i
(STUDI KASUS PERUSAHAAN PERORANGAN ICHTIAR DI DESA CIBANTENG, KECAMATAN CIAMPEA,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI
Pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh
Billy Eka Permana H24077007
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ii
Kerupuk (Studi Kasus Perusahaan Perorangan Ichtiar di Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Di bawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto.
Permintaan kerupuk berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi. Berdasarkan informasi yang didapatkan, permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan usaha kerupuk Ichtiar adalah manajemen perusahaan yang tidak terlalu baik, sehingga membuat pemilik tidak terlalu mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak atau tidak layak.
Selain itu, pemilik usaha juga memiliki rasa keingintahuan terhadap usahanya apabila terjadi suatu pengembangan. Tujuan dari penelitian ini yaitu :1) Mengkaji potensi proyek dan permasalahan dilihat dari keadaan pasar, legalitas usaha, manajemen sumber daya manusia, produksi dan operasi, lingkungan ekonomi dan sosial serta keuangan yang terdapat pada usaha kerupuk Ichtiar. 2) Melakukan analisa finansial dan kelayakan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dan analisis sensitivitasnya.
Pada aspek keuangan dihasilkan nilai NPV sebesar Rp 411.405.000,00, Gross B/C 1,11, dan Net B/C 2,23, IRR 34,75%, PBP Gross 1 tahun dan PBP Net 5,01 tahun, dan PI 3,03 menunjukan jika pengembangan usaha ini layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dengan asumsi kenaikan harga bahan baku, menghasilkan NPV sebesar Rp 182.583.000,00, Gross B/C sebesar 1,06 dan Net B/C sebesar 1,55, IRR sebesar 26,67%, PBP Gross selama 1 tahun dan PBP Net selama 5,13 tahun dan PI sebesar 2,11. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan jika perusahaan tetap layak untuk dikembangkan walau pun tejadi kenaikan harga bahan baku yang dipengaruhi inflasi sebesar 11%.
xi
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Nama : Billy Eka Permana
Nrp : H24077007
Menyetujui Pembimbing,
( Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc ) NIP : 1949.1210.1978.031002
Mengetahui
Ketua Departemen,
( Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc ) NIP : 196101231986011002
Tanggal lulus :
iv
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Penelitian yang dilakukan berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk (Studi Kasus Perusahaan Perorangan Ichtiar di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Abdul Kohar Irwanto selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kalimat, Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya, terutama untuk perusahaan kerupuk Ichtiar.
Bogor, April 2010
Penulis
iii
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Juli 1985. Penulis merupakan putra tunggal dari Bapak Bakri dan Ibu Maryati. Pendidikan penulis dimulai pada tahun 1991 di Sekolah Dasar Negeri 1 Panaragan Bogor. Pada tahun 1997, penulis mulai memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 6 Bogor. Setelah penulis menyelesaikan pendidikan selama sembilan tahun, selanjutnya penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Umum (SMU) di SMUN 6 Bogor pada tahun 2003. Pada tahun 2003 juga, penulis lulus seleksi dan diterima sebagai mahasiswa baru melalui jalur reguler pada Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mendapatkan gelar Ahli Madya pada tahun 2006. Saat ini penulis sedang menyelesaikan studi di Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, dengan tujuan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
Selama pendidikan, penulis aktif dibeberapa kegiatan dan organisasi.
Kegiatan dan organisasi yang pernah penulis lakukan, yaitu seperti Pramuka, Paskibra, dan Kerohanian (ROHIS). Di lingkungan tempat tinggal, penulis aktif pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), serta Sekolah Sepak Bola (SSB). Selain itu, penulis juga mengikuti berbagai kegiatan seminar-seminar, Field Trip, dan pelatihan-pelatihan.
v
Halaman ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Makanan ... 6
2.2. Studi Kelayakan Bisnis ... 7
2.2.1. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis ... 8
2.2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis ... 13
2.3. Penelitian Terdahulu ... 14
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16
3.1. Kerangka Penelitian ... 16
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
3.3. Metode Penelitian ... 18
3.3.1. Jenis, Sumber dan Pengumpulan Data ... 18
3.3.2. Pengolahan Data ... 19
3.3.3. Kriteria Investasi ... 20
3.3.4. Analisis Pengembangan Usaha ... 22
3.3.5. Analisis Sensitivitas ... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 27
4.2. Analisis Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar 28
4.2.1. Aspek Pemasaran ... 28
4.2.2. Aspek Hukum ... 33
4.2.3. Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia ... 34
4.2.4. Aspek Produksi dan Operasi ... 40
4.2.5. Aspek Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial ... 47
4.2.6. Aspek Keuangan (Finansial) ... 48
4.3. Implikasi Manajerial... 56
vi
B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN ... 61
vii
No. Halaman
1. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk
Kerupuk Menurut Wilayah ... 3 2. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut
Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan ... 3 3. Data Inflasi periode 2066-2009 di Indonesia ... 26 4. Bahan baku untuk satu kali produksi. ... 42
viii
No. Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian pada Pengembangan
Usaha Kerupuk Ichtiar ... 17
2. Kerupuk Putih Konsumsi. ... 31
3. Saluran Distribusi Pemasaran ... 33
4. Peta Lokasi Perusahaan ... 41
ix
No. Halaman
1. Perhitungan Rencana Kapasitas dan Kebutuhan Produksi
pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. ... 61 2. Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ... 62 3. Rencana Indeks Harga pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ... 63 4. Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar. ... 64 5. Perhitungan Biaya Penyusutan pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ... 65 6. Perhitungan Modal Awal Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ... 66 7. Perhitungan Penerimaan Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ... 67 8. Rekapitulasi Seluruh Biaya dan Perhitungan
Harga Pokok Penjualan (HPP) pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ... 68 9. Perhitungan Harga Pokok Penjualan. ... 69 10. Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan
Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha
Kerupuk Ichtiar ... 70 11. Perhitungan Gross B/C, BEP, Payback Periode (PBP), dan Profitability
Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ... 71 12. Perhitungan Net Present Value (NPV), Net B/C, dan
Internal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Lampiran (18%) ... 72 13. Perhitungan Gross B/C, Payback Periode (PBP), dan Profitability
Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (18%) ... 73 14. Analisis Sensitivitas Rekapitulasi Seluruh Biaya pada
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ... 74 15. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Net Present
Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate Ratio (IRR)
pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ... 75 16. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Gross B/C, Payback
Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar ... 76
x
18. Analisis Sensitivitas untuk Perhitungan Gross B/C,
Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar (pada tingkat suku bunga 18%) ... 78
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu pelaku usaha yang terbukti survive dan mempunyai daya tahan yang kuat di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Daya tahan yang kuat ini disebabkan UKM tidak terlalu terkait dengan masalah kredit macet perbankan. Data survey dari Departemen Koperasi (Depkop) menunjukkan bahwa kredit macet yang dialami pelaku UKM tidak lebih dari 0.5% dari total hutangnya, sedangkan kredit macet industri besar mencapai 70% dari total hutangnya. Menurut data Biro Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan UKM (2005), jumlah UKM di Indonesia mencapai 43,22 juta. Sektor UKM di Indonesia telah terbukti menyerap 79,6 juta tenaga kerja, (http://nurulindarti.wordpress.com/2007/06/23/rendah-adopsi-teknologi- informasi -oleh-ukm-di-indonesia/).
Pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) di Kabupaten Bogor dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, terutama industri agro dan hasil hutan (non fasilitas).
Meningkatnya pertumbuhan UKM ini tidak lepas dari dukungan yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat.
Dukungan Disperindag tersebut, antara lain melakukan pelatihan teknis kepada pelaku UKM secara continue, mencarikan mitra pembeli hasil produk UKM dan menyalurkan permodalan bagi unit usaha yang dinilai potensial.
Berdasarkan catatan Disperindag Kabupaten Bogor, dari tahun 2002 sampai 2006, industri Agro menunjukkan grafik yang meningkat, dimana sektor usaha dari tahun 2002 ke 2003 naik dari hanya 34 unit usaha menjadi 65 unit atau sebesar 91,18%. Lalu pada 2004 naik menjadi 97 unit usaha atau 49,23%, kemudian pada 2005 unit usaha mencapai 117 unit atau naik sebesar 20,62%, dan di tahun 2006, kenaikannya sebesar 19,66% atau menjadi 140 unit usaha yang potensial dan mampu bersaing di pasar bebas.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri hasil agro itu, tentu di ikuti pula dengan meningkatnya arus investasi di sektor ini. Di mana pada tahun 2002, nilai investasi di sektor industri agro dan hasil hutan tercatat hanya Rp 14,9 miliar lebih. Namun di tahun berikutnya, naik menjadi Rp 54,7 miliar dan di tahun 2004 melonjak hingga 98,1 miliar. Nilai investasi tersebut naik lagi pada 2005, yakni sebesar 148,3 miliar dan di tahun 2006 tercatat sebesar Rp 175,4 miliar (http://www.spirit- otonomi.com/content.php?id=41&1=nasional).
Menggali potensi keunggulan lokal dinilai mampu memproteksi perekonomian daerah dari terpaan krisis ekonomi. Di saat industri berskala besar melorot omsetnya, UKM malah semakin kokoh dengan memanfaatkan karakteristik daerah. Perkembangan tersebut bisa terpantau dari selalu meningkatnya jumlah UKM setiap tahun.
Salah satu UKM di bidang industri makanan yang terdapat di Kabupaten Bogor yaitu Perusahaan Perorangan Ichtiar. Perusahaan ini terletak di Jalan Raya Cibanteng No.141 Rt 05 Rw 03, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Produk yang dihasilkan yaitu kerupuk.
Krupuk atau kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak.
Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado (http://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk).
Permintaan kerupuk berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah
perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk wilayah pedesaan.
Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi dibanding pedesaan dikarenakan kepadatan penduduk di kota yang juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan yang lebih pokok. Tabel 1. berikut menunjukkan jumlah konsumsi kerupuk oleh penduduk di wilayah perkotaan dan pedesaan.
Tabel 1. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Wilayah
No. Daerah Banyaknya (ons) Nilai (Rp)
1 Perkotaan (Urban) 0.193 154
2 Pedesaan (Rural) 0.147 99
3 Perkotaan + Pedesaan 0.166 122
Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003 Dikatakan bahwa kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat luas baik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun pendapatan tinggi. Dari Tabel 2. berikut dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar jumlah konsumsi kerupuk per bulannya.
Tabel 2. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan
No. Golongan Pengeluaran (Rp) Konsumsi (ons)
1 Kurang dari 40.000 -
2 40.000-59.999 0.075
3 60.000-79.999 0.087
4 80.000-99.999 0.085
5 100.000-149.999 0.128
6 150.000-199.999 0.140
7 200.000-299.999 0.196
8 300.000-499.999 0.250
9 500.000 dan lebih 0.305
10 Rata-rata konsumsi per kapita 0.166
Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
Desa Cibanteng sebagai salah satu wilayah di Kabupaten Bogor relatif masih memiliki kekayaan sumber daya yang cukup besar. Salah satu perusahaan kecil yang melakukan aktivitas di daerah ini yaitu industri kecil kerupuk. Perusahaan perorangan Ichtiar telah berdiri selama kurang lebih dua puluh tahun. Pasar dari perusahaan kecil Ichtiar adalah daerah Bogor dan sekitarnya. Jumlah penduduk di Kota dan Kabupaten Bogor pada tahun 2003, yaitu sekitar 4.625.781 jiwa. Dari data tersebut dapat dihitung jumlah permintaan kerupuk berdasarkan pada tingkat konsumsi per kapita dari tingkat pendapatan perkapita selama satu bulan yaitu sekitar sebesar 767.880 ons per bulan (76.788 Kg). Permintaan tersebut akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Dari hasil wawancara, dapat diketahui jumlah penawaran yang dapat memenuhi permintaan pasar kerupuk di Bogor yaitu sekitar sebesar 37.700 Kg per bulan.
Dapat terlihat jika terdapat peluang pasar kerupuk di daerah Bogor (Produk yang ditawarkan tidak dapat memenuhi permintaan pasar). Dari data tersebut terdapat selisih sebesar 39.088 Kg per bulan permintaan kerupuk di bogor yang tidak dapat terpenuhi (peluang pasar).
1.2. Perumusan masalah
Dalam menjalankan suatu usaha untuk mencapai tujuannya dengan baik, terdapat beberapa aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilannya.
Aspek-aspek tersebut secara garis besar yaitu aspek pemasaran, aspek hukum, aspek manajeman dan sumberdaya manusia, aspek produksi dan operasi, aspek lingkungan ekonomi dan sosial serta aspek keuangan. Setiap aspek- aspek tersebut memiliki berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Keadaan manajemen perusahaan yang tidak terlalu baik, membuat pemilik tidak terlalu mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak atau tidak. Sehingga, pemilik usaha memiliki rasa keingintahuan terhadap usaha yang dijalankan sebenarnya layak atau tidak layak. Selain itu, pemilik juga memiliki rasa keingintahuan terhadap usahanya, apabila terjadi suatu pengembangan. Pengembangan usaha kerupuk yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan produksi yang berpengaruh terhadap adanya penambahan bahan baku produksi, beberapa fasilitas produksi, dan jumlah karyawan.
