, pening dan lain-lainnya (Sjahrir, 2004).

2.1.2. Epidemiologi

Ada 2 jenis penelitian sosiodemografik terkini yang membedakan karakteristik nyeri kepala didunia barat dan timur. Peter et al, 2002 (yang dikutip oleh dari Sjahrir, 2004) di New York mendapatkan bahwa nyeri kepala pada pria sebanyak 22%, sedangkan wanita 78% dengan masing-masing etnik:

- Kaukasian 44%

- Hispanik 31%

- Afrika selatan 12%

- Asian 6%

- Lain-lain 7%

Sedangkan Ho et al, 2002 (yang dikutip oleh dari Sjahrir, 2004) pada penelitian polulation base di Singapora mendapatkan hasil penderita nyeri kepala pada pada pria 47%, wanita 53% dengan perbedaan suku adalah: - China 79%

- Melayu 14%

- India 6%

- Lain-lain 1%

Ada sekita 28 juta penderita migren di USA, dimana 2/3 nya adalah wanita. Berdasarkan perpustakaan negara barat, prevalensi migren pada orang dewasa adalah 10-12% setahun, pria 6% dan wanita 15-18%. Migren dengan aura 4% sedangkan tanpa aura 6%. Sedangkan untuk jenis TTH (Tension type

(19)

Headache) 59% dari populasi pernah mengalami TTH 1 hari (atau kurang dari 1 hari) perbulannya, 37% mengalami beberapa kali serangan per bulan dan 36%

mengalami TTH kronik. Wanita lebih banyak dibandingkan pria (1.5:7) (Sjahrir, 2004).

Menurut Swanson 1994 (yang dikutip oleh dari Sjahrir, 2004) pada penelitian terhadap 6400 rekam medik di Olmsted Country, Minnesota ditemukan insiden Nyeri kepala Klaster sekitar 9,8 per 100.000 dalam setahun atau 1/25 insiden migren. Menurut Kudrow 1998 (yang dikutip oleh dari Sjahrir, 2004) prevalensi Nyeri Kepala Klaster di US adalah 0,4% pada pria dan 0.08% pada wanita.

2.1.3. Klasifikasi nyeri kepala

Berdasarkan klasifikasi internasional Nyeri Kepala Edisi II dari Internasional Headache Society (IHS), secara garis besar klasifikasi nyeri kepala dibagi atas (Sjahrir, 2005):

1. Nyeri Kepala Primer a. Migren

b. Tension type Headache

c. Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal otonomik yang lain d. Nyeri kepala primer lainnya

2. Nyeri Kepala Sekunder

a. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelaianan vaskuler kranial atau

servikal

c. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler intrakranial

d. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawal nya e. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi

f. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan homeostatis

(20)

g. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler yang berkaitan dengan kelainan kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, struktur facial atau kranial lainnya

h. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik : - Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri facial

- Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial,sentral atau nyeri facial primer.

2.1.4. Klasifikasi nyeri kepala primer

Klasifikasi nyeri kepala primer sesuai dengan The Internasional Classificaton of Headache Disorders, 2nd Edition digunakan secara garis besar untuk klasifikasi nyeri kepala primer (Sjahrir, 2005):

1. Klasifikasi Migren:

a. Migren tanpa aura b. Migren dengan aura

c. Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor migren d. Migren retinal

e. Komplikasi migren f. Probable migren

2. Klasifikasi Tension type Headache

a. Tension type Headache episodik yang infrequent b. Tension type Headache episodik yang frequent c. Tension type Headache kronik

d. Probable tension type headache

3. Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal-otonomik yang lainnya:

a. Nyeri kepala klaster b. Hemikranial paroksimal

c. Short-lasting unilateral neuralgiform headache with conjunctival injection and tearing (SUNCT)

d. Probable sefalgia trigeminal otonomik.

(21)

4. Nyeri kepala primer lainnya:

a. Primary stabbing headache b. Primary cough headache c. Primary exertional headache

d. Nyeri kepala primer sehubungan dengan aktifitas seksual : - Nyeri kepala preorgasmik

- Nyeri kepala orgasmik e. Hypnic headache

f. Primary thunderclap headache g. Hemikrania kontinua

h. New daily-persistent headache 2.1.5. Patofisiologi nyeri kepala primer 2.1.5.1 Migren

Istilah migren berasal dari kata migraine yang berasal dari bahasa perancis, sementara itu dalam bahasa yunani disebut hemicrania, sedang dalam bahasa inggris kuno dikenal dengan megrim (Harsono, 2015).

Migren merupakan gangguan fungsional otak dengan manifestasi nyeri kepala unilateral yang sifatnya mendenyut atau mendetum, yang terjadi secara mendadak disertai mual atau muntah (Harsono, 2015).

Ada 3 hipotesa dalam hal patofisiologi migren yaitu (Sjahrir, 2004):

1. Pada migren yang tidak disertai cutaneus allodynia (CA), berarti sensitisasi neuron gangglion trigeminal sensoris yang menginervasi duramater

2. Pada migren yang menunjukkan adanya CA hanya pada daerah referred pain, berarti terjadi sensitisasi perifer dari reseptor meningeal (first order) dan sensitisasi sentral dari neuron kornu dorsalis medula spinalis (second order) dengan daerah reseptif periorbital

3. Pada migren yang disertai CA yang meluas keluar dari area referred pain, terdiri atas penumpukan dan pertambahan sensitisasi neuron talamik (third order) yang meliputi daerah reseptif seluruh tubuh.

(22)

 Migrain tanpa aura

Kriteria diagnostik: (Sjahrir, 2005)

A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D.

