1
SASTRA LISAN MANTRA PENANGKAL BISO DI NAGARI TALANG BABUNGO
KECAMATAN HILIRAN GUMANTI KABUPATEN SOLOK
PROVINSI SUMATRA BARAT
ARTIKEL ILMIAH
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
(Strata I)
Dewi Marlina
NPM 11080287
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
4
ORAL LITERATURE ANTIDOTE (BISO) AT TALANG BABUNGO
HILIRAN GUMANTI SOLOK WEST SUMATRA
By
,
,
1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI
Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia
STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
Dewi Marlina. NPM (11080287). Oral Literature. Antidote (Biso) At
Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Solok,West Sumatra.
This research was motivated by the problem of the context of an antidote spell (biso), texk editing and translation spell and of (biso) antidote. The structure of the text spell antidote P(biso), at Talang Babungo, Hiliran Gumanti, Solok, west Sumatra. Formulation of the problem in this research “How is the context behind present of an antidote spell (biso), text editing and spell translation (biso), and structure of antidote spells of (biso) at Talang Babungo. The purpose of the research is: first, to describe the context that underlie the present of an antidote spell (biso) at Talang Babungo,Hiliran Gumanti, Solok, west Sumatra. Second to describe text editing and translation underlie the present of an antidote spell (biso). Third, to describe the structure of underlie the present of an antidote spell (biso) at Talang Babungo, Hiliran Gumanti, Solok, west Sumatra.
The type of of the research is Qualitatif research because only generate data form of written words, oral of human and observable behavior. The informants were throe natives at Talang Babungo who inhereted the antidote spell (biso). The data collected by literature study, interview, recording and transcription spell antidote mantra (biso) at Talang Babungo, Hiliran Gumanti, Solok, west Sumatra, it can be seen that there are some things go need to know the antidote (biso): first, community of Talang Babungo,chanters, aids. Second, text editing and translation antidote spell (biso). Third, text structure antidote spell (biso), that opener, contents, closing.
Based on the result research result spell antidote (biso) at Talang Babungo, Hiliran Gumanti, Solok, West Sumatra can ne conclude, first, (context), second , (text editing), and translation. Third, closing.
5
SASTRA LISAN MANTRA PENANGKAL BISO DI NAGARI TALANG BABUNGO
KECAMATAN HILIRAN GUMANTI KABUPATEN SOLOK
PROVINSI SUMATRA BARAT
Oleh
,
,
1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI
Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia
STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Dewi Marlina (11080287), Sastra Lisan Mantra Penangkal Biso di Nagari Talang Babungo Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok Provinsi Sumatra Barat. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2016
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan mengenai konteks mantra penangkal biso, suntingan teks dan terjemahan mantra penangkal biso, dan struktur teks mantra penangkal biso, di Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah konteks yang melatari kehadiran mantra penangkal biso, suntingan teks dan terjemahan mantra penangkal biso, dan struktur mantra penangkal biso,di Nagari Talang Babungo. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama, mendeskripsikan konteks yang melatari kehadiran mantra penangkal biso di Nagari Talang Babungo Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. kedua, mendeskripsikan suntingan teks dan terjemahan yang melatari kehadiran mantra penangkal biso. ketiga, mendeskripsikan struktur yang melatari kehadiran mantra penangkal biso di Nagari Talang Babungo Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok Sumatra Barat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena hanya menghasilkan data berupa kata-kata bertulis atau lisan dari manusia dan perilaku yang dapat diamati. Informan penelitian ini berjumlah tiga orang penduduk asli Nagari Talang Babungo yang mewarisi mantra penangkal biso. Data ini dikumpulkan dengan melakukan studi kepustakaan, wawancara dengan informan, merekam dan mentranskripsikan mantra penangkal biso di Nagari Talang Babungo Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok Sumatera Barat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Nagari Talang Babungo, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam mantra penangkal biso: Pertama, konteks yang melatari kehadiran mantra penangkal biso, yaitu: (1) masyarakat Talang Babungo; (2) pelafal; dan (3) alat bantu. Kedua, suntingan teks dan terjemahan mantra penangkal biso. Ketiga, struktur teks mantra penangkal biso, yaitu: (1) pembuka; (2) isi; dan (3) penutup.
Berdasarkan hasil penelitian mantra penangkal biso di Nagari Talang Babungo Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat dapat disimpulkan, pertama, konteks yang melatari kehadiran mantra penangkal biso, yaitu: masyarakat Talang Babungo, pelafal, alat bantu, tempat, waktu, dan suasana pelafalan. Kedua, suntingan teks dan terjemahan mantra penangkal biso dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
6
A. PENDAHULUANSastra lisan merupakan karya sastra yang bukan disampaikan melalui tulisan, tetapi sastra lisan disampaikan melalui mulut ke telinga. Salah satu sastra lisan yang masih dijumpai saat ini adalah mantra. Mantra adalah perkataan atau ucapan yang memiliki kekuatan gaib. Biasanya, mantra diucapkan oleh seseorang yang berprofesi sebagai dukun. Mantra kadang-kadang menggunakan kata-kata yang sulit dipahami. Tidak jarang, mantra menggunakan kalimat-kalimat illahiyah (kalimat-kalimat tauhid dalam ajaran Islam).