Pengembangan lain yang dapat dilakukan perusahaan diantaranya dengan memperjelas struktur organisasi dan pengembangan pada produk yang dapat dilakukan dengan cara merubah bentuk, rasa, dan warna. Hal ini membuat pengkajian terhadap aspek-aspek tersebut menjadi penting untuk dilakukan.
Pengembangan usaha dilakukan tidak lain dengan tujuan untuk meningkatkan manfaat dan keuntungan perusahaan.
Berdasarkan keterangan tersebut yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang terjadi yaitu ;
1. Bagaimana keadaan pasar, legalitas, manajemen sumber daya manusia, produksi dan operasi, lingkungan ekonomi dan sosial serta keuangan yang terdapat pada usaha kerupuk Ichtiar?
2. Bagaimana kelayakan rencana pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dan analisis sensitivitasnya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang terjadi, maka tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengkaji potensi proyek dan permasalahan dilihat dari keadaan pasar, legalitas usaha, manajemen sumber daya manusia, produksi dan operasi, lingkungan ekonomi dan sosial serta keuangan yang terdapat pada usaha kerupuk Ichtiar.
2. Melakukan analisis kelayakan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dan analisis sensitivitasnya.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi berupa keadaan pasar, produksi, sumberdaya manusia, dan keuangan yang terdapat pada usaha kerupuk Ichtiar. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak yang bersangkutan dalam mengembangkan usahanya. Baik itu sebagai bahan acuan atau pun hanya sebagai dasar pertimbangan menuju pengembangan usaha. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu semua pihak yang membutuhkannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerupuk
Menurut UU RI No. 5 tahun 1984 Pasal 1 tentang perindustrian, definisi Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 Tahun 1998 pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat (http://www.baPBPekab.sidoarjokab.go.id/?file=04- doc-hsl-kajian/rip-ukm.htm).
Wirakartakusumah dan syah (1990) menyebutkan dahwa industri pangan merupakan industri yang menghasilkan berbagai produk olahan dalam bentuk makanan tradisional atau pun modern. Berdasarkan skala dan pola pertumbuhannya, industri pangan dikelompokan menjadi industri pangan besar, menengah dan kecil, industri katering, restoran dan hotel, dan industri makanan jajanan dan rumah tangga.
Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dana nutrisi. Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit dalam mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu makhluk hidup dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. Memakan makanan yang bergizi akan membantu pertumbuhan manusia, baik otak maupun badan. Setiap makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda. Protein, karbohidrat, lemak, dan lain-lain adalah salah satu contoh gizi yang terdapat dalam makanan. Setiap jenis gizi yang kita dapatkan mempunyai fungsi yang berbeda. Karbohidrat merupakan sumber tenaga yang manusia dapatkan sehari-hari. Salah satu contoh makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi. Protein
digunakan oleh tubuh untuk membantu pertumbuhan manusia, baik otak maupun tubuh. Lemak digunakan oleh tubuh sebagai cadangan makanan dan sebagai cadangan energi. Lemak akan digunakan saat tubuh kekurangan karbohidrat, dan lemak akan memecah menjadi glukosa yang sangat berguna bagi tubuh saat membutuhkan energi (http://id.wikipedia.org/wiki/Makanan).
Kerupuk atau kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak.
Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk).
2.2. Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Umar (2005), bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup. Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak suatu bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang dilaksanakan memberi manfaat (benefit), baik dalam arti finansial benefit maupun dalam arti sosial benefit. Terdapat beberapa aspek yang perlu dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Masing-masing aspek tersebut tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan. Secara umum prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan dalam studi kelayakan adalah aspek pemasaran, aspek hukum, aspek manajemen sumber daya manusia, aspek teknis dan operasi, aspek lingkungan ekonomi dan sosial, dan aspek finansial.
2.2.1. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis 1. Aspek pemasaran (pasar)
Pasar, menurut para ahli, merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Pendapat yang lain mengatakan bahwa pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-menawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar, 2005). Setiap perusahaan atau Organisasi perlu memiliki kemampuan untuk mengenal kesempatan-kesempatan pasar baru.
Tidak ada perusahaan yang selamanya dapat menguntungkan diri pada produk dan pasar yang dimilikinya sekarang. Setiap manajer pemasaran membutuhkan sejumlah informasi akurat yang tersedia pada waktu yang tepat, seperti keadaaan lingkungan pemasaran, konsumen sasaran, pesaing, pensuplai, dan reseller, serta publik di masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
Philip Kotler (2004), salah seorang ahli teori manajemen terkemuka mengemukakan tujuan dari pemasaran ialah untuk mengetahui dan memahami konsumen demikian baiknya sehingga produk atau jasa cocok bagi konsumen dan produk atau jasa itu bisa terjual dengan sendirinya.
Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individual dan organisasi. Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasional adalah terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (target markets) dan pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan para pesaing. Sekali perusahaan telah
memutuskan strategi penentuan posisinya, maka kemudian perusahaan tersebut siap memulai perencanaan yang terinci mengenai marketing mix. Marketing mix adalah perangkat variabel-variabel pemasaran terkontrol yang perusahaan gabungkan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkannya dalam pasar sasaran. Empat unsur marketing mix yaitu, produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion) (Kotler, 2004).
2. Hukum
Aspek ini mencakup kelengkapan dana dan keabsahan dokumen perusahaan mulai dari bentuk badan usaha hingga izin yang dimilikinya. Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangat penting karena merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila terjadi suatu masalah (Kasmir dan Jakfar, 2007). Menurut Umar (2005) aspek hukum dalam studi kelayakan usaha mempelajari tentang siapa pelaksana bisnis, bisnis apa yang akan dilaksanakan, waktu pelaksanaan bisnis, di mana bisnis dilaksanakan, bagaimana bisnis dilakukan, dan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Secara garis besar setiap bisnis yang dijalnkan harus meiliki keabsahaan dokumen perusahan dengan izin usaha yang dimilikinya.