B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil diobati).

C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut:

- Lokasi unilateral - Kualitas berdenyut

- Intensitas nyeri sedang atau berat

- Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita

menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).

D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:

- Mual dan/atau muntah - Fotofobia dan fonofobia

E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.

 Migrain dengan aura Kriteria diagnostik:

- Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria B- C.

- Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu - Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

2.1.5.2. Tension type headache

Nyeri kepala ini merupakan kondisi yang sangat sering terjadi dengan penyebab belum diketahui, walaupun telah diterima bahwa kontraksi otot kepala dan leher merupakan mekanisme penyebab nyeri (Ginsberg L, 2008).

Penderita dengan gejala nyeri kepala ini tidak jarang ke dokter spesialis saraf. Hal ini biasanya disebabkan oleh nyeri kepala tadi telah berubah, dari episodik menjadi kronis dimana nyeri kepalanya tidak lagi jelas hubungannya dengan stress. Pada tipe episodik hubungan tersebut biasanya sangat jelas (Harsono, 2015).

(23)

Pada penderita Tension type Headache didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan yang bertambah pada palpasi jaringan myofascial perikranial.

Mekanisme timbulnya nyeri myofascial dan nyeri tekan adalah disebabkan (Sjahrir, 2004):

1. Sensitisasi nosiseptor myofascial perifer

2. Sensitisasi second order neuron pada level kornu dorsalis medula spinalis/nukleus trigeminal

3. Sensitisasi neuron supraspinal (supraspinal hypersensitivity to nociceptive stimuli)

4. Berkurangnya aktifitas antinosiseptif dari struktur supraspinal (decrease in supraspinal descending pain inhibitory activity)

Pada pasien TTH nyeri tekan otot myofascial dan perikranial bisa bertambah pada saan serangan nyeri kepala ataupun pada saat penderitanya sudah bebas dari nyeri kepala. Nyeri tekan perikranial secara signifikan berkorelasi dengan intensitas maupun frekuensi serangan tension type headache kronik.belum diketahui secara jelas apakah nyeri tekan otot tersebut mendahului atau sebab akibat daripada nyeri kepala, atau nyeri kepala yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Nyeri myofascial adalah suatu nyeri dari otot bergaris termasuk juga struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri myofascial dimediasi oleh serabut kecil bermyelin (Aδ)dan serabut tak bermyelin(C), sedangkan serabut tebal yang bermyelin (Aα dan Aβ) dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan/tidak merusak (inocous) (Sjahrir,2004).

Pada rangsang noxious dan inocous event, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut Aδ dan serabut C yang berperan menambah rasa nyeri tekan pada tension type headache. Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron trigeminal sentral. Faktor-faktor myofascial dan sensitisasi perifer darinosiseptor memegang peranan dalam kejadian episodik TTH, Sedangkan sensitisasi sentral berperan dalam TTH kronik. Ketidakseimbangnya antara faktor myofascial perifer dengan mekanisme sentral merupakan faktor dasar patogenetik sefalgia (Sjahrir 2004). Haber 1985 misalnya menemukan

(24)

adanya hubungan yang erat antara nyeri kepala tension type headache dengan faktor psikofisiologik pada sebagian penderita. Memperhatikan hasil-hasil penelitian yang masih kontroversial tersebut maka The Internasional Headache Society membagi klasifikasi tension type headache dengan tujuan untuk merangsang penelitian lebih lanjut. Jadi sampai sekarang belum diketahui pasti penyebab dari tension type headache (Sjahrir, 2004).

 Type-Headache episodik yang infrequent Kriteria diagnostik: (Sjahrir, 2005)

a. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata <1hr/bln ( <12 hr/thn ), dan memenuhi kriteria B-D.

b. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.

c. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas : 1. Lokasi bilateral.

2. Menekan/mengikat ( tidak berdenyut ).

3. Intensitasnya ringan atau sedang.

4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik d. Tidak didapatkan :

- Mual atau muntah ( bisa anoreksia )

- Lebih dari satu keluhan : foto fobia atau fonofobia.

e. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.

 Tension Type-Headache episodik yang frequent Kriteria diagnostik:

a. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15hr/bln selama paling tidak 3 bulan ( <12 hr/thn ), dan memenuhi kriteria B-D.

b. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.

c. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas : - Lokasi bilateral.

- Menekan/mengikat ( tidak berdenyut ).

- Intensitasnya ringan atau sedang.

- Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.

(25)

d. Tidak didapatkan :

- Mual atau muntah ( bisa anoreksia )

- Lebih dari satu keluhan : foto fobia atau fonofobia.

e. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.

 Tension Type-Headache Kronik (CTTH) Kriteria diagnostik:

a. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15hr/bln selama paling tidak 3 bulan ( 12 -180 hr/thn ), dan memenuhi kriteria B-D.

b. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.

c. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas : - Lokasi bilateral.

- Menekan/mengikat ( tidak berdenyut ).

- Intensitasnya ringan atau sedang.

- Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.

d. Tidak didapatkan :

- Mual atau muntah ( bisa anoreksia )

- Lebih dari satu keluhan : foto fobia atau fonofobia.

e. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.

2.1.5.3. Nyeri kepala klaster (NKK)

Ada empat hal yang membutuhkan penjelasan yaitu nyeri, vasodilatasi, gejala otonomik dan perioditas.

Nyeri dan vasodilatasi merupakan akibat aktivasi sistem trigeminovaskular, yaitu vasodilatasi arteri oftalmika pada waktu serangan. Hal ini telah dibuktikan dengan tonometri dan termografi yang mana tampak hipertermia fokal. Penelitian Dopler memperlihatkan menurunnya kecepatan pada arteri oftalmika, angiografi memperlihatkan dilatasi arteri tersebut yang diperkuat oleh MR angiografi.