Masyarakat Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok adalah satu di antara kelompok masyarakat Minangkabau yang masih menggunakan mantra. Secara geografis, masyarakat Nagari Talang Babungo adalah masyarakat yang tempat tinggalnya dikelilingi oleh perbukitan, sungai, serta sawah-sawah tempat mereka bercocok tanam. Hal itu sesuai dengan iklim Nagari Talang Babungo yang dingin dan lembab. Hal itu juga merupakan salah satu indikator penyebab masyarakat Talang Babungo masih percaya terhadap praktik pendukunan.
Pada zaman dahulu, masyarakat berobat secara tradisional dengan menggunakan mantra yang diucapkan oleh dukun atau “orang pintar” serta bahan-bahan herbal yang berasal dari alam. Tradisi berobat kepada dukun masih berlanjut hingga sekarang. Berbagai mantra yang ada di Nagari Talang Babungo, di antaranya adalah pamanih, pitunduak, pamaga diri, penangkal hujan, dan penangkal biso. Pada penelitian ini, penulis meneliti mantra penangkal biso. Penangkal biso dapat diartikan penawar bisa atau racun dari gigitan binatang berbisa. Mantra penangkal biso termasuk tradisi lama yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau. Tradisi ini sampai sekarang masih digunakan dan dipercayai oleh masyarakat di Nagari Talang Babungo. Masyarakat Nagari Talang Babungo menganggap bahwa mantra penangkal biso memiliki kekuatan magis untuk mengobati manusia dari bisa binatang yang menggigitnya.
Mengingat mantra termasuk tradisi lama yang perlu diketahui dan dilestarikan, penulis tertarik meneliti konteks, struktur teks, serta suntingan teks dan terjemahan mantra penangkal biso di Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok. Berdasarkan latar belakang permasalahan, peneliti berkeinginan melakukan penelitian terhadap mantra penangkal biso.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Ratna (2010:33) menyatakan bahwa metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang disusul dengan analisis. Penggunaan metode deskriptif pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan data berupa sastra lisan mantra penangkal biso di Nagari Talang Babungo Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian mantra penangkal biso di Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat, diketahui bahwa mantra terdiri atas dua, yaitu berdasarkan konteks dan teks. Konteks di sini menyangkut masyarakat pendukung, pelafal, alat bantu, tempat, waktu, dan suasana pelafalan. Teks adalah suntingan teks dan terjemahan mantra penangkal biso yang terdapat di Nagari Talang Babungo.
7
Pada bagian ini dijelaskan uraian yang berhubungan dengan mantra penangkal biso di Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok. Adapun yang berhubungan dengan penelitian mengenai mantra penangkal biso di Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok adalah sebagai berikut.
1. Masyarakat Nagari Talang Babungo memiliki luas daerah 8514 km, dengan jumlah penduduknya laki-laki 3648 dan perempuan 3884. Dengan luas daerah yang demikian besar bagi masyarakat Nagari Talang Babungo untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan bercocok tanam.
2. Pelafal mantra penangkal adalah dukun
3. Alat Bantu Pelafalan adalah alat-alat yang digunakan untuk pelafalan mantra 4. Konteks Mantra Penangkal Biso
a. Waktu Pembacaan Mantra Penangkal Biso
Waktu adalah fakta yang diperhitungkan dalam pembacaan mantra karena kaitannya dengan kegiatan religius.
b. Tempat Pembaaan Mantra Penangkal Biso
Dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: tempat bebas, tempat khusus, dan tempat keperluan
c. Cara Pembacaan Mantra Penangkal Biso
Peristiwa dalam pembacaan mantra maksudnya pada kesempatan apa mantra itu dibacakan.
d. Pelaku Pembacaan MantraPenangkal Biso
Pelaku dalam pembacaan mantra dapat dilakukan oleh dukun atau orang lain yang mempunyai hasrat itu sendiri.
e. Perlengkapan Pembacaan Mantra Penangkal Biso
Merupakan media yang digunakan untuk berkomunikasi dengan yang gaib atau bahan-bahan persyaratan yang digunakan dalam pembacaan mantra. f. Pakaian Pembacaan Mantra
Ketika pembacaan mantra pakaian yang digunakan dalam pembacaan mantra bebas, yang penting bersih dan sopan.