3. Aspek Manajemen sumber daya manusia
Suatu usaha atau proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dilakukan oleh orang-orang yang profesional, mulai dari merencanakan, melaksankan, hingga akhirnya pada pengendalian terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi (Kasmir dan Jakfar, 2007). Salah satu cara untuk mengembangkan usaha perusahaan adalah dengan diversifikasi usaha. Keputusan untuk melakukan diversifikasi yaitu keputusan strategis perusahaan yang didasarkan pada analisis yang cukup mendalam. Aspek manajemen untuk pengembangan proyek bisnis dan implementasi bisnis didasarkan pada pendekatan perencanaan, pengorganisasian,
actuating, dan pengendalian (Umar, 2005). Keberadaan sumber daya manusia hendaknya dianalisis untuk mendapatkan jawaban apakah SDM yang diperlukan untuk pengembangan maupun pengimplementasian bisnis dapat dimiliki secara layak atau sebaliknya dilihat dari ketersediannya. Kajian dalam SDM dapat dimulai dari perencanaan, analisis pekerjaan, rekrutmen, seleksi dan orientasi, produktivitas, pelatihan dan pengembangan, presentasi, kompensasi, keselamatan dan kesehatan kerja, sampai pada pemutusan kerja.
4. Aspek Teknis dan Operasi
Manajemen operasi adalah suatu disiplin ilmu yang diterapkan pada seluruh usaha produksi, baik di kantor, gedung, restoran, pusat perbelanjaan, maupun pabrik. Semua jenis usaha yang menghasilkan barang dan jasa membutuhkan manajemen operasi. Proses produksi barang dan jasa yang efisien membutuhkan penerapan konsep, alat-alat dan tehnik manajemen operasi yang eektif. Produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa. Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output), sehingga keluarannya akan lebih bermanfaat dari masukannya ( Heizer dan Render, 2006).
5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Aspek ini melihat seberapa besar pengaruh atau kontribusi yang diberikan terhadap masyarakat sekitar. Pengaruh tersebut terutama dalam bidang ekonomi secara luas dan dampak sosial yang terjadi pada masyarakat sekitar dan lingkungannya. Hal ini didasarkan pada setiap proyek atau usaha yang dijalankan akan berdampak pada lingkungan sekitar, baik terhadap darat, air, udara, yang pada akhirnya akan berdampak pada makhluk hidup yang berada disekitarnya (Kasmir dan Jakfar, 2007).
6. Aspek Finansial
Aspek Finansial dianalisis dengan tujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk mebayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus. Secara singkatnya apakah bisnis atau proyek ini dapat menghasilkan keuntungan (layak) atau malah sebaliknya dalam melakukan usahanya (tidak layak). Menurut Kasmir dan Jakfar (2007) Aspek ini meliputi seberapa lama investasi yang ditanamkan akan kembali, dari mana saja sumber pembiayaan bisnis tersebut dan bagaimana tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga apabila dihitung dengan formula penilaian investasi sangat menguntungkan. Metode penilaian yang digunakan dalam menganalisis studi kelayakan usaha pada aspek keuangan ini, meliputi :
a) Payback Periode (PBP)
Payback Periode adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutupi kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain Payback Periode merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu (Umar, 2005).
b) Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2005).
c) Net Present Value (NVP)
Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar, 2005).
d) Profitability Index (PI)
Pemakaian metode Profitability Index ini caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan (Umar, 2005).
e) Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) digunakan untuk kegiatan atau proyek-proyek makro dimana manfaatnya terutama dinikmati oleh sebagian atau seluruh masyarakat. B/C Ratio dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Gross B/C Ratio dan Net B/C Ratio (Firdaus, 2008).
Pada saat kita menganalisis perkiraan arus kas di masa yang akan datang, kita berhadapan dengan ketidakpastian. Akibatnya, hasil perhitungan di atas kertas itu dapat menyimpang dari kenyataannya. Suatu keadaan yang tidak pasti itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek dalam beroperasi untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Untuk menanggulangi masalah ketidakpastian tersebut kita dapat menggunakan analisis kepekaan (sensitivity analysis). Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menguji secara matematis apa yang akan terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Suatu analisis sensitivitas
dikerjakan dengan mengubah suatu unsur tertentu pada hasil analisis (Kadariah, 1976).
2.2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis (SKB)
Hasil dari studi kelayakan bisnis adalah suatu laporan tertulis yang menyatakan bahwa suatu rencana bisnis layak tuk direalisasikan.
Selain itu, laporan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pihak-pihak terkait dalam memutuskan untuk turut serta menyetujui atau sebaliknya menolak kelayakan laporan studi sesuai dengan kepentingannya. Studi Kelayakan Bisnis ini juga memungkinkan untuk dinyatakan layak tetapi akhirnya tidak di realisasikan. Hal ini dapat disebabkan oleh pengambil keputusan akhir menolak karena adanya intervensi pihak lain yang merasa kepentingannya tidak terpenuhi.
Pihak-pihak yang membutuhkan studi kelayakan bisnis, yaitu : A. Pihak Investor : Pihak ini menjadikan laporan studi kelayakan
bisnis sebagai dasar dalam mempelajari untuk dijadikan bahan pertimbangan akan menanamkan modal atau sebaliknya. Pihak yang memiliki kepentingan langsung tentang keuntungan yang akan diperoleh serta jaminan keselamatan atas modal yang akan ditanamkan.
B. Pihak Kreditor : Pendanaan proyek dapat juga dipinjam dari Bank.
Sebagai dasar pertimbangan pihak Bank dalam memutuskan untuk memberikan kredit (pinjaman) atau tidak. Pihak Bank akan mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, termasuk mempertimbangkan sisi-sisi lain, seperti bonafitditas dan tersedianya angunan yang dimiliki perusahaan.
C. Pihak Manajemen Perusahaan : Studi kelayakan bisnis dapat dibuat oleh pihak internal atau eksternal perusahaan. Laporan studi kelayakan bisnis ini merupakan upaya dalam rangka merealisasikan ide proyek yang ujung-ujungnya bermuara pada peningkatan usaha untuk meningkatkan laba perusahaan. Sebagai pihak yang menjadi project leader, pihak manajemen perlu
mempelajari studi kelayakan itu, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri dan berapa pendanaan dari pihak investor dan pihak kreditor.
D. Pihak Pemerintah dan Masyarakat : Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimana pun pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kebijakan perusahaan. Penghematan devisa negara, penggalakan ekspor nonmigas dan pemakaian tenaga kerja massal merupakan contoh-contoh kebijakan pemerintah di sektor ekonomi. Proyek- proyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintah inilah yang diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.
E. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi : Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga di analisis manfaat yang akan di dapat dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional. Aspek-Aspek ini diantaranya yaitu aspek Rencana Pembangunan Nasional, Distribusi nilai tambah pada seluruh masyarakat, nilai investasi per tenaga kerja, pengaruh sosial, serta analisis kemanfaatan dan beban sosial.
2.3. Penelitian Terdahulu
Miranti (2008) Pengembangan Usaha “Elsari Brownies and Bakery”
Analisis Aspek Pasar dan Keuangan. Merupakan salah satu usaha kecil dan menengah (UKM) dibidang industri makanan yang terdapat di Bogor. Usaha ini bermaksud untuk membuka counter penjualan khusus produk Elsari di lokasi yang strategis. Untuk itu, diperlukan penelitian tentang kondisi pemasaran brownies di Kota Bogor, penilaian kondisi keuangan perusahaan, dan kelayakan rencana pengembangan tersebut. Untuk IRR yang diperoleh dari hasil kelayakan investasi adalah sebesar 18,66%. Payback period yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang ditanamkan adalah 8 tahun 4 bulan.
Arief Rivai (2009) Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Merupakan salah satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang bergerak di bidang agribisnis. Hal utama yang melatarbelakangi mendirikan usaha penggemukan sapi potong (fattening) yaitu melihat kondisi pertumbuhan populasi sapi potong yang cendrung statis, sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri meningkat setiap tahunya.
Analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif dilakukan untuk mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang dijelaskan secara deskriptif. Untuk analisis kuantitatif digunakan dalam mengkaji analisis finansial. Pada penelitian ini menggunakan dua skenario yaitu skenario modal sendiri dan skenario modal pinjaman. Kedua skenario ini layak untuk dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat dari masing-masing kriteria kelayakan yang menunjukan hasil layak untuk dijalankan. IRR yang diperoleh dari hasil kelayakan investasi adalah sebesar 37%. Net B/C yang dihasilkan yaitu 2,92 dan Payback period yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang ditanamkan adalah 3,5. Dengan skenario modal pinjaman IRR yang diperoleh dari hasil kelayakan investasi adalah sebesar 15%. Net B/C yang dihasilkan yaitu 1,07 dan Payback period yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang ditanamkan adalah 8,2 tahun.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang tersebut pemilik usaha kerpuk Ichtiar bermaksud untuk meningkatkan volume penjualan. Peningkatan yang terjadi dimaksudkan untuk menghasilkan manfaat yang lebih tinggi bagi perusahaan dan lingkungan sekitar. Dalam menjalankan usahanya terdapat beberapa masalah mulai dari musim seperti penghujan dan manajemen yang tidak terlalu baik.
Musim penghujan menjadi masalah dalam bisnis ini, karena mengganggu salah satu langkah dalam proses produksi, yaitu pada tahap penjemuran.
Keadaan manajemen perusahaan yang kurang baik, membuat usaha ini kesulitan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Untuk itu, pemilik usaha mendapatkan gagasan untuk melakukan studi kelayakan terhadap pengembangan usahanya.
Studi kelayakan bisnis pada usaha pengembangan kerupuk ini bertujuan sebagai bahan pertimbangan pemilik dalam merealisasikan pengembangan usahanya. Selain itu, Rencana-rencana dan strategi yang akan atau harus dilakukan untuk memajukan usaha dapat tersusun secara baik.
Secara umum, dengan studi kelayakan ini pemiliki dapat mengetahui layak atau tidak usahanya. Analisis kelayakan pengembangan usaha ini terdiri dari aspek pemasaran, aspek hukum, aspek manajemen sumber daya manusia, aspek teknis dan operasi, aspek lingkungan ekonomi dan sosial, dan aspek finansial. Pada aspek keuangan akan dilakukan penilaian atas kelayakan usaha berdasarkan Payback Periode (PBP), Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NVP), Profitability Index (PI), dan Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio). Untuk mengantisipasi perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang, mengingat banyaknya ketidakpastian dalam sebuah usaha maka akan dilakukan juga analisis sensitivitas. Ketidakpastian dimasa yang akan datang tersebut dapat disebabkan seperti apabila terjadi perubahan
indeks harga menjadi lebih tinggi dari kondisi normal karena adanya pengaruh tingkat inflasi. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian studi pengembangan usaha ini dilakukan di Jalan Raya Cibanteng No.141 RT 05 RW 03 Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan dilapangan berlangsung selama tiga bulan, yaitu sejak bulan Oktober hingga bulan Desember 2009.
Umpan Balik
Usaha Kerupuk Ichtiar
Menganalisis pengembangan usaha dimasa yang akan datang
Mengkaji dan Mengatasi masalah yang terjadi serta memanfaatkan
peluang yang ada
Potensi pengembangan usaha Kerupuk
Analisis Kelayakan Usaha
Layak Tidak Layak
Implementasi Re-evaluasi
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Jenis, Sumber, dan Pengumpulan Data
Data merupakan suatu realitas, mestinya data terbebas dari peneliti. Artinya, data tidak dipengaruhi oleh perasaan maupun pemikiran peneliti. Data yang digunakan dalam penelitian pengembangan usaha kerupuk Ichtiar berdasarkan ketersediannya terbagi menjadi data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang belum tersedia, sehingga untuk menjawab masalah penelitian data harus diperoleh dari sumber aslinya (Simamora, 2004). Data primer ini di dapatkan dengan cara survey melalui teknik komunikasi langsung (wawancara) dan peninjauan langsung (observasi langsung) terhadap lingkungan internal perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dan pihak-pihak lainnya yang terkait. Menurut Simamora (2004), teknik komunikasi langsung ini merupakan cara pengumpulan data di mana peneliti malakukan komunikasi langsung atau tatap muka (face to face) dengan sumber data. Situasinya dapat disengaja diciptakan (seperti pada focus group), dan dapat juga dalam keadaan sebenarnya (seperti pada survey). Teknik Observasi langsung adalah cara mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang terlihat pada objek penelitian. Pelaksanaanya langsung pada tempat dan waktu di mana sebuah peristiwa, keadaan, atau situasi sedang terjadi.
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya. Data ini mudah untuk didapatkan dan biasanya berbiaya rendah (Simamora, 2004). Pada perusahaan ini, data sekunder didapatkan dari beberapa instasi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pemerintahan Kota dan Kabupaten Bogor, dan dari studi pustaka serta internet.
Berdasarkan pada sifatnya, data yang digunakan dibedakan menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang merepresentasikan realitas secara deskriptif melalui kata-kata,
kalimat maupun uraian. Data kuantitatif adalah representasi realitas yang disimbolkan secara numerik (dengan angka-angka). Jenis-jenis data kuantitatif, baik yang ditransformasi dari data kualitatif maupu aslinya memang sudah kuantitatif, adalah data nominal, ordinal, data interval, dan rasio (Simamora, 2004). Pada penelitian ini, data berdasarkan sifatnya yang sering atau lebih banyak digunakan adalah jenis data kuantitatif.
Data perlu diolah agar mudah diinterprestasikan. Informasi yang baik diperoleh dari data yang baik, yang dianalisis dan diinterpretasikan dengan baik. Syarat-syarat data yang baik yaitu ;
a. Relevan, yaitu sesuai dengan kebutuhan.
b. Akurat, yaitu pengumpulan dan pelaporannya dapat dipertanggungjawabkan.
c. Sesuai dengan kaidah-kaidah riset.
d. Up-to-date, yaitu data masih menggambarkan keadaan saat ini.
e. Impartial, artinya data sekunder dikumpulkan dan dilaporkan secara objektif.
3.3.2. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan data berdasarkan sifatnya, yaitu data kuntitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah representasi realitas yang disimbolkan dengan numerik (dengan angka-angka). Pada penelitian ini salah satu data berupa kuantitatif yaitu pada aspek keuangan. Perhitungan yang akan dilakukan yaitu menghitung Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), Payback Periode (PBP), dan Profitability Index (PI) serta analisis sensitivitas. Alat bantu yang digunakan yaitu Microsoft Excel. Data Kualitatif adalah data yang merepresentasikan realitas secara deskriptif melalui kata- kata, kalimat, maupun uraian. Data ini banyak digunakan pada aspek produksi, hukum, pemasaran, manajeman dan sumberdaya manusia, dan lingkungan ekonomi dan sosial.
3.3.3. Kriteria Investasi
Pada aspek keuangan dilakukan penilaian atas kelayakan usaha berdasarkan Payback Periode (PBP), Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NVP), Profitability Index (PI), dan Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio). Untuk menganalisis suatu aspek keuangan dibutuhkan beberapa asumsi dasar yang disebut sebagai kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan yaitu :
1) Periode analisis proyek pengembangan usaha kerupuk Ichtiar yaitu selama sepuluh tahun (2010-2020). Proyek dimulai dengan investasi awal pada tahun ke-0. Dasar pengambilan periode proyek selama sepuluh tahun yaitu dilihat dari umur ekonomis yang paling berpengaruh yaitu alat cetak kerupuk.
2) Penentuan harga awal menggunakan harga yang berlaku pada periode pengambilan data pada waktu sekarang bulan Januari- Februari 2010.
3) Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 14 persen. Tingkat suku bunga ini disesuaikan dengan asumsi rata-rata bunga pinjaman Bank BRI, BNI, dan Mandiri untuk modal usaha.
4) Jumlah tenaga kerja untuk menjalankan usaha ini terdiri atas 14 orang dengan waktu kerja sebelas bulan dalam setahun (libur satu bulan) dan dua puluh enam hari dalam satu bulan (libur empat hari). Pembayaran gaji untuk tenaga kerja ditetapkan oleh pemiliki dan sesuai UMR daerah yang berlaku dengan tidak ada dan adanya peningkatan selama umur proyek.
5) Jumlah produksi pada tahun pertama diperkirakan sebanyak 2.574.000 unit per tahun, dan pada tahun ke-6 terjadi penambahan produksi sebesar 5.148.000 unit per tahun, dengan asumsi perusahaan memanfaatkan peluang pasar yang disertai tersedianya sumber daya.
6) Harga jual pada tahun pertama per satuan yaitu Rp 300,00 per unit dan akan berubah dengan asumsi terdapat pengaruh inflasi.
7) Sumber modal awal yang digunakan berasal dari modal sendiri dengan jumlah nilai sebesar Rp 944.988.000,00. Modal ini didasarkan pada penjumlahan biaya investasi awal pada tahun ke- 0, dan biaya operasional awal pada tahun pertama (tahun ke-1).
8) Pajak yang digunakan sebesar 25 persen. Perhitungan pajak ini dilakukan dengan menggunakan analisis rugi laba berdasarkan Undang-undang No.17 Tahun 2000 Pasal 17 tentang wajib pajak orang pribadi, yaitu sebagai berikut :
a. < Rp 25.000.000,00 ; besarnya pajak yang harus dibayarkan yaitu 5 persen.
b. Rp 25.000.000,00 > Rp 50.000.000,00 ; besarnya pajak yang harus dibayarkan yaitu 10 persen.
c. Rp 50.000.000,00 > Rp 100.000.000,00 ; besarnya pajak yang harus dibayarkan yaitu 15 persen.
d. Rp 100.000.000,00 > Rp 200.000.000,00 ; besarnya pajak yang harus dibayarkan yaitu 25 persen.
e. Rp 200.000.000,00 > ; besarnya pajak yang harus dibayarkan yaitu 35 persen.
9) Asset-asset yang terkena biaya penyusutan merupakan asset-aset yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun.
10) Nilai sisa dihitung berdasarkan nilai seluruh capital budget yang masih memiliki umur ekonomis hingga periode analisis.
11) Analisis sensitivitas yang dilakukan yaitu peningkatan harga input produksi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sampai berapa besar pengaruh peningkatan tersebut terhadap kriteria-kriteria investasi.
3.3.4. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Analisis kelayakan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dibuat selama sepuluh tahun periode usaha. Discount factor yang digunakan sesuai dengan tingkat suku bunga pinjaman Bank BRI, BNI, Mandiri yaitu 14% per tahunnya. Pengembangan usaha kerupuk yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan produksi yang berpengaruh terhadap adanya penambahan bahan baku produksi, beberapa fasilitas produksi,
dan jumlah karyawan. Pengembangan lain yang dapat dilakukan perusahaan diantaranya dengan memperjelas struktur organisasi dan pengembangan pada produk yang dapat dilakukan dengan cara merubah bentuk, rasa, dan warna. Pengembangan ini dilakukan untuk mengoptimalisasikan aktivitas perusahaan, terutama pada aspek produksi dengan tujuan meningkatkan manfaat dan keuntungan perusahaan. Metode penilaian yang digunakan dalam menganalisis studi kelayakan pengembangan usaha pada penelitian ini, meliputi : 1) NPV (Net Present Value)
NPV adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang dan merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat tertentu. Perhitungan ini menyamakan nilai investasi yang ditanamkan pada waktu sekarang terhadap keuntungan di masa mendatang (Nilai Rp 100,00 pada waktu sekarang akan sama nilainya dengan Rp 500,00 pada waktu 10 tahun yang akan datang). NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
NPV =
 
n
t
r t
Ct Bt
0 (1 ) ………(1) Keterangan :
 Bt : Penerimaan usaha pada periode t
 Ct : Biaya usaha pada periode t
 n : Umur kegiatan usaha
 r : Tingkat suku bunga pinjaman yang dibebankan
 t : 0, 1, 2, 3,..., n
Dengan kriteria :
 NPV > 0 : Usaha layak atau mengutungkan
 NPV = 0 : Usaha tidak untung dan tidak rugi
 NPV < 0 : Usaha dinyatakan rugi
NPV menunjukkan bahwa usaha yang akan dijalankan layak apabila NPV yang dihasilkan bernilai positif (NPV lebih besar dari nol) (Kadariah, 1976).
 n
o t
t n
t
t
r Bt Ct
r Ct Bt C
B Net
) 1 (
) 1
/ 0 (
2) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) digunakan untuk kegiatan atau proyek-proyek makro dimana manfaatnya terutama dinikmati oleh sebagian atau seluruh masyarakat. B/C Ratio dibedakan menjadi Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).
a. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Merupakan perbandingan antara jumlah present value dari manfaat (benefit) kotor dengan jumlah present value dari biaya (cost) kotor (Firdaus, 2008). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
 
 n 
t
t t
i Ct
i C Bt
B Gross
0 /(1 )
) 1
/ /( ... (2)
Dengan Kriteria :
 Jika B/C  1, maka kegiatan investasi itu layak dilaksanakan
 Jika B/C < 1, maka kegiatan investasi itu tidak layak untuk dilaksanakan.
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).
Net B/C adalah perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif dengan total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat negatif (Kadariah, 1976). Net B/C dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
...(3)
Dengan kriteria :
 Net B/C > 1 : Usaha dinyatakan layak atau menguntungkan
 Net B/C = 1 : Usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi
 Net B/C < 1 : Usaha dinyatakan tidak layak atau rugi
) )(
(
'
"
"
' '
' i i
NPV NPV
i NPV
IRR 
 
3) Internal Rate Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat suku bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang (Kadariah, 1976). IRR dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
....………….(4)
Keterangan :
 i` = Tingkat suku bunga yang menjadikan NPV positif
 i” = Tingkat suku bunga yang menjadikan NPVnegatif
 NPV` = NPV pada tingkat suku bunga i`
 NPV” = NPV pada tingkat suku bunga i”
Dengan kriteria :
 Jika IRR  Discount rate, maka proyek dapat diterima.
 Jika IRR  Discount rate, maka proyek tidak dapat diterima.
Perolehan IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga bank sebesar 18% per tahun menunjukkan bahwa usaha layak untuk dijalankan. Nilai IRR dapat dicari dengan interpolasi atau coba- coba (trial and error). Caranya hitung nilai sekarang dari arus kas suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar, misalnya 10 persen, lalu dibandingkan dengan biaya investasi, jika nilai investasi lebih kecil, maka dicoba lagi dengan suku bunga yang lebih tinggi demikian seterusnya sampai biaya investasi menjadi sama besar (Umar, 2005).
4) Payback Periode (PBP)
Payback Periode (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain payback periode merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu.
Payback Periode (PBP) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keluar Kas
PV
Masuk Kas
PI  PV
PBP = x Tahun
Bersih Masuk Kas
Investasi Nilai
1 ... (5)
Jika payback periode lebih pendek waktunya dari maximum payback periode-nya maka usulan investasi dapat diterima (Umar, 2005).
5) Profitability Index (PI)
Metode Profitability Index (PI) menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan. Profitability Index (PI) dapat dihitung dengan menggunakan rumus;
... (6)
Kriteria ;
 Jika PV > 1, maka usulan proyek dinyatakan menguntungkan.
 Jika PV < 1, maka usulan proyek dinyatakan tidak menguntungkan.
3.3.5. Analisis Sensitivitas dan Switching Value
Pada saat menganalisis perkiraan arus kas di masa datang, usaha berhadapan dengan ketidakpastian. Akibatnya, hasil perhitungan di atas kertas itu dapat menyimpang jauh dari kenyataannya.
Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menguji secara matematis apa yang akan terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Suatu analisis sensitivitas dikerjakan dengan mengubah suatu unsur tertentu pada hasil analisis (Kadariah, 1976). Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengantisipasi
perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang, mengingat banyaknya ketidakpastian dalam sebuah usaha.
Asumsi yang akan digunakan adalah kenaikan indeks harga bahan baku yang dipengaruhi oleh tingkat inflasi tertinggi sebesar 11%, selama empat tahun terakhir. Tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap nilai mata uang (rupiah), sehingga jika nilai inflasi meningkat maka nilai rupiah akan menurun dan hal ini menyebabkan peningkatan harga bahan baku produksi. Nilai inflasi empat tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3. Data Inflasi Periode 2006 -2009. Dalam perhitungan nilai harga bahan baku di masa yang akan datang pada periode tertentu, dapat menggunakan rumus future value. Hasil perhitungan NPV, Net B/C, IRR, PBP dan PI setelah terjadi perubahan (analisis sensitivitas) kembali dilihat, apakah masih memenuhi syarat kelayakan atau tidak sesuai dengan kriteria masing-masing.
Tabel 3. Data Inflasi periode 2006 – 2009 di Indonesia
No Bulan Tahun
2006 2007 2008 2009
1 Desember 1,21 1,10 -0,04 0,33
2 November 0,34 0,18 0,12 -0,03
3 Oktober 0,86 0,79 0,45 0,19
4 September 0,38 0,80 0,97 1,05
5 Agustus 0,33 0,75 0,51 0,56
6 Juli 0,45 0,72 1,37 0,45
7 Juni 0,45 0,23 2,46 0,11
8 Mei 0,37 0,10 1,41 0,04
9 April 0,05 -0,16 0,57 -0,31
10 Maret 0,03 0,24 0,95 0,22
11 Februari 0,58 0,62 0,65 0,21
12 Januari 1,36 1,04 1,77 -0,07
Indeks Umum 6,60 6,59 11,06 2,78
Rata-rata Kenaikan Inflasi 6,76
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
Usaha pengolahan kerupuk Ichtiar ini termasuk ke dalam golongan usaha perusahaan kecil dengan bidang usaha yaitu perdagangan barang. Jenis kegiatan usaha yang dilakukan adalah perdagangan dalam negeri. Perusahaan ini merupakan suatu tempat kegiatan usaha yang bergerak di bidang industri makanan, khususnya di bidang usaha pengolahan kerupuk. Pada awalnya, pemilik mendirikan perusahaan ini dikarenakan memiliki keahlian secara turun-temurun dari keluarganya. Selain dari keahlian, terdapatnya peluang pasar yang cukup besar dan persaingan usaha yang tidak terlalu tinggi menjadi dasar penilaian utama pemilik mendirikan perusahaan ini.
Perusahaan pengolahan kerupuk ini sudah beraktivitas sejak tahun 1990 dan pada tahun 1994 mulai resmi didirikan dengan perizinan. Izin usaha yang dimiliki yaitu berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar berlokasi di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan ibukota RI (Jakarta) dan secara geografis mempunyai luas sekitar 2.301,95 Km2 terletak antara 6.190 lintang selatan dan 10601' -1070103' bujur timur. Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan, 427 desa/kelurahan, 3.516 RW dan 13.603 RT. Desa Cibanteng ini terletak pada ketinggian sekitar 300 – 500 meter dari permukaan laut. Keadaan letak geografis perusahaan seperti ini, dapat mendukung secara maksimal seluruh aktivitas perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Perusahaan yang tepat berada diantara perkotaan dan pedesaan, serta ketersediaan jalur transportasi yang merupakan jalan besar sangat mendukung berbagai aktivitas perusahaan. Letak geografis seperti ini, dapat memudahkan dalam aktivitas pengadaan sumberdaya (bahan baku produksi, tenaga kerja, dan energi) dan dapat juga mempermudah proses pemasaran hasil produksi.
4.2. Analisis Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar
Dalam melakukan suatu pengembangan usaha perlu dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui apakah suatu usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak layak. Kajian semacam ini disebut dengan studi kelayakan usaha. Pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini studi kelayakan usaha akan dilihat dari aspek pemasaran, aspek hukum, aspek teknis dan operasi, aspek lingkungan (ekonomi dan sosial), dan aspek finansial.
4.2.1 Aspek Pemasaran
Salah satu aspek dalam pengembangan usaha yang perlu untuk dikaji kelayakannya yaitu aspek pasar. Aspek pasar bertujuan untuk mengetahui tentang penjualan suatu produk demi pencapaian pendapatan. Dengan aspek pemasaran, dapat diketahui perkiraan volume penjualan suatu produk berdasarkan pada permintaan yang terjadi di pasar. Perkiraan penjualan ini bertujuan agar suatu usaha dapat menjual produknya sesuai dengan permintaan yang terdapat di pasar. Hal ini dimaksudkan untuk menekan biaya operasional (menghemat sumberdaya) ketika kurangnya permintaan di pasar dan memaksimalkan pendapatan ketika permintaan di pasar tinggi.
Analisis aspek pemasaran dalam pengembangan usaha kerupuk Ichtiar meliputi Segmentasi, Target, dan Posisi di pasar dan Kebijakan Bauran Pemasaran (produk, harga, promosi, dan distribusi).
1) Segmentasi, Targeting, dan Posisi pasar.
Dalam menjalankan pengembangan usahanya perusahaan harus mengetahui pasar di mana produk yang akan diproduksi akan ditawarkan. Penentuan pasar ini dapat dilakukan dengan segmentasi pasar. Menurut Kotler (2004), segmentasi pasar merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ketepatan pemasaran perusahaan. Untuk menentukan segmentasi pasar perlu dilakukan pengamatan mengenai ciri-ciri konsumen (variabel segmentasi), yang diantaranya yaitu aspek geografis, aspek demografis, aspek psikografis, dan aspek perilaku. Dalam menentukan segmentasi
pasar, setiap segmen harus dapat diukur, terjangkau, dan dapat dilaksanakan.
Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, wilayah Bogor dan sekitarnya merupakan wiliyah geografis yang menjadi pasar dari usaha ini. Wilayah Bogor dan sekitarnya dipilih, karena selain dari lidah penduduknya yang sudah terbiasa, perusahaan juga mempertimbangkan sumber daya yang dimilikinya. Sehingga Bogor dan sekitarnya merupakan pasar potensial untuk perusahaan, terlebih jika ditambah dengan pendapatan penduduk Bogor yang secara garis besar mampu untuk membeli kerupuk putih, yang merupakan hasil produksi dari perushaaan. Produk yang dihasilkan tidak membedakan konsumen dari kelompok umur secara khusus. Kerupuk putih konsumsi yang dihasilkan dapat diambil manfaatnya oleh seluruh golongan usia.
Manfaat kerupuk putih konsumsi ini juga dapat digunakan oleh seluruh penduduk atau masyarakat tanpa membedakan kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadiannya secara lebih mendalam.
Pendekatan pembelian yang dilakukan oleh usaha kerupuk Ichtiar yaitu dengan cara menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan pedagang pengecer selama ini, dan membuka hubungan baik dengan pihak-pihak pedangang pengecer baru yang memungkinkan untuk dilakukan kerjasama. Sehingga, variabel segmentasi yang lebih utama pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini, yaitu aspek geografis dan perilaku.
Kerupuk putih konsumsi yang dihasilkan perusahaan secara garis besar ditawarkan dan dijual kepada para pedagang pengecer.
Perusahaan merubah bahan mentah menjadi barang setengah jadi, hingga barang jadi (kerupuk putih konsumsi), lalu disalurkan kepada pedagang pengecer, hingga akhirnya dapat dinikmati para konsumen akhir. Melihat konsumen dari perusahaan bukan konsumen akhir, sehingga sasaran atau target pasar perusahaan yaitu para pedagang pengecer. Pasar yang akan dipilih oleh
perusahaan adalah para pedagang pengecer yang berada di wilayah Bogor. Dalam menentukan posisi pasar, perusahaan akan berdasarkan pada mutu atau kualitas dengan ukuran kuantitas yang lebih besar per satuan unit kerpuknya disertai dengan pelayanan yang lebih baik dalam penjualan. Perusahaan akan menetapkan untuk memberikan pelayanan yang cepat, sopan, dan santun dalam mendatangi para pedagang pengecer.
2) Bauran Pemasaran (marketing-mix)
Pada pemasaran produk berupa barang, manajemen pemasaran akan dipecah atas empat kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran (marketing-mix) atau dikenal dengan sebutan 4P yang terdiri dari empat komponen, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion) (Umar, 2005).
A) Kebijakan Produk(Product)
Produk adalah setiap tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan (Kotler, 2004). Pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini produk yang dihasilkan untuk memuaskan kebutuhan konsumen yaitu barang konsumsi berupa kerupuk putih yang biasa disebut sebut sebagai kerupuk mawar atau kerupuk usus. Kerupuk putih yang dihasilkan berbahan baku dasar berupa tepung sagu bermerk kerupuk. Untuk memenuhi kebutuhan sagu kerupuk ini perusahaan mendapatkan kiriman dari distributor sagu di daerah Parung, Bogor. Bahan-bahan lain yang digunakan dalam pengolahan kerupuk pada usaha ini antara lain, yaitu terigu, garam, botan, sasa, terasi, bawang putih, gula pasir, dan air. Bahan dasar berupa tepung sagu dan bahan-bahan lain diproduksi sesuai dengan tahapan-tahapan pengolahan produksi kerupuk yang akhirnya menjadi kerupuk putih berbentuk bulat siap konsumsi. Secara lebih jelasnya,