Traktus spinalis dan nukleus trigeminus (unilateral) menjadi heperaktif dan pusat nyeri adalah pada karotis interna dengan cabang-cabang proksimalnya.

Karena aferen saraf servikal atas menyatu dengan saraf trigeminus di segmen

(26)

servikal kedua spinal cord, maka hal ini akan menimbulkan eksitasi pada jaras nyeri sentral. Kelainan arteri karotis disebabkan oleh hubungan neurovaskular dan bukan kelainan primer. Karena itu nyeri pada waktu serangan sering dapat dikurangi dengan penekanan pada arteri karotis. Sedangkan vasodilatasi dapat mencetuskan serangan, misalnya minum alkohol dan nitrogliserin. Sumatriptan dan neurogenik perivaskular dapat mengurangi nyeri pada waktu serangan.

Seperti diketahui circadian pacemaker berpusat di nucleus suprchiasmatika yang memiliki kaitan pusat dengan pusat serotonergik dibatang otak dan nucleus trigeminus. Gangguan pada mekanisme pacemaker dapat merupakan pencetus aktivasi sistem trigeminovaskular. Adanya aktivasi masa kelabu hipotalamus inferior yang ipsilateral pada saat serangan akut NKK, yang menandakan bahwa hipotalamus merupakan generator primer NKK. Bagian posterior hipotalamus yang mengatur fungsi otonomik dan bagian anterior yang merupakan circadian pacemaker (Sjahrir, 2004).

 Nyeri kepala klaster

Kriteria diagnostik (Sjahrir, 2005)

a. Paling sedikit 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D

b. Nyeri hebat atau sangat hebat sekali di orbita, supra orbita, dan/atau temporal yang unilateral, berlangsung 150-180 menit bila tidak diobati.

c. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari sbb:

- Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral - Kongesti nasal dan atau rhinorea ipsilateral - Oedema palpebra ipsilateral

- Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral - Miosis dan atau ptosis ipsilateral - Peraaan gelisah atau agitasi

d. Serangan-serangan mempunyai frekuensi: dan satu kali setiap 2 hari sampai 8 kali per hari

e. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.

(27)

2.1.5.4. Derajat nyeri kepala

Diketahui bahwa perasaan nyeri merupakan suatu pengalaman pribadi dan bersifat subjektif, para ahli memikirkan bahwa suatu pengukuran nyeri yang valid dan reliable dapat digunakan pada masalah klinis untuk mendiagnosa dan penatalaksanaan pada nyeri yang kronik. IHS (International Headache Society) Committee on Clinical Trials in Migraine merekomendasikan Skala Verbal derajat keparahan nyeri kepala terutama intensitas dan kemampuan fungsional, yang dibagi menjadi derajat no headache (Tidak nyeri), Mild headache (Ringan), Moderate headache (Sedang), Severe headache (Berat). Mild headache (Ringan) dapat melakukan pekerjaan sehari-hari/aktifitas normal, Moderate headache (Sedang) aktifitas terganggu tetapi tidak sampai menghalangi kegiatan aktifitas normal sehari-hari, Severe headache (Berat) tidak dapat dapat melakukan/meneruskan aktifitas kerja normal sehari-harinya (memerlukan istirahat tidur, bila perlu rawat inap di rumah sakit)

2.2. HANDPHONE

Handphone merupakan alat komunikasi wireless atau komunikasi bergerak tanpa kabel. Handphone saat ini menjadi barang yang wajib dibawa saat kita bepergian dari rumah. Dengan kemajuan teknologi saat ini Handphone bahkan dilengkapi dengan pemutar Music Player (MP3), kamera video, radio, games, jam, dan kalkulator. Sehingga menjadikan Handphone adalah sesuatu yang wajib dibawa. Apalagi dengan kemunculan wireless broadband yang memungkinkan mobile entertainment melalui handphone. Bahkan beberapa orang lebih rela ketinggalan dompet daripada ketinggalan handphone saat bepergian (Indonesia belajar).

2.2.1. Perkembangan Teknologi Selular

1. Advance Mobile Phone System (AMPS)

Advance Mobile Phone System merupakan generasi pertama pada teknologi selular. Merupakan range frekuensi antara 824 Mhz-894 Mhz. AMPS tidak menawarkan filtur lain yang umumnya digunakan

(28)

pada layanan selular seperti e-mail dan browsing di web (Ririnda, 2012). Sandrom et al, 1995 telah meneliti 6.379 pengguna Global System for Mobile communications (GSM) dan 5.613 pengguna analog system atau Nordic Mobile Telephone (NMT) melaporkan bahwa pada umumnya pengguna GSM memiliki lebih banyak gejala nyeri kepala dan lelah daripada pengguna NMT (Sandrom et al, 1995).

2. Global System for Mobile (GSM)

Global System for Mobile telecommunication merupakan generasi kedua setelah AMPS. GSM mempunyai frekuensi 900 Mhz dan 1800 Mhz. GSM menyediakan layanan untuk mengirimkan data dengan kecepatan tinggi. Di Indonesia jaringan GSM di tempati oleh PT.Telkomsel, Exelcomindo, Satelindo dan Indosat (Ririnda, 2012).

3. Code Division Multiple Access (CDMA)

Code Division Multiple Access merupakan generasi ketiga (3G), telepon tanpa kabel. CDMA menggunakan teknik penyebaran spectrum dan tidak memberikan pertanda pada frekuensi khusus pada setiap user. Di Indonesia, ditempati PT Mobile-8, Telecom, Telkomflexy dan Esia (Ririnda, 2012). Orang yang menggunakan Handphone cenderung menderita darah tinggi, dan gejala lain termasuk telinga jadi panas, nyeri kepala, kelelahan. Hasil menunjukkan bahwa efek radiasi lebih tinggi pada GSM daripada CDMA (Tyagi et al, 2011).

2.2.2. Konsep Dasar Teknologi Selular

Sistem selular adalah system yang canggih sebab sistem ini membagi suatu kawasan dalam beberapa sel kecil. Hal ini digunakan untuk memastikan bahwa frekuensi dapat meluas sehingga mencapai ke semua bagian pada kawasan tertentu sehingga beberapa pengguna dapat menggunakan ponsel mereka secara simultan tanpa jeda dan tanpa terputus-putus. Definisi Selular pada sistem selular untuk menggambarkan area secara geografis digunakan gambaran heksagonal.

Areanya disebut sel (Cell) Semua daerah dapat dicakup tanpa adanya gap sel satu dengan yang lain (Ririnda, 2012).

(29)

Jaringan di dalam Global System for Mobile Telecommunication (GSM) : 1. Mobile Station: Mobile station merupakan perangkat yang dibawa oleh

pelanggan atau Handphone yang akan menerima ataupun mengirim data. Pada GSM, identitas panggilan tidak dihubungkan dengan telefon genggamnya tetapi dengan kartu Subscriber Identity Module (SIM).

2. Base Station Subsystem: Merupakan peralatan yang menghubungkan antara radio dengan mobile station.

Gambar 2.2.2 Cellular Network dikutip dari Sumber : http.bulbing.com

2.3. EFEK PAPARAN RADIASI PADA KESEHATAN 2.3.1. Pendahuluan

Handphone menghasilkan gelombang elektromagnetik radio dalam penggunaannya. Gelombang inilah yang menimbulkan radiasi, secara garis besar radiasi total yang diserap oleh tubuh manusia adalah tergantung pada beberapa hal seperti polarisasi medan elektromagnetik, frekuensi, dan panjang gelombang elektromagnetik, jarak badan dengan sumber radiasi elektromagnetik, adanya benda lain disekitar sumber radiasi, sifat-sifat elektrik tubuh (Swardika, 2009).

(30)

Menurut The National Radiogical Protection Board (NPRB) UK, Inggris, efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik dari handphone di bagi menjadi dua, yaitu :

1. Efek fisiologis

Efekfisiologis adalah efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik terhadap berbagai sistem tubuh manusia. Efek tersebut berupa kanker otak, tumor, gangguan pendengaran, gangguan retina, reproduksi, dan gangguan sistem saraf.

2. Efek psikologis

Merupakan efek gelombang elektromagnetik terhadap kondisi kejiwaan manusia. Pengaruh ini adalah timbulnya stress akibat paparan berulang.

(Swardika, 2009)

Proses yang mnegakibatkan gelombang elektromagnetik berpengaruh terhadap kesehatan adalah adanya perubahan keseimbangan kadar radikal bebas dalam sistem biologik (Wulan et al, 2015).

2.3.2. Studi epidemiologi

Sebagian orang mengalami apa yang disebut sebagai electrical hypersensivity, yaitu merupakan gejala hipersensitif akibat pengaruh radiasi medan elektromagnetik, ditandai dengan sekumpulan gejala neurologis dan kepekaan (sensitivitas) terhadap medan elektromagnetik. Dalam penelitian Anis (2004), berupa kombinasi gangguan terdiri atas tiga gejala yaitu: sakit kepala (headache), pening (dizzines), dan keletihan menahun (chronic fatigue syndrome).

Kalau terlalu lama ditempelkan pada telinga, antenanya yang menyentuh kepala, handphone bisa membuat orang mengalami nyeri kepala dan pening. Karena pembuluh darah dilehernya menyempit sampai meningkatkan tekanan darah.

Dalam penelitian di Jerman, ditemukan bahwa pemaparan selama 35 menit meningkatkan tekanan darah sampai 5-10 mmHg, kalau handphone terus-menerus dipakai mengobrol dan menempel pada telinga (Enny, 2014).

(31)

Dampak ringan (Enny, 2014) a. Vertigo

Vertigo adalah gejala yang dialami individu yang merasa sekelilingnya berputar. Kondisi yang terkadang menimbulkan vertigo diantaranya pengerasan pembuluh darah, gangguan pada pembuluh otak, kafein, nikotin, dan alkohol. Namun, menurut teori terbaru tentang melatonin, melatonin yang rendah dapat menimbulkan gejala ini. Salah satu penghambat produksi hormon melatonin adalah radiasi elektromagnetik, termasuk berasal dari handphone.

b. Kanker payudara

Kanker payudara merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh perempuan. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan angka kematiannya cukup tinggi. Paparan bahan-bahan radioaktif, sinar-X serta bahan lain yang termasuk radiasi pegion beresiko menimbulkan kanker payudara, bukan hanya radiasi pegion saja bahkan radiasi nonpegion seperti radiasi elektromagnetik. Keterkaitan radiai elektromagnetik dengankanker payudara tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui mekanisme hormonal yaitu hormon melatonin.

Dampak berat (Enny, 2014) : c. Insomnia

Persepsi tentang kurangnya kualitas dan kuantitas tidur. Keluhan yang dikemukakan yaitu sulit memulai tidur, sering terbangun, sulit tidur lagi setelah terbangun malam hari. Diagnosis lain tentang penyebab insomnia mencakup gangguan neuropsikiatri seperti depresi, ansieta, penyalahgunaan obat, maupun gangguan irama sirkadian. Salah satu penyebab gangguan irama sirkadian yang menyebabkan orang sukar tidur adalah radiasi eletromagnetik.

d. Leukimia

Leukimia dapat menyerang pria dan wanita. Faktor keturunan dan lingkungan berperan dalam terjadinya leukimia. Faktor-faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi, radiasi disini terutama radiasi pegion meskipun untuk kondisi tertentu juga berasal dari radiasi nonpegion. Produksi hormon melatonin bertambah pada malam hari,

(32)

terutama pada suasana hening dan gelap. Namun, produksi hormon berkurang adanya rangsangan dari luar, misalnya cahaya serta medan elektromagnetik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mahendra 2008 bahwa, cahaya maupun medan elektromagnetik dapat menurunkan produksi hormon melatonin dan berpotensi menimbulkan berbagai keluhan termasuk sakit kepala, pening, dan keletihan.

2.4. HUBUNGAN PENGGUNAAN HANDPHONE DENGAN NYERI KEPALA PRIMER

Bersama dengan meningkatnya jumlah pengguna Handphone meningkatkan pengaruh Electromagnetic Field (EMF) yang dipancarkan pada organisme hidup.

Survei dari pengguna Handphone yang dilakukan di Swedia, Norwegia, Inggris, Amerika Serikat, Selandia Baru dan Australia menunjukkan bahwa nyeri kepala adalah gejala utama, dan lebih jelas pada telepon analog dari telepon digital.

Selain nyeri kepala, kelelahan dan nyeri umum, nyeri otot dan mual dilaporkan (Bortkiewicz, 2001). Pada penelitian cross sectional pada mahasiswa fakultas kedokteran di universitas Sam Ratulangi Manado responden yang menggunakan ponsel pintar dan mengeluhkan nyeri kepala tipe tegang 75.71%, migren tanpa aura 16,43%, migren dengan aura 7.15% (Oroh, 2016).

2.4.1. Efek radiasi pada sawar darah otak (Blood-Brain Barrier)

Blood brain barrier memisahkan otak dan cairan serebro-spinal susunan saraf pusat dari darah (Bortkiewicz 2001). Leszcnski 2002 meneliti aktivasi atau phosporilasi dari Hsp27 (Heat Shock Proteins) oleh radiasi Handphone melalui sistem molekular dan didapati regulasi,plorimerasi dan stabilisasi stressfibers meningkat sehingga permeabilitas blood-brain barrier meningkat.

Berdasarkan peran selular dari aktivasi phosphorylation of Hsp27(heat shock proteins) oleh radiasi Handphone merupakan mekanisme selular yang mengakibatkan:

- Regulasi meningkatnya permeabilitas Blood-Brain Barrier - Regulasi apoptosis melalui pathway cytochrome (caspase 9)

(33)

Gambar 2.4.1.Hipotesis Yang Berkembang Tentang Kejadian Pada Sel Terhadap Radiasi Hp (Handphone)

Sumber : Leszczynski 2002

Perubahan pada Blood brain barrier dengan meningkat permeabilitas sehingga mudah lewatnya pada serabut saraf unsur albumin, ion, metal, zat kimia, virus. Dalam waktu singkat akan mengakibatkan terbentuknya mikrooedema, inflamasi sehingga timbulnya migren, nyeri kepala(Santini, 2002).

Pada akhirnya akan menyebabkan oedema serebri meningkatnya tekanan intra kranial dan kerusakan otak irreversibel. Zat toksit dari sirkulasi darah melewati neuron. Terbukanya Blood brain barrier secara transient bisa menyebabkan kerusakan permanent pada jaringan saraf (Nibby et al, 2009).

2.4.2. Efek radiasi pada Dopamin-Opiate System

Studi eksperimental pada hewan menunjukkan paparan EMF dari frekuensi gelombang mikro mengaktifkan sistem opioid endogen dalam otak, sedangkan studi tentang aktivitas neurotransmitter otak belum ada keseragaman, beberapa menunjukkan penurunan, dan peningkatan aktivitas acetylcholinesterase (Bortkiewicz, 2001).

(34)

2.4.3. Efek radiasi pada transport ion membran sel

Dalam studi in vitro menunjukkan EMF (Electromagnetic Field) dapat menyebabkan perubahan dalam permeabilitas blood-brain barrier dan gangguan dalam transpor aktif Na +, K + ion dan pelepasan ion Ca + + oleh membran selular. Paparan EMF dapat membangkitkan membran shok dan efek lainnya.

Apalagi bila voltase gelombang elektromagnetik membran melebihi ambang rangsang, suatu pori-pori lebar pada membran akan terbentuk. Fenomena ini disebut elektroporasi. Sebagai hasilnya plasma membran menjadi bocor dengan hilangnya molekul intraselular, ion dan makromolekul juga termasuk kalsium (Hamada et al, 2011).

Gambar 2.4.3Pengaruh RF pada struktur seluler dan sub-selular

Paparan RF dapat menyebabkan perubahan pada banyak mekanisme sub-seluler Plasma potensial membran berubah dan kalsium keluar dan penurunan kalsium

Sumber : Hamada, dkk (2011)

(35)

2.5. KERANGKA TEORI

Gambar 2.5 Kerangka Teori

Keterangan :

= Diteliti

= Tidak diteliti

Nyerikepala primer Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2016

Efek radiasi Dopamine opiate system

--Lamanya memiliki HP --Durasi

--Frekuensi

Penggunaan HP Efek radiasi pada sawar darah

otak (Blood Brain Barrier)

Efek radiasi Transport ion membran sel

Migren

Tension type headache Nyeri kepala klaster

(36)

2.6. KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

2.7. HIPOTESIS PENELITIAN

Ada hubungan antara penggunaan HP dengan nyeri kepala primer pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2016.

-Lama memiliki HP -Frekuensi

-Durasi

Tipe nyeri kepala Derajat nyeri kepala Penggunaan HP

Nyeri kepala primer

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional (studi potong lintang) di mana data akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan HP dengan nyeri kepala primer pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2016.

3.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan provinsi Sumatera Utara.

3.2.2. Waktu penelitian

Pengambilan dan pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan selama empat bulan yaitu pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2017 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 2016.

3.3.2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

(38)

Adapun kriterianya adalah : Kriteria inklusi :

1. Mahasiswa dengan nyeri kepala primer 2. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden

3. Mahasiswa yang tidak memiliki atau menggunakan HP Rumus besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik

Slovin. (Riduwan & Akdon) n =

n =

n = 69.78 = digenapkan menjadi 70 responden Dimana:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi (231 orang)

d2 = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%).

Besar minimal sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 70 orang.

3.4. METODE PENGUMPULAN DATA 3.4.1. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan non- probability sampling yaitu consecutive sampling di mana semua sampel yang terdapat harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi supaya dapat dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

(39)

3.4.2. Alat dan bahan penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner untuk penggunaan HP yang diadaptasi sesuai dengan penelitian Busch dkk (2010), Santini dkk (2002) terdiri dari 3 pertanyaan. Kuisioner yang digunakan merupakan kuesioner yang sudah digunakan pada penelitian sebelumnya (surya anita, 2012). Sedangkan untuk nyeri kepala primer merupakan kuisioner yang diadaptasi dari penelitian Ho K-H dan Ong BK merupakan pertanyaan dalam kuesioner yang merujuk kepada kriteria nyeri kepala berdasarkan IHS (1988) terdiri dari 13 pertanyaan.

3.5. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Data dianalisis dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS). Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji analisis non parametrik yaitu uji Chi square (uji x2) dengan nilai p ≤ 0.05 untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan penggunaan HP dengan nyeri kepala primer pada mahasiswa FK USU angkatan 2016 dan untuk mengetahui apakah hubungan tersebut signifikan atau tidak.

3.6. ETHICAL CLEARANCE

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.7. DEFINISI OPERASIONAL

1. Handphone: Merupakan alat komunikasi wireless atau komunikasi bergerak tanpa kabel (indonesia belajar).

Cara ukur: Mengisi kuisioner sesuai dengan penelitian Busch dkk (2010), Santini dkk (2002).

Alat Ukur: Kuesioner dengan 3 pertanyaan yang diadaptasi sesuai dengan penelitian Busch dkk (2010) dan Santini dkk (2002).

(40)

Hasil ukur :

a. Pengggunaan HP : - Memiliki HP

b. Frekuensi penggunaan HP per hari - <2 x sehari

- 2-10 x sehari - > 10 x sehari

c. Durasi penggunaan HP pada setiap panggilan - <2 menit

- 2-60 menit - >60 menit

d. Lama memiliki HP - <1 tahun

- 1-2 tahun - >2 tahun

Skala ukur : Nominal

2. Nyeri kepala: Seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke daerah belakang kepala (daerah oksipital dan sebahagian daerah tengkuk) (Sjahrir, 2004).

3. Derajat Nyeri kepala: Skala verbal derajat keparahan nyeri kepala terutama intensitas dan kemampuan fungsional.

Pembagian derajat nyeri kepala:

Ringan, sedang & berat

Cara Ukur: Mengisi kuesioner sesuai dengan international headache society (IHS).

Alat Ukur: Kuesioner dengan 13 pertanyaan yang diadaptasi dari penelitian Ho K-H dan Ong BK yang merujuk pada kriteria nyeri kepala berdasarkan IHS (1988).

4. Klasifikasi nyeri kepala : Primer & Sekunder

Nyeri kepala primer: Migren & Tension- type Headache (TTH)

(41)

Cara Ukur: Mengisi kuisioner sesuai International Headache Society (IHS).

Alat Ukur: Kuesioner dengan 13 pertanyaan yang diadaptasi dari penelitian Ho K-H dan Ong BK yang merujuk kepada kriteria nyeri kepala berdasarkan IHS (1988).

Skala Pengukuran: ordinal

5. Mahasiswa: Adalah jenis kelamin perempuan dan laki-laki yang mengikuti program studi di Fakultas Kedokteran Universita Sumatera Utara pada angkatan 2016.

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang terletak di Jalan Dr. T. Mansyur No.5 Medan. Fakultas Kedokteran USU Padang Bulan sebagai Fakultas utama berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru.USU memiliki visi mewujudkan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2015 menjadi institusi pendidikan kedokteran terdepan, menuju central of excellence dalam berbagai bidang kedokteran, terutama kedokteran tropis (tropical medicines) dan penyakit keganasan (oncology) di Indonesia, dalam mendukung University for Industry.

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan HP dengan nyeri kepala pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2016 dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini, subjek penelitian adalah sebanyak 70 orang mahasiswa yang terdiri dari 20 mahasiswa laki-laki dan 50 mahasiswa perempuan. Dari 70 orang mahasiswa yang menggunakan HP, didapati kesemua 70 mahasiswa menderita nyeri kepala.

4.2. DESKRIPSI KARAKTERISTIK RESPONDEN

Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2016. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non-probability sampling yaitu consecutive sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Maka dengan metode ini diperkirakan sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 70 orang mahasiswa.

(43)

Tabel 4.1 Analisa Karakteristik Mahasiswa

Karakteristik subjek Jumlah kasus (n) Persentase (%) Umur

- 17 tahun 1 1,4

- 18 tahun 18 25,7

- 19 tahun 44 62,9

- 20 tahun 7 10,0

Jenis Kelamin

- Laki-laki 20 28,6

- Perempuan 50 71,4

Frekuensi Penggunaan HP

- 2-10x sehari 18 25,7

- >10x sehari 52 74,3

Durasi Penggunaan HP

- <2 menit 63 90,0

- 2-60 menit 7 10,0

Lama Memiliki HP

- 1-2 tahun 5 7,1

- >2 tahun 65 92,9

Jenis Nyeri Kepala

- TTH 42 60,0

- Migren 28 40,0

Jumlah 70 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 kelompok umur responden terbanyak yang mengalami nyeri kepala akibat penggunaan HP adalah umur 19 tahun sebanyak 44 orang (62,9%) kemudian diikuti responden umur 18 tahun sebanyak 18 orang (25,7%) umur 20 tahun sebanyak 7 orang (10,0%) dan yang paling sedikit yaitu umur 17 tahun sebanyak 1 orang (1,4%). Berdasarkan jenis kelamin responden terbanyak yang mengalami nyeri kepala adalah perempuan sebanyak 50 orang (71,4%) dan terendah adalah laki-laki yaitu 20 orang (28,6%). Berdasarkan frekuensi penggunaa HP terbanyak adalah >10x sehari yaitu 52 orang (74,3%), dan terendah adalah frekuensi penggunaan HP 2-10x sehari yaitu 18 orang (25,7%).

Berdasarkan durasi penggunaan HP terbanyak adalah <2 menit yaitu 63 orang (90,0%), dan terendah adalah durasi penggunaan HP 2-60 menit 7 orang (10,0%).

Berdasarkan lama memiliki HP terbanyak adalah >2 tahun yaitu 65 orang (92,9%), dan terendah adalah lama memiliki HP 1-2 tahun yaitu 5 orang (7,1%).

Berdasarkan jenis nyeri kepala yang terbanyak yang dihadapi oleh mahasiwa

(44)

adalah TTH yaitu 42 orang (60%) dan terendah adalah Migren yaitu 28 orang (40%).

Berdasarkan tabel 4.1 didapati usia subjek yang mengalami gangguan nyeri kepala pada penelitian ini yang terbanyak adalah pada usia 18-19 tahun. Pada studi Busch dkk 2011 usia subjek yang mengalami nyeri kepala ≥ 15 tahun adalah sebanyak 553 orang. Kemudian pada penelitian yang dilakukan di Universitas Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado pada mahasiswa angkatan 2013 yaitu tahun 2016 dimana jenis kelamin perempuan sebanyak 171 orang (70,37%) lebih banyak mengeluhkan nyeri kepala daripada laki-laki yaitu 72 orang (29,63%), kemudian yang mengeluhkan jenis nyeri kepala primer lebih banyak mengalami TTH yaitu 177 responden (72,84%), daripada migren tanpa aura 42 responden (17,28%), migren dengan aura 21 responden (8,64%) (Oroh, 2016).

Berdasarkan karakteristik hubungan penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala, pada penelitian ini didapati frekuensi penggunaan HP oleh mahasiswa yang tertinggi adalah >10x sehari yaitu 52 orang (74,3%). Durasi penggunaan HP tertinggi pada penelitian ini didapati oleh mahasiswa tertinggi adalah <2 menit yaitu 63 orang (90,0%), kemudian lama memiliki HP pada penelitian ini didapati oleh mahasiswa tertinggi adalah >2 tahun yaitu 65 orang (92,9%). Pada penelitian di Finladia, penggunaan HP selama 1 jam sehari dapat menghasilkan radiasi elektromagnetik yang mempengaruhi produksi protein pada sel otak.

(45)

Tabel 4.2 Hubungan Karakteristik Penggunaan HP dengan Derajat Nyeri Kepala

Derajat Nyeri Kepala

Penggunaan HP Ringan Sedang Berat p

Frekuensi penggunaan HP

- 2-10x sehari 3 15 - 0,118

- >10x sehari 19 33 -

Durasi penggunaan HP

- <2 menit 8 16 - 0,804

- 2-60 menit 14 32 -

Lama memiliki HP

- 1-2 tahun 0 5 - 0,116

- >2 tahun 22 43 -

Berdasarkan tabel 4.2 frekuensi pengunaan HP perhari, dari 70 orang yang menderita nyeri kepala derajat nyeri kepala ringan dan sedang meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi penggunaan HP, Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya frekuensi pengunaan HP dengan derajat nyeri kepala (p=0,118).

Berdasarkandurasi yang digunakan pada setiap panggilan dari 70 orang yang menderita nyeri kepala derajat nyeri kepala ringan dan sedang meningkat seiring dengan meningkatnya durasi penggunaan HP, Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara durasi pengunaan HP dengan derajat nyeri kepala (p=0,804). Berdasarkan berapa lama sudah memakai HP dari 70 orang yang menderita nyeri kepala derajat nyeri kepala ringan tidak meningkat sedangkan derajat nyeri kepala sedang meningkat seiring dengan lamanya memiliki HP, Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya memiliki HP dengan nyeri derajat kepala (p=0,116).

Berdasarkan hubungan antara karakteristik penggunaan HP dengan derajat nyeri kepala pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara derajat nyeri kepala dengan frekuensi menggunakan HP (p= 0,118), durasi yang digunakan setiap panggilan (p=0,804) dan berapa lama memiliki HP (p= 0,173).

Pada studi Busch dkk 2011 juga tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara karakteristik penggunaan HP, durasi yang digunakan setiap panggilan (p=0,184).

Penelitian oleh Surya Anita pada remaja di SMU Safiyyatul Amaliyah pada tahun

(46)

2012 juga tidak menemukan hubungan yang bermakna antara frekuensi penggunaan HP dengan nyeri kepala (p=0,334), durasi penggunaan HP dengan nyeri kepala (p=0,372) dan lama memiliki HP (p=0,341) (Anita,2012). Pada studi Cerutti dkk 2016 juga tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara pemakaian HP dengan nyeri kepala (p=0,57).

Tabel 4.3 Karakteristik Penggunaan HP dengan Jenis Nyeri Kepala

Jenis Nyeri Kepala

Penggunaan HP TTH Migren p

Frekuensi penggunaan HP

- 2-10x sehari 11 7 0,911

- >10x sehari 31 21

Durasi penggunaan HP

- <2 menit 34 29 0,576

- 2-60 menit 3 4

Lama memiliki HP

- 1-2 tahun 1 4 0,058

- >2 tahun 41 24

Berdasarkan tabel 4.3 frekuensi pengunaan HP perhari dari 70 orang yang menderita nyeri kepala TTH dan Migren meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi penggunaan HP, Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya frekuensi pengunaan HP dengan jenis nyeri kepala (p=0,911). Berdasarkan durasi yang digunakan pada setiap panggilan dari 70 orang yang menderita nyeri kepala TTH dan Migren tidak meningkat seiring dengan meningkatnya durasi penggunaan HP, Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara durasi pengunaan HP dengan jenis nyeri kepala (p=0,576). Berdasarkan lama memiliki HP dari 70 orang yang menderita nyeri kepala TTH dan Migren meningkat seiring dengan meningkatnya lama memiliki HP, Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lama memiliki HP dengan jenis nyeri kepala (p=0,058).

(47)

Sedangkan pada studi Chia dkk 2000 tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara nyeri kepala dengan frekuensi sehari menggunakan HP (p= 0,300). Santini, 2002 meneliti gejala dialami pengguna HP insidensi durasi menelepon perhari signifikan (P<0.5) lebih sering dilaporkan bila durasi >2 menit perhari dibandingkan <2 menit perhari.Penelitian oleh Surya Anita pada remaja di SMU Safiyyatul Amaliyah tahun 2012 bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara frekuensi penggunaan HP dengan jenis nyeri kepala (p=0,100), kemudian tidak ada hubungan yang bermakna antara durasi penggunaan HP dengan jenis nyeri kepala (p=0,100), dan tidak ada hubungan yang bermakna antara lama memiliki HP dengan jenis nyeri kepala (p=0,603) (Anita, 2012).

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data yang diperoleh pada penelitian ini disimpulkan bahwa:

1. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi penggunaan HP dengan derajat nyeri kepala

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara durasi penggunaan HP dengan derajat nyeri kepala

3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama memiliki HP dengan derajat nyeri kepala

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi penggunaan HP dengan jenis nyeri kepala

5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara durasi penggunaan HP dengan jenis nyeri kepala

6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama memiliki HP dengan jenis nyeri kepala

5.2. SARAN

1. Perlu diperbanyak lagi jumlah sampel dan waktu penelitian untuk mengetahui hasil yang lebih baik dalam penelitian ini, apakah terdapat hubungan penggunaan HP dengan nyeri kepala primer. Para mahasiswa dan masyarakat diedukasi tentang pengetahuan faktor resiko dari penggunaan HP dan dampak negatif paparan gelombang elektromagnetik pada kesehatan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan penggunaan HP dengan nyeri kepala primer yang lebih banyak sehingga hasil penelitian lebih baik.

Gambar

Gambar 2.2.2 Cellular Network dikutip dari   Sumber : http.bulbing.com
Gambar 2.4.1.Hipotesis Yang Berkembang Tentang Kejadian   Pada Sel Terhadap Radiasi Hp (Handphone)
Gambar 2.4.3Pengaruh RF pada struktur seluler dan sub-selular
Gambar 2.6 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang diteliti meliputi bagaimana merangkai alat yang menghasilkan pirolisis lambat, berapa banyak minyak yang dihasilkan dari limbah plastik tersebut, bagaimana

Ibad adah ah ad adala alah h pe perh rham amba baan an se seor oran ang g ma manu nusi sia a ke kepa pada da Al Alla lah h se seba baga gaii  pelaksanaan tugas

Hal ini akan memberikan peluang kepada siswa untuk berlatih memahami tentang materi secara menyenangkan, efektif, dan efesien untuk mencapai tujuan

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan analitik observasional dengan desain potong lintang (cross sectional study), yang sesuai dengan

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi yang

Regarding the first research question about undergraduate perceptions of (dis) information, our study reveals that despite disclosing a critical perspective about the news and a

SMA Negeri 1 Seririt merupakan salah satu dari 3 SMA yang ada di Kabupaten Buleleng yang menyelenggarakan tes potensi akademik (TPA). Tes ini diadakan pada sebulan

Bagi mempastikan bulatan tersebut adalah titik hitam dan penumpuan kemalangan bukan berlaku dengan tidak sengaja yang memungkinkan peningkatan kemalangan tersebut disebabkan oleh