5. Teks Penangkal Biso
a. Suntingan Teks dan Terjemahan
Suntingan teks adalah mengubah teks menjadi lebih efektif agar dapat dipahami. Terjemahan adalah menerjemahkan bahasa Minangkabau ke dalam Bahasa Indonesia.
b. Struktur Teks Mantra di Nagari Talang Babungo
Struktur adalah susunan yang memiliki tata hubungan anatara unsur pembentuk karya sastra.
1. Pendahuluan/Pembukaan
Ketika melakukan pekerjaan atau melakukan sesuatu harus dibuka atau diawali dengan Basmlah begitu juga dengan mantra supaya apa yang dikerjakan atau dilakukan diridai Allah.
2. Isi
Isi mantra penangkal biso adalah permintaan kepada Allah Swt untuk menyembuhkan dar gigitan yang berbisa atau beracun.
3. Penutup
Semua jenis mantra penangkal biso bagian penutupnya adalah “Barakek Kulimah Lailahaillallah” (berkah kalimat Lailahaillallah).
8
D. SIMPULAN DAN SARAN
Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai simpulan dan saran. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.
1. Simpulan
Beberapa simpulan pada penelitian tentang sastra lisan mantra penangkal biso di Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok Sumatra Barat adalah sebagai berikut.
Pertama, konteks mantra penangkal biso adalah hal-hal yang mendukung terwujudnya teks, yaitu latar tempat dan sosial penciptaan mantra penangkal biso: waktu pembacaan mantra penangkal biso, tempat pembacaan mantra penangkal biso, cara pembacaan mantra penangkal biso, pelaku pembacaan mantra penangkal biso, perlengkapan pembacaan mantra penangkal biso, pakaian pembacaan mantra. Yang dimaksudkan dengan latar tempat dan latar sosial penciptaan mantra penangkal biso adalah gambaran geografis Nagari Talang Babungo dan gambaran umum kehidupan masyarakat Talang Babungo. Pelafal mantra penangkal biso adalah dukun dan pengguna mantra. Dukun penangkal biso memperoleh mantra penangkal biso dari seorang guru yang merupakan dukun pula, tapi sebagian dari dukun-dukun tersebut ada yang sengaja diturunkan oleh nenek moyangnya sehingga mereka pun mampu menuturkannya.
Akhir dari proses berguru atau pewarisan mantra penangkal biso adalah pemutusan kaji. Ada dua cara pemutusan kaji yang akan dilakukan. Pertama, bagi orang sedarah. Kedua, pemutusan kaji dilakukan oleh orang yang tidak sedarah. Tempat pelafalan tidak memerlukan tempat khusus, hanya dilakukan ketika ada seseorang yang digigit binatang yang berbisa atau racun. Waktu pelafalan mantra penangkal biso boleh dilakukan di sembarang waktu, malam hari, pagi hari, atau sore hari. Pelafalan mantra penangkal biso dilakukan dengan adalah dalam konsentrasi dan penuh keyakinan.
Kedua, suntingan teks dan terjemahan mantra penangkal biso. Suntingan teks adalah mengubah teks menjadi lebih efektif agar dapat dipahami. Terjemahan adalah menerjemahkan bahasa Minangkabau ke dalam Bahasa Indonesia.
Ketiga, struktur teks mantra penangkal biso terdiri atas bagian pembukaan, bagian isi, dan bagian penutup. Pada teks mantra penangkal biso bagian awal dibuka dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim. Penggunaan kalimat tersebut menunjukkan bahwa tujuan pelafalan adalah untuk menimbulkan kekuatan gaib untuk memengaruhi Yang Kuasa agar memenuhi permintaan atau keinginan pelafal mantra. Pemakai mantra percaya akan keesaan dan keagungan-Nya bahwa di dalam memulai suatu pekerjaan harus diniatkan karena Allah Swt. supaya apa yang dikerjakan berjalan dengan lancar.
2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang sastra lisan mantra penangkal biso sastra lisan di Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok Sumatra Barat, maka peneliti ingin menyampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan simpulan penelitian, sebagai berikut.
Kepada peneliti lainnya, diharapkan agar penelitian terhadap sastra daerah, khususnya sastra lisan lebih ditingkatkan lagi. Dikhawatirkan sastra lisan tersebut akan hilang begitu saja tanpa adanya dokumentasi sehingga kekayaan kebudayaan nusantara pun ikut hilang. Terlebih lagi akibat pengaruh perkembangan zaman. Semakin lama, masyarakat semakin tidak memperhatikan kebudayaan lagi.
a. Kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan perbandingan dalam penelitian selanjutnya.
9
b. Kepada masyarakat, baik generasi tua maupun generasi muda di Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok agar terus menjaga dan melestarikan sastra lisan seperti mantra.
DAFTAR PUSTAKA
Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI Jawa Timur.
Lufri. 2005. Metode Penelitian. Buku ajar. Padang: UNP Press.
Moleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soedjijono dkk. 1987. Struktur dan Isi Mantra Bahasa Jawa di Jawa Